Anda di halaman 1dari 8

Kelompok : 2

Anggota :

Tara Amaliana Jakfar

Putri Farissa Kitary

Cut Neisa Salsabila

Hafizah

Rahmi

Fazriati nur

Jihan

Pengaruh pajak pada keseimbangan pasar dan


grafik
Pajak adalah pungutan wajib untuk rakyat atau badan usaha oleh negara yang diatur
dalam undang-undang

Pemerintah memungut pajak untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan masyarakat


umum. Beban pajak yang dipungut oleh pemerintah dapat menambah besarnya biaya
yang harus dipikul oleh produsen atau penjual.

Pajak akan mengakibatkan harga barang yang ditawarkan semakin tinggi sehingga
membuat permintaan berkurang (sesuai hukum permintaan). Kondisi tersebut akan
membuat kurva penawaran bergeser ke arah kiri atas, sementara kurva permintaan
tetap. Karena kurva permintaan tetap maka akan membuat titik keseimbangan
pasar juga bergeser dengan arah yang sama.
Kondisi yang terjadi setelah pajak membuat harga pasar lebih
tinggi dan jumlah keseimbangan lebih rendah.

Keseimbangan Pasar Setelah Pajak

Fungsi permintaan sebelum dan setelah pajak tetap sehingga memliki bentuk fungsi yang
sama yaitu Qd = f(Pd) atau Pd = f(Qd). Sementara fungsi penawaran mengalami
pergeseran sehingga bentuk fungsi penawaran sebelum pajak Qs = f(Ps) atau Ps = f(Qs)
mengalami perubahan.

Untuk besar pajak yang dibebankan sebesar t per unit maka akan membuat fungsi
penawaran Qs = f(Ps) menjadi Qst = f(Ps ‒ t) atau fungsi penawaran Ps = f(Qs) menjadi Pst =
f(Qs) + t.

Sebagai contoh, untuk fungsi penawaran sebelum pajak Qs = a + bPs setelah pajak
menjadi Qst = a + b(Ps ‒ t). Atau fungsi penawaran sebelum pajak Ps = 1/bQs ‒ a/b memiliki
bentuk fungsi penawaran setelah pajak Pst = 1/bQs ‒ a/b + t.
Keterangan:
Qst atau Pst = fungsi penawaran setelah pajak
Qs atau s = fungsi penawaran sebelum pajak
Pd atau Qd = fungsi permintaan

Q = kuantitas
P = harga
t = besar pungutan pajak

Harga pasar sebelum pajak Pe dan harga pasar setelah ada pajak adalah Pet. Sementara
 

jumlah keseimbangan sebelum pajak Qe dan jumlah keseimbangan setelah ada pajak Qet.
Jadi, titik keseimbangan sebelum pajak adalah (Qe, Pe) dan titik keseimbangan setelah
subsidi adalah (Qet, Pet).

Besar Pajak yang Diterima Pemerintah dan Ditanggung Konsumen/Produsen

Besar pajak yang diterima pemerintah (TG) sama dengan perkalian besar pajak (t) per
unit dengan jumlah penawaran setelah pajak (Qet). Besar pajak yang ditanggung
konsumen (TK) sama dengan perkalian antara selisih harga setelah dan sebelum pajak
(Pet ‒ Pe) dengan jumlah penawaran setelah pajak (Qt). Sementara besar pajak yang
ditanggung produsen (TP) sama dengan selisih antara pajak yang diterima pemerintah
(TG) dengan pajak yang ditanggung konsumen (TK).

Besar pajak yang diterima pemerintah (TG), pajak yang ditanggung konsumen (TK), dan
pajak yang dibayar produsen (TP) secara metematis sesuai dengan persamaan-persamaan
berikut.

 Total pajak yang diterima pemerintah (TG):


TG = t × Q   et

t = besar pajak per unit


Qet = jumlah keseimbangan setelah pajak

 Pajak ditanggung konsumen (TK):


TK = (P  ‒ P ) × Q
et e et

Pet = harga pasar setelah pajak


Pe = harga pasar sebelum pajak
Qet = jumlah keseimbangan setelah pajak

 Pajak ditanggung produsen (TP):


TP = TG ‒ TK
TG = pajak yang diterima pemerintah
TK = pajak yang ditanggung konsumen

Contoh soal:

1. Pada saat fungsi permintaan Qd = 15 ‒ P dan fungsi penawaran Qs = ‒6 + 2P,


pemerintah menetapkan pajak sebesar Rp2,00 per unit. Berdasarkan data tersebut,
harga keseimbangan setelah pajak adalah ….
A. 8,33
B. 8
C. 7,
D. 6,67
E. 4,33

Pembahasan:
Berdasarkan keterangan yang diberikan pada soal dapat diperoleh beberapa informasi
berikut.

 Fungsi permintaan: Qd = 15 ‒ P


 Fungsi penawaran: Qs = ‒6 + 2P
 Besar pungutan pajak per unit: t = Rp2,00
Pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar dapat membuat kurva
penawaran mengalami pergeseran, sementara kurva permintaan tetap. Sehingga fungsi
yang mengalami perubahan pada pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan
pasar adalah fungsi penawaran.

Menentukan fungsi penawaran setelah ada pajak:


Qst = ‒6 + 2(P ‒ t)
Qst = ‒6 + 2(P ‒ 2)
Qst = ‒6 + 2P ‒ 4
Qst = ‒10 + 2P

Titik keseimbangan setelah pajak dapat ditemukan pada perpotongan fungsi permintaan
Qd dengan fungsi penawaran setelah pajak Qst. Cara menentukan harga dan titik
keseimbangan setelah pajak dapat dilakukan seperti penyelesaian berikut.  

Menghitung harga pasar setelah ada pajak:


Qd = Qst
15 ‒ P = ‒10 + 2P
‒P ‒ 2P = ‒10 ‒ 15
‒3P = ‒25
P = ‒25/‒3 = 8,33

Jadi, harga keseimbangan setelah pajak adalah 8,33.

Jawaban: A

2. Diketahui fungsi permintaan suatu barang adalah Pd = 60 ‒ 2Q sedangkan fungsi


penawarann Ps = ‒40 + 3Q. Jika pemerintah mengenakan pajak sebesar 5 per unit
maka bentuk kurva yang menunjukkan dampak pajak terhadap keseimbangan
fungsi tersebut adalah ….
Pembahasan:
Berdasarkan keterangan yang diberikan pada soal dapat diperoleh beberapa informasi
seperti berikut.

 Fungsi permintaan: Pd = 60 ‒ 2Q


 Fungsi penawaran sebelum ada pajak: Ps = ‒40 + 3Q
 Bersa pajak per unit: 5
 Fungsi penawaran setelah ada pajak: Ps = ‒40 + 3Q + 5

Pungutan pajak dapat menggser kurva penawaran dan titik keseimbangan atau titik
ekuilibrium, sedangkan kurva permintaan akan tetap. Arah pergeseran kurva penawaran
dan titik ekuilibrium adalah ke sebelah kiri atas. Gambaran kurva penawaran
(S) dan titik ekuilibirum (E) yang mengalami pergeseran ke kiri atas terdapat pada
pilihan B.

Jadi, bentuk kurva yang menunjukkan dampak pajak terhadap keseimbangan fungsi
tersebut terdapat pada pilihan B.

Jawaban: B

3. Misalnya sebelum dikenakan pajak, permintaan dan penawaran suatu produk adalah sebagai
berikut:
PD = 10 – 2Q (rupiah per unit)
PS = Q + 1 (rupiah per unit)
Kemudian pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp 3/unit.
Tentukan:
1. harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak dikenakan.
2. total penerimaan pajak oleh pemerintah.
3. besar pajak yang ditanggung konsumen dan produsen.
Jawab:
Keseimbangan pasar sebelum pajak:
PD = PS
10 – 2Q = Q + 1
3Q = 9
Q=3
Substitusikan Q = 3 ke dalam persamaan P D atau PS, maka akan diperoleh harga keseimbangan pasar
sebesar Rp 4/unit. Jadi, sebelum pajak harga keseimbangan pasarnya adalah Rp 4/unit dengan
jumlah keseimbangan sebanyak 3 unit.
Dengan dikenakannya pajak sebesar Rp 3/unit, fungsi penawaran akan menjadi P ST = (Q + 1) + 3 = Q +
4. Untuk menentukan harga dan jumlah keseimbangan pasar yang baru, selesaikan persamaan P ST = PD.
Q + 4 = 10 – 2Q
3Q = 6
Q = 2 [Bandingkan dengan Q sebelum pajak. Setelah pajak, permintaan berkurang.]
Untuk menentukan harga keseimbangan pasar yang baru, substitusikan Q = 2 tersebut ke dalam
persamaan PST atau PD, akan diperoleh harga keseimbangan pasar yang baru, yaitu Rp 6/unit.
Jadi, setelah pajak harga keseimbangan pasarnya adalah Rp 6/unit dengan jumlah keseimbangan
sebanyak 2 unit.
 
Dengan dikenakannya pajak oleh pemerintah sebesar Rp 3/unit, jumlah yang diminta konsumen adalah
Q = 2 unit, sehingga total penerimaan pajak oleh pemerintah adalah T = 2.Rp 3 = Rp 6.
 
Perhatikan bahwa pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp 3/unit, tetapi harga di pasar hanya naik
sebesar Rp 2 (= Rp 6 – Rp 4) per unitnya. Total pajak sebesar Rp 6 yang dibayarkan tersebut ditanggung
oleh produsen maupun konsumen. Pajak yang ditanggung konsumen adalah 2.Rp 2 = Rp 4. Sisanya
adalah pajak yang ditanggung produsen, yaitu Rp 6 – Rp 4 = Rp 2.
 

Anda mungkin juga menyukai