Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aldehid dan keton adalah contoh senyawa-senyawa karbonil yang banyak
ditemukan di alam bebas. Aldehid adalah senyawa organik yang karbon
karbonilnya selalu berikatan dengan paling sedikit satu atom hidrogen.
Sedangkan keton adalah senyawa organik yang karbon karbonilnya diikat oleh
gugus alkil.
Aldehid mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen yang melekat pada
gugus karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugus hidrogen, alkil atau aril.
Sedangkan keton mengandung dua gugus alkil atau aril yang terikat pada atom
karbon karbonil..
Berdasarkan uraian diatas, aldehid dan keton mempunyai kemiripan dalam
gugus fungsinya berdasarkan reaksi kimia. Dengan demikian, untuk mengetahui
identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi maka dilakukan
percobaan ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengidentifikasi senyawa berdasarkan gugus fungsi ?
2. Bagaimana mengidentifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan
keton ?

C. Tujuan
Adapun tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa


berdasarkan perbedaan gugus fungsi.
2. Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan
keton.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aldehid dan keton dapat dibedakan dengan cara yang sederhana. Suatu
cara yang sederhana untuk membedakan aldehid dan keton adalah berdasarkan
reaksi oksidasi-reduksi. Keton tidak mudah di oksidasi bukan tidak mungkin
tetapi aldehid dengan mudah dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir
semua reagensia apa saja yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi
aldehid. Garam permanganat dan dikromat merupakan bahan pengoksidasi yang
banyak digunakan. Zat pengoksidasi lain yang sangat lembut dan sering
digunakan adalah Ag+ (pereaksi Tollens) atau Cu2+ (pereaksi Fehling) (Stanley H
Pine, 1988).
Senyawa aldehid, keton dan ester mengalami reaksi pada gugus karbonil.
Gugus karbonil bersifat polar dan memiliki orbital hibrida sp 2 sehingga ketiga
atom yang terikat pada atom karbon terletak pada bidang datar dengan sudut
ikatan 120. Ikatan rangkap karbon-oksigen pada gugus karbon terdiri atas satu
ikatan dan satu ikatan . Ikatan adalah hasil tumpang tindih satu orbital sp 2
atom karbon dengan satu orbital p atom oksigen. Sedangkan ikatan adalah hasil
tumpang tindih orbital p atom karbon dengan orbital p yang lain dari oksigen. Dua
orbital sp2 lainnya dari atom karbon digunakan untuk mengikat atom lain.atom
oksigen gugus karbonil masih memiliki dua orbital dan terisi dua buah elektron,
kedua buah elektron ini adalah orbital 2s dan 2p (Katja, 2004).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan
dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara

molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif
dari yang lain (Respah, 1986).
Golongan aldehid yang terdapat dalam ekstrak etil asetat terdiri dari
Undecanal, Tetradecanal dan Pentadecanal. Kromatogram komponen bioaktif
ekstrak dalam pelarut etil asetat. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa senyawa
yang dominan adalah Pentadecanal dan Tetradecanal dari golongan aldehid.
Beberapa kelompok senyawa kimia utama yang bersifat anti cendawan adalah
aldehid, alkohol, fenol dan senyawa fenolik, halogen, gas khemostrilan serta
logam berat. Pernyataan ini mendukung hasil penelitian yaitu senyawa aldehid
(Diba Farah, 2007).
Senyawa aldehid dari alkohol sangat bergantung pada oksidator yang
digunakan, bila oksidator yang digunakan terlalu kuat maka oksidasi akan
berjalan terus sampai terbentuk asam karboksilat. Oksidator-oksidator yang dapat
digunakan untuk mengoksidasi alkohol menjadi aldehid adalah reagen Jones dan
reagen Collins, tetapi penggunaan reagen Jones pada proses oksidasi ini akan
sangat rawan karena sifatnya yang asam sehingga dapat mengoksidasi aldehid
menjadi asam karboksilat dalam kondisi oksidator berlebih (Ngadiwiyana et al,.
2007)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 18 November 2013 bertempat


di Laboratorium Riset Terpadu Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia 50 mL
Alat pemanas
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
Glukosa
Formalin
Aseton
Fehling A
Fehling B
Pereaksi Benedict
C. Prosedur Kerja
a. Uji Fehling
10 tetes formalin

10 tetes glukosa

10 tetes aseton

-dimasukkan dalam tabung reaksi

-ditambahkan pereaksi fehling A dan B


-dipanaskan
-diamati perubahan yang terjadi
-dicatat
10 tetes formalin + 1 mL Fehling A dan B

: terjadi endapan merah bata

10 tetes glukosa + 1 mL Fehling A dan B

: terjadi endapan merah bata

10 tetes aseton + 1 mL Fehling A dan B

: tidak terjadi endapan

b. Uji Benedict
10 tetes formalin

10 tetes glukosa

10 tetes aseton

-dimasukkan dalam tabung reaksi

-ditambahkan pereaksi benedict


-dipanaskan
-diamati perubahan yang terjadi
-dicatat
10 tetes formalin + 1 mL pereaksi Benedict : tidak terjadi endapan
10 tetes glukosa + 1 mL pereaksi Benedict : tejadi endapan merah bata
10 tetes aseton + 1 mL pereaksi Benedict

: tidak terjadi endapan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a. Uji Fehling
Perlakuan
Fehling A dan B + 10
tetes formalin
Fehling A dan B +10 tetes
glukosa
Fehling A dan B + 10
tetes aseton

Sebelum
pemanasan
Biru tua
Biru tua
Biru tua

Setelah pemanasan
Terjadi endapan
merah bata
Terjadi endapan
merah bata
Tidak terjadi endapan

b. Uji Benedict
Perlakuan
Benedict + 10 tetes
formalin
Benedict + 10 tetes
glukosa

Sebelum
pemanasan
Biru muda
Biru muda

Setelah pemanasan
Tidak terjadi endapan
Terjadi endapan
merah bata

Benedict + 10 tetes aseton

Biru muda

Tidak terjadi endapan

Reaksi yang terjadi :


1.

Formalin + Fehling A dan B


O
O

+ 2CuO

+ Cu2O

2. Glukosa + Fehling A dan B


HO

H
HO

OH
H

OH

OH
CH2OH

+ 2CuO
3. Aseton + Fehling A dan B

+ Cu2O

H3C

CH3

+ 2CuO
4. Formalin + Pereaksi Benedict
2CuSO4.5H2O + C3H6O
5. Glukosa + Pereaksi Benedict
2CuSO4.5H2O + C6H12O6
6. Aseton + Pereaksi Benedict
2CuSO4.5H2O + CH3COCH3

C6H12O6 + Cu2O + 2H2SO4 + 8H2O

OH

Gambar Hasil Pengamatan

Keterangan :
1. Glukosa + fehling A dan B
2. Formalin + fehling A dan B
3. Aseton + fehling A dan B
1

Keterangan :
1. Formalin + Benedict
2. Glukosa + Benedict
3. Aseton + Benedict
1

B. Pembahasan
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung
sebuah gugus karbonil dengan ikatan rangkap C=O. Aldehid mempunyai paling
sedikit satu atom hidrogen yang melekat pada gugus karbonil. Gugus lainnya
dapat berupa gugus hidrogen, alkil atau aril. Sedangkan keton mengandung dua
gugus alkil atau aril yang terikat pada atom karbon karbonil.
Aldehid dan keton mempunyai kemiripan sifat dalam gugus fungsinya,
namun karena adanya perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil sehingga

menimbulkan perbedaan antara aldehid dan keton, Aldehid memiliki sebuah atom
hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat
mudah teroksidasi. Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak
mudah dioksidasi. Keton hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen
pengoksidasi kuat yang memiliki kemampuan untuk memutus ikatan karbonkarbon.
Pada

percobaan

ini

dilakukan

untuk

mengidentifikasi

senyawa

berdasarkan perbedaan gugus fungsi dan mengidentifikasi secara kimia senyawa


golongan aldehid dan keton pada larutan formalin, glukosa dan aseton dengan
pereaksi Fehling dan pereaksi benedict. Pereaksi fehling merupakan pencampuran
larutan fehling A dan fehling B. fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan
Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh
suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Pereksi benedict merupakan larutan yang mengandung Cuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan
dihasilkan Cu2O.
Pada Pereaksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan
tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi
Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap
sebagai larutan CuO. Dari hasil pengamatan, pada larutan formalin dan fehling A
dan B sebelum pemanasan berwarna biru tua, setelah dilakukan pemanasan
berubah menghasilkan endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa pada

pencampuran larutan tersebut terdapat senyawa aldehid. Pada larutan glukosa


dan fehling A dan B sebelum pemanasan larutan berwarna biru tua, setelah
pemanasan larutan tesebut menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O. Pada
larutan aseton dan fehling A dan B sebelum pemanasan berwarna biru tua, setelah
pemanasan tidak terjadi perubahan, tidak terdapan endapan. Hal ini menunjukkan
bahwa aseton termasuk gugus keton yang tidak mengikat atom H sehingga tidak
mudah teroksidasi.
Pada pereaksi benedict, pada larutan formalin dan pereaksi benedict
sebelum pemanasan larutan berwarna biru muda, setelah pemanasan tidak terdapat
endapan ataupun mengalami perubahan. Hal ini tidak sesuai dengan

teori,

seharusnya setelah dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi


menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi
Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Pada larutan glukosa
dan benedict sebelum pemanasan berwarna biru muda, setelah dipanaskan
mengalami perubahan yaitu terbentuknya endapan merah bata. Hal ini terjadi
karena glukosa teroksidasi dengan pereaksi benedict sehingga larutan glukosa
termasuk senyawa aldehid. Pada pencampuran larutan aseton dan benedict
sebelum pemanasan berwarna biru muda, setelah dipanaskan tidak mengalami
perubahan. Hal ini disebabkan aseton tidak teroksidasi dengan pereaksi benedict.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Perbedaan aldehid dan keton ditinjau dari segi gugus fungsinya adalah aldehid
memiliki satu atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil. Sedangkan,
keton mengandung dua gugus alkil yang terikat pada gugus karbonil.
2. Aldehid mampu bereaksi dengan pereaksi fehling dengan baik, hal ini di
tunjukkan oleh adanya endapan merah bata yangt erbentuk. Sedangkan keton
tidak bereaksi dengan baik terhadap pereaksi fehling. Hal ini karena keton
tidak mampu teroksidasi terhadap pereaksi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Diba, Farah., 2007. Pengujian Aktivitas Anti Cendawan Sekresi Pertahanan Diri
Rayap Tanah Coptotermes Curvignathus Holmogren (Isoptera:
Rhinotermitidae). J.Tropical Wood Science and Technology. Vol.5 No.1.

Katja, D.G., 2004, Sintesis Alkohol Dari Senyawa Aldehida, Keton dan Ester.
Ngadiwiyana., Ismiyarto., Ayu Ratri Kartika Iriany., 2007. Oksidasi 3-(3,4dimetoksifenil)-propanol dengan menggunakan Oksidator Piridinium
Klorokromat (PCC). Universitas Diponegoro, Semarang. Vol.10 No.3
Pine, Stanley H.(1988). Kimia Organik I.ITB : Bandung.
Respah, Ir., 1986. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I


PERCOBAAN III

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN KETON

NAMA

: NUR ATIYAH HAFID

STAMBUK

: F1C1 12 011

KELOMPOK

: II (DUA)

ASISTEN

: HERLIN

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013

Tugas Setelah Praktikum


1. Tuliskan reaksi-reaksi yang terjadi dari hasil percobaan ini !

2.

Mengapa aldehid lebih mudah teroksidasi dibandingkan keton ?


3. Mengapa aldehid lebih reaktif terhadap reaksi adisi nuleofilik dibandingkan
dengan keton ?
Jawaban
1. Reaksi-reaksi yang terjadi
a. Formalin + Fehling A dan B
O
O

+ 2CuO

OH

+ Cu2O

b. Glukosa + Fehling A dan B


HO

H
HO

OH
H

OH

OH
CH2OH

+ 2CuO
c. Aseton + Fehling A dan B

+ Cu2O

H3C

CH3

+ 2CuO
d. Formalin + Pereaksi Benedict
2CuSO4.5H2O + C3H6O
e. Glukosa + Pereaksi Benedict
2CuSO4.5H2O + C6H12O6
C6H12O6 + Cu2O + 2H2SO4 + 8H2O
f. Aseton + Pereaksi Benedict
2CuSO4.5H2O + CH3COCH3
2. Aldehid lebih mudah teroksidasi dibandingkan dengan keton karena
keberadaan atom hidrogen yang terikat pada ikatan rangkap C=O dalam

aldehid sedangkan pada keton tidak ditemukan hidrogen seperti ini.


Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah
teroksidasi. Atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat.
Karena keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat
sulit dioksidasi.
3. Aldehid lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofilik dibandingkan dengan
keton karena salah satu tangan rantai karbon pada aldehid mengikat atom
hidrogen sehingga memiliki rantai atom karbon yang pendek dibandingkan
dengan keton yang kedua tangan atom karbonnya mengikat gugus alkil.
Sehingga dari struktur senyawa aldehid yang memiliki rantai atom karbon
yang pendek mengakibatkan aldehid mudah bereaksi dengan reaksi adisi
nukleofilik karena sedikitnya penghalang pada ruang strukturnya. Semakin
mudah aldehid bereaksi maka aldehid akan semakin reaktif. Sedangkan keton
memiliki rantai atom karbon yang panjang sehingga mengakibatkan sulitnya
keton bereaksi dengan reaksi adisi nukleofilik karena banyaknya penghalang
pada ruang strukturnya. Oleh karena itu, keton bersifat tidak reaktif.

Anda mungkin juga menyukai