Anda di halaman 1dari 3

Jenis-Jenis Disenfektan

1.Klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.[2] Mekanisme kerjanya
adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara
menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat .[2]
Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme
yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif.[2] Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar
klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam),
meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum
disinfektan ini.[2] Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik
tertentu.[2]
2.Iodin
Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala
kecil.[5] Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1
liter air jernih.[5] Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai
disinfektan adalah iodofor.[2] Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup
panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, tetapi tidak aktif mematikan
spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.[2] Kelemahan iodofor diantaranya
aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor
tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 °C.[2]
3.Alkohol
Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya
termometer oral.[4] Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan
konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan
dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.[4]
4.Amonium Kuartener
Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil
pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya.[2] Umumnya yang
digunakan adalah cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil
benzyl klorida.[2] Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri
gram positif, tetapi kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila
ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam).[2] Senyawa ini mudah
berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya
stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan
menghilangkan bau tidak sedap.[2] Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas
disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.[2]
5.Formaldehida
Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar
8%.[4] Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada
konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi
pada mata, kulit, dan pernapasan.[4] Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikrob
dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa
organik.[4]
6.Kalium permanganat
Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk
disinfeksi air.[5] Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa,
warna, dan bau pada air.[5] Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap
bakteri Vibrio cholerae.[5]
7.Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2%
dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin.[4][6] Fenol dapat diperoleh
melalui distilasi produk minyak bumi tertentu.[6] Fenol bersifat toksik, stabil,
tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi,[6] Mekanisme
kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi
(pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan
kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.[6]
Referensi
(Inggris)Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam
Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes
& Noble Books.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai