Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN MODERASI ISLAM DI ERA 4.0 DAN 5.

0
( REVOLUSI INDUSTRI DAN SOCIETY )

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Moderasi Islam
Dosen Pengampu Bapak Muhammad Ajib Hermawan M.S.I

Penyusun :
Kelompok 10
Bagus Fadlan As Syifa 234110402204
Dwi Masruri 234110402208
Ishmatunisa Syarif 234110402221
Muhammad Fadloil A’mal 234110402228

KELAS 1 PAI E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROFESOR KYAI HAJI SAIFUDDIN
ZUHRI PURWOKERTO

2023
A. Latar Belakang
Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin menyatakan bahwa sikap
moderasi beragama menjadi formula ampuh dalam merespons dinamika zaman di
tengah maraknya intoleransi, ektremisme dan fanatisme berlebihan yang bisa
mencabik kerukunan umat beragama di Indonesia. Revolusi Industri 4.0 disebut
oleh sebagian kalangan sebagai era disrupsi atau era terjadinya perubahan-
perubahan yang fundamental yang tidak terduga dalam kehiduapan manusia.
Menurut Schawab sebagaimana dikutikp oleh Rosyadi (2018) menjelaskan bahwa
revolusi industri 4.0 secara fundamental mengubah hidup dan kerja manusia serta
memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Dengan
penjelasan ini, maka pengaruh revolusi industri 4.0 juga sangat mungkin masuk
ke dalam ranah kehidupan beragama masyarakat Indonesia.
Bersamaan dengan berjalannya waktu dunia terus mengalami perubahan
dan perkembangan, dimana dunia saat ini sudah mulai memasuki Masyarakat Era
5.0 era ini diketahui merupakan dampak dari Revolusi Industri 4.0. Revolusi
Industri 4.0 sendiri dikenal dengan kehidupan mayarakatnya yang serba canggih
dan instan, segala aspek kehidupan dipermudah dengan adanya komputer dan
internet sebagai bahagian penting dalam kehidupan masyarakat. Kehadiran
Revolusi Industri 4.0 yang tidak lepas dari koneksi internet menjadikan kehidupan
sehari-hari manusia menjadi lebih cepat serta dimudahkan dengan teknologi
digital.1

B. Definisi Moderasi Beragama


Menurut bahasa, kata “moderasi” berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang
berarti ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti
“penguasaan diri” (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata “moderasi”, yakni
Pengurangan kekerasan, dan penghindaran keekstreman.

1
Abdilah, Masykuri. (2015). Meneguhkan Moderasi Beragama. Artikel dipublikasikan di https:
//graduate.uinjkt.ac.id/?p=17325.Diunduh 24 November 2023
Moderasi beragama merupakan upaya yang berkelanjutan pemahaman dan
pengamalan yang moderat tentang agama. Bukan agama yang dimoderasi, tapi
cara kita memahami ajaran agama yang kita yakini. Mengapa perlu moderasi?
Agama datang dari yang Maha Sempurna. Sedangkan karakter manusia adalah
memiliki keterbatasan. Maka, sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan,
diperlukan sikap hati-hati dalam memahami (agama) yang sempurna agar tidak
melahirkan pemahaman yang ekstrim. Karena, ketika ada ajaran agama yang
dipahami yang melahirkan pemahaman ingin merendahkan harkat dan martabat
manusia, maka hal itu bukan pemahaman moderat.
Dalam konteks kehidupan masyarakat plural dan multikultural seperti
Indonesia, moderasi harus dipahami sebagai komitmen bersama untuk menjaga
keseimbangan yang paripurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun suku,
etnis, budaya, agama, dan pilihan politiknya harus mau saling mendengarkan satu
sama lain, serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi
perbedaan di antara mereka. Jelas, moderasi sangat erat terkait dengan toleransi.
Istilah toleransi beragama dalam bahasa arab disebut dengan ikhtimal,
tasamuh, yang berarti sikap rela, berlapang dada dan membiarkan. Toleransi
adalah kemauan dan kemampuan untuk bersedia menghormati dan menghargai
perbedaan yang ada pada pihak lain. Kesediaan seperti itu sama sekali tidak berarti
mengganggu, mengurangi, atau bahkan menghilangkan keyakinan prinsipil pada
diri kita. Justru agama mengajarkan agar setiap kita bersedia menghormati dan
menghargai perbedaan keimanan atau keyakinan yang ada pada pihak lain.2

C. Pengertian Revolusi Industri 4.0


Klaus Schwab selaku Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF)
adalah orang yang untuk pertama kalinya memperkenalkan revolusi Industri 4.0.
Dalam perkenalannya, revolusi ini disebut akan secara fundamental mengubah

2
Dedi Wahyudi. Moderasi Beragama Sebagai Reaktualisasi Jihad Milenial Era 4.0, Jurnal
Moderasi Beragama: Vol.1, No.2 Desember 2021, hal 10

2
hidup dan kerja manusia. Dibanding pendahulunya, revolusi industri ini punya
ruang lingkup, skala, dan kompleksitas lebih luas. 3
Penyebutan istilah revolusi industri 4.0, merupakan rangkaian dari beberapa
tahap revolusi industri sebelumnya. Dimulai pada tahun 1784 yang dianggap
sebagai revolusi industri pertama yang terjadi di Inggris, dengan ditemukannya
mesin uap dan sistem mekanik yang menggantikan tenaga manusia dalam dunia
industri secara besar-besaran. Kemudian berlanjut pada akhir abad ke-19 yang
oleh sebagaian kalangan disebut sebagai Revolusi kedua. Pada era ini, industri-
industri telah banyak yang menggunakan mesin-mesin yang ditenagai listrik
untuk melakukan proses produksi secara masal. Sedangkan revolusi ketiga
dimulai pada tahun 1970 yang ditandai dengan penggunaan teknologi komputer
dalam perusahaan manufaktur yang didukung dengan sistim otomasi dalam proses
produksinya (Davies, 2015). 4
Puncak revolusi industri terjadi saat ini dengan lahirnya teknologi digital
yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia, yang dikenal
dengan revolusi industri keempat atau revolusi industri 4.0. Teknologi digital yang
dilahirkan pada era sekarang telah mendorong sistem otomatisasi di dalam semua
proses aktivitas.

D. Pengertian Society 5.0


Semua kemajuan dan perubahan yang dibawa revolusi industry 4.0 mungkin
membuat banyak orang merasa tidak ada revolusi lagi yang bisa terjadi. Namun,
pikiran itu musnah setelah muncul era Society 5.0, sebuah konsep yang dihadirkan
oelh Federasi Bisnis Jepang. Konsep yang sudah diusulkan dalam 5 tahun Science
and Technology Basic Plan ini dijadikan masyarakat masa depan yang harus
dicita-citakan oleh Negeri Matahari Terbit ini.

3
Binus University Online,Sejarah Revolusi Industri 4.0 dan Bedanya dengan Society
5.0.Diakses pada 23 November 2023 11: 06 WIB (https://onlinelearning.binus.ac.id/2021/05/23/sejarah-
revolusi-industri--4-0-dan-bedanya-dengan-society-5-0/)
4
Davies ,R. (2015). Industry 4.0 Digitalisation for productivity and
growth.https://www.euoroparl.euoropa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/568337/EPRS_BRI(2015)568337_
EN.pdf,diunduh pada 24 November 2023

3
Era Society 5.0 bertujuan untuk menngitegrasikan ruang maya dan ruang
fisik. Integrasi tersebut dilakukan untuk membuat semua hal menjadi lebih mudah
Keseimbangan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial
denganmemanfaatkan sistem yang sangat mengintegrasikan kedua hal tersebut
membuat semua hal menjadi lebih mudah,terutama memperluas prospek kerja.
Era Society 5.0 Merupakan tatan baru peradaban manusia yang menjadikan
internet of thing sebagai tulang punggung dari semua aktivitas dan konektifitas
yang terjadi antara manusia dan mesin. Adanya kebaruan era membawa dampak
yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat . Manusia yang hidup di era Society
5.0 merupakan masyarakat yang hidup di era teknologi informs dengan berbasis
digitalisasi dengan data-data yang terkoneksi dengan dunia maya. 5
E. Pendidikan Moderasi Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0
Revolusi industri keempat (Industri 4.0) telah menjadi topik utama di
seluruh dunia. Era Industri 4.0 merangsang kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui Internet of Things (IoT), Internet of Services (IoS), Internet of
Data (IoD) dan Cyber-Physical Systems (CPS) yang menghasilkan penciptaan
mesin pintar atau robot otonom. Era Industri 4.0 mendapat respon cepat di seluruh
dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Pemerintah Indonesia menghimbau bagi
literasi teknologi bangsa Indonesia dalam semua aspek, terutama pada aspek
pendidikan. Maka tak heran jika dalam dunia pendidikan muncul istilah
Pendidikan 4.0 (Education 4.0).
Pendidikan 4.0 adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori
pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan
teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran (Edukasi,
Pendidikan). Menurut Fisk, sebagaimana telah dikemukakan oleh Anealka Aziz
Hussin, terdapat sembilan tren terkait dengan Education 4.0.
Pertama, belajar dapat dilakukan kapan saja di mana saja. Kedua, belajar
akan bersifat perseorangan untuk masing- masing siswa. Ketiga, siswa memiliki

5
Ansani, Achmad Abubakar,Muhsin, Mahfudz. Implementas Nilai Moderasi Beragama Dalam
Perspektif Al-Qur’an di Era Society 5.0 , Jurnal Cakrawala Ilmiah: Vol.1,No.3 November 2021, hal 30-32

4
pilihan dalam menentukan bagaimana mereka ingin belajar. Keempat, siswa akan
dihadapkan pada pembelajaran berbasis proyek yang lebih banyak. Kelima, siswa
akan dihadapkan pada pembelajaran langsung melalui pengalaman lapangan
seperti magang, proyek mentoring dan proyek kolaborasi.
Keenam, siswa akan terpapar dengan interpretasi data di mana mereka
diminta untuk menerapkan pengetahuan teoritis mereka ke dalam angka dan
menggunakan keterampilan penalaran mereka untuk membuat kesimpulan
berdasarkan logika serta tren dari set data yang diberikan. Ketujuh, siswa akan
dinilai secara berbeda dan platform konvensional untuk menilai siswa dapat
menjadi tidak relevan atau tidak memadai. Pengetahuan faktual siswa dapat
dinilai selama proses pembelajaran, sementara aplikasi pengetahuan dapat diuji
ketika mereka mengerjakan proyek mereka di lapangan.
Ketujuh, siswa akan dinilai secara berbeda dan platform konvensional untuk
menilai siswa dapat menjadi tidak relevan atau tidak memadai. Pengetahuan
faktual siswa dapat dinilai selama proses pembelajaran, sementara aplikasi
pengetahuan dapat diuji ketika mereka mengerjakan proyek mereka di lapangan.
Kedelapan, pendapat siswa akan dipertimbangkan dalam merancang dan
memperbarui kurikulum. Terakhir, siswa akan menjadi lebih mandiri dalam
pembelajaran mereka sendiri, sehingga memaksa para guru untuk mengambil
peran baru sebagai fasilitator yang akan memandu siswa melalui proses belajar
mereka.
Ada dua alasan pokok yang melatarbelakangi pentingnya dilakukan
modernisasi pendidikan Islam, yaitu: pertama, konsep dan praktik pendidikan
Islam selama ini terlalu sempit, terlalu menekankan pada kepentingan akhirat,
yang melahirkan dikotomi keilmuan yang telah diwariskan ummat Islam sejak
masa kemunduran Islam (abad kedua belas) (Abdurrahman Mas’ud, 2002).
Dikotomi keilmuan dalam pendidikan Islam meliputi (a) dikotomi antara ilmu
agama dan ilmu non agama, yang melanggengkan supremasi ilmu-ilmu agama
yang berjalan secara monoton, (b) dikotomi antara wahyu dan alam yang
menyebabkan kemiskinan penelitian empiris dalam pendidikan Islam, dan ketiga,
(c) dikotomi antara iman dan akal. Dalam perspektif ini, Islam harus diyakini

5
sebagai religion of nature, yang dengannya segala bentuk dikotomi antara agama
dengan ilmu pengetahuan dihilangkan. Alam beserta isinya (materi dan
kejadiannya) mengandung tanda- tanda yang memperlihatkan pesan-pesan Tuhan
yang menggambarkan kehadiran kesatuan sistem gobal, yang dengan
mendalaminya, seseorang akan mampu menangkap makna dan kebijaksanaan dari
suatu yang transenden. Kedua, lembaga-lembaga pendidikan Islam sampai saat
ini, belum atau kurang mampu memenuhi kebutuhan umat Islam, dalam
menghadapi tantangan dunia modern dan tantangan masyarakat dan bangsa
Indonesia di segala bidang (Hasan Langgulung,1988).6

F. Tantangan Pendidikan Moderasi Islam dalam Menghadapi Era 4.0 dan 5.0
A Malik Fadjar menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan berat yang
sedang dihadapi saat ini: Pertama, bagaimana mempertahankan dari serangan
krisis dan apa yang kita capai jangan sampai hilang. Kedua, kita berada dalam
suasana global di bidang pendidikan. Menurutnya kompetisi adalahm suatu yang
niscaya, baik kompetisi dalam skala regional, nasional, dan internasional. Ketiga
melakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional yang
mendukung proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan
keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan peserta didik serta mendorong
peningkatan partisipasi masyarakat.
Di samping kendala di atas, terdapat sejumlah permasalah yang dihadapi
oleh pendidikan kita, di antaranya adalah : pertama, pengelolaan pendidikan di
masa lampau yang memberi penekanan yang berlebihan pada dimensi kognitif
dan mengabaikan dimensi-dimensi lain, tenryata melahirkan manusia indonesia
dengan kepribadian pecah. contohnya adalah di satu sisi betapa kehidupan
beragama secara fisik berkembang sangat menggembirakan di seluruh lapisan
masyarakat, namun disisi lain dapat pula betapa banyaknya masyarakat itu
bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. kedua, dimasa lalu
pendidikan bersifat sentralistik.

6
Sueharto, Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0, Saliha : Jurnal Agama Islam dan Ilmu
Pendidikan,Vol.2, No.2,Juli 2019,hal 109-110

6
Selain itu tantangan yang dihadapi oleh pendidikan islam dalam
menghadapi era society 5.0 adalah tidak tersedianya sumberdaya yang memadai
dalam dunia pendidikan seperti guru, dosen maupaun tenaga pendidikan lainnya.
Dalam menghadapi tantangan pendidikan islam yang begitu kompleks dalam
menghadapi era 5.0 yang semakin di dengungkan di jepang yang tentunya akan
berdampak dan berpengaruh ke indonesia. Oleh karena itu pendidikan islam harus
mampu menghadapi tantangan-tantangan yang akan dihadapi tersebut. Selain itu
pendidikan islam juga harus mempunyai kemampuan-kemampuan utama yang
harus dimiliki oleh setiap komponen masyarakat dan pendidikan islam. 7

G. Peran Pendidikan Moderasi Islam Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0
Peran atau penerapan pendidikan Islam sudah sejak lama dilaksanakan
khususnya pada negara Indonesia baik secara akademik maupun non akademik.
Penerapan pendidikan Islam tidak hanya semata untuk pengguguran kewajiban,
namun merupakan sebuah upaya negara Indonesia dalam mengamalkan dasar
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pancasila sila nomor satu yakni
Ketuhanan yang Maha Esa.
Bentuk penerapan pendidikan Islam di era globalisasi dan revolusi industri
4.0 yakni pendidikan agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran wajib yang
harus ada, baik jenjang sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah hingga perguruan
tingggi. Pembelajaran mata peljaran agama Islam di sekolah atau madrasah di
Indonesia memiliki lima fungsi penting yakni pengembangan, perbaikan,
pencegahan, pembiasaan, dan fungsi pelestarian. Yang dimaksud dengan fungsi
pengembangan yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik
kepada Allah Swt dan dalam melaksakan ajaran-ajaran Islam, lalu terdapat fungi
perbaikan yakni pembelajaran gama Islam berfungsi untuk meluruskan
pemahaman ajaran agar Islam agar tidak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang
dapat menjerumuskan. Fungsi berikutnya yakni fungsi pencegahan, pendidikan

7
Pristian Hadi Putra, Tantangan Pendidikan Islam dalam Era Society 5.0, Jurnal Islamika: Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol.19, No 02, Desember 2019, hal 107-108

7
agama Islam sebagai senjata dalam memerangi dampak negatif globalisasi yang
dapat membahayakan peserta didik sehingga peserta didik dapat menjadi manusia
seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Masih terdapat dua
fungsi lagi yakni fungsi pembiasaan dan fungsi pelestarian maksudnya peserta
didik diajarkan agar senantiasa bersandar pada Al-Qur’ an, hadis, ijma’ , serta
qiyas sehingga mampu melestarikan atau mewariskan nilai-nilai ideologi
keagamaan. 8

Revolusi industri 4.0 membawa perubahan dalam seluruh kehidupan


masyarakat termasuk kehidupan beragama. Akibatnya terjadi dislokasi kultural
dan intelektual, serta mendorong terciptanya identitas kelompok yang ekslusif.
Ruh revolusi industri 4.0 adalah teknologi informasi dan komunikasi yang
mengubah gaya dan pola hidup. Anak muda generasi sekarang tidak lagi belajar
agama kepada para ulama yang ahli di bidang kepakaran masing-masing, tetapi
justru malah belajar kepada internet, yaitu situs-situs yang adminnya tidak
memiliki otoritas keilmuan yang jelas. Jika hal ini dibiarkan maka dapat
mengancam otoritas keagamaan tradisional.

Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah menerjemahkan materi atau


muatan yang fundamental dari tokoh agama, budayawan, dan akademisi, menjadi
konten dan sajian yang lebih mudah dipahami oleh generasi muda milenial tanpa
kehilangan esensinya. Mengambil langkah-langkah konkret untuk memimpin
gerakan literasi keagamaan di kalangan generasi sekarang agar mereka melek
agama yang semuanya bertujuan dalam rangka penguatan keberagamaan yang
moderat. Agama perlu dikembalikan kepada perannya sebagai panduan
spiritualitas dan moral, bukan hanya pada aspek ritual dan formal, yang mudah
diakses untuk semua kalangan. Jika terlambat memberikan respons, era disrupsi

8
Lailatul Chikmah, Peran Pendidikan dalam Menghadapi Era Industri 4.0, Jurnal: Kajian Hukum
Studi Islam, Vol 05 No 1, Januari 2023, hal 69-70

8
akan mengakibatkan efek domino merusak tatanan kehidupan keagamaan.
Disinilah kaitan moderasi beragama dengan revolusi industri.9

Era Society 5.0 ini perlu dipersiapkan dengan menanamkan pendidikan


karakter untuk mempersiapkan generasi milenial menghadapi tantangan dalam
era globalisasi.Perlu adanya perhatianlebih dari pemerintah dalam sektor
pendidikan yang lebih efektif dan terencana sehingga hasilnya dapat dirasakan
dan dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Persiapan yang diberikan negara
kepada generasi milenial dalam menghadapi era globalisasi adalah dengan cara
menjalankan program pendidikan karakter yang terpola dan terukur.Negara maju
telah menjalankan program tersebut dan berhasil menciptakan SDM yang
bermutu dan memiliki kompetensi yang unggul.Sehingga diharapkan dengan
adanya keseriusan pemerintah dalam menjalankan program pendidikan karakter
ini pada sektor pendidikan, generasi milenial yang dimiliki Indonesia dapat
bersaing dan memiliki kompetensi yang baik untuk menghadapi Era Society 5.0.
Semakin banyak ide kreatif dan inovatif, semua itu terjadi karena perkembangan
dunia digital yang begitu pesat dan akan terus berkembang sejalan dengan
dinamika perkembangan dunia digital untuk kehidupan manusia dalam era
globalisasi. Dimana era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0
yang memanfaatkan teknologi digital dalam proses pembelajaran yang dikenal
dengan sistem siber (cyber system) dan mampu membuat proses pembelajaran
berlangsung secara continuetanpa batas ruang dan waktu.Tak hanya itu, modal
penting lainya sebagai manusia yang hidup di Era Society 5.0 dan juga menjadi
salah satu pelaku perubahan ialah softskills dan transversal skills. 10

H. Kesimpulan
Bersamaan dengan berjalannya waktu dunia terus mengalami perubahan
dan perkembangan, dimana dunia saat ini sudah mulai memasuki Masyarakat Era

9
Tutuk Ningsih, Peran Pendidikan Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Di Era Revolosi
Industri 4.0 Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Banyumas, INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan, 24.2 (2019) hal 70-71
10
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010)
hal 24

9
5.0,era ini diketahui merupakan dampak dari Revolusi Industri 4.0. Revolusi
Industri 4.0 sendiri dikenal dengan kehidupan mayarakatnya yang serba canggih
dan instan, segala aspek kehidupan dipermudah dengan adanya komputer dan
internet sebagai bagian penting dalam kehidupan masyarakat.Kehadiran Revolusi
Industri 4.0 yang tidak lepas dari koneksi internet menjadikan kehidupan sehari
hari manusia menjadi lebih cepat serta dimudahkan dengan teknologi digital.
Peran atau penerapan pendidikan Islam sudah sejak lama dilaksanakan
khususnya pada negara Indonesia baik secara akademik maupun non akademik.
Penerapan pendidikan Islam tidak hanya semata untuk pengguguran kewajiban,
namun merupakan sebuah upaya negara Indonesia dalam mengamalkan dasar
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pancasila sila nomor satu yakni
Ketuhanan yang Maha Esa.
Mengambil langkah-langkah konkret untuk memimpin gerakan literasi
keagamaan di kalangan generasi sekarang agar mereka melek agama yang
semuanya bertujuan dalam rangka penguatan keberagamaan yang moderat.
Agama perlu dikembalikan kepada perannya sebagai panduan spiritualitas dan
moral, bukan hanya pada aspek ritual dan formal, yang mudah diakses untuk
semua kalangan. Jika terlambat memberikan respons, era disrupsi akan
mengakibatkan efek domino merusak tatanan kehidupan keagamaan. Disinilah
kaitan moderasi beragama dengan revolusi industri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, M. (2015). Meneguhkan Moderasi Beragama. Artikel dipublikasikan di https:


//graduate.uinjkt.ac.id/?p=17325.Diunduh 24 November 2023
Ansani, A.A., dan Muhsin, M. (2021). Implementas Nilai Moderasi Beragama Dalam
Perspektif Al-Qur’an di Era Society 5.0. Jurnal Cakrawala Ilmiah: Vol.1(3)
Binus University Online, Sejarah Revolusi Industri 4.0 dan Bedanya dengan Society
5.0.Diakses pada 23 November 2023 11: 06 WIB
(https://onlinelearning.binus.ac.id/2021/05/23/sejarah-revolusi-industri--4-0-
dan-bedanya-dengan-society-5-0/)
Chikma, L. (2023). Peran Pendidikan dalam Menghadapi Era Industri 4.0. Jurnal: Kajian
Hukum Studi Islam, Vol 05(1), hal 69-70
Davies, R. (2015). Industry 4.0 Digitalisation for productivity and
growth.https://www.euoroparl.euoropa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/568337/E
PRS_BRI(2015)568337_EN.pdf,diunduh pada 24 November 2023
Ningsih, T. (2019). Peran Pendidikan Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Di Era
Revolosi Industri 4.0 Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Banyumas. INSANIA :
Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 24(2), hal 70-71
Putra, P. H. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam Era Society 5.0. Jurnal Islamika:
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol.19(2), hal 107-108
Sueharto. (2019). Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0. Saliha : Jurnal Agama
Islam dan Ilmu Pendidikan,Vol.2(2), hal 109-110
Tafsir, A. (2010). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Dedi Wahyudi. Moderasi Beragama Sebagai Reaktualisasi Jihad Milenial Era 4.0,
Jurnal: Moderasi Beragama: Vol.1, No.2 Desember 2021, hal 10

11

Anda mungkin juga menyukai