Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bagian ini dikemukakan mengenai kajian teori sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah yang diajukan dan sebagai landasan bagi definisi

operasional. Kajian teori ini akan disajikan dalam bentuk uraian yang terdiri dari:

pembelajaran matematika di sekolah, kelancaran prosedural, materi persamaan

kuadrat di SMK dan kelancaran prosedural siswa dalam menyelesaikan soal

persamaan kuadrat.

A. Pembelajaran Matematika di Sekolah

Prinsip pembelajaran menurut NCTM (2000: 20) adalah para siswa harus

belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan

baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Van De Walle (2007: 3)

menyebutkan prinsip tersebut didasarkan pada ide-ide dasar. Pertama, belajar

matematika dengan pemahaman adalah penting. Belajar matematika tidak hanya

memerlukan keterampilan menghitung tetapi juga memerlukan kecakapan untuk

berpikir dan beralasan secara matematis untuk menyelesaikan soal-soal baru dan

mempelajari ide-ide baru yang akan dihadapi siswa di masa yang akan datang.

Matematika dipandang sebagai suatu ilmu pengetahuan dengan pola

berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten serta menuntut daya

kreatif dan inovatif. Meskipun banyak yang menganggapnya abstrak, berbagai

konsep dan teori matematika muncul dan disusun dari fenomena nyata untuk

memecahkan masalah. Menurut Sriyanto (2007: 12) matematika mempunyai

8
9

peranan besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi karena memiliki

keunggulan dan keampuhannya sebagai berikut:

1. Bahasa dan aturan dalam matematika terancang dengan baik dan


konsisten.
2. Struktur jaringan informasi matematika sangat kuat dengan pola
penalaran yang jelas dan sistematik.
3. Matematika merupakan suatu cara pendekatan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Matematika merupakan suatu alat bantu dalam pemecahan masalah
bidang ilmu lain.
5. Melalui matematika suatu masalah dapat dilihat dalam suatu model
yang kompak.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk

membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari

makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara

guru dan siswa, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens

dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Soedjadi (1999) menyatakan bahwa untuk menguasai matematika

diperlukan cara belajar yang berurutan, setapak demi setapak dan

bersinambungan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hudojo (2003) yang

mengatakan bahwa untuk mempelajari matematika haruslah bertahap, berurutan,

serta mendasarkan kepada pengalaman belajar lebih lanjut dikatakan bahwa

proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu dilakukan

secara kontinu. Selain itu, pembelajaran matematika menurut Bruner (dalam

Kamariah, 2013) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang

terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan

struktur matematika didalamnya.


10

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar

mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Setiap kegiatan belajar

mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Guru sebagai

pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja,

sistematis dan berkesinambungan. Karena itulah kegiatan belajar mengajar harus

merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan memiliki tujuan.

B. Kelancaran Prosedural

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prosedur diartikan sebagai metode

langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah sedangkan

prosedural berarti sesuai dengan prosedur. Tall, dkk (dalam Engelbrecht, dkk,

2005) menganggap bahwa kata prosedur sebagai urutan spesifik langkah demi

langkah yang dilakukan dalam satu waktu. Sedangkan Van de Walle (dalam Bahr

dan Gracia, 2010: 126) juga mendefinisikan:

Procedures are the “step-by-step routines learned to accomplish some task”


(Van de Walle 2004,28).

Terjemahan bebasnya yaitu prosedur adalah langkah demi langkah rutin

yang dipelajari untuk menyelesaikan tugas.

Selain itu (NCTM, 2014: 42) menjelaskan bahwa menjadi lancar berarti

siswa mampu memilih metode atau strategi yang fleksibel untuk menyelesaikan

masalah matematika, mereka paham dan mampu menjelaskan pendekatan yang

mereka gunakan dan mampu menghasilkan jawaban akurat secara efisien. Selain

itu, kelancaran prosedural juga tidak dapat terlepas dari pengetahuan prosedural.
11

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang simbol untuk

mempresentasikan ide-ide matematika serta aturan dan prosedur yang digunakan

untuk menyelesaikan tugas matematika. Jadi, disamping prosedur dalam

menyelesaikan tugas matematika, pengetahuan prosedural juga meliputi simbol-

simbol yang digunakan untuk mempresentasikan ide matematika. Pengetahuan

prosedural yang berupa algoritma atau prosedur penyelesaian tugas dapat

diberikan melalui demostrasi yang dicontohkan guru. Melatih siswa untuk

mengkoneksikan model, simbol/aturan/prosedur dan kata-kata adalah upaya untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pemecahan masalah.

Menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001: 116), “procedural

fluency─skill in carrying out procedures flexibly, accurately, efficiently, and

appropriately.” Kelancaran prosedural adalah kemampuan dalam melakukan

prosedur secara fleksibelitas, akurasi, efisiensi dan tepat. Selain itu kelancaran

prosedural juga mengarah pada pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan

mengenai kapan dan bagaimana menggunakan prosedur dengan tepat, dan

keterampilan dalam melakukan prosedur secara fleksibel, akurat, dan efisien. Baik

akurat atau efisien dapat ditingkatkan dengan latihan, dan membantu

mempertahankan kelancaran. Selain itu, siswa juga dituntut untuk bisa

menerapkan prosedur secara fleksibel.

Selanjutnya Russel (dalam Bahr dan Garcia, 2010: 137-138)

menyatakan bahwa:

a student who possesses procedural fluency has a knowledge of rules,


facts, or algorithms and knows when and how to use them with accuracy,
flexibility, and efficiency.
12

Russel (2000, 154) defines each of these abilities in the following


way:
a. Efficiency implies that the student is not bogged down in many steps and
does not lose track of the logic of the strategi. An efficient strategy is one
that the student can carry out easily, keeping track of subproblems and
using intermediate results to solve the problem.
b. Accuracy depends on several aspects of the problem-solving process,
including careful recording, the knowledge of basic number combinations,
and concern for double-checking results.
c. Flexibility requires the knowledge of the more-than-one approach to
solving a particular kind of problem. The students needs to be flexible to
be able to choose an appropriate strategy for the problem at hand and to
use one method to solve a problem and another method to double-check
the results.

Maksud dari pernyataan di atas adalah siswa yang memiliki kelancaran

prosedural mempunyai pengetahuan tentang aturan, fakta atau algoritma dan tahu

kapan dan bagaimana menggunakannya dengan akurasi, fleksibilitas, dan

efisiensi. Russel mendefinisikan tiap kemampuan sebagai berikut:

a. Efisiensi mengakibatkan siswa tidak tejebak pada langkah yang banyak dan

dan tidak kehilangan jejak logika strategi. Strategi yang efisien adalah

penyelesaian yang dapat dilakukan dengan mudah, melacak submasalah dan

menggunakan hasil lanjutan untuk menyelesaikan masalah.

b. Akurasi bergantung pada beberapa aspek proses pemecahan masalah,

termasuk ketelitian, pengetahuan tentang kombinasi bilangan dasar, dan

memperhatikan hasil pengecekan ulang.

c. Fleksibelitas memerlukan pengetahuan lebih dari satu pendekatan untuk

menyelesaikan jenis masalah tertentu. Siswa harus fleksibel untuk dapat

memilih strategi yang tepat untuk masalah yang dihadapi dan menggunakan

sebuah metode untuk menyelesaikan masalah dan metode lain untuk hasil

pengecekan ulang.
13

NCTM menyatakan bahwa :

Procedural fluency is the ability to apply processes, techniques, and


strategies accurately, efficiently, and flexibly; to transfer these methods to
different problems and contexts; to build or modify procedures from other
procedures; and to recognize when one strategy or approach is more
appropriate to apply than another.

Pernyataan diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut: kelancaran

prosedural adalah kemampuan untuk menerapkan proses, teknik, dan strategi

secara akurat, efisien, dan fleksibel; mentransfer metode kedalam masalah dan

konteks yang berbeda; membangun atau memodifikasi prosedur dari prosedur

lain; dan mengenali kapan satu strategi atau pendekatan itu lebih tepat diterapkan

daripada lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan kelancaran prosedural adalah keterampilan siswa dalam melakukan

prosedur secara fleksibelitas, efisiensi dan akurasi. Dalam penelitian ini indikator

kelancaran prosedural merujuk pada definisi yang dikemukakan oleh Russell yaitu

fleksibelitas, efisiensi dan akurasi. Yang dimaksud dengan fleksibelitas adalah

mempunyai lebih dari satu cara penyelesaian, efisiensi artinya mampu

menyelesaikan dengan langkah sesingkat mungkin tanpa kehilangan jejak logis,

serta akurasi yang artinya ketepatan dalam melakukan prosedur berupa ketelitian

dan perhitungan yang benar.

C. Materi Persamaan Kuadrat di SMK

Dalam pembelajaran matematika di sekolah, materi persamaan kuadrat

dipelajari disemester 1 Kelas X SMK yang meliputi menentukan akar-akar

persamaan kuadrat, menemukan rumus untuk menentukan jumlah dan hasil kali
14

akar-akar persamaan kuadrat dan menemukan persamaan kuadrat baru. Untuk

menyelesaikan soal-soal persamaan kuadrat, siswa terlebih dahulu harus

memahami konsep yang berhubungan dengan persamaan kuadrat dan tentunya

siswa dituntut untuk bisa menggunakan prosedur.

Pada penelitian ini peneliti mengambil sub pokok bahasan menentukan

penyelesaian persamaan kuadrat. Dalam menentukan penyelesaian persamaan

kuadrat, dapat digunakan tiga cara yaitu memfaktorkan, melengkapkan kuadrat

sempurna dan rumus abc.

1. Pengertian Persamaan Kuadrat

Persamaan kuadrat adalah persamaan dengan salah satu atau kedua ruas

mengandung variabel dengan pangkat tertinggi (berderajat) dua.

Bentuk umum persamaan kuadrat adalah :

ax2 + bx + c = 0, dengan a, b, c dan x elemen R, dan a ≠ 0.

2. Menyelesaikan Persamaan Kuadrat

1) Jika b2 – 4ac < 0 maka persamaan kuadrat tidak memiliki


penyelesaian
2) Jika b2 – 4ac = 0 maka persamaan kuadrat memiliki tepat satu
penyelesaian
Jika b2 – 4ac > 0 maka persamaan kuadrat memiliki dua penyelesaian

Berikut dipaparkan contoh soal persamaan kuadrat dan cara

penyelesaiannya:

Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan kuadrat x  8 x  15  0 .


2
15

1. Memfaktorkan

Jika suatu persamaan kuadrat 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0 dapat difaktorkan menjadi

berbentuk P x Q = 0, maka akar-akar persamaan kuadrat tersebut dapat ditentukan

dengan cara memfaktorkan (pemfaktoran).

x 2  8 x  15 = 0

 ( x  3)( x  5) = 0

 ( x  3) = 0 atau ( x  5) = 0

 x = 3 atau x= 5

Jadi, nilai x yang memenuhi persamaan x  8 x  15 = 0 adalah x=3


2

atau x=5.

2. Melengkapi Kuadrat Sempurna

x 2  8 x  15  0

 x 2  8 x  15

 x 2  8x  (4) 2  15  (4) 2 tiap ruas ditambah dengan ( 12 b)2

 ( x  4) 2  1

 x4   1

 x  4 1
 𝑥 = 3 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 5

Jadi, nilai x yang memenuhi persamaan x  8 x  15 = 0 adalah x=3


2

atau x=5.
16

3. Rumus abc

Untuk menyelesaikan persamaan kuadrat, jika ax2 + bx + c = 0, dengan

a,b,c bilangan real dan a≠0, maka rumusnya adalah:

−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑥=
2𝑎

x 2  8 x  15 = 0

𝑑𝑖𝑘: 𝑎 = 1, 𝑏 = −8 𝑑𝑎𝑛 𝑐 = 15

−(−8)±√(−8)2 −4.1.15
𝑥= 2.1

8±√4
 𝑥= 2

8±2
 𝑥= 2

 𝑥 = 4±1

 𝑥 = 3 atau x = 5

Jadi, nilai x yang memenuhi persamaan x  8 x  15 = 0 adalah x=3


2

atau x=5.

D. Kelancaran Prosedural Siswa dalam Menyelesaikan Soal Persamaan

Kuadrat

Jadi yang dimaksud dengan kelancaran prosedural dalam penelitian ini

adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan kuadrat secara

fleksibelitas, akurasi dan efisiensi. Adapun indikator dari kelancaran prosedural

merujuk pada definisi yang dikemukakan oleh Russell yang terdiri dari:

fleksibelitas, efisiensi, dan akurasi. Yang dimaksud dengan fleksibelitas, efisiensi,

dan akurasi adalah:


17

1. Fleksibelitas

Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa mampu menyelesaikan soal

persamaan kuadrat dengan lebih dari satu cara penyelesaian. Dalam

menyelesaikan masalah persamaan kuadrat, siswa bisa menggunakan

beberapa cara yang pernah diajarkan guru di sekolah yaitu cara pemfaktoran,

rumus kuadrat dan melengkapkan kuadrat sempurna.

2. Efisiensi

Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa mampu

menggunakan langkah dengan singkat secara logis untuk setiap cara

penyelesaian atau siswa dapat mengefisienkan langkah penyelesaian dalam

setiap cara. Sebagai contoh berikut yaitu cara pemfaktoran dapat diefisienkan

dengan melakukan sebanyak 3 langkah, dengan cara melengkapi kuadrat

sempurna dapat diselesaikan dengan 5 langkah dan cara rumus kuadrat dapat

diselesaikan dengan 5 langkah.

Contoh soal: x  8 x  15 = 0
2

Contoh langkah-langkah penyelesaian yang diajarkan di sekolah:

−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
𝑥= 2𝑎

−(−8)±√(−8)2 −4.1.15
𝑥=
2.1

8±√64−60
 𝑥= 2

8±√4
 𝑥= 2

8±2
𝑥= 2

 𝑥 = 4±1
18

 𝑥 = 4 − 1 = 3 atau x = 4 + 1 = 5

Langkah-langkah penyelesaian di atas dapat diefisienkan sebagai berikut:

−(−8)±√(−8)2 −4.1.15
𝑥= 2.1

8±√4
 𝑥= 2

8±2
 𝑥=
2

 𝑥 = 4±1

 𝑥 = 3 atau x = 5

3. Akurasi

Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketelitian siswa dalam melakukan

prosedur berupa proses penyelesaian dan perhitungan yang benar. Hal ini

dapat terlihat dari proses penulisan jawaban oleh siswa apakah sudah benar

proses penulisan simbol dan perhitungan matematika untuk mendapatkan

jawaban akhir yang benar dari cara yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai