Anda di halaman 1dari 36

SELAMAT JUMPA

MATEMATIKA EKONOMI
PENGGUNAAN FUNGSI DALAM EKONOMI

Matematika Ekonomi
Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Susianti,SE.,M.Sc.
FUNGSI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Fungsi Permintaan

Fungsi Penawaran

Pajak dan Subsidi


Fungsi Permintaan

Fungsi Permintaan adalah persamaan yang


menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang
Definisi diminta dan semua faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Bila harga suatu barang naik,ceteris paribus, maka jumlah
barang yang diminta konsumen turun. Sebaliknya, bila
Hukum Permintaan harga turun, ceteris paribus, maka jumlah barang yang
diminta akan naik

o Gradien/curam bernilai negatif


Grafik
o Sumbu y → P dan Sumbu x → Q

Rumus mencari Fungsi Linier


Contoh

Sepuluh jam tangan merek tertentu akan terjual jika harganya Rp


80,- (dalam ribuan), dan 20 jam tangan akan terjual jika harganya
Rp.60,-. Tunjukkan fungsi permintaannya dan gambarkan grafiknya?
Penyelesaian: Perhitungan

Dari soal diketahui pasangan urutnya sebagai berikut: (10, 80) dan (20, 60),
sehingga dapat ditentukan: Q1 = 10, P1 = 80 dan Q2 = 20, P2 = 60

Sehingga fungsi permintaan:

P – 80 = -2 ( Q – 10 ) atau P – 80 = -2Q + 20, maka 2Q + P – 100 = 0

Persamaan dapat ditulis: atau Q = 50 – 0,5 P


Penyelesaian: Grafik
Fungsi Penawaran

Fungsi Penawaran adalah persamaan yang


menunjukkan hubungan antara harga barang dengan
Definisi jumlah barang yang ditawarkan produsen

Bila harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka jumlah


barang yang ditawarkan akan naik. Sebaliknya, bila harga
Hukum Penawaran turun, ceteris paribus, maka jumlah barang yang
ditawarkan akan turun

o Gradien/curam umumnya bernilai positif


Grafik
o Sumbu y → P dan Sumbu x → Q

Rumus mencari Fungsi Linier


Contoh

Jika harga kamera per unit sebesar Rp 65,- (dalam ribuan), maka
ada 125 unit kamera yang tersedia di pasar. Apabila harganya naik
menjadi Rp. 75,- (dalam ribuan), maka di pasar akan tersedia 145
unit kamera. Tunjukkan bagaimana bentuk fungsi penawarannya?
Penyelesaian: Perhitungan

Dari soal diketahui pasangan urutnya sebagai berikut: (65,125) dan (75,145),
sehingga dapat ditentukan: Q1 = 65, P1 = 125 dan Q2 = 75, P2 = 145

Sehingga fungsi penawaran:

atau Persamaan dapat ditulis: Q = 2P – 5


Penyelesaian: Grafik
Keseimbangan (Equilibrium)

Keseimbangan permintaan dan penawaran terjadi pada saat


kuantitas permintaan sama dengan kuantitas penawaran atau harga
permintaan sama dengan harga penawaran.

Qd = Qs atau Pd = Ps

di mana :
Pd = harga yang diminta
Ps = harga yang ditawarkan
Qd = jumlah yang diminta
Qs = jumlah yang ditawarkan
Contoh

Jika fungsi permintaan dan penawaran ditunjukkan oleh


persamaan:
Pd = 10 – 2Qd dan Ps = 3/2 Qs + 1

Maka keseimbangan pasar:

Pd = Ps
10– 2Q = 3/2Q + 1
-3/2 Q – 2Q = 1 - 10
-7/2 Q = - 9
Q = 18/7
Contoh

Maka:

P = 10 – 2Q
P = 10 – 2 (18/7 )
P = 10 – 36/7
P = 34/7

Jadi keseimbangan tercapai pada


tingkat harga dan kuantitas
sebanyak unit.
Pajak dan Subsidi

Ceteris paribus (faktor-faktor yang dianggap tetap) dalam


fungsi penawaran adalah teknologi, pajak, dan subsidi.
Sehingga pengenaan pajak dan subsidi hanya akan
menggeser fungsi penawaran (fungsi penawaran akan
berpindah tempat) dan tidak berpengaruh terhadap
fungsi permintaan (fungsi permintaan tidak akan
bergeser
Pajak dan Subsidi

Keseimbangan setelah ada pajak


.
▪ Adanya pengenaan pajak akan menggeser
kurva penawaran ke atas sebesar pajak (t)
yang dikenakan.
▪ Posisi keseimbangan berubah karena produsen
menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Hal
ini disebabkan karena produsen berusaha untuk
menggeser beban pajak ke konsumen.
▪ Produsen menginginkan agar seluruh beban
pajak itu ditanggung oleh konsumen. Tapi,
kenyataannnya konsumen tidak menanggung
seluruh beban pajak. Artinya, ada sebagian
pajak yang masih harus ditanggung oleh
produsen. Akibatnya, harga keseimbangan
menjadi lebih tinggi dari harga keseimbangan
sebelum ada pajak dan jumlah
keseimbangannya menjadi lebih sedikit.
PEMERINTAH
Jumlah pajak yang diterima oleh
pemerintah dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah unit barang yang dijual
dikalikan dengan besarnya pajak yang
dikenakan untuk setiap unitnya.

PRODUSEN
KONSUMEN
Pajak yang ditanggung oleh
Beban pajak yang ditanggung oleh
produsen sebesar selisih antara
konsumen merupakan selisih antara
besar pajak yang dikenakan oleh
harga keseimbangan setelah ada
pemerintah dengan bagian pajak
pajak dengan harga keseimbangan
yang ditanggung oleh konsumen
sebelum ada pajak.
(sisa pajak).
Pajak dan Subsidi

Keseimbangan setelah ada subsidi


.
Subsidi merupakan kebalikan dari pajak.
Pemberiaan subsidi akan menggeser
kurva penawaran ke bawah. Adanya
subsidi akan menurunkan harga jual
barang tersebut menjadi lebih murah
karena biaya produksi menjadi lebih
ringan. Akibatnya setelah subsidi harga
keseimbangannnya menjadi lebih rendah
daripada sebelumnya dan jumlah
keseimbangannya menjadi lebih besar.
PEMERINTAH
Jumlah pengeluaran pemerintah untuk
subsidi dihitung dengan mengalikan jumlah
unit barang yang dijual dikalikan dengan
besarnya subsidi yang diberikan untuk
setiap unitnya.

PRODUSEN
KONSUMEN
Subsidi yang diterima oleh
Subsidi yang diterima oleh konsumen
produsen sebesar selisih antara
merupakan selisih antara harga
besar subsidi yang diberikan oleh
keseimbangan sebelum ada subsidi
pemerintah dengan bagian subsidi
dengan harga keseimbangan setelah
yang diterima oleh konsumen (sisa
ada subsidi
subsidi).
Contoh: Keseimbangan Awal

Fungsi permintaan dan penawaran suatu barang ditunjukkan oleh


persamaan:
Qd = 15 – Pd dan Qs= - 6 + 2Ps
Keseimbangan tercapai bila Pd = Ps dan Qd = Qs atau
15 – P = 2P – 6
-3P = - 21
P= 7
Maka:
Q = 15 – P
Q = 15 – 7
Q= 8
Jadi, harga keseimbangan Pe = 7 dan Jumlah keseimbangan Qe = 8
Contoh: Setelah Pajak

PAJAK yang dikenakan oleh pemerintah Rp. 3,- per unit. Maka harga dan jumlah
keseimbangan sesudah ada pajak:
Fungsi permintaan tidak berubah, yaitu Qd = 15 - Pd
Fungsi penawaran yang baru: Qs = 2 (Ps – 3) – 6
Qs = 2Ps – 6 – 6
Qs = 2Ps – 12
Keseimbangan yang tercapai bila Pd = Ps dan Qd = Qs atau
15 – P = 2P – 12
-3P = - 27
P= 9
Maka:
Q = 15 – P
Q = 15 – 9
Q= 6
Jadi, keseimbangan yang baru terjadi pada harga Pt = 9 dan kuantitas Qt = 6

.
Contoh: Setelah Pajak

Besar penerimaan pajak total oleh pemerintah


Penerimaan pemerintah dari pajak = t. Qt
= 3. 6 = 18

Pajak yang ditanggung konsumen dan produsen


▪ Bagian pajak yang ditanggung oleh konsumen = Pt – Pe = 9 – 7 = 2

Sehingga: Pajak total konsumen = (Pt – Pe). Qt


= (9 – 7). 6
= 2. 6
= 12

▪ Bagian pajak yang ditanggung oleh produsen = t – (Pt – Pe) = 3 – 2 = 1

Sehingga: Pajak total produsen = Pajak total pemerintah - (Pt – Pe). Qt


= 18 – (9 - 7). 6
= 18 - 12
= 6
Contoh: Setelah Pajak

Adanya pajak sebesar Rp.3,- per unit


akan menaikan harga keseimbangan
dari P = 7 menjadi P = 9, dan akan
menurunkan jumlah keseimbangan
dari Q = 8 menjadi Q = 6. Sehingga
titik keseimbangan akan berpindah
dari (8, 7) menjadi (6, 9), dimana
kurva penawaran akan bergeser ke
atas. Pergeseran tersebut sebesar
pajak yang dibebankan oleh
pemerintah.
.
Contoh: Setelah Subsidi

SUBSIDI yang dikenakan oleh pemerintah Rp. 1.5,- per unit, maka harga dan
jumlah keseimbangan sesudah ada pemberian subsidi adalah
Fungsi permintaan tidak berubah, yaitu Qd = 15 - Pd
Fungsi penawaran yang baru: Qs = 2 (Ps + 1,5) – 6
Qs = 2Ps + 3 – 6
Qs = 2Ps – 3
Keseimbangan yang tercapai bila Pd = Ps dan Qd = Qs atau
15 – P = 2P – 3
-3P = - 18
P= 6
Maka:
Q = 15 – P
Q = 15 – 6
Q= 9
Jadi, keseimbangan yang baru terjadi pada harga Ptr = 6 dan kuantitas Qtr = 9
Contoh: Setelah Subsidi

Besar pengeluaran total subsidi oleh pemerintah


Pengeluaran pemerintah dari subsidi = S. Qtr
= 1,5. 9
= 13, 5
Subsidi yang diterima konsumen dan produsen
▪ Bagian subsidi yang diterima oleh konsumen = Pe – Ptr = 7 – 6 = 1

Sehingga: Subsidi total konsumen = (Pe – Ptr). Qtr


= (7 – 6). 9
= 9

▪ Bagian subsidi yang diterima oleh produsen = S – (Pe – Ptr) = 1,5 – 1 = 0,5

Sehingga: Subsidi total produsen = Subsidi total pemerintah - (Pe – Ptr). Qtr
= 13,5 – (7 - 6). 9
= 13,5 – 9
= 4,5
Contoh: Setelah Subsidi

Adanya subsidi sebesar Rp. 1,5 per unit


akan menurunkan harga keseimbangan
dari P = 7 menjadi P = 6, dan akan
menaikkan jumlah keseimbangan dari Q =
8 menjadi Q = 9. Sehingga titik
keseimbangan akan berpindah dari (8, 7)
menjadi (9, 6), dimana kurva penawaran
akan bergeser ke bawah. Pergeseran
tersebut sebesar subsidi yang diberikan
oleh pemerintah.
FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

Fungsi Konsumsi

Fungsi Tabungan
Fungsi Konsumsi & Tabungan

Keynes berpendapat bahwa pengeluaran seseorangg untuk


konsumsi dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin tinggi
tingkat pendapatannya maka tingkat konsumsinya juga
semakin tinggi. Sejalan dengan pemikiran tersebut, bahwa
seseorang yang tingkat pendapatannya semakin tinggi,
semakin besar pula tabungannnya, karena tabungan
merupakan bagian dari pendapatan yang tidak
dikonsumsikan.
Hubungan Konsumsi dan Pendapatan

Hubungan fungsional antara konsumsi dan pendapatan:


C = f(Y) atau C = a+ bY (a>0, b>0)
dimana:
C = pengeluaran untuk konsumsi
a = besarnya konsumsi pada saat pendapatannya nol
b = MPC, yaitu besarnya tambahan konsumsi karena adanya tambahan
pendapatan sebesar satu satuan uang
Y = pendapatan

Pendapatan (Y) digunakan untuk konsumsi (C) dan tabungan (S), atau
Y=C+S
S=Y– C
S = Y – (a + bY)
S = Y – a – bY
S = -a + (1-b) Y
(1 – b) disebut hasrat menabung marginal (MPS)
Contoh 1: Perhitungan

Bila diketahui fungsi konsumsi C =10 + 0.75Y, maka fungsi tabungannya


adalah: S = Y – C
S = Y – (10 + 0.75Y)
S = -10 + 0.25Y
Besarnya konsumsi pada saat tabungannya sama dengan nol , S = 0 ( titik
impas)
S = -10 + 0.25Y
0 = - 10 + 0,25 Y
-0, 25 Y = - 10
Y = 40
di mana:
Y = C + S, pada saat S = 0, maka Y = C

Jadi, besarnya konsumsi pada saat tabungannya nol adalah 40.

.
Contoh 1: Grafik
Contoh 2

Pak Santosa mengatakan bahwa pada saat menganggur ia harus


mengeluarkan Rp. 30.000,- untuk kebutuhannya sebulan. Sekarang,
setelah bekerja dengan penghasilan Rp. 100.000,- bisa menabung Rp.
10.000,- per bulan. Berapakah tabungannya per bulan bila
penghasilannya telah mencapai Rp. 120.000,- per bulan?
Contoh 2 : Perhitungan (1)

Pada saat penghasilannya Y = 0, dengan a = Rp. 30.000,- , maka


fungsi konsumsinya:
C = 30.000 + bY
Pada tingkat penghasilannya Rp. 100.000,-, Tabungan (S) = Rp. 10.000,-, berarti
konsumsinya:
C=Y–S
C = Rp. 100.000,- - Rp. 10.000,- = Rp. 90.000,-

Dengan substitusi Y = 100.000 dan C = 90.000 ke dalam persamaan


C = 30.000 + bY, maka diperoleh:

90.000 = 30.000 + b (100.000)


- 100.000 b = 30.000 – 90.000
- 100.000 b = - 60.000
b = - 60.000/ -100.000 = 0,6
Jadi persamaan konsumsinya adalah : C = 30.000 + 0,6 Y

.
Contoh 2 : Perhitungan (2)

Pada tingkat penghasilan (Y) = 120.000, maka:


C = 30.000 + 0,6 (120.000)
C = 30.000 + 72.000
C = 102.000

Maka: S = Y – C
S = 120.000 – 102.000
S = 18.000

Jadi, tabungan Pak Santosa pada saat penghasilannya mencapai


Rp. 120.000,- adalah Rp. 18.000,- per bulan.
Contoh 2 : Grafik

Anda mungkin juga menyukai