Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kapasitas daya dukung
tanah adalah metode Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dan California Bearing
Ratio (CBR). DCP atau Dynamic Cone Penetration adalah alat yang digunakan
untuk mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat. Daya dukung
tanah dasar tersebut diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test DCP
yang dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus masuk ke
dalam tanah dasar tersebut setelah mendapat tumbukan palu geser pada landasan
batang utamanya. Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung conus
dari alat DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah dasar
pada titik-titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk setiap tumbukan
artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan menggunakan alat
DCP akan menghasilkan data yang setelah diolah akan menghasilkan CBR
lapangan tanah dasar pada titik yang ditinjau.
Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL (Transport and Road
Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR
(California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem
perkerasan. Pengujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai
kedalaman kurang lebih 70 cm di bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau
permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya
konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan
dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
11.2 TUJUAN
1. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji
2. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar
yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar
pengukur kedalaman.
3. Mencatat jumlah tumbukkan :
a. Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga
menyentuh batas pegangan.
b. Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan.
c. Lakukan percobaan a dan b di atas, catat jumlah tumbukkan dan
kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1. Untuk lapisan fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan
yang tidak keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk
setiap 1 tumbukkan atau 2 tumbukkan;
2. Untuk lapisan fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup
keras, maka harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5
tumbukkan sampai dengan 10 tumbukkan.
d. Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1mm/3
tumbukkan. Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik
tersebut sampai mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
4. Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20
cm dari titik uji satu ke titik uji lainnya. Langkah-langkah setelah
pengujian:
a. Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas
b. Angkat penumbuk dan pukulan beberapa kali dengan arah ke atas
sehingga menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas
permukaan tanah.
c. Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan
alat dari kotoran dan simpan pada tempatnya.
d. Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.
Kumulatif
Banyak Kumulatif Penetrasi DCP CBR
Penetrasi
Tumbukan Tumbukan
(mm) (mm) (mm/tumbukan) (%)
0 0 35 0
1 1 55 20
2 3 123 88
2 5 210 175 29,9 6,6
5 10 334 299
5 15 406 371
5 20 483 448
5 25 587 552
5 30 650 615
5 35 700 665 19 10,9
5 40 753 718
5 45 817 782
5 50 891 856
21,8 9,4
5 55 1000 965
1. Perhitungan Kumulatif Penetrasi
Kumulatif penetrasi KPn= Pn – P(n-1) + KP(n-1)
KPn = Kumulatif Penetrasi Ke-n (mm)
Pn = Penetrasi Ke-n (mm)
n = urutan ke n
contoh perhitungan :
Kumulatif Penetrasi ke 2
Pn = 55 mm
P(n-1) = 35 mm
KP(n-1) = 0 mm
Maka :
KP1 = 55 - 35 + 0
KP1 = 20 mm
2. Perhitungan Nilai DCP
Tabel 11.2 Tabel Hubungan antara Kumulatif Tumbukan dengan Kumulatif
Penetrasi
Kumulatif
Kumulatif
Penetrasi
Tumbukan
(mm)
0 0
1 1
2 3
2 5
5 10
5 15
5 20
5 25
5 30
5 35
5 40
5 45
5 50
5 55
Maka :
366
DCP = = 14,64 mm/tumbukan
25
Berdasarkan grafik hubungan antara nilai DCP terhadap CBR didapat nilai CBR
sebagai berikut :
11.6 KESIMPULAN
11.7 SARAN
Ketelitian sangatlah diperlukan untuk membuat percobaan valid.
Perhitungan nilai CBR dari grafik hubungan CBR dan DCP kurang valid jika
dilakukan secara manual. Pengecekan lewat computer lebih baik agar nilai CBR
bisa akurat.
11.8 LAMPIRAN
A. Foto Praktikum
B. Data
C. Daftar Pustaka