Dengan Hormat
Sebelum berbicara tentang Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) terlebih dahulu dibahas tentang
PPK secara Umum, Nilai utama karakter bangsa, Tujuan PPK dan Manfaat. Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
selain merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga
merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental
dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu
perubahan pola pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter
sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai
utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK.
Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Nilai Karakter Religius, 2. Nilai Karakter
Nasionalis, 3. Nilai Karakter Mandiri, 4. Nilai Karakter Gotong Royong dan 5. Nilai Karakter Integritas.
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri danberkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang
berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun
pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual
maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh
dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai
kelompok, masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai – nilai religius dimaksud
melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula
jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.
Lembaga Informasi Pembangunan Nasional (LIPNAS) merasa terpanggil dan turut mengambil bagian melalui
Diklat Nasional Pendidikan dengan tema : “ Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Prinsip-Prinsip
Pengembangan serta PPK Berbasis Sekolah ”, yang akan dilaksanakan :
HARI / TANGGAL WAKTU TEMPAT
HOTEL GRAND CEMPAKA - JAKARTA
Rabu – Jum’at / 02 – 04 Agustus 2017 08.30 s/d 16.30 WIB Jl. Letjen Suprapto Cempaka Putih - Jakarta Pusat
Mengingat pentingnya pembahasan Materi tersebut,maka kami mengundang dan diharapkan kehadiran
Bapak/Ibu/Saudara/i pada acara Diklat Nasional PPK Berbasis Sekolah atau mengutus perwakilannya untuk sebagai
peserta.Adapun pada acara ini dikenakan biaya Kontribusi dan Akomodasi Penginapan sebesar Rp.4.500.000,- (Empat
Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) setiap pesertanya,sudah termasuk Fasilitas penginapan selama 3 hari 2 malam (Twin sharing
– 1 kamar 2 orang).Makan Pagi,Siang,Malam dan Rehat Kopi/Teh,Seminar Kit,Sertifikat.
Biaya Kontribusi dapat ditransfer melalui Bendahara Panitia a/n. Lembaga Informasi Pembangunan Nasional Acc: BRI
Cab.Jakarta. 094301004077506, Berhubung keterbatasan tempat,diharapkan para calon peserta Diklat Nasional
Pendidikan dapat menghubungi Panitia dengan Saudara Agussalim Nikka, S.Sos : HP/WA – 0821 1254 9345-0813 8304
5025 Demikian penyampaian undangan kami,atas perhatian,kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Demikian penyampaian undangan kami, atas Perhatian, Kesediaan dan Kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Hari Pertama
Waktu / Jam M a t e r i
13:00 Chek in Hotel, Registrasi Peserta
18:00 – 19:30 Makan Malam, Ramah – Tamah.
19.45 – 21:15 Sesi I : Revitalisasi Komite Sekolah Sebagai Badan Gotong Royong Sekolah dan
Partisipasi Masyarakat dalam Penyiapan Prasarana/Sarana Belajar Melalui
Pembentukan Jejaring Kolaborasi Pelibatan Publik
Narasumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
21.15 – 21:30 Coffee/Tea Break
21.15 – 23:00 Sesi II : Kolaborasi Antar K/L, Pemda, Lembaga Masyarakat, Penggiat Pendidikan dan
Sumber Belajar Lainnya dalam Pengorganisasian dan Sistem Rentang Kendali
Pelibatan Publik yang Transparan dan Akuntabel
Narasumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Hari Ke Dua
Waktu / Jam M a t e r i
06:00 – 08:00 Sarapan Pagi / Registrasi Peserta
08:00 – 08:15 Pembukaan
08:00 – 09:00 Sambutan – Sambutan
Sesi III : Revitalisasi Manajemen BerbasisSekolah dalam Penguatan Karakter Siswa
Dalam Mempersiapkan Daya Saing Siswa dengan Kompetensi abad 21 dala
09:00 – 11:00 Berpikir Kritis, Kretifitas, Komunikasi dan Kolaborasi
Narasumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
11.00 – 12.00 Tanya Jawab, Coffee Break Pagi
12:00 – 13:00 Istirahat,Sholat,Makan Siang.
Sesi IV : Sinkronisasi Intra-Kurikuler, Ko-Kurikuler, EkstraKurikuler dan Non Kurikuler
13:00 – 15:00 serta Sekolah Terintegrasi pada Kegiatan di Sekolah dan di Luar Sekolah dalam
Penguatan Pendidikan Karakter
Narasumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
15:00 – 15:15 Coffee/Tea Break
13:15 – 17:15 Sesi V : Revitaisasi Peran Kepala Sekolah Sebagai Manager dan Guru Sebagai Inspirator
PPK dalam Deregulasi Penguatan Kapasitas dan Kewajiban Kepala Sekolah/Guru
Narasumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
16:00 – 17.00 Tanya Jawab, Coffee Break Sore
17.00 – 17.15 Penyerahan Sertifikat, Penutupan
Hari Ke Tiga
Waktu / Jam M a t e r i
06:00 – 08:00 Sarapan pagi
11:00 – 13:00 Chek Out Hotel
Catatan :
Informasi dan Pendaftaran Sdra. Agussalim Nikka, S.Sos Hp. 0813 8304 5025 Telp./Fax. 021 – 2464 8486
Akomodasi/ Penginapan Peserta Twin Share (1 Kamar 2 Orang)
LEMBAGA INFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
Rp. 2.500.000,- (Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) untuk setiap peserta yang tidak menginap
3. Fasilitas Sudah termaksud biaya :
a. Akomodasi Hotel selama kegiatan (Kamar Twin Sharing)
b. Konsumsi (Makan Pagi-Siang-Malam) dan (Coffee/Tea Break)
c. Narasumber
d. Kelengkapan Seminar dan Materi/Modul
e. Sertifikat
Demikian Surat Kesedian ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagai Pendaftaran Calon Peserta.
Catatan : Hormat Kami,
- Formulir Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan
- Pendaftaran diterima paling lambat 7 Hari sebelum pelaksanaan dan
Dikirim Via Fax.(021) 2464 8486 atau Email : ambonandi23@yahoo.co.id
- Pakaian Bebas, Rapih dan Sopan atau Batik
- Biaya Kontribusi dapat ditransfer ke Rekening BRI a/n. lipnas
No.Rek. 094301004077506 atau dibayar ditempat/Hotel (........................................................)
- Pendaftaran Hub : Saudara. Agussalim Nikka, S.Sos Cap dan Tanda Tangan
(0821 1254 9345 – 0813 8304 5025)
LEMBAGA INFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
TERM OF REFERENCE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan Teknis Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota dilakukan
oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar agar terjalin koordinasi pelaksanaan program pendidikan karakter secara
nasional. Kegiatan tersebut diharapkan memberikan penguatan dan penyegaran tentang pendidikan karakter juga dalam
rangka mewujudkan rencana strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015
Visi Pendidikan dan Kebudayaan 2015 adalah “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk
Insan Indonesia Cerdas Komprehensif”. Dalam visi tersebut, paling tidak terdapat dua hal yang perlu digarisbawahi, yaitu
(1) memberikan layanan prima dan (2) membentuk manusia yang cerdas. Makna layanan prima dapat diartikan bahwa
semua komponen pendidikan seharusnya saling kerja sama, bersinergis, dan harus mampu mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan, kualitas, dan kesetaraan.
Tentang manusia yang cerdas dapat ditafsirkan bukan sekadar cerdas pengetahuan dan keterampilan, namun yang lebih
penting adalah cerdas raga, cerdas hati, cerdas pikir, cerdas rasa, dan karsa, sehingga mereka memiliki nilai-nilai luhur dan
berbudaya, yakni manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berbudaya, kreatif, inovatif, serta berkarakter
bangsa.
Rencana strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015 juga mengamanatkan untuk melakukan perbaikan
metodologi pembelajaran yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan (teaching to the test), namun pendidikan
menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia
dengan memasukkan pula pendidikan kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang
mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia.
Pentingnya budaya dikembangkan di Sekolah Dasar adalah agar pembelajaran yang dijalani peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya tidak semata terhadap lingkungan peserta didik berada akan tetapi juga lingkungan
budaya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar
budayanya. Ketika hal itu terjadi, pendidikan hanya akan menghasilkan peserta didik yang tidak mengenal budayanya
dengan baik, sehingga mereka menjadi orang “asing” dalam kehidupan kesehariannya yang tidak
mencerminkansebagai bangsa yang berkarakter.
Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih menitikberatkan pada kualitas
perbuatan, tindakan, tingkah laku manusia baik atau buruk, benar atau salah.Etika memberikan penilaian tentang baik dan
buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Sedangkan akhlak lebih menekankan pada
hakikat manusiatentang baik dan buruk berdasarkan norma yang diyakininya.Karenanya, pendidikan karakter dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara yang baik, dan
mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, Inpres No. 17 Tahun 2011 tentang Pendidikan Anti Korupsi memperkuat alasan
mengapa pendidikan karakter penting. Korupsi merupakan suatu kata yang saat ini sering kita dengar, berbagai media
cetak maupun elektronik memuat berita tentang berbagai kasus yang pada awalnya merupakan hal yang tabu dan ditutup-
tutupi sekarang seolah-olah sudah dianggap hal yang biasa. Kasus tersebut sekarang sudah merebak mulai dari daerah
hingga pusat dan hampir seluruh lapisan masyarakat. Meskipun pemerintah dan masyarakat sudah melakukan gerakan
anti korupsi dan memberi sanksi, namun kenyataannya tidak membuat jera para pelakunya.
Dalam rangka membentuk kepribadian bangsa supaya berkarakter yang antara lain tidak korupsi, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah memprogramkan pendidikan karakter yang telah diterapkan di satuan
pendidikan. Pendidikan anti korupsi secara eksplisit harus pula ditanamkan pada peserta didik agar mereka menjauhi
kebiasaan-kebiasaan yang menjadi pemicu perbuatan korupsi. Pendidikan anti korupsi sebagai bagian dari pendidikan
karakter yang membentuk pola pikir bahwa kini bukan masanya untuk korupsi bukan menjadi mata pelajaran sendiri
melainkan melalui integrasi. Pendidikan anti korupsi tidak hanya menerapkan paham anti korupsi saja akan tetapi juga
nilai-nilai yang baik dengan cara penyampaian yang berbeda dan menarik sehingga peserta didik tidak merasa ada
keterpaksaan akan tetapi membuka kesadaran, yang pada akhirnya menjadi budaya dalam perilaku kehidupan.
Di samping itu, dalam rangka membentuk budaya dan karakter bangsa juga perlu dikembangkan dengan prinsip-prinsip:
(1) berkelanjutan; (2) melalui semua mata pelajaran (saling menguatkan), muatan lokal, kepribadian, dan budaya satuan
pendidikan; (3) penanaman nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; (4) dilaksanakan melalui proses belajar aktif; dan (5)
dilaksanakan untuk meningkatkan nilai budaya dan nilai-nilai moral melalui proses pendidikan.
LEMBAGA INFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
Namun, sampai saat ini kenyataan menunjukkan bahwa belum semua satuan pendidikan mampu mengembangkan
danmengimplementasikan pendidikan karakter secara mandiri sesuai dengan aksi sekolah sebagai komitmen sekolah
dalam mengembangkan pendidikan karakter. Kemampuan mereka sangat beragam di berbagai jenis dan jenjang sekolah,
begitu pula di setiap daerah, baik provinsi, kota, dan kabupaten. Keragaman kemampuan tersebut tentunya akan
berdampak pada keragaman kualitas. Untuk itu, diperlukan bimbingan teknis (bimtek) Pendidikan Karakter yang
terpadu dan terintegrasi secara nasional. Bimtek Pendidikan Karakter kepada Dinas Pendidikan
provinsi/kabupaten/kota merupakan langkah penyiapan tenaga pengembang pendidikan karakter dan sekaligus inisiator
perkembangan pendidikan karakter di tingkat provinsi/kabupaten/kota. Tim ini merupakan kelompok kerja dengan tugas
utama membantu Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pengembangan dan implementasi pendidikan
karakter. Sejalan dengan upaya tersebut, kemampuan profesional pendidik/guru dalam mengembangkan dan
mengimplementasikanpendidikan karakter di sekolah perlu ditingkatkan secara terus-menerus melalui TOT,
bimtek pengembangan pendidikan karakter, dan sebagainya. Permasalahan mendasar yang masih dihadapi dalam proses
belajar-mengajar antara lain adalah (1) terbentuknya opini di masyarakat bahwa nilai ujian nasional seolah-olah
menggambarkan prestasi belajar secara utuh, yang mempersepsikan bahwa kemenangan dalam olimpiade, kontes idol,
atau perlombaan olahraga dipandang sebagai cermin prestasi belajar yang utuh; (2) pembelajaran yang terpisah-pisah
baik antar-mata pelajaran maupun satu kompetensi dengan kompetensi lainnya; (3) pengajaran yang belum optimal
berpusat kepada siswa; (4) terbatasnya sumber daya dan sumber belajar yang tersedia; (5) masih banyak siswa berasal
dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan kepada siswa masih terbatas; dan (5) guru yang
belum secara efektif melaksanakan belajar aktif. Guna menanggulangi permasalahan tersebut, Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar sesuai tugas dan fungsinya perlu (1) menyusun panduan pendidikan karakter di Sekolah Dasar; (2)
melaksanakan bimbingan teknis secara berjenjang tingkat provinsi dan kota/kabupaten; (3) menyebarluaskan penerapan
metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa; (4)
mengupayakan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test),
namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-
bahasa Indonesia melalui penyesuaian sistem ujian akhir nasional; (5) mengarahkan kegiatan belajar yang berbasis siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, inovatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Panduan ini disusun untuk acuan pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan desain yang telah dirancang. Agar kegiatan
bimbingan teknis pendidikan karakter lebih efektif, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar diperlukan persamaan
pandangandinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota terhadap informasi yang disampaikan dan hasil (output) seluruh
kegiatan pendidikan karakter ini.
B. Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang melatari pelaksanaan bimtek pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
1. Pancasila dan UUD 1945
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
5. Peraturan Pemerintah Nomr 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 jo No. 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
8. Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;
10. Peraturan Meneteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahnun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007tentang Standar Penilaian Pendidikan;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007tentang Standar Proses;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008tentang Pembinaan Kesiswaan.
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan Nasional;
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kemendiknas Tahun 2010-
2014;
LEMBAGA INFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
di kota/kabupaten;
20. Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010—2014.
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks
Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
C. Tujuan
Secara umum tujuan pelaksanaan bimtek pengembangan pendidikan karakter ini antara lain:
1. meningkatkan pemahaman peserta bimtek tentang kebijakan umum Pendidikan Karakter Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar
2. meningkatkan pemahaman peserta bimtek tentang konsep dasar dan pengembangan Kurikulum 2013;
3. meningkatkan pemahaman peserta bimtek tentang pengalaman lapangan praktik pendidikan karakter yang baik di SD;
4. meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pesertabimtek tentang implementasi pendidikan karakter dalam
pengembangan budaya sekolah;
5. meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pesertabimtek tentang Implementasi pendidikan karakter dalam
peran serta masyarakat ;
6. meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pesertabimtek tentang Implementasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran;
7. meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pesertabimtek tentang Implementasi pendidikan karakter dalam
pendidikan ekstrakurikuler;
8. meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pesertabimtek tentang Integrasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran Tematik;
9. meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pesertabimtek tentang Integrasi pendidikan karakter dalam
pelajaran, bahasa Indonesia, IPS dan PKn, IPA dan Matematika;
10. meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pesertabimtek tentang penyusunan kegiatan Rencana Tindak Lanjut
(RTL)
perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat, peningkatan kualifikasi guru, dan persiapan guru dalam menghadapi
proses penilaian kinerja guru.
Secara skematis pola dan mekanisme bimtek pendidikan karakter berkelanjutan bagi guru dapat digambarkan sebagai
berikut.
Fasilitator pusat/provinsi dalam pelaksanaan bimtek dapat membantu sebagai narasumber di lapangan. Dalam
hal tertentu, pemerintah pusat dan provinsi dapat melaksanakan bimtek secara langsung kepada kabupten/kota, gugus
dan sekolah.
2. Berkelanjutan
Bimbingan teknis dilakukan secara sistemik, terus-menerus dan terencana. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan
Pendidikan Karakter di sekolah dapat meningkat kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu.
3. Komprehensif
Bimbingan teknis dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dari semua komponen Pendidikan Karakter. Dalam
pelaksanaannya tidak hanya satu komponen tertentu tetapi meliputi semua komponen.
4. Implementatif
Bimbingan teknis dilaksanakan dengan menekankan praktik sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kerja di
sekolah dasar. Materi teoritis/akademis diberikan untuk memperkuat pelaksanaan praktik lapangan dengan tetap
mengacu kepada regulasi di bidang pendidikan seperti 8 Standar Nasional Pendidikan.
5. Koordinatif
Bimbingan teknis dilaksanakan secara koordinatif antara tim pembina/ fasilitator pusat, tim pembina/fasilitator
provinsi dan tim pengembang/ fasilitator kabupaten/kota serta tim pelaksana di gugus sekolah/sekolah dasar. Hal ini
dilakukan untuk memperlancar dan menyamakan visi, misi, dan tujuan serta gerak langkah pelaksana Pendidikan
Karakter di sekolah dasar.
d. Kriteria
Kriteria fasilitator sebagai berikut.
1) Diutamakan berpengalaman menjadi fasilitator yang berkaitan dengan Pendidikan Karakter, Pendidikan Harmoni
minimal di tingkat provinsi.
2) Lulus seleksi calon fasilitator
3) Memiliki komitmen (melalui tes dan wawancara)
4) Menyatakan kesanggupan menjadi fasilitator
1) Unsur
Unsur tim pembina Pendidikan Karakter Tingkat Provinsi:
1) Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Provinsi
2) Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar
3) Dosen Perguruan Tinggi
4) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
5) Tim Pengembang Pendidikan Karakter Kabupaten/Kota terbaik
3) Tugas
Tugas tim pembina Pendidikan Karakter Tingkat Provinsi:
1) Melaksanakan standar, norma, kriteria, pedoman dan prosedur Pendidikan Karakter yang ditetapkan Tim Pendidikan
Karakter Pusat;
2) Melaksanakan kebijakan Pendidikan Karakter di tingkat provinsi;
3) Mengkoordinasikan dan melaksanakan bimbingan teknis, supervisi dan evaluasi Pendidikan Karakter
kabupaten/kota, gugus, dan sekolah;
4) Menyeleksi tim pengembang Pendidikan Karakter Kabupaten/Kota;
LEMBAGA INFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
4) Kriteria
Kriteria Tim Pembina Pendidikan Karakter Tingkat Provinsi sebagai berikut.
1) Diutamakan berpengalaman menjadi fasilitator yang berkaitan dengan Pendidikan Karakter, Pendidikan Harmoni
minimal di tingkat kabupaten/kota.
2) Lulus seleksi calon fasilitator
3) Memiliki komitmen (melalui tes dan wawancara)
4) Menyatakan kesanggupan sebagai fasilitator
3. Tim Pengembang Pendidikan Karakter Tingkat Kabupaten/Kota
a. Unsur
Tim Pengembang Pendidikan Karakter Tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari unsur-unsur berikut.
1) Kabid yang menangani sekolah dasar
2) Kasi Kurikulum,
3) Pengawas,
4) Kepala Sekolah (Ketua KKKS),
c. Tugas
Tugas Tim Pengembang Pendidikan Karakter Tingkat Kabupaten/Kota:
1) Melaksanakan standar, norma, kriteria, pedoman dan prosedur Pendidikan Karakter yang ditetapkan TimPendidikan
Karakter Nasional dan provinsi;
2) Melaksanakan kebijakan Pendidikan Karakter di tingkat kabupaten/kota;
3) Mengkoordinasikan dan melaksanakan bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi Pendidikan Karakter kecamatan,
gugus, dan sekolah;
4) Menyeleksi tim pengembang Pendidikan Karakter tingkat gugus dan sekolah; dan
5) Menyelenggarakan workshop/pelatihan Pendidikan Karakterbagi guru SD;
d. Kriteria:
1) Diutamakan berpengalaman menjadi fasilitator yang berkaitan dengan Pendidikan Karakter, Pendidikan Harmoni
minimal di tingkat kecamatan.
2) Lulus seleksi calon fasilitator
3) Memiliki komitmen (melalui tes dan wawancara)
4) Menyatakan kesanggupan
Tim Pengembang Pendidikan Karakter tingkat Kabupaten/Kota diatur berdasarkan jumlah kecamatan. Setiap
Kabupaten/Kota dibagi menjadi beberapa wilayah bimtek berdasarkan jumlah kecamatan/distrik (khusus Provinsi Papua
dan Papua Barat). Masing-masing wilayah terdapat beberapa kecamatan/distrik yang akan ditangani oleh 1 (satu) tim.
Setiap tim terdiri dari 7 (tujuh) orang anggota. Masing-masing anggota tim menguasai minimal 1 (satu) materi bimtek.
Jumlah seluruh tim sebanyak 1414 dengan jumlah total anggota sebanyak 7172 orang. Jumlah seluruh kecamatan 7073.
Jumlah tim pengembang Pendidikan Karakter Kabupaten/Kota dapat disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan sumber
daya yang ada di masing-masing daerah.
Prinsip 2 – Holistik
Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika
(olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun
melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
Prinsip 3 – Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
dan dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan
merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Prinsip 4 – Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan
pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-
pihak lain yang terkait dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan
dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.
Prinsip 9 – Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses
dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang
menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara
objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan
dicapai oleh sekolah;dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan
pendidikan.
Pembelajaran (RPP) sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata pelajaran IPA untuk SMP
mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi tentang energi.
2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada
kegiatan ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai
kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang
relevan, seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya, dan lain-lain,
sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan, pengkondisian,
dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat
pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan
pendidikan.
BAB III
Basis Gerakan PPK
Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah,
yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat/komunitas (Albertus, 2015).
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara
tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.
Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran.
Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah
Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah.
Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan ko-kurikuler dan
ekstra-kurikuler.
Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat.
Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama pendidikan.
Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti keberadaan dan
dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat
pendidikan, dan LSM.
Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, kementerian dan lembaga
pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya
Tujuan PPK
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau
generator utama penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan
dengan keterampilan abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan
spiritual), olahrasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik)
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan
komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM)
LEMBAGA INFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
Pelatihan dilaksanakan di kota Jakarta, Kegiatan ini Insya Allah akan diadakan pada :
Hari / Tanggal : Rabu – Jum’at / 02 – 04 Agustus 2017
hari ke-1 : 08.00 – 16.00 wita (2 sesi)
hari ke- 2 : 08.00 – 14.00 wita (3 sesi)
Tempat : Hotel Grand Cempaka – Jakarta Pusat
Jadwal kegiatan secara terperinci ada pada lampiran.
1. Narasumber / Fasiitator
(Psikolog dan Praktisi Pendidikan)
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI)
2. Kualifikasi Fasilitator
Kualifikasi instruktur yang diharapkkan memandu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu:
· Memiliki pemahaman mengenai dunia pendidikan dan pengembangan profesi guru.
· Memiliki pemahaman dan konsep yang matang mengenai proses interaksi pembelajaran.
· Memiliki kemampuan untuk menggali dan meningkatkan motivasi kerja bagi para peserta pelatihan (guru).
· Memiliki kompetensi yang memadai mengenai metode pembelajaran dan psikologi pembelajaran.
BAB IV
Materi Pelatihan
Secara rinci materi program Pelatihan Guru Inspiratif terbagi menjadi 6 modul.
1. Modul Metodologi Pembelajaran Guru
Modul pembelajaran guru merupakan modul pelatihan guru agar guru dapat mengajar dengan baik dan efektif dalam
kelas. Modul ini berisi metodologi pengajaran modern yang sudah terbukti hasilnya di negara-negara maju. Konsep
metodologi pembelajaran ini menggunakan:
a. Multiple Intelligences.
b. Accelerated Learning.
c. Collaborative Learning.
d. Environment Learning.
e. Quantum Learning.
2. Modul Interaksi Pembelajaran.
Modul ini memuat 5 bagian penting yaitu:
a. Persiapan mengajar.
b. Pembuatan lesson plan.
c. Strategi pengajaran.
d. Pengembangan kurikulum.Manajemen Kelas.
LEMBAGA INFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
Anggaran Kegiatan
Agar kegiatan ini dapat berjalan dengan maksimal, maka diperlukan dana sebesar Tiga Puluh Delapan Juta Lima Ratus
Delapan Puluh Delapan Ribu yang bersumber dari :
1. Kontribusi peserta
2. Donatur yang tidak mengikat.
Untuk rencana anggaran secara terperinci ada pada lampiran.
Strategi Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan program Pelatihan Guru Inspiratif, kegiatan ini diproyeksikan diadakan selama 2 kali pertemuan
dengan 3 sesi acara setiap harinya. Bentuk utama dari pembahasan ini adalah pembahasan materi serta kegiatan yang
bersifat aplikatif berkaitan dengan materi yang disampaikan.
BAB V
PENUTUP
Pelatihan Guru Inspiratif merupakan pola pelatihan yang sistmatis. Hasil akhir yang diharapkan dari pelatihan tersebut
adalah meningkatnya motivasi dan kinerja guru dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Sehingga kompetensi yang
diharapkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia terdidik bisa terpenuhi.
Demikian proposal ini kami buat, sebagai gambaran bagi pelaksanaan pelatihan dan peningkatan mutu tenaga pendidik
atau guru di Kabupaten Kutai Kartanegara. Sebagai suatu bentuk kegiatan yang mendukung pencapaian pelaksanaan
pendidikan dan pelatihann bagi peserta didik yang berkualitas. Semestinya program ini mendapatkan dukungan dan
apresiasi positif dari pengambil kebijakan serta masyarakat yang peduli pada pendidikan.