Anda di halaman 1dari 8

ACARA VII

PENAJAMAN DAN PEMFILTERAN


CITRA DIGITAL

Oleh :
IMELDA DWININGSI SAERI
NIT 19283207
KELAS B

INSTRUKTUR :

WESTI UTAMI, S.Si., M.Sc.


NIP. 198307162009122003

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN


PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
PRORAM DILOMA IV PERTANAHAN
TAHUN 2020

16
ACARA VII
PENAJAMAN DAN PEMFILTERAN
CITRA DIGITAL

I. TUJUAN
1. Mampu menampilkan dan menganalisis histogram citra digital;
2. Mampu melakukan beberapa teknik penajaman dan pemfilteran citra
digital;
3. Mengetahui kegunaan dari teknik penajaman dan pemfilteran citra
digital.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Citra digital Landsat
2. Komputer Personal
3. Perangkat lunak ENVI 4.8

III. DASAR TEORI


3.1. Penajaman Kontras
Penajaman kontras diterapkan untuk memperoleh kesan citra yang citra
tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan mentransformasi seluruh nilai kecerahan.
Hasilnya berupa citra dengan nilai kecerahan maksimum baru yang lebih tinggi
dari nilai maksimum awal, dan nilai minimum baru yang (pada umumnya) lebih
rendah dari nilai minimum awal.

3.1.1. Perentangan kontras (linear contrast stretching)


Kontras citra dapat dimanipulasi dengan merentangan nilai kecerahan
pikselnya. Perentangan yang efektif dapat dilakukan dengan memperhatikan
bentuk histogramnya. Citra asli, yang biasanya mempunyai julat nilai lebih sempit
dari 0 – 255, perlu direntangkan sehingga kualitas citranya menjadi lebih baik.
Hasil perentangan ini adalah citra baru, yang bila digambarkan histogramnya
berupa kurva yang lebih lebar.

3.1.2. Ekualisasi histogram


Teknik penajaman kontras yang diuraikan di atas adalah suatu teknik
penajaman kontras linier. Selain perentangan linier, terdapat teknik penajaman
dengan cara ekualisasi histogram. Secara garis besar, algoritma ekualisasi
histogram ini dapat dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, dilakukan penghitungan
untuk menurunkan histogram citra yang akan dipertajam. Kedua, si operator
kemudian menentukan jumlah kelas kecerahan yang baru (misal 32). Data nilai
piksel (NP) seluruh citra nantinya akan didistribusikan kembali ke masing-masing
kelas tersebut. Ketiga, program akan menghitung dan menandai piksel demi

17
piksel, untuk kemudian mengelompokkan mereka dalam jumlah yang kurang
lebih sama ke tiap kelas kecerahan yang tersedia.
Ekualisasi histogram menghasilkan citra dengan kekontrasan maksimum, bila
pengambilan julat nilai kecerahannya tepat seperti halnya pada perentangan
kontras linier. Pengambilan ini dikatakan tepat bila julat nilai tersebut mewakili
populasi terbanyak dalam histogram.

3.2. Pemfilteran
Pemfilteran (spatial filtering) sebenarnya merupakan kelompok operasi
tersendiri, dan bukan hanya penajaman. Swain dan Davis (1978) memberikan
batasan filter sebagai mekanisme yang dapat mengubah sinyal-sinyal optis,
elektronis ataupun digital, sesuai dengan kriteria tertentu. Lebih lanjut, keduanya
menyatakan bahwa pemfilteran adalah suatu cara untuk ekstraksi bagian data
tertentu dari suatu himpunan data, dengan menghilangkan bagian-bagian data
yang tidak diinginkan.
Berbeda dengan teknik penajaman kontras, operasi pemfilteran diterapkan
dengan mempertimbangkan nilai piksel yang bertetangga. Oleh karena itu, teknik
pemfilteran lebih sering disebut sebagai sebagai operasi lokal (local operation),
sedangkan teknik penajaman yang lain sering disebut operasi titik (point
operation) (Galtier, 1989)

IV. LANGKAH KERJA


1. Buka program ENVI 4.8!
2. Buka file data citra satelit
3. Lakukan proses perhitungan statistik untuk mendapatkan histogram citra
saluran 1! Perhitungan dapat dilakukan melalui menu Basic Tools | Statistic |
Compute Statistics. Pilihan Select Input File, klik file citra satelit untuk
memilih file yang akan dihitung statistiknya. Tekan button
sehingga muncul jendela File Spectral Subset kemudian pilih Band 1,
kemudian klik OK.

18
4. Setelah proses eksekusi perintah selesai maka akan muncul jendela Compute
Statistics Parameters, beri tanda centang (√) pada pilihan Histograms dan
kemudian klik OK untuk mengeksekusi perintah perhitungan statistiknya.
Buka dan amatilah histogram citra saluran 1, catat
seluruh hasil pengamatan pada tabel di bawah!
Pada jendela Statistics Result pilih tampilan histogram
dengan mengganti pilihan button seperti
dibawah ini.

Lakukan dengan langkah yang sama untuk saluran 6!

No Hal Yang Diamati Saluran 1 Saluran 2


1 Nilai piksel minimum 1 1

2 Nilai piksel maksimum 255 255

3 Jumlah bukit dalam histogram 3 1

4 Pola sebaran nilai piksel Berkelompok Berkelompok

5. Coba analisa dan simpulkan hasil pengamatan histogram citra saluran 1 dan
saluran 2!
6. Kemudian cocokan hasil analisa anda dengan gambar citra saluran 1 dan
saluran 2!
7. Lakukan proses penajaman citra saluran 1 dengan perentangan kontras linier
dengan posisi nilai piksel cutoff terletak pada prosentase kumulatif 5 – 8%
dan nilai saturation pada prosentase kumulatif 90 – 95%!
8. Penajaman citra dapat dilakukan melalui menu Enhance | Interactive
Stretching yang terdapat pada jendela utama tampilan citra (main windows).
Masukkan nilai cutoff dan nilai saturation sesuai dengan nilai piksel yang

19
terletak di prosentase kumulatif yang telah ditentukan dan kemudian klik
button !

9. Coba amati dan analisa perbedaan histogram citra asli dengan citra hasil
penajaman serta perbedaan kenampakan visual dari kedua citra tersebut!
Saluran 1 Saluran 1
No Hal Yang Diamati
Asli Hasil Penajaman
1 Nilai piksel minimum 1 0

2 Nilai piksel maksimum 255 255

3 Jumlah bukit dalam histogram 3 3

4 Pola sebaran nilai piksel Berkelompok Acak

Saluran 2 Saluran 5
No Hal Yang Diamati
Asli Hasil Penajaman
1 Nilai piksel minimum 1 0

2 Nilai piksel maksimum 255 255

3 Jumlah bukit dalam histogram 1 1

20
4 Pola sebaran nilai piksel Berkelompok Acak

10. Aktifkan ke data citra saluran 1 dan lakukan pemfilteran dengan filter low
pass dan high pass!
11. Proses pemfilteran dapat dilakukan melalui menu Filter |Convolutions and
Morphology sehingga muncul jendela Convolution and Morphology Tools .
Pemilihan jenis filter dilakukan melalui menu Convolution, pilih sesuai
dengan jenis filter yang diinginkan (Lowpass atau Highpas).

12. Amati perbedaan antara 2 citra hasil pemfilteran low pass dengan high pass!
13. Lakukan pemfilteran dengan filter Roberts Edge Detector dan coba amati
perbedaan dengan 2 jenis pemfilteran yang sebelumnya!

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisa berdasarkan histogram citra saluran 1 dan 2, untuk nilai
piksel minimum dan maksimumnya relative sama yaitu 1 dan 255, sedangkan
pada jumlah bukitnya berbeda jumlahnya yang dimana pada saluran 1
terdapat 3 bukit dan saluran 2 hanya 1 bukit, serta pola sebarannya pula
sama yaitu berkelompok.
Kemudian pada penajaman citra saluran 1 dengan perentangan kontras
linier dengan posisi nilai piksel cutoff terletak pada prosentase kumulatif 5 –
8% dan nilai saturation pada prosentase kumulatif 90 – 95% ada perubahan
pada nilai piksel minimum yang menjadi 0 serta untuk pola sebarannya yang
berubah.Begitu pula samanya dengan saluran 2.
Ketika data citra di lakukan pemfilteran dengan highpass dan lowpass
hasil citranya lebih jelas pada highpass yang lebih jelas apabila dibandingkan
dengan teknik pemfilteran yang lain dan pada lowpass hasilnya cenderung
lembut kenampakannya lebih smooth tetapi kabur / kurang jelas karena
cenderung menghaluskan gambaran pikselnya.

21
Untuk pemfilteran dengan filter Robert Edge Detector hasilnya lebih jelas
lagi daripada hasil pemfilteran sebelumnya.
Penajaman citra dan pemfilteran spasial yang diaplikasikan pada
komposit citra landsat pada dasarnya membuat komposit citra menjadi
lebihcerah dan tingkat detail menjadi lebih baik. Hal ini dimaksudkan agar
objek-objek yang tertera dalam citra dapat dianalisis dengan lebih baik.
Sebagai asumsinya, proses interpretasi citra digital tidak dapat maksimal
apabila citra yang dianalisis tidak begitu tajam dan jelas. Terdapat beberapa
objek yang memiliki kesamaan warna dan nilai pantulan meskipun
sebenarnya objek tersebut berbeda-beda satu sama lain. Oleh karena itu
proses ini sangat penting, dikarenakan menyangkut proses interpretasi
digital itu sendiri.

Hasil yang didapatkan, beserta perbandingan sesudah dan sebelum


dilakukan penajaman yaitu pada komposit landsat RGB 1,2 sebelum
dilakukan penajaman dan pemfilteran spasial menunjukkan citra yang
cenderung gela). Hal ini akan menyebabkan interpretasi digital pada
komposit terebut menjadi lebih terbatas. Sedangkan setalah dilakukan
penajaman dan pemfilteran spasial, tingkat kecerahan menjadi meningkat
dan detail objek lebih terlihat.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis penajaman citra dan pemfilteran spasial diatas
mengenai citra landsat komposit 1, 2, maka didapatkan hasil bahwa
penajaman citra membuat kenampakan pada objek lebih jelas pada tingkat
detail data yang bersifat sangat detail,semisal pinggiran pantai. Hal ini jelas
berbeda dengan citra landsat sebelum dilakukan penajaman dan pemfilteran
spasial memiliki kecenderungan gelap yang tertera pada citra landsat yang
dianalisis. Sedangkan pada citra yang sudah dilakukan penajaman dan
pemfilteran spasial, sangat berfungsi ketika dilakukan interpretasidigital atau
olah data citra yang lebih lanjut lagi
Berdasarkan praktikum ini nilai pikselnya kurang berubah sedangkan
pada materinya yang dimana penajaman akan mengakibatkan perubahan
nilai pixel sehingga tidak bisa digunakan untuk klasifikasi digital.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Danoedoro, P., 1996, Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya Dalam
Bidang Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta;
Danoedoro, P., 2002, Pedoman Praktikum Pemrosesan Citra Digital, Fakultas
Geografi, Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta;
Munir, R., 2004,Pengolahan Citra Digital, Informatika, Bandung;

22
Prahasta, E., 2008, Remote Sensing : Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan
Citra Dijital Dengan Perangkat Lunak ER Mapper, Informatika, Bandung;
http://warokfatoni.blogspot.com/2010/03/penajaman-dan-pemfilteran-citra-
digital.html, diakses pada tanggal 26 Mei 2020
https://www.academia.edu/21013450/
PENAJAMAN_CITRA_PEMFILTERAN_SPASIAL_INTERPRETASI_DIGITAL_SER
TA_LAYOUT.pdf, diakses pada tanggal 26 Mei 2020.
http://www.exelisvis.com/portals/0/tutorials/envi/ENVI_Quick_Start.pdf,
diakses pada tanggal 10 Desember 2012;
http://www.exelisvis.com/portals/0/tutorials/envi/ENVI_Intro.pdf, diakses pada
tanggal 10 Desember 2012.

23

Anda mungkin juga menyukai