Anda di halaman 1dari 61

PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA CITRA

LAPORAN

PENGOLAHAN DATA CITRA LANDSAT

OLEH

THEO IMANUEL NOYA

2016-64-010

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas tuntunan dan izin-NYA penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pengolahan dan Interpretasi Data Citra yang berjudul “Pengolahan Data Citra
Landsat.”

Laporan ini berisikan informasi tentang proses pengunduhan data citra pada
Path 62 dan Row 109, cropping citra, identifikasi objek dengan melihat perbedaan
penampakan objek pada setiap band satelit landsat l 1-5 MSS, 4-5 TM dan 7
ETM+, serta analisa citra dengan histogram, gray scale, pseudo colour dan
komposit warna

Penulis menyadari bahwa penyusunan menyelesaikan Laporan Praktek Kerja


Lapangan ini masih jauh dari kesempuurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharpkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Ambon,Maret 2019.

Penulis.
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN JUDUL
KATA PENGANTAR ……………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………….…………. ii
I. PENDAHLUAN
I.1 Latar Belakang ……………………………..…… 1
I.2 Tujuan ………………………………………....... 2
I.3 Manfaat .……………………….……………....... 2

II. METODOLOGI
II.1Waktu dan tempat…………………….….……... 3
II.2Alat dan Bahan ………………………….……… 3
II.3Metode pengambilan data
2.3.1 Pengunduhan data citra satelit …………… 3
2.4 Metode pengolahan data
2.4.1 Import citra landsat……………………….. 7
2.4.2 Pemeilihan training area …………………. 12
2.4.3 Histogram citra …………………………… 15
2.4.4 Look-Up table …………………………….. 16
2.4.5 Pseudo colour …………………………….. 19
2.4.6 Komposit warna ………………………….. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil dan pembahasan
4.4.1 Kenampakan objek ………………………... 23
4.4.2 Nilai statistic histogram …………………… 32
4.4.3 Look-Up table citra ………………………... 40
4.4.4 Pseudo colour ……………………………… 49
4.4.5 Komposit warna …………………………… 58

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………... 61
5.2 Saran……………………………………….............. 61

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengindraan jauh merupakan proses untuk memperoleh informasi tentang
suatu objek atau fenomena tanpa melakukan kontak langsung dengan objek atau
fenomena tersebut. Proses untuk memperoleh suatu informasi dalam proses
pengindraan jauh dilakukan dengan memanfaatkan pantulan gelombang
elektromagnetik yang dipantulkan maupun dipancarkan oleh suatu objek,
kemudian gelombang elektromagnetik ini akan ditangkap oleh suatu sensor .

Informasi yang diterima oleh sensor kemudian akan diteruskan sebagai data
digital maupun analog dalam bentuksebuah citra (imagery) agar dapat
mempermudah dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menginterpretasi citra
tersebut.

Proses identifikasi, analisis dan interpretasi citra disebut dengan pengolahan


citra. Pengolahan citra dilakukan dengan beberapa tahapan yang terstruktuk
menggunakan proses komputerisasi dengan menggunakan perangkat software
pengolahan citra. Hasil dari pengolahan citra dapat berupa peta yang dapat
digunakan untuk tujuan tertentu untuk mempermudah dalam melakukan
pengelolaan suatu wilayah. Untuk itu dalam praktikum interpretasi dan
pengolahan data citra dilakukan proses pengolahan citra dilakukan tahapan-
tahapan pengolahan citra satelit agar kemudian dapat dimanfaatkan untuk
pengelola dalam sektor Perikanan dan Kelautan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Mengetahui teknik akuisisi data citra landsat.
2. Mengetahui teknik import data ke software ILWIS
3. Mengetahui teknik penentuan training area ( Cropping citra )
4. Mengetahui statistik histogram citra training area
5. Mengetahui perbedaan penampakan objek antar band training area
6. Mendeskripsikan penampakan objek pada training area
7. Mengetahui nilai perbedaan nilai statistic histogram antar band.
8. Mengetahui teknik pembuatan LUT.
9. Mengetahui teknik pembuatan pseudo colour.
10. Mengetahui teknik komposit citra.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari praktek ini adalah trampil dalam
melakukan pengolahan data citra landsat menggunakan software ILWIS 3.6.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan tempat


Proses pengolahan data citra landsat dilakukan pada tanggal 13-15 Maret
2019, berlokasi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universits Pattimura,
Ambon.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam praktek ini antara lain :

No Alat Kegunaan
.
1. Perngkat komputer Media penggolahan data citra.
2. Software Microsoft Penyusunan laporan.
word.
3. Software ILWIS 3.6 Media pengolahan data citra.
No Bahan Kegunaan
.
1. Data citra satelit Objek pengolahan
Landsat MSS, TM
dan ETM+.

2.3 Metode pengambilan data


2.3.1 Pengunduhan Data Citra Satelit.
Data citra landsat yang digunakan dapat diunduh pada situs
https://earthexplorer.usgs.gov/ . Data yang diunduh merupakan data citra Landsat
1-5 MSS C1 level 1 format TIFF tahun 1985, 4-5 TM C 1 level 1 format TIFF
tahun 1991 , dan 7 ETM+ C 1 level 1 format TIFF tahun 2002 pada Path 62 dan
Row 109.
Setelah melakukan regristasi pada earthexplorer.usgs.gov, pengunduhan data
citra landsat dapat dimulai dengan mencari lokasi training area, kemudian
diberikan 4 plot koordinat yang mencakup daerah tersebut. Pemberian plot
koordinat dapat dilakukan pada menu search criteria dan mengklik kiri
disekililing training area pada map.
Gambar 1. Pemberian plot.

Kemdian itu untuk mendapatkan citra landsat, pilih menu data set kemudian
option landsat. Pilih Landsat Collection 1 Level-1 dan pilih 1-5 MSS, 4-5 TM
maupun 7 ETM+ pada option landsat tersebut. Misalnya untuk pengunduhan
pertama diunduh citra 1-5 MSS.

Gambar 2. Pemilihan option Landsat.


Gambar 3. Pemilihan data Landsat MSS C1 Level 1.

kemudian untuk me-review hasil citra dapat dilhat pada pilihan results.
Setelah memilih option result maka akan ditampilkan path dan row.

Gambar 4. Tampilan path dan row.


Gambar 5. Image review.

Review citra dapat dilihat dengan mengklik mini image.

Gambar 6. Ikon download

Citra kemudian dapat diunduh dengan menekan ikon download kemudian


dipilih format Geo 1 format TIFF. Pemilihan format TIFF agar citra yang diunduh
terdiri dari tiap band. Citra yang diunduh sebaiknya dalam posisi bersih dari
awan.Ulangi langkah-angkah tersebut hingga seluruh data yang dibutuhkan
diunduh. Ulangi langkah-langkah tersebut untuk mendownload citra TM dan
ETM+.
Data citra landsat yang diunduh dapat disimpan di folder computer kemudian
diextrak dengan cara mengklik kanan pada mouse dan extract here untuk
membuka format kompresi awal saat file diunduh.
2.4 Metode pengolahan data
2.4.1 Import citra landsat

- Langkah pertama setelah membuka aplikasi yaitu melakukan Connection folder


dengan software ILWIS 3.6 dengan cara mengklik ikon new catalog, kemudian
pilih folder dimana data citra disimpan.

new catalog

Gambar 7. Cara melakukan connection folder.

-Setelah file terkoneksi untuk mengimport citra klik ikon file kemudian option
import setelah itu pilih option Ilwis dan option raster.
Gambar 8. Cara melakukan import data citra.

- Kemudian pilih format Tagged image file format.TIF dan pilih citra satelit pada
kolom input. Pilih file citra yang akan diimport pada ilwis pada kolom input.
input
citra

Gambar 9. Cara menginput data citra

-Setelah itu klik open kemudian pada kolom input akan muncul lokasi file citra
disimpan dengan kode band dibagian belakang. Pada kolom input akan muncul
nama file dan pada bagian output akan muncul lokasi file. Setelah itu klik OK.
Gambar 10. Tampilan input-output.

- Band yang diimport akan muncul pada screen aplikasi dan untuk membuka citra
band dapat dilakukan dengan mengklik dua kali pada band dan tekan OK.
Gambar 11. Tampilan display option band.

- Tampilan citra band 1 akan muncul seperti berikut :

Gambar 12. Tampilan citra band 1.

- Ulangi langkah-langkah import data citra untuk seluruh band pada sensor MSS,
TM dan ETM+.

2.4.2 Pemilihan Training area (cropping)


- Penentuan training area dilakukan dengan pemotongan citra pada training area.
Untuk contoh tahapan pemotongan citra digunakan citra landsat TM dengan
training area pulau Kelang.

- Langkah pertama melakukan pemotongan citra dilakukan dengan menentukan


northing point dan easting point. Penentuan northing point dilakukan dengan
meletakan krusor pada satu titik di kiri atas training area kemudian catat
koordinat UTM-nya sedangkan easting point dilakukan dengan meletakan
krusor pada satu titik di bagian kanan bawah training area kemudian dicatat
koordinat UTM-nya. Misalnya untuk pemotongan citra training area Pulau
kelang, dignakan NP 4398,2786 dan EP 4957,3769.

Training area

KoordinatUTM

Gambar 13. Penentuan Training area.

- Pemotongan citra dapat dilakukan dengan mengklik kanan menu subMap of


raster Map yang terdapa tpada operation list.
Gambar. 14. SubMap raster map.

- Setelah itu untuk melakukan cropping citra, masukan file citra band yang akan
dipotong pada kolom raster map, dan pilih corner karena menggunakan
koordinat UTM. Setelah itu masukan northing coordinate dan easting coordinate
(First line merupakan angka pertama pada koordinat UTM ; First column
merupakan angka kedua pada koordinat UTM). Masukan output name
kemudian klik show.

Nama band

Northing UTM Coordinate

Easting UTM Coordinate

Output name

Gambar 14. SubMap raster map process.


- Setelah itu akan muncul citra yang telah dipotong seperti berikut :

Gambar 15. Tampilan citra training area

- Lakukan langkah-langkah tersebut pada semua band. Untuk sensor lain, langkah
yang sama digunakan tetapi dengan merubah nilai northing dan easting pada
koordinat UTM.

2.4.3 Histogram Citra Training area

Histogram merupakan bentuk distribusi nilai piksel.

- Statistik histogram citra dapat dilihat dengan memilih option operation


kemudian statistics dan pilih histrogam.

.
Gambar 16. Operation list

- Masukan file citra Training area pada kolom map kemudian show.

dimasukan file citra

Gambar 17. Input citra

- Cara lain untuk memunculkan histogram citra adalah dengan memiliih file
histrogram.

- Histogram dari citra akan muncul dengan tampilan berikut :

mean dan median

Gambar 18. Histogram band

- Untuk melihat histogram pada citra dan sensor lain dapat dilakukan dengan
langkah-langkah yang sama.

2.4.4 LOOK-UP TABLE (LUT)


- Look Up-Table digunakan untuk melihat skala keabuan dengan julat 0-255 yang
dapat di transformmasi menjadi 5,16,32, dan 64 tergantung pada kebutuhan.

- Pengolahan LUT dapat dilakukan dengan membuat maplist pada menu file
kemudian create dan maplist.

Gambar 19. Operation list LUT.

- Setelah muncul create maplist, berikan judul pada kolom maplist, kemudian
import band dan klik OK.

judul
Gambar 20. Import data LUT

- Untuk membuka hasil LUT, dapat dikukan dengan open file LUT pada
workscreen. kemudian Open band.

double click
Gambar 21.Open LUT file

- Tampilan LUT dapat dilihat pada lagend di kiri tampilan citra.

Gambar 22. Tampilan skala keabuan.

2.4.5 Pseudo Colour

Pseudo colour merupakan unruk menonjolkan perbedaan nilai spectral dimana


piksel terendah dimana citra dengan nilai piksel terendah akan berwarna biru, nilai
menengah hujau-kuning dan nilai tertinggi merah.

- Pembuatan pseudo colour atau warna semu dapat dilakukan dengan memilih
band kemudian pada Display option, pilih Representation kemudian PSEUDO
setelah itu untuk menampilkan citra klik show.
Gambar 22. Creating pseudo colour

- Tampilan citra dengan warna semu akan muncul dengan tampilan :

Gambar 23. Tampilan pseudo colour.

2.4.6 Komposit warna.


- Komposit warna atau penggabungan band dapat dilakukan dengan cara memilih
menu operation kemudian image processing. Pilih Colour composite untuk

Gambar 24. Operation list Komposit warna.

-Setelah itu pilih kombinasi band dengan memasukan masing-masing 1 band pada
kolom Red band, Green band, dan Blue band serta masukan nama pada output
raster map dan klik show dan OK.

Kombinasi band

Gambar 25. Komposit warna citra TM.

- Tampilan komposit warna akan muncul dengan tampilan :


Gambar 26. Tampilan komposit warna band 2,3,4 citra TM.

-Komposit citra dapat dilakukan dengan kombinasi sembarang band.

-Untuk melakukan komposit warna dengan kombinasi lain dapat dilakukan


dengan langkah-langkah tersebut.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pembahasan

3.1.1 Kenampakan objek antar band pada training area

a. Landsat 1-5 MSS :

 Band 1 :

Band 1 nilai stretch 50-75

 Band 2 :

Nilai stretch 40-83.


 Band 3 :
Nilai stretch 24-114.
 Band 4 :

Nilai stretch 13-118.

- Pengenalan objek :

Band 1 dan 2 dapat terlihat perairan dangkal serta batasan perairan dangkal
dengan daratan, serta relif pada daratan meskipun agak buram. Citra band 3 dan 4
dapat terlihat perbedaan relif di daratan seperti gunung, lembah danjuga dapat
terlihat batas perairan dangkal.

- Perbedaan penampakan objek :

Penampakan citra satelit MSS training area band 1 dan band 2 memiliki
penampakan citra agak kasar dan kurang jelas dan gelap, dimana penampakan
relif pada daratan sedikit buram. Citra pada band 3 dan band 4 lebih halus
dibandingkan dengan citra band 1 dan 2. Relif pada daratan lebih kelihatan dan
pada citra kedua band ini terlihat berwarna agak gelap pada bagian tengah pulau.
Hal ini dapat dilihat dengan nilai stretch band 1 dan 2 yang lebih randah
dibandingkan dengan nilai stretch band 3 dan 4.

b. Landsat 4-5 TM

 Band 1

Nilai stretch 88-206.

 Band 2

Nilai stretch 30-92.


 Band 3
Nilai stretch 22-94.

 Band 4

Nilai stretch 15-110.


 Band 5

Nilai stretch 8-147.


 Band 7
Nilai stretch 3-85.

- Pengenalan objek :

Band 1 dan 2 memiliki relif kurang jelas namun batas daratannya terlihat jelas.
band 4,5 dan 7 dapat dilihat jelas relif daratan dan batas daratan. Pada band 7
bagian tengah pulau terlihat agak gelap dan bagian relif gunung terlihat putih
cerah.

- Perbedaan penampakan objek :


Band 1, 2 dan 3 memiliki citra yang agak gelap band 4 putih cerah, band 5
dan 7 memiliki citra dengan warna yang bagus. Perbedaan ini diakibatkan oleh
penggunaan panjang gelombang yang berbeda antara setiap band dimana pada
band 1 yang memiliki panjang gelombang 0.4-0.5 nm banyak mengalami
penyerapan oleh vegetasi sehingga pantulan spektralnya menjadi kecil.
Dibandingkan dengan pantulan band 4 yaitu band inframerah yang memiliki
panjang gelombang 0.77-0.90 nm yang dipantulkan baik oleh vegetasi sehingga
penampakan citra menjadi lebih cerah.

c. Landsat 7 ETM+ :
 Band 1

Nilai stretch 63-87.


 Band 2

Nilai stretch 39-76.

 Band 3
Nilai stretch 27-83.

 Band 4

Nilai stretch 10-105.

 Band 5
Nilai stretch 10-126.
 Band 7

Nilai stretch 8-12.

- Pengenalan objek :

Band 1 dan 3 pada sensor ETM+ dapat dilihat relif pegunungan dan batas
perairan dangkal. Band 2 memiliki citra relif pegunungan dan daratan kurang
terlihat jelas namun batas perairan dangkal dapat terlihat jelas. Band 4,5 dan 7
juga terlihat relif dan batas daratan dan perairan dangkal yang jelas.

- Perbedaan penampakan objek :

Penampakan objek relif dan batas daratan pada setiap band pada Landsat
ETM+ relatif jelas namun tiap band memiliki nilai kecerahan yang berbeda.
Padda band 1,2,3,5 dan 7 terlihat agak gelap pada bagian tengah daratan dan relif
tonjolan pada daratan yang berwarna putih cerah.
■ Perbedaan citra band antar sensor :

Perbandingan citra antar sensor terlihat jelas dimana citra dari sensor ETM+
lebih baik dibandingkan dengan citra sensor TM dan MSS seperti contoh
perbandingan band 4 masing-masing sensor :

(a). Citra MSS. (b). Citra TM.

(c) .Citra ETM+.

Citra ETM+ memiliki kejernhan citra dan kenampakan relif yang lebih baik
dibandingakan dengan citra MSS dan TM.

3.1.2 Nilai statistik histrogram citra

Histogram citra dapat dibedakanberdasarkan pola menjadi :


a. Landsat 1-5 MSS :

 Band 1

 Band 2 :
 Band 3 :

 Band 4
Bentuk histogram pada citra MSS band 1 dan band 2 memiliki distribusi
menceng positif dengan nilai piksel, mean dan median dapat dilihat pada gambar
histogram kedua band. Band 3 dan band 4 memiliki pola distribusi multi modal
dengan nilai piksel, mean dan median dapat dilihat pada gambar histogram kedua
band.

b. Landsat 4-5 TM
 Band 1
 Band 2

 Band 3
 Band 4

 Band 5
 Band 7

Bentuk histogram pada citra TM band 1 memiliki distribusi normal, band 2,


band 4, band 5, dan band 7 memiliki pola distribusi multi modal sedangkan band
3 memiliki distribusi memenceng negative. Nilai piksel, mean dan median dapat
dilihat pada gambar histogram masing-masing band.

c. Landsat 7 ETM+ :
 Band 1

 Band 2

 Band 3
 Band 5

 Band 7
Bentuk histogram pada citra ETM+, memiliki distribusi menceng negative
pada band 2, band 3 memiliki distribusi menceng positif sedangkan untuk band
2,4,5 dan 7 memliki pola distribusi multi modal dengan nilai piksel, mean dan
median dapat dilihat pada gambar histogram masing-masing band.

3.1.3 Look-Up Table (Gray scale)

Penggunaan gray scale pada hasil citra satelit landsat 1-5 MSS, 4-5 TM
maupun 7 ETM+ yang memiliki sistem pelarik 8 bit dengan skala kecerahan
dengan kisaran 0-255 ditransformasi dalam praktikum ini menjadi 5 julat
kecerahan dari hitam gelap hingga putih cerah dengn nilai tiap-tiap kisaran angka
yang berbeda antar band dan sensor tergantung pada nilai spectral band dan sensor
tersebut.

 1-5 MSS :
- Band 1
- Band 2

- Band 3
- Band 4

 4-5 TM
- Band 1

- Band 2
- Band 3

- Band 4
- Band 5

- Band 7
 ETM+
- Band 1

- Band 2

- Band 3
- Band 4

- Band 5
- Band 7
3.1.4 Pseudo colour :

 1-5 MSS
- Band 1

Tampilan pseudo colour pada band 1 citra sensor MSS, terlihat nilai pantulan
nilai spectral tinggi pada bagian selatan pulau yg diidentifikasi dengan warna
merah sebagai indicator pantulan nilai spectral tinggi. Pantulan nilai spectral
menengah terlihat pada bagian tepian timur dan barat pulau serta bagian laut
barat daya pulau dengan indicator warna hijau-kuning. Nilai spectral rendah
terlihat pada bagian tengah pulau dan bagian laut utara pulau. Nilai spectral band
1 memiliki kisaran angka 50-70.

- Band 2
Tampilan pseudo colour pada band 2 citra sensor MSS, terlihat nilai pantulan
nilai spectral tinggi pada sebagian selatan dan timur pulau kelang yg diidentifikasi
dengan warna merah sebagai indicator pantulan nilai spectral tinggi. Pantulan
nilai spectral menengah terlihat pada bagian tepian timur dan barat pulau dengan
indicator warna hijau-kuning. Nilai spectral rendah terlihat pada bagian tengah
pulau dan bagian laut. Nilai spectral band 1 memiliki kisaran angka 41-84.

- Band 3

Tampilan pseudo colour pada band 3 citra sensor MSS, terlihat nilai pantulan
nilai spectral tinggi pada hampir keseluruhan pulau dengan nlai spectral
menengah hanya terlihat pada sebagian kecil bagian pulau. Nilai spectral rendah
terlihat pada bagian laut. Nilai spectral band 1 memiliki kisaran angka 25-115.
- Band 4

Tampilan pseudo colour pada band 4 citra sensor MSS, terlihat nilai pantulan
nilai spectral tinggi pada hampir keseluruhan pulau dengan nlai spectral
menengah hanya terlihat pada sebagian kecil bagian pulau. Nilai spectral rendah
terlihat pada bagian laut. Nilai spectral band 1 memiliki kisaran angka 14-118.

 4-5 TM
- Band 1

Tampilan pseudo colour pada band 1 citra sensor TM, terlihat nilai pantulan
nilai spectral rendah pada hampir keseluruhan pulau. Nilai specrtra tinggi hanya
diindikasi sebagai awan. Nilai spectral rendah terlihat pada bagian laut. Nilai
spectral band 1 memiliki kisaran angka 88-227. Hal ini diakibatkan cahaya merah
yang diserap oleh vegetasi sehingga pantulan nilai spectral menjadi rendah.

- Band 2

Tampilan pseudo colour pada band 2 citra sensor TM, terlihat nilai pantulan
nilai spectral rendah pada hampir keseluruhan pulau. Nilai specrtra tinggi hanya
diindikasi sebgai awan. Nilai spectral menengah terlihat pada sebagian kecil
tepian pulau. Nilai spectral rendah terlihat pada bagian laut. Nilai spectral band 2
memiliki kisaran angka 30-98.

- Band 3

Tampilan pseudo colour pada band 3 citra sensor TM hampir sama dengan
band 2, terlihat nilai pantulan nilai spectral rendah pada hampir keseluruhan
pulau. Nilai specrtra tinggi hanya diindikasi sebgai awan. Nilai spectral menengah
terlihat mulai terlihat pada tepian pulau . Nilai spectral rendah terlihat pada bagian
laut. Nilai spectral band 3 memiliki kisaran angka 22-101.

- Band 4

Tampilan pseudo colour pada band 4 citra sensor TM, mulai terlihat variasi
pantulan niilai spectral. Nilai pantulan spectral tinggi pada bagian tengah pulau
yang diidentifikasi dengan warna merah sebagai indicator pantulan nilai spectral
tinggi. Pantulan nilai spectral menengah terlihat dominan pada tepian pulau
dengan indicator warna hijau-kuning. Nilai spectral rendah terlihat pada bagian
bagian laut. Nilai spectral band 4 memiliki kisaran angka 15-113.

- Band 5
Tampilan pseudo colour pada band 5 citra sensor TM, terlihat pantulan niilai
spectral. Nilai pantulan spectral menengah terlihat dominan pada pulau dengan
indicator warna hijau-kuning. Nilai spectral rendah terlihat pada bagian laut. Nilai
spectral band 4 memiliki kisaran angka 7-155.

- Band 7

Tampilan pseudo colour pada band 7 citra sensor TM, terlihat variasi
pantulan niilai spectral. Nilai pantulan spectral tinggi pada bagian tengah pulau
yang diidentifikasi sebagai awan. Pantulan nilai spectral menengah terlihat
dominan pada tepian pulau dengan indicator warna hijau-kuning. Nilai spectral
rendah terlihat pada bagian bagian laut dan sebagian timr dan utara pulau. Nilai
spectral band 7 memiliki kisaran angka 3-90.

- 7 ETM+
- Band 1
Tampilan pseudo colour pada band 1 citra sensor ETM+, terlihat nilai
pantulan nilai spectral menengah pada hampir keseluruhan pulau. Nilai specrtra
tinggi hanya diindikasi pada tepian pulau. Nilai spectral rendah terlihat pada
tengah pualu. Nilai spectral band 1 memiliki kisaran angka 63-82.

- Band 2

Tampilan pseudo colour pada band 2 citra sensor TM, terlihat variasi nilai
spectral namun dominasi nilai spectral menengah pada pulau. Nilai specrtra tinggi
hanya diindikasi pada sebagian tepian pulau. Nilai spectral rendah terlihat pada
bagian laut. Nilai spectral band 1 memiliki kisaran angka 36-76.

- Band 3
Tampilan pseudo colour pada band 3 citra sensor ETM+, terlihat nilai
pantulan nilai spectral rendah pada hampir keseluruhan pulau. Nilai specrtra
tinggi hanya diindikasi pada tepian pulau. Nilai spectral menengah terlihat pada
tepian pulau . Nilai spectral rendah terlihat pada bagian laut. Nilai spectral band 3
memiliki kisaran angka 27-83.

- Band 4

Tampilan pseudo colour pada band 4 citra sensor ETM+, terlihat dominansi
nilai pantulan nilai spectral tinggi pada hampir keseluruhan pulau dan rendah pada
laut. kisran nilai 10-105.

- Band 5
Tampilan pseudo colour pada band 5 citra sensor ETM+, terlihat dominansi
nilai pantulan nilai spectral menengah pada hampir keseluruhan pulau dan rendah
pada laut.Sebagian tepian timur dan selatan pulau memiliki nilai pantulan tinggi.
kisran nilai 10-126.

- Band 7

Tampilan pseudo colour pada band 7 citra sensor ETM+, terlihat variasi nilai
pantulan nilai spectral pada pulau dan dominsi nilai spectral rendah pada laut..
kisran nilai 8-72.

3.1.5 Komposit warna :

- Sensor MSS Band 1,2,3.


- Sensor TM Band 4,3,2.

- Sensor ETM+ Band 4,3,2


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Interpretasi citra dilakukan dengan 3 tahapan yaitu deteksi (pengamatan


objek), identifikasi (pencirian objek dengan keterangan-keterangan tertentu
berdasarkan bentuk, ukuran, pola, asosiasi dan letaknya) kemudian masuk ke
tahapan analisis. Analisa data citra dapat dilakukan dengan melihat statistic citra.

4.2 Saran

Perlu adanya peningkatan minat dalam bidang pengolahan dan interpretasi


data citra agar dapat digunakn dalam membantu analisa dalam bidang perikanan
dan Kelautan
DAFTAR PUSTAKA

Danan ., Dewi S., Ekadinata A., Hadi P., Johana F., Nugroho K.D. 2008. Sistem
Informasi Dasar Geografis Volume 1. Bogor : World agoforestry Centre.

Anda mungkin juga menyukai