Vol 1 Chapter 1
1. Inspeksi penerbangan
Inspeksi Penerbangan merupakan bagian penting dari infrastruktur penerbangan
untuk validasi dan pemeliharaan sistem CNS/ATM. Ini mencakup pemeriksaan dan
pengujian peralatan, fasilitas, dan layanan yang diperlukan untuk pelaksanaan lalu
lintas udara yang aman dan efisien.
2. Tujuan inspeksi penerbangan
Tujuan Inspeksi penerbangan adalah untuk memberikan indikasi yang akurat dan
andal tentang fungsionalitas, kinerja, dan akurasi sistem CNS/ATM, dan untuk
mengidentifikasi setiap kekurangan untuk diperbaiki. Inspeksi penerbangan
memastikan bahwa sistem CNS/ATM memenuhi persyaratan kinerja yang
ditetapkan, dapat diandalkan, tersedia, dan aman untuk tujuan navigasi udara,
dengan menyediakan integritas yang memadai untuk mendukung tingkat
keselamatan yang disyaratkan.
3. Organisasi Inspeksi penerbangan
Inspeksi Penerbangan dapat dilakukan oleh otoritas nasional atau penyedia layanan
yang dikontrak. Organisasi inspeksi penerbangan harus memiliki sumber daya yang
memadai, termasuk personel yang berkualifikasi dan berpengalaman, peralatan
yang sesuai, dan prosedur untuk memastikan bahwa sistem CNS/ATM
dipertahankan pada tingkat kinerja yang dipersyaratkan.
4. Program inspeksi penerbangan
Program Inspeksi Penerbangan harus dikembangkan sesuai dengan Standar
Internasional dan Praktik yang Direkomendasikan (SARP) yang terdapat dalam
Lampiran 10, Volume I dan rencana navigasi udara regional yang relevan, dengan
mempertimbangkan kepadatan lalu lintas, jenis operasi, dan infrastruktur wilayah
udara yang bersangkutan”.
5. Alternatif Inspeksi Penerbangan
Prosedur inspeksi penerbangan alternatif dapat digunakan yang tidak bergantung
pada referensi absolut. Dalam prosedur ini, hanya komponen rekaman terbang yang
berfluktuasi yang dihasilkan pada keluaran filter PEE yang diukur dan dibandingkan
dengan standar PFN. Nilai rata-rata PFE diasumsikan tidak melebihi mean course
alignment ditambkan ke pengukuran PFN untuk dibandingkan dengan sistem PFE
yang ditentukan. CMN dapat dievaluasi dengan cara yang sama tanpa
memperhitungkan keselarasan kursus rata-rata.
PFE : Menunjukkan perbedaan antara jalur penerbangan yang diinginkan dan
jalur penerbangan yang sebenarnya diambil oleh pesawat mengikuti sinyal panduan,
dalam praktinya kesalahan ini dievaluasi dengan menginstruksikan pilot inspeksi
penerbangan untuk menerbangkan azimuth MLS yang diinginkan dan merekam
perbedaan antara indikasi panduan output peralatan.
Personel training and qualification :
a) Semua personel yang secara langsung terlibata dalam inspeksi
penerbangan, pemeliharaan atau pemasangan aero-nautika alat bantu
navigasi harus memiliki kualifikasi yang memadai, serta berpengalaman
dalam fungsi pekerjaannya.
b) Sistem manajemen harus mencakup prosedur tertulis untuk memastikan
kompetensi berkelanjutan dan personel melalui penilaian berkala; dan
c) Program pelatihan awal dan berulang untuk spesialis bantuan navigasi
penerbangan harus mencakup rincian penjelasan tentang prosedur
perawatan dan pengaruhnya terhadap integrasi sinyal yang dipancarkan.
Untuk peralatan flight inspection, pesawat harus dilengkapi dengan VOR receiver
dan sistem antena yang baik. Power level receiver digunakan sebagai parameter
referensi normal. Power level ini juga dapat diubah menjadi kekuatan field strength
jika terjadi kerusakan pada antenna dan kabel losses.
DISTANCE MEASURING EQUIPMENT (DME)
Sistem DME memberikan informasi jarak terus menerus ke pesawat selama
pelaksanaan approach, departure, atau en-route sesuai dengan prosedur yang ada.
Sinyal dapat dilihat baik oleh pilot dari tampilan atau input langsung ke flight
management system (FMS). Adapun parameter dari flight testing peralatan DME
adalah sebagai berikut:
Inspeksi peralatan DME dapat dilakukan secara terpisah atau paralel dengan
pemeriksaan fasilitas ILS, MLS, atau VOR. Parameter penting DME biasanya
diperiksa di lapangan. Namun, karena DME biasanya dipasang sehubungan dengan
fasilitas ILS, MLS, atau VOR, lebih baik melakukan pemeriksaan DME pada saat
alat alat tersebut sedang dilakukan flight inspection.