Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM ONLINE

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

DISUSUN OLEH :

BINTANG HASBY NURAIDA

2B FARMASI

P27241021116

DOSEN PENGAMPU :

Apt. Pramita Yuli Pratiwi, S.Farm., M.Sc

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLTEKES KEMENKES SURAKARTA

2022
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

A. TUJUAN :

 Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling

 Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling

B. DASAR TEORI

Aldehid mempunyai setidaknya satu atom Hidrogen (H) yang terikat padagugus
karbonilnya. Rumus umus dari aldehid adalah R – COH. Penamaan secara IUPAC pada aldehid
adalah dengan mengganti huruf “a” pada alkana menjadi “al”sehinnga menjadi alkanal. Tata
cara penamaan adalah rantai terpanjang yang memiliki gugus fungsi karbonil (Hornback, 2006).

Keton adalah keluarga hidrokarbon yang bersifat mudah terbakar dan narkotik. Rumus
dari keton adalah R – C – O – R. Gugus karbonil pada keton adalah C yang berikatan rangkap
dua dengan O. Keton bersifat polar sehingga apabila sampai terbakar harus dipadamkan dengan
alkohol atau busa dari senyawa yang bersifat polar karena air tidak akan efektif, namun derajat
kepolarannya kurang dari alkohol danasam organik. Tata cara penamaan IUPAC pada keton
adalah dengan mengganti “a”pada alkana menjadi “on” pada keton sehingga menjadi alkanon
(Raton, 2013).

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan
R adalah alkil atau aril.

O O

|| ||

R–C–H R–C–R’

Aldehid Keton

Aldehid keton berubah dua dari sekian banyak kelompok senyawa anorganik yang
mengandung gugus karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada
karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai satu gugus alkil (aril) dan satu hidrogen yang
terikat pada karbon karbonil itu (A. Hadyana Pudjaatmaka, 1982).

Sifat-sifat unik gugus karbonil mempengaruhi sifat fisika aldehida dan keton. Karena
senyawaan ini polar, dan karena itu melakukan tarik-menarik dipol-dipol antar molekul,
aldehida dan keton mendidih pada temperatur yang lebih tinggi dari pada senyawaan nonpolar
yang bobot molekulnya bersamaan. Secara terbatas aldehid dan keton dapat mensolvasi ion (A.
Hadyana Pudjaatmaka, 1982).

Aldehid dan keton suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan
oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida dari alkohol primair,
sedangkan keton dari alkohol sekunder (Ismail Besari, 1982).

Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsional (gugus karbonil) yang sama, maka
sifat kimianya hampir sama, tetapi sifat fisikanya berlainan (Ismail Besari, 1982).

Jika kedua gugus yang menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon,
maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen,
senyawa tersebut termasuk golongan aldehid (Suminar Achmadi, 1989).

Formaldehida, suatu gas tidak berwarna, mudah larut dalamair. Larutan 40% dalam air
dinamakan formalin, yang digunakan dalam pembuatan resinsintetik. Polimer dari
formaldehida, yang disebut paraformaldehida, digunakan sebagai antiseptik dan insektisisda.
Aldehida adalah bahan baku penting dalam pembuatan asam asetat, anhidrida asetat dan
esternya, yaitu etil asetat (Suminar Achmadi, 1989).

Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 56° C)
dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam-macam senyawa organik,
banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan plastik. Tidak seperti kebanyakan pelarut
organik lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sifat ini digabungkan
dengan volatilitasnya, membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat-alat
laboratorium. Alat-alat gelas laboratorium yang masih basah dibilas dengan aseton, dan lapisan
aseton yang menempel kemudian menguap dengan mudah. Salah satu metode pembuatan
aseton adalah melalui dehidrogenasi isopropil alkohol dengan bantuan katalis tembaga
(Suminar Achmadi, 1989).

Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya:

a. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton mengalami kesukaran


dalam beroksidasi.
b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang sama. Hal ini
disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan dengan
keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari keton.

c. Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom
yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering mengalami
pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asam karboksilat dengan jumlah atom
karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton siklik
menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama banyak.
(Fessenden, 1992).

Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui oksidator dapat digunakan
untuk membedakan kedua senyawa tersebut. (Fessenden, 1992).

Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana
yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan
menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga
menggunakan Uji Fehling. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi
aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama( Hart, 1990).

Reaksi-reaksi aldehid dan keton (Ir. Respati, 1986)

a. Oksidasi
Dipergunakan untuk membedakan aldehid dan keton. Aldehid mudah sekali
dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldeid dapat dioksidasi
dengan oksidator yang sangat lemah misalnya larutan Ag- amoniakal (reaksi cermin
perak) dan dengan reagen fehling.

b. Reduksi

1) Reduksi menjadi alkohol

2) Reduksi menjadi hidrokarbon

3) Reduksi pinakol

c. Addisi senyawa grignard Aldehid membentuk alkohol sekunder, sedangkan keton


menghasilkan alkoholtersier.
d. Addisi sianida pembentukan sianohidrin Senyawa ini berguna pembuatan asam alfa
hidroksi.

e. Addisi NaHSO3 Aldehid keton yang sederhana, dapat mengaddisi NaHSO3


menghasilkansenyawa yang berbentuk Kristal.

C.ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Gelas ukur
2. Penangas air
3. Pipet tetes
4. Tebung reaksi
5. Korek
6. Batang pengaduk

Bahan :

1. Aseton
2. Glokosa
3. Fruktosa
4. Sukrosa
5. Formalin
6. Aquadest
7. Fehling A
8. Fehling B
D.CARA KERJA

1. Uji Tollens (AgNO3 0,1 N dan NH4OH 0,5 N)

1. Siapkan 2 buah tabung reaksi

2. Masing-masing diisi dengan tabung reaksi 1 ml AgNO3 0,1 N

3. Tambahkan setetes demi setetes NH4OH 0,5 N sampai endapan yang


terbentuk larut kembali (NH4OH berlebih = pereaksi Tollens)

4. Ke dalam tabung (1) tambahkan 0,5 ml formaldehid dan tabung (2)


dengan0,5mlaseton.

5. Panaskan beberapa menit di atas penangas

6. Perhatikan dan catat pengamatan saudara


2. Uji Fehling

1. Siapkan 2 buah tabung reaksi

2. Masing–masing diisi dengan 1 ml larutan Fehling A


dan 1 ml larutan Fehling B

3. Ke dalam tabung (1) tambahkan 0,5 ml formaldehid


dan tabung (2) dengan0,5mlaseton, kocok

4. Panaskan beberapa menit di atas penangas air

5. Perhatikan perubahan yang terjadi dan catat


pengamatan saudara

E.DATA HASIL PENGAMATAN

1. Uji Tollens

NO Nama Reagen Sampel + Reagen Sampel + Hasil uji


sempel tollens + tollens (tanpa Reagen tollens (-) (+)
NH4OH pemanasan) (setelah
pemanasan)
1 Aseton Bening Bening Bening -
2 Fruktosa Bening Keruh Hitam + cermin +
perak
3 Glukosa Bening Bening Cermin perak +
4 Sukrosa Bening Bening Keruh _
5 Formalin Bening Hitam + Cermin Cermin Perak +
perak
2. Uji Fehling

NO Nama Reagen Sampel + Sampel + Hasil uji


sempel tollens + Reagen tollens Reagen tollens (-) (+)
NH4OH (tanpa (setelah
pemanasan) pemanasan)
1 Aseton Biru muda Biru lebih tua Tetap, Biru lebih -
tua
2 Fruktosa Biru muda Coklat Endapan merah +
bata
3 Glukosa Biru muda Biru lebih tua Endapan merah +
bata
4 Sukrosa Biru muda Biru lebih tua Coklat -
kekuningan
5 Formalin Biru muda Biru lebih tua Endapan merah +
bata

F.PEMBAHASAN

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat
pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Keton adalah suatu senyawa organik yang
mempunyai sebuah gugus karbon (Brady, 1986). Aldehid dan keton tidak mengandung
hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada
alkohol. Aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik-menarik elektrostatik
yang relatif kuat antar molekul. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton sulit
dalam beroksidasi, aldehid lebih reaktif dari keton, oksidasi aldehid menghasilkan asam
karboksilat sedangkan keton tidak (Fessenden & Fessenden, 1994).Kegunaan senyawa aldehida
oleh masyarakat sebagai contoh pada penggunaan makanan. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya pengaruh yang buruk pada badan, dikarenakan senyawa senyawa aldehida umumnya
digunakan untuk kayu dan bahan industri lainnya.

Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid mengandung
sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen sedangkan keton
yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus
alkil. Aldehida mudah teroksidasi sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih
reaktif dibandingkan dengan keton terhadap adisi nukleofilik (Raymond, 2009).

Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan keton berdasarkan sifat kemudahan oksidasi (Hart,2003). Secara umum, pereaksi
tollen merupakan pereaksi hasil dari campuran larutan perak nitrat dan amonium hidroksida.
Pereaksi tollen pada percobaan ini bertindak sebagai pengoksidasi ringan (Martin, 2012).

Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan
keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan
terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam
reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin
perak pada dinding dalam tabung reaksi (Acton, 2013).

Uji tollens, uji ini bertujuan untuk mengetahui kemudahan aldehid dan keton untuk
dioksidasi menjadi asam karboksilat. Pereaksi tollens merupakan oksidator lemah terdiri ion
kompleks perak amonia yang larutannya jernih tidak berwarna untuk mencegah pengendapan
ion perak sebagai oksida (Ag2O) pada suhu tinggi.

Pada percobaan uji tellens digunakan beberapa alat dan bahan diantaranya gelas
ukur,penangas air,pipet tetes,tebung reaksi,korek,batang pengaduk,dan bahan
aseton,glokosa,fruktosa,sukrosa formalin,aquadest.Langkah pada percobaan uji tollens pertama
siapkan 2 buah tabung reaksi, kemudian masing-masing diisi dengan tabung reaksi 1 ml AgNO3
0,1 N, lalu tambahkan setetes demi setetes NH4OH 0,5 N sampai endapan yang
terbentuklarut,kembali (NH4OH berlebih = pereaksi Tollens),ke dalam tabung (1) tambahkan
0,5 ml formaldehid dan tabung (2) dengan 0,5 ml aseton, terakhir panaskan beberapa menit di
atas penangas air,dan perhatikan dan catat pengamatan saudara.

Larutan pada uji tollens bila didapat hasil perak maka larutan tersebut dapat dikatan
sebagai larutan aldehid.Dari percobaan tollens didapat hasil setiap sampel direaksikan dengan
larutan tollens yang kemudian dipanaskan, hasil pada sampel glukosa menghasilkan endapan
perak. Sampel fruktosa menghasilkan endapan perak Hal ini menunjukkan adanya gugs
karbonil aldehid, dalam sampel dengan adanya endapan perak pada dinding tabung. Sampel
aseton menghasilkan endapan bening. Sampel glukosa menghasilkan endapan perak Sifat-sifat
dari aseton yaitu cairan tak berwarna, mudah menguap dan berfungsi sabagai pelarut yang baik
untuk banyak senyawa organik.Sampel sukrosa menghasilkan endapan keruh. Sampel formalin
menghasilkan endapan perak.
Uji tollens ini digunakan untuk membedakan aldehid dan keton berdasarkan sifat
kemudahannya mengalami oksidasi.Namun aseton tidak membentuk cermin perak karena
aseton yang merupakan keton atom H yang terikat langsung pada gugus karbonil sehingga
keton tidak mampu mereduksi, tetapi hanya dapat dioksidasi menjadi keadaan yang lebih keras
reaksinya daripada aldehid. Percobaan ini tidak sesuai dengan teori.
Larutan fehling adalah larutan basa bewarna biru tua. Larutan fehling dibuat dari Cu(II)
sulfat dalam larutan basa yang mengandung garam Rochelle, sehingga diperoleh ion kompleks
Cu(II) tartrat.Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana Fehling A adalah
CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-tatrat.
Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk
asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Hasil uji positif apabila
dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata (Raymond, 2009).
Pada percobaan uji tellens digunakan beberapa alat dan bahan diantaranya gelas ukur,penangas
air,pipet tetes,tebung reaksi,korek,batang pengaduk,dan bahan aseton,glokosa,fruktosa,sukrosa
formalin,aquadest,fehling A,fehling B.
Langkah pada uji fehling pertama siapkan 2 buah tabung reaksi masing–masing diisi
dengan 1 ml larutan Fehling A dan 1 ml larutan Fehling B,ke dalam tabung (1) tambahkan 0,5
ml formaldehid dan tabung (2) dengan 0,5 ml aseton, kocok,panaskan beberapa menit di atas
penangas air,perhatikan perubahan yang terjadi dan catat pengamatan saudara.
Dalam melakukan percobaan ini didapat data hasil percobaan yang telah diperoleh dapat
diketahui bahwa reagen fehling yang ditambahkan sampel formaldehid sebelum dipanaskan
warnanya biru dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk cicin merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa uji fehling dengan sampel formaldehid adalah positif dan formaldehid
merupakan aldehid.
Selanjutnya adalah sampel aseton. Pada sampel aseton yang sudah ditambahkan reagen
fehling berwarna biru tua dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk endapan yang
tidak barubah warna. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan aseton adalah negatif dan
aseton bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa aseton
merupakan gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi
dalam uji fehling (Sudarmo, 2006).
adalah sampel glukosa. Pada samapel glukosa yang sudah ditambahkan reagen fehling
berwarna biru dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk endapan merah bata. Hal
ini menujukkan bahwa uji fehling dan glukosa adalah positif dan glukosa merupakan aldehid.
Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa glukosa merupakan gugus aldehid, memiliki gugus
OH bebas sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah bata (Sudarmo,
2006).
Selanjutnya adalah sampel fruktosa. Pada sampel fruktosa yang sudah ditambahkan
reagen fehling berwarna coklat dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk endapan
merah bata. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan fruktosa adalah positif dan fruktosa
merupakan keton. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa fruktosa memiliki gugus OH
bebas sehingga ketika diuji dengan fehling dapat bereaksi dengan membentuk endapan merah
bata meskipun pada kenyataannya fruktosa adalah keton (Sudarmo, 2006)
Selanjutnya adalah sampel sukrosa. Pada sampel sukrosa yang sudah ditambahkan
reagen fehling berwarna biru dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit menjadi berwarna
coklat kekuningan.Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan sukrosa adalah negatif dan
sukrosa bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa sukrosa
merupakan gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi
dalam uji fehling (Sudarmo, 2006).

G.JAWABAN PERTANYAAN:
1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat pada
sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Golongan aldehid disebut golongan alkanal. Senyawa-
senyawa aldehid dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat mudah larut dalam air,
sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5 sukar larut dalam air. Keton
merupakan senyawa karbon yang mempunyai gugus karbonil atau dapat ditulis -CO-. Golongan
keton disebut alkanon. Gugus fungsi karbonil terletak di tengah, diapit dua buah alkil (Suwarji,
2007).Pemberian nama aldehida dan keton secara IUPAC adalah berdasarkan nama alkana.
Pada aldehida akhiran a diganti menjadi al, sedangkan pada keton akhiran a diganti menjadi on.
Pada keton, penomoran rantai induk dimulai dari salah satu ujung sehingga atom C pada gugus
keton mempunyai nomor terkecil (Sulistyani 2008)
2. Jelaskan prinsip uji Tollens !
Pereaksi tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat dengan cara
menetesi larutan perak nitrat dalam larutan amonia hingga endapan yang mula-mula terbentuk
larut kembali. Pereaksi tollens disebut juga larutan perak oksida (Ag2O). Aldehid dapat
mereduksi pereaksi tollens sehingga membebaskan unsur Ag (Putrianti, 2009).
3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?
Pereaksi fehling berfungsi sebagai oksidator lemah yang dapat mengidentifikasi gugus aldehid
ataupun gugus keton dengan reaksi yang dihasilkan (Putrianti, 2009)

H.KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aldehid dan keton
merupakan senyawa yang pada umumnya mepunyai gugus karbonil yang terikat pada gugus
alkil. Membedakan aldehid dan keton dapat dilakukan dengan test pereaksi tollen,dan fehling
,didapat bahwa senyawa yang mengandung gugus aldehid lebih mudah untuk teroksidasi
dengan oksidator yang lemah sedang senyawa yang mengandung gugus keton dan asam
karboksilat tidak mudah untuk teroksidasi.Asetaldehid, laktosa, glukosa merupakan senyawa
yang mengandung gugs aldehid.Aseton dan fruktosa merupakan senyawa yang mengandung
gugs keton. Tetapi fruktosa dapat bertautomerisasi menjadi aldehida
DAFTAR PUSTAKA
Acton, A (ed.). 2013. Congestive Heart Failure: New Insights for the Healthcare Professional.
Scholarly Editions
Brandy, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York : John Willy and Sons
Fessenden, R. dan Fessenden, S. 1994. Kimia Organik I. Jilid Idan 2 (Terjemahan
Aloysius H.P. dan Surdin). Penerbit Erlangga, Jakarta
Hart, H., craine, L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Erlangga. Jakarta.
Martini, F., & al, e. (2012). Fundamentals of Anatomy & Physiology (9 ed.). San Fransisco:
Pearson Education. P. 673, 674, 681, 697, 698, 702, 737.
Raymond M c Leond, J r. 2009. Sistem informasi edisi v jilid 2. Pren hallindo. Jakarta
Sudarmo, Unggul.(2006). Kimia untuk SMA / MA kelas XII. Jakarta : PhiBETA

Anda mungkin juga menyukai