Anda di halaman 1dari 9

BAB XI

UJI CBR DENGAN

DYNAMIC CONE PENETRATION (DCP)

11.1 DASAR TEORI

Tanah dasar (subgrade) adalah permukaan tanah asli, permukaan galian,


atau permukaan tanah timbunan yang merupakan permukaan untuk perletakan
bagian–bagian perkerasan lainnya. Fungsi tanah dasar adalah menerima tekanan
akibat beban yang ada diatasnya oleh karena itu tanah dasar harus mempunyai
kapasitas daya dukung yang optimal sehingga mampu menerima gaya tanpa
mengalami kerusakan.

Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kapasitas daya dukung
tanah adalah metode Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dan California Bearing
Ratio (CBR). DCP atau Dynamic Cone Penetration adalah alat yang digunakan
untuk mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat. Daya dukung
tanah dasar tersebut diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test DCP
yang dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus masuk ke
dalam tanah dasar tersebut setelah mendapat tumbukan palu geser pada landasan
batang utamanya. Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung conus
dari alat DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah dasar
pada titik-titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk setiap tumbukan
artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan menggunakan alat
DCP akan menghasilkan data yang setelah diolah akan menghasilkan CBR
lapangan tanah dasar pada titik yang ditinjau.

Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL (Transport and Road
Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR
(California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem
perkerasan. Pengujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai
kedalaman kurang lebih 70 cm di bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau
permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya
konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan
dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.

Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan


penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan pondasi
karena pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik, pembacaan
penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai CBR.

11.2 TUJUAN

Menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) yang akan memberikan


data kekuatan tanah sampai kedalaman kurang lebih 70 cm di bawah permukaan
lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar.

11.3 ALAT DAN BAHAN

A. Satu set alat DCP yang terdiri dari:


a. Pemegang, digunakan untuk memegang alat DCP agar alat DCP tetap
tegak.
b. Alat penumbuk, untuk penumbuk alat DCP agar konus yang dipasang
turun kebawah.
c. Batang bagian atas, untuk mengarahkan palu yang mempunyai
diameter 16 mm dan tinggi jatuh sebesar 575 mm.
d. Penahan palu.
e. Penyambung batang, untuk menyambungkan batang bawah dengan
batang penyambung.
f. Batang bawah.
g. Mistar skala penetrasi, untuk meengukur kedalaman tanah sepanjang 1
m.
h. Konus, untuk mengetahui kekerasan tanah terbuat dari baja keras
berbentuk kerucut di bagian ujung, diameter 20 mm, sudut 60°.
B. Tang.
Fungsi : untuk mengunci atau membuka alat DCP seperti Konus.
C. Kunci Inggris.
Fungsi : untk mengunci alat DCP seperti konus.

11.4 CARA KERJA

1. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji
2. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar
yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar
pengukur kedalaman.
3. Mencatat jumlah tumbukkan :
a. Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga
menyentuh batas pegangan.
b. Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan.
c. Lakukan percobaan a dan b di atas, catat jumlah tumbukkan dan
kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1. Untuk lapisan fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan
yang tidak keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk
setiap 1 tumbukkan atau 2 tumbukkan;
2. Untuk lapisan fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup
keras, maka harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5
tumbukkan sampai dengan 10 tumbukkan.
d. Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1mm/3
tumbukkan. Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik
tersebut sampai mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
4. Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20
cm dari titik uji satu ke titik uji lainnya. Langkah-langkah setelah
pengujian:
a. Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas
b. Angkat penumbuk dan pukulan beberapa kali dengan arah ke atas
sehingga menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas
permukaan tanah.
c. Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan
alat dari kotoran dan simpan pada tempatnya.
d. Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.

11.5 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


Tabel 11.1 Hasil percobaan CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer

Kumulatif
Banyak Kumulatif Penetrasi DCP CBR
Penetrasi
Tumbukan Tumbukan
(mm) (mm) (mm/tumbukan) (%)
0 0 35 0
1 1 55 20
2 3 123 88
2 5 210 175 29,9 6,6
5 10 334 299
5 15 406 371
5 20 483 448
5 25 587 552
5 30 650 615
5 35 700 665 19 10,9
5 40 753 718
5 45 817 782
5 50 891 856
21,8 9,4
5 55 1000 965
1. Perhitungan Kumulatif Penetrasi
Kumulatif penetrasi KPn= Pn – P(n-1) + KP(n-1)
KPn = Kumulatif Penetrasi Ke-n (mm)
Pn = Penetrasi Ke-n (mm)
n = urutan ke n
contoh perhitungan :
Kumulatif Penetrasi ke 2
Pn = 55 mm
P(n-1) = 35 mm
KP(n-1) = 0 mm
Maka :
KP1 = 55 - 35 + 0
KP1 = 20 mm
2. Perhitungan Nilai DCP
Tabel 11.2 Tabel Hubungan antara Kumulatif Tumbukan dengan Kumulatif
Penetrasi
Kumulatif
Kumulatif
Penetrasi
Tumbukan
(mm)
0 0
1 1
2 3
2 5
5 10
5 15
5 20
5 25
5 30
5 35
5 40
5 45
5 50
5 55

Gambar 11.1 Grafik Hubungan antara Kumulatif Tumbukan Terhadap


Kumulatif Penetrasi
Berdasarkan grafik Hubungan antara Kumulatif Tumbukan Terhadap
Kumulatif Penetrasi terdapat lapisan yang relatif seragam, sehingga nilai DCP
dapat diperoleh dari selisih kumulatif penetrasi dibagi dengan selisih kumulatif
jumlah tumbukan.

Sehingga nilai DCP dapat dirumuskan sebagai berikut :

Selisih Kumulatif Penetrasi


DCP (mm/tumbukan) =
Selisih Kumulatif Tumbukan

 Perhitungan DCP pada lapisan tanah seragam ke-1


Selisih Kumulatif Penetrasi = 299 – 0 = 299 mm
Selisih Kumulatif Tumbukan = 10 – 0 = 30 tumbukan
Maka :
299
DCP = = 29,9 mm/tumbukan
10
 Perhitungan DCP pada lapisan tanah seragam ke-2
Selisih Kumulatif Penetrasi = 665 – 299= 366 mm

Selisih Kumulatif Tumbukan = 35 – 10 = 25 tumbukan

Maka :
366
DCP = = 14,64 mm/tumbukan
25

 Perhitungan DCP pada lapisan tanah seragam ke-3


Selisih Kumulatif Penetrasi = 965 – 665 = 300 mm
Selisih Kumulatif Tumbukan = 55 – 35 = 20 tumbukan
Maka :
300
DCP = = 15 mm/tumbukan
20
3. Perhitungan Nilai CBR
Dalam menentukan nilai CBR kita gunakan gambar grafik hubungan nilai
DCP dengan CBR dengan cara menarik garis nilai kecepatan penetrasi pada
sumbu horizontal keatas hingga memotong garis untuk sudut konus 60ͦ.

Gambar 11.2 Grafik hubungan nilai DCP dengan CBR

Berdasarkan grafik hubungan antara nilai DCP terhadap CBR didapat nilai CBR
sebagai berikut :

Tabel 11.3 hasil perhitungan CBR

DCP (mm/tumbukan) CBR (%)


29,9 6,6
14,64 14,6
15 14,3
B. Pembahasan
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai CBR dari sebuah
tanah yang sedang di uji. Nilai CBR ini akan memberikan data kekuatan
tanah hingga kedalaman 1 meter. Nilai CBR sendiri di peroleh dari nilai
DCP.
DCP atau Dynamic Cone Penetration adalah alat yang digunakan
untuk mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat..
Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung conus dari alat
DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah dasar
pada titik-titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk setiap
tumbukan artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan
menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang setelah diolah akan
menghasilkan nilai CBR lapangan tanah dasar pada titik yang ditinjau.
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh nilai CBR 6,6% untuk
kedalaman 334 mm , 14,6% untuk kedalaman 334 mm hingga 700 mm dan
14,3% untuk kedalaman 700 mm hingga 965 mm. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa lapisan tanah 334 mm sampai 700 mm memiliki daya
dukung yang lebih besar dibandingkan lapisan tanah dari 0 mm sampai
334 mm dan 700 mm sampai 965 mm.

11.6 KESIMPULAN

Kekuatan daya dukung tanah dapat di ketahui melalui nilai CBR.


Berdasarkan percobaan didapat nilai CBR 6,6% untuk kedalaman 334 mm ,
14,6% untuk kedalaman 334 mm hingga 700 mm dan 14,3% untuk kedalaman
700 mm hingga 965 mm. Semakin besar nilai CBR maka semakin besar daya
dukung tanah tersebut. Sebaliknya jika nilai CBR semakin kecil maka semakin
rendah pula kekuatan daya dukung tanah (tanah lunak).

11.7 SARAN
Ketelitian sangatlah diperlukan untuk membuat percobaan valid.
Perhitungan nilai CBR dari grafik hubungan CBR dan DCP kurang valid jika
dilakukan secara manual. Pengecekan lewat computer lebih baik agar nilai CBR
bisa akurat.

11.8 LAMPIRAN

A. Foto Praktikum
B. Data
C. Daftar Pustaka

Anonim. (2011). CBR (California Bearing Ratio), dipetik 10 Januari,


2016, dari http://labmektansipilusu.blogspot.co.id/2011/02/cbr-california-
bearing-ratio.html
Irawan, D. (2011). CBR (California Bearing Ratio). Dipetik 02 Maret,
2016, dari http://karpetilmusipil.blogspot.co.id/2010/01/cbr-california-
bearing-ratio.html
SNI 03-1744, Metode pengujian CBR laboratorium. Badan Standarisasi
Nasional. Bandung
SNI 03-4153, Metode pengujian penetrasi dengan SPT (Standar
Penetration Tests). Badan Standarisasi Nasional. Bandung
Overseas Road Note 31 (1993), A guide to the structural design of
bitumen- surfaced roads intropical and sub-tropical countries.Transport
Research Laboratory, United Kingdom.
Austroads (1992). Pavement Design. A Guide to the structural design of
roads pavements

Anda mungkin juga menyukai