Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MATA KULIAH LABORATORIUM PEMASARAN


(Studi Usaha Arem-Arem Beef Teriyaki)
Dosen Pengampu: Dr. Nanang Suryadi, SE., MM.

Anggota Kelompok:

Andri Kusuma Putra 185020207111017


Fauzan Fadlansyah 185020200111048
Muhammad Farrel 185020200111055
Mochamad Rizki Abdul Mughni 185020207111027

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah


1) Apa saja misi, tujuan, dan sasaran pada perusahaan dan divisi pemasaran?
2) Bagaimana lingkungan internal perusahaan?
3) Bagaimana lingkungan eksternal perusahaan?
4) Apa saja pesaing perusahaan?
5) Apa yang dimaksud dengan konsep segmentasi?
6) Apa yang dimaksud dengan positioning

1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui misi, tujuan, dan sasaran pada perusahaan dan divisi pemasaran
2) Untuk mengetahui lingkungan internal perusahaan
3) Untuk mengetahui lingkungan eksternal perusahaan
4) Untuk mengetahui pesaing perusahaan
5) Untuk mengetahui konsep segmentasi
6) Untuk mengetahui positioning
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Misi, Tujuan, dan Sasaran Pada Perusahaan dan Divisi Pemasaran
Gambaran Umum:
 Gambaran umum usaha AABT atau Arem-Arem Beef Teriyaki yaitu usaha yang
bergerak di bidang kuliner dengan mengakulturasikan budaya lokal dengan
budaya asing.
 Tujuan AABT adalah untuk memperkenalkan budaya lokal yaitu budaya
Indonesia dengan memperkenalkan kuliner khas Indonesia yaitu yang diambil
disini adalah makanan Arem-Arem yang dimana makanan tersebut
dikombinasikan dengan makanan asing yang popular di masyarakat yaitu salah
satunya adalah Beef Teriyaki sehingga dapat menarik peminat kuliner lebih luas
lagi dan dapat memperkenalkan kuliner lokal ke generasi muda
Visi Perusahaan:
 Menjadikan AABT atau Arem-Arem Beef Teriyaki sebagai pencetus inovasi baru
yang menjadi penggerak masyarakat untuk memperkenalkan kuliner khas
Indonesia ke masyarakat yang lebih luas
Misi Perusahaan:
 Menghasilkan produk yang lezat dan sehat untuk pelanggan
 Memberikan citra rasa baru dalam kuliner di masyarakat
 Memperkenalkan kuliner khas Indonesia kepada generasi muda
 Menaikkan nama kuliner Indonesia di mata dunia
Tujuan Perusahaan:
 Menjadikan AABT sebagai salah satu bisnis kuliner terkenal di Kota Malang
 Ekspansi area cabang AABT di berbagai kota di Indonesia
 Melakukan kerjasama dengan pelaku usaha kuliner lokal di Indonesia untuk
mengembangkan AABT sebagai salah satu bisnis kuliner terbesar di Indonesia
Sasaran Perusahaan:
 Generasi muda yang lebih menyukai kuliner asing sehingga dapat mengenal
kuliner lokal Indonesia dan dapat melestarikannya.

2.2 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan oleh Divisi Pemasaran


 Kelebihan:
o AABT memiliki menu yang unik dan belum ada di pasaran.
o AABT memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan sopan.
o AABT menggunakan bahan yang berkualitas.
o AABT menggunakan bahan yang halal.
 Kekurangan:
o AABT masih kekurangan sumber daya.
o AABT Memerlukan modal yang lebih besar untuk mengembangkan
usaha,karena dalam usaha rumah makan tidak lah segampang yang di
pikirkan cita rasa makanan harus di tonjolkan.
o AABT belum banyak dikenal masyarakat

2.3 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan oleh Divisi Pemasaran


 Ancaman:
o AABT mudah ditiru competitor
o Harga bahan baku dapat berubah sewaktu – waktu
 Peluang:
o Di Kota Malang masih sedikit/bahkan tidak ada yang menggabungkan
unsur makanan lokal dengan makanan luar Indonesia.
o Membuat penasaran bagi masyarakat, bahkan anak muda.

2.4 Pesaing-Pesaing Arem-Arem Beef Teriyaki


1) Kebab Baba Rafi
Kebab Turki Baba Rafi adalah sebuah jaringan waralaba kebab terbesar di dunia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2005 di Surabaya dan sekitar 2010-an, kantor
pusatnya dipindahkan ke Jakarta. Saat ini, Kebab Turki Baba Rafi memiliki lebih
dari 1300 gerai di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

2) Tahu Jeletot Taisi


Tahu Jeletot Taisi adalah camilan gorengan kekinian yang terbuat dari tahu isi
pedas. Waralaba Tahu Pedas Paling Populer di Indonesia asal Depok, Jawa Barat

3) Yass Banana Nugget


Usaha Banana Nugget, Alamat : Pujasera Warung & Jajanan 2, Jl. Candi
Panggung Barat

4) Tacitos ( franchise Taco and Toast )


Usaha Taco & Toast (@tacitos.id)

5) Burger Brambang
Burger Brambang adalah burger premium yang menggunakan 100% daging sapi
Australia. (@burgerbrambang)
6) Chickenin
Fried Chicken ala Shihlin (@chickenin_id)

7) Tahu Benjo
Franchise Usaha Tahu (www.tahubenjo.com)

8) Yakisora
YAKISORA adalah sebuah Cafe unik bernuansa Jepang dgn menu utamanya
yaitu Gurita Panggang, (www.yakisora,com)

9) Daddys Takoyaki
Bisnis Waralaba Cemilan Takoyaki Jepang. (www.daddystakoyaki.com)

10) Arem Arem Bu AL


Usaha arem arem di Singosari (@aremarem.bu.al)

2.5 Konsep Segmentasi


Segmentasi didefinisikan secara sederhana sebagai proses membagi sebuah pasar menjadi
kelompok-kelompok lebih kecil, dimana setiap kelompoknya memiliki sifat-sifat yang
relatif seragam (homogen). Istilah segmentasi biasanya langsung dikaitkan dengan istilah
targeting, yakni upaya untuk memilih segmen-segmen spesifik yang paling berpotensi
untuk membeli produk kita.

Segmentasi adalah proses membagi pasar ke dalam grup-grup konsumen potensial


dimana masing-masing grup memiliki karakter yang sama dan cenderung memiliki
perilaku pembelian yang sama. Tujuan dari melakukan segmentasi adalah untuk
menganalisa pasar, menemukan ceruk-ceruk (niche) pasar dan agar dapat
mengembangkan kompetisi perusahaan.

2.6 Metode-Metode Segmentasi


1) Geographic segmentation

Segmentasi geografis membagi pasar menjadi unit geografis seperti negara, negara
bagian, kawasan, kabupaten, kota, atau lingkungan. Perusahaan dapat beroperasi di
satu atau beberapa area, atau dapat beroperasi di semua tetapi memperhatikan variasi
lokalnya. Dalam tren yang berkembang yang disebut grassroots marketing, pemasar
berkonsentrasi pada membuat aktivitas yang secara pribadi relevan dengan pelanggan
perorangan.

2) Demographic segmentation
Salah satu alasan variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup
keluarga, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi,
kebangsaan, dan kelas sosial sangat populer di kalangan pemasar adalah karena
variabel tersebut sering dikaitkan dengan kebutuhan konsumen. Hal lainnya adalah
bahwa mereka mudah diukur. Bahkan ketika kita mendeskripsikan pasar sasaran, kita
mungkin memerlukan tautan kembali ke karakteristik demografis untuk
memperkirakan ukuran pasar dan media yang harus kita gunakan untuk menjangkau
itu secara efisien.

3) Psychographic segmentation

Psikografi adalah ilmu yang menggunakan psikologi dan demografi untuk lebih
memahami konsumen. Dalam segmentasi psikografis, pembeli dibagi menjadi
beberapa kelompok berdasarkan ciri psikologis / kepribadian, gaya hidup, atau nilai.
Orang-orang dalam kelompok demografis yang sama dapat menunjukkan profil
psikografis yang sangat berbeda. Salah satu sistem klasifikasi yang paling populer
berdasarkan pengukuran psikografis adalah VALS Strategic Business Insight (SBI).
VALS didasarkan pada ciri-ciri psikologis untuk orang-orang dan menggolongkan
orang dewasa Amerika Serikat menjadi delapan kelompok utama berdasarkan
tanggapan terhadap kuesioner yang menampilkan empat pertanyaan demografis dan
35 pertanyaan sikap. Sistem VALS terus diperbarui dengan data baru dari lebih dari
80.000 survei per tahun. Dimensi utama kerangka segmentasi VALS adalah motivasi
konsumen (dimensi horizontal) dan sumber daya konsumen (dimensi vertikal).
Konsumen terinspirasi oleh salah satu dari tiga motivasi utama: cita-cita, prestasi, dan
ekspresi diri.

4) Behavioral segmentation

Dalam segmentasi perilaku, pemasar membagi pembeli menjadi beberapa kelompok


berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan mereka terhadap suatu
produk.

 Needs and Benefits


Tidak semua orang yang membeli suatu produk memiliki kebutuhan yang sama
atau menginginkan manfaat yang sama darinya. Segmentasi berbasis kebutuhan
atau berbasis manfaat mengidentifikasi segmen pasar yang berbeda dengan
implikasi pemasaran yang jelas.

 Decision Roles
Orang memainkan lima peran dalam keputusan pembelian: Inisiator, Influencer,
Penentu, Pembeli, dan Pengguna. Misalnya, seorang istri memulai pembelian
dengan meminta treadmill baru untuk ulang tahunnya. Sang suami kemudian
dapat mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk sahabatnya yang
memiliki treadmill dan merupakan pengaruh utama dalam model apa yang perlu
dipertimbangkan. Setelah memberikan alternatif pilihan kepada istrinya, dia
membeli model yang disukainya, yang akhirnya digunakan oleh seluruh keluarga.
Orang yang berbeda memainkan peran yang berbeda, tetapi semuanya penting
dalam proses pengambilan keputusan dan kepuasan konsumen akhir.

 User and Usage-Related Variables


Banyak pemasar percaya variabel yang terkait dengan pengguna atau
penggunaannya adalah titik awal yang baik untuk membangun segmen pasar.
o Occasions (peristiwa)
Kita dapat membedakan pembeli menurut peristiwa ketika mereka
mengembangkan kebutuhan, membeli produk, atau menggunakan produk.
Misalnya, perjalanan udara dipicu oleh acara-acara yang berkaitan dengan bisnis,
liburan, atau keluarga. Segmentasi peristiwa dapat membantu memperluas
penggunaan produk.

o User status
Setiap produk memiliki nonpengguna, mantan pengguna, calon pengguna,
pengguna pertama kali, dan pengguna biasa. Kunci untuk menarik calon
pengguna, atau bahkan mungkin bukan pengguna, adalah memahami alasan
mereka tidak menggunakannya. Apakah mereka memiliki sikap, keyakinan, atau
perilaku yang dipegang teguh atau hanya kurang pengetahuan tentang produk atau
manfaat? Termasuk dalam kelompok pemakai potensial adalah konsumen yang
akan menjadi pemakai sehubungan dengan suatu tahapan kehidupan atau
peristiwa. Pemimpin pangsa pasar cenderung berfokus pada menarik calon
pengguna karena mereka mendapatkan keuntungan paling banyak dari mereka.
Perusahaan yang lebih kecil fokus untuk mencoba menarik pengguna saat ini dari
pemimpin pasar.
o Usage rate
Tingkat penggunaan disini dapat dibagi menjadi pengguna produk ringan, sedang,
dan berat. Pengguna berat sering kali merupakan bagian kecil tetapi memiliki
persentase konsumsi total yang tinggi. Pemasar lebih suka menarik satu pengguna
berat daripada beberapa pengguna ringan. Masalah potensial adalah bahwa
pengguna berat seringkali sangat setia pada satu merek atau tidak pernah setia
pada merek apa pun dan selalu mencari harga terendah.
o Buyer-readiness stage

Beberapa orang tidak mengetahui produk, beberapa tahu, beberapa informasi,


beberapa tertarik, beberapa menginginkan produk, dan beberapa berniat untuk
membeli. Pemasar dapat menggunakan corong pemasaran untuk memecah pasar
ke dalam tahap kesiapan pembeli. Gambar 6.2 menampilkan corong untuk dua
merek hipotetis. Dibandingkan dengan Merek B, Merek A berkinerja buruk dalam
mengonversi pengguna satu kali menjadi pengguna yang lebih baru (hanya 46
persen yang mengonversi untuk Merek A dibandingkan dengan 61 persen untuk
Merek B). Kampanye pemasaran dapat memperkenalkan produk yang lebih
relevan, menemukan gerai ritel yang lebih mudah diakses, atau menghilangkan
rumor atau kepercayaan merek yang salah.

o Loyalty status
Pemasar biasanya membayangkan empat kelompok berdasarkan status loyalitas
merek:
a) hard-core loyals (selalu membeli satu merek)
b) split loyals (setia pada dua atau tiga merek)
c) shifting loyals (beralih dari satu merek ke merek lain)
d) switchers (tidak setia kepada merek apapun)
Sebuah perusahaan dapat mempelajari hard-core loyals untuk membantu
mengidentifikasi kekuatan produk, mempelajari split loyals untuk melihat merek
mana yang paling kompetitif dengan mereknya sendiri, dan mempelajari shifting
loyals dan switcher untuk mengidentifikasi kelemahan pemasaran yang dapat
diperbaiki.

2.7 Segmentasi yang Diperoleh Arem-Arem Beef Teriyaki


 Segmentasi Demografis
 Segmentasi Psikografis
 Segmentasi Geografis
2.8 Alasan Memilih Metode Segmantation
Pada produk Arem Arem Beef Teriyaki ini kami menggunakan metode demographic
segmentation, geographic segmentation, serta psychographic segmentation. Dengan
menggunakan segmen ini kami mengelompokkan konsumen berdasarkan usia, ras,
generasi, pendapatan, dan kebangsaan. Produk Arem-Arem Beef Teriyaki tersebut yang
merupakan penggabungan dari kuliner lokal dengan kuliner dari luar negeri. Serta dengan
makanan ringan seperti arem-arem mempunyai harga yang murah dan terjangkau, dimana
akan menarik konsumen dari segmen masyarakat yang berpendapatan cukup atau
kebawah. Maka dari itu, Arem-Arem Beef Teriyaki mengambil metode Demographic
Segmentation.

Masyarakat lokal cenderung menyukai makanan lokal seperti arem-arem dan generasi
anak muda menyukai makanan dari kebudayaan barat yang dikarenakan adanya
globalisasi. Maka dari itu diambil metode Psychographic Segmentation.

Produk yang dijual juga mengambil menu Arem-Arem dikarenakan ingin mengambil
minat dari masyarakat lokal. Maka dari itu menggunakan metode Geographic
Segmentation.

2.9 Segmen yang Dijadikan Target Pasar Arem-Arem Beef Teriyaki

 Jenis Kelamin
 Umur
 Pekerjaan
 Lokasi
 Penghasilan
 Ras dan Budaya
 Tahap Kehidupan

2.10 Identifikasi Ciri-Ciri dari Target Pasar Arem-Arem Beef Teriyaki


 Jenis Kelamin
Arem-Arem Beef Teriyaki merupakan produk yang dapat dinikmati oleh semua
golongan dan semua jenis kelamin. Pria dan wanita dapat menikmati produk ini.

 Umur
Arem-Arem Beef Teriyaki menargetkan golongan usia muda untuk menjadi
konsumen dimana arem-arem tersebut mempunyai rasa teriyaki yang disukai oleh
generasi muda, yaitu dari umur 15-30 tahun

 Pekerjaan
Pekerjaan masyarakat yang ditargetkan oleh Arem-Arem Beef Teriyaki ialah para
pelajar, mahasiswa, dan pekerja.
 Lokasi
Dikarenakan bisnis tersebut berada di Kota Malang, maka konsumen sebagian
besar diambil dari Kota Malang,

 Penghasilan
Arem-arem mempunyai harga yang murah dan terjangkau, dimana akan menarik
konsumen dari segmen masyarakat yang berpendapatan cukup atau kebawah,
seperti dari pendapatan sebesar Rp. 1.500.000 kebawah.
 Ras dan Budaya
Arem-Arem Beef Teriyaki mengharapkan dapat mempunyai konsumen dari
segala ras dan budaya di Indonesia.

 Tahap Kehidupan
Arem-Arem Beef Teriyaki mengambil konsumen dalam tahap kehidupan seperti
pelajar asli kota Malang, mahasiswa asli kota Malang dan perantau, dan pekerja
asli kota Malang dan berasal dari luar kota Malang.

2.11 Positioning
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016), positioning adalah strategi untuk merancang
penawaran dan membentuk citra perusahaan agar bisa memperoleh tempat khusus dalam
benak konsumen.

Positioning juga bisa diartikan sebagai strategi untuk menciptakan citra perusahaan dan
produknya di benak konsumen, baik itu konsumen individu, perusahaan, maupun
pemerintah. Strategi positioning berkaitan erat dengan persepsi konsumen terhadap
manfaat suatu produk, baik itu secara nyata maupun dalam bentuk harapan. Lebih lanjut,
strategi positioning menggambarkan keunggulan terhadap suatu produk, merek, nama,
atau bisnis dalam bentuk hubungan asosiatif

2.8 Bentuk-bentuk Positioning


Menurut Kotler (2006), terdapat beberapa bentuk atau cara yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dalam menjalankan strategi positioning dalam memasarkan produk kepada
konsumen yang dituju, yaitu:
 Positioning menurut atribut. Perusahaan memposisikan dirinya berdasarkan
atribut atau fitur spesifik, misalnya ukuran, keamanan, komposisi bahan,
pengalaman dalam bidang yang digeluti dan seterusnya. Amazon.com, misalnya
menekankan sistem pemesanan uniknya berslogan i-click.
 Positioning menurut manfaat. Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai
pemimpin dalam suatu manfaat tertentu, misalnya pasta gigi, mencegah kerusakan
gigi, menyegarkan mulut, menjaga kesehatan gusi, dan seterusnya. Contoh yang
lain adalah mobil Volvo yang menekankan keamanan dan durabilitas.
 Positioning menurut penerapan dan penggunaan. Produk diposisikan sebagai
alternatif terbaik untuk situasi pemakaian atau aplikasi tertentu, misalnya Bodrek
diposisikan sebagai obat yang boleh diminum sebelum makan.
 Positioning menurut pemakai. Produk diposisikan sebagai pilihan terbaik untuk
kelompok pemakai tertentu, misalnya minuman kesehatan untuk para atlet,
kamera instan untuk para amatir, dll.
 Positioning menurut pesaing. Klaim produk dihubungkan dengan posisi
persaingan terhadap pesaing utama, misalnya 7UP, memposisikan dirinya sebagai
The Un-Coca Cola, dan Pepsi memposisikan dirinya sebagai Generation: Next.
Selain itu juga bisa berupa klaim berupa perbandingan langsung dengan produk
pesaing.
 Positioning menurut kategori produk. Produk diposisikan sebagai pemimpin
dalam kategori produk tertentu, misalnya permen Kopiko diposisikan sebagai
kopi dalam bentuk permen, bukan permen rasa kopi.
 Positioning menurut harga. Perusahaan berusaha menciptakan kesan/citra
berkualitas tinggi lewat harga premium atau sebaliknya menekankan harga murah
sebagai indikator nilai.

2.9 Prosedur dan Langkah Positioning


Menurut Hasan (2008), prosedur atau langkah-langkah yang dijalankan dalam melakukan
penempatan posisi (positioning) adalah sebagai berikut:
 Menentukan produk/pasar yang relevan. Suatu produk umumnya dimaksudkan untuk
memenuhi lebih dari satu keinginan atau kebutuhan.
 Pendataan kebutuhan pelanggan. Untuk melakukan positioning dengan tepat, maka
marketer perlu mendata semua kebutuhan dan keinginan yang mungkin dapat dipenuhi
oleh semua produk.
 Mengidentifikasi pesaing. Baik pesaing primer maupun pesaing sekunder. Pesaing primer
adalah pesaing-pesaing yang bersaing untuk memenuhi kebutuhan inti, sedangkan
pesaing sekunder adalah pesaing-pesaing tak langsung, yakni mereka yang tidak
langsung muncul di pikiran bilamana seseorang sedang berpikir mengenai keinginan atau
kebutuhan konsumen.
 Menentukan standar evaluasi. Menentukan cara dan standar yang digunakan konsumen
dalam mengevaluasi pilihan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Biasanya seseorang
akan mengevaluasi berbagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya dengan cara
dan berdasarkan standar-standar tertentu. Dalam hal ini perusahaan perlu melakukan riset
pemasaran agar dapat memahami cara dan standar yang digunakan konsumen dalam
evaluasi keputusan pembelian.
 Membuat perceptual map. Mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap posisi
pesaing (dengan membuat perceptual map). Pemasar perlu mengidentifikasi posisi yang
ditempati pesaing dengan menggunakan perceptual map yang didasarkan pada atribut
produk, situasi pemakai, atau kelompok pemakai.
 Mengidentifikasi kesenjangan posisi. Mengidentifikasi senjang atau gap pada posisi yang
ditempati. Melalui analisis terhadap posisi berbagai produk yang saling bersaing, maka
dapat ditentukan daerah-daerah atau aspek-aspek yang belum tergarap maupun yang telah
digarap banyak pesaing.
 Merencanakan dan melaksanakan strategi positioning. Setelah pasar sasaran ditentukan
dan posisi yang dikehendaki ditetapkan, maka pemasar harus merancang program
pemasaran yang dapat memastikan bahwa semua informasi mengenai produk atau merek
yang disampaikan kepada pasar akan menciptakan persepsi yang diinginkan dalam benak
konsumen. Jantung dari strategi positioning ini adalah kampanye promosi.
 Memantau posisi. Posisi aktual suatu produk atau merek perlu dipantau setiap saat guna
melakukan penyesuaian terhadap setiap kemungkinan perubahan lingkungan.
2.10 Kesalahan-kesalahan Positioning
Menurut Kotler dan Keller (2009), terdapat beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam
menjalankan strategi positioning, yaitu:
 Penentuan posisi yang kurang (underpositioning). Produk tersebut tidak memiliki
posisi yang jelas sehingga di anggap sama saja dengan kerumunan produk lainnya di
pasar. Masalahnya konsumen tidak bisa membedakan dengan merek lainnya.
 Penentuan posisi yang berlebihan (overpositioning). Pemasar terlalu sempit
memposisikan produknya sehingga mengurangi minat konsumen yang masuk dalam
segmen pasarnya.
 Penentuan posisi yang membingungkan (confused positioning). Pemasar terlalu
banyak menekankan atribut yang terlalu banyak pada produknya sehingga konsumen
mengalami keraguan.
 Penentuan posisi yang meragukan (doubtful positioning). Positioning diragukan
kebenarannya karena tidak didukung bukti yang memadai. Konsumen tidak percaya
karena selain tidak didukung bukti yang kuat atau marketing mix yang ditetapkan
tidak konsisten dengan keberadaan produk.

2.11 Positioning Arem-Arem Beef Teriyaki


Posisi kami dalam persaingan pasar adalah sebagai perusahaan yang ingin melestarikan
budaya Indonesia dengan mengangkat kembali makanan tradisional dengan inovasi baru
sehingga produk kami tidak kalah dari segi kualitas rasa dan penampilan dan memiliki kesan
selalu mengikuti perkembangan zaman.

Dalam pemosisian ini, strategi yang digunakan yaitu melakukan promosi di awal penjualan
dengan memberikan percobaan secara gratis, sehingga produk ini dapat menarik konsumen
dan mendapat image yang baik di mata konsumen. Untuk harga dari produk makanan ini
tergolong middle class.

Anda mungkin juga menyukai