Anda di halaman 1dari 60

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK, GEODINAMIK DAN GEOFISIKA

PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK

UJI PENETRASI INSITU


Dhinar Luhung Anggita
Naufal Faiq Ashim
Outline
• SPT
• DCP
• Sondir
• Permeability Test
Standart Penetration Test (SPT)
Uji SPT dilakukan dengan menggunakan alat Split Spoon
yang disambung dengan stang bor sampai pada dasar lubang
bor.
Untuk mendapatkan nilai N dengan cara memukul
rangkaian Split Spoon dan Stang Bor tadi dengan menggunakan
hammer seberat 140 pound (63,5 kg) tinggi jatuh 30 in (76 cm).
Harga N adalah jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk
Split Spoon masuk sedalam 30 cm.
Tujuan
• Untuk mengetahui persebaran sifat fisik berupa kekuatan
batuan, secara vertikal dan horizontal.
• Untuk mengetahui kondisi batas tanah dan lapisan keras.
• Untuk memperoleh parameter perlawanan penetrasi lapisan
tanah di lapangan, yang dapat dipergunakan untuk
identifikasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari
desain fondasi.
Gambar 1. Alat SPT
Gambar 2. Prosedur Pengujian SPT
Bacaan pekerjaan SPT dihentikan bila :

a.Total tumbukkan mencapai 3 x 15 cm (45 cm), atau

b.Total jumlah tumbukkan telah lebih dari 60 tumbuk walaupun


kedalaman tusukkan kurang dari 45 cm (bahkan hanya beberapa
mm saja); ini artinya lapis tanah dasar lubang sangat keras, yang
bisa berupa batu atau pun sedimentary rock. Data SPT yang
dilaporkan adalah N = (N2 + N3) tumbukkan/30 cm
• Catatan :
• Jumlah tumbukkan petama, N­1 tidak diperhitungkan karena dianggap
bacaan tidak benar/flas reading;

• Bila tiga kali (3R) bacaan SPT secara berurutan memperoleh nilai N ≥
50 tumbuk/… cm, maka lapis tanah setebal dua (2) jarak test SPT
dikatakan sangat keras.

• Jumlah pukulan N (blow count) memberikan sebuah petunjuk tentang


kepadatan relatif dari pasir atau kerikil, atau tentang hambatan jenis
tanah lainnya terhadap penetrasi. Gunakan tingkat kekerasan pada
tanah berbutir halus; dan tingkat kepadatan pada tanah berbutir
kasar.
Tabel 2. Tingkat kepadatan relatif tanah berbutir kasar (SNI 03 –
2436 – 1991, 2006)

Nilai N SPT Kriteria


<4 Sangat Urai

4-10 Urai

10-30 Agak Padat

30-50 Padat

>50 Sangat Padat


Tabel 1. Tingkat kekerasan tanah berbutir halus
(SNI 03 – 2436 – 1991, 2006)
Tingkat kekerasan Nilai N SPT Kriteria

Sangat Lunak <2 Keluar diantara jari bila ditekan


Lunak 2-4
Mudah dibentuk dengan tekanan jari yang rendah

Teguh 4-8
Dapat ditekan dengan ekanan jari yang kuat

Sangat Teguh 8-15


Membekas bila ditekan dengan ibu jari

Keras 15-30
Membekas bila ditekan dengan kuku ibu jari

Sangat Keras >30 Sulit untuk memperoleh bekas bila ditekan dengan
kuku ibu jari
Log Bor SPT
KOREKSI SPT

Nilai N terukur harus dikoreksi pada N60 untuk semua jenis tanah. Besaran koreksi
pengaruh efisiensi tenaga biasanya bergantung pada lining tabung, panjang batang,
dan diameter lubang bor (Skempton (1986) dan Kulhawy & Mayne (1990)). Oleh
karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti dan memadai terhadap N60,
harus dilakukan uji tenaga Ef. (Ef) diperoleh dari kalibrasi alat.
KOREKSI SPT

menggambarkan evaluasi pasir murni untuk


interpretasi kepadatan relatif, sudut geser,
dan potensi likuifaksi.
Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
• DCP atau Dynamic Cone Penetrometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat
(in situ).
• Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung konus dari
alat DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah
dasar pada titik-titik tertentu.
• Pengujian dengan menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang
setelah diolah akan menghasilkan CBR lapangan tanah dasar pada titik
yang ditinjau.
Tujuan
• Untuk mengetahui daya dukung tanah dinyatakan dalam nilai CBR (California
Bearing Ratio) dengan satuan % (persen). Data CBR digunakan sebagai salah
satu masukan dalam proses perencanaan jalan yaitu untuk :

• Penentuan tebal perkerasan (full depth pavement) untuk bagian jalan yang
direncanakan akan mendapatkan penanganan “pelebaran jalan”;

• Penentuan tebal lapis ulang (overlay) di atas jalan aspal apabila tidak dapat
disediakan / tidak terdapat data Benkelman Beam;

• Penentuan tebal perkerasan untuk bagian jalan yang harus direkonstruksi


(seluruh perkerasan lama dibongkar);
Gambar 3. Penetrometer konus dinamis (DCP)
Konus

• Logam terbuat dari baja keras, yang bagian ujungnya


berbentuk kerucut dengan sudut 30° untuk bahan
granular. Untuk hal-hal khusus seperti tanah berbutir halus
digunakan kerucut dengan sudut 60°, penggunaan sudut
konus akan menentukan pula rumus atau grafik hubungan
nilai DCP dan CBR yang harus digunakan untuk menentukan
nilai CBR.
Tabel 3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan CBR
Langkah Perhitungan

• Gunakan kurva hubungan kumulatif (total) tumbukan dan kumulatif


penetrasi, terdiri dari sumbu x dan sumbu y, pada bagian tegak menunjukkan
kedalaman penetrasi dan arah horizontal menunjukkan jumlah tumbukan;

• Plotkan hasil pengujian lapangan pada salib sumbu di grafik;


• Tarik garis yang mewakili titik-titik koordinat tertentu yang menunjukkan
lapisan yang relatif seragam;

• Hitung kedalaman lapisan yang mewakili titik-titik tersebut, yaitu selisih


antara perpotongan garis-garis yang dibuat dalam satuan mm;
Langkah Perhitungan

• Hitung kecepatan rata-rata penetrasi (DCP, mm/tumbukan atau cm/tumbukan) untuk


lapisan yang relatif seragam;

• Nilai DCP diperoleh dari selisih penetrasi dibagi dengan selisih tumbukan.

• Gunakan gambar grafik atau hitungan formula hubungan nilai DCP dengan CBR
dengan cara menarik nilai kecepatan penetrasi pada sumbu horizontal ke atas
sehingga memotong garis tebal untuk sudut konus 60° atau garis putus-putus untuk
sudut konus 30°;

• Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah kiri sehingga nilai CBR dapat diketahui.
• Rumus DCP :
• (Kumulatif Penetrasi Akhir – Kumulatif
Penetrasi Awal )/ (Kumulatif Tumbukan Akhir –
Kumulatif Tumbukan Awal)
Latihan (Konus 60o)
Waktu Pengerjaan : 15 menit
Banyak Kumulatif Penetrasi Kumulatif Penetrasi DCP General
Tumbukan Tumbukan (mm) (mm) (mm/tumbukan) CBR (%) Rating
0 0 0 0    
5 5 140 140    
5 10 62 202    
5 15 50 252    
5 20 23 275    
5 25 35 310    
5 30 25 335    
5 35 18 353    
5 40 22 375    
5 45 25 400    
5 50 30 430    
Grafik Hubungan Antara Kumulatif
Tumbukan dengan Kumulatif Penetrasi
Chart Title
500
Komulatif penetrasi

450

400

350

300

250

200

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60

Komulatif tumbukan
Grafik Hubungan Antara Kumulatif
Tumbukan dengan Kumulatif Penetrasi
Chart Title
500
Komulatif penetrasi

450

400

350

300

250

Litologi 2
200

150

100

50 Litologi 1
0
0 10 20 30 40 50 60

Komulatif tumbukan
Jawaban
Sondir/CPT
• Uji sondir disebut juga Dutch Cone Penetration Test atau Cone Penetration Test/Uji
Penetrasi Statik : Serangkaian pengujian penetrasi berbentuk silindris untuk pengetasan tanah
pada suatu lokasi dengan ujung yang berupa konus.

• Alat ini dibuat oleh orang belanda dan sangat dikenal di kalangan orang teknik sipil di
Indonesia. Pengujian dilakukan dengan menekan konus kedalam tanah, pembacaan dilakukan
setiap 20 cm.

• Komponen utama dari uji sondir : konus yang ditekan kedalam tanah

• Manometer : mengukur tekanan pada ujung konus pada setiap kedalaman tertentu didalam
tanah
Tujuan

 Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi


lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir.

 Untuk mengetahui nilai dari perlawanan konus (qc), hambatan lekat (fs), local
friction (lf), friction ratio (fr), yang dapat dipergunakan untuk interpretasi
perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi.
 Evaluasi kondisi tanah bawah permukaan di lapangan, stratigrafi (menduga struktur
lapisan tanah), klasifikasi lapisan tanah, kekuatan lapisan tanah dan kedalaman
lapisan tanah keras.

 Menentukan lapisan tanah yang harus dibuang dan diganti dengan tanah yang lebih
baik dan dipadatkan dan kontrol kepadatan tanah timbunan.

 Perencanaan pondasi dan perhitungan settlement.


KELEBIHAN
 Pengujian alternatif apabila contoh tanah pada pemboran tidak
bisa diambil (tanah lunak/pasir).
 Merupakan jenis uji yang cukup ekonomis dan dapat dilakukan
ulang dengan hasil yang relatif sama.
 Gangguan tanah lunak kecil.
 Dapat digunakan menentukan daya dukung tanah dengan baik.
 Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada
pemboran.
KELEBIHAN

 Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya
baik uji lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa
diverifikasi atau dibandingkan dengan uji lainnya.

 Dapat dengan cepat menentukan lapisan keras dan diperkirakan perbedaan


lapisan serta cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus.

 Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung daya


dukung tiang.
KEKURANGAN

 Tidak bisa menembus gravel, pasir padat, batuan.

 Tidak bisa mengambil sampel.

 Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil yang
diperoleh bisa meragukan.

 Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah dan tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung.
Gambar 4. Rangkaian alat penetrasi konus/sondir Belanda (Wesley, 1977)
PENGUJIAN SONDIR

1. Konus biasa (mantel konus, standard type).


Pada tipe standar yang diukur hanya perlawanan ujung (nilai konus) yang
dilakukan dengan hanya menekan stang bagian dalamnya saja. Seluruh bagian tabung luar
dalam keadaan statis (diam).

2. Bikonus ( friction sleeve atau adhesion jacket type).


Pada tipe bikonus yang diukur adalah baik nilai bikonus maupun hambatan pelekat.
Caranya dengan menekan stang dalam yang menekan konus ke bawah dan dalam keadaan
ini hanya nilai konus yang diukur. Bila konus telah ditekan ke bawah sedalam 4 cm maka
dengan sendirinya akan mengkait friction sleeve dan ikut membawanya ke bawah
bersama – sama sedalam 4 cm juga, jadi di sini baik nilai konus maupun hambatan
pelekat dapat diukur bersama – sama
Gambar 5. Bagian Sondir
Friction (qf atau qt) = Biconus (H) – Conus (qc)
¿ H = Qt = Qf
qc = perlawanan penetrasi konus/ conus resistance (kg/cm2)
f = gaya friksi tanah terhadap selubung konus
tahap pembacaan = 20 cm
qt (kg/cm
/qf = jumlah
2
) perlawanan (kg/cm )
2
faktor alat = luas konus (standar) = 10 cm
𝑭𝒓𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏
𝑳𝒐𝒄𝒂𝒍 𝑭𝒓𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏/ 𝑳𝒇 =
10
𝒂𝒕𝒂𝒖
𝑩𝒊𝒄𝒐𝒏𝒖𝒔 ( 𝑯 ) − 𝑪𝒐𝒏𝒖𝒔 (𝒒𝒄)
𝑳𝒐𝒄𝒂𝒍 𝑭𝒓𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏/ 𝑳𝒇 =
10
𝑳𝒐𝒄𝒂𝒍 𝒇𝒓𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏( 𝑳𝒇 )
𝑭𝒓𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 ( 𝑭𝒓 )= 𝑿 100 %
𝑪𝒐𝒏𝒖𝒔 𝒓𝒆𝒔𝒊𝒔𝒕𝒂𝒏𝒄𝒆 (𝒒𝒄)
Hubungan Empiris Kekuatan Tanah
Berdasarkan Uji Sondir
Tabel 4. Konsistensi tanah lempung Tabel 5. Kepadatan lapisan tanah
berdasarkan hasil sondir berdasarkan hasil sondir
(Terzaghi dan Peck, 1948) (Terzaghi dan Peck, 1948)

Conus Conus Friction


Friction
Resistance Resistance Ratio
Konsistensi Ratio Konsistensi

(qc) Kg/cm2 (FR) % (qc) Kg/cm2 (FR) %

Sangat Lunak/ <5 3.5 Sangat Lepas/ very < 20 2.0


very soft loose

Lunak/ soft 5 – 10 3.5 Lepas/ loose


20 - 40 2.0
Teguh/ firm 10 – 35 4.0 Setengah lepas/
Kaku/ stiff 40 - 120 2.0
30 – 60 4.0 medium
Sangat kaku/ 120 - 200 4.0
60 – 120 6.0 Padat/ dense
very stiff

Keras/ hard Sangat padat/ very


> 120 6.0 dense > 200 4.0
MPa
Gambar 6. Grafik Hubungan Qc dan Fr
Latihan (untuk jenis tanah nilai qc saja yang dipakai)
Waktu Pengerjaan : 15 menit
Konsistensi tanah lempung Kepadatan lapisan tanah
berdasarkan hasil sondir berdasarkan hasil sondir
(Terzaghi dan Peck, 1948) (Terzaghi dan Peck, 1948)
Depth (m) qc (kg/cm2) H(kg/cm2) qf(kg/cm2) Lf(kg/cm) Fr (%)
0.00 0 0
0.20 0 0
0.40 0 0
0.60 9 12
0.80 14 18
1.00 17 20
1.20 8 10
1.40 7 9
1.60 10 13
1.80 10 13
2.00 12 15
Jawaban
Depth (m) qc (kg/cm2) H(kg/cm2) qf(kg/cm2) Lf(kg/cm) Fr(%)
0.00 0 0 0 0 0
0.20 0 0 0 0 0
0.40 0 0 0 0 0
0.60 9 12 3 0,3 3,33333333
0.80 14 18 4 0,4 2,857142857
1.00 17 20 3 0,3 1,764705882
1.20 8 10 2 0,2 2,5
1.40 7 9 2 0,2 2,857142857
1.60 10 13 3 0,3 3
1.80 10 13 3 0,3 3
2.00 12 15 3 0,3 2,5
Grafik Kedalaman dengan qc dan Lt
PENGUJIAN PERMEABILITAS/WATER
PRESSURE TEST

• Permeabilitas adalah sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran


rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat
rongga pori.

• Water pressure test juga dikenal sebagai lugeon test merupakan metode
investigasi lapangan yang umum digunakan untuk mengukur
konduktivitas hidraulika atau permeabilitas in-situ dari batuan sedimen
terkonsolidasi dan rekahan kedalaman interval tertentu pada lubang bor.
Permeability Test

Uji permeability test di dalam lubang bor ada beberapa macam. Yaitu:

Circulation Test
Circulation Test dilakukan pada lubang bor yang dilindungi dengan casing. Terdiri dari dua metode:
1. Constand Head
Lubang bor diisi sampai penuh, air dari tabung dimasukkan ke dalam lubang bor dan diatur
dengan kran agar air di dalam lubang bor tidak tumpah keluar dan tidak turun (ketinggian
permukaan air konstan).
2. Falling Head
Lubang bor diisi air sampai penuh. Air dibiarkan turun kemudian diisi lagi berulang – ulang
sampai kelihatan lapisan tanah yang diuji jenuh air. Lubang diisi penuh air lagi dan penurunan
muka air diukur dari waktu ke waktu sebagai data untuk menghitung harga permeabilitas
lapisan tanah/batuan yang diuji.
Gambar 6. Skema uji constant head (Wesley, 1977)
Gambar 7. Skema uji falling head (Wesley, 1977)
Packer Test

• Pengujian dilakukan pada lubang bor menggunakan


tekanan dari air yang dipompakan ke dalam lubang bor.
Untuk menyekat zona yang diuji menggunakan karet
packer yang dapat dikembangkan dengan dongkrak atau
dengan pemompaan bisa juga secara hidrolis. Pengujian di
tengah – tengah lubang bor dapat menggunakan double
packer menggunakan 2 karet packer sebagai penyekat di
bagian atas dan bawah zona yang diuji.
Gambar 8. Packer Test
KELEBIHAN PENGUJIAN PERMEABILITAS
DENGAN TYPE PACKER TEST

• menghasilkan nilai permeabilitas yang lebih akurat, karena


perhitungan melibatkan nilai tekanan air yang digunakan selama
pengujian.

• • Water pressure test dapat dilakukan di lubang vertikal maupun
miring, namun umumnya tidak ideal untuk kemiringan lubang lebih
dari 35 – 40 dari vertikal.
Rumus untuk menghitung harga permeabilitas adalah:

Dimana:
K = harga permeabilitas tanah/batuan (cm/detik)
Q = debit air yang masuk ke lubang bor (cc/detik)
L = panjang zona yang diuji (cm)
R = jari – jari lubang bor (cm)
H = H1 + H2 + H3
H1 = tinggi manometer dari permukaan tanah (cm)
H2 = kedalaman muka air tanah (cm)
H3 = tekanan pompa dalam pengujian (gram/cm2)
Dari uji permeabilitas di dapat harga lugeon unit (Lu) yang didapatkan dengan rumus:

10
LU = Q
HxL

Dimana:
Lu : Lugeon Unit (LU)
Q : Debit air yang masuk (liter/menit)
H : Tekanan total H = h1+h2+h3 (meter)
L : Panjang zona yang diuji (m)

Besarnya harga Lugeon unit ini yang dapat digunakan sebagai batasan
dilaksanakannya grouting. Besarnya batasan ini sangat tergantung dari tipe bangunan
air yang dibuat.
Table 6. Indicative rock permeabilities from
the lugeon test.

Lugeon Joint condition :


<1 Closed or no joints
1–5 Small joint openings
5–50 Some open joints
>50 Many open joints
Tabel 7. Derajat permeabilitas menurut Trask, 1950
(dalam Soedibyo, 1993)

Koefisien Permeabilitas (K)


Derajat Permeabilitas
(cm/detik)
K > 5,0 x 10-2 Sangat lulus air
5,0 x 10-3 < K < 5,0 x 10-2 Lulus air
5,0 x 10-4 < K < 5,0 x 10-3 Setengah lulus air
5,0 x 10-5 < K < 5,0 x 10-4 Setengah tidak lulus air
K > 5,0 x 10-5 Tidak lulus air
PERMEABILITY TEST
BENDUNGAN DUNG KURUNGAN KABUPATEN PATI

No. Kedalaman L R Muka Air Tinggi Tekanan H = H1 + H2 + H3 Q = debit Koefisien Permeabilitas Lugeon Unit
Q L 10 Q
Lubang (m) (cm) (cm) Tanah Manometer Pompa (cm) (cc/detik) K 
2 LH
 ln
R
Lu 
LH
Bor H1 = HZ (cm) H2 (cm) 2
H3 (gr/cm ) (cm/detik) (lt/menit/m)
BH-1 1.50 - 5.00 350 3.8 325 20 200 545 302 1.14.E-03 9.484
1.50 - 5.00 350 3.8 325 20 400 745 302 8.33.E-04 6.938
1.50 - 5.00 350 3.8 325 20 500 845 343 8.34.E-04 6.952
1.50 - 5.00 350 3.8 325 20 400 745 282 7.79.E-04 6.489
1.50 - 5.00 350 3.8 325 20 200 545 255 9.64.E-04 8.031
BH-1 5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 500 1,270 255 3.12.E-04 2.413
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 750 1,520 41 4.19.E-05 0.324
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 1,500 2,270 68 4.66.E-05 0.359
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 750 1,520 38 3.85.E-05 0.297
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 500 1,270 33 4.08.E-05 0.315
BH-1 10.00 - 15.00 500 3.8 1,100 20 1,000 2,120 48 3.49.E-05 0.270
10.00 - 15.00 500 3.8 1,100 20 1,500 2,620 70 4.12.E-05 0.318
10.00 - 15.00 500 3.8 1,100 20 2,000 3,120 88 4.38.E-05 0.338
10.00 - 15.00 500 3.8 1,100 20 1,500 2,620 66 3.91.E-05 0.302
10.00 - 15.00 500 3.8 1,100 20 1,000 2,120 42 3.05.E-05 0.236
BH-1 15.00 - 20.00 500 3.8 950 20 1,400 2,370 49 3.20.E-05 0.247
15.00 - 20.00 500 3.8 950 20 2,000 2,970 71 3.70.E-05 0.286
15.00 - 20.00 500 3.8 950 20 2,500 3,470 86 3.84.E-05 0.296
15.00 - 20.00 500 3.8 950 20 2,000 2,970 61 3.18.E-05 0.246
15.00 - 20.00 500 3.8 950 20 1,400 2,370 47 3.06.E-05 0.236
BH-1 20.00 - 25.00 500 3.8 900 20 2,000 2,920 30 1.60.E-05 0.123
20.00 - 25.00 500 3.8 900 20 2,500 3,420 36 1.65.E-05 0.127
20.00 - 25.00 500 3.8 900 20 3,000 3,920 54 2.12.E-05 0.164
20.00 - 25.00 500 3.8 900 20 2,500 3,420 32 1.46.E-05 0.113
20.00 - 25.00 500 3.8 900 20 2,000 2,920 31 1.64.E-05 0.127
BH-2 0.00 - 5.00 500 3.8 250 20 200 470 3,357 1.11.E-02 85.702
0.00 - 5.00 500 3.8 250 20 400 670 3,942 9.14.E-03 70.597
0.00 - 5.00 500 3.8 250 20 500 770 4,237 8.55.E-03 66.026
0.00 - 5.00 500 3.8 250 20 400 670 3,635 8.43.E-03 65.104
0.00 - 5.00 500 3.8 250 20 200 470 3,112 1.03.E-02 79.447
BH-2 5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 500 1,270 5,138 6.29.E-03 48.551
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 750 1,520 5,525 5.65.E-03 43.618
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 1,500 2,270 6,475 4.43.E-03 34.229
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 750 1,520 4,993 5.11.E-03 39.421
5.00 - 10.00 500 3.8 750 20 500 1,270 4,610 5.64.E-03 43.559
Referensi
• Anonim. 2006. Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP), Departemen Pekerjaan Umum (DPU).
• Anonim. 2008. Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir,
Badan Standardisasi Nasional (BSN).
• Anonim. 2008. Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT, Badan
Standardisasi Nasional (BSN).
• Anonim. 2014. Diktat Geologi Teknik, Universitas Diponegoro :
Semarang.
• Das, B. M. 2002. Principles of Geotechnical Engineering. 5th edition.
Publisher : Bill Stenquist
• Holtz, R. And Kovaxs W. 1981. An introduction to Geotechnical
Engineering, Prentice-Hall Civil Engineering and Engineering
Mechanics Series. ISBN: 0-13-484394-0.
POST TEST

• Mengapa pada pengujian SPT nilai N1


tidak diperhitungkan?
• Sebutkan uji penetrasi insitu dan
jelaskan maksud dan tujuannya?
LAPORAN
• Cover
• Bab I Pendahuluan
• Bab II Hasil Perhitungan
• Bab III Pembahasan (individu)
• Lembar acc

ACC Kelompok WAJIB max Senin, 1 Oktober 2018


ACC Acara sunnah
Pengumpulan 2 minggu setelah dikirim data

COPAS = 0
Tidak ACC -50

Anda mungkin juga menyukai