Anda di halaman 1dari 2

SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK

NOMOR SE-14/PJ.313/1991 TANGGAL 02 NOVEMBER 1991


TENTANG
PETUNJUK PENERBITAN KEPUTUSAN PERSETUJUAN/PENOLAKAN
PERMOHONAN PERUBAHAN TAHUN BUKU/TAHUN PAJAK DARI WAJIB PAJAK

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 28 Ayat 4 Undang-Undang nomor 6 TAHUN


1983, salah satu syarat pembukuan untuk kepentingan perpajakan adalah harus
memenuhi prinsip taat azas. Termasuk dalam pengertian taat azas dalam
pembukuan adalah konsistensi periode pembukuan setiap tahun buku. Oleh karena
itu sesuai Pasal 12 Ayat (2) UU Nomor 7 Tahun 1983, pada dasarnya Wajib Pajak
tidak diperbolehkan mengubah tahun buku/tahun pajak sesuka hati mereka, karena
dikhawatirkan kemungkinan terjadinya penggeseran laba atau rugi perusahaan,
sedemikian rupa sehingga merugikan penerimaan pajak.
Namun demikian, dalam keadaan tertentu Wajib Pajak terpaksa harus mengubah
periode pembukuannya, sehingga tidak konsisten dengan periode pembukuan tahun
sebelumnya. Sesuai dengan pasal 12 ayat (2) Undang-Undang nomor 7 TAHUN
1983 Wajib Pajak yang hendak mengubah periode pembukuannya terlebih dulu
harus memperoleh persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. Untuk maksud tersebut
Wajib Pajak harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Direktur
Jenderal Pajak, yang dalam hal ini kepada kepala KPP karena wewenang pemberian
Keputusan Persetujuan/Penolakan Perubahan tahun buku/tahun pajak tersebut telah
dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak, sesuai dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-106/PJ.11/1991 tanggal 8 Juni 1991.
Persetujuan atas permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak tersebut,
pelaksanaannya harus didasarkan atas hal-hal :
1. Permohonan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1.1. SPT Tahunan PPh tahun terakhir telah dimasukkan.
1.2. Apabila ada utang pajak, maka utang pajak yang telah jatuh tempo pembayarannya
harus sudah dilunasi oleh Wajib Pajak. Keterlambatan pelunasan utang pajak akan
mengakibatkan tertundanya penerbitan SK Persetujuan.
1.3. Alasan perubahan periode tahun buku/tahun pajak.
Alasan yang dapat dipertimbangkan untuk disetujuinya permohonan dimaksud harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Perubahan tahun buku/tahun pajak dikehendaki oleh pemegang saham, pemberi
kredit, partner usaha, pemerintah atau pihak-pihak lainnya, dimana apabila tahun
buku/tahun pajak tidak diubah akan mengakibatkan kesulitan dan atau kerugian bagi
perusahaan.
b. Permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak tersebut baru pertama kali diajukan
dan tidak ada niat untuk melakukan perubahan lagi pada tahun-tahun yang akan
datang.
Apabila diketahui bahwa pengajuan permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak
tersebut adalah merupakan permohonan kedua dan seterusnya, maka Kepala KPP
supaya meneruskan permohonan tersebut kepada Direktur Jenderal Pajak akan
memberitahukan kepada Kepala KPP untuk menerbitkan SK Persetujuan atau SK
Penolakan.
c. Tidak ada maksud bahwa perusahaan dengan sengaja berusaha untuk melakukan
penggeseran laba/rugi guna meringankan beban pajak.
Ketentuan seperti tersebut pada butir 1.3. huruf a, b dan c harus dituangkan dalam
bentuk surat pernyataan dari Wajib Pajak yang bersangkutan.
2. Keputusan Persetujuan Permohonan perubahan Tahun Buku Tahun Pajak harus
diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung setelah permohonan
beserta dokumen lain untuk memenuhi persyaratan angka 2 di atas telah dipenuhi
oleh Wajib Pajak (Contoh terlampir).
3. Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan seperti yang telah ditentukan
walaupun sudah diberikan pemberitahuan oleh kepala KPP, maka segera kepala
KPP menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Permohonan Perubahan Tahun
Buku/Tahun Pajak (Contoh terlampir).
4. Sehubungan dengan perubahan Tahun Buku/Tahun Pajak tersebut,maka untuk
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk bagian Tahun Pajak yang tidak
termasuk dalam tahun pajak yang baru akan dilakukan pemeriksaan oleh UPP. Oleh
karena itu tindasan Keputusan Persetujuan supaya dikirimkan kepada Kepala Kantor
Wilayah dan Kepala UPP terkait.
5. Kepala UPP segera melakukan pemeriksaan setelah SPT Wajib pajak yang
bersangkutan dimasukkan.
Demikian agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,


ttd
Drs. MAR'IE MUHAMMAD

Anda mungkin juga menyukai