Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TERMINOLOGI MEDIS

JENIS DAN FUNGSI KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI JENIS DAN


PENGELOLAAN INDEKS PENYAKIT RIWAYAT ICD DAN FAMILY OF
CLASSIFICATION STRUKTUR ICD-10 KONVESI ICD-10

DOSEN PENGAMPU: ENY HASTUTI, SKM., MPD., MPH

KELOMPOK 8:

RATNA KHUSNOL KHATIMAH 1326101230004

RIZQI AMELIA PUTRI 1326101230022

ALYA ROHIMAH 1326101230017

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS TEKNOLOGI

UNIVERSITAS BORNEO LESTARI

BANJARBARU

2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5
BAB II PENYAJIAN MATERI............................................................................6
A. Pengertian.................................................................................................................6
B. Klasifikasi penyakit....................................................................................................6
C.Fungsi Dasar ICD.........................................................................................................6
D. KODEFIKASI PENYAKIT..............................................................................................8
E. PENGOLAHAN INDEKS PENYAKIT RIWAYAT..............................................................9
Reference classifications..........................................................................................10
Derived classifications..............................................................................................10
Related classifications..............................................................................................11
F. KONVENSI ICD 10...............................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A.Kesimpulan...............................................................................................................14
B.Saran.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
ridho Allah SWT. Karena tanpa rahmat dan ridho-Nya kami tidak dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “jenis dan fungsi klasifikasi dan
kodefikasi jenis dan pengelolaan indeks penyakit Riwayat idc dan family
ofclassification struktur icd-10 konvesi icd-10” ini dengan baik dan selesai tepat
waktu.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Antropologi
Kesehatan semester I, atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini,maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Eny Hastuti, SKM, M.Pd, MPH, selaku dosen pembimbing yang memberikan
dorongan dan masukan kepada kami.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Apabila ada kesalahan penulisan atau
pengerjaannya kami mohon maaf, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Banjarbaru, 1 Maret 2024

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, seorang perekam medis harus
mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi
yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis
dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Penerapan pengodean digunakan
untuk mengindeks pencatatan penyakit, masukan bagi sistem pelaporan diagnosis
medis, memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis
karakteristik pasien dan penyedia layanan, bahan dasar dalam pengelompokan
DRG’s (diagnostic related groups) untuk sistem penagihan pembayaran biaya
pelayanan, pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas,
tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan pelayanan
medis, menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan dikembangkan
sesuai kebutuhan zaman, analisis pembiayaan pelayanan kesehatan, serta untuk
penelitian epidemiologi dan klinis (Hatta, 2008).

Sistem klasifikasi penyakit merupakan pengelompokan penyakit- penyakit


yang sejenis ke dalam satu grup nomor kode penyakit sejenis sesuai dengan
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem
Tenth Revisions (ICD-10) untuk istilah penyakit dan masalah yang berkaitan
dengan kesehatan (Kasim dalam Hatta, 2008). ICD-10 mempunyai tujuan untuk
mendapatkan rekaman sistematik, melakukan analisa, interpretasi serta
membandingkan data morbiditas dan mortalitas dari negara yang berbeda atau
antar wilayah dan pada waktu yang berbeda. Dengan ICD-10, semua nama dan
golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan akan
menjadi sama di seluruh dunia dengan diterjemahkan ke dalam bentuk alfabet,
numerik maupun alfanumerik sesuai dengan kode yang ada dalam ICD-10 (WHO,
2004).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ICD-10?
2. Apa yang dimaksud klasifikasi penyakit?
3. Apa fungsi dasar ICD-10?
4. Bagaimana kodefikasi penyakit ICD-10?
5. Bagaimana pengelolaan indeks penyakit Riwayat?
6. Bagaimana peran konvensi ICD-10?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ICD-10
2. Mengetahui klasifikasi penyakit
3. Memahami fungsi dasar ICD-10
4. Memahami kodefikasi penyakit ICD-10
5. Mempelajari pengelolaan indeks penyakit Riwayat
6. Mempelajari peran konvensi ICD-10

5
BAB II

PENYAJIAN MATERI
A. Pengertian
ICD-10 adalah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk
mengkategorikan dan mengodekan berbagai jenis penyakit, gangguan, gejala, dan
sebab kematian. ICD-10 memiliki struktur dan format yang terorganisir dengan
baik, termasuk kode alfanumerik yang unik, kategori, subkategori, dan
subklasifikasi. Sistem ini digunakan untuk analisis statistik dan epidemiologi,
manajemen kesehatan, dan penelitian medis. ICD-10 telah makin luas dari sekedar
mengelompokkan informasi morbiditas dan mortalitas untuk tujuan statistik
hingga diaplikasikan untuk berbagai kepentingan, termasuk reimbursement,
administrasi, epidemiologi dan riset di fasilitas Kesehatan

B. Klasifikasi penyakit
Sistem klasifikasi penyakit adalah suatu sistem pengelompokan/kategorisasi
satuan penyakit (morbid entities) berdasarkan suatu kriteria yang disepakati
bersama. Dengan demikian sistem klasifikasi penyakit merupakan standarisasi
kondisi/tindakan medis ke dalam suatu kelompok tertentu.

Klasifikasi rujukan adalah parameter utama sistem kesehatan, seperti


kematian, penyakit, fungsionalitas, disabilitas, kesehatan dan intervensi (prosedur)
kesehatan. Saat ini ada 2 klasifikasi rujukan dalam WHO-FIC; yaitu ICD (the
International Classification of Diseases and Health Related Problems) sebagai
klasifikasi rujukan untuk cakupan informasi tentang morbiditas dan mortalitas,
serta the International

C.Fungsi Dasar ICD


Dalam lingkungan RS, data tentang penyakit dan operasi digunakan oleh
profesional Rekam Medis untuk memenuhi kebutuhan penelitian medis. Untuk
kepentingan ini dibutuhkan suatu sistem klasifikasi yang sangat rinci, karena bila
terlalu banyak penyakit yang dikelompokkan dalam satu nomor kode, maka
proses alokasi dokumen yang ingin diteliti menjadi lebih sulit. Di lain pihak,
perencana kebijakan kesehatan seperti departemen kesehatan dan World Health

6
Organization (WHO) menggunakan data klasifikasi penyakit untuk studi
epidemiologik, demografi dan statistik. Untuk keperluan ini tidak memerlukan
penggolongan yang terlalu rinci karena akan menjadi terlalu banyak kasus untuk
dianalisis secara statistik.

Fungsi dasar dari International Classification of Disease (ICD) adalah


sebagai klasifikasi penyakit, cedera, dan sebab kematian untuk tujuan statistik
menyatukan dua kepentingan tersebut di atas. WHO mempromosikan klasifikasi
tersebut dengan tujuan agar berbagai negara di dunia dapat merekam data
kesehatannya dengan cara yang sama dan komparabel. ICD-10 telah banyak
berevolusi sejak pertama kali disusun pada tahun 1900an. Penggunaan kode ICD
telah makin luas dari sekedar mengelompokkan informasi morbiditas dan
mortalitas untuk tujuan statistik hingga diaplikasikan untuk berbagai kepentingan,
termasuk reimbursement, administrasi, epidemiologi dan riset di fasilitas
kesehatan.

Dalam praktiknya, ICD telah menjadi klasifikasi diagnostik standar


internasional untuk keperluan epidemiologi umum dan berbagai manajemen
kesehatan. Hal ini mencakup pula analisis dari berbagai status kesehatan umum
dari kelompok populasi serta untuk monitoring insidensi dan prevalensi penyakit
atau masalah kesehatan lain yang berhubungan denganvariabel lain seperti
karakteristik dan keberadaan individual yang terkena. Namun ICD tidak
dimaksudkan atau tidak sesuai untuk menyusun daftar (index) satuan klinis yang
berbeda. Dan juga ada keterbatasan dalam penggunaan ICD untuk penelitian pada
aspek finansial, seperti billing atau resource allocation.

ICD-10, singkatan dari International Classification of Diseases, Tenth


Revision, merupakan sistem klasifikasi penyakit yang dikembangkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sistem ini digunakan untuk
mengkategorikan dan mengodekan berbagai jenis penyakit, gangguan, gejala, dan
sebab kematian.

7
D. KODEFIKASI PENYAKIT
Kodefikasi penyakit merupakan proses menggabungkan diagnosa dengan
kode yang unik untuk mengidentifikasi dan mengindeks penyakit^. ICD-10
memiliki struktur dan format yang terorganisir dengan baik, termasuk kode
alfanumerik,kategori, subkategori, dan subklasifikasi.

ICD-10 memiliki struktur dan format yang terorganisir dengan baik:

* Kode Alfanumerik: Setiap kondisi atau diagnosis memiliki kode alfanumerik


yang unik, biasanya terdiri dari satu huruf diikuti oleh dua atau tiga angka.

* Kategori, Subkategori, dan Subklasifikasi: Penyakit dan kondisi terkategorisasi


dalam berbagai kelompok, dengan subkategori dan subklasifikasi untuk detail
lebih lanjut.

* Volume: ICD-10 terbagi dalam beberapa volume, termasuk klasifikasi penyakit


dan panduan penggunaannya.

Sehingga tenaga kesehatan perlu secara disiplin menerapkan ICD-10 untuk


pencatatan. Berikut kebiasaan yang kerap keliru dan istilah ICD yang benar.

Istilah Keliru Istilah Benar

Flu Influenza (J10)

Radang Tenggorokan Faringitis

Batu Ginjal Nefrolitiasis

Radang Usus Buntu Apendisitis

Kencing Manis Diabetes Mellitus

Jantung Infark Miokard

8
Istilah di atas adalah contoh bagaimana penerapan terminologi yang keliru
dibandingkan dengan kaidah ICD-10. Terdapat 14 ribu lebih istilah dalam ICD-
10.

Dalam praktik klinis, penerapan ICD-10 memiliki beberapa aspek penting:

* Dokumentasi Medis: Dokter dan tenaga kesehatan harus mendokumentasikan


diagnosis dan prosedur dengan menggunakan kode ICD-10 yang tepat.

* Pelatihan Tenaga Kesehatan: Penting untuk melatih tenaga kesehatan dalam


penggunaan ICD-10 agar kode yang digunakan akurat dan konsisten.

* Integrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan: Sistem informasi kesehatan harus


diintegrasikan dengan ICD-10 untuk memudahkan pencatatan dan pelaporan

E. PENGOLAHAN INDEKS PENYAKIT RIWAYAT


Walaupun ICD bisa digunakan untuk berbagai tujuan, ia tidak melayani
semua kebutuhan dari berbagai penggunanya. Ia tidak menyediakan detil yang
memadai untuk beberapa spesialisasi penyakit dan kadang-kadang berbagai
atribut dari kondisi kesehatan menjadi diperlukan. ICD juga tidak berguna
untuk menjelaskan fungsi dan cacad sebagai aspek kesehatan, dan tidak
melibatkan intervensi kesehatan secara penuh sebagai alasan untuk kedatngan
pasien.

Dasar-dasar yang diletakkan oleh Konferensi Internasional tentang ICD-10


pada tahun 1989 memberikan dasar untuk pengembangan suatu ’keluarga’
klasifikasi kesehatan (lihat Volume 1, Laporan Konferensi Internasional untuk
Revisi Kesepuluh, bagian 6). Pada tahun-tahun belakangan, melalui
penggunaan ICD dan pengembangan klasifikasi-klasifikasi kesehatan WHO
yang terkait, konsep sebuah ’keluarga’ dikembangkan lebih lanjut. Saat ini
’keluarga’ menunjukkan sekelompok produk klasifikasi terpadu yang
memiliki bentuk yang bersamaan dan dapat digunakan secara tersendiri atau
bersamaan untuk menyediakan informasi akan berbagai aspek dari kesehatan
dan sistem asuhan kesehatan. Misalnya, ICD sebagai klasifikasi rujukan

9
digunakan terutama untuk menangkap informasi mortalitas dan morbiditas.
Aspek-aspek tambahan dari kesehatan, yaitu fungsi dan cacad telah
digabungkan di dalam International Classification of Functioning, Disability
and Health (ICF).

Reference classifications.
Ini adalah klasifikasi yang mencakup parameter utama sistem
kesehatan, seperti kematian, penyakit, fungsi, cacad, kesehatan, dan
intervensi kesehatan. Mereka telah mendapatkan penerimaan yang luas
dan persetujuan resmi untuk digunakan dan disetujui serta
direkomendasikan untuk pelaporan kesehatan internasional. Mereka dapat
digunakan sebagai model untuk pengembangan atau perubahan klasifikasi
lain dengan memperhatikan struktur dan dan karakter, dan definisi dari
masing-masing kelas.
Saat ini terdapat dua klasifikasi rujukan di dalam WHO-FIC: ICD
sebagai klasifikasi rujukan untuk menangkap informasi mortalitas dan
morbiditas, dan ICF untuk menangkap informasi tentang berbagai
kelompok fungsi dan cacad. WHO telah mencari kemungkinan untuk
mengganti International Classification of Procedures in Medicine (lihat di
bawah untuk klasifikasi non-diagnostik) dengan semua International
Classification of Health Intervention (ICHI) yang baru. Proses ini akan
berlangsung melalui beberapa tingkat konsultasi, uji lapangan dan
persetujuan dari badan pengatur di WHO.
Derived classifications.
Klasifikasi turunan ini didasarkan pada klasifikasi rujukan .
Klasifikasi turunan bisa dipersiapkan baik dengan mengadopsi struktur dan
kelas klasifikasi rujukan, penyediaan detil tambahan dari yang disediakan
oleh klasifikasi rujukan, atau mereka dapat dipersiapkan melalui
pengaturan ulang atau penggabungan berbagai item dari satu atau lebih
klasifikasi rujukan. Klasifikasi turunan sering disesuaikan untuk
penggunaan pada level nasional atau internasional.

10
Di dalam WHO-FIC klasifikasi turunan mencakup adaptasi
spesialisasi dari ICF dan ICD, seperti Internatinal Classification of
Diseases for Oncology (ICD-O-3), Application of International
Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology, edisi 3 (ICD-
DA), ICD-10 for Mental and Behavioural Disorders, dan Application of
the International Classification of Diseases to Neurology (ICD-10-NA)
(lihat di bawah untuk klasifikasi terkait diagnosis).
Related classifications.
Klasifikasi terkait adalah yang sebagian merujuk pada klasifikasi
rujukan, atau yang berkaitan dengan klasifikasi rujukan pada level tertentu
saja dari struktur. Prosedur untuk memelihara, membarui dan mengubah
klasifikasi statistik keluarga ini mendorong penyelesaian masalah
koresponden antara klasifikasi terkait, dan menyediakan kesempatan untuk
meningkatkan kesesuaian bersama perjalanan waktu. Di dalam WHO-FIC
klasifikasi yang berkaitan termasuk: International Classification of
Primary Care (ICPC-2), International Classification of External Causes of
Injury (ICECI), Technical Aids for persons with disabilities: Classification
and Terminology (ISO9999) dan Anatomical Therapeutic Chemical
Classification with Defined Daily Doses (ATC/DDD)
F. KONVENSI ICD 10
Konvensi dalam sistem klasifkasi ICD-10 (International Classification of
Diseases, 10th Revision) merujuk pada seperangkat aturan dan pedoman yang
digunakan dalam menetapkan kode penyakit dan kondisi kesehatan. Konvensi
in membantu memastikan konsistensi dan kejelasan dalam penggunaan sistem
klasifikasi tersebut.

Berikut adalah beberapa konvensi penting dalam ICD-10:

1. Konvensi Alfabetic Indexing (Perujukan Berbasis Abjad): Konvensi in


memungkinkan pengguna untuk menemukan kode ICD-10 berdasarkan kata
kunci atau istilah penyakit. Index abjad memandu pengguna untuk
menemukan lokasi yang tepat di dalam klasifikasi ICD-10.

11
2. Konvensi Inklusif: Ketika mencari kode untuk kondisi kesehatan yang
spesifik, pengguna diminta untuk mencari kode yang termasuk kondisi primer
serta kondisi yang terkait atau yang melibatkan komplikasi dari kondisi
tersebut.

3. Konvensi Eksklusif: Konvensi ini mengarahkan pengguna untuk


menemukan kode yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi pasien, dengan
mengecualikan kondisi yang tidak relevan atau tidak berlaku. Ini membantu
memastikan bahwa kondisi yang berbeda tetapiterkait tidak disalahartikan.

4.Konvensi Kode Utama dan Kode Sub:

• Kode Utama (Main Code): Merujuk pada kode yang secara paling tepat
mencerminkan kondisi atau penyakit utama yang didiagnosis atau dirawat.

• Kode Sub (Subcategory Code): Merujuk pada kode yang memberikan detail
tambahan tentang aspek tertentu dari kondisi kesehatan yang terkait dengan
kode utama.

5. Konvensi Kode Ganda: Kadang-kadang, pengguna harus menggunakan


kode ganda untuk menggambarkan kondisi yang kompleks atau kronis. Ini
memungkinkan penjelasan yang lebih lengkap tentang kondisi pasien.

6.Konvensi "Use Additional Code": Terkadang, diperlukan kode tambahan


untuk memberikan informasi tambahan tentang faktor- faktor yang
mempengaruhi kondisi kesehatan tertentu, seperti faktor risiko, penyebab
eksternal, atau kondisi yang berkaitan.

7. Konvensi "Code First" dan "Use Additional Code": Konvensi ini


memberikan petunjuk tentang urutan penggunaan kode, di mana kondisi yang
mendasari harus dicatat terlebih dahulu dikuti olen kondisi yang relevan atau
tambahan

8. Konvensi "Excludes" (Eksklusi): Konvensi in menyediakan daftar kondisi


yang tidak boleh digunakan bersama-sama dengan kondisi tertentu, karena
adanya hubungan yang saling eksklusif.

12
9. Konvensi "See Also": Ini memberikan petunjuk untuk melihat istilah lain
yang mungkin relevan atau berkaitan dengan kondisi yang dicari. Memahami
dan menerapkan konvensi dalam sistem klasifikasi ICD-10 penting untuk
menetapkan kode dengan benar dan memfasilitasi pertukaran informasi yang
akurat di antara penyedia layanan kesehatan serta dalam penelitian dan
analisis terminologi.

13
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. ICD-10 merupakan klasifikasi penyakit yang disusun berdasarkan sistem
pengkategorian penyakit yang penataannya sesuai dengan kriteria yang
ditentukan oleh WHO, yang terdiri dari sejumlah kode alphanumerik yang
satu sama lain berbeda, yang menggambarkan konsep seluruh penyakit.
2. ICD-10 digunakan untuk menerjemahkan suatu diagnose penyakit dan
masalah kesehatan dari kata kata menjadi kode numerik, dengan tujuan
memungkinkan untuk membuat catatan yang sistematis, analitik,
menerjemahkan dan membandingkan peristiwa penyakit dan kematian
yang telah dikumpulkan diberbagai tempat dan Negara pada saat yang
berlainan sehingga memudahkan untuk disimpan dan dicari serta dianalisis
kembali.
3. ICD-10 terdiri dari volume 1,2,dan 3. Volume I merupakan daftar tabulasi
penyakit yang memperjelas kode yang telah dicari di volume 3, Volume 2
merupakan intruksi manual yang menjelaskan bagaimana penggunaan
ICD-10 yang baik dan benar, kemudian volume 3 merupakan indeks
alfabetik daftar tabulasi yang digunakan untuk mencari kode penyakit
yang telah terdiagnosis oleh dokter.
4. Dalam penggunaan ICD-10, rekam medis harus tahu dan paham cara
pencarian dan pemilihaan nomor kode yang diperlukan. Pengodean
dijalankan melalui penahapan mencari istilah ICD volume 3, kemudian
mencocokkan kode yang ditemukan dengan yang ada di volume 1,
kemudian simpulkan dan disimpan didalam dokumen rekam medis.
B.Saran
Berdasarkan simpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Setiap rekam medis dalam menjalankan profesinya harus memiliki ICD-10
baik itu berbentuk buku maupun elektronik, serta menjaga dan merawat
buku tersebut.
2. Gunakan ICD-10 dengan baik dan benar sesuai dengan penataan dari
WHO, agar tidak terjadi kesalahan atau kecerobohan dalam menganalisis
dan mengkode suatu penyakit, jika sedikit saja terjadi kesalahan maka
akan berakibat fatal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Tito, Cospiningrum, Figa. 2018. Cara Penggunaan ICD 10 Volume 2


Dengan Menggunakan Versi Terjemahan Bahasa Indonesia. Makalah Icd
10 Vol. 2 | PDF (scribd.com)

Reni, Okta, Dwi, Meymi. Nasution, Nurhasanah. Sari, Septia, Rahmi. 2020.
Pengelompokkan Diagnosis dan Prosedur Berdasarkan ICD X dan ICD
IX di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang. rohmadi,
+Journal+manager,+8+Nur+Hasanah[1].pdf

RI, Kesehatan, Kementrian. 2023. Standar Penyakit dengan Terminologi ICD-10.


Standar Penyakit dengan Terminologi ICD-10 • Resource Center
Transformasi Teknologi Kesehatan (kemkes.go.id)

Anggraini, Mayang, Irnawati. Garmelia, Elisa. Kresnowati, Lili. 2017. Klasifikasi


Kodefikasi Penyakit dan Masalah Terkait 1: Anatomi, Fisiologi Patologi,
Terminologi Medis, dan Tindakan pada Sistem Kardiovasikuler, Respirasi
dan Musculoskeletal. 3_6936_Laela Indawati (3)[1].pdf

15
SOAL:

16

Anda mungkin juga menyukai