Disiapkan Oleh :
Muhammad Kamal
MODUL 1
DISPLAY CITRA, PEMBACAAN NILAI PIKSEL,
DAN PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA
B. MENAMPILKAN CITRA
Setelah mengimpor data citra, langkah selanjutnya adalah menampilkan citra di layar komputer untuk mengetahui
kondisi liputan citra, baik dari segi sebaran pola obyek secara geografis maupun kualitas citra itu sendiri. Cara display
citra digital yang pertama adalah dalam mode Gray Scale atau berdasar tingkat keabuan yang merepresentasikan
intensitas pantulan spektral obyek pada saluran tertentu (single band).
1. Pada jendela Available Bands List, klik radio button Gray Scale
2. Pilih salah satu saluran yang akan ditampilkan
3. Klik Load Band, sehingga muncul 3 jendela display citra, dimana :
• Jendela Scroll : display keseluruhan citra sekaligus navigator,
• Jendela Image : perbesaran dari jendela Scroll, sekaligus memuat beberapa menu informasi citra dan
pengolahan sederhana, dan
• Jendela Zoom : perbesaran dari jendela Image, dimana kenampakan per-piksel dapat dengan mudah
diamati.
4. Amati seluruh citra, geserlah box merah baik pada jendela Scroll maupun Image. Pada jendela Zoom, Anda bisa
melakukan zoom-in atau zoom-out dengan klik tanda + atau – di sebelah kiri bawah kotak jendela Zoom. Angka
perbesaran akan muncul di bar jendela Zoom.
5. Tampilkan juga saluran yang lain dan amati perbedaannya.
6. Jika Anda ingin menampilkan saluran lain pada jendela display citra yang sama, klik saluran yang diinginkan
kemudian klik Load Band.
7. Jika Anda ingin menampilkan saluran yang lain pada jendela display citra baru, klik button Display #.... (di sebelah
kanan button Load Band) > New Display, sehingga muncul jendela display baru yang kosong.
8. Pilih saluran yang diinginkan, klik Load Band.
Perhatikan posisi display aktif pada Display #2.
Demikian seterusnya sehingga Anda dapat menampilkan banyak jendela display citra.
C. LINK DISPLAY
Salah satu kelebihan software ENVI adalah adanya fungsi linkage antar saluran citra (bahkan antar citra). Basis
hubungan berdasarkan posisi piksel atau koordinat geografis.
1. Tampilkan 2 jendela display citra dengan saluran yang berbeda, atur sehingga Anda nyaman.
2. Pada salah satu jendela Image, klik menu Tools > Link > Link Displays.
3. Pada jendela Link Displays, tentukan Display #1 ‘Yes’, Display #2 ‘Yes’, Link Size/Position ‘pilih salah satu’,
Dynamic Overlay ‘on’, Transparency ‘0’, klik OK.
4. Perhatikan kenampakan display citra akan sama antara kedua jendela display.
5. Klik kiri mouse dan tahan pada citra di jendela Image untuk mengetahui perbedaan respon spektral obyek
terhadap saluran yang berbeda. Lepas klik untuk kembali ke semula.
6. Lakukan untuk semua variasi saluran. Anda bisa menambahkan jendela menjadi 3 atau 4 sesuai kebutuhan.
7. Jika display citra lebih dari 2, pada jendela Link Displays Anda bisa mengatur Display # yang akan diaktifkan.
8. Untuk menghilangkan Link, pada jendela Image klik menu Tools > Link > Unlink Display.
Posisi piksel
Nilai Piksel Saluran #1
Nilai Piksel Saluran #2
5. Amati minimal 9 piksel untuk setiap obyek per-saluran. Catat koordinat, nilai piksel, dan rerata nilai piksel untuk
satu obyek pada saluran tertentu dianggap mewakili nilai pantulan spektral obyek tersebut pada saluran yang
digunakan.
6. Buat tabel catatan nilai piksel untuk obyek-obyek di atas pada semua saluran, sehingga Anda memiliki nilai piksel
pantulan spektral obyek yang diukur pada semua saluran.
Tabel pembacaan nilai piksel
Saluran NPair rNPair NPltbk rNPltbk NPvkt rNPvkt NPvkr rNPvkr
1 2,1,2,3,1,2,2,3,2 2
2
3
4
5
7
Koordinat pusat x y x y x y x y
TUGAS : Plot nilai piksel rerata dari tabel di atas pada diagram pencar. Dimana sumbu x adalah panjang gelombang
saluran dan y adalah nilai piksel. Beri notasi yang berbeda (atau warna yang berbeda) untuk obyek yang
berbeda. Amati pola pantulan yang terjadi, bandingkan dengan kurva pantulan spektral. Apa yang dapat
Anda simpulkan dari diagram pencar tersebut?
6. Buat jendela display image baru, buat komposit R: ETM3, G: ETM2, dan B: ETM1, amati warna yang terbentuk.
7. Link-kan dengan komposit 432, amati dan catat warna juga nilai piksel ke-empat obyek yang sama pada citra
komposit 321.
8. Cobalah untuk membuat komposisi saluran yang lain (452, 457, 352, dsb). Pilih salah satu yang Anda anggap
menyajikan obyek secara visual terbaik. Amati dan catat juga nilai piksel untuk ke-empat obyek di atas.
2. Pada menu Image klik Tools > 2-D Scatter Plots, tentukan saluran untuk sumbu x dan y, klik OK. Muncul
diagram pencar, kemudian atur sehingga jendela diagram pencar berada di luar jendela Image.
3. Pada jendela Scatter Plot klik File > Import ROIs, klik Select All Items, OK. Warna obyek akan muncul baik di
citra maupun di diagram pencar. Amati kecenderungan pengelompokan obyek pada diagram pencar.
4. Cobalah untuk variasi sumbu x dan y yang lain, pada jendela scatter plot klik Options > Change Bands, tentukan
saluran yang dibutuhkan. Amati juga pola spektral untuk obyek-obyek di atas.
5. Untuk lebih memperjelas dimana obyek pada scatter plot, klik kiri pada citra dan gerakkan, maka pada scatter plot
akan mengikuti gerakan cursor Anda dimana spektral obyek berada.
6. Simpan salah satu diagram pencar dengan pola pengelompokan obyek, beri notasi untuk pengelompokan
spektralnya. Analisis pengelompokan obyek yang terjadi dan sertakan dalam laporan.
Vegetasi rapat
Tanah kosong
Vegetasi jarang
Tubuh air
Gambar pola pengelompokan spektral obyek air, tanah kosong, vegetasi rapat,
dan vegetasi jarang pada saluran 3 vs 4.
MODUL 2
KOREKSI RADIOMETRIK DAN GEOMETRIK
A. KOREKSI RADIOMETRIK
Nilai piksel merupakan hasil bit-coding informasi spektral dari obyek di permukaan bumi. Informasi spektral ini
mencapai detektor pada sensor dalam bentuk radiansi spektral (spectral radiance) dengan satuan miliWatt cm-2 sr-1
µ m-1. Secara teoritik, pada suatu sistem penginderaan jauh ideal, nilai pantulan spektral obyek di permukaan bumi
sama dengan nilai radiansi spektral yang terekam di detektor. Namun pada spektrum tampak dan perluasannya (0,36 –
sekitar 0,9 µ m), informasi spektral obyek di permukaan bumi biasanya mengalami bias, karena ada hamburan dari
obyek lain di atmosfer, khususnya partikel debu, uap air, dan gas triatomik lainnya. Dengan adanya bias tersebut maka
diperlukan koreksi untuk memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya. Rumus umum koreksi nilai
piksel pada setiap scene adalah dengan mengurangi setiap nilai pada citra yang akan dikoreksi dengan nilai bias :
Pencarian nilai bias dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain; penyesuaian histogram (histogram
adjustment), penyesuaian regresi, kalibrasi bayangan (shadow callibration), dan metode diagram pencar (metode
Bronsveld) (Projo Danoedoro, 1996). Metode koreksi radiometrik yang digunakan dalam praktikum ini adalah
penyesuaian histogram. Metode ini dipilih karena relatif sederhana, waktu pemrosesan singkat, dan tidak melibatkan
perhitungan matematis yang rumit. Metode ini dilandasi oleh asumsi bahwa dalam proses koding digital oleh sensor,
obyek yang memberikan respon spektral paling lemah – atau tidak memberikan respon sama sekali – seharusnya
bernilai 0. Apabila nilai minimal > 0, maka nilai tersebut dihitung sebagai offset, dan koreksi dapat dilakukan dengan
mengurangi keseluruhan nilai dengan offset. Namun demikian dalam kenyataan belum tentu nilai minimum piksel
adalah 0 pada setiap saluran, sehingga penggunaan metode ini juga harus hati-hati. Untuk alasan praktis
praktikum, metode ini digunakan, namun sekali lagi bukan satu-satunya metode koreksi radiometrik.
10. Tentukan saluran yang akan Anda koreksi, cari histogramnya. Untuk mengetahui saluran histogram klik kanan
pada plot histogram > Plot Key.
11. Simpan gambar histogram saluran yang akan dikoreksi.
Pada jendela histogram klik File > Save Plot As > Image File. Output File Type: JPEG dan tentukan nama serta
direktori save-in, klik OK. (Histogram ini digunakan untuk memperbandingkan dengan histogram setelah koreksi).
B. KOREKSI GEOMETRIK
Koreksi geometrik (sering disebut rektifikasi) pada citra dimaksudkan untuk mengembalikan posisi piksel
sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan posisi sebenarnya di permukaan bumi. Menurut Jensen (1996), ada dua
proses dasar dalam rektifikasi geometri, yaitu interpolasi spasial dan interpolasi intensitas. Interpolasi spasial adalah
penentuan hubungan geometrik antara lokasi piksel pada citra masukan dan peta. Pada proses ini dibutuhkan
beberapa titik kontrol medan (Ground Control Point/ GCP) yang dapat diidentifikasi pada citra dan peta. Apabila
persamaan transformasi koordinat diterapkan pada titik-titik kontrol maka diperoleh residual x dan residual y. Residual
adalah penyimpangan posisi titik yang bersangkutan terhadap posisi yang diperoleh melalui transformasi koordinat
yang kemudian dinyatakan sebagai nilai Residual Means Square Error atau RMS(error).
Tingkat keberhasilan dalam tahap ini biasanya ditentukan dengan besarnya nilai ambang RMS(error) total, atau
yang dikenal dengan istilah ’sigma’. Menurut ketelitian baku peta nasional Amerika Serikat (US National Map Standard),
nilai sigma citra harus lebih kecil daripada setengah resolusi spasial citra yang bersangkutan (Eastman, 1997, dalam
Like Indrawati, 2001), sehingga rata-rata pergeseran posisi yang dapat diterima dari hasil koreksi ini nantinya adalah
0,5 x ukuran piksel.
Dalam melakukan transformasi koordinat, terdapat beberapa macam transfromasi polinomial yang satu dengan
yang lain memberikan ketelitian yang berbeda-beda (Jensen, 1996) yaitu :
- Transformasi affine, yaitu memerlukan minimal 4 titik kontrol untuk mengubah posisi geometrik citra sama dengan
posisi geometerik referensi (peta). Transformasi ini lebih sesuai untuk daerah yang bertopografi relatif datar atau
landai.
- Transformasi orde dua, yang dapat dijalankan minimal dengan 6 titik kontrol (atau 12 parameter), dengan ketelitian
yang pada umumnya lebih akurat dibandingkan dengan transformasi affine.
- Transformasi orde tiga, yang dapat dijalankan minimal dengan 10 titik kontrol (20 parameter), dan lebih tepat untuk
daerah dengan variasi topografi yang besar.
Interpolasi intensitas dilakukan dengan proses resampling. Resampling merupakan proses penentuan kembali
nilai piksel sehubungan dengan koordinat baru setelah interpolasi spasial (ilustrasi di atas). Secara umum terdapat tiga
macam teknik untuk resampling, yaitu :
- Interpolasi nearest neighbor, dimana nilai baru untuk piksel dengan posisi baru diambil dari nilai piksel lama pada
posisi lama yang terdekat.
- Interpolasi bilinear, dimana nilai piksel baru pada posisi baru dihitung dengan mempertimbangkan 4 nilai piksel
lama pada posisi lama yang terdekat.
- Interpolasi cubic-convolution, yang memperhitungkan 16 nilai piksel lama pada posisi lama terdekat.
PROSES REKTIFIKASI
1. Pada jendela GCP Selection, klik Option > Warp File, tentukan file yang akan
direktifikasi, klik OK.
2. Pada jendela Registration Parameters, tentukan parameter interpolasi spasial,
interpolasi intensitas, background (0=hitam, 255=putih), dan file output. Tentukan
direktori dan beri nama smg_rgx (rg = radiometrik dan geometrik, x = saluran
citra). OK untuk eksekusi.
3. Pada jendela Available Bands List muncul file hasil rektifikasi dengan tambahan
header citra berupa Map Info yang menyimpan informasi seputar sistem proyeksi
dan koordinat citra.
4. Tampilkan citra hasil rektifikasi pada jendela image yang baru, amati
perubahannya. Cek koordinatnya dengan Cursor Location/Value.
5. Untuk melakukan rektifikasi terhadap saluran yang lain pada bar menu utama klik
Map > Registration > Warp from GCPs : Image to Map
6. Panggil file GCP Anda. Cek parameter Image to Map Registration. Tentukan file
saluran lain yang akan di rektifikasi.
7. Tentukan Registration Parameters dan output file, klik OK untuk eksekusi.
Lakukan hingga semua saluran ter-rektifikasi.