BAB I
A. PENGERTIAN STERILISASI
Jika peralatan operasi di rumah kita kotor dan banyak mengandung mikroba
pastinya sakitnya tidak akan kunjung sembuh justru akan timbul penyakit baru.
Keterangan gambar:
1. Rotor pengaduk 14. Sekring
2. Belt rotor 15. Pengatur suhu
3. Poroc pengaduk 16. Indikator suhu
4. Gear box poras 17. Powerstat
5. Indikator tekana 18. Pengatur kecepatan rotor
6. Baut dan mur 19. Kotak panel/dudukan
7. Flange 20. Pengambil sampel
8. Gasket 21. Penguat dan baut
9. Dinding tangki 22. Masukan umpan
10. Elemen panas 23. Motor
11. Isolator 24. Pendingin motor
12. Pengaduk 25. penyangga
13. Termokopel
B. Prinsip kerja dan tujuan sterilisasi sangat penting untuk memahami dasar
sterilisasi yaitu pemahaman tentang prinsip dan tujuan sterilisasi, pada analisis
bidang mikrobiologi sterilisasi memiliki prinsip kerja dan tujuan tertentu.
a. Prinsip kerja sterilisasi.
Prnisip kerja dari proses sterilisasi adalah menghiangkan pengotor
dan mikroba yang ada pada alat maupun bahan dengan cara
memanaskan alat dan bahan pada suhu dimana mikroba bisa mati yakni
pada suhu 121˚C atau sesuai pada alat yang digunakan pada proses
sterilisasi, prinsip lain bisa dilaksanakan dengan menggunakan radiasi,
penyaringan atau filtrasi dengan ,emnggunakan bhan kimia sebagai
mediauntuk mematikan mikroba.
b. Tujuan sterilisasi
Tujuan dilaksanakannya sterilisasi adalah diperolehnya alat dan bahan
atau media yang steril dan bebas dari mikroba yang tidak diinginkan
secara rinci, tujuan sterilisasi adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan media, bahan dan peralatan dalam keaddan yang steril
dan siap dipakai
2. Menetapkan hasil akhir untuk peralatan yang steril dan bebas mikroba.
3. Mencegah kerusakn media alat dan bahan.
4. Menjamin kebrsihan alat yang dugunakan.
5. Mencegah tejadinya infeksi yang disebabkan oleh media alat dan
bahan yang tidak steril.
C. Metode steriisasi dan uji sterilisasi.
Banyak metode yang digunakan untuk melaksanakan sterilisasi
menggunakan udara panas atau bara api. Berdasarkan sifatnya sterilisasi
dapat dibaedakan menjadi 3 jenis yaitu steriisasi secara mekanik, fisika dan
kimia secara sederhana berdasarkan material ataupun bahan yang digunakan
steriisasi dibedakan menjadi:
a. Metode pemanasan kering.
Prinsip dari metode ini adalah sterilisasi dengsn pemanasan tehadap
alat atau bahan. Pelaksanaanya dibedakan menjadi beberapa yaitu:
1. Pemanasan kering menggunakan pembakaran sterilisasi dilakukan
dengan menggunakan alat pembakar spirtus atau bunsen atau aat
pembakar.
2. Pemanasan kering menggunakan udara panas dilakukan
mengguanakan sterilisator yang berupa oven.
b. Metode pemanasan basah.
Metode sterilisasi ini dengan pemanasan alat atau bahan menggunaka
uap air atau air panas pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa yaitu:
1. Pemanasan basah dengan perebusan.
Dengan menggunakan perebusan alat pada air mendidih selama 60
menit, dengan menggunakan alat seperti pinset, gunting, jarum dan
sebagainya.
2. Pemanasan basah dengan steam atau uap air panas.
3. Pemanasan basah dengan uap air panas bertekanan tinggi (autoklave)
pada suhu didih air dan tekanan semakin tinggi selama 30-70 menit.
4. Pasteurisasi diakukan dengan pemanasan media atau bahan (susu
dan alkohol pada suhu 60-65˚ C selama 30 menit.
c. Metode filtrasi.
Sterilisasi ini disebut juga sterilisasi mekanik metode filtrasi dengan
cara mengalirkan cairan atau gas melalui saringan yang memiliki pori
pori kecil. Filter yang umum digunakan adalah berkeled filter dan
chamberlend filter.
Kegunaannya:
1. Untuk meminimalisasi kuman yang terbawa saat udara dimasukkan
kedalam media atau ruang kerja yang tidak steril.
2. Untuk sterilisasi bahan atau media yang tidak tahan terhadap
pemanasan seperti sterilisasi vaksin, vitamin, atau enzim sebagai
contoh media area borth.
d. Metode sinar radiasi
Metode ini digunakan jika media tidak dapat di sterilisasi dengan
metode panas maupun dingin, sinar radiasi yang dipancarkan akan
menyebabkan kematian pada mikroba serta sel sel jasad renik yang
lain. Sinar yang digunakan umum adalah sinar utlraviolet yang memiliki
panjang gelombang 265 mm yang memiliki daya mematikan mikroba
yang tinggi.
e. Metode kimia, menggunakan bahan kimia tambahan yang bersifat
meracuni beberapa konsep:
1. Desinfektan
2. Antiseftik
3. Biostatik
4. Biosidal
1. Senyawa alkohol
2. Senyawa pena
3. Senyawa halogen
4. Logam berat dan senyawanya
5. Detergen
6. Senyawa aldehid
7. Gas yang bersifat steriliator
Bab 3
kerusakan dari bahan makanan bisa terjadi secara tepat maupun lambat hal ini
bergantung pada jenis makanannya serta kondisi lingkungan sekitar salah satu
tanda kerusakan bahan pangan yaitu jumlah mikroba yang tumbuh melebihi ambang
batas agar kerusakan bahan pangan dapat diketahui maka perlu dilakukan
pemeriksaan dengan tujuan yaitu bahan pangan masih aman untuk dikonsumsi.
Parameter fisika
A. cahaya
Energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu sekitar 1˚C Lebih besar dari
energi yang dibutuhkan untuk materi lainPerairan membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk menaikkan atau menurunkan suhu jika dibandingkan dataran.
1. Suhu
Dampak peningkatan suhu pada air yaitu:
a. peningkatan viskositas, Reaksi kimia, evaporasi, penguapan dan
Polatilisasi pengukuran yang statistik.
b. penurunan kelarutan gasDalam air.
c. peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air
meningkatkan konsumsi O2.
d. peningkatan suhu 100˚C peningkatan konsumsi O2 oleh organisme
aquatin atau 3 kali.
e. suhu optimum pertumbuhan fitoplankton 20-30˚ C
2. Kecerahan dan kekeruhan
kecerahan merupakan ukuran transparsi perairan ditentukan secara visual
menggunakan sechii disk, kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan.
kekeruhan menggambarkan sifat optik air ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air, penyebabnya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan
terlarut (Lumpur dan pasir halus) plankton dan mikroorganisme.
Metode Satuan
Turbidimiter Tubidita, setara 1mg/liter
nephelomtric NTU (nephelomtric turbidy unit
3. warna
diamati langsung secara visual atau diukur berdasarkan skala platinum kobal
(satuan ptca), dengan membandingkan warna air standar Berikut merupakan
penyebab timbulnya warna di perairan.
a. bahan organik (tanin, lignin, humus dari dekomposisi tumbuhan)
kecoklatan.
b. ion-ion logam Fe 0,3 mg atau warna kekuningan: MN 0,05 g/liter
Warna abu.
c. kalsium karbonat dari daerah berkapur warna kehijauan.
d. Mankten dinoplagelata warna mera cynophyta (perairan tawar).
e. Blooming alqo filum dinoklaqiata perairan laut berwarna merah. Red
tide: perubahan laut menjadi merah, ledakan alqo merah yang kaya
akan pigmen pliycoeritrin, 1ml air berisi ribuan jutaan sel.
f. melimpahnya nutrien di laut (eutorifikasi).
g. pemanasan global: suhu meningkat atau memicu metabolisme sel
alqo meningkat alqo dalam jumlah besar atau stok oksigen berkurang
atau ikan akan mati
4. Konduktifitas
Daya hantar listrik (DHL) merupakan gambaran numerik dari kemampuan air
untuk meneruskan aliran listrik, semakin banyak garam terlarut yang dapat
terionisasi, semakin tinggi nilai ph.l asam basa garam adalah konduktor yang
baik sedangkan bahan organik( sukrosa, benzena) penghantar listrik yang
buruk.
5. Padatan total terlarut tersusun
padatan total (residu) bahan yang tersusun Setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu.
6. Salinitas
merupakan konsentrasi total ion dalam perairan air laut limbah industri nilai sanilitas
dipengaruhi oleh masuknya air bawah dari sungai satuan sanilitas adalah gram per
kg atau persen tingkat konsentrasi garam yang tinggi sampai batas tertentu akan
meningkatkan tekanan osmotik tanaman sehingga menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
7. Ph dan Asiditas
kadar keasaman atau kekebalan air di irigasi dinyatakan sebagai PH (<
70 asam ; >70 Basa Range PH normal 65-84. pH yang rendah menyebabkan
korosi pada sistem irigasi pH yang tinggi sering kali disebabkan karena
adanya karbonat dengan bikarbonat atau sering diakalinity tingginya karbonat
menyebabkan pelepasan ion magnesium dan kalsium menyisakan ion
natrium sebagai ion yang dominan air.
8. Sulfat
1. mempengaruhi tanaman pada konsentrasi yang tinggi.
2. karena mempengaruhi kapasitas pengambilan ion yang dibutuhkan
tanaman.
3. untuk lahan pasir diizinkan hingga kurang dari <1% organik matter dan
< 10 ppm 54-5 pada air irigasinya.
9. Oksigen terlarut
BOD (biochemical oxygen demand) merupakan banyaknya oksigen
(mg) yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan atau mengoksidasi
bahan organik dalam 1 liter limbah selama pengasaman (5x24 jam pada suhu
20˚c).Bod menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroba
untuk memecah mengoksidasi bahan pencemar yang terdapat di dalam suatu
perairan.
COD (chemical oxygen demand) merupakan banyaknya oksigen (mg)
yang dibutuhkan oksidator untuk mengoksidasi bahan atau zat organik dari
anorganik dalam 1 liter air limbah. nilai COD biasanya lebih tinggi dari nilai
BO karena bahannya stabil tidak terurai Dalam uji BOD dapat teroksidasi
Dalam uji COD makin besar nilai BOD dan atau COD makin tinggi tingkat
pencemaran suatu perairan.
oksigen terlarut CDO (Chemical dissolved oxygen) oksigen merupakan
banyaknya oksigen terlarut (mg) dalam1 liter air kehidupan makhluk makhluk
hidup di dalam air (tumbuhan dan biora air) bergantung dari kemampuan air
untuk mempertahankan konsentrasi nominal yang diperlukannya oksigen
terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara
yang masuk ke dalam air makin rendah nilai DO maka tinggi tingkat
pencemaran, biasanya biota perairan menghendaki DO >4 ppm.
B. Standar kualitas makanan
pangan harus berdasarkan suatu standar sehingga tidak merugikan
dan tidak membahayakan kesehatan konsumsi undang-undang pangan telah
disetujui pada tahun, 1996 tiga pertimbangan yang digunakan dalam
pembuatan undang-undang pangan tersebut adalah.
1. pangan merupakan kebutuhan dasar manusia.
2. pangan yang aman, bermutu, bergizi, dan beragam sebagai prasyarat utama
untuk kesehatan dan.
3. pangan sebagai komoditas dagang memerlukan sistem perdagangan yang
jujur dan bertanggung jawab (Soeharto 1997).
Kramer dan dan tuigg (1983) mengklasifikasikan karakteristik mutu bahan
pangan.
karakteristik fisik atau tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran,
bentuk, dan cacat fisik, kinestika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi,
pelapor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan ocip.
karakteristik tersembunyi yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis.
Perlunya standar mutu antara lain
A. ciri-ciri kapang
Kapang merupakan mikroba yang tergolong dalam fungi memiliki lebih
dari satu sel berupa benang-benang halus yang disebut hifa. kumpulan hifa
disebut miselium, dan berkembang biak dengan spora. kapang termasuk
mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena berperan penting
dalam industri makanan, banyak menjadi perusahaan pangan kapang dapat
bersifat menguntungkan dan merugikan. beberapa jenis kapang bersifat
merugikan karena kapang membentuk mikotoksin yang diproduksi atau
dikenal sebagai penyebab keracunan, salah satu mikotoksin yang diproduksi
oleh kapang yang sering Mencemari makanan adalah aflatoksin. toksin ini
dihasilkan oleh kapa Aspergillus plauas dan mencemari bahan makanan
seperti kacang-kacangan jagung dan Sereal.
Berbeda dengan toksin yang diproduksi oleh bakteri,mikotoksin pada
umumnya tidak menyebabkan penyakit yang bersikap akut. Tetapi timbulnya
penyakit biasanya disebabkan oleh konsumsi mikotoksin dalam jumlah kecil
secara berulang-ulang jangka waktu yang lama.
keadaan makanan yang telah ditumbuhi Kapang yang tidak diinginkan
pada permukaannya menandakan bahwa makanan tersebut tidak aman untuk
dikonsumsi Berikut, merupakan ciri-ciri kapang
1.Tidak berklorofil Oleh karena itu bersifat heterotrof2 bersifat eukariot mempunyai
inti yang sejati yaitu materi ini dibungkus oleh membran inti 3 ada yangBersel
tunggal ada yang banyak yang bersel banyak berbentuk benang atau filamen 4
ukuran jamur sangat bervariasi dari yang sangat kecilMikroskopis sampah yang
berukuran cukup besar makroskopis 5 berkembang biak secara vegetatif dan
generatif 6Senang dengan lingkungan yang agakAsam yang akanAsam kurang
cahaya terutama di tempat lembab yang mengandung zat organik
[10.01, 10/2/2024] Husni: 7 bersel banyak tubuhnya tersusun dari benang yang
disebut hifa yang berdimensi 5 sampai 10 mikrometer hifa dapat bercabang-cabang
membentuk anyaman disebut miselium pada beberapa fungi dinding sel atau dinding
hifa mengandung selulosa tetapi pada umumnya terutama terdiri atas nitrogen
organik yang kilin jenis-jenis kapang a relicopus liozopus sering disebut kapang roti
karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti Rhizopus oryzae yang
digunakan dalam fermentasi tempe dan oncom ciri-ciriCiri-ciri RhizopusDari
morfologi 1 hifa non septal 2 mempunyai tondanrhizoid yang berwarna gelap jika
sudah tua 3 sporanya biasanya besar dan berwarna hitam 4 tumbuh pada titik
dimana berbentuk juga rizoid 6 kolummela agak bulat dan aposisis berbentuk seperti
cangkir 6 tidak mempunyai sporangiola berbentuk pipa vegetatif yang melakukan
penetrasi pada substrat dan hifa fertil yang memproduksi sporalia pada ujung
sporangiapora 8 pertumbuhannya membentuk miselium seperti kapas
BAB II
a. Spread plate
Spread plate adalah teknik menanam mikroba dengan melakukan
penyebaran suspensi bakteri di atas permukaan media sehingga pada
akhirnya akan di peroleh kultum murni dari mikroba.
b. Pour plate
Pour plate adalah teknik penanaman mikroba yang memerlukan
media agar yang belum padat untuk di tuangkan bersama suspensi
bakteri kedalam cawan petri. Kemudian dilakukan homogenisasi dan
biarkan memadat. Hal ini akan membuat penyebaran mikroba dari
permukaan sampai kedala media.
c. Streak methods
Teknik streak methods adalah teknik dengan membuat goresan
goresan pada media pertumbuhan. Goresan dilakukan dengan kawat
ose.
d. Metode tusuk
Teknik metode tusuk adalah dengan membuat tusukan tusukan pada
meida menggunakan jarum ose.
C. Penerapan teknik isolasi dan inokulasi
Pada pelaksanaan inokulasi, beberpa tahapan yang dilakukan sebelum inokulasi.
Diantaranya:
a. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi harus bersih dan steril agar tidak terjadi kesalahan
pengamatan.inokulasi pada kotak kaca seperti aquarium yang di sebut encast
udara yang melalui alat tersebut di lakukan dalam saringan dan sinar ultra
violet, sehingga terjaga kemurniaanya.
b. Pemindahan cairan menggunakan pipet
Pemindahan cairan dilakukan dengan pipet jika mengambil sampel 1 ml dan
diencerkan dengan aquadest 99 ml.
c. Pemindahan dengan kawat ose
Kawat ose adalah kawat yang terbuat dari pelatina atau nikel yang digunakan
untuk memindahkan sampel padatan kemedia pertumbuhan kawat ini umum
digunakan sebagai kawat untuk inokulasi. Sterilisasi kawat ose dengan cara di
pijarkan dalam nyala api .
d. Melaksanakan isolasi dan inokulasi
Penerpan untuk inokulasi pada media secara umum adalah sebagai berikut:
a. Inokulasi dengan metode agar tegak
1. Tabung reaksi yang sudah disiapkan di isi dengan media nutrien
agar.pada kondisi tabung tegak di diamkan sampai memadat.
2. Di tusukan satu ose atau urus suspensi sampai bakteri.
3. Di inkubasi daam inkubator selama 1 x 24 jam.
4. Setelah di inkubasi di amati dan di catat hal-hal yang penting terkait
mikroba dalam media tegak tersebut.
b. Inokulasi dengan metode agar miring
1. Tabung reaksi yang sudah di siapkan di isi dengan media nutrien agar.
Pada kondisi tabung miring di diamkan sampai memadat sehingga di
peroleh media agar miring.
2. Di tambahkan 1 ose bulat pada suspensi sampel pada bakteri.di gores
dengan pola jigjag.
3. Di inkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam.
4. Setelah di inkubasi di amati dan di catat hal- hal yang penting terkait
media miring tersebut.
c. Inokulasi dengan metode agar cair
1. Gelas kimia atau tabung reaksi yang sudah di siapkan di isi dengan
media nutruen broth.
2. Di tambahkan 1 ose bulat pada suspensi sampel pada bakteri.
3. Di inkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam.
4. Setelah di inkubasi di amati dan di catat hal- hal yang penting terkait
mikroba dalam media cair tersebut.
Penerapan untuk isolasi pada media secara umum adalah sebagai
berikut:
a. Isolasi dengan meode tuang
1. Cawan petri di tambahkan sebanyak sepuluh tetes air menggunakan
pipet tetes.
2. Di tambahkan sebayak 10 ml media TEA, kemudian di homogenkan
dengan di aduk .
3. Di inkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan 3 x
24 jam untuk jamur.
4. Setelah di inkubasi di amati dan di catat hal-hal yang penting terkait
mikroba dalam media tersebut.
b. Isolasi dengan metode gores
1. Cawan petri di di isi dengan 10 ml TEA di diamkan sampai memadat
2. Di goreskan sampel menggunakan kapas.
3. Di inkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan 3 x
24 jam untuk jamur.
4. Setelah di inkubasi di amati dan di catat hal-hal yang penting terkait
mikroba dalam media tersebut.
c. Isolasi dengan metode sebar
1. Cawan petri di di isi dengan 10 ml TEA di diamkan sampai memadat
2. Di tambahkan sampel menggunakan trigal/sky.
3. Di inkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan 3 x
24 jam untuk jamur.
4. Setelah di inkubasi di amati dan di catat hal-hal yang penting terkait
mikroba dalam media tersebut.
d. Isolasi dengan metode tabur
1. Cawan petri di di isi dengan 10 ml TEA di diamkan sampai memadat .
2. Di goreskan sampel padatan menggunakan kapas gores..
3. Di inkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan 3 x
24 jam untuk jamur.
4. Setelah di inkubasi di amati dan di catat hal-hal yang penting terkait
mikroba dalam media tersebut.