Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KAJIAN TEORI

2. 1 Kajian Teori
2.1. 1 Hakekat Pembelajaran Matematika
Pembelajaran menurut Sudjana (2004: 22), merupakan setiap
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik berdasarkan
tahapan pembelajaran yang dapat menyebabkan peserta didik dapat
melakukan kegiatan belajar. Secarapsikologisbelajarmerupakansuatu
proses
perubahanyaituperubahantingkahlakusebagaihasildariinteraksidenganli
ngkungannyadalammemenuhikebutuhanhidupnya. Perubahan-
perubahantersebutakannyatadalamseluruhaspektingkahlaku. Sementara
menurutSanjaya (2010: 3) menyatakan dalam pendapatnya
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang
keberhasilannya ditentukan oleh berbagai komponen yang membentuk
sistem itu sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya
dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses
belajar. Sedangkan menurut Rahmat (2015: 7) pembelajaran adlah
ringkasan dari kata belajar dan mengajar, yaitu suatu usaha yang
sengaja melibatkan guru dan peserta didik dan menggunakan
pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan
kurikulum.
Konsep pembelajaran menurut Aunurrahman (2012: 34) yaitu
kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar
harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang
atau guru. Sementara itu dalam keseharian disekolah – sekolah istilah
pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan
proses belajar mengajar dimanadidalamnya ada interaksi guru dan
peserta didik dan antara sesama peserta didik untuk mencapai suatu
tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik.
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang
belum terdidik menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum
memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi siswa yang memiliki
pengetahuan. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran,
namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas
pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses
belajar apabila didalam dirinya telah terjadi perubahan, dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan
sebagainya.
Matematikaadalah salah satucabangilmupengetahuan yang
mempunyaiperanpentingdalamperkembanganilmupengetahuan dan
teknologi, baiksebagaialatbantumaupundalampengembangan
matematika (Siagian, 2016: 60). SedangkanIrawan&Daeka (2015: 7)
berrpendapatbahwabelajarmatematikalebihmengarahkepenalarandanlo
gikatidakhanyabelajarhitungmenghitungmaupunbelajarangka.Liberna
(2018: 99) mengatakanbahwamatematikamerupakan salah
satumatapelajaranwajib pada setiapjenjangpendidikandariSekolah
Dasar.
Mata pelajaranmatematikaberartimatapelajarandenganmateri
yang penuhdenganmasalah, sehinggamembutuhkankeahlian dan
ketenangandalampenyelesaiannya (Marliani dan Hakim, 2015: 138).
MenurutMaryati dan Priatna (2017: 336), matematikaadalahilmu
deduktifkarenadalam proses
mencarikebenararnharusdibuktikandenganteorema, sifat, dan
dalilsetelahdibuktikan. Matematika juga merupakanilmupengetahuan
yang diperolehdengannalar yang
menggunakanistilahdefinisidengancermat, jelas dan akurat.
Berdasarkandefinisi-definisimatematikamenurut para ahli di atas
dapatdisimpulkanbahwapembelajaranmatematikamerupakan salah
satuilmupengetahuanwajibkarenamatematikaadalahilmudeduktif
yangpembelajarannyamengarahkepenalaran dan logika.
BerdasarkanPermendikbudNomor 22 Tahun 2016 mengenaitujuan
pembelajaranmatematikayakni: (a) memahamikonsepmatematika,
mendeskripsikanbagaimanaketerkaitanantarkonsepmatematika dan
menerapkankonsepataulogaritmasecaraefisien, luwes, akurat, dan
tepatdalammemecahkanmasalah, (b)
menalarpolasifatdarimatemematika,mengembangkanataumemanipulasi
matematikadalammenyusunargumen,merumuskanbukti,
ataumendeskripsikanargumen dan pernyataanmatematika,
(c)memecahkanmasalahmatematika yang
meliputikemampuanmemahamimasalah, menyusun model
penyelesaianmatematika, menyelesaikan modelmatematiaka, dan
memberisolusi yang tepat, dan (d)
mengkomunikasikanargumenataugagasandengan diagram, tabel,
simbol, atau media lainnya agar
dapatmemperjelaspermasalahanataukeadaan. Selainitu, NCTM
(NationalCouncil of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4
(empat) prinsippembelajaranmatematika, yaitu (a)
matematikauntukmemecahanmasalah, (b)matematikauntukmenalar, (c)
matematikauntukkomunikasi, dan (d)
matematikauntukmenghubungkan. Jadi, tujuan yang
dimaksuddaripembelajaranmatematikadi SMP
iniyaitusiswadapatmemecahkanmasalah yang
berkaitandenganmatematikadenganberfikirkritis, logis dan
cermatuntukdapatmenyelesaiakan
permasalahanmatematikasertauntukmenitihpendidikankejenjangselanju
tnya.

2.1. 2 Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


2.1.2.1. Instrumen Tes
Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau
dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian.
Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga
dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian. (Emory dalam
Sugiyono, 2017: 148). Karena pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat
ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.
Menurut Sugiyono (2017: 147) instrumen adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang di amati. Sedangkan menurut Arikunto (2014: 203) instrumen
juga disebut sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih lebih cermat, lengkap, dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Pendapat yang hampir
sama juga dikemukakan oleh Djaali dan Muljono (2008: 60)
mereka mengatakan instrumen adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk memperoleh
informasi atau data mengenai hasil penelitian yang dilakukan
dalam jangka waktu tertentu.
Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan
untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan obyek ukur
terhadap seperangkat konten dan materi tertentu. Menurut Sudijono
(2011: 67) tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur
yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian
dibidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas baik berupa pertanyaan – pertanyaan yang harus
dijawab atau perintah – perintah yang harus dikerjakan oleh peserta
didik.
Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan
dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu
serta dalam kondisi yang memenuhi syarat – syarat tertentu yang
jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan – pertanyaan
yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau
dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umunya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat dilihat bahwa tes
merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan dan pengetahuanyang dimiliki oleh
peserta didik. Sehingga tes ini memiliki peranan penting dalam
mengukur keberhasilan peserta didik.
Secara umum ada beberapa macam fungsi tes menurut
Djaali dan Muljono (2008: 7) pertama, tes dapat berfungsi sebagai
alat ukur untuk mengukur prestasi belajar peserta didik. Sebagai
alat ukur untuk mengukur prestasi belajar peserta didik tes
dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau
kemajuan yang telah dicapai peserta didik setelah menempuh
proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dalam kaitan
ini, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh pengajaran
yang telah ditentukan dapat tercapai, dan seberapa banyak yang
belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukan
untuk mencapainya.
Kedua, tes dapat berfungsi sebagai motivator dalam
pembelajaran. Thorndike dalam (Djaali dan Muljono, 2008: 7)
mengemukakan bahwa peserta didik akan belajar lebih ggiat dan
berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa diakhir
pembelajaran yang sedang mereka jalani akan ada tes untuk
mengetahui nilai dan prestasi mereka. Fungsi ini dapat optimal
apabila nilai hasil tes yang diperoleh peserta didik adlah benar –
benar hasil pengerjaan mereka sendiri, sehingga dpat dirasakan
langsung oleh peserta didik bagaimana hasil yang telah mereka
capaii.
Ketiga, tes dapat berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas
pembelajaran. Dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran ada
tiga jenis tes yang perlu dibahas, yaitu tes penempatan, tes
diagnostik dan tes formatif. Tes yang dilaksanakan untuk
keperluan penempatan bertujuan agar peserta didik yang mengikuti
kegiatan pembelajaran dikelas dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran secara efektif, karena sesuai dengan bakat dan
kemampuannya masing – masing. Mengingat bahwa faktor
penentu keberhasilan kegiatan pembelajaran dari peserta didik
adalah pengetahuan prasyarat dan bakat, maka dalam evaluasi
penempatan dapat digunakan alat evaluasi berupa tes bakat dan tes
pengetahuan untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap
materi yang diperlukan untuk mempelajari konsep atau materi pada
suatu kegiatan pembelajaran.
Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi
kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan menemukan faktor
– faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar. Berhasil
atau gagalnya suatu kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
apakah peserta didik mengalami kesulitan belajar atau tidak. Oleh
karena itu, keberhasilan dalam mengatasi serta mengurangi
kesulitan belajar peserta didik akan meningkatkan keberhasilan
kegiatan belajar. Kesulitan belajar dapat bersumber dari kurangnya
penguasaan mereka terhadap materi atau konsep yang dipelajari.
Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk
mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas
pembelajaran dalam kelas. Kualitas pembelajaran dikelas
ditentukan oleh intensitas proses belajar dalam diri peserta didik
sebagai subyek belajar. Oleh karena itu tes formatif yang akan
diselenggarakan akan memberikan masukan atau umpan balik yang
dapat digunakan oleh guru dalam meningkatkan intesitas belajar
dalam diri peserta didik melalui peningkatan kesesuaian antara tiga
unsur, yaitu struktur kognitif subyek belajar, karakteristik konsep
yang pelajari dan strategi pembelajaran yang digunakan.
Keempat, tes yang dimaksudkan untuk menentukan berhasil
atau tidaknya peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi. Untuk keperluan ini dikenal istilah
sumatif. Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan
setelah pembelajaran selesai. Tes sumatif ini dikenal dengan tes
ulangan umum. Tes sumatif dilaksanakan dengan tujuan
menentukan nilai yang menjadi lambang keberhasilan peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran. Hasil tes sumatif berguna untuk
(a) menentukan kedudukan atau rangking masing – masing peserta
didik, (b) menentukan dapat atau tidaknya peserta didik
melanjutkan pembelajaran selanjutnya, (c) menginformasikan
kemajuan peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi tes sendiri yaitu sebagai
alat ukur untuk mengukur hasil belajar peserta didik sebagai
pengaruh dari kegiatan pembelajaran. Tes juga dapat disimpulkan
sebagai alat untuk mendapatkan umpan balik bagi peserta didik
sebagai perbaikan kualitas pembelajaran yang dilakukan.

2.1.2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran
maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin (Mustamin, 2013: 24).
Menurut Ariani, dkk (2017: 28) keterampilan pemecahan
masalah adalah kemampuan untuk memahami suatu masalah,
merumuskan dan melaksanakan rencana pemecahan masalah dan
meninjau kembali hasil yang diperoleh. Dimana keterampilan
pemecahan masalah fokus pada kemampuan untuk memahami,
merencanakan, melaksanakan rencana dan menganalisis hasil yang
diperoleh selama proses pemecahan masalah. Sedangkan Nuralam
&Eliyana (2017) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah merupakan suatu strategi dan upaya individu untuk
mengatasi kendala pada suatu pemecahan atau jawaban yang
belum terlihat jelas. Dalam hal ini kemampuan pemecahan masalah
berfokus pada strategi yang digunakan oleh individu untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
Pembahasan mengenai pemecahan masalah tentu tidak
lepas dari pengertian masalah itu sendiri. Suatu situasi tertentu
dapat dikatakan bahwa masalah bagi orang tertentu belum tentu
menjadi masalah bagi orang lain. Menurut S. Nasution (2010: 139)
pemecahan masalah adalah sesuatu yang dilakukan dalam hidup
dan dia memecahkan masalah 10 hingga 20 kali sehari. Pemecahan
masalah matematika merupakan proses yang menggunakan
pemikiran logis dan terdiri dari banyak langkah yang harus diambil
untuk membangun dan membuktikan pola ketika memecahkan
masalah.
Suatu soal dapat dipandang sebagai “Masalah” merupakan
hal yang sangat relative. Suatu soal yang mungkin hanya
merupakan hal yang rutin belaka. Dengan demikian, guru perlu
berhati – hati dalam menentukan soal yang akan disajikan sebagai
pemecahan masalah. bagi sebagian besar guru, untuk memperoleh
atau menyusun soal yang benar – benar bukan merupakan masalah
rutin bagi siswa mungkin termasuk pekerjaan yang sulit. Akan
tetapi hal ini akan dapat diatasi antara lain melalui pengalaman
dalam menyajikan soal yang bervariasi baik bentuk, tema masalah,
tingkat kesulitan serta tuntutan kemampuan intelektual yang ingin
dipakai atau dikembangkan pada siswa untuk memudahkan dalam
pemilihan soal, perlu dilakukan pembedaan antara soal rutin dan
soal yang tidak rutin. Soal rutin biasanya mencakup aplikasi suatu
prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang
dipelajari. Sedangkan dalam masalah tidak rutin, untuk sampai
pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih
mendalam (Mustamin, 2013: 29)
Pemecahan masalah adalah proses mengatasi kesulitan
yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam
matematika, siswa harus memiliki keterampilan pemecahan
masalah untuk menyelesaikan soal – soal berbasis masalah.
Kemempuan pemecahan masalah matematika melekat pada
pemikiran tingkat tinggi, keterampilana itu juga penting karena
pada kehidupan sehari – hari manusia selalu dipertemukan dalam
bermacam masalahh yang perlu dipecahkan, termasuk masalah
yang solusinya diperlukan perhitungan matematika.
Sehingga jika dilihat definisi tentang kemampuan
pemecahan masalah yang sudah dijelaskan pada uraian diatas, jadi
bisa disimpulkan bahwasanya kemampuan pemecahan masalah
merupakan strategi dan tingkat kemampuan seseorang dalam
mengatasi suatu permasalahan dengan memahami masalah,
menyusun rencana dan melaksanakan rencana serta memeriksa
hasil yang diperoleh tersebut. Oleh karena itu, diharapkan akan
terbentuknya kemampuan berpikir kritis, kreatif dan mandiri dalam
mengatasi permasalahan yang ada.
Dalam proses pemecahan masalah, indikator atau langkah
pemecahan masalah diperlukan untuk mengarahkan proses
pemecahan masalah dengan baik. Adapun strategi penyelesaian
masalah tersebut menurut G. Polya (1957: xvi-xvii) dalam bukunya
yang berjudul How To solveIt terdapat 4 langkah penyelesaian
masalah, yaitu (1) memahami masalah (Understandingthe
Problem); (2) menyusun rencana (Devising a Plan); (3)
melaksanakan rencana (Carrying The Problem); (4) melihat
kembali (Lookingback). Berikut penjelasan singkat untuk
mempermudah peneliti menerapkan 4 langkah tersebut dalam
menyelesaikan soal matematika.
a. Memahami masalah : Menurut Polya (1957: xvii) bahwa
tahap ini untuk melihat “whatistheunknown? What are the
data? Whatisthecondition? Is itpossibletosatistythecondition?
Is theconditionsufficienttodeterminetheunknown? Or
isitinsuffcient?” ( apa yang tidak diketahui? Apa saja
datanya? Apa saja syaratnya? Apakah mungkin memenuhi
kondisi tersebut? Apakah kondisi cukup untuk menentukan
ketidaktahuan? Atau tidak cukup?). jadi, pada tahap ini siswa
harus dapat memahami kondisi awal yang menjadi masalah
pada soal tersebut dan mampu menunjukkan inti dari
permasalahan yang dihadapi. Adapun sasaran penilaian pada
langkah pemahaman terhadap soal adalah siswa mampu
menganalisis soal dan mampu menuliskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan.
b. Menyusun rencana : Dalam Polya (1957: xvii) juga
mengatakan bahwa “.... Do youknow a related problem? Do
youknow a theoremthecouldbeuseful? Lookattheunknow!
Andtrytothinkoffamiliar problem
havingthesameorsimilarunknown..” (Aapakah Anda tahu
masalah yang terkait? Apakah Anda tahu theorema yang bisa
digunakan? Lihatlah yang tidak diketahui dan coba pikirkan
maslah yang sudah dikenal yang memiliki kesamaaan atau
kemiripan yang tidak diketahui ...). pada langkah ini
mahasiswa harus dapat merencanakan langkah apa saja yang
penting dan saling menunjang dalam pemecahan masalah
tersebut. Di antaranya dengan mencari konsep – konsep atau
teori – teori yang menunjang serta dapat mencari rumus –
rumus yang diperlukan dalam pemecahan masalah tersebut.
c. Melaksanakan rencana : Penjelasan Polya (1957 : xvii) yaitu
“carryingoutthe plan ofthesolution, checkeach step. Can
youseesearlythe step correct? Can youprovethatisitcorrect?”
(melaksanakan rencana solusi, periksa setiap langkah.
Dapatkah Anda melihat dengan jelas langkah yang benar?
Bisakah Anda membuktikan bahwa itu benar?) jadi pada
tahap ini mahasiswa harus mampu membentuk sistematika
soal yang lebih baku, dalam artian penggunaan rumus
disesuaikan dengan soal yang ada, sehingga diperoleh
rencana pemecahan masalah dan melaksanakan rencana
pemecahan masalah tersebut.
d. Melihat kembali : Tahap ini akan
melihat :canyouchecktheresult? Can youchecktheargument?
Can youderuvetheresultdifferently? ( Bisakah dicek hasilnya?
Bisakah Anda memeriksa argumennya? Bisakah anda
mendapatkan hasilnya secara berbeda?..) Dengan demikian,
respon siswa yang akan dinilai pada tahap ini yaitu
bagaimana proses siswa dalam menentukan nilai yang
diperoleh sehingga berhasil mencapai suatu tujuan yang
diinginkan (Polya, 1957: xvii)

Dalam memecahkan suatu maslah dalam matematika, harus


melalui proses pembelajaran sehingga diperoleh proses pemecahan
masalah sebagai upaya untuk menemukan penyelesaian
berdasarkan materi matematika yang telah dipelajari dan juga
didasarkan kemampuan berpikir secara ilmiah serta kritis pada
siswa.
Kemampuan pemecahan masalah yang dievaluasi dalam
penelitian ini terutama ditunjukkan pada kemampuan siswa

2.1. 3 Model – model Pengembangan


2.1. 4 Tinjauan Materi Bangun Ruang Sisi Datar
2. 2 Hasil Penelitian Yang Relevan
2. 3 Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai