Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


PT Fruters Indonesia Perkasa (FTIP) adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang produksi makanan dan minuman sehat (healthy foods). Sejak usaha dirintis
tahun 2013 sampai sekarang di tahun 2016, perusahaan memproduksi produk olahan
dari buah-buahan seperti mangga, jambu, jeruk dan kelapa muda untuk menjadi jus
dalam kemasan botol. Produk lainnya berbahan baku dari kelapa untuk menjadi produk
coconout water yang juga memakai kemasan botol. Hasil produksi minuman tersebut
dijual di jaringan supermarket di Jakarta dan Bandung.

Pada awalnya pendirian perusahaan ini berasal dari kreasi 2 orang mahasiswa
Fakultas Teknologi Industri Pangan Universitas Pajajaran Bandung pada tahun 2013.
Untuk produksi awal, hanya membuat 1 jenis jus jenis mangga gedong gincu yang
diambil dari pemasok di Cirebon Jawa Barat. Kemudian untuk tempat produksi,
mereka menyewa dan menggunakan fasilitas laboratorium kampus. Untuk
pemasarannya dijual dengan kemasan gelas plastik di kantin kampus maupun
foodcourt daerah Jatinangor dan Bandung.

Kemudian tanggal 8 Januari 2015 PT Fruters Indonesias Perkasa berdiri dengan


daftar pemegang saham : PT Asia Intravesta, Khemal Nugroho, Ratna Apriyanti, Panji
Anugrah dan Dadan Ramdhan. Sebagai perusahaan baru yang ingin berkembang dan
maju dengan berkesinambungan, maka FTIP menetapkan visi dan misi perusahaan
sebagai berikut :

Visi : Menyehatkan anak bangsa Indonesia melalui makanan sehat.

1
Misi :
1. Mengkampanyekan makanan sehat kepada seluruh masyarakat Indonesia
2. Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif, dan menjadi pilihan
konsumen di Indonesia

Setelah 1 tahun berjalan, jumlah permintaan terus bertambah ke beberapa tempat di


Bandung dan Jakarta. Dari jenis produk varian yang dijual bertambah hingga mencapai
30 puluh varian dengan bahan baku dari berbagai jenis buah lokal yang ditanam di
Indonesia. Kanal pasar yang dituju oleh FTIP, adalah menjual kepada segmen
golongan menengah ke atas. Ukuran kelas menengah atas untuk negara Indonesia,
adalah orang-orang yang mempunyai penghasilan bersih pribadi di atas Rp 6 juta (bppk
kemenkeu, 2015). Sejak berdiri tahun 2015, FTIP mulai melakukan pengembangan
pasar dari 3 outlet di Bandung menjadi 50 outlet di Bandung dan Jakarta seperti dalam
Tabel 1.1 sebagai berikut :
TABEL 1.1
10 besar Outlet Penjualan PT Fruters Indonesia Perkasa 2016
No Nama Outlet Jumlah Outlet Lokasi
1 Food Hall 19 Jakarta
2 Farmers Market 11 Jakarta
3 Rench market 10 Jakarta
4 Papaya 3 Jakarta
5 Kemchicks 2 Jakarta
6 Total Buah Segar 1 Jakarta
7 Grand Lucky SCBD 1 Jakarta, Tanggerang
8 Foodmart 1 Jakarta
9 Events, Direct Sales 3 Bandung, Jabodetabek
Sumber : Data Internal FTIP (2016)

2
Dari 30 varian produk Fruters, beberapa contoh produk yang dijual dapat dilihat
dalam Gambar 1.1 sebagai berikut :

GAMBAR 1.1
Contoh Produk Jus
Produk Keterangan
Nama produk : Manggo Juice
Varian produk : Regular, Premium, less
sugar
Ukuran : 275ml dan 400ml
Kisaran harga : Rp. 13.000 – 27.000,-

Nama produk : Manggo Slush


Varian produk : Lychee, Kiwi, Jeruk,
Aloevera
Ukuran : 275 ml
Kisaran harga : Rp.17.000 – 25.000

Nama produk : Dragon Fruit Smothie


Varian produk : White & Red Dragon
Ukuran : 275 ml
Kisaran harga : Rp.32.000 – 40.000

Nama produk : Honey Lemonade


Ukuran : 275ml dan 400ml
Kisaran harga : Rp. 13.000 –
25.000/botol

Sumber : Data Internal FTIP (2016)

3
FTIP menyusun tim manajemen yang dipimpin oleh dua orang pendirinya yaitu
Khemal Nugroho sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Ratna Apriyanti sebagai
Chief Financial Officer (CFO). Sebagai perusahaan baru, FTIP menyusun struktur
organisasi dalam Gambar 1.2 sebagai berikut :

GAMBAR 1.2
Struktur Organisasi PT Fruters Indonesia Perkasa (FTIP)

Chief Executive
Officer (CEO)

Chief Financial Chief Marketing Chief Operation


Officer Officer Officer

Accounting Production Inventory Distribution

Finance Prod worker

Administration

Sumber : Data Internal FTIP (2016)

FTIP menyusun struktur organisasi menyesuaikan dengan ruang gerak organisasi


yang dapat beradaptasi dengan cepat. Oleh karena itu fungsi operasional perusahaan
dibagi hanya dalam 3 fungsi utama yang membantu pimpinan perusahaan. 3 Fungsi
tersebut adalah Marketing, Finance dan Operation. Untuk menjelaskan fungsi dan
tanggung jawab sumber daya manusia yang ada di perusahaan dapat terlihat dari Tabel
1.3 di halaman berikut ini :

4
TABEL 1.3
Fungsi dan Tanggung Jawab Sumber Daya Manusia FTIP
Jabatan Fungsi Tanggung Jawab
CEO (Chief Executive Pemimpin Perusahaan dan 1. Merancang dan
Officer) bertindak sebagai mengomunikasikan visi
perwakilan perusahaan perusahaan
tersebut kepada pihak luar 2. Memotivasi dan
merekrut anggota tim
3. Meramalkan tren pasar
4. Menguraikan strategi
bisnis perusahaan
5. Membangun hubungan
dengan investor

CFO (Chief Financial Orang yang memimpin 1. Membentuk strategi


Officer) bidang keuangan dan hal penggalangan dana
pelaporan, penggalangan 2. Membuat keputusan
dana, dan penganggaran. yang berhubungan
Pada tahap awal sebuah dengan sumber daya
startup, ia juga manusia
bertanggung jawab pada 3. Merumuskan dan
penggajian dan sumber menyiapkan dokumen
daya manusia. laporan keuangan

CMO (Chief Marketing Orang yang memimpin 1. Mengembangkan


Officer) penjualan dan pemasaran strategi pemasaran
dan mengembangkan 2. Melaksanakan riset
strategi pemasaran dan pasar
penjualan, kehumasan, 3. Membangun team
riset pasar, dan penjualan
pencitraan. CMO juga 4. Melakukan penjualan
bertanggung jawab sesuai target yang
tentang target penjualan ditetapkan
perusahaan 5. Menciptakan pencitraan
dan kampanye
kehumasan

5
TABEL 1.3 (lanjutan)
Jabatan Fungsi Tanggung Jawab
COO (Chief Operating Orang yang memimpin 1. Mengatur perusahaan
Officer) operasional internal 2. Bertindak sebagai
perusahaan, seperti penghubung antara
operasional kantor, karyawan dan CEO
karyawan, hingga bisnis. 3. Menyatukan
COO juga berfungsi pengembangan produk
sebagi control pada 4. Memahami
kualitas akhir, karena ia perkembangan
mengelola tim produksi teknologi saat ini dan
selama prosesnya. COO pengadopsiannya
bertindak sebagai ahli 5. Mengelola
teknologi pengembangan produk

Sumber : Data Internal FTIP (2016)

1.2 Latar Belakang Penelitian


Dalam memenangkan persaingan usaha, ide dan kreativitas dapat menjadikan
sebuah peluang. Hal lainnya berupa pengalaman dan skill seorang entrepreneur juga
merupakan faktor penting dilihat secara internal perusahaan. Peluang juga bisa
muncul dari keadaan eksternal yang terjadi diluar kondisi perusahaan seperti adanya
keadaan yang berubah-rubah kekacauan , kekosongan dalam industri dan pasar. Selain
itu adanya perubahan teknologi dan regulasi telah mengubah dan akan terus merubah
cara pandang kita dalam memandang sebuah peluang usaha.

Pada perusahaan startup, dari awal penting untuk melihat peluang dari sisi eksternal
terlebih dahulu. Menurut Adam dan Spinelli (2012 : 137). Dalam satu kurun waktu
tertentu muncul kondisi potensi peluang yang tiba-tiba terbuka besar dikenal dengan
windows opportunity. Peluang ini muncul dengan permintaan yang besar namun
timing dan waktunya pendek. Kemampuan untuk memanfaatkan window opportunity

6
ini akan mempengaruhi kesuksesan sebuah perusahaan startup. Contohnya era
komputer di tahun 1990an dan era industri seluler dan digital mulai tahun 2000.

Namun demikian, meskipun mengetahui potensi diri maupun industri, perusahaan


start up sering gagal karena pendiri dan investor mengabaikan keseimbangan dan terus
melompat maju dan hanya berpendapat bahwa yang namanya strategi adalah tentang
teknologi dan penjualan tanpa rencana yang seimbang dan tanpa menyadari bahwa
bahwa dasar asumsi dari rencana bisnis yang salah. (Harvard Business School, 2011).

Risiko terjadinya kegagalan usaha perusahaan startup cukup tinggi. Menurut Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf), jumlah perusahaan yang gagal melanjutkan usahanya
mencapai 90% (Kompas , 2016). Kegagalan tersebut bisa diakibarkan produknya tidak
diminati oleh pasar, kehabisan modal, konflik internal, mengagungkan ide tanpa
eksekusi.

Aspek Eksernal yang pertama adalah melihat dari industri makanan dan minuman.
Perkembangan industri makanan dan minuman olahan di Indonesia meningkat dengan
pesat. Data dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI)
menyebutkan nilai pasar tahun 2015 diperkirakan tumbuh sebesar 17.6% dibanding
tahun 2014 dengan nilai penjualan Rp. 1000 Trilyun (Bank Mandiri, 2105)

Perkembangan yang sama juga terjadi pada industri minuman siap saji (ready to
drnk). Untuk jenis minuman olahan seperti fruit/vegetable jus yang termasuk kategori
minuman sehat tumbuh lebih tinggi mencapai 15.6% (Bank Mandiri, 2015).

Perkembangan pasar makanan minuman di Indonesia ini terjadi tidak hanya pada
tahun 2015 saja namun sudah berlangsung 10 tahun sebelumnya. Data penjualan
makanan minuman di Indonesia , dapat terlihat dalam Gambar 1.3 di halaman berikut
ini :

7
GAMBAR 1.3
Nilai penjualan Makanan Minuman di Indonesia
2007 – 2015 (Dalam Milyar Rupiah)
1200
1000
1000
850
800 745
700
600 630
600 550
505
402
400

200

0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Industry Update Report from Chief of Economist Office Bank Mandiri
(2015)

Dalam skala industri jus buah di Indonesia, beberapa produsen jus dan produknya
di Indonesia sudah banyak dikenal dan memiliki brand equity yang cukup kuat, dan
merupakan pesaing langsung dari FTIP. Produk yang beredar di masyarakat terlihat
dari Tabel 1.4 sebagai berikut :

TABEL 1.4
Produsen Utama Minuman Sari Buah Indonesia
Nama Perusahaan Merk produk
Unilever (UNVR) Buavita
Tang Mas Frutang
Tirta Alam Segar (Wings Food) Ale-ale
Group ABC ABC Juice
Ultra Jaya Milk (ULTJ) Gogo
Sinar Sosro Country Juice
Nutrifood Nutrisari RTD Orange Juice
Cocacola Indonesia Minute maid Pulpy Orange
Sumber : Presentasi Power Point ASRIM : Prospek dan Tren Industri Minuman
Ringan Indonesia Memasuki 2012

8
Aspek eksternal yang kedua dalam mempengaruhi peluang usaha adalah adanya
momentum mendapatkan pertumbuhan dan keuntungan yang besar (harvest period)
dalam bidang minuman jus. Dari data penjualan makanan dan minuman yang
ditunjukan dalam Gambar 1.3 terlihat bahwa, pasar minuman di Indonesia tumbuh
konsisten sejak tahun 2007 sampai tahun 2015, sehingga potensi pengembangan usaha
dalam bidang makanan minuman oleh FTIP secara industri masih terbuka. Dari sisi
value, produk dari Fruters juga mempunyai nilai tambah karena berbahan baku lokal.
Sumber bahan baku berasal dari supplier puree untuk mangga di Cirebon, dan berbagai
macam buah didapatkan dari supplier di pasar induk di Jakarta dan Bandung.
Perkembangan tersebut perlu didukung oleh strategi perusahaan di masa yang akan
datang. Direncanakan dalam 5 tahun FTIP memerlukan investasi mesin yang dapat
dipakai untuk mengawetkan makanan secara aman. Target selama 5 tahun kedepan,
perusahaan merencanakan memperbesar skala usaha dengan mengajak investor baik
sebagai dari modal ventura, maupun pinjaman dari perbankan (FTIP, 2016).

Aspek eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi peluang pasar adalah produk
yang sudah dikembangkan belum mendapatkan momentum penjualan dan mempunyai
pasar yang jelas. Dari wawancara pendahuluan dengan founder FTIP, tanggal 17
Oktober 2016 terungkap, beberapa ide produk di Fruters, seperti snack mangga dan
apel, sampai saat ini belum bisa dipasarkan karena belum efisien dan mahalnya ongkos
produksi, meskipun sudah mengeluarkan uang untuk pembelian mesin pengolahnya.
Bersikap memaksakan produk yang diciptakan masuk ke pasar yang belum siap bisa
berpotensi menjadi kesalahan yang fatal pada perusahaan.

Peluang usaha yang dipunyai oleh perusahaan dapat dieksekusi menjadi produk atau
layanan yang menarik dan menguntungkan, akan sangat tergantung proses tiada henti
entrepreneur dan manajemen untuk berkreasi, mengolah dan mangatur sumber daya

9
dan timnya yang terbatas (Timmons dan Spinelli, 2008 : 77). Hal ini dapat
digambarkan dalam aspek internal pada latar belakang penelitian

Dari aspek internal, peluang usaha sebuah perusahaan mempunyai prospek yang
menarik, salah satunya adalah jika mempunyai hasil yang baik dari sisi penjualan dan
keuntungannya. FTIP, selama 1.5 tahun operasional, dari pengembangan pasar di
daerah Jakarta berkembang dari 3 outlet menjadi 50 outlet yang ditunjukkan pada Tabel
1.1. Selain itu varian produk yang dipasarkan bertambah menjadi 30 jenis. Meskipun
terdapat penambahan jumlah outlet, namun jika dilihat dari hasil penjualan, selama
tahun 2015 hasil penjualan masih bersifat fluktuatif seperti data dalam Gambar 1.4 di
bawah ini :

GAMBAR 1.4
Penjualan FTIP tahun 2015 (Dalam Juta Rupiah)

140.0

120.0

100.0

80.0

60.0

40.0

20.0

-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Revenue 79.3 100. 72.3 132. 130. 130. 98.9 113. 96.5 131. 93.4 61.5
Retur 1.8 3.8 6.6 2.9 16.8 6.9 10.4 7.7 13.8 19.3 16.3 15.4

Sumber : Data Internal PT Fruters Indonesia Perkasa (2016)

Produk jus yang diproduksi dijual dengan kemasan botol dengan ukuran 270ml dan
400ml dengan merk dagang Fruters dan dijual di jaringan supermarket. Dari data

10
penjualan tahun 2015 di atas, selama 1 tahun beroperasi, penjualan jus belum dianggap
stabil. Terjadi fluktuasi penjualan dari bulan ke bulan, belum terlihat pola penjualan
puncak (high Season) maupun penjualan rendah (low season) Dari sisi retur penjualan
juga terlihat prosentase antara nilai retur dan penjualan tidak stabil. Sebagai contoh
untuk penjualan-penjualan tertinggi di tahun 2015 terdapat di bulan April 2015 dan
Oktober 2015. Nilai penjualan Oktober berhasil dikumpulkan sebesar Rp. 132 juta dan
nilai retur penjualan hanya Rp. 2.93 juta atau 2.2%. Sedangkan penjualan tertinggi
kedua terjadi di bulan Oktober 2015 pada saat penjualan sebesar Rp. 131 juta namun
nilai retur mencapai Rp. 19.3 juta atau 14.7%.

Sedangkan untuk tahun 2016 selama 8 bulan (Januari – Agustus 2016) penjualan
Dapat terlihat dalam Gambar 1.5 di bawah ini :
GAMBAR 1.5
Penjualan FTIP Januari – Agustus 2016 (Dalam Juta Rupiah)
160.0

140.0

120.0

100.0

80.0

60.0

40.0

20.0

-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
Rev 77.3 69.2 57.8 81.2 90.0 145.3 104.2 137.2
Retur 5.8 10.8 11.8 9.4 8.1 0.9 9.4 12.8

Sumber : Data Internal PT Fruters Indonesia Perkasa (2016)

Berdasarkan Gambar 1.5 di atas, jika ditotal penjualan tahun 2016 selama bulan
Januari – Agustus 2016, sebesar Rp. 762.1 juta dengan jumlah retur sebesar Rp. 69.0

11
juta atau sebesar 9% dibandingkan pada tahun 2015 di mana jumlah retur mencapai
10%.

Salah satu ikhtiar untuk inovasi dan kreatif adalah menawarkan nilai (value) dari
produk tersebut kepada konsumen. Value yang dibangun adalah produk jus Fruters
merupakan jus yang berbahan baku lokal, mempunyai manfaat kesehatan, dan
mempunyai kualitas Mengembangkan produk dari buah lokal, merupakan komitmen
perusahaan sampai saat ini untuk mengimbangi jus impor yang sudah banyak dijual di
supermarket di Jakarta. Dari Laporan yang dikeluarkan ASRIM bersama-sama
Foodreview pada tahun 2012 harga rata-rata untuk jus buah impor di Indonesia, terlihat
dalam Tabel 1.5 berikut ini :

TABEL 1.5
Harga rata-rata Jus Buah Impor di Jakarta (dalam rupiah)
No Merk Produk Asal Harga
1 Dimes Turki 14.050
2 Dewland Afrika Selatan 17.850
3 Malee Thailand 29.290
4 Tipco Thailand 25.350
5 Original Australia 36.050
6 Ceres Afrika Selatan 38.150
7 Berri Australia 25.350
8 Ocean Spray Amerika Serikat 28.490
9 Lake Wood Amerika Serikat 161.990
Sumber : Presentasi Power Point ASRIM (2012) : Prospek dan Tren Industri
Minuman Ringan Indonesia Memasuki tahun 2012

Disisi lain, potensi FTIP di masa yang akan datang cukup terbuka.Dari laporan
Semester I tahun 2016 dari salah satu jaringan Supermarket Foodhall Jakarta, yang
dibagikan kepada mitra kerjanya menunjukan market share dari penjualan jus yang
dijual di Foodhall. Supermarket tersebut merupakan mempunyai segmen menengah

12
keatas dimana selain menjual produk Fruters banyak menjual produk jus impor. Di
supermarket Foodhall, dimana produk Fruters dijual di 19 outletnya, dari sisi pangsa
pasar (market share) dibanding produk pesaing yang masuk dalam jaringan
supermarket tersebut, untuk produk fruters pangsa pasarnya masih dibawah 5% yakni
2.29% dari sisi penjualan dan 3.89% dari sisi jumlah botol terjual.

Angka tersebut menunjukan bahwa dari sisi penjualan, produk fruters sudah dapat
diterima oleh konsumen secara konsisten selama 1.5 tahun, namun dari sisi market
share masih sangat kecil seperti terlihat dalam Gambar 1.6 di bawah ini :

GAMBAR 1.6
Pangsa Pasar FTIP di jaringan Supermarket Foodhall 2016 (Prosentase)
Market Share dari Jumlah Botol terjual Market Share Nilai Penjualan

Sumber : Foodhall Supermarket Report (2016)

Aspek internal lain yang dilakukan FTIP adalah meningkatkan competitive


advantage. Dari wawancara pendahuluan pra penelitian dengan founder FTIP tanggal
17 Oktober 2016, mereka mengambil risiko (risk taking) untuk memindahkan tempat
produksi ke daerah Bekasi mulai Juli tahun 2016. Tujuannya mengharapkan efisiensi

13
terhadap foodcost, mendekati pasar agar terjadi peningkatan penetrasi pasar yang lebih
luas di seluruh Indonesia. Hal ini sebenarnya cukup berisiko karena harus
memindahkan pekerja di Bandung yang sudah memiliki keluarga di sana. Namun
langkah pemindahan harus diambil, karena setelah diperhitungkan, perusahaan dalam
pengembangan usaha memerlukan environment yang dekat dengan pasar, networking
dan akses terhadap modal dan teknologi.

Sistem penjualan yang berjalan saat ini kepada supermarket adalah penjualan
dengan term pembayaran langsung maupun titip jual (consignment). Secara
keseluruhan dari struktur biaya FTIP, dengan jumlah retur, sistem titip jual dan tempat
produksi di Bandung, menyebabkan harga penjualan produk atau dikenal dalam
industri makanan sebagai food cost dari FTIP sebesar 43% dari penjualan (PT Fruters
Indonesia Perkasa, 2016). Prosentase tersebut lebih besar dibanding rata-rata foodcost
untuk produk makanan sebesar 34% dan untuk produk sejenis juice foodcost sebesar
20 – 25% (Wettlaufer, 2014).

Sebagai perusahaan yang baru yang mempunyai tim manajemen yang terbatas.
Beberapa fungsi dalam struktur organisasi masih merangkap untuk lebih dari satu
pekerjaan. Misalnya staf bagian finance dirangkap dengan bagian produksi, dan
direktur juga merangkap sebagai marketing dan penjualan. Dari wawancara pra
penelitian tanggal 17 Oktober 2016 yang dilakukan, langkah tersebut memiliki
keuntungan dan risiko. Keuntungannya adalah perusahaan tidak terbebani oleh biaya
tetap untuk membayar gaji tambahan, namun disisi lain pimpinan perusahaan terlibat
jauh dengan operasional sehari-hari dan terjadi penurunan fokus untuk
mengembangkan dan membina hubungan (networking). Penurunan juga terjadi pada
kualitas layanan ke konsumen paska penjualan.

Dari wawancara pra penelitian juga terungkap salah satu ukuran ketidakefisienan
dalam hal layanan adalah jumlah retur seperti disampaikan dalam Gambar 1.5. Jumlah

14
retur ini bisa disebabkan beberapa hal diantaranya produk yang sudah menurun
permintaannya, produk yang tidak terdisplay dengan baik, jauhnya tempat produksi
maupun adanya produk yang rusak. Munculnya masalah ini salah satu sebabnya adalah
pada awal pendirian perusahaan, FTIP yang dijalankan oleh tim yang belum
mempunyai pengalaman (freshgraduate), sehingga belum mampu menangani beberapa
masalah yang terjadi di lapangan.

Staf yang membantu FTIP saat ini beberapa merupakan teman-teman dari CEO
yang telah dikenal dengan baik dan dipercaya untuk membantu. . Risiko lain dari
keterbatasan sumber daya manusia adalah penurunan kualitas. Sebagai produk yang
berkategori healthy foods, konsumen sangat memperhatikan kualitas dan manfaat
kesehatannya. Adanya kelemahan pada sistem control kualitas (quality control) akan
berpengaruh sangat serius kepada perusahaan. (wawancara pra penelitian dengan CEO
FTIP pada 17 Oktober 2016).

Ikhtiar secara internal untuk mendapatkan peluang usaha yang menarik adalah
dengan strategi pembeda (differentiation strategy). Saat ini FTIP melakukan produksi
produk jus di Bandung. Jus yang diproduksi mempunyai daya tahan produk (shelf life)
untuk produk selama 21 hari jika berada di dalam lemari pendingin dan 2 hari di suhu
normal. Dari sisi harga, dikarenakan daya tahan produk yang lebih pendek, tidak
mempunyai bahan pengawet, dan juga pemilihan bahan baku yang baik, harga yang
ditawarkan jus Fruters lebih tinggi dibanding jus sejenis dengan bahan pengawet. Hal
ini tidak terjadi di produk Fruters saja tapi untuk produk makanan sehat dimana harga
produk organik maupun healthy foods lebih tinggi dari produk konvensional. Studi
meta analysis yang dilakukan terhadap 27 penelitian di 10 negara terkaya dunia pada
konsumsi 2000 kalori perhari menunjukan bahwa pengeluaran untuk makanan sehat
lebih tinggi 1,5 Dollar Amerika perhari dibanding makanan konvensional (Harvard
school of public health, 2013). Studi lain di yang dilakukan Thio (2008) di Surabaya

15
menunjukan harga makanan sehat seperti produk organik mempunyai harga 10 – 40%
lebih mahal dibanding dengan produk makanan dan minuman konvensional.

Dari riset tahunan yang dikeluarkan Mandiri Institute, pertumbuhan industri


makanan sehat di Indonesia dan di seluruh dunia juga mulai berkembang seiring
dengan peningkatan adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan dan kenaikan pendapatan golongan kelas menengah (Bank Mandiri , 2015).

Dari sisi konteks penjualan, saat ini, FTIP sudah mempunyai basis konsumen
melalui pembelian di supermarket maupun pembelian langsung, namun kemampuan
perusahaan dalam melakukan pelayanan kepada loyal customernya masih sangat
kurang (FTIP, 2016). Hal tersebut disebabkan keterbatasan sumberdaya yang ada. Dari
sisi infrastuktur, teknologi pembuatan jus ini masih sederhana dan mudah ditiru,
sehingga rencana kedepan opportunity yang sudah didapatkan dengan susah payah dan
mulai diterima oleh pasar di Indonesia ini perlu terus dikembangkan dengan teknologi.
Kemampuan Entrepreneurship dan skill dari founder perlu ditingkatkan sehingga cita-
cita untuk membuat produk yang sehat, aman, dan mempunyai daya tahan lama

Risiko seperti dialami oleh perusahaan yang sedang bertumbuh, dimana pendiri
secara pribadi harus menghadapi persoalan serius mengenai keberlangsungan
perusahaan. Manajemen terlibat secara pribadi dalam naik turunnya perusahaan dan
terkadang perlu mengorbankan menunda pembayaran gaji untuk pribadi (wawancara
pra penelitian dengan CEO FTIP 17 Oktober 2016).

Untuk mengembangkan dan mengambil peluang usaha yang baru di FTIP. banyak
potensi peluang usaha yang didapatkan. Peluang tersebut perlu dibuatkan sebuah
sistem screening untuk memisahkan peluang usaha baik atau tidak untuk dikerjakan.
Identifikasi ini juga dapat memperlihatkan daya tarik (attractiveness) akan usaha
tersebut sehingga meminimalkan dan menghindarkan diri dari potensi kegagalan yang

16
lebih besar. Hasil dari screening beberapa indikasi kriteria ini dapat menggambarkan
dan membantu entrepreneur untuk membuat profil peluang usaha (venture opportunity
profile) di perusahaanya. Kemudian peluang usaha yang banyak muncul kemudian
dipilih untuk menjadi peluang usaha yang lebih spesifik dan memungkinkan untuk
dijalankan.

1.3 Perumusan Masalah


Dari beberapa informasi tentang gambaran perusahaan, dan hasil wawancara
pendahuluan serta latar belakang penelitian yang dikumpulkan diatas, maka FTIP
mempunyai potensi menjalankan peluang usaha yang didapatkan dengan baik. Meski
demikian karena tidak adanya profiling atau assessment atas opportunity tersebut,
maka peluang tersebut belum tergambarkan dengan optimal. Beberapa masalah yang
muncul dari peluang usaha adalah sebagai berikut :

Masalah dalam aspek eksternal


1. Industri dan pasar makanan dan minuman dalam 10 tahun di tahun 2007 – 2015
tumbuh dengan konsisten, namun belum dapat dimanfaatkan oleh FTIP.
Kapasitas pasar masih kecil karena baru menggarap pasar di Jakarta dan
Bandung dan belum bisa memenuhi permintaan pengembangan pasar ke
seluruh Indonesia.
2. Value yang ditawarkan oleh FTIP adalah produk jus sehat, dengan bahan lokal.
Namun sebagai perusahaan baru, keuntungan atas value tersebut tidak dapat
dimanfaatkan untuk mendapatkan akses terhadap jaringan dan modal masih
terbatas
3. Dari sisi pengembangan produk, ada produk FTIP yang diyakini baik sudah
mengeluarkan investasi belum mendapatkan momentum dan respon yang baik
dari penjualan sehingga jika tidak diantisipasi berisiko terjadi kesalahan fatal.

17
Masalah dari aspek internal
4. Dari sisi keekonomian (economics), meskipun produk tersebut diterima pasar,
namun penjualan belum stabil. Dari sisi permodalan untuk ekspansi juga masih
terbatas dan mengandalkan dana pribadi
5. Dengan minimnya pengalaman, entrepreneur skill dan networking, maka
keunggulan bersaing masih sedikit dan belum efisien. Adanya retur, dan belum
menemukan sumber bahan baku yang murah, mengakibatkan harga pokok
produksi belum efisien dibanding rata-rata industri jus.
6. Dari aspek tim manajemen, jumlah sumber daya manusia yang terbatas
mengakibatkan terjadi perangkapan pekerjaan yang berpotensi menurunkan
kualitas kerja. Penurunan kualitas kerja ini berisiko terhadap kualitas produk
minuman dan layanan.
7. Meskipun mempunyai latar belakang teknologi industri pertanian, sejak mereka
lulus kuliah, kedua pendiri belum mempunyai pengalaman berbisnis sehingga
pembentukan entrepreneurship dari para pendiri berjalan secara learning by
doing, dan belum mampu menangani masalah yang terjadi di lapangan
8. Produk healthy juice yang diolah dari bahan baku buah lokal dan mempunyai
manfaat kesehatan merupakan strategi berbeda FTIP. Namun produk tersebut
mempunyai entry barrier yang rendah dan mudah ditiru, sehingga dari
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan loyal customer juga tidak
terlalu kuat

1.4 Pertanyaan Penelitian


Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka venture opportunity
profile dapat disusun untuk meneliti dan menggambarkan apakah sebuah peluang
usaha yang bisa menjadi peluang usaha yang potensial atau tidak?. Venture
opportunity profile ini dilakukan terhadap FTIP dengan beberapa kriteria. Maka
pertanyaan penelitian adalah :

18
Dari Aspek Eksternal :
1. Bagaimana gambaran venture opportunity profile FTIP berdasarkan Industri
dan pasar (Industry and market)
2. Bagaimana gambaran venture opportunity profile FTIP berdasarkan
keuntungan yang didapatkan (harvest issue)
3. Bagaimana gambaran venture opportunity profile FTIP berdasarkan masalah
kesalahan fatal (Fatal flaw issue)

Dari Aspek Internal


4. Bagaimana gambaran venture opportunity profile FTIP berdasarkan
keekonomian (economics)
5. Bagaimana gambaran venture opportunity profile FTIP berdasarkan
keunggulan bersaing (competitive advantage)
6. Bagaimana gambaran venture opportunity profile FTIP berdasarkan tim
manajemen (Management team)
7. Bagaimana gambaran venture opportunity profile FTIP berdasarkan kriteria
pribadi (personal criteria)
8. Bagaimana gambaran venture opportunity profile berdasarkan penggunaan
strategi berbeda (differentiation strategy)

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah dapat menggambarkan profil peluang
usaha dengan menilai dari indikator beberapa kriteria dimana peluang, risiko
ditempatkan dalam satu kesatuan (Adams dan Spinelli, 2012 : 170). Pada akhirnya
menurut Hisrich (2010 : 8) Finaly, the opportunity must fit the personal skills and goals
the entrepreneur

19
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.6.1. Manfaat Teoritis
Sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya
informasi tentang seleksi dan screening bagi perusahaan rintisan dan entrepreneur .
Jadi penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan salah satu sumber referensi
kajian teori bagi peneliti dalam bidang entrepreneurship, bidang penelitian startup
company serta penelitian di bisnis industri makanan sehat di Indonesia.

1.6.2. Manfaat Praktis


Kriteria untuk screening ini adalah dasar dari untuk merasakan bisnis yang baik.
Mengevaluasi peluang usaha dapat digunakan secara internal di manajemen PT Fruters
Indonesia Perkasa, wirausaha startup, business angel, investor pribadi maupun
perusahaan modal ventura. Selain itu menurut Ulhøi dan Neergaard (2007 : 22) saat
ini masih sedikit riset mengenai entrepreneurship berbanding terbalik dengan kondisi
akan pentingnya sumber pendanaan buat entrepreneur. Jadi riset ini dapat membantu
agar menghindarkan diri dari potensi kegagalan yang lebih besar.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.7.1 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini dibuat berdasarkan screening terhadap daya
tarik peluang usaha yang dikembangkan Jeffry A Timmons dan Stephen
Spinelli Jr yaitu Industri dan Pasar (Industry and Market), Sisi Keekonomian
(Economics), Memetik keuntungan (Harvest Issue), Keunggulan bersaing
(Competitive Advantage), Tim Manajemen (Management Team), Kesalahan
fatal (Fatal Flaw Issue), Kriteria Pribadi (Personal Criteria), Penggunaan
Strategi yang berbeda (Strategic Differentiation).

20
1.7.2 Lokasi dan objek penelitian
Lokasi penelitian berada di Jakarta dan Bekasi. Objek penelitian yang
dilakukan di PT Fruters Indonesia Perkasa (FTIP) berdomisili di Jakarta.
1.7.3 Waktu penelitian
Waktu penelitian dalam kurun waktu Oktober 2016 – Januari 2017.

1.8 Sistematika penulisan Tugas Akhir


Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang
penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan dari penelitian ini disusun sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN


Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan dan kerangka pemikiran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi tentang karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan
penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan sumber data, validitas dan
reliabilitas dan teknik analisis data.

21
BAB IV ANALISIS DAN PEBAHASAN
Bab ini berisi tentang karakteristik responden, hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.

BAB V KESIMPULAN
Bab ini akan berisi kesimpulan dari hasil pembahasan, dan memberikan masukan atau
saran yang dapat diimplementasikan oleh organisasi.

22

Anda mungkin juga menyukai