Anda di halaman 1dari 6

Nama :Ikbal Anwari

NRP :1141520037

TUGAS UTILITAS PABRIK

Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia

Desinfektan air
Desinfektan merupakan bahan untuk melakukan desinfeksi. Desinfeksi adalah proses pengolahan
air dengan tujuan membunuh kuman atau bakteri pathogen yang ada dalam air. Sebelum air bersih
didistribusikan proses desinfeksi mutlak dilakukan sebaik apapun hasil pengolahan yang diperoleh.

Kecepatan dan kemampuan desinfeksi tergantung dari beberapa faktor yakni :

1. Keadaan mikroorganisme, dilihat dari : jenis, jumlah, umur, penyebaran.

2. Desinfektan, dilihat dari : jenis dan konsentrasi desinfektan.

3. Waktu kontak

4. Faktor lingkungan meliputi : suhu, ph, kualitas air, pengolahan air.

Berikut ini merupakan jenis desinfektan air yang umumnya digunakan:

1. Chlorin (Cl2)
Jenis desinfektan airChlorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah
sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidant, chlorin digunakan untuk menghilangkan bau, rasa
dan warna pada pengelolahan air bersih, serta untuk mengoksidasi Fe+2 dan Mn-2 yang banyak
terkandung dalam air tanah menjadi Fe+3 dan Mn-3 . Yang dimaksud dengan chlorin tidak hanya Cl2
saja, akan tetapi termaksuk juga asam hiphochlorite (HOCl) dan ion hypochlorite (OCl). Serta beberapa
jenis chloramine, seperti monochloramine (NH2Cl) termaksud di dalamnya. Chlorin dapat diperoleh dari
gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl (bleach) dan Ca(OCl)2. Chloramines terbentuk karena adanya
reaksi antara amonia (NH3), baik anorganik amonia maupun organik amonia di dalam air dengan
chlorine. Adapun jenis-jenis chlorin adalah sebagai berikut :

a. Anorganik Chloramine

Seperti telah disebutkan di atas, chloramine terbentuk karena adanya amonia di dalam air.
Chloramine kurang efektif sebagai desinfektan bila dibandingkan dengan chlorine, tetapi bersifat
lebih stabil sehingga residualnya lebih persistent. Pementukan jenis chloramines tergantung pada
pH dan pertandingan NH3 dengan HOCl.
b. Organik Chloramine

Pada organic chloramines reaksi yang terbentuk agak lambat tetapi hasilnya stabil,
sehingga residualnya tetap ada setelah beberapa jam. Kemampuan desinfektan lebih rendah bila
dibandingkan dengan anorganik chloramine.

c. Natrium dan Calsium Hphochlorit

Natrium dan Calsium hypochlorite banyak digunakan sebagai desinfektan di dalam


kolam renang. Keduanya menjadi efektivitas yang sama dengan chlorine. Bentuk desinfektan
yang ditambahkan akan memengaruhi kualitas air yang didesinfeksi. Penambahan chlorin dalam
bentuk gas akan menyebabkan turuny pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi
penambahan chlorine dalam bentuk natrium hypochlorite akan menaikkan alkalinityair tersebut,
sehingga pH akan lebih besar pula. Sedangkan Calsium hypochlorite akan menaikkan pH
kesadahan total air ang didesinfeksi.

d. Chorine dioksida

Sejak tahun 1944 chlorine dioksida (ClO2) sudah digunakan dalam proses pengolahan air
bersih, untuk menghilangkan rasa dan bau akibat adanya phenol. Selain menghilangkan rasa dan
bau ClO2 digunakan pula untuk menghilangkan zat besi (Fe) dan mangan (Mn), serta sebagai
desinfektan dan pencegah adanya algae.

2. Ozone (O3)
Ozone atau O3 bersifat mudah larut di dalam air dan mudah terdekomposisi pada temperature dan
pH tinggi. Karena sifat terakhir ini, maka ozone harus disiapkan/dibuat sesaat sebelum digunakan. Ozone
merupakan oksidator kuat yang bereaksi cepat dengan hampir semua zat organik dan anorganik.
Meskipun demikian, peekecualian terjadi bagi ion chlorida karena tidak bereaksi dengan ozone dan
amonia yang hanya sedikit bereaksi dengan ozone.

Sifat ozone yang bereaksi dengan cepat menyebabkan persistensinya di dalam air hanya sebentar
saja. Dengan demikian desinfektan ini kurang efektif bila dimasudkan untuk “menjaga” kualitas air yang
terkontaminasi di jaringan distribusi. Ozone tidak stabil di dalam air serta mempunyai waktu paruh
sebesar 40 menit pada pH 7,6 dan suhu 14,6oC. Pada suhu udara bebas diperkirakan waktu paruhnya
hanya sekitar 10-20 menit.
3. Iodine dan Bromine
Sudah sejak lama iodine digunakan sebagai anti septik pada luka yang kita derita,
meskipun demikian penggunaannya sebagai desinfektan kurang popular sampai saat ini.
Dibandingkan dengan chlorine, penggunaan iodine memerlukan biaya besar. Seperti halnya
chlorine dan bromine, efektivitas iodine dalam membinasakan bakteri dan cyste, masih sangat
tergantung pada pH. Akan tetapi dalam membinasakan virus, iodine lebih efektif daripada
chlorine dan bromine. Bromine merupakan bakterisida dan virusida yang efektif. Pada kehadiran
amonia di dalam air, bromine lebih efektif bila dibandingkan dengan chlorine. Sebagai cystisida,
asam hypobromus masih tetap aktif pada pH > 9.

4. Desinfektan Lain
Beberapa desinfektan yang belum banyak digunakan karena kurang efektif atau karena
penggunaannya masih merupakan hal baru, itu sebagai berikut :

a. Ferrate

Ferrate merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4) dimana Fe bervalensi 6. Sebagai
bakterisida atau virusida, ferrate lebih baik dari pada chloramine.

b. Hydrogen Peroksida

Hydrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator yang digunakan pula sebagai desinfektan.
Penggunaannya tidak popular, karena harganya mahal dan konsentrasi yng diperlukan sebagai
desinfektan cukup tinggi.

c. Kalium Permanganat

Kalium permanganate (KMnO4) merupakan oksidator kuat yang sudah sejak lama
digunakan. Dalam proses pengolahan air bersih, penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator
untuk mengurangi kadar Fe dan Mn di dalam air, serta untuk menghilangkan rasa dan bau dari air
yang diolah. Selain itu KMnO4 digunakan pula sebagai algisida. Penggunaan KMnO4 sangat
terbatas karena harganya mahal, dayanya sebagi bakterisida rendah, serta warnanya mengganggu
bila digunakan pada konsentrasi tertentu.
Koagulan
Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan
partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya (secara grafitasi). Kekeruhan dan
warna dapat dihilangkan melalui penambahan koagulan atau sejenis bahan-bahan kimia antara lain.

Jenis-jenis koagulan:

1. Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)

Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar
karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol,
tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas
memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator water
treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan sehingga
perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.

Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3SO4-2


Air akan mengalami
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya
2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4

2. Sodium aluminate ( NaAlO2 )

Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya
digunakan sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan
air dengan lime soda ash.

3. Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )

Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime
sangat efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).

4. Chlorinated copperas

Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan


penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.

5. Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)

Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat
menghilangkan Fe dan Mn.
6. Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)

Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan
untuk penyimpanan yang terlalu lama.

Jenis Koagulan Aid


Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu pengendapan
dan flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan. Koagulan Aid
menguntungkan proses koagulasi dengan mempersingkat waktu pengendapan dan memperkeras flok yang
terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah koagulan sekunder yang ditambahkan setelah koagulan
primer atau utama bertujuan untuk mempercepat pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.

Jenis koagulan aid diantaranya:

1) 1.PAC ( poly alumunium chloride )

Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi air
sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk unit
berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya
adalah Al-OH.

Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m


Dimana : n = 2 2,7 <> 0

Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani


partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala dalam
menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena
bersifat higroskopis.

2) Karbon aktif

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka
pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi
oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari persenyawaan kimia yang
ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh
komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.

Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang
dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih efektif
oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk
menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.
3) Activated silica

Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium
sulfate, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan
keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas
jangkauan pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya
digunakan dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari dosis alum.

4) Bentonic clay

Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah
dan mineral yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai