FORMULA
2.1 Preformulasi
a) Aqua Destillata
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
3
Alasan : Karena termasuk pelarut utama serta stabil di
semua keadaan fisik.
b) Gliserin
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Gliserol, gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 200
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%),
praktis tidak larut dalam kloroform p, dalam eter p
dan dalam minyak lemak
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
PH Larutan : 6.00 - 7.00
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni, tidak
rentan terhadap oksidasi oleh atmosfer dibawah
kondisi penyimpanan biasa.
Massa molar : 92,09382 g/mol
c) Ethanol
Nama resmi : Aethanolum ( FI IlI Hal:65 )
Sinonim : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak; bau khas rasa panas,mudah
terbakar dan memberikan nyala biruyang tidak
berasap.
4
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
d) Tween 20
Nama Lain : Anotan PML 20, Capmul POE-L, Campul POE-
L Low PV, Callet 1.Drewmulse, E432, Durfax 20,
E432, Eumulgin SML, Glycosperse L -20, Hodag
PSML-20. Lamesorb SML-20, Liposorb L-20;
Liposorb L-20K, Montanox 20, Nissan Nonion LT-
221, Norfox Sorbo T-20, POESML, polysorbatum
20, Ritabate 20, Sorbax PML-20. sorbitan
monododecanoate, Sorgen TW-20, T-Maz 20, T-
Maz 20K. poly(oxy-1.2-ethanediyl) lenvatives.
polyoxyethylene 20 laurate, Protasorb 1-20. Tego
SML 20, Tween 20.
Nama Kimia : Polyoxyethylene (20) sorbitan monolaurate
Pemerian : Caran, Kuning muda hingga coklat muda, bau khas
lemah Larut dalam air, dalam etanol, dalam etil
asetat, dala metanol dan dalam dioksan, tidak larut
dalam minyak mineral.
Kegunaan : Pendispersi, agen pengemulsi, surfaktan non-ionk,
pelarut,pensuspens. Pembasah.
e) Butylated Hydroxytoluene
5
Khasiat : Antioksidanpada makanan, kosmetik dan obat-
obatan
Kelarutan :Kelarutan Praktis tidak larut dalam air,
gliserin,propilena glikol, larutan hidroksida alkali,
dan asam mineral encer berair. Mudah larut dalam
aseton, benzena, etanol 95, eter,metanol, toluen,
minyak tetap, dan minyak mineral
Titik beku : 69-70 o C
Titik lebur :70 o C
Kadar air :40,05
Stabilitas :Paparan cahaya, kelembaban, dan panas
menyebabkan perubahan warna
Inkompatibilitas :Fenolik dan mengalami reaksi karakteristik fenol.
Hal ini inkompatibel dengan agen oksidasi kuat
seperti peroksida dan permanganat. Kontak dengan
oksidator dapat menyebabkan pembakaran spontan.
Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan
hilangnya aktivitas.
6
2.1.4 Formulasi
Formulasi dibagi menjadi dua fase (suhu 80 dan 100)
R/
BHT 2g
Gliserin 5g
Polisorbat 20 0,01 g
Fenoksietanol 0,5 g
Etanol qs
7
ml : 2 = 46,9 ml
8
Perhitungan Bahan dibagi menjadi dua fase (suhu 100)
N Langkah
o Kerja
1. Sampel 5 g yang telah di bagi menjadi 2 bagian, Ekstrak daun teh dimasukkan
kedalam cawan perselen dan ditambahkan pelarut air (aquadest) sebanyak 150 mL.
2. Campuran selanjutnya dipanaskan pada variasi suhu 80℃ dengan Ekstrak sebanyak
2,5 g dan 100 ℃ sebanyak 2,5 g sambil diaduk dengan batang pengaduk
3. Dalam proses ekstraksi juga dilakukan variasi waktu pengadukan selama 5 menit
dan 10 menit.
4. Setelah pengadukan sesuai, campuran disaring dengan kertas saring
5. Filtrat yang diperoleh kemudian disimpan untuk penentuan kandungan fenolat total.
10
7. No 6 aduk ad Homogen
8. No 7 kemudian ditambahkan ekstrak daun teh hijau yang sudah dilarutkan
ke dalamcampuran
9. No 8 ditambahkan larutan Buffer pH 5,5 ad 100 ml sambil di aduk ad homogen
10. Sediaan di saring menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam botol 100
ml
11
BAB III
EVALUASI
3.1 EVALUASI
Uji evaluasi meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji berat jenis larutan, uji
viskositas, pemeriksaan pH, uji volume terpindahkan.
Prosedur kerja
No Langkah Kerja
1. Siapkan sediaan yang akan di uji
2. Ambil rasa, bau, warna dan bentuk
3. Catat hasil
Hasil uji
Rasa Bau Warna Bentuk
Dingin, lembab, Khas bunga Kuning Cair
segar mawar kecoklatan
Prosedur kerja
No Langkah Kerja
1. Siapkan sediaan yang akan di uji
2. Amati ada atau tidaknya endapan
3. Catat hasil
Hasil uji
Homogen Homogen
pada suhu 80 ℃ ditemukan sediaan homogen.
Tidak homogen Tidak homogen
pada suhu 100 ℃ ditemukan sediaan tidak homogen yang
12
menimbulkan sediaan pecah minya dalam air (O/W)
terindikasi terdapat zat yang rusak pada suhu tersebut.
Prosedur kerja
No Langkah Kerja
1. Siapkan sediaan yang akan di uji
2. Masukkan sediaan ke dalam gelas piala
3. Turunkan spindle higga tercelup ke sediaan
4. Nyalakan tombol on
5. Baca skala pada jarum
6. Catat hasil
Hasil uji
dibawah < 30 cp
( karena sediaan
terlalu cair )
3.1.4 Uji PH
Prosedur kerja
No Langkah Kerja
1. Siapkan sediaan yang akan di uji
2. Masukkan sediaan ke dalam beaker glas
3. Masukkan elektroda pH meter
4. Amati pH
5. Catat hasil
Hasil uji
pH suhu 80 5,5 pH sesuai dengan
13
pH suhu 100 5,5 pH dapar
Prosedur kerja
No Langkah Kerja
1. Siapkan sediaan yang akan di uji
2. Masukkan sediaan ke dalam gelas ukur
3. Amati volume sediaan
4. Catat hasil
Hasil uji
Pada suhu 80 < 100 ml Uji terpindahkan pada suhu 80
mempunyai volume 90 ml,
dikarenakan sudah dilakukan tester
pada beberapa mahasiswa.
Pada suhu 100 100 ml -
3.2 Pembahasan
Uji iritasi dilakukan pada kuliat tangan, selama uji hasil yang didapatkan
toner terasa lembab, segar, dingin. Tidak terasa atau muncul tanda tanda iritasi,
kemerahan, gatal ataupun panas. Test dilakukan oleh 5 orang dan hasil sama.
Uji stabil selama satu minggu sediaan dengan suhu 80 ℃ lebih stabil dan
tidak terjadi kerusakan ataupun pecah.
Uji stabil selama satu minggu sediaan dengan suhu 100 ℃ terjadi
kerusakan sediaan pecah, antara fase minyak dan fase air. Munculnya
endapan minyak (berwarna coklat).
14
Penjelasan
Setelah kami lakukan riset kembali berdasarkan jurnal-jurnal yang kami baca,
hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada 2 suhu tersebut kadar zat yang
terlarut berbeda konsentrasi. Berikut kami cantumkan tabel presentase kadar
zat yang terlarut selama pemanasan :
Alauddin Makassar)
Dapat dilihat, hasil dari pemanasan dengan suhu 80'C dan 100'C. Pada
suhu 100'C lebih banyak zat yang terlarut seperti Kafein. Tanin, dan Catechin;
menyebabkan perbedaan hasil antara sediaan dengan suhu 80'C dan sediaan
dengan suhu 100'C.
Dapat dilihat, hasil dari pemanasan dengan suhu 80'C dan 100'C. Pada
suhu 100'C lebih banyak zat yang terlarut seperti Kafein. Tanin, dan Catechin;
menyebabkan perbedaan hasil antara sediaan dengan suhu 80'C dan sediaan
dengan suhu 100'C
15
Berikut foto sediaan
SED
IAAN 1
SEDIAAN 2
S
u
hu 80'C cenderung lebih jernih dan setelah pembuatan tidak terbentuk
endapan/pemisahan antara minyak dan air.
Suhu100'C cenderung lebih keruh dan setelah pembuatan terbentuk
endapan/pemisahan antara minyak dan air.
16