Anda di halaman 1dari 5

Membangun Citra Ramah Lingkungan Melalui Strategi Pemasaran Digital dan

Pengemasan Produk Berbasis Prinsip 3R


di Kabupaten Luwu Timur
Reyvanzia Bandaso, Ellen Cecilia Patuli, Imel Sandrina.b, Marlina Patrisya Sipatu, Annisa Ayu Larassati

Abstrak - Karya tulis ilmiah ini membahas tentang strategi untuk membangun citra ramah lingkungan melalui pemasaran digital dan
pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kabupaten Luwu Timur. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif dengan data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber yang relevan. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan,
antara lain: cara membangun citra ramah lingkungan dengan menerapkan green marketing strategy, cara memasarkan produk yang
mengadopsi prinsip 3R dengan melakukan riset pasar, inovasi produk, dan komunikasi pemasaran, dan cara melakukan pengemasan produk
yang mengadopsi prinsip 3R dengan memilih bahan kemasan yang ramah lingkungan, mendesain kemasan yang menarik, informatif, dan
mudah didaur ulang.

Kata Kunci: Lingkungan, Pemasaran, Pengemasan, Produk, dan 3R

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam era modern saat ini, kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan masih dianggap sepele. Karna,
banyaknya manusia yang acuh tak acuh terhadap keberlangsungan lingkungan padahal bumi sedang tidak baik-baik
saja. Menurut penelitian Wahdatunnisa, permasalahan sampah merupakan hal yang krusial (sulit terselesaikan). Pada
persoalan ini dapat diartikan sebagai masalah kultural atau kebiasaan dikarenakan dampaknya mengenai berbagai
sisi kehidupan. Sehingga keberadaan sampah perlu ditidak lanjuti dengan pengolahan yang benar (Wahdatubbisa,
2016). Dalam pengertian sempit sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak
digunakan lagi, tetapi masih dapat di daur ulang menjadi barang yang bernilai.
Permasalahan sampah yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah sampah plastik. Karna sampah plastik
dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Sampah plastik tidaklah
bijak jika dibakar lantaran menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan pernafasan manusia.
Namun jika sampah plastik tersebut ditimbun dalam tanah juga akan menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan yaitu pada tanah dan air. Plastik sendiri dikonsumsi sekitar 100 juta ton/tahun di seluruh dunia.
Menurut KEMENKO PMK data Sistem Informasi Pengolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian
lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK) Tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se Indonesia menyebut jumlah
timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 Juta Ton dan dalam pengolahannya dari total produksi yakni
65.71% (13.9 Juta Ton) sudah dapat dikelola dengan baik tetapi sisanya 34,29% (7,2 Juta Ton) masih belum terkelola
dengan baik, maka dari itu perlunya tindakan sehingga keberlangsungan lingkungan dapat terjaga.
Salah satu cara membantu menyeselaikan masalah ini ialah mengadopsi produk yang menerapkan prinsip 3R
yakni Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan Kembali), Recycle (Mendaur Ulang) sehingga solusi ini dapat
mengelola sisa sampah yang tertimbun dan sebagai satu cara mejaga lingkungan di Luwu Timur sesuai dengan
Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Luwu Timur No. 8 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Dalam penerapan prinsip produk 3R, terdapat banyak tantangan dan hambatan, terutama terkait dengan
pemasaran dan pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R. Salah satu tantangan utama adalah pola pikir
masyarakat yang cenderung menganggap bahwa produk yang mengadopsi prinsip 3R kurang menarik dibandingkan
dengan produk branded. Masyarakat juga kerap beranggapan bahwa pembelian produk berbasis prinsip 3R hanya
memerlukan perubahan stigma dan citra produk tersebut.
Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah ini, kami memilih judul "Membangun Citra Ramah Lingkungan
Melalui Strategi Pemasaran Digital dan Pengemasan Produk Berbasis Prinsip 3R di Luwu Timur" sebagai salah satu
strategi untuk membangun inovasi dalam pengelolaan sampah dan meningkatkan ekonomi sirkular di Luwu Timur.
Dengan menggunakan strategi pemasaran digital dan pengemasan produk yang berbasis prinsip 3R, diharapkan
dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap produk ramah lingkungan dan meningkatkan minat mereka untuk
membeli produk-produk tersebut.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam membangun kesadaran
masyarakat akan pentingnya prinsip 3R dan mempromosikan produk yang ramah lingkungan sebagai pilihan yang
menarik dan berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ilmiah ini, penulis berfokus untuk mendalami dan mencari solusi atas beberapa isu penting
berikut:
1. Bagaimana cara membangun citra ramah lingkungan kepada masyarakat melalui pemasaran digital dan
pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R?
2. Bagaimana pemasaran produk yang mengadopsi prinsip 3R?
3. Bagaimana pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R?
1.3 Tujuan
Dalam tulisan ilmiah ini, penulis berfokus untuk mencapai tujuan-tujuan berikut dengan analisis yang
mendalam:
1. Untuk membangun citra ramah lingkungan kepada masyarakat terhadap produk yang mengadopsi prinsip 3R,
sehingga terbentuknya masyarakat yang peduli terhadap limbah dan produk 3R.
2. Untuk memasarkan produk yang mengadopsi prinsip 3R, sehingga barang yang mengadopsi prinsip 3R dapat
terjual di khalayak ramai.
3. Untuk mengetahui pengemasan yang baik dan menarik terhadap produk yang mengadopsi prinsip 3R sehingga
membuat produk yang mengadopsi prinsip 3R dapat bersaing dengan produk lainnya.

2. Kerangka Teori
2.1 Strategi Pemasaran
Definisi pemasaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebuah proses, cara, perbuatan
untuk memasarkan suatu barang dagangan, sementara definisi dari strategi pemasaran adalah rencana untuk
memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, yang didasarkan
pada riset pasar, penilaian, perencanaan produk, promosi dan perencanaan penjualan, serta distribusi.
Sedangkan definisi pemasaran menurut Kotler (2018) adalah Proses di mana perusahaan melibatkan pelanggan,
membangun hubungan baik dengan pelanggan, dan menciptakan nilai untuk pelanggan, sehingga dapat
mendapatkan nilai / umpan balik yang baik dari pelanggan dalam rangka untuk meningkatkan profit dan ekuitas
pelanggan.
Dari paparan pengertian di atas, strategi pemasaran adalah proses yang niscaya dan harus terus-menerus
diperbarui metode dan strateginya sesuai dengan tuntutan sosial yang ada. Tanpa penyesuaian diri dengan
lingkungan-lingkungan baru yang tepat dan efektif, maka akan terdisrupsi oleh perusahaan-perusahaan yang lain,
teruama yang kegiatan produksinya sejenis.
2.2 Digital Marketing (E-Marketing)
Digital marketing adalah praktik pemasaran yang menerapkan saluran “distribusi digital” untuk menjangkau
konsumen dengan cara yang efektif, personal dan cost effective (Satyo, 2009). Sedangkan menurut Tjiptono (2016)
Digital Marketing (E-Marketing) adalah proses strategik, mengembangkan, mendistribusikan, mempromosikan, dan
menetapkan harga barang dan jasa kepada pasar sasaran melalui internet atau alat-alat digital seperti smartphone.
Sejak awal tahun 2000, teknologi informasi telah memasuki pasar utama dan dikembangkan lebih jauh menjadi apa
yang disebut sebagai new wave technology.
New wave technology adalah teknologi yang memungkinkan konektivitas dan interaktivitas antar individu dan
kelompok. Pada saat ini digital menjadi salah satu pilihan made of entry yang dinilai efektif dan efisien, terutama
untuk produk digital, seperti perangkat lunak, video, musik dan sejenisnya. Digital marketing memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan pemasaran tradisional, di antaranya adalah mudah diukur, mudah disesuaikan,
mudah dijangkau, dan mudah dibagi.
2.3 Media Sosial
Definisi Media Sosial menurut P.N. Howard dan M.R Parks (2012) Media sosial terdiri atas tiga bagian, yaitu
infrastruktur informasi dan alat yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan isi media, isi media dapat
berupa pesan-pesan pribadi, berita, gagasan, dan produk-produk budaya yang berbentuk digital, dan yang
memproduksi serta mengkonsumsi isi media dalam bentuk digital adalah individu, organisasi, dan industri.
Sedangkan menurut Russo, J. Watkins, L. Kelly, dan S. Chan (2008) Media sosial adalah instrumen yang
memfasilitasi komunikasi, jaringan, dan/atau kolaborasi secara daring.
Media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh media lainnya, seperti jaringan, informasi,
arsip, interaksi, simulasi sosial, dan konten oleh pengguna. Media sosial dapat dilihat dari sudut pandang teori uses
and gratification, yaitu individu menggunakan media sosial dengan tujuan tertentu, seperti pencarian informasi,
media komunikasi, hiburan, bersosialisasi, dan pencarian status. Media sosial juga dapat dianalisis dari segi
dampaknya terhadap masyarakat, baik positif maupun negatif, seperti meningkatkan partisipasi, kolaborasi, dan
kreativitas, namun juga menimbulkan masalah privasi, kecanduan, dan mis-informasi.
Salah satu aspek penting dari media sosial adalah peran influencer, yaitu orang-orang yang memiliki pengaruh
besar terhadap perilaku, opini, atau keputusan pengikutnya di media sosial. Influencer dapat berupa selebriti, tokoh
publik, ahli, aktivis, atau siapa saja yang memiliki kredibilitas, otoritas, dan keterlibatan tinggi di media sosial.
Influencer dapat membantu merek, organisasi, atau gerakan sosial dalam menyampaikan pesan, meningkatkan
kesadaran, atau mempromosikan produk atau layanan kepada audiens yang spesifik dan loyal. Sehingga media sosial
ini dapat dijadikan sebagai alat dalam menunjang influencer-influencer disekitar terkhusus masayrakat di Kabupaten
Luwu Timur.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, sikap, dan perilaku individu atau kelompok secara
sistematis, faktual, dan akurat (Taufik 2015). Penelitian ini tidak melibatkan terjun kelapangan, melainkan
mengandalkan data sekunder yang berasal dari sumber-sumber yang relevan dengan topik penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber
lain yang sudah ada, seperti buku, jurnal, artikel, laporan, website, dan media sosial. Data sekunder ini dipilih karena
dapat memberikan informasi yang luas, mendalam, dan terpercaya mengenai fenomena yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan
data dengan cara mencari, membaca, dan merekam data sekunder yang berkaitan dengan masalah penelitian. Studi
pustaka dilakukan dengan cara mengakses sumber-sumber data melalui perpustakaan online, mesin pencari, dan
media sosial. Data yang diperoleh kemudian diseleksi, diklasifikasikan, dan disintesis sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi, yaitu teknik analisis data yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menafsirkan makna yang terkandung dalam data
sekunder. Analisis isi dilakukan dengan cara mengkodekan data berdasarkan tema-tema yang relevan,
mengkategorikan data berdasarkan kode-kode yang telah dibuat, dan menyajikan data dalam bentuk narasi
deskriptif.

4. Hasil dan Pembahasan


Perkembangan teknologi yang semakin pesat mulai digunakan tidak hanya untuk melakukan tukar informasi
dan berita namun mulai merambah dunia bisnis. Kemasan produk (product packaging) telah menjadi bagian yang
tak terpisahkan tak hanya bagi berbagai macam jenis produk, melainkan juga gaya hidup masyarakat. Kemasan tidak
hanya berfungsi untuk melindungi produk dari ancaman terjadinya kerusakan, melainkan telah menjadi salah satu
unsur daya tarik konsumen dalam bersaing dengan produk-produk lainnya terutama yang sejenis. Kemasan sekarang
telah menjadi alat pemasaran sebab peran kemasan bisa menciptakan nilai tersendiri bagi konsumen dan anti promosi
bagi pihak perusahaan atau produsen. Beranekaragam kemasan saat ini bermunculan untuk menarik minat pelanggan
pada suatu produk dan pada umunya kemasan tersebut berupa plastik yang berbentuk botol minum, wadah makanan,
piring gelas, dan berbagai bentuk yang lain menurut fungsinya.
Semakin hari sampah plastik mengalami kenaikan seiring dengan tingginya konsumsi masyarakat terhadap
penggunaan plastik, seperti meningkatnya produk plastik sekali pakai tetapi tidak diimbangi dengan penanganan
limbah plastik. Selain itu sampah plastik merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Plastik memiliki
waktu daur ulang yang lebih lama dari bahan lainya bahkan ada yang tidak dapat didaur ulang seperti styrofoam.
Kehadiran sampah plastik memiliki banyak ancaman bagi lingkungan dan kesehatan. Bahan plastik membutuhkan
waktu yang cukup lama bahkan sampai bertahun tahun untuk bisa terurai, selain itu plastik juga mengandung zat
beracun, bila sampah plastik ditimbun di tanah makan akan menyebabkan kerusakan pada tanah, jika sampah plastik
dibakar akan menyebabkan polusi udara dan mengeluarkan zat beracun ke udara yang dapat dihirup oleh manusia.
Selain berbahaya untuk manusia limbah sampah juga menimbulkan bahaya bagi hewan. Melihat banyaknya sampah
yang berserakan dimana-mana dan pada umumnya masyarakat hanya mengelolah sampah dengan cara dikumpulkan
dan diatasi dengan membakarnya tanpa adanya penanganan lebih lanjut sehingga menimbulkan pemandangan yang
kurang sedap, serta berdampak negatif bagi lingkungan.
Terkait permasalahan diatas diperlukannya tindakan yang dapat membangun citra ramah lingkungan kepada
masyarakat melalui pemasaran digital dan pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R untuk mengurangi
kemasan plastik yang ada dimasayrakat. Salah satu cara untuk membangun citra ramah lingkungan kepada
masyarakat adalah dengan menerapkan green marketing strategy, yaitu strategi pemasaran yang menekankan pada
keberlanjutan dan kesadaran lingkungan. Green marketing strategy melibatkan beberapa langkah, antara lain:
1. Pertama, evaluasi dampak lingkungan dari produk dan kegiatan bisnis. Dengan melakukan analisis terhadap
jejak karbon, konsumsi energi, penggunaan bahan baku, dan pembuangan limbah yang dihasilkan oleh produk
dan bisnis. Mengidentifikasi area mana yang dapat ditingkatkan untuk mengurangi dampak lingkungan yang
negatif.
2. Kedua, membuat komitmen berkelanjutan yang sesuai dengan visi dan misi bisnis. Dengan menunjukkan
komitmen terhadap keberlanjutan yang memiliki sertifikasi lingkungan, berpartisipasi dalam inisiatif
lingkungan, dan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berkaitan dengan isu-isu
lingkungan.
3. Ketiga, memilih bahan baku ramah lingkungan untuk produk dan kemasan. menggunakan bahan baku yang
dapat diperbaharui, biodegradable, atau daur ulang. menghindari bahan baku yang berbahaya bagi lingkungan
atau sulit didaur ulang, seperti plastik, styrofoam, atau kertas.
4. Keempat, mengedukasi pelanggan tentang produk dan kemasan yang ramah lingkungan. memberikan
informasi yang jelas dan transparan tentang nama produk, manfaat produk, cara penggunaan produk, dan logo
3R. menjelaskan juga dampak lingkungan dari produk dan kemasan, seperti emisi karbon, penghematan
energi, dan pengurangan sampah. memberikan juga tips-tips ramah lingkungan yang berkaitan dengan produk
dan kemasan
Pemasaran produk yang mengadopsi prinsip 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle adalah salah satu strategi
pemasaran ramah lingkungan yang dapat meningkatkan citra merek, loyalitas pelanggan, dan keuntungan bisnis.
Prinsip 3R bertujuan untuk mengurangi penggunaan sumber daya, memanfaatkan kembali produk atau bahan yang
masih layak, dan mendaur ulang produk atau bahan yang tidak terpakai menjadi produk baru yang memiliki nilai.
Dengan menerapkan prinsip 3R, perusahaan dapat menawarkan produk yang memiliki kualitas, fungsi, dan estetika
yang baik, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Untuk melakukan pemasaran produk yang mengadopsi prinsip 3R, perusahaan dapat mengikuti beberapa
langkah berikut ini:
1. Pertama, melakukan riset pasar untuk mengetahui kebutuhan, preferensi, dan perilaku konsumen yang sadar
lingkungan. Riset pasar dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti observasi, survei, atau fokus group.
Riset pasar dapat membantu perusahaan untuk menentukan segmen pasar, posisi pasar, dan nilai jual produk
yang sesuai dengan konsumen sasaran.
2. Kedua, melakukan inovasi produk yang berbasis prinsip 3R. Inovasi produk dapat meliputi desain produk,
bahan baku produk, proses produksi produk, dan kemasan produk. Perusahaan dapat menggunakan bahan
baku yang ramah lingkungan, seperti kertas daur ulang, kain perca, atau botol plastik bekas. Perusahaan juga
dapat menggunakan proses produksi yang hemat energi, air, dan limbah. Perusahaan juga dapat membuat
kemasan produk yang menarik, informatif, dan mudah didaur ulang.
3. Ketiga, melakukan komunikasi pemasaran yang efektif dan kredibel. Komunikasi pemasaran dapat meliputi
promosi produk, edukasi konsumen, dan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan
media sosial, website, blog, atau video untuk mempromosikan produk yang mengadopsi prinsip 3R.
Perusahaan juga dapat memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang produk, seperti nama produk,
manfaat produk, cara penggunaan produk, dan logo 3R. Perusahaan juga dapat memberikan tips-tips ramah
lingkungan yang berkaitan dengan produk, seperti cara mendaur ulang, mengurangi, dan memanfaatkan
kembali produk. Perusahaan juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang mendukung lingkungan,
seperti penanaman pohon, pengumpulan sampah, atau donasi.
Pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle, adalah salah satu cara
untuk membuat produk yang ramah lingkungan dan menarik bagi konsumen. Prinsip 3R bertujuan untuk mengurangi
penggunaan sumber daya, memanfaatkan kembali bahan yang masih layak, dan mendaur ulang bahan yang tidak
terpakai menjadi bahan baru yang memiliki nilai. Dengan menerapkan prinsip 3R, perusahaan dapat meningkatkan
citra merek, loyalitas pelanggan, dan keuntungan bisnis.
Untuk melakukan pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R, perusahaan dapat mengikuti beberapa
langkah berikut ini:
1. Pertama, melakukan analisis terhadap bahan kemasan yang digunakan saat ini. Perusahaan dapat mengevaluasi
dampak lingkungan, biaya, kualitas, dan fungsi dari bahan kemasan yang digunakan. Perusahaan juga dapat
mengidentifikasi bahan kemasan yang sulit didaur ulang, berbahaya bagi lingkungan, atau tidak sesuai dengan
produk.
2. Kedua, memilih bahan kemasan yang ramah lingkungan dan mudah terurai. Perusahaan dapat menggunakan
bahan kemasan yang dapat diperbaharui, biodegradable, atau daur ulang. Contoh bahan kemasan yang ramah
lingkungan adalah kertas daur ulang, kain perca, atau botol plastik bekas. Perusahaan juga dapat menghindari
bahan kemasan yang berbahaya bagi lingkungan, seperti plastik, styrofoam, atau kertas.
3. Ketiga, mendesain kemasan produk yang menarik, informatif, dan mudah didaur ulang. Perusahaan dapat
memberikan label dan informasi yang jelas tentang produk, seperti nama produk, manfaat produk, cara
penggunaan produk, dan logo 3R. Perusahaan juga dapat memberikan warna-warna yang cerah dan motif-
motif yang menarik untuk membuat kemasan produk lebih menonjol dan menarik perhatian konsumen.
Perusahaan juga dapat memperhatikan aspek fungsional dan ergonomis dari kemasan produk, seperti ukuran,
bentuk, berat, dan kemudahan membuka dan menutup kemasan.
5. Kesimpulan
Kesimpulan: Karya tulis ilmiah ini menyimpulkan bahwa strategi untuk membangun citra ramah lingkungan
melalui pemasaran digital dan pengemasan produk yang mengadopsi prinsip 3R di Kabupaten Luwu Timur dapat
memberikan manfaat bagi perusahaan, konsumen, dan lingkungan. Perusahaan dapat meningkatkan citra merek,
loyalitas pelanggan, dan keuntungan bisnis. Konsumen dapat mendapatkan produk yang berkualitas, bermanfaat,
dan estetika. Lingkungan dapat terjaga dari pencemaran dan kerusakan akibat sampah plastik. Oleh karena itu,
penulis merekomendasikan agar perusahaan yang bergerak di bidang produk berbasis prinsip 3R dapat menerapkan
strategi pemasaran digital dan pengemasan produk yang ramah lingkungan secara konsisten dan kredibel.

6. Daftar Pustaka
Hariyanti, N. T., & Wirapraja, A. (2018). Pengaruh influencer marketing sebagai strategi pemasaran digital era
moderen (Sebuah studi literatur). Eksekutif, 15(1), 133-146.
Haryanti, S., Mursito, B., & Sudarwati, S. (2019). Analisis strategi pemasaran digital untuk meningkatkan
penjualan produk batik pada PT. Danar Hadi Surakarta. Jurnal Ilmiah Edunomika, 3(01).
Dalilah, E. A. (2021). Dampak Sampah Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan.
Rismayadi, B. (2017). Penyuluhan Kesadaran Masyarakat Seputar Kampus Universitas Buana Perjuangan
Karawang Mengenai Dampak Sampah serta Pelatihan Pemanfaatan Sampah Plastik untuk Kegiatan
Ekonomi Kreatif. Buana ilmu, 1(2).
Yusmartini, Eka Sri, Mardwita Mardwita, and Innike Abdillah Fahmi. "Pendampingan pelabelan dan pembuatan
website untuk pemasaran produk hasil pengolahan sampah di TPS-3R Kelurahan Talang Kelapa
Kecamatan Alang-Alang Lebar." Aptekmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat 3.4 (2020).
Makmun, S. (2020). Pelatihan Pengemasan Dan Pemasaran Produk Secara Digital. Majalah Ilmiah Pelita Ilmu,
3(2), 170-187.
Halim, K. I. (2021). Pendampingan Usaha Kue Kering Melalui Pengemasan Produk dan Pemasaran Digital.
Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(3), 732-736.
Mutaqin, Enjen Zaenal. "Kajian Al-Qur’an Di Tengah Disrupsi Digital: Pengemasan Ulang Materi Ulumul
Qur’an Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Indonesia: Kajian Al-Qur’an Di Tengah Disrupsi Digital:
Pengemasan Ulang Materi Ulumul Qur’an Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Indonesia."
MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir 8.2 (2023): 223-237.
Puspitarini, Dinda Sekar, and Reni Nuraeni. "Pemanfaatan media sosial sebagai media promosi." Jurnal
Common 3.1 (2019): 71-80.
Pérez, J. L. "Marketing digital." Obtenido de https://joseluispg. com/marketingdigital-definicion-de-autores
(2018).
Panuju, Redi. Komunikasi pemasaran: pemasaran sebagai gejala komunikasi komunikasi sebagai strategi
pemasaran. Prenada Media, 2019.
Ferdinand, Augusty. "Kualitas Strategi Pemasaran: Sebuahstudi Pendahuluan." Jurnal Sains Pemasaran
Indonesia (Indonesian Journal of Marketing Science) 1.1 (2002): 107-119.

Anda mungkin juga menyukai