KELOMPOK 1 GOLONGAN II
ANGGOTA:
DOSEN PENGAMPU:
Ni Putu Linda Laksmiani, S.Farm., M.Sc., Apt.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Atom karbon dapat berikatan dengan banyak atom lain. Atom karbon paling
banyak berikatan dengan atom hidrogen membentuk senyawa hidrokarbon.
Metana merupakan senyawa kovalen nonpolar dan merupakan senyawa
hidrokarbon yang digunakan sebagai bahan bakar. Senyawa hidrokarbon sangat
banyak ditemukan di alam. Bensin, solar, minyak tanah, lilin, karbohidrat, dan
lemak merupakan contoh senyawa-senyawa hidrokarbon (Rahayu, 2009).
Beribu-ribu komponen hidrokarbon terdapat di alam, di mana pada suhu
kamar terdapat tiga bentuk, yaitu gas, cair, dan padat. Sifat fisik dari masing-
masing bentuk tersebut dipengaruhi oleh struktur molekul, terutama jumlah atom
karbon yang menyusun molekul hidrokarbon. Hidrokarbon yang mengandung
1-4 atom karbon berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan yang mengandung
5 atau lebih atom karbon berbentuk cair atau padat. Semakin tinggi jumlah atom
karbon semakin cenderung untuk terdapat dalam bentuk padat (Fardiaz, 1992).
Semua senyawa organik merupakan turunan dari golongan senyawa yang
dikenal sebagai hidrokarbon sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hidrogen
dan karbon. Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dibagi menjadi dua golongan
utama, yaitu alifatik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik tidak mengandung
gugus benzena, atau cincin-cincin benzena, sedangkan hidrokarbon aromatik
mengandung satu atau lebih gugus benzena. Hidrokarbon alifatik dibagi menjadi
alkana,alkena, dan alkuna (Chang, 2005).
Hidrokarbon dapat dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan struktur
molekulnya, yaitu hidrokarbon alifatik, aromatik, dan alisiklik. Molekul
hidrokarbon alifatik tidak mengandung cincin atom karbon, dan semua atom
karbon tersusun dalam rantai lurus atau bercabang. Molekul hidrokarbon
1
aromatik mengandung cincin enam karbon (cincin benzena), dan setiap atom
karbon dalam cincin tersebut hanya mengandung satu atom tambahan, yaitu C
atau H. Hidrokarbon alisiklik adalah hidrokarbon yang mengandung struktur
cincin selain benzena (Fardiaz, 1992).
Penggolongan senyawa hidrokarbon dapat pula dikelompokkan
berdasarkan kejenuhan ikatannya, yaitu senyawa hidrokarbon jenuh dan
senyawa hidrokarbon tak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh mempunyai ciri
antar atom c berikatan tunggal (C-C). Senyawa-senyawa yang termasuk
kelompok ini antara lain: senyawa etana (C2H6). Senyawa hidrokarbon tak jenuh
mempunyai ciri antar atom C berikatan rangkap dua (C=C) atau ikatan rangkap
tiga (C≡C). Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok ini antara lain:
senyawa etena (C2H4) (Marzuki, dkk., 2010).
Alkana dan sikloalkana tidak reaktif dibandingkan dengan senyawa organik
yang memiliki gugus fungsional. Misalnya, banyak senyawa organik bereaksi
dengan asam kuat, basa, zat pengoksid atau zat pereduksi. Umumnya alkana dan
sikloalkana tidak bereaksi dengan reagensia ini. Karena sifat kurang reaktif ini,
maka kadang-kadang alkana disebut sebagai parafin (Latin: parum affins,
“afinitas kecil sekali”) (Fessenden, 1986).
Sifat kimia alkana, yaitu: alkana dapat bereaksi dengan oksigen melalui
reaksi pembakaran sempurna. Pembakaran sempurna alkana menghasilkan gas
CO2, contoh: C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O. Pembakaran tidak sempurna
menghasilkan gas CO atau karbon dalam bentuk jelaga, contoh 2C 2H6 + 5O2 →
4CO + 6H2O. Alkana dapat mengalami reaksi subtitusi (penggantian), contoh:
CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl. Alkana dapat mengalami reaksi perengkahan
(cracking), yaitu pemutusan rantai karbon menjadi potongan yang lebih pendek,
contoh: C2H6 → C2H4 +H2. Sifat kimia alkena, yaitu: alkena lebih reaktif
dibandingkan alkana, pembakaran alkena menghasilkan gas CO 2 dan H2O,
contoh: 2C3H6 + 9O2 → 6CO2 + 6H2O. Alkena mengalami reaksi adisi
(penjenuhan), contoh: CH2 = CH2 + H2 → CH3 – CH3. Alkena mengalami reaksi
polimerisasi, yaitu pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal
membentuk molekul-molekul raksasa dengan rantai yang panjang. Sedangkan
2
sifat kimia alkuna yaitu alkuna dapat mengalami adisi. Reaksi adisi pada alkuna
lebih lambat dibandingkan reaksi adisi alkena (Rachmawati, 2018).
3
Monografi bahan:
4
3 bagian eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antiseptikum ekstern, antijamur
d. Aseton (Farmakope Indonesia IV, hal 27)
Nama Resmi : Acetonium
Nama Lain : Aseton
Nama : n-heksana
Berat molekul : 86.18 g/mol
5
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan : Zat tambahan
6
dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antiseptikum ekstern
j. Iodium (Farmakope Indonesia III, hal 316)
Nama resmi : IODIUM
Nama lain : Iodium
BM : 126,921
k. CCl4
7
3. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu:
1. Tabung reaksi
2. Pipet Tetes
3. Pipet ukur
4. Filler
5. Gelas kimia
6. Labu takar
7. Batang pengaduk
3.2 Bahan
1. H2SO4 Pekat
2. Asam Nitrat
3. n-heksana
4. Asam benzoat
5. Aseton
6. Minyak kelapa
7. Minyak tropical
8. Tersier Butanol
9. KmnO4 0,1 M
10. CCl4
11. I2
4. PROSEDUR KERJA
4.1. Prosedur Kerja (i)
8
2. Dilarutkan Asam Benzoat dengan 10 ml aseton
3. Dimasukkan Asam Benzoat ke dalam 3 tabung reaksi yang telah
diberi label
4. Pada tabung 1 ditambahkan 1 mL H2SO
5. Pada tabung 2 ditambahkan 1 mL Asam Nitrat
6. Diamati dan dicatat perubahannya
4.1.2 Prosedur Kerja Reaksi n-Heksana
1. Dimasukkan n-Heksana masing-masing 2 mL ke dalam 2 tabung
reaksi dan beri label
2. Pada tabung 1 ditambahkan 1 mL H2SO
3. Pada tabung 2 ditambahkan 1 mL Asam Nitrat
4. Diamati dan dicatat perubahannya
4.2.Prosedur Kerja (ii)
5. SKEMA KERJA
5.1 Skema Kerja (i)
9
5.1.1 Prosedur Kerja Reaksi Asam Benzoat
10
Diambil minyak kelapa dan minyak tropical, dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang berbeda sebanyak 2 mL (Minyak kelapa tabung 1,
minyak tropical tabung 2).
6. HASIL
No. Hidrokarbon Zat yang Ditambahkan Hasil
Asam benzoat
Tabung 1: 1 mL H2SO4 Tabung 1: Merah Maron
sebanyak 0,1 gram,
1. Tabung 2: 1 mL Asam nitrat Tabung 2: Bening
dilarutkan dengan
Tabung 3: - Tabung 3: Bening
10 ml aseton
11
n-Hekasana
dimasukkan masing- Tabung 1: 1 mL H2SO4 Tabung 1: Merah Maron
2. masing 2 mL ke Tabung 2: 1 mL Asam nitrat Tabung 2: Bening
dalam 2 tabung
reaksi
Minyak kelapa dan Tabung 1: Orange
minyak tropical 2 Tabung 1: I2 dan CCl4 kecoklatan
3. mL dilarutkan Tabung 2: I2 dan CCl4 Tabung 2: Orange
dengan 10 tetes kecoklatan (lebih pekat
kloroform dari minyak kelapa)
Tetes 1 kali: Kuning
kecoklatan (Terdapat
20 tetes minyak butiran / endapan coklat)
4. kelapa dalam 10 Ditambah KMnO4 0,1 M Tetes 2 kali: Bagian atas
tetes tersier butanol coklat, bagian bawah
coklat kemerahan(Warna
tidak pekat)
7. PEMBAHASAN
12
Berikut struktur molekul dari asam sulfat (H2SO4 ):
13
yang bersifat oksidator (pengoksidasi). Sifat alkana yang sangat sulit bereaksi ini
menyebabkan H2SO4 hanya akan tersubstitusi secara biasa. Jadi 1 gugus H pada n-
heksana akan tersubstitusi oleh gugus HSO4- dari asam sulfat. Karena sifat asam
sulfat yang polar tidak melarutkan secara sempurna dengan alkana yang sifatnya
nonpolar sehingga hanya tersubstitusi secara biasa. Artinya dia tidak bereaksi
secara penuh namun hanya sebagian, sehingga terjadi perubahan warna pada
campuran walaupun sedikit. Dengan adanya perubahan warna ini menunjukkan
sifat-sifat dari senyawa hidrokarbon. Berikut struktur molekul dari n-Heksana:
14
7.1.5 Aseton
Pada praktikum ini menggunakan aseton karena aseton akan dilarutkan
bersama asam benzoat. Asam benzoat memiliki serbuk kristal padat, tidak
berwarna, tidak berbau, sedikit terlarut di dalam air, tetapi larut dalam etanol dan
sangat mudah larut dalam benzena dan aseton. Karena sifat dari asam benzoat yang
sangat mudah larut dalam aseton inilah mengapa asam benzoat dilarutkan bersama
dengan aseton. Berikut struktur molekul aseton:
15
Gambar 7. Struktur Molekul Tersier Butanol
7.1.8 KMnO4 0,1 M
Pada praktikum ini penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator kuat yang
mampu mengoksisdasi ikatan rangkap menjadi senyawa glikol dan ion MnO4-
sendiri mengalami reduksi menjadi MnO2 yaitu dalam bentuk endapan cokelat.
Melalui oksidasi ini, dapat dideteksi senyawa-senyawa ikatan tak jenuh yang
memiliki ikatan rangkap. Apabila suatu senyawa yang diidentifikasi mengalami
perubahan warna setelah diberi KMnO4 dan warna asli dari KMnO4 yaitu warna
ungu menghilang, maka senyawa tersebut telah terjadi oksidasi pada ikatan rangkap
sehingga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai senyawa tak jenuh. Sebaliknya
apabila suatu senyawa yang diidentifikasi tidak mengalami perubahan warna
setelah diberi KMnO4 dan warna asli dari KMnO4 yaitu warna ungu tidak
menghilang atau tetap berwarna ungu, maka senyawa tersebut tidak terjadi oksidasi
pada ikatan rangkap atau senyawa tersebut tidak memiliki ikatan rangkap sehingga
senyawa tersebut diidentifikasi sebagai senyawa tak jenuh. Berikut struktur
molekul dari KMnO4 :
16
dan minyak tropical termasuk senyawa organik yang bersifat non polar dan air
adalah pelarut polar sehingga tidak dapat larut dan timbul dua lapisan. Sedangkan
CCl4 adalah pelarut non polar, maka minyak kelapa dan minyak tropical dapat larut.
Namun, selain sebagai pelarut senyawa ini juga dapat sebagai reagen bantuan
terhadap iodium karena CCl4 memiki atom halogen (golongan VIIA) yaitu Cl
(klorida). Adanya atom halogen ini akan membantu reaksi halogenasi yang akan
terjadi pada ikatan tidak jenuh pada minyak. Sehingga selain sebagai pelarut CCl 4
dapat digunakan sebagai reagen pembantu dalam praktikum ini. Berikut struktur
molekul dari CCl4 :
17
Gambar 10. Struktur Molekul I2
7.2 Reaksi Asam Benzoat
18
menyebabkan H2SO4 hanya akan tersubstitusi secara biasa. Jadi 1 gugus H
pada n-heksana akan tersubstitusi oleh gugus HSO4- dari asam sulfat.
Munculnya perubahan warna beruma merah maroon, dikarenakan sifat
asam sulfat yang polar tidak melarutkan secara sempurna dengan alkana
yang sifatnya nonpolar sehingga hanya sedikit yang dapat bereaksi. Artinya
dia tidak bereaksi secara penuh sehingga perubahan warnanya menjadi
merah (tidak larut). Hal ini bisa terjadi karena adanya perlakuan khusus saat
melakukan uji, misalnya dipanaskan atau suhu ruangan tidak stabil, atau
dilakukan pencampuran dengan cara dikocok dengan sangat kuat.
Sehingga senyawa n-Heksana bukan senyawa aromatic Hal ini
dikarenakan senyawa n-Heksana tidak bereaksi sepenuhnya dengan asam
sulfat yang merupakan reagen aromatic dan tidak terjadi proses nitrasi
penuh.
19
cair pada suhu rungan. Dan apabila kandungan asam lemak jenuhnya lebih
banyak, maka pada suhu ruangan akan bersifat padat.
Menurut NYU Langone Medical Center memperkirakan bahwa minyak
kelapa mengandung 90% lemak jenuh. Ini berarti kandungan lemak tak
jenuhnya sekitar 10%. Sementara itu, minyak kelapa sawit memiliki
kandungan lemak jenuh dan lemak tak jenuh dengan rasio 1:1. Ini berarti pada
suhu ruangan minyak kelapa dan minyak tropical bersifat cair karena ada
kandungan asam lemak tak jenuh yang lebih banyak
Minyak kelapa dan minyak tropical apabila direaksikan oleh iodium
maka akan terjadi reaksi substitusi halogen (golongan VIIA). Semakin banyak
ikatan rangkap pada asam lemaknya maka makin tidak jenuh asam lemak pada
minyak tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap maka semakin banyak pula
ikatan Iodium bereaksi. Ikatan ini terjadi karena ikatan rangkap memiliki sifat
beresonansi. Sehingga setelah direaksikan ternyata kedua Maka dikarenakan
asam lemak tak jenuh minyak kelapa sawit lebih besar rasionya dibandingan
asam lemak tak jenuh minyak kelapa, iodium yang bereaksi akan lebih banyak
pada minyak kelapa sawit. Sehingga menghasilkan perubahan warna yang
lebih pekat daripada warna pada minyak kelapa.
7.5 Ikatan tak jenuh dengan KMnO4
Reaksi antara minyak tropical dengan KMnO4 pada tetes pertama
menghasilkan warna kuning kecoklatan dan terdapat butiran / endapan coklat.
Pada tetes kedua menghasilkan warna bagian atas coklat, bagian bawah coklat
kemerahan dan warna tidak pekat. Pada reaksi ini pula warna khas KMnO4
yaitu warna ungu juga menghilang seiring dengan perubahan warna pada
minyak tropical. Ini menunjukkan bahwa pada minyak tropical terdapat ikatan
rangkap atau ikatan hidrokarbon tidak jenuh. KMnO4 sebagai oksidator kuat
dapat mengoksidasi ikatan rangkap minyak tropical menjadi senyawa-senyawa
glikol dan ion MnO4- sendiri mengalami reduksi menjadi MnO2 yaitu dalam
bentuk endapan coklat. Maka untuk mengetahui ikatan rangkap maupun
tunggal dapat mengalui metode oksidasi kuat, dengan menambahkan bahan
dengan senyawa oksidator kuat seperti KMnO4.
20
8.PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa reagen
asam sulfat (sulfonasi) dan asam nitrat (nitrasi) dapat digunakan untuk menentukan
senyawa aromatik. Apabila suatu senyawa merupakan senyawa aromatic, maka
senyawa tersebut bila direaksikan dengan asam sulfat akan menghasilkan reaksi
sulfonasi dan terjadi perubahan warna, dan bila direaksikan pada asam nitrat maka
akan menghasilkan reaksi nitrasi dan terjadi perubahan warna apabila senyawa
campuran dipanaskan atau diberi bantuan berupa katalis.
Sedangkan pada reagen I2 dan KMnO4 merupakan reagen identifikasi senyawa
jenuh dan tak jenuh. Sehingga apabila suatu senyawa direaksikan dengan Iodium
menghasilkan perubahan warna atau bereaksi dengan Iodium, maka senyawa
tersebut memiliki kandungan ikatan tidak jenuh (ikatan rangkap) yang masih bisa
berikatan dengan gugus lain. Sedangkan bila tidak bereaksi dengan Iodium maka
senyawa tersebut tidak memiliki ikatan rangkap atau merupakan senyawa jenuh.
Pada senyawa KMnO4 bila senyawa tersebut tidak bereaksi dengan KMnO4 maka
warna ungu dari KMnO4 tidak akan menghilang dan senyawa tersebut
teridentifikasi sebagai senyawa jenuh yang memiliki ikatan tunggal. Namun,
apabila senyawa tersebut bereaksi maka warna asli KMnO4 yang berwarna ungu
akan menghilang dan menghasilkan warna baru dan endapan yang menandakan
bahwa senyawa tersebut merupakan senyawa tidak jenuh atau memiliki ikatan
rangkap.
8.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga. Jilid 1
Jakarta: Erlangga.
IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 27, 47,50, 52,
1158
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Fessenden, R.J. dan J.S Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar. Edisi Ketiga. Jilid
1. Jakarta: Erlangga. hal. 102.
Marzuki, Ismail., Amirullah., Fitriana. 2010. Kimia dalam Keperawatan. Sulawesi
Selatan: Pustaka As Salam.
Muchtaridi dan Sandri Justiana. 2007. Kimia I SMA Kelas X. Jakarta: Quadra.
Rachmawati, Nuzulul. 2018. Hafalan Rumus Kimia SMA Kelas X, XI, & XII.
Jakarta Selatan: Cmedia.
Rahayu, Iman. 2009. Praktis Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
22