Anda di halaman 1dari 6

ALDEHID DAN KETON

1. A.    TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain :

1. Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa


berdasarkan perbedaan gugus fungsi.
2. Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton.
1. B.     LANDASAN TEORI
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil yang
terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid dapat berupa alkil,
aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk hidup. Banyak
aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya umumnya aldehid
berbau merangsang dan keton berbau harum (Fessenden, 1986).

Aldehid dan keton bereaksi dengan alkohol membentuk masing-masing heniasetal


dan hemiketal. Karena monosakarida mempunyai baik, gugus aldehid atau keton
ditambah gugus alkohol, maka pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi
didalam untuk menghasilkan suatu struktur cincin atau lingkaran karena adanya
tegangan sudut ikatan struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih menguntungkan
bagi gula (Sulaiman, 1995).

Senyawa aldehid, keton dan ester mengalami reaksi pada gugus karbonil. Gugus
karbonil bersifat polar dan memiliki orbital hibrida sp 2 sehingga ketiga atom yang
terikat pada atom karbon terletak pada bidang datar dengan sudut ikatan 120°.
Ikatan rangkap karbon-oksigen pada gugus karbon terdiri atas satu ikatan σ dan
satu ikatan π. Ikatan σ adalah hasil tumpang tindih satu orbital sp 2 atom karbon
dengan satu orbital p atom oksigen. Sedangkan ikatan π adalah hasil tumpang tindih
orbital p atom karbon dengan orbital p yang lain dari oksigen. Dua orbital sp 2 lainnya
dari atom karbon digunakan untuk mengikat atom lain.atom oksigen gugus karbonil
masih memiliki dua orbital dan terisi dua buah elektron, kedua buah elektron ini
adalah orbital 2s dan 2p (Katja, 2004).
Minyak atsiri merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil) biasanya
terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan berantai
pendek. Salah satu contoh minyak atsiri adalah minyak melati. Kandungan minyak
atsiri dalam bunga melati merupakan komoditi yang dapat dikategorikan komoditi
eksklusif. Karena dalam 1 liter absolut bunga melati dapat mencapai harga
30.000.000 rupiah. Namun, untuk memperoleh bahan baku minyak melati sangatlah
mahal. Akibatnya, banyak produsen yang melakukan pemalsuan minyak atsiri
khususnya minyak melati dengan menambahkan berbagai macam bahan kimia
sebagai campuran untuk memperoleh minyak melati campuran (Wahyu, 2011).

Konsumsi alkohol terus menerus dapat mengakibatkan penyakit alkoholik, yang


dapat diketahui lebih awal dengan penentuan biomarker-biomarker dari alkohol.
Salah satu biomarker alkohol adalah enzim. Enzim yang digunakan untuk
mengoksidasi etanol adalah aldehid dehidrogenase (ALDH). Bila ALDH tidak cukup
tersedia maka asetaldehid yang bersifat toksik sebagai hasil oksidasi etanol tidak
dapat mengalami metabolisme yang sempurna. Alkohol (etanol) yang diminum dapat
mengalami reaksi oksidasi menjadi asetaldehid oleh enzim alcohol dehidrogenase
(ADH) dan selanjutnya dioksidasi lagi menjadi asam asetat oleh aldehid
dehidrogenase (ALDH). Akumulasi asetaldehid dapat menyebabkan berbagai
penyakit hati                    (Suaniti, et al., 2011).

1. C.      ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
–       Tabung reaksi
–       Pipet tetes
–       Rak tabung
–       Gelas kimia
–       Elektromental

1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
–       Formalin                                         –   Pereaksi Benedict
–       Larutan glukosa                              –   Pereaksi Schiff
–       Aseton                                            –   Pereaksi Fehling

1. D.      PROSEDUR KERJA
2. Uji  benedict
–    Tabung 1      : larutan tetap berwarna merah
–    Tabung 2      : merah menjadi ungu
–    Tabung 3      : larutan tetap berwarna merah
1 ml Pereaksi Schiff

–    ditambahkan masing-masing 5-10 tetes larutan glukosa untuk tabung 1, formalin untuk
tabung 2, dan aseton untuk tabung 3.
–    dikocok sampai homogen
–    diamati perubahan yang nampak
–    dimasukkan masing masing ke dalam   tabung reaksi 1, 2, dan 3
1. Uji  fehling
1 ml Pereaksi Fehling A+B

–    ditambahkan masing-masing 5-10 tetes larutan glukosa untuk tabung 1, formalin untuk
tabung 2, dan aseton untuk tabung 3.
–    dipanaskan
–    diamati perubahan yang nampak
–    Tabung 1      : biru menjadi merah dan

terdapat endapan merah bata


–    Tabung 2      : biru menjadi abu-abu dan

terdapat endapan merah bata

–    Tabung 3      : terbentuk dua lapisan

(bening dan biru)

–    dimasukkan masing masing ke dalam   tabung reaksi 1, 2, dan 3

1. Uji  benedict
1 ml Pereaksi Benedict

–    ditambahkan masing-masing 5-10 tetes larutan glukosa untuk tabung 1, formalin untuk
tabung 2, dan aseton untuk tabung 3.
–    dipanaskan
–    diamati perubahan yang nampak
–    Tabung 1      : biru dan terdapat endapan
merah bata
–    Tabung 2      : larutan tetap berwarna biru
–    Tabung 3      : biru dan terdapat endapan
biru tua
–    dimasukkan masing masing ke dalam   tabung reaksi 1, 2, dan 3

1. E.       DATA PENGAMATAN
 
1. Uji Schiff
Hasil Pengamatan
No Perlakuan Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan
Pereaksi schiff Larutan berwarna merah
+ formalin Larutan berwarna ungu
Pereaksi schiff Larutan berwarna merah
+ tetes glukosa Larutan tetap (merah)
Pereaksi schiff Larutan berwarna merah
+ aseton Larutan tetap (merah)
1. Uji Fehling
Hasil Pengamatan

No Perlakuan Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan

1. Fehling A + fehling B + Larutan berwarna biru Merah bata dan terdapat endapan
2. formalin Larutan biru pekat merah bata
3. Fehling A + fehling B + Larutan berwarna biru Abu-abu dan terbentuk endapan
glukosa Larutan tetap (biru) merah bata
Fehling A + fehling B + Larutan berwarna biru dan Larutan berwarna biru tua
terdapat dua lapisan
1. Atas : bening
aseton 2. Bawah : biru pekat
Keterangan dari kiri ke kanan :

1. Fehling + glukosa
2. Fehling + formalin
3. Fehling + aseton
1. Uji Benedict
Hasil Pengamatan
No Perlakuan Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan
Pereaksi benedict
+ formalin
Pereaksi benedict Larutan tetap berwarna biru
1. + glukosa Larutan berwarna biru Terbentuk endapan merah bata
2. Pereaksi benedict Larutan berwarna biru Larutan berwarna biru dan
3. + aseton Larutan berwarna biru terdapat endapan biru tua
Keterangan dari kiri ke kanan :
1. Benedict + formalin
2. Benedict + glukosa
3. Benedict + aseton
 

1. F.     PEMBAHASAN
Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini
apabila dioksidasi.  Alhedid dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung
gugus-gugus penting di dalam kimia oragnik. Secara struktural, aldehid dan keton
dibedakan oleh substituen pada R’, begitu pula dengan ester dan asam karboksilat

Sifat-sifat aldehid dan keton hampir mirip satu sama lain. Namun, karena perbedaan
gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan keton maka
menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara keduanya,
yaitu aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan aldehid lebih
reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini merupakan
karakteristik terhadap gugus karbonil.

Pada percobaan ini, dilakukan untuk mengidentifaksi senyawa berdasarkan


perbedaan gugus fungsi dan mengidentifikasi secara kimia senyawa golongan
aldehid dan keton pada uji schiff, benedict, dan fehling. Untuk dapat
membandingkan senyawa golongan aldehid dan keton digunakan bahan yang sama
yaitu, formalin, glukosa, dan aseton. Pereaksi schiff merupakan larutan dari fuchsin
asam di dalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO 2. Komposisinya fuchsin,
Na2S, 500 mL air dan HCl. Digunakan untuk menguji aldehid. Pereaksi  fehling
merupakan pencampuran larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat. Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung Cuprisulfat,
natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan
dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.
Pada perlakuan uji schiff, dimana warna pada larutan schiff berwarna merah
kemudian direaksikan dengan formalin dalam larutan menghasilkan warna ungu.
Perubahan warna tersebut menunjukkan adanya senyawa aldehid pada larutan.
Ketika pereaksi fehling direaksikan dengan glukosa larutan tetap berwarna merah.
Begitupun dengan aseton yang warna larutannya tetap warna merah. Hal ini
menunjukkan bahwa pada glukosa dan aseton tidak terkandung senyawa aldehid
melainkan senyawa keton. Namun, secara teori larutan schiff direaksikan dengan
glukosa warnanya berubah menjadi merah keungu-unguan yang artinya senyawa
glukosa merupakan gugus aldehid.

Pada uji fehling digunakan larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan
tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi
Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Dari hasil pengamatan ini
didapatkan antara pencampuran fehling dengan formalin biru pekat dan sesudah
pemanasan berubah menghasilkan endapan merah, hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa didalam pencampuran larutan tersebut terdapat senyawa
aldehid. Hal ini disebabkan karena aldehid mampu mereduksi ion tembaga (II)
menjadi tembaga (I) oksida. Ketika pencampuran pencampuran dengan aseton
terdapat dua lapisan yaitu bening pada lapisan atas dan biru pada lapisan bawah.
Sesudah pemanasan warna berubah menjadi biru tua. Hal ini sesuai dengan teori
karena, aseton merupakan gugus keton. Pencampuran pereaksi fehling dengan
glukosa warna yang dihasilkan tetap biru dan sesudah pemanasan berubah menjadi
merah dengan terdapat endapan merah bata pada larutan. Hal ini bertentangan
dengan teori karena pencampuran antara pereaksi fehling dengan glukosa
menghasilkan dua lapisan warna seperti pada pencampuran dengan aseton dan
setelah pemanasan tidak terdapat endapan merah bata. Kesalahan ini dikarenakan
glukosa tidak teroksidasi dengan pereaksi fehling.
Pada uji benedict, jika benedict dipanaskan bersama larutan aldehid akan terjadi
oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu 2O
yang mengendap pada bagian bawah tabung karena larutan benedict terdiri atas
larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (Na2SO3 ), dan Natrium sitrat.
Pada pencampuran pereaksi benedict dengan formalin larutan tidak mengalami
pembentukan endapan setelah dipanaskan. Hal ini bertentangan dengan teori
karena bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi
asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi Cu 2O yang
mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Ketika pencampuran dengan
glukosa terjadi perubahan warna menjadi merah dan terdapat endapan merah bata
pada larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori karena glukosa teroksidasi dengan
pereaksi benedict sehingga senyawa ini termaksud dalam gugus aldehid.
Sedangkan pada pencampuran dengan aseton, larutan tidak terjadi reaksi karena
aseton tidak bisa teroksidasi dengan pereaksi benedict.

1. G.      KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Perbedaan senyawa aldehid dan keton di tinjau dari segi gugus fungsinya adalah
aldehid memiliki sekurang-kurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada atom
karbonilnya.  Sedangkan keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada karbonilnya.
2. Aldehid mampu bereaksi dengan pereaksi fehling dengan baik, hal ini di tunjukan
oleh adanya endapan yang terbentuk.  Sedangkan keton tidak bereaksi dengan baik
terhadap pereaksi benedict, fehling maupun Schiff,  hal ini karena keton tidak mampu
teroksidasi terhadap pereaksi yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai