Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhsin Hanis

NIM : 2317446

Resume

Kecakapan Matematika

Konsep kecakapan matematika mencakup lima komponen utama yang saling


terhubung satu sama lain dalam pengembangan kemampuan matametika yang holistik.
Kelima komponen utama itu adalah pemahaman konseptual, kemahiran procedural,
kompetensi strategis, penalaran adaptif, dan disposisi produktif. Kecakapan matematika
bukanlah sifat satu dimensi dan tidak bisa dicapai hanya denan berfokus pada satu atau dua
kompenen saja. Oleh karena itu untuk membantu anak-anak dalam memperoleh kecakapan
matematika diperlukan pendekatan yang menyeluruh dan program pengajaran yang
memperhatikan semua komponen atau aspek tersebut. Tentunya dengan kecakapan tersebut
anak-anak mampu mengatasi tantangan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
memberikan dasar yang kuat bagi mereka untuk melanjutkan studi matematika di jenjang
yang lebih tinggi.

Gambar 1 Keterhubungan Kelima Komopenen


1. Pemahaman Konseptual
Pemahaman konseptual dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan
siswa untuk mengintegrasikan dan memahami secara fungsional ide-ide matematika.
Siswa dengan pemahaman konseptual mampu mengorganisir pengetahuannya
menjadi satu kesatuan yang koheren dan memungkinkan mereka mempelajari ide-ide
baru dengan menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah mereka ketahui
sebelumnya. Indikator penting dari pemahaman konseptual adalah kemampuan siswa
untuk merepresentasikan situasi matematika dengan berbagai cara dan memahami
kegunaan representasi yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Pemahaman
konseptual membantu siswa untuk membuat koneksi antar konsep dan metode
berbeda yang memungkinkan mereka untuk menggunakan berbagai metode solusi.
Jika siswa memahami suatu metode maka kecil kemungkinan mereka akan salah
mengingatnya. Meeka memantau apa yang mereka ingat dan mencoba mencari tahu
dan memperbaikinya jika perlu.
Terkadang pemahaman konspetual sering kali mengakibatkan siswa kurang
belajar karena mereka dapat melihat persamaan yang lebih dalam antara situasi-situasi
yang secara tampak tidak berhubungan sehingga pada akhirnya mengurangi jumlah
materi yang harus dipelajari. Seringkali, struktur pemahaman siswa bersifat hierarkis
yang dikemas dari gagasan sederhana menjadi gagasan yang lebih besar dan
kompleks. Contohnya adalah garis bilangan, yang memungkinkan siswa memahami
hubungan antar berbagai system bilangan dan operasi aritmatika. Kemudian
pemahaman konseptual dapat mempermudah pembelajaran dengan memungkinkan
siswa untuk mengurangi jumlah kombinasi penjumlahan yang perlu dipelajari karena
mereka cenderung mempelajari perkalian sejak dini yang tentunya bisa digunakan
untuk menghasilkan penjumlahan yang berkaitan erat. Dengan demikian pemahaman
konseptual adalah investasi yang bijaksana bagi siswa karena memungkinkan mereka
menghasilkan pengetahuan baru dan menghindari dari ketergantungan hafalan.
2. Kefasihan Prosedural
Kefasihan prosedural mengacu pada pengetahuan tentang prosedur, kapan dan
bagaimana menggunakannya secara tepat, dan keterampilan dalam melaksanakannya
secara fleksibel, akurat, dan efisien. Dalam matematika, dengan menggunakan
kefasihan prosedur siswa dapat memperoleh wawasan tentang fakta yang terstruktur
dengan baik (sangat terorganisir, penuh dengan pola, dapat diprediksi) dan bahwa
prosedur yang dikembangkan dengan cermat dapat menjadi alat yang ampuh untuk
menyelesaikan tugas-tugas rutin.
Kefasihan prosedural dan pemahaman konseptual sering dianggap bersaing
untuk mendapatkan perhatian dalam matematika di sekolah. Hal tersebut merupakan
dikotomi yang salah karena keduanya saling terkait. Pemahaman membuat
pembelajaran keterampilan menjadi lebih mudah, tidak rentan terhadap kesalahan
umum, dan tidak mudah lupa. Dengan cara yang sama, tingkat keterampilan tertentu
diperlukan untuk mempelajari banyak konsep matematika dengan pemahaman, dan
menggunakan prosedur dapat memperkuat dan mengembangkan pemahaman tersebut.
Tanpa kelancaran prosedural yang memadai, siswa akan kesulitan memperdalam ide-
ide matematika atau memecahkan masalah matematika karena ketika siswa
mempraktikkan prosedur yang tidak mereka pahami, maka mereka akan
mempraktikkan prosedur yang salah sehingga mempersulit mempelajari prosedur
yang benar. Misalnya pada soal pengurangan dua digit yang memerlukan
peminjaman, seperti 62-48 = ? , banyak anak yang mengurangkan angka yang lebih
kecil dan angka yang lebih besar di setiap kolom untuk mendapatkan 26 sebagai
selisih antara 62 dan 48. Jika siswa menggunakan prosedur yang salah maka
pengajaran yang menekankan pemahaman menjadi kurang efektif karena ketika
keterampilan dipelajari tanpa pemahaman, keterampilan tersebut sebagai bagian
pengetahuan yang terisolasi. Selain itu, siwa yang mempelajari prosedur tanpa
pemahaman biasanya hanya dapat menerapkan prosedur yang dipelajari, sedangkan
siswa yang belajar dengan pemahaman dapat memodifikasi atau mengadaptasi
prosedur agar mudah digunakan. Misalnya, siswa dengan pemahaman terbatas tentang
penjumlahan biasanya membutuhkan kertas dan pensil untuk menjumlahkan 598 dan
647, siswa yang lebih paham akan menyadari bahwa 598 hanyalah 2 kurang dari 600,
sehingga akan menjumlahkan 600 dan 647 lalu mengurangi 2 dari hasil
penjumlahannya.
3. Kompetensi Strategis
Kompetensi strategis mengacu pada kemampuan merumuskan masalah
matematika, merepresentasikan, dan menyelesaikannya. Hal ini mirip dengan
pemecahan masalah dan perumusan masalah dalam literature pendidikan matematika
dan ilmu kognitif, dan pemecahan masalah matematika. Untuk menjadi pemecah
masalah yang mahir, siswa belajar bagaimana membentuk representasi mental dari
masalah, mendeteksi hubungan matematis, dan merancang metode solusi baru bila
diperlukan. Karakteristik mendasar yang dibutuhkan sepanjang proses pemecahan
masalah adalah fleksibilitas. Fleksibilitas berkembang melalui perluasan pengetahuan
yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah non-rutin, bukan hanya
masalah-masalah rutin.
Terdapat hubungan yang saling mendukung antara kompetensi
strategis dan pemahaman konseptual serta kelancaran prosedural. Kompetensi
strategis berperan di setiap langkah dalam mengembangkan kelancaran prosedural
dalam komputasi. Saat siswa mempelajari cara melakukan operasi pengurangan dua
digit (misalnya, 86-59), mereka biasanya berkembang dari prosedur yang secara
konseptual mudah dilakukan menjadi prosedur yang ringkas dan lebih efisien.
Prosedur ringkas melibatkan penerapan algoritma numeric tertulis yang melakukan
langkah-langkah yang sama tanpa harus melakukan banyak hal. Bagian dari
pengembangan komptensi strategis melibatkan pembelajaran untuk mengganti dengan
prosedur yang lebih ringkas dan efisien.

Siswa mengembangkan kelancaran prosedural saat mereka menggunakan


kompetensi strategis mereka untuk memilih di antara prosedur yang efektif. Mereka
juga belajar bahwa pemecahan masalah matematika yang menantang bergantung pada
kemampuan untuk melaksanakan prosedur dengan mudah dan, sebaliknya,
pengalaman pemecahan masalah membantu mereka memperoleh konsep dan
keterampilan baru. Menariknya, anak-anak yang masih sangat kecil menggunakan
berbagai strategi untuk memecahkan masalah dan cenderung memilih strategi yang
paling cocok untuk masalah tertentu. Dengan demikian, mereka menunjukkan dasar-
dasar penalaran adaptif, rangkaian berikutnya yang akan dibahas.
4. Penalaran Adaptif
Penalaran adaptif mengacu pada kapasitas untuk beripikir logis tentang
hubungan antar konsep dan situasi. Penalaran tersebut benar dan valid, berasal dari
pertimbangan alternative yang cermat, dan mencakup pengetahuan tentang bagaimana
membenarkan kesimpulan. Dalam matematika, penalaran adaptif adalah perekat yang
menyatukan segala sesuatu serta acuan dalam memandu pembelajaran dengan
menggunakan fakta, prosedur, konsep, dan metode yang masuk akal. Penalaran
adaptif tidak hanya mencakup penjelasan dan pembenaran informal tetapi juga
penalaran intuitif dan induktif berdasarkan pola, analogy, dan metafora. Menurut
seorang peneliti, “Kemampuan manusia untuk menemukan persamaan analogis
merupakan mekanisme penalaran yang ampuh.” Penalaran analogis, metafora, dan
representasi mental dan fisik adalah “alat untuk berpikir”, sering kali berfungsi
sebagai sumber hipotesis, sumber operasi dan teknik pemecahan masalah, dan
bantuan untuk pembelajaran dan transfer.
Salah satu wujud penalaran adaptif adalah kemampuan menjustifikasi
seseorang. Kita menjustifikasi dalam arti “memberikan alasan yang cukup untuk”.
Pembuktian adalah salah satu bentuk justifikasi (pembenaran), namun tidak semua
pembenaran adalah pembuktian. Pembuktian (baik formal maupun informal) harus
lengkap secara logis, namun pembenaran mungkin lebih bersifat telegraf, hanya
sekedar menunjukkan sumber alasannya. Pembenaran dan pembuktian adalah ciri
khas matematika formal, yang sering dianggap sebaga urusan siswa. Tidaklah cukup
hanya membenarkan suatu prosedur sekali saja. Siswa perlu menggunakan konsep
dan prosedur baru selama beberapa waktu dan menjelaskan serta membenarkannya
dengan menghubungkan konsep dan prosedur yang telah mereka pahami.
Penalaran adaptif berhubungan satu sama lain dengan kecakapan lainnya,
khusunya selama pemecahan masalah. Peserta didik memanfaatkan kompetensi
strategis mereka untuk merumuskan dan mewakili suatu masalah, menggunakan
pendekatan heuristic yang dapat memberikan strategi solusi. Pemahaman konseptual
memberikan metafora dan representasi yang dapat berfungsi sebagai sumber
penalaran adaptif dengan mempertimbangkan keterbatasan representasi, digunakan
peserta didik untuk menentukan apakah suatu solusi dapat dibenarkan dan kemudian
membenarkannya. Seringkali strategi solusi memerlukan penggunaan prosedur
penghitungan, pengukuran, atau tampilan yang lancar, namun penalaran adaptif harus
digunakan untuk menentukan apakah prosedur tersebut tepat. Dan saat melaksanakan
rencana solusi, peserta didik menggunakan kompetensi strategis mereka untuk
memantau kemajuan mereka menuju solusi dan menghasilkan rencana alternatif jika
rencana saat ini tampaknya tidak efektif.
5. Disposisi Produktif
Disposisi produktif ini mencakup kemampuan untuk melihat makna dalam
matematika, percaya bahwa matematika dapat dipahami dan digunakan dengan usaha
yang tekun serta melihat diri sendiri sebagai pembelajar yang efektif dalam
matematika. Mengembangkan pemahaman konseptual, kecakapan prosedural,
kompetensi strategis, dan penalaran adaptif dalam matematika, siswa perlu percaya
bahwa matematika mudah dipahami, tidak sewenang-wenang, dan untuk
memahaminya perlu usaha yang tekun. Disposisi produktif ini berkembang ketika
siswa diberikan kesempatan untuk memahami matematika, mengalami manfaat
ketekunan dan merasakan manfaat dari pemahaman matematika. Sikap siswa terhadap
matematika sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan mereka. Siswa yang
melihat kemampuan matematika mereka sebagai tetap dan hanya mengandalkan
pengukuran kemampuan dalam tes cenderung menghindari tantangan, dan mudah
putus asa. Sementara itu, siswa yang melihat kemampuan sebagai sesuatu yang dapat
diperluas melalui pengalaman dan pelatihan lebih mungkin mencari tantangan dan
belajar dari kegagalan.
Oleh karena itu, pandangan kita tentang kemahiran matematika lebih dari
sekedar kemampuan untuk memahami, menghitung, memecahkan, dan menalar. Ini
mencakup disposisi terhadap matematika yang bersifat pribadi. Orang yang mahir
secara matematis percaya bahwa matematika harus masuk akal, bahwa mereka dapat
memecahkan masalah tersebut, bahwa mereka dapat menyelesaikan permasalahan
matematika dengan bekerja keras, dan bahwa menjadi mahir secara matematis adalah
upaya yang sepadan.
Sifat Kecakapan Matematika

Kelima rangkaian kecakapan matematika saling terhubung dan harus berisnergi agar siswa
bisa belajar dengan sukses. Pembelajaran bukanlah sebuah fenomena yang semuanya bisa
dilakukan atau tidak sama sekali, dan seiring berjalannya waktu, setiap aspek kecakapan
matematika harus dikembangkan secara selaras satu sama lain dan itu membutuhkan waktu.
Adapun sifat kecakapan matematika:

1. Terjalinnya kecakapan satu sama lain


Rangkaian kecakapan matematika saling menjalin dan mendukung satu sama lain. Hal
ini dapat dilihat dalam hal pemahaman konseptual dan kelancaran prosedural.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa kedua rangkaian kecakapan ini berhubungan
satu sama lain. Ketika seorang anak memperoleh pemahaman konseptual, kefasihan
prosedur akan diingat lebih baik dan digunakan lebih fleksibel untuk memecahkan
masalah baru. Saat menggunakan suatu prosedur, seorang anak mungkin
merenungkan mengapa prosedur itu berhasil, yang pada gilirannya dapat memperkuat
pemahaman konseptual yang ada.
2. Kecakapan bukan segalanya atau tidak sama sekali
Kecakapan matematika tidak dapat dianggap ada atau tidak ada begitu saja. Setiap ide
matematika yang penting dapat dipahami pada berbagai tingkatan dan dalam banyak
cara. Siswa tidak pernah menjadi pemula matematika mereka membawa konsep dan
keterampilan matematika yang harus diperhitungkan bentuk pengajaran di kelas.
3. Kecakapan berkembang seiring waktu
Kecakapan dalam matematika diperoleh seiring berjalannya waktu karena siswa
memerlukan waktu yang cukup untuk terliat dalam aktivitas pembelajaran
matematika. Untuk menjadi cakap, mereka perlu meluangkan waktu yang lama untuk
mengerjakan matematika—memecahkan masalah, menalar, mengembangkan
pemahaman, mempraktikkan keterampilan—dan membangun hubungan antara
pengetahuan mereka sebelumnya dan pengetahuan baru.

Anda mungkin juga menyukai