Diajukan untuk memenuhi tugas – tugas dan memenuhi syarat – syarat guna
memperoleh gelar
DISUSUN OLEH :
UNGSI MARANATHA
PADANG
Nim : 2005902010163
I
HALAMAN PENGESAHAN
II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani, Penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir magang tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dengan ini penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terselesaikan
dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak – pihak terkait. Oleh karena itu pada
kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak – pihak yang telah membantu dan juga membimbing penulis selama
pelaksanaan program magang serta pihak – pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terima Kasih
sedalam – dalam nya kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah memberikan segala dukungan, doa dan
semangat yang luar biasa kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Magang (KKM)
2. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si Selaku Rektor Universitas Teuku Umar.
3. Bapak Dr. T. Alamsyah, S.K.M., M.PH selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar;
4. Ibu Maiza Duana, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar;
5. Bapak Zakiyuddin, SKM., M.Kes Selaku Dosen Pendamping Akademik
yang selalu memberikan support untuk spenulis agar bisa menyelesikan
tugas akhir di waktu yang tepat.
6. Bapak Perry Boy Chandra Siahaan, S.K.M., M.Kes selaku dosen
pembimbing lapangan dan pembimbing artikel yang telah memberikan
III
arahan, dorongan, serta motivasi kepada penulis, dan telah memberikan
saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan baik dan tepat waktu.
7. Bapak selaku kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
8. Bapak selaku sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
9. Ibu dr. Fakhriani selaku Supervisor Lapangan selama kegiatan magang.
10. Ibu Novita selaku Kepala Bidang Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
yang selalu memberikan arahan terkait program kerja selama pelaksanaan
magang; dan
11. Ibu dr. Nora selaku Kepala Seksi
12. Para kepala bidang, para kasi serta staf – staf yang ada pada Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
13. Teman-teman angkatan 2020 yang telah memberikan semangat demi
menyelesaikan laporan kuliah kerja magang ini: dan
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, Penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya apabila dalam
penyusunan laporan ini terdapat banyak kesalahan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................v
DAFTAR TABEL........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
2.2 Geografis.................................................................................................16
2.3 Demografi...............................................................................................17
3.2 Desain/Pola/Bagan..................................................................................29
3.3 Kerjasama...............................................................................................29
3.4 Hambatan/Kendala.................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................31
V
4.2 Pembahasan............................................................................................33
5.1 Kesimpulan.............................................................................................48
5.2 Rekomendasi...........................................................................................48
Lampiran
Lampiran 1. Log Book Magang...................................................................49
Lampiran 2. Absensi Magang.......................................................................69
Lampiran 3. Form Penilaian DPL.................................................................74
Lampiran 4. Form Penilain Supervisor.........................................................75
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan.............................................................78
VI
DAFTAR TABEL
VII
DAFTAR GAMBAR
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) terdiri dari dua konsep
yaitu “Merdeka Belajar” dan “Kampus Merdeka”. Merdeka belajar adalah
memberikan kebebasan dalam berpikir dan berinovasi (Ainia, 2020). Sedangkan
Kampus Merdeka adalah kelanjutan dari program merdeka belajar untuk jenjang
pendidikan perguruan tinggi. Dalam bentuk pembelajaran pada kampus merdeka ini
memiliki beberapa model pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran Magang.
Magang sangat penting bagi seorang mahasiswa/i dalam mendapatkan gelar sarjana
dikarnakan tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi. Dengan begitu magang sangat
penting bagi mahasiswa/i untuk mendapatkan pengalaman langsung didunia kerja.
Kuliah Kerja Magang (KKM) ini merupakan kurikulum baru pada Kampus
Merdeka Belajar dan merupakan salah satu program pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah dari kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemdikbud) oleh Nadiem
Anwar Makariem. Magang juga merupakan salah satu bentuk pelatihan kerja dan
pengaplikasian ilmu yang diperoleh mahasiswa/i selama perkuliahan dan mempelajari
secara detail tentang standar kerja yang professional. Sehingga memberikan
kesempatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai bakat minat
dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan.
Program magang pada kurikulum Merdeka Belajar ini juga dilakukan oleh
mahasiwa/i Universitas Teuku Umar untuk menghadapi perubahan sosial, budaya,
1
dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat. Perguruan Tinggi dituntut untuk
dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar
mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara optimal dan selalu relevan. Kebijakan Merdeka Belajar -
Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus
Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan
fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa. Program utama yaitu: kemudahan pembukaan program
studi baru, perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan perguruan
tinggi negeri menjadi PTN berbadan hukum, dan hak belajar tiga semester di luar
program studi. Mahasiswa diberikan kebebasan mengambil SKS di luar program
studi, tiga semester yang di maksud berupa 1 semester kesempatan mengambil mata
kuliah di luar program studi dan 2 semester melaksanakan aktivitas pembelajaran di
luar perguruan tinggi.
2
instansi (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara) maupun perusahaan untuk
menjalin kerjasama yang baik serta mendapatkan pengalaman kerja bagi mahasiswa
yang mengikuti program kerja magang kampus merdeka. Universitas Teuku Umar
mejadi salah satu Universitas di Indonesia yang mengikuti program magang kampus
merdeka dimana program magang ini di konversikan menjadi 20 sks mata kuliah
dalam waktu satu semester dan dengan luaran laporan akhir serta karya tulis ilmiah.
Program magang ini di lakukan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada
bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Adapun tujuan dari program magang kampus merdeka ini antara lain:
3
Manfaat yang diperoleh universitas dalam kegiatan magang ini dapat
menjalin kerja sama serta hubungan yang baik antara Universitas Teuku Umar
dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara di Ruang intansi tempat
mahasiswa menjalankan kegiatan magang. Sehingga dapat meningkatkan kualitas
dari lulusan Universitas Teuku umar melalui pengalaman kerja selama melakukan
kegiatan magang serta dapat memperkenalkan Universitas Teuku Umar Dalam
Lingkup yang lebih luas.
Kegiatan Kuliah Kerja Magang Tahap VI (Enam) tahun 2023 ini dilakukan
selama satu semester dengan bagian 4 (empat) bulan kerja di instansi dan 2 (dua)
bulan penyusunan karya tulis ilmiah. Kegiatan terhitung dari tanggal 28 Agustus
2023 sampai 28 Desember 2023. Mahasiswa melakukan kegiatan kerja selama 5
(lima) hari dalam seminggu, mulai dari hari senin s/d kamis dengan jam kerja mulai
pukul 08.00 – 16.30 WIB, jam istirahat 12.30 – 13.30 WIB dan di hari jum’at jam
kerja dimulai pada pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 12.00
– 13.00 WIB. Pelaksanaa kegiatan magang dilakukan di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
4
1.5.2 Metodologi Pelaksanaan Magang
5
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat tingkat Provinsi;
6
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai
uraian tugas ;
a) Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi urusan
pengendalian, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung,
penyakit menular vektor, penyakit zoonotik dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat tingkat provinsi;
b) Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan, evaluasi,
koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap penerapan/pelaksanaan
Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya;
c) Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi dalam
penyempurnaan dan penyusunan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan,
regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan seksinya;
d) Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi staf,
standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja seksinya;
e) Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan study ilmiah
manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait dalam penanganan
urusan seksinya;
f) Pelaksanaan pengintegrasian teknologi informasi pencegahan dan
pengendalian penyakit menular berbasis sistem informasi kesehatan
terkordinasi dengan bidang-bidang kerja terkait lainnya.
g) Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi
peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian Kabupaten/Kota dalam
penanganan urusan seksinya;
h) Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan data,
informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/kota terhadap
perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan seksinya;
i) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya;
j) Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
k) Pelaporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
7
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular memiliki tugas
dan funfsi sebagagai berikut :
a) Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi urusan
pengendalian, pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular, upaya
kesehatan jiwa, penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat tingkat
provinsi;
b) Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan, evaluasi,
koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap penerapan/pelaksanaan
Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya;
c) Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi dalam
penyempurnaan dan penyusunan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan,
regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan seksinya;
d) Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi staf,
standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja seksinya;
e) Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan study ilmiah
manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait dalam penanganan
urusan seksinya;
f) Pelaksanaan pengintegrasian teknologi informasi pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa berbasis sistem
informasi kesehatan terkordinasi dengan bidang-bidang kerja terkait lainnya.
g) Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi
peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian Kabupaten/Kota dalam
penanganan urusan seksinya;
h) Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan data,
informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/kota terhadap
perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan seksinya;
i) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya;
j) Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
8
k) Pelaporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
9
j) Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
k) Pelaporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
1
BAB 2
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI MITRA
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Visi Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara yaitu “Mewujudkan Provinsi Sumatera Utara Sehat, Mandiri dan
Berdaya Saing” dengan pengertian:
1. Sehat adalah kondisi dimana Penduduk Sumatera Utara mempunyai kesehatan baik
fisik, mental dan spiritual sehingga mampu untuk hidup secara produktif, sosial dan
ekonomis.
3. Berdaya saing yaitu suatu kondisi dimana penduduk Provinsi Sumatera Utara
memeiliki kemampuan serta keunggulan sehingga mampu melangsungkan kehidupan
dalam persaingan masyarakat secara regional, nasional maupun global.
1
2.1.2 Motto P2P
I: Integritas artinya senantiasa taat pada azaz dan patuh pada perintah atasan dalam
melaksanakan tugas penanggulangan penyakit
A: Aktif yakni SDM di bidang P2P mampu menjadi pelopor, motivator dan pelaksana
yang handal dalam penanggulangan penyakit
a) Penurunan angka kesakitan dan kematian ibu, anak dan penduduk rentan
disebabkan penyakit menular langsung
b) Penurunan angka kesakitan dan kematian ibu, anak dan penduduk rentan
disebabkan penyakit tular vector dan binatang pembawa penyakit
c) Penurunan angka kesakitan dan kematian ibu, anak dan penduduk rentan
disebabkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
d) Peningkatan kemampuan surveilans penyakit dengan melaksanakan
pengumpulan, kompilasi dan analisa data real time, akurat dan adekuat,
melakukan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/ Wabah/ kedaruratan
kesehatan, bencana dan kesehatan dan kesehatan matra umumnya
e) Penurunan angka kesakitan dan kematian penduduk rentan disebabkan
penyakit tidak menular termasuk permasalahan kesehatan jiwa, serta turut
berperan aktif dalam upaya penanggulanggan ketergantungan napza
f) Meningkatkan advokasi dan konvergensi dengan seluruh pihak terkait melalui
penyediaan dukungan kebijakan, kemitraan, dan penggerakan masyarakat
hidup sehat
1
Minimal (SPM) baik lingkup Kabupaten/Kota maupun Provinsi, pencapaian terhadap
tujuannSustainable Developmen Goals (SDGs) dan Penanggulangan Penyakit
tertentu skala lokal yang masih menjadi masalahan keasehatan masyarakat di wilayah
Provinsi Sumatera Utara yang meliputi :
1
- Penanggulangan Penyakit Tular Vector dan Hewan Pembawa
Penyakit
c. Reduksi PTM
- Penanggulangan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
- Penanggulangan Penyakit DM & Gangguan Metabolik
- Penanggulangan POK dan Gangguan Imunologi
- Penanggulangan Indra dan Fungsional
- Penanggulangan Penyakit Kanker & Kelainan Darah
- Penanggulangan Kesehatan akibat Penyalahgunaan Napza
- Penanggulangan Gangguan Jiwa
d. Surveilans
- Kegiatan Surveilans Penyakit & Faktor Resiko
- Kegiatan Surveilans Penanggulangan Penyakit Infeksius Emerging
(PIE)
- Kegiatan Surveilans Penanggulangan Krisis Kesehatan
- Kegiatan Surveilans Kesehatan Haji
e. Imunisasi
- Peningkatan Cakupan dan Kualitas Imunisasi Dasar
- Peningkatan Cakupan dan Kualitas Imunisasi Lanjutan
- Peningkatan Cakupan dan Kualitas Imunisasi Tambahan
- Peningkatan Cakupan dan Kualitas Imunisasi Pilihan
- Surveilans Ikutan Pasca Pemberian Imunisasi (KIPI)
1
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan
masyarakat, bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, bidang pelayanan
kesehatan, serta bidang sumber daya kesehatan tingkat provinsi;
3. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya
4. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;
5. Pelaksanaan tugas pembantuan di bidang kesehatan;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur, seusai dengan tugas dan
fungsinya;
2.1.5 Lambang/Logo Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
1
2. 2 Geografi
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 100 –
400 Lintang Utara, dan 9800 – 10000 Bujur Timur. Provinsi ini berbatasan dengan daerah
perairan dan laut serta tiga provinsi lain. Di sebelah Utara, berbatasan dengan Provinsi
Aceh, di sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan
dengan Samudera Hindia. Provinsi Sumatera Utara memiliki daratan seluas 72.981,23
km2 , yang sebagian besarnya berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil lainnya
berada di Pulau Nias, Pulau-Pulau Batu, serta pulau-pulau kecil yang berada di bagian
Barat maupun bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Wilayah Provinsi Sumatera Utara
terdiri dari beberapa kawasan, yaitu pesisir, pegunungan, dan kepulauan, yang
dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Timur, Pantai
Barat, dan Dataran Tinggi. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Mandailing Natal,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara,
Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Gunungsitoli, Kota Padangsidempuan dan Kota Sibolga.
Kawasan Dataran Tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba, Kabupaten
Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan,
1
Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan
Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi,
Kota Medan, dan Kota Binjai. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota,
yang terbagi menjadi 8 kota dan 25 Kabupaten, dengan jumlah kecamatan sebanyak 455
dan jumlah desa/kelurahan sebanyak 6.132.
Gambar. 2.4 : Peta Provinsi Sumatera Utara
2.3 Demografi
Penduduk miskin terbesar ada di Kota Medan (193.030 jiwa), diikuti dengan
Kabupaten Langkat (106.590 jiwa) dan Kabupaten Deli Serdang (92.520 jiwa). Sebaliknya,
jumlah penduduk miskin terkecil ada di Kabupaten Pakpak Bharat yaitu sebesar 4.790 jiwa.
Persentase penduduk miskin terbesar diketahui ada di Kabupaten Nias Barat (26,42%),
diikuti dengan Kabupaten Nias Utara (25,66%) dan Kabupaten Nias Selatan (16,92%).
1
Sedangkan wilayah dengan persentase penduduk miskin terendah adalah Kabupaten Deli
Serdang (4,01%), diikuti dengan Kota Binjai (5,81%), dan Kota Padangsidimpuan (7,53%).
1
4. Masih banyak hasil skrining HIV tidak terlaporkan ke SIHA
2. Kecacingg 1. Tidak adanya anggaran untuk melakukan survey di Provinsi
an dan Kabupaten/ Kota dari tahun 2020 – 2022
2. BTKL melakukan survey tapi tidak ada laporan ke dinkes
provinsi
3. Tidak merupakan Program Prioritas
4. Kab/ kota atau Puskesmas tidak melaksanakan Pemberian
Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan dikarenakan
tidak ada anggaran transport petugas ke sekolah/ posyandu.
5. Masih ada 8 kabupaten/ kota yang belum tepat dalam
penginputan data cakupan POPM yaitu: Karo, Simalungun,
Asahan, Madina, Nias Selatan, Batubara, Padang lawas utara
dan Tebing tinggi.
3. DBD 1. Kurang partisipasi masyarakat dalam PSN 3 M Plus lebih
memilih fogging
2. Deteksi dini Kasus belum maksimal
3. Sistem surveilans kasus dan vektor belum berjalan optimal
4. Penanganan KLB belum berjalan optimal
5. Implementasi penanggulangan fokus belum sesuai SOP
6. Pokjanal Dengue sebagai wadah koordinasi LP/LS kurang
berfungsi dan kurang berjalan optimal
7. Kurangnya komitmen daerah dalam implementasi G1R1J
8. Minimnya anggaran operasional dalam pengendalian Dengue
di Pusat/Prov/Kab/Kota
9. Perubahan iklim hujan, suhu, kelembaban optimum utk
vektor
4. Malaria 1. Penyakit Malaria tidak mengenal batas wilayah artinya
bisa masuk dan menyebar dimana saja
2. Sumatera Utara, masih ada 10 Kab/ Kota lagi yang belum
eliminasi ( 6 Tahun lebih Stugnand)
3. Munculnya parasit baru yaitu Plasmodium Knowlesi dengan
reservoar baru yaitu kera ekor panjang. (Langkat, Asahan,
Batubara, Nias Selatan)/Tantangan
4. Dukungan pemerintah daerah belum optimal (Kebijakan,
Peraturan, pendanaan)
5. Integrasi Program maupun sektoral belum optimal
6. Pelaporan kasus dari puskesmas ke Kab/ Kota dan Provinsi
(Sismal) belum baik/ Fluktuatif munculnya kasus baru
impoor maupun indigenous/ wilayah bebasStock Out Obat
pasca vandemi
7. Munculnya kembali kasus indigenous diwilayah
1
pemeliharaan (Kab.Sergai) hingga saat ini
5 ISPA 1. Tidak adanya anggaran untuk melakukan Pertemauan /
Kegiatan Prog ISPA di Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam
rangka Peningkatan Penemuan Kasus Pneumonia pada Balita
2. SDM (Petugas MTBS) terlatih sebagian tidak tersedia di
puskesmas Kab/kota
3. Alat Hitung Nafas (ARI Sound Timer & Pulse Oxymetri )
sebagaian di Pusksmas tidak ada dan Rusak Kab/Kota tidak
ada
4. Laporan Rutin ISPA dari Puskesmas setiap tgl 5 dari
Puskesmas telat berdampak ke Dinkes Kab/Kota, Dinkes
Provinsi dan Pusat
5. Kurangnya Koordinasi Lintas Program dan Lintas
SektoTidak merupakan Program Prioritas
6. Hepatitis 1. Frekuensi pergantian pengelola program Hepatitis Dan PISP
dan PISP yang sering sehingga kapasitas pengelola program tidak maksimal
dalam melaksanakan program.
2. Rendahnya kepatuhan pengelola program untuk mengirimkan
laporan bulanan secara kelengkapan dan ketepatan
3. Tidak teralokasikan kegiatan layanan rehidrasi oral aktif
(LROA), kegiatan surveilans tifoid dan upaya pencegahan demam
tifoid pada kelompok anak sekolah dalam anggaran APBN pusat
dan dana dekonsentrasi serta APBD sehingga capaian indikator
tidak maksimal.
4. Kurangnya dukungan serta kesadaran pemerintah daerah dan
masyarakat terhadap penyakit Hepatitis dan infeksi saluran
pencernaan terutama diare baik dalam pelaksanaan tata laksana
diare, surveilans KLB, pelatihan petugas kesehatan, logistik
(oralit dan zinc) dan alokasi anggaran untuk kegiatan-kegiatan
pendukung.
2
8. Rabies 1. Petugas Kab./Kota dan Puskesmas yang selalu berganti-ganti.
2. Dinas Kesehatan Kab./Kota tidak seluruhnya memiliki
anggaran untuk VAR
3. Masih rendahnya pengetahuan petugas dlm tatalaksana kasus
gigitan hewan penular rabies.
9. Filariasis 1. Program Filariasis tidak memiliki dana APBN 2023 dan dana
APBD thn 2023 yang sedikit/minim
2. Belum optimalnya kinerja petugas Kab./Kota, pusk dan desa
dlm penemuan dan tatalaksana kasus
3. Petugas Kab./Kota dan Puskesmas yang selalu berganti-ganti.
4. Dinas Kesehatan Kab./Kota dan Puskesmas tidak memiliki
dana APBD tentang Program Filariasis
5. Masih rendahnya pengetahuan petugas dlm diagnosa kasus
filariasis dan tatalaksana kasus filariasis
6. -Ketiadaan dana kegiatan P2 Filariasis bersumber APBD
7. Obat DEC (Deatyl Carbamazine) di Provinsi lagi kosong
10. Kusta dan 1. Suplay obat kusta satu-satunya dari WHO yang sangat
Frambusia terbatas sekali dikirim ke indonesia (Kemenkes) ,dampaknya
seluruh Provinsi di Indonesia kekurangan obat kusta sehingga
berdampak ke si pasien.
2. Kurang dukungan /komitmen dari pimpinan satker di daerah
baik penganggaran program kusta& persiapan sertifikasi eradikasi
Frambusia kab/kota tahun 2024.
3. Frambusia Sudah nol kasus di kab/kota tetapi masih 3
kab/kota yang sudah mendapatkan sertifikasi eradikasi
(Madina,P.siantar,BT.Bara)
(Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi 2023)
2
BAB III
HASIL PELAKSANAAN MAGANG
3.1 Kegiatan Penanganan Masalah
Tabel. 3.1 Permasalahan dan solusi penyelesaian masalag setiap program P2PM
No Program Permasalahan Solusi
1. HIV/AID 1. Cakupan Skrining HIV 1. Mengkoordinasikan kepada
S pada kelompok berisiko setiap kab/kota untuk
terinfeksi HIV belum melakukan pelaporan rutin
mencapai target wajib
2. Belum semua kab./kota 2. Mengoptimalkan
mengirimkan laporan HIV puskesmas untuk
secara rutin melalui melakukan skrining
aplikasi SIHA 3. Melakukan pelatihan
3. Belum semua kab./kota kepada sdm yang terkait
berkomitmen mengaktivasi 4. Melaporkan hasil skrining
layanan yang sudah dilatih dari setiap yankes swasta
menjadi layanan PDP maupun non swasta.
4. Masih banyak hasil
skrining HIV tidak
terlaporkan ke SIHA
2. Kecacing 1. Tidak adanya anggaran 1. Menganggarkan dana untuk
gan untuk melakukan survey di survey kecacingan
Provinsi dan Kabupaten/ 2. Menjadikan program
Kota dari tahun 2020 – kecacingan sebagai
2022 prioritas karena terkait
2. BTKL melakukan survey STUNTING
tapi tidak ada laporan ke 3. Membuat perencanaan di
dinkes provinsi masing-masing SKPD
3. Tidak merupakan Program 4. Adanya Bimbingan Teknis
Prioritas ataupun pelatihan kepada
4. Kab/ kota atau Puskesmas petugas terkait pencatatan
tidak melaksanakan dan pelaporan dan
Pemberian Obat penanggulangan
Pencegahan Massal kecacingan pada anak usia
(POPM) Cacingan SD
dikarenakan tidak ada
anggaran transport petugas
ke sekolah/ posyandu.
5. Masih ada 8 kabupaten/
kota yang belum tepat
dalam penginputan data
cakupan POPM yaitu:
2
Karo, Simalungun, Asahan,
Madina, Nias Selatan,
Batubara, Padang lawas
utara dan Tebing tinggi.
3. DBD 1. Kurang partisipasi 1. Pemberdayaan masyarakat
masyarakat dalam PSN 3 melalui G1R1J (Gerakan 1
M Plus lebih memilih Rumah 1 Jumantik)
fogging 2. Revitalisasi Pokjanal
2. Deteksi dini Kasus belum pelibatan multisektoral
maksimal 3. Pengambilan Kebijakan
3. Sistem surveilans kasus dan berbasis data
vektor belum berjalan 4. Penguatan Surveilans
optimal 5. Laporan Rutin :Ketepatan
4. Penanganan KLB belum dan kelengkapan laporan
berjalan optimal (Provinsi ke pusat setiap
5. Implementasi tanggal 15, Kabupaten ke
penanggulangan fokus Provinsi tanggal 10,
belum sesuai SOP Puskesmas ke Kabupaten
6. Pokjanal Dengue sebagai setiap tanggal 5
wadah koordinasi LP/LS 6. Laporan ketika terjadi
kurang berfungsi dan peningkatan kasus
kurang berjalan optimal (outbreak)
7. Kurangnya komitmen 7. dilakukan setiap hari
daerah dalam 8. Format sesuai dengan buku
implementasi G1R1J Pedoman tahun 2017
8. Minimnya anggaran (SIARVI = Sistem
operasional dalam Informasi Arbovirosis
pengendalian Dengue di sedang dikembangkan saat
Pusat/Prov/Kab/Kota ini)
9. Perubahan iklim hujan, 9. Feed back laporan secara
suhu, kelembaban optimum berkala
utk vektor 10. Verifikasi data (Provinsi,
Kab/kota)
11. Kewaspadaan Dini
KLBPerencanaan dan
penganggaran. Inovasi
berbasis teknologi
4. Malaria 1. Penyakit Malaria tidak 1. Pengaktifan surveilans
mengenal batas wilayah migrasi bekerjasama dengan
artinya bisa masuk dan KKP
menyebar dimana saja 2. Upaya strategis percepatan
2. Sumatera Utara, masih ada eliminasi malaria dengan
10 Kab/ Kota lagi yang identifikasi daerah fokus
2
belum eliminasi ( 6 Tahun malaria, penemuan kasus dan
lebih Stugnand) pengobatan malaria, stoc
3. Munculnya parasit baru OAM, pelaporan melalui
yaitu Plasmodium sismal, peningkatan
Knowlesi dengan reservoar kompetensi Lab.(pelathan, uji
baru yaitu kera ekor silang, OJT), pengendalian
panjang. (Langkat, Asahan, vektor serta Integrasi
Batubara, Nias Program (Promosi Kesehatan,
Selatan)/Tantangan KIA,dll)
4. Dukungan pemerintah 3. Menerbitkan peraturan daerah
daerah belum optimal tentang penanggulangan
(Kebijakan, Peraturan, malaria
pendanaan) 4. Komitmen daerah terhadap
5. Integrasi Program maupun penanggulangan malaria
sektoral belum optimal termasuk wilayah bebas malaria
6. Pelaporan kasus dari / wilayah pemeliharaan agar
puskesmas ke Kab/ Kota tidak muncul kasus yang
dan Provinsi (Sismal) berpotensi Out Break
belum baik/ Fluktuatif
munculnya kasus baru
impoor maupun
indigenous/ wilayah
bebasStock Out Obat
pasca vandemi
7. Munculnya kembali kasus
indigenous diwilayah
pemeliharaan (Kab.Sergai)
hingga saat ini
5 ISPA 1. Tidak adanya anggaran untuk 1. Menganggarkan dana untuk
melakukan Pertemauan / Pertemuan/Refreshing,
Kegiatan Prog ISPA di Provinsi Workshop Program ISPA
dan Kabupaten/ Kota dalam 2. Mengadakan Pelatihan
rangka Peningkatan Penemuan MTBS bagi Petugas Puskesmas
Kasus Pneumonia pada Balita 3. Akan Segera dikirimkan ke
2. SDM (Petugas MTBS) Dinas Kesehatan Prov.Sumatera
terlatih sebagian tidak tersedia Utara utk didistribusikan ke 33
di puskesmas Kab/kota Kab/Kota
3. Alat Hitung Nafas (ARI 4. Melakukan Validasi Data
Sound Timer & Pulse Rutin ISPA setiap Bulan dalam
Oxymetri ) sebagaian di rangka memastikan
Pusksmas tidak ada dan Rusak Kelengkapan dan Ketepatan
Kab/Kota tidak ada Laporan Rutin ISPA
4. Laporan Rutin ISPA dari
2
Puskesmas setiap tgl 5 dari
Puskesmas telat berdampak ke
Dinkes Kab/Kota, Dinkes
Provinsi dan Pusat
5. Kurangnya Koordinasi Lintas
Program dan Lintas SektoTidak
merupakan Program Prioritas
6 Hepatitis 5. Frekuensi pergantian 1. Peningkatan kapasitas
dan PISP pengelola program Hepatitis Pengelola program dalam
Dan PISP yang sering sehingga tatalaksana termasuk dalam
kapasitas pengelola program pencatatan dan pelaporan.
tidak maksimal dalam 2. Penguatan surveilans aktif
melaksanakan program. dan penemuan kasus aktif
6. Rendahnya kepatuhan (active surveillans dan active
pengelola program untuk case finding)
mengirimkan laporan bulanan 3. Peningkatan kapasitas tenaga
secara kelengkapan dan kesehatan dalam tatalaksana
ketepatan penyakit.
7. Tidak teralokasikan kegiatan 4. Pemanfaatan teknologi
layanan rehidrasi oral aktif informasi untuk penguatan
(LROA), kegiatan surveilans kapasitas, bimbingan teknis,
tifoid dan upaya pencegahan monitoring dan evaluasi
demam tifoid pada kelompok program pada masa pandemi ini
anak sekolah dalam anggaran 5. Optimalisasi sumber daya
APBN pusat dan dana yang ada dalam rangka
dekonsentrasi serta APBD percepatan pencapaian target
sehingga capaian indikator tidak 6. Perbaikan kualitas data dan
maksimal. kapasitas petugas catpor
8. Kurangnya dukungan serta 7. Optimalisasi integrasi lintas
kesadaran pemerintah daerah program
dan masyarakat terhadap 8. Integrasi data angka
penyakit Hepatitis dan infeksi kesakitan dan kematian balita
saluran pencernaan terutama lintas program
diare baik dalam pelaksanaan 9. Optimalisasi kemitraan
tata laksana diare, surveilans dengan LSM, akademisi, mitra
KLB, pelatihan petugas dalam dan luar negeri, ahli serta
kesehatan, logistik (oralit dan lintas program dan lintas sektor.
zinc) dan alokasi anggaran 10. Pengendalian faktor risiko
untuk kegiatan-kegiatan merupakan prioritas untuk
pendukung. mencegah terjadinya penyakit
menular
11. Peningkatan sistem
kewaspadaan dini kejadian luar
2
biasa penyakit menular
7 TBC 1. TC belum mencapai target Melakukan optimaliasi pada
91% beberapa aspek berikut:
2. SR belum merata di semua 1. Implementasi
Kab/Kota district/city- based Public
3. Komitmen pemerintah daerah Private Mix (DPPM)
dalam penanggulangan TBC 2. Wajib lapor dan penguatan
belum optimal surveilans
4. Akses terhadap layanan TBC 3. Sinkronisasi data dengan
yang berkualitas termasuk BPJS (data sistem rujukan)
pelayanan TBC resistan obat 4. Manajemen layanan TBC
belum merata yang terintegrasi (HIV, DM,
5. Masih rendahnya kesadaran gizi, penyakit paru, dsb
masyarakat dalam 5. Penguatan surveilans melalui
memeriksakan kesehatan SITB
apabila ada gejala TBC 6. Peningkatan kepatuhan
6. Belum semua fasyankes minum obat melalui Pemantau
melaporkan kasus TBC Minum Obat (PMO)
khususnya RS Swasta, 7. Pelacakan pasien mangkir
klinik/balai pengobata dan 8. OJT kepada petugas baru jika
DPM ada pergantian
9. Promosi kesehatan
10. Penemuan dan pelacakan
kontak (IK)
11. Skrining di tempat/
populasi khusus
12. Pengendalian faktor resiko
dengan pemberian Terapi
Pencegahan Tuberkulosis (TPT)
13. Layanan TB RO services di
RS dan fasyankes
14. Pengobatan TB RO jangka
pendek
15. Desentralisasi layanan ke
puskesmas
16. Dukungan psikososial
(pendampingan pasien dan
dukungan transportasi)
17. Penanganan efek samping
2
2. Dinas Kesehatan Kab./Kota Kapasitas Pengelola Program
tidak seluruhnya memiliki Rabies Di kab/kota dan
anggaran untuk VAR Puskesmas
3. Masih rendahnya 3. Bimbingan Teknis
pengetahuan petugas dlm Penatalaksanaan Kasus Rabies
tatalaksana kasus gigitan hewan Dan Zoonosis Lainnya
penular rabies.
9 Filariasis 1. Program Filariasis tidak 1. Pelatihan petugas ttg
memiliki dana APBN 2023 dan diagnosa dan tatalaksana kasus
dana APBD thn 2023 yang Filariasis yang dilaksanakan
sedikit/minim oleh Kab./Kota atau Provinsi
2. Belum optimalnya kinerja Thn 2024 gar petugasdi
petugas Kab./Kota, pusk dan kabupaten/kota dan Puskesmas
desa dlm penemuan dan dapat memberikan pengobatan
tatalaksana kasus secara selektif dan tatalaksana
3. Petugas Kab./Kota dan kasus Filariasis
Puskesmas yang selalu 2. Membuat usulan kegiatan P2
berganti-ganti. Filariasis bersumber APBD
4. Dinas Kesehatan Kab./Kota tentang Pelacakan Kasus
dan Puskesmas tidak memiliki Filariasis dan Workshop
dana APBD tentang Program Tatalaksana Kasus Filariasis di
Filariasis Kab./Kota
5. Masih rendahnya 3. Dinas Kesehatan Kab./Kota
pengetahuan petugas dlm mengusulkan kepada pimpinan
diagnosa kasus filariasis dan Puskesmas agar kegiatan P2
tatalaksana kasus filariasis Filariasis di puskesmas
6. Ketiadaan dana kegiatan P2 ( penyuluhan, survey kasus dan
Filariasis bersumber APBD kontak, pengobatan dll)
Obat DEC (Deatyl ditampung pendanaan melalui
Carbamazine) di Provinsi lagi BOK puskesmas realisasi thn
kosong 2024
4. Pogram Filariasis Provinsi,
Kab./Kota dan Puskesmas terus
melaksanakan pelacakan kasus
filariasis sehingga penderita
dapat di cegah pembengkaan
pada kaki dan tangan. Dan
Penderita Filariasis dan
keluarga dapat mendapat obat
pencegahan (DEC dan
Albendazole) dan Tatalaksana
Kasus Filariasis.
2
10. Kusta dan 1. Suplay obat kusta satu- 1. Koordinasi intensif ke
Frambusia satunya dari WHO yang sangat pusat (Kemenkes)
terbatas sekali dikirim ke percepatan suplay obat kusta
indonesia dari WHO
(Kemenkes) ,dampaknya 2.Koordinasi secara
seluruh Provinsi di Indonesia berkesinambungan dengan
kekurangan obat kusta Dinas Kesehatan
sehingga berdampak ke si Kabupaten/kota terutama
pasien. kepada pengelola program kusta
2. Kurang dukungan /komitmen & Frambusia dalam percepatan
dari pimpinan satker di daerah pelaporan yang valid sehingga
baik penganggaran program data pasien tepat waktu sampai
kusta& persiapan sertifikasi ke pusat dan WHO
eradikasi Frambusia kab/kota 3.Mengupayakan integrasi
tahun 2024. program dalam kegiatan aktip
Frambusia Sudah nol kasus di di lapangan terutama untuk
kab/kota tetapi masih 3 persiapan radikasi frambusia
kab/kota yang sudah kab/kota tahun
mendapatkan sertifikasi 2024
eradikasi 4.Memastikan 30 kab/kota dapat
(Madina,P.siantar,BT.Bara) mengusulkan sertifikasi
eradikasi frambusia tahun 2024
(Sumber : Laporan dinkes Provsu 2023)
Penanggan masalah dalam kegiatan magang tidak lakukan oleh mahasiwa
magang ,mengingat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan provinsi/daerah dan
tugas pembantuan, yang ditugaskan kepada daerah provinsi dalam lingkup kebijakan teknis,
koordinasi, advokasi, pembinaan, monitoring, evaluasi, pengendalian, sinkronisasi dan
sinergitas dibidang Kesehatan Masyarakat, bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
bidang Pelayanan Kesehatan, bidang Sumber Daya Kesehatan dan tugas pembantuan
2
3.2 Desain Pola Bagan
Penilaian akhir mahasiswa magang oleh supervisor dan Pembuatan laporan Pelaksanaan magang di
DPL magang instansi selama 4 bulan
3.4 Hambatan/Kendala
Adapun kendala yang yang dihadapi selama kegiatan magang adalah adaptasi
dengan lingkunggan baru, jarak tempuh antara tempat magang dan tempat tinggal yang
lumayan jauh yaitu membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di tujuan, selain dalam
ketersedian data di Dinkes juga terbatas yaitu dalam bentukk jumlah total yang tidak
memungkinkan untuk melakukan penelitian kuantitatif. Selain itu, untuk melakukan
2
wawancara penelitian kualitatif mengalami keterbatas untuk melakukan wawancara
bersama penanggugjawab program karena serinng melakukan tugas luar.
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG
4.1 Hasil
3
Tabel 4.1 Capain Indikator indikator dari setiap program P2PM TW 3 tahun 2023
3
16 Jumlah kabupaten/kota yang 33 33 kab/kota
mencapai positivity rate (PR) < 5% kab/ko
ta
9 DBD 17 Angka kesakitan (Incidence Rate) <10/10 24,2/100.000
DBD per 100.000 penduduk 0.000 penduduk
pendu
duk
18 Angka kematian (Case Fatality Rate) <1% 0.49%
DBD
1 Zoonosi 19 Angka zoonosis lainnya (Flu burung, 85% 76.5%
0 s rabies, antraks, leptopirosis ) yang
ditangani sesuai standar
1 Kecacin 20 Prevalensi kecacingan pada anak <10% 11.8%
1 gan sekolah
21 Cakupan Pemberian Obat >75% 95.0%
Pencegahan Massal (POPM)
cacingan
1 Filariasi 22 Jumlah Kabupaten/Kota endemis 9 7 kab/kota
2 s filariasis berhasil menurunkan angka kab/ko
mikrofilaria <1% ta
23 Jumlah kabupaten/kota endemis 9 1
filariasis yang mencapai eliminasi kab/ko
ta
24 Angka Mikrofilaria Rate (Mf Rate) <1% 0
(Sumber laporan Dinkes provsu, September 2023)
4.2 Pembahasan
3
Gambar. 4. 1 Cakupan kasus Kecacinggan di Dinkes Provsu tahun 2023
Dan kecacingan Provinsi Sumatera Utara tahun 2023 Angka Prevalensi Cacingan
masih belum mencapai target Nasional yaitu Reduksi Cacingan dimana Prevalensi
Kecacingan di bawah 10%, masing –masing Kabupaten/Kota dan Prevalensi Kecacingan
Provinsi Sumatera Utara 11,8% Target Pusat Capaian Cakupan POPM Kecacingan
Cakupan diatas 75% , dan Capaian POPM sudah 95% (di atas Target Nasional) Integrasi
Lintas Program dan Lintas Sektor terutama terkait Stunting yaitu Anemi pada Ibu Hamil
yang cacingan.
Percepatan pencapaian reduksi cacingan harus melibatkan lintas sektor diperlukan
regulasi bagi Kabupaten/Kota Pendanaan program T.A 2023, bersumber Dana APBD dan
APBN
Pedoman dalam melaksanakan program kecacinggan adalah Permenkes No. 15
tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan, Buku “100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk
Intervensi Anak Kerdil, dan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
tentang Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal Cacingan di Daerah Intervensi
Stunting tahun 2019.
Kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan kecacingan di provinsi Sumatera
Utara sebagai berikut :
Promosi Kesehatan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat
2. Meningkatkan PHBS
3. Meningkatkan Perilaku Mengkonsumsi Obat Cacing
4. Meningkatkan Koordinasi Institusi dan Lembaga Terkait
Surveilans Cacingan
1. Penemuan Kasus Cacingan
2. Survei Faktor Risiko
3. Survei Prevalensi Cacingan
Pengendalian Faktor Risiko
1. Menjaga kebersihan perorangan
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3
Penanganan Penderita
1. Pengobatan penderita
2. Penanganan komplikasi cacingan
3. Konseling kepada penderita dan keluarga
POPM Cacingan
1. Pada anak 1 – 12 tahun
2. Berdasarkan prevalensi daerah
3. Terintegrasi dengan kegiatan/program lainnya
4.2.2 Program Demam Berdarah Dangue (DBD) di Provinsi Sumatera Utara 2023
DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala
perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau
lebih dari nilai normal
3
Kegiatan yang dilakukan dalam program DBD untuk mencapai target nasional
adalah sebagai berikut:
Pemberdayaan masyarakat melalui G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik)
Revitalisasi Pokjanal pelibatan multisektoral
Pengambilan Kebijakan berbasis data
Penguatan Surveilans
Perencanaan dan penganggaran.
Inovasi berbasis teknologi
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita dan
ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja.
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global maupun
nasional. Hal ini tercantum dalam butir 3.3. SDGs (Sustainable Development Goals) dan
RPJMN serta rencana strategis Kemenkes. Ditargetkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia
dapat mencapai eliminasi malaria.
Kebijakan Pemerintah saat ini yang sedang dilaksanakan adalah eliminasi malaria
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293 tahun 2009,
Tentang Eliminasi Malaria. Status Eliminasi Malaria diberikan oleh Menteri Kesehatan RI
bagi Kab/Kota/Provinsi yang sudah melalui tahapan penilaian olehTim Assesment
Nasional dan Provinsi dengan beberapa item penilaian pada saat ivent HMS setiap Tanggal
25 April). Eliminasi Malaria adalah Upaya untuk menghentikan penularan malaria
setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu.
Namun Eliminasi Malaria bukan berarti tidak ada lagi kasus malaria/ Vektor
impor, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan
kembali melalui kegiatan (surveilans, PE 1-2-5 dengan Intervensi yang tepat, survey vector,
IRS, MBS, peningkatan kompetensi petugas laboratorium, OJT, stock out OAM serta
monev secara berkala.
Eliminasi malaria merupakan kegiatan yang dilakukan dalam menghilangka kasus
malaria di provinsi Sumatera Utara tahun 2023 dan Pokja Malaria untuk mempermudah
koordinasi dalam penatalaksanaan kasus malaria, khususnya di rumah sakit - rumah sakit
baik di wilayah endemis malaria maupun bebas malaria.
3
Tabel. 4. 2 Kab /kota eliminasi malaria dan sudah eliminasi
4 Samosir 16 Karo
12 Medan
1 Labuhan Batu
2 Nias Utara
3 Nias Barat
4 Langkat
5 Asahan
3
7 Batu Bara
8 Nias Selatan
9 Nias
Kegiatan yang dilakukan dalam program Hepatitis untuk mencapai target nasional adalah
sebagai berikut:
Deteksi Dini Hepatitis B minimal 90% Ibu Hamil diperiksa terintegrasi dengan
HIV dan Sifilis (Triple Eliminasi)
3
Deteksi Dini Hepatitis C pada populasi berisiko (penasun, ODHA, WBP, pasien
hemodialisa)
Peningkatan Layanan Hepatitis C ke beberapa provinsi → 34 provinsi
Penguatan Sistem Pencatatan dan Pelaporan (SIHEPI)
Gambar. 4.4 Penemuan Kasus HIV di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994 s.d Juni 2023
3
Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai target nasional program HIV/AIDS
adalah sebagai berikut:
Menemukan kasus
Melakukan intervensi berupa pengobatan ARV
Melakukan pelaporan melalui SIHA
Meningkatkan kemampuan teknis SDM
Melakukan Penilitian, pengembangan, inovasi
Melakukan bimtek dan monev
kepada Kab/Kota
Filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria
& ditularkan melalui nyamuk. Infeksi pada penyakit ini dapat berdampak pada beberapa
hal seperti menimbulkan kecacatan menetap, stigma sosial, hambatan psikologis sehinggan
dapat menurunkan kwalitas SDM dan menimbulkan kerugian ekononomi.
Gejala klinis bagi penderita rabies sendiri seperti, demam berulang > 1 – 2 x setiap
bulan bila bekerja berat, tapi dapat sembuh tanpa diobati dan timbul benjolan & terasa
nyeri pada lipatan paha atau ketiak tanpa ada luka. Sedangkan gejala akut menunjukkan
limfadenitis, limfagngitis, AD dan abses. Dengan inkubasi 8 sampai 16 bulan. Kegiatan
pokok program filariasis ada 2 yaitu Pemetaan kasus kronis filariasis dan Baseline survey
(SDJ).
Jumlah kasus filariasis di Provinsi Sumatera Utara tahun 2023 adalah 0 kasus.
Pedoman dalam pelaksanaan program filariasis adalah Permenkes No 94 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Filariasis
Kegiatan yang dilakukan dalam program filariasis untuk mencapai target nasional
adalah sebagai berikut:
Memutuskan mata rantai penularan Filariasis
Mencegah dan membatasi kecacatan
4
Monitoring dan evaluasi
Rabies adalah penyakit menular akut yang menyerang sistem saraf pada manusia
dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies (genus Lyssa Virus),
Masyarakat mengenal ‘’ Penyakit Anjing Gila. • Cara penularan rabies melalui gigitan dan
non gigitan (goresan, cakaran atau jilatan pada kulit terbuka/ mukosa • Penyakit ini bersifat
fatal, biasanya berakhir dengan kematian (CFR 100%). Di dunia sebanyak 99% kematian
akibat rabies disebabkan oleh gigitan anjing, sisanya ditularkan oleh kucing & kera.
Gambar. 4.6 Kasus di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2023
Berdasarkan data laporan program rabies, angka penemuan GHPR paling tinggi di
Sumatera Utara 2023 adalah Kabuparten Samosir sebesar 1.059 GHPR, dan jumlah kasus
rabies yang positif pada tahun 2023 sebesar 14 kasus.
4
UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara RI
Tahun 1984 No. 20 Tambahan Lembaran Negara RI. No. 3273 & 3275
Kegiatan yang dilakukan oleh program dalam mencapai target nasional sebagai
berikut:
1. Pengendalian
2. Surveilans
3. Penanganan kasus
4. Promosi kesehatan
Gambar. 4.7 Capaian Penemuan Kasus per Kab/Kota di Provinsi Sumatera Utara Januari-
Juni Tahun 2023
4
Pedoman dalam pelaksanaan program TBC adalah Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Kegiatan yang dilakukan oleh program dalam mencapai target nasional sebagai
berikut:
Mengatasi Under reporting
Mengoptimalkan yang sudah dicapai
Mengakses yang belum terjangkau
Kegiatan khusus Tuberkulosis Resisten Obat
Gambar. 4.8 Capaian indikator kabupaten/kota melakukan surveilans vektor dan binatang
pembawa penyakit
Berdasarkan data capaian indikator kabupaten Nias Selatan memiliki capaian paling
rendah dari 33 kab/kota lainnya yaitu sebesar 8,3% pada tahun 2023
4
Kegiatan yang dilakukan dalam program vektor untuk mencapai target nasional
adalah sebagai berikut:
Pelatihan entomolog malaria
Uji resistensi
Pelatihan dan ojt (dipa kemenkes dan who)
Diare adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang air besar encer 3
kali atau lebih dalam sehari. Diare penyebab angka kesakitan dan kematian pada Balita dan
salah satu determinan stunting Secara geografis Indonesia rawan bencana. Bayi dan anak
balita merupakan kelompok rawan di daerah risiko bencana untuk terjangkit penyakit
infeksi saluran pencernaan, diantaranya karena asupan makanan menjadi terganggu,
hygiene-sanitasi yang tidak memadai. Diare merupakan salah satu penyakit yang sering
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di Provinsi Sumatera Utara.
Tahun 2022 terjadi KLB Diare 1 (satu) kali di Kabupaten Nias Barat dengan CFR
sebesar 0% dan Bulan Februari Tahun 2023 terjadi KLB Diare sebanyak 1 (satu) kali di
Kabupaten Padang Lawas Utara dengan CFR sebesar 0%. CFR KLB Diare berada dibawah
target nasional yaitu ≤ 1,2%. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan kasus penderita
diare sudah ditingkatkan, pasien yang mengalami diare dengan segera mendapatkan
pelayanan tatalaksana diare sudah sesuai standar dari fasilitas pelayanan kesehatan dan
kader kesehatan sehingga kasus kematian akibat diare tidak ada dan angka kesakitan dapat
diturunkan.
4
sudah sesuai standar dari fasilitas pelayanan kesehatan dan kader kesehatan sehingga kasus
kematian akibat diare tidak ada dan angka kesakitan dapat diturunkan.
Pedoman dalam tatalaksana program diare adalah Permenkes No 21 Tahun 2020
Kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
leprae. Penanggulangan Kusta adalah upaya kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan memutus mata rantai penularan Kusta.
Gambar. 4.10 Penemuan kasus baru kusta kabupaten/kota Sumatera Utara Tahun 2023
4
Penyakit Frambusia, Yaws, atau Patek yang selanjutnya disebut Frambusia adalah
penyakit menular langsung antar manusia yang disebabkan oleh infeksi kronis bakteri
Treponema Pertenue dan pada umumnya terlihat sebagai lesi pada kulit serta dapat
menyebabkan cacat pada tulang. Penanggulangan Frambusia adalah upaya kesehatan yang
ditujukan untuk memutus mata rantai penularan serta menghilangkan angka kesakitan dan
kecacatan. Eradikasi Frambusia adalah upaya pembasmian yang dilakukan secara
berkelanjutan untuk menghilangkan Frambusia secara permanen sehingga tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat secara nasional.
Gambar. 4.11 Peta Kasus Frambusia di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2023
Berdasarkan data laporan Case Detection Rate Frambusia, Tahun 2022 – Juni 2023
North Sumatera Province Cdr = 0,00 Per 100.000 Penduduk sedangkan Indikator <0,10
Per 100.000 Penduduk. Maka dapat disimpulkan bahwa kasus frambusia di Provinsi
Sumatera Utara adalah nol.
Ispa adalah Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas
mulai hidung- alveoli termasuk(sinus,rongga telinga tengah,pleura). Penumonia adalah
Adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru(alveoli). Ispa bagian atas adalah
Infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan bagian atas.
Gambar. 4.12 Persentase Penemuan kasus pneumonia balita di Provinsi Sumatera Utara
tahun 2023
4
(Sumber: Laporan Program ISPA 2023)
Berdasarkan data kasus penemuan kasus paling tinggi dari 33 kab/kota di provinsi
Sumatera Utara adalah kabupaten Nias sebesar 84,9%.
4
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan indikator program tb paru, target angka keberhasilan pengobatan
Tuberkulosis atau succes rate sebesar 90 %, sedangkan capaian hingga tw 3 sebesar
90 %. Maka indikator tersebut telah mencapai target. Angka penemuan kasus
Tuberkulosis (TC) target sebesar 91 %, sedangkan capaian hingga tw 3 sebesar
42,5 %. Maka indikator tersebut belum mencapai target.
2. Berdasarkan indikator program HIV/AIDS dalam persentase ODHIV baru
ditemukan mendapatkan skrining HIV sebesar 90 %. Maka indikator tersebut telah
mencapai target, sedangkan persentase orang yang terkena risiko terinfeksi virus
dan pasien sifilis yang diobati belum mencapau target.
3. Berdasarkan capaian indikator program hepatitis telah mencapai target.
4. Berdasarkan indikator program diare telah mencapai target sebesar 100 % dalam
persentase pengobatan kasus diare sesuai standart.
5. Berdasarakan indikator program ispa/pneumonia dalam cakupan penemuan dan
tatalaksana kasus pneumonia pada balita telah mencapai 77 %, maka capaian
tersebut telah berhasil. Target capain indikator tahun 2024 sebesar 90 %.
6. Berdasarkan indikator program kusta telah mencapai target.
7. Berdasarkan indikator program frambusia telah mencapai target eradikasi
frambusia.
8. Berdasarkan indikator program malaria telah mencapai target dan indikator
program
9. DBD telah mencapai target dalam IR dan CFR.
10. Berdasarkan indikator program kecacinggan telah mencapai target.
11. Berdasarkan indikator program zoonosis belum mencapai target yang di tanggani
sesuai standar dan telah mencapai target dalam CFR.
12. Berdasarkan indikator filariasis belum mencapai target.
Berdasarkan laporan dan temuan kasus tertinggi di provinsi sumatera utara, maka
program Tuberkulosis merupakan program penanggulanggan prioritas di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan pengalaman penulis magang di Dinas Kesehatan Provinsi Saumatera
Utara, penulis berharap kerjasam antara universitas dan instansi dapat terus berlanjut.
Penulis berharap setiap program di Bidang P2P terkhususnya seksi P2PM memili aplikasi
yang lebih baik lagi agar pelaporan mudah dilakukan oleh setiap kab/kota.
4
Lampiran 1. Log Book Magang
MEULABOH
2023
4
IDENTITAS MAHASISWA
Pembimbing Akademik
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Bulan : Agustus Pekan Ke 1
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Bulan : Agustus Pekan Ke 2
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Bulan : September Pekan Ke 3
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Bulan : Seoptember Pekan Ke 4
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Bulan : Seoptember Pekan Ke 6
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Bulan : Oktober Pekan Ke 8
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
5
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Bulan : November Pekan Ke 12
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
6
MAGANG PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
Pengesahan
6
Lampiran 2. Absensi Magang
6
7
7
7
7
Lampiran. 3 Penilaian DPL
Skor/ Nilai
No Unsur Nilai MK Magang (1-100) Total
1 Merumuskan Masalah
2 Menyelesaikan Masalah
3 Komunikasi
4 Kerjasama
5 Kerja Keras
6 Kepemimpinan
7 Kreativitas
8 Kedisiplinan
9 Karya Tulis
Total
7
Lampiran. 4 Form Penilaian Supervisor
7
7
(…
7
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan
(Mengikuti kegiatan Fogging bersama staf program DBD di BKAD Provsu pada 11
Oktober 2023)
(Mengikuti kegiatan Fogging bersama staf program DBD di Disdukcapil Provsu pada 27
Oktober 2023)
(Mengikuti kegiatan Imanuel Dinkes Provsu yang di adakan setiap hari rabu pada pukul
09.00-10.00 WIB)
7
(Belajar tentang tatalaksana program Kecacingan bersama PJ program Kecacinggan)
7
(Belajar tentang tatalaksana program Filariasis bersama PJ Filariasis)
(Menerima disposisi logistik kab/kota, dan membuat nota permintaan logistik Hepatitis)
8
(Merkap laporan bulanan kab/kota program Hepatitis/Diare)
8
(Belajar dengan PJ program Rabies)
8
(Belajar dengan PJ program Kusta dan Frambusia)
8
Scanned with ACE Scanner
8
Scanned with ACE Scanner
8
Scanned with ACE Scanner
8
87