Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM MENGHADAPI ERA SOCIETY 5.0

1. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Perkembangan era îndustri 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia
pendidikan saat ini, termasuk pendidikan islam. Para guru mau tidak mau
mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Kompleksitas tantangan tersebut harus di barengi dengan kemampuan yang memadai
yang dimiliki oleh guru maupun seluruh komponen masyarakat. Oleh karena itu
masyarakat harus berpendidikan karena pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia1. Hal ini sejalan dengan pendapat
John Dewey yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
hidup. Salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan dan sebagai pertumbuhan yang
mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup. Fungsi pendidikan
ini dapat dicapai melalui transmisi, baik dalam bentuk (pendidikan) formal maupun
non formal2.
Akan tetapi pada saat ini pendidikan mempunyai tantangan yang semakin
kompleks yang harus dihadapi, pendidikan dihadapkan dengan kemajuan teknologi
dengan bergulirnya revolusi Industri 4.0. belum selesai hiruk pikuk tantangan
pendidikan akibat bergulirnya revolusi industri 4.0, kita dikejutkan dengan munculnya
society 5.0 (masyarakat 5.0). Revolusi Industry 4.0 dan Society 5.0 menurut Andreja
merupakan gerakan nyata terhadap perkembangan informasi dan teknologi yang
semakin canggih3. kemajuan tersebut menjadi tantangan tersediri bagi dunia
pendidikan dan seluruh komponen masyarakat. Oleh karena itu untuk menghadapi
munculnya society 5.0 dibutuhkan terobosan-terobosan yang paten dalam upaya
menghadapi tantangan yang akan ditimbulkan society 5.0.
Konsep Society 5.0 diadopsi pemerintah Jepang sebagai antisipasi terhadap
tren global sebagai akibat dari munculnya revolusi industri 4.0. society 5.0 adalah hal
alami yang pasti terjadi akibat munculnya revolusi industri 4.0. revolusi industri 4.0
telah melahirkan berbagai inovasi dalam dunia industri dan juga masyarakat secara
umum. society 5.0 merupakan jawaban atas tantangan yang muncul akibat era
revolusi industri 4.0 yang dibarengi disrupsi yang ditandai dunia yang penuh gejolak,
ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas.
Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan
dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era
revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu),
Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan
robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Agar lebih terarahnya penelitian
1
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 35
2
John Dewey, Democracy and Education: An Introduction to The Philosophy of
Education, h. 3.
3
Andreja Rojko, Industry 4.0 Concept: Background and Overview. ECPE European
Center for Power

1
ini, maka penulis memberikan rumusan masalah yaitu bagaimana tantangan
pendidikan islam dalam menghadapi society 5.0?
B. Relevansi
Secara bahasa relevan adalah kait-mengait, bersangkut paut atau berhubungan.
Menurut Ainon Mohm (2005), relevan adalah mempunyai kaitan dan hubungan erat
dengan pokok masalah yang sedang dihadapi. Relevan merupakan hal-hal yang
sejenis (sama) yang saling berkaitan dengan subjek dalam konteks yang tepat atau
terhubung dan terkait dengan situasi saat ini.
Sehingga relevan diartikan dengan adanya hubungan langsung dengan
persoalan yang dihadapi, serta keuntungan timbal balik antara keduanya. Intinya
relevan memiliki arti "kecocokan" yang bersangkut paut dengan pokok bahasan atau
materi yang akan di bahas. Ada dua relevansi yang akan dicantumkan yakni relevansi
antar pokok bahasan dan relevansi intern pokok bahasan.
1) Relevansi Antar Pokok Bahasan
a. Relevansi pokok bahasan ini terletak pada objek pembahasan. Utamanya
berkaitan dengan disiplin ilmu yang mempunyai koherensi antara perspektif
teoretis dan praksis. Di antaranya ialah Ilmu Pendidikan Islam, Teknologi
pendidikan, materi kapita selekta penididikan islam dan Strategi Pembelajaran.
b. Mata kuliah ini juga berkelindan erat dengan desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian pembelajaran yang menjadi kawasan
teknologi pendidikan dan khususnya pada Materi kapita selekta pendidikan
islam.
2) Relevansi Intern Pokok Bahasan
Jika dihadapkan secara intern kepada pokok bahasan mata kuliah kapita
selekta pendidikan islam, sub bahasan ini merupakan tonggak awal sekaligus
landasan fundamental bagi mahasiswa sebelum menyelami berbagai topik pada bab
selanjutnya. Seperti materi teori pendidikan islam, pendidikan multikultural, dan
lain sebagainya.
C. Kompetensi
1) Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan tantangan pendidikan Islam menghadapi
era Revolusi Industri 5.0 dengan mengacu kepada jurnal-jurnal akademik di bidang
pendidikan.
2) Kompetensi Dasar
a. Melalui presentasi dari pemakalah, mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
Society 5.0 dan apa saja tantangan pendidikan islam menghadapi era society
5.0 dengan tepat.
b. Melalui diskusi kelompok, mahasiswa dapat menunjukkan contoh pengaruh
dan tantanganya bagi pendidikan islam (MA,MTs, dam MI) dengan tepat.
c. Melalui brainstorming, mahasiswa akan dapat menjelaskan bentuk-bentuk
tantangan pendidikan Islam di era revolusi industri 5.0 dengan tepat.
d. Dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menganalisis
fenomena di lembaga pendidikan, mahasiswa dapat menampilkan contoh

2
tantangan dan hambatan kondisi pendidikan Islam di lembaga pendidikan pada
saat ini dengan tepat.
e. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif dengan
tepat.
3) Petunjuk Belajar
Agar memudahkan dalam memahami materi tantangan pendidikan
islam di era revolusi industri 4.0 maka digunakan metode pembelajaran
sebagai berikut:
a. Small Group Discussion yaitu proses pembelajaran dengan melakukan diskusi
kelompok kecil tujuannya agar mahasiswa memiliki keterampilan
memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Belajar mandiri dengan melakukan pencarian referensi yang sesuai dengan
pokok bahasan melalui berbagai sumber, di antaranya buku, jurnal ilmiah, dan
referensi lain yang bisa diakses dengan internet.
c. Penugasan terstruktur dengan melakukan analisis fenomena sekitar terkait
materi pokok dan mengerjakan tes formatif.
2. PEMBAHASAN
A. Pengertian Society 5.0
Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat
pada manusia (buman-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Contoh
aplikasi yang akan diterapkan oleh pemerintah Jepang dengan adanya konsep
peradaban baru ini diantaranya sebagai berikut.
Masyarakat 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia
(human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang dikembangkan oleh
Jepang. Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai
berpotensi mendegradasi peran manusia.
Melalui Masyarakat 5.0, kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan
mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang
kehidupan (the Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru, yang akan
didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang
bagi kemanusiaan.
Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang
lebih bermakna. Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi
kemanusiaan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui internet
pada segala bidang kehidupan. Tentu saja diharapkan, akan menjadi suatu kearifan
baru dalam tatanan bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri, transformasi ini akan
membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Dalam Society
5.0, juga ditekankan perlunya keseimbangan pencapaian ekonomi dengan
penyelesaian problem sosial.
Menurut artikel yang ditulis oleh Mayumi Fukuyama (general manager and
chief information officer of the Technology Management Center, Technology
Strategy Office, Research & Development Group, Hitachi, Ltd.) yang berjudul

3
"Society 5.0: Aiming for Human-Centered Society", goals yang ingin dicapai dari
masyarakat 5.0 ini adalah untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan
penyelesaian masalah yang ada di masyarakat.4
Namun pertanyaan yang muncul adalah akankah semua itu akan bisa
menjadikan SDM Indonesia berperan aktif. Dengan kata lain, dapatkah roadmap
tersebut menahan laju pengangguran?
Kesimpulannya dari masyarakat baru ini adalah untuk mewujudkan
masyarakat yang mana orang akan dapat menikmati kehidupan sepenuhnya.
Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi diciptakan untuk arah itu.
Kesenjangan semakin berkurang dengan semakin meningkatnya kualitas hidup
masyarakat pada umumnya, jadi tidak hanya dinikmati bagi segelintir orang saja.
Walaupun mad map nya berasal dari Jepang, konsep ini tidak diragukan lagi akan bisa
untuk menyelesaikan persoalan manusia dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
B. Tantangan Pendidikan Islam di Era 5.0
A. Malik Fadjar menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan berat yang sedang
dihadapi saat ini: Pertama, bagaimana mempertahankan dari serangan krisis dan apa
yang kita capai jangan sampai hilang. Kedua, kita berada dalam suasana global di
bidang pendidikan. Menurutnya kompetisi adalah suatu yang niscaya, baik kompetisi
dalam skala regional, nasional, dan internasional. Ketiga melakukan perubahan dan
penyesuaian sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang
lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan
peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.5
Disamping kendala di atas, terdapat sejumlah permasalah yang dihadapi oleh
pendidikan kita, di antaranya adalah: pertama, pengelolaan pendidikan di masa
lampau yang memberi penekanan yang berlebihan pada dimensi kognitif dan
mengabaikan dimensi-dimensi lain, tenryata melahirkan manusia indonesia dengan
kepribadian pecah. contohnya adalah di satu sisi betapa kehidupan beragama secara
fisik berkembang sangat menggembirakan di seluruh lapisan masyarakat, namun
disisi lain dapat pula betapa banyaknya masyarakat itu bertentangan dengan ajaran-
ajaran agama yang dianutnya. kedua, dimasa lalu pendidikan bersifat sentralistik.
Selain itu tantangan yang dihadapi oleh pendidikan islam dalam menghadapi
era society 5.0 adalah tidak tersedianya sumberdaya yang memadai dalam dunia
pendidikan seperti guru, dosen maupaun tenaga pendidikan lainnya. Dalam
menghadapi tantangan pendidikan islam yang begitu kompleks dalam menghadapi era
5.0 yang semakin di dengungkan di jepang yang tentunya akan berdampak dan
berpengaruh ke indonesia. Oleh karena itu pendidikan islam harus mampu
menghadapi tantangan-tantangan yang akan dihadapi tersebut. Selain itu
pendidikan islam juga harus mempunyai kemampuan-kemampuan utama yang harus
dimiliki oleh setiap komponen masyarakat dan pendidikan islam. Tiga kemampuan
utama tersebut Diantaranya

4
https://www.qureta.com/post/masyarakat-baru-5-o, di akses tanggal 10 Oktober 2019
5
Tiga tantangan besar tersebut dirujuk A. Malik Fadjar pada UU No. 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004

4
a. Kemampuan dalam memecahkan masalah
Setiap individu maupun komponen masyarakat harus mampu dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. proses pemecahan masalah tentunya
membutuhkan strategi pas untuk memecahkan persoalan atau masalah yang
dihadapi. Strategi Pemecahan Masalah adalah suatu proses dengan menggunakan
strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan
tersebut dapat dilalui sesuai dengan keinginan yang telah ditetapkan.6 Polya
mendefinisikan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari
suatu kesulitan". Sedangkan menurut Maryam dalam hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa, "dengan adanya proses pemecahan masalah merupakan
salah satu elemen penting dalam menggabungkan masalah kehidupan nyata.7
Di jelaskan empat tahap dalam pemecahan masalah yaitu :
1. Memahami Masalah
2. Membuat Rencana Penyelesaian
3. Melakukan Perhitungan
4. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh
Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu
kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan. Jadi kemampuan dalam
memecahkan masalah adalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh
setiap individu.
b. Kemampuan untuk bisa berfikir secara kritis
Cara berpikir yang harus selalu dikenalkan dan dibiasakan adalah cara
berpikir untuk beradaptasi di masa depan, yaitu analitis, kritis, dan kreatif. Cara
berpikir itulah yang disebut cara berpikir tingkat tinggi (HOTS: Higher Order
Thinking Skills). Berpikir ala HOTS bukanlah berpikir biasa-biasa saja, tapi
berpikir secara kompleks, berjenjang, dan sistematis.
c. Kemampuan untuk berkreativitas
Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang
sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan
penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan.8 Orang-orang yang kreatif
akan dapat berpikir mandiri, mempunyai daya imajinasi, mampu membuat
keputusan sehingga akan mempunyai keyakinan dan mereka tidak mudah
dipengaruhi orang lain. Dalam pengembangan kreativitas bukan hanya faktor
emosi melainkan juga adanya faktor kepercayaan dalam diri siswa untuk
memunculkan kreativitasnya. Keyakinan diri merupakan hal yang penting dalam
kreativitas, keyakinan diri dapat menjadi pendorong atau justru menjadi faktor

6
Edy Purwanto. Desain Teks Untuk Belajar “Pendekatan Pemecahan Masalah”.
Jurnal IPS dan Pengajarannya. 1999, 33 (2) hal 284
7
Maryam Sajadi, Parvaneh Amiripour, Mohsen Rostamy Malkhalifeh. The
Examining Mathematical Word Problems Solving Ability Under Efficient Representation
Aspect. (International Scientific Publications and Consulting Services. Journal of
Mathematics, 2013), h. 7
8
Semiawan, Conny R. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1999), h. 89

5
penghambat kreativitas. Kepercayaan yang tinggi sangat berperan dalam
memberikan sumbangan yang bermakna dalam proses kehidupan seseorang, karena
apabila individu percaya dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka akan
timbul kreativitas pada diri individu untuk melakukan hal-hal dalam hidupnya.
Dengan demikian bahwa kemampuan untuk berkreativitas merupakan
kemampuan yang harus didasarkan keyakinan dan kepercayaan diri untuk
melakukan hal-hal yang baik dalam hidupnya.
Tiga kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu tersebut
diharapkan mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam
masyarakat dan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan islam. Pendidikan
islam harus mampu menghadapi tantangan yang ditimbulkan akibat munculnya era
society 5.0 yang mau tidak mau akan dihadapi, oleh karena itu, setiap komponen
individu, harus mampu dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. harus
mampu mempertahankan dan menghadapi berbagai serangan krisisdan apa yang
sudah di capai oleh pendidikan Islam jangan sampai hilang. pendidikan islam harus
senantiasa meningkatkan kompetensi dalam segala bidang terutama pendidikan.
dan pendidikan islam harus senantiasa mampu untuk melakukan inovasi kearah
yang lebih baik dan jangan sampai tertinggal dan tergerus oleh zaman yang
semakin berkembang dan kemajuan teknologi saat ini.
C. Pengaruh Society 5.0 terhadap lembaga Pendidikan islam formal ( MI,MTs,dan
MA)
Society 5.0 adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah
Jepang sebagai visi masa depan masyarakat yang menggabungkan perkembangan
teknologi digital dengan perhatian terhadap kesejahteraan manusia. Konsep ini
memiliki potensi untuk memberikan pengaruh signifikan terhadap lembaga
pendidikan Islam formal seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Di bawah ini, saya akan menjelaskan bagaimana
Society 5.0 dapat mempengaruhi lembaga-lembaga pendidikan Islam formal tersebut,
dapat kami sebutkan di antaranya yaitu
a) Teknologi Pendidikan Society
5.0 mengedepankan pemanfaatan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan
(AI), Internet of Things (IoT), dan analitika data. Lembaga pendidikan Islam
formal bisa memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Misalnya, penggunaan platform pembelajaran online, yang
memungkinkan siswa mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana
saja.
b) Pembelajaran Personalisasi
Society 5.0 mendorong pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Lembaga pendidikan Islam formal dapat menggunakan teknologi untuk
menilai kemampuan dan minat siswa secara lebih akurat, sehingga kurikulum dan
metode pengajaran dapat disesuaikan dengan masing-masing siswa.
c) Aksesibilitas Pendidikan

6
Teknologi juga dapat digunakan untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan
Islam formal. Misalnya, pelajaran jarak jauh dapat digunakan untuk mengatasi
kendala geografis dan memungkinkan siswa di daerah terpencil mengakses
pendidikan berkualitas.
d) Pengembangan Kurikulum
Society 5.0 menekankan pentingnya pendidikan yang mempersiapkan individu
untuk menghadapi tantangan masa depan. Lembaga pendidikan Islam formal perlu
memperbarui kurikulum mereka untuk mencakup keterampilan yang relevan
dengan era digital, seperti literasi digital, pemahaman teknologi, dan pemecahan
masalah kompleks.
e) Kolaborasi Internasional
Society 5.0 membuka peluang untuk kolaborasi internasional dalam pendidikan.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam formal dapat menjalin kemitraan dengan
lembaga-lembaga serupa di negara lain untuk pertukaran pengalaman dan sumber
daya.
f) Konservasi Budaya
Meskipun Society 5.0 fokus pada teknologi, nilai-nilai budaya tetap penting.
Lembaga pendidikan Islam formal dapat memainkan peran dalam melestarikan
nilai-nilai budaya dan agama dalam masyarakat yang semakin terhubung secara
global.
g) Evaluasi dan Pemantauan
Analitika data yang kuat yang diperkenalkan oleh Society 5.0 dapat digunakan
oleh lembaga-lembaga ini untuk melakukan evaluasi yang lebih baik terhadap
program-program mereka, serta untuk memantau kemajuan siswa secara
individual.
D. Tantangan lembaga pendidikan islam formal (MI,MTs, dam MA) di era society
5.0
Tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam formal (Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah) di era Society 5.0 adalah
kompleks dan melibatkan perubahan dalam berbagai aspek pendidikan dan teknologi.
Berikut ini adalah rincian dari tantangan-tantangan tersebut:
1. Integrasi Teknologi
 Kesiapan Infrastruktur Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa
lembaga-lembaga ini memiliki infrastruktur teknologi yang memadai,
termasuk akses internet yang stabil dan perangkat keras yang memadai untuk
mengadopsi teknologi pendidikan.
 Pelatihan Guru Guru perlu dilatih untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam
proses pembelajaran dengan efektif. Tantangan ini melibatkan pelatihan yang
kontinu dan pengembangan keterampilan.
2. Kualitas Pembelajaran
 Kurikulum yang Relevan Perubahan cepat dalam teknologi dan masyarakat
memerlukan kurikulum yang relevan dengan tuntutan zaman. Merancang
kurikulum yang sesuai dengan era Society 5.0 adalah tantangan yang nyata.

7
 Pembelajaran Personalisasi Meskipun diinginkan, pembelajaran personalisasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan individu adalah tantangan yang rumit
dalam prakteknya.
3. Aksesibilitas dan Kesenjangan
 Kesenjangan Digital Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap
teknologi. Kesenjangan dalam akses internet dan perangkat dapat
meninggalkan beberapa siswa tertinggal.
 Kesenjangan dalam Keterampilan Selain akses, kemampuan siswa dalam
menggunakan teknologi juga bervariasi. Guru harus dapat menangani
perbedaan ini dengan baik.
4. Keamanan dan Privasi Data
 Pelanggaran Data Dalam mengumpulkan dan menggunakan data siswa,
lembaga pendidikan Islam formal harus memastikan keamanan data dan
melindungi privasi siswa dari potensi ancaman.
5. Perubahan Budaya dan Nilai
 Pemeliharaan Nilai-Nilai Keagamaan Dalam era Society 5.0 yang semakin
terhubung, menjaga nilai-nilai keagamaan dan budaya menjadi tantangan
dalam pendidikan Islam formal. Bagaimana menyelaraskan teknologi dengan
nilai-nilai ini adalah pertimbangan penting.
 Fleksibilitas Budaya Perubahan dalam pendekatan pendidikan mungkin
mengharuskan lembaga-lembaga ini untuk lebih fleksibel dalam hal budaya
dan tradisi.
6. Penyesuaian dengan Perubahan Cepat
 Kecepatan Perubahan Teknologi Society 5.0 ditandai oleh perubahan
teknologi yang cepat. Lembaga pendidikan perlu dapat menyesuaikan
kurikulum dan metode pengajaran mereka dengan cepat untuk tetap relevan.
7. Etika Teknologi
 Pertimbangan Etika Mengajar siswa tentang penggunaan teknologi secara etis
adalah tantangan. Membangun pemahaman tentang etika digital dalam
konteks Islam adalah hal yang kompleks.
Menghadapi tantangan-tantangan ini di era Society 5.0 akan memerlukan
komitmen kuat, investasi dalam pengembangan teknologi dan sumber daya manusia,
serta fleksibilitas dalam mengadaptasi pendidikan Islam formal dengan perubahan
yang sedang terjadi. Kesuksesan dalam mengatasi tantangan-tantangan ini dapat
membawa manfaat besar bagi siswa dan masyarakat umum, mempersiapkan generasi
muda untuk menghadapi masa depan yang semakin terhubung secara digital.
3. PENUTUP
A. Rangkuman
Pengaruh dan Tentangan Lembaga Pendidikan Islam Formal (MI, MTS, dan MA) di
Era Society 5.0:
a) Pengaruh:

8
(1) Teknologi Pendidikan: Lembaga pendidikan Islam formal mengadopsi
teknologi seperti e-learning, AI, dan VR untuk meningkatkan pengalaman
belajar.
(2) Pemahaman Multikultural: Mendorong pemahaman yang lebih luas tentang
budaya dan agama dalam lingkungan pendidikan.
(3) Koneksi Global: Memungkinkan siswa terhubung dengan komunitas global
Islam dan sumber daya pendidikan internasional.
b) Tentangan:
(1) Ketidaksetaraan Akses: Tidak semua lembaga memiliki akses teknologi yang
memadai, menciptakan kesenjangan dalam pendidikan.
(2) Keberlanjutan Budaya: Tantangan mempertahankan nilai-nilai budaya dan
agama dalam masyarakat yang semakin terkoneksi secara global.
(3) Privasi dan Etika: Perlindungan data pribadi dan etika dalam penggunaan
teknologi pendidikan merupakan isu yang penting.
B. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memeberi tanda(x)pada pilihan A,B,Cdan D
1. Apa yang menjadi salah satu pengaruh utama Society 5.0 terhadap lembaga
pendidikan Islam formal?
a. Penurunan investasi dalam teknologi pendidikan.
b. Pemahaman yang lebih luas tentang budaya dan agama.
c. Kurangnya kerjasama dengan lembaga internasional.
d. Pengurangan jumlah siswa.
2. Bagaimana lembaga pendidikan Islam formal merespons perkembangan
teknologi di era Society 5.0?
a. Mengabaikan teknologi sepenuhnya.
b. Menggunakan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar.
c. Menyediakan buku teks cetak sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
d. Mengurangi interaksi siswa dengan teknologi.
3. Apa dampak negatif ketidaksetaraan akses terhadap teknologi dalam lembaga
pendidikan Islam formal?
a. Peningkatan kesetaraan dalam pendidikan.
b. Meningkatnya kemampuan siswa dalam mengakses sumber daya online.
c. Membuat kesenjangan dalam pendidikan.
d. Tidak ada dampak negatif.
4. Apa yang bisa dilakukan lembaga pendidikan Islam formal untuk memecahkan
masalah ketidaksetaraan akses?
a. Menutup akses ke teknologi untuk semua siswa.
b. Meningkatkan akses teknologi untuk semua siswa.
c. Mengurangi jumlah siswa.
d. Mengabaikan masalah tersebut.
5. Apa itu Society 5.0?
a. Era di mana semua lembaga pendidikan Islam formal ditutup.
b. Era di mana masyarakat Islam semakin terisolasi.

9
c. Era di mana teknologi mengubah masyarakat secara fundamental.
d. Era di mana agama tidak lagi memiliki peran dalam pendidikan.
6. Apa tantangan utama dalam mempertahankan nilai-nilai budaya dan agama dalam
pendidikan di era Society 5.0?
a. Terlalu banyak dukungan dari komunitas global.
b. Teknologi yang tidak relevan.
c. Globalisasi dan terkoneksi secara global.
d. Tidak ada tantangan.
7. Bagaimana lembaga pendidikan Islam formal dapat menjaga privasi dan etika
dalam penggunaan teknologi pendidikan?
a. Tidak perlu memperhatikan privasi dan etika.
b. Melakukan penilaian etika hanya pada siswa-siswa tertentu.
c. Mengimplementasikan kebijakan privasi dan etika yang ketat.
d. Menjual data pribadi siswa.
8. Apa manfaat koneksi global bagi siswa lembaga pendidikan Islam formal di era
Society 5.0?
a. Isolasi dari pandangan dan pengalaman dunia lain.
b. Pemahaman yang lebih luas tentang budaya dan agama.
c. Menghindari pertumbuhan pribadi.
d. Tidak ada manfaat.
9. Apa dampak positif dari teknologi pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam
formal?
a. Peningkatan pemahaman multikultural.
b. Menekankan isolasi budaya dan agama.
c. Mengurangi akses ke sumber daya pendidikan internasional.
d. Memperkuat ketidaksetaraan.
10. Apa alasan utama lembaga pendidikan Islam formal mengadopsi teknologi
pendidikan?
a. Untuk mengurangi kualitas pendidikan.
b. Untuk memperburuk pengalaman belajar siswa.
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
d. Untuk mengurangi interaksi sosial siswa.
C. Umpan Balik
Setelah selesai mengerjakan tes formatif, mahasiswa di minta untuk
menukarkan hasil pekerjaanya dengan teman sebelahnya agar bisa di koreksi secara
objektif.
D. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang nilainya di bawah ketuntasan minimal, di minta agar
merangkum materi tentang tantangan pendidikan islam menghadapi Era Society 5.0.
materi tersebut bis di peroleh dari berbagai sumber.
E. Kunci Jawaban Tes Formatif
1) B 3) C 5) C 7) C 9) A
2) B 4) B 6) C 8) B 10) C

10
F. Daftar Pustaka
Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara. 2008.

Dewey John, Democracy and Education: An Introduction to The Philosophy of


Education, New York: The Macmillan Company. 1964.

Fadjar A. Malik, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia. 1999.


https://www.qureta.com/post/masyarakat-baru-5-o, di akses tanggal 10
Oktober 2019

Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Pres. 2010.


M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tajanan Teoritis dan PRaktis berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Majid Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi;
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2005.

Manna' Khalil al-Qat tt tan, Mabahis fi 'Ulumil Qur'an, Terj. Mudzakir As, Studi
Ilmu-Ilmu Alquran, Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa. 2007.

Maryam Sajadi, Parvaneh Amiripour, Mohsen Rostamy Malkhalifeh, The


Examining Mathematical Word Problem Solving Ability Under
Efficient Representation Aspect. (International Scientific Publications
and Consulting Services. Journal of Mathematics, 2013.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004


Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bina Ilmu. 2004.
Nizar Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya
Gramedia Pratama. 2001

Polya, G. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press, 1973.
Purwanto M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya. 1998.

Purwanto Edy, Desain Teks Untuk Belajar "Pendekatan Pemecahan Masalab".


Jurnal IPS dan Pengajarannya. 33 (2) hal 284. 1999

Rojko Andreja, Industry 4.0 Concept Background and Overview, ECPE European
Center for Power

11

Anda mungkin juga menyukai