Anda di halaman 1dari 37

IMPLEMENTASI KHIYAR DALAM JUAL BELI MOTOR BEKAS DI DEALER

MOTOR KABUPATEN TEGAL ( PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM

DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN

1999)

PROPOSAL TESIS

Diajukan kepada
Program Pascasarjana UNWAHAS Semarang untuk memenuhi syarat guna
mencapai gelar Magister Hukum

Oleh :
LAELATUL FITRIAH
NIM 22200021037

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2024
IMPLEMENTASI KHIYAR DALAM JUAL BELI MOTOR BEKAS DI
DEALER MOTOR KABUPATEN TEGAL (PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
NOMOR 8 TAHUN 1999)

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan

dalam beberapa tahun terakhir, tercermin dari peningkatan Produk Domestik

Bruto (PDB) sebesar 5,1%. Salah satu sektor industri yang memiliki kontribusi

adalah industri otomotif. Sekotr industi otomotif berkontribusi sebesar18%

pada peningkatan PDB tahun 2022. (Kompas.Com, 2023; 2). Kontribusi ini

cukup besar, jika dinominalkan mencapai tujuh ratus triliun rupiah.

Peningkatan PDB adalah kabar baik bagi negara, karena dapat menjadi indikasi

negara dalam keadaan baik dalam hal keuangan. Sehingga otomotif adalah

sektor yang familiar di kehidupan masyarakat Indonesia, terutama kendaraan

bermotor. Motor adalah kendaraan yang paling familiar bagi masyarakat

Indonesia, hamper setiap keluarga memiliki motor. Banyaknya pemilik motor,

selain karena perekonomian masyarakat yang membaik, juga karena

banyaknya kuantitas motor yang dipasarkan. Tercatat per-oktober 2023, terjual

unit motor sebanyak 5.237.976 unit (Lima juta dua ratus tiga puluh tujuh ribu

sembilan ratus tujuh puluh enam). ( CNBCIndonesia.com, 2023; 2). Motor

matic merupakan jenis motor dengan penjualan terbanyak dengan

mendominasi 89,17% dari total penjualan. Motor matic menjadi favorit

masyarakat Indonesia karena fitur dan kegunaan matic sesuai dengan

kebutuhan masyarakat Indonesia dibandingkan motor bebek dan sport.


Besarnya minat masyarakat terhadap motor merupakan bentuk

gambaran dari kebutuhan masyarakat akan alat transportasi. Motor menjadi

idaman masyarakat luas karena opsi paling logis menjadi alat transportasi,

dapat membantu seorang untuk bepergian bekerja ataupun hal lain. Maka dapat

dikatakan motor sudah menjadi kebutuhan masyarakat umum untuk saat ini.

Keberhasilan besarnya penjualan motor tidak hanya menciptakan lapangan

pekerjaan, tetapi juga memberikan dorongan positif terhadap daya beli

masyarakat. Dalam suasana perekonomian yang kondusif, pertumbuhan sektor

otomotif, khususnya pasar motor bekas, turut mengalami perkembangan yang

menggembirakan.

Motor sendiri belum ada pada zaman Rasulullah, pada saat itu unta

adalah bentuk transportasi paling umum. Unta juga termasuk alat untuk

berdakwah Rasulullah sebagai alat transportasi berpindahnya kota satu ke kota

lain. Maka jika dikaitkan dengan zaman sekarang motor dan unta memiliki

esensi yang sama yaitu sebagai alat transportasi. Motor yang saat ini menjadi

kebutuhan, namun harga untuk motor baru masih cukup mahal bagi

masyarakat menengah ke bawah. Maka motor bekas menjadi alternatif

masyarakat untuk memenuhi kebuthan terhadap motor. Adanya motor bekas

yang menawarkan harga yang jauh lebih murah, bahkan beberapa motor telah

mengalami turun hingga setengah harga dari barunya. Meski penjualan motor

bekas sangatlah banyak, namun hal tersebut tidaklah mengganggu penjualan

motor baru karena pada dasarnya antara penjualan motor bekas dan baru

memiliki target konsumen masing-masing yang berbeda.(Ziyadul Muttaqin

2019;50)
Banyaknya pembelian motor bekas dan baru akan menciptakan

perputran uang beredar yang cepat. Perputaran uang yang kencang di Indonesia

menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Terutama, sektor jual beli

motor bekas menjadi salah satu yang paling menjanjikan. Kencangnya

perputaran uang, atau velocity, dalam kegiatan jual beli ini mengindikasikan

bahwa masyarakat semakin aktif berpartisipasi dalam pasar otomotif. Keadaan

ini turut mendukung perputaran uang di berbagai lapisan masyarakat. Kegiatan

jual beli motor merupakan salah satu kegiatan perekonomian, dan juga

termasuk salah satu bentuk transaksi muamalah. Muamalah sendiri memiliki

banyak cabang permasalahan fiqih. Setiap Dealer motor memiliki cara

pembayaran dan akad yang berbeda-beda, namun umumnya ada dua cara

pembelian yaitu secara kredit dan cash. Dari sudut pandang ekonomi syari'ah,

pembelian objek dalam jual beli motor diperbolehkan, sementara sistem

angsuran dengan bunga dianggap sebagai hal yang dilarang. Praktik gharar

(penipuan) yang tidak memberikan penjelasan mendetail tentang kekurangan

motor juga dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi syari'ah.

(Amiruldin dkk 2023;1105)

Dasar umum jual beli motor bekas adalah mubah, selagi tidak ada hal

yang menyebabkan keharaman. Permasalahannya adalah pada prakteknya jual

beli motor bekas terdapat banyak problem yang dialami oleh pembeli. Tidak

sedikit pembeli memperoleh motor yang kondisi tidak sesuai yang dijanjikan

pembeli, seperti kelistrikan mati, onderdil tidak asli, atau kasus yang parah

adalah pernahnya motor mengalami turun mesin. Kekurangan pada motor ini

seringkali tidak dijelaskan secara detail oleh penjual, ini supaya penjual dapat
membandrol harga motor bekas dengan tinggi karena kondisi motor terlihat

sangat baik. Padahal dalam muamalah, syarat barang yang dijual adalah

diketahuinya kualitas dan rincian barang yang dijual. ( Susiawati. 2017;177).

Jika hanya pembeli yang mengetahui rincian barang yang dijual, akan rawan

terjadinya garar atau penipuan. Penjual dapat mengatakan bahwa barang

dalam kualitas masih baik, kata-kata yang paling sering digunakan adalah like

new atau seperti baru. Padahal pembeli tidak tahu bahwa dalaman motor sudah

banyak onderdil yang diganti. Kasus seperti ini tidak jarang terjadi, peneliti

telah melakukan beberapa observasi dan waancara dengan pelaku jual beli

motor bekas di showroom yang berbeda.

Beberapa pembeli motor bekas di Dealer Motor Kabupaten Tegal,

menyatakan bahwa terdapat kendala dari motor yang dibeli, padahal dari

penjual mengatakan normal. Namun juga terdapat pembeli yang merasa benar-

benar puas dengan motor yang dibelinya, pengakuannya tidak merasakan

kendala apapun selama menggunakan motor padahal sudah beberpa bulan.

Perbedaan pengalaman ini, jelas menjadi hal krusial dalam dunia jual beli

motor bekas. Penelitian ini diinisiasi oleh konteks permasalahan dalam jual

beli motor bekas di Dealer di Kabupaten dan Kota Tegal. Peneliti mengamati

langsung kondisi enam dealer dan melakukan wawancara dengan pembeli

motor bekas. Terungkap bahwa beberapa kerusakan pada motor tidak

terdeteksi pada awal pembelian, menimbulkan dampak yang merugikan setelah

beberapa waktu penggunaan.(Hasil Wawancara Narasumber)


Permasalahan lain timbul dari jual beli motor di dealer , yaitu cara akad

jual beli yang menggunakan sistem kredit. Tidak semua pembeli paham

tentang akad jual beli dalam muamalah, terlebih syarat-syarat pembeli itu

sendiri. Penelitian menemukan bahwa praktek jual beli yang digunakan

terdapat kejanggalan. Antara membeli motor dengan cash dan kredit, terdapat

perbedaan harga. Pembelian dengan cara kredit atau diangasur memiliki harga

yang jauh lebih mahal dibandingkan cash. Jika kredit disini menggunakan akad

hutang, maka timbullah riba di dalamnya, karena pembeli haurus membeli

dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga asalnya. Maka dari itu, dalam

penelitian ini, peneliti akan megidentifikasi akad apakah yang digunakan oleh

6 Dealer motor di Kabupaten Tegal. Hal ini tentu penting bagi masyarakat

muslim, karena untuk dapat terhindar dari akad yang dilarang dalam Islam,

terutama larangan riba.

Terkait dengan penelitian ini temuan penelitian sebelumnya oleh Rizqi

Amiruldin, 60 responden pembeli motor menunjukkan adanya ketidaksesuaian

antara motor yang dijelaskan oleh penjual dengan kondisi sebenarnya setelah

pembelian. Beberapa motor bahkan mengalami kerusakan di kelistrikan yang

pada awalnya dianggap normal oleh penjual. Rizqi menjelasakan bahwa

pembeli banyak yang mengalami motor yang bermasalah ditambah ketika akad

jual beli, sedikit yang memahami akad yang digunakan. Hal ini menandakan

bahwa pemahaman akad muamalah jual beli di kalangan masyarakat sangatlah

minim. Dari banyaknya pembeli, tidak lebih dari 30 orang yang memahami

kualitas dan kondisi motor yang dibeli secara mendetail. Hal ini juga

menandakan kurangnya transparasi dari penjual terhadap motor yang dijual,


dengan begiutu sangatlah rawan terjadi garar. Berhubungan adanya temuan

ini, penelitian ini memiliki urgensi yang besar untuk memberikan solusi dan

rekomendasi dalam rangka mendukung keberlanjutan ekonomi syari'ah di

sektor jual beli motor bekas di Kabupaten Tegal.(Rizki Amiruldin, 2019;1120)

Dealer motor memanglah tidak ada badan pengawas untuk mengawasi

transaksi yang jujur dan berbasis syariah. Sehingga rawan terjadi

penyelewangan dari pihak penjual, dan pada akhirnya pembelilah yang sering

menjadi korban dan sulit untuk mengajukan garansi. Peneliti akan

menganalisis bagaimana proses transaksi untuk mengetahui konsep khiyar

dalam jual beli motor bekas yang digunakan di enam dealer di kabupaten

Tegal. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menggunakan judul

“IMPLEMENTASI KHIYAR DALAM JUAL BELI MOTOR BEKAS DI

DEALER MOTOR KABUPATEN TEGAL ( PERSPEKTIF HUKUM

EKONOMI ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 )”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Khiyar Menurut Hukum Ekonomi Islam dan UU

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999?

2. Bagaimana Bentuk Jual Beli di Dealer Motor Kabupaten Tegal?

3. Apa Saja Manfaat dan Kekurangan Jual Beli Motor Bekas di Dealer

Kabupaten Tegal?
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Konsep Khiyar Menurut Hukum Ekonomi Islam dan

UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999?

2. Untuk Mengetahui Bentuk Jual Beli di Dealer Motor Kabupate Tegal?

3. Untuk Mengetahui Manfaat dan Kekurangan Jual Beli Motor Bekas di

Dealer Kabupaten Tegal?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

a. Pengembangan Teori Ekonomi Syari'ah

Penelitian ini akan membantu memperluas pemahaman

tentang Praktik Jual Beli Motor bekas, prinsip-prinsip ekonomi

syari'ah dalam konteks transaksi jual beli motor bekas. Hal ini akan

memberikan kontribusi pada teori-teori terkait ekonomi syari'ah

yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi bisnis.

b. Pengayaan Konsep Gharar dan Riba

Dengan meneliti kasus jual beli motor bekas, penelitian ini

akan memperkaya pemahaman kita tentang konsep gharar

(penipuan) dan riba (bunga) dalam ekonomi syari'ah. Ini akan

membantu dalam memperjelas prinsip-prinsip yang seharusnya

dihindari dalam transaksi ekonomi syari'ah.

c. Pengembangan Literatur Ekonomi Syari'ah

Temuan dari penelitian ini akan menyumbangkan informasi

baru dalam literatur ekonomi syari'ah, memberikan referensi


penting bagi para akademisi dan peneliti lain dalam memperluas

wawasan tentang Konsep khiyar dalam jual beli motor bekas.


2. Manfaat Praktis

a. Perbaikan Praktik Bisnis

Hasil penelitian ini akan memberikan pedoman bagi bisnis

motor bekas untuk memperbaiki transparansi dan keadilan dalam

praktik bisnis mereka. Ini dapat meningkatkan kepercayaan

konsumen dan membantu meminimalkan praktik yang merugikan.

b. Peningkatan Kesadaran Konsumen

Penelitian ini akan meningkatkan kesadaran konsumen tentang

hak dan kewajiban mereka dalam transaksi jual beli motor bekas. Ini

dapat melindungi mereka dari penipuan dan memberikan

pengetahuan yang lebih baik dalam membuat keputusan berbelanja.

c. Pertimbangan Kebijakan Publik

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

perumusan kebijakan yang lebih baik dalam mengatur transaksi jual

beli motor bekas. Ini dapat membantu pemerintah dalam

menciptakan lingkungan bisnis yang lebih adil dan berkelanjutan.

d. Pengembangan Industri Ekonomi Syari'ah

Penelitian ini dapat mendukung pengembangan industri

ekonomi syari'ah di wilayah tertentu dengan mendorong praktik

bisnis yang lebih sesuai dengan nilai-nilai syari'ah, menciptakan

lingkungan bisnis yang lebih stabil dan beretika.

E. Kajian Pustaka

1. Kajian Riset Terdahulu


a. Rizki Amiruldin, Syahril, dan Fitri Rachmiati Sunarya, dengan

judul penelitian “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli

Motor Bekas (Studi Kasus Adanya Kecacatan Tersembunyi di

Showroom Alseda Mandiri Motor Indramayu)”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengeksplorasi adanya kecacatan tersembunyi

pada produk, mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan, serta

menganalisis tinjauan hukum Islam terkait dengan kecacatan

tersembunyi yang mungkin ada di Showroom Alseda Mandiri

Motor, Indramayu. Metode penelitian yang digunakan adalah

kualitatif dengan desain penelitian field research. Hasil

penelitian menunjukkan Kalimat tersebut dapat diparafrase

sebagai berikut: Showroom Alseda Mandiri Motor ditemukan

melakukan tindakan yang tidak jujur, seperti menyembunyikan

cacat pada penjualan motor bekas. Oleh karena itu, sistem dan

praktik jual beli yang diterapkan oleh showroom tersebut

dianggap tidak sesuai dengan prinsip syariah, karena melibatkan

jual beli barang yang memiliki cacat tersembunyi. (Rizki

Amirudin, 2023; 110-1120).

b. Agung Kurniawan dan Moh Rasyid, dengan judul penelitian

“Transaksi Jual Beli Sepeda Motor Bekas dengan Akad Salam

di Desa Tamberu Laok”. Penelitian ini bertujuan

mengidentifikasi akad yang digunakan dan pandangan akad

salam pada transaksi jual beli motor bekas di Desa Tamberu

Laok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif


dengan desain penelitian field research. Hasil temuan peneliti

terdapat pada dua aspek utama. Pertama, saat pembelian sepeda

motor bekas, pembeli melakukan pemesanan kepada pedagang

dan membayar separuh dari harga terlebih dahulu. Kedua, dalam

proses transaksinya, terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip

akad salam. Ketidaksesuaian tersebut terjadi saat barang yang

dipesan tidak. sesuai dengan permintaan awal, namun transaksi

tetap dilanjutkan tanpa ada pembatalan. (Jurnal of Indonesia

Islamic , 2021; 34-51).

c. Lukmanul Hakim dan Reza Arby Nurdi, dengan judul penelitian

“Pandangan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Jual

Beli Mobil Bekas Melalui Broker di Showroom Sedna Motor

Kartasura”. Penelitian Hakim bertujuan untuk mengetahui

pemahaman hokum ekonomi dan praktik makelar di showroom

Sedna Motor Kartasura. Metode penelitian yang digunakan

adalah kualitatif dengan desain penelitian field research.Hasil

penelitian menunjukkan Praktik makelaran di Showroom Sedna

Motor Kartasura, menurut perspektif hukum ekonomi syariah,

dianggap sah karena bentuk jual beli yang dilakukan melalui

makelar tetap mematuhi prinsip-prinsip Islam. Selain itu,

praktek makelar dalam jual beli mobil bekas di Showroom

Sedna Motor Kartasura berfungsi sebagai penghubung transaksi

antara penjual dan calon pembeli, dilakukan dengan kesadaran

bahwa tugas seorang makelar adalah menjembatani proses


transaksi dengan prinsip kejujuran dan keadilan bagi kedua

belah pihak. Makelar ini menonjolkan kualitas pelayanan yang

baik, menerapkan strategi pemasaran, dan tidak mencari

keuntungan yang merugikan penjual maupun calon pembeli.

d. Bella Daila dan Anggun Fatmayanti, dengan judul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Suku Cadang

Sepeda Motor Bekas di Gampong Lampseh Kota Banda Aceh”.

Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui sejauh mana

gharār yang terjadi dalam transaksi jual beli suku cadang sepeda

motor bekas di Gampong Lampaseh Kota Banda Aceh dan

pandangan hukum Islam terhadap praktek jual beli tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan

desain penelitian field research. Hasil penelitian di Gampong

Lampaseh, Kota Banda Aceh, menunjukkan adanya

ketidakpastian terkait kondisi barang, terutama suku cadang atau

mesin yang dijual kepada pembeli. Saat terjadi transaksi jual

beli suku cadang di Gampong Lampaseh, penjelasan rinci

mengenai kondisi suku cadang bekas yang akan dijual tidak

disampaikan, seperti informasi tentang masa penggunaan mesin

sepeda motor yang mungkin mengalami kerusakan, baik

disengaja maupun tidak diketahui oleh penjual.Selain itu, pelaku

usaha tidak memberikan kesempatan bagi pembeli untuk

mengajukan komplain jika suku cadang yang dibeli bermasalah.

Setelah transaksi selesai, pelaku usaha tidak lagi bertanggung


jawab terhadap suku cadang jika terjadi kerusakan atau

ketidaksesuaian. Dalam tinjauan hukum Islam, bentuk jual beli

suku cadang sepeda motor bekas di Gampong Lampaseh

dianggap tidak diperbolehkan jika terdapat kecurangan yang

merugikan salah satu pihak dan menghilangkan rasa saling ridha

antara pembeli dan penjual.Penolakan terhadap penjualan suku

cadang bekas dalam hukum Islam disebabkan oleh kurangnya

transparansi dari penjual dalam menjelaskan kondisi barang

yang dijual dan ketidakjelasan mengenai asal usul barang

tersebut. Sehingga, dari perspektif fiqh muamalah, jenis jual beli

seperti ini dikategorikan sebagai transaksi yang mengandung

unsur tadlīs (ketidakjelasan informasi) serta gharār

(ketidakpastian) dalam perolehan barangnya.

e. Alita Nurjanah, dengan judul “ Implemetasi Hak Khiyar Dalam

Jual Beli Terhadap Slogan Barang Yang sudah di Beli Tidak

Dapat Di Kembalikan”. H asil Penelitian dapat disimpulkan

bahwa praktik jual beli di Toko Grosir dan Eceran Binti

Sholihah belum menerapkan khiyar yang telah di syariatkan

dalam Islam.

Setelah peneliti melakukan kajian riset terdahulu, peneleti menjumpai

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang memiliki

sedikit relevansi. Perbedaan penelitian terdahulu memiliki obyek yang

berbeda dengan penelitian yang sekarang,tetapi memiliki persamaan

dalam metodelogi yaitu kualitatif dan field research.


2. Kajian Teori

a. Jual Beli

1) Pengertian Jual Beli

Penjualan dan pembelian merupakan transaksi yang

umum dilakukan oleh masyarakat, karena dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, masyarakat tidak dapat menghindari akad

ini. Dari sudut pandang ini, jual beli merupakan proses

pertukaran barang atau jasa yang penting dalam kehidupan

manusia. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas, kita

perlu menetapkan batasan terkait definisi jual beli. Dengan

demikian, dapat memiliki pemahaman yang tegas tentang apa

yang dimaksud dengan jual beli, baik dari segi bahasa

(etimologi) maupun dari segi istilah (terminologi).

Jual beli menurut bahasa (ertimologi) berarti al-bai

yang berartimenjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan

sesuatu yang lain. Jual belimenurut bahasa berarti al-bai dan

at-tijarah. ( Hendi Suhendi, dkk, 2010; 67). Enang Hidayat

dalam bukunya menjelaskan bai daari pandangan empat

madzhab yaitu ( Enamh Hidayat, 2015; 35).:

a) Imam Syafii

“Jual beli menurut syara adalah suatu akad yang

mengandung tukarmenukar harta dengan harta dengan

syarat yang akan diuiraikan nantiuntuk memperoleh


kepemilikan attas benda atau manfaat untuk

waktuselamanya”.

b) Imam Hanafi

”Pertukaran harta (benda) dengan harta

berdasarkan cara khuhsus (yangdiperbolehkan)”.

c) Imam Nawawi

“pertukaran harta dengan harta untuk

kepemilikan”.

Dari paparan sebelumnya, kita dapat memahami bahwa

pengertian jual beli adalah sebuah kesepakatan dalam bentuk

akad pertukaran harta, entah itu barang dengan barang, barang

dengan uang, yang telah disepakati harganya, yang dilakukan

oleh minimal dua orang, dilandaskan pada kesepahaman

bersama, dan sesuai dengan ajaran syariat Islam.


2) Dasar Hukum Jual Beli

Hukum Islam dilandaskan pada empat hal yaitu Al-

quran, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Berikut adalah dasar hukum

jual beli menurut sumber hukum Islam :

a) Al-quran

Jual beli atau bai diperbolehkan dalam Al-quran

karena dalam rangka memenuhi kebutuhan di dunia sebagai

bentuk tanggung jawab hidup di dunia pula. Bai

diperbolehkan, dapat dilihat dari dalil Al-quran surat An-

Nisa ayat 29 :

‫ٱَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن ٱلِّر َبٰو ۟ا اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُقوُم ٱَّلِذ ى َيَتَخَّبُطُه ٱلَّش ْيَٰط ُن ِم َن‬

‫ٱْلَم ِّس ۚ َٰذ ِلَك ِبَأَّنُهْم َقاُلٓو ۟ا ِإَّنَم ا ٱْلَبْيُع ِم ْثُل ٱلِّر َبٰو ۟ا ۗ َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ۟ا ۚ َفَم ن َج ٓاَء ۥُه‬
‫َٰٓل‬
ۖ ‫َم ْو ِع َظٌة ِّم ن َّرِّبِهۦ َفٱنَتَهٰى َفَل ۥُه َم ا َس َلَف َو َأْم ُر ٓۥُه ِإَلى ٱِهَّلل ۖ َوَم ْن َعاَد َفُأ۟و ِئَك َأْص َٰح ُب ٱلَّناِر‬

‫ُهْم ِفيَها َٰخ ِلُد وَن‬

Artinya : “orang-orang yang Makan (mengambil)


riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya(Q.S. Al-
Baqarah : 275)
Ayat Al-Baqarah di atas menjelaskan bahwa jual

beli diperbolehkan dalam Islam dan yang jelas di haramkan

adalah riba. Umat muslim dalam melakukan jual beli harus


memahami hal hal yang diatur pada semua aspek bai.

Hukum kebolehan ini dengan maksude untuk

mempemudah umat muslim dalam hidup di dunia. Maka

dari itu yang jelas jual beli yang dipenuhi rukun dan

syaratnya hukumnya adalah boleh dan yang dilarang adalah

praktek riba.

b) Sunnah

Hukum Bai dalam hadis nabi diperbolehkan, hal ini

dapat dilihat dari hadis nabi :

Artinya : Dari Rifa‟ah bin Rafi r.a bahwasanya


Nabi Saw, ditanya : pencarian apakah yang paling baik?
beliau menjawab : ialah orang yang bekerja dengan
tangannya, dan tiap-tiap jual beli yang benar. (HR. Al-
Bazzar) ( Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram, Juz
III, Nur Amaliyah, Semarang, 1958. H 4).

Jual beli berdasarkan hadis di atas, dapat diketahui

hukumnya adalah diperbolehkan. Jual beli adalah suatu

pekerjaan yang paling baik namun dengan catatan jual beli

tersebut memenuhi rukun dan syarat serta tidak adanya

suatu kecurangan sedikitpun.

c) Ijma

Para ulama telah menyepakati bahwa praktik jual

beli diperbolehkan dengan argumentasi bahwa manusia

tidak mungkin memenuhi semua kebutuhannya tanpa

melibatkan bantuan dari orang lain. Kehalalan jual beli ini

ditegaskan karena manusia secara alami memiliki


keterbatasan dalam memproduksi sendiri semua barang dan

layanan yang dibutuhkannya. Meskipun demikian, bantuan

atau barang yang dimiliki oleh orang lain yang dibutuhkan

haruslah digantikan dengan barang yang setara atau sesuai.

(Syafei, 2001;75).

Penting untuk mencatat bahwa dalam Islam, jual

beli juga harus mematuhi prinsip-prinsip etika dan

keadilan. Transaksi jual beli yang dilakukan secara sah

dalam Islam harus didasarkan pada kesepakatan sukarela,

tanpa unsur paksaan atau penipuan. Hal ini sejalan dengan

prinsip-prinsip syariah yang menekankan keadilan,

kejujuran, dan saling ridha dalam setiap transaksi ekonomi.

Oleh karena itu, keberlanjutan dan keabsahan suatu jual

beli sangat tergantung pada pemenuhan prinsip-prinsip

moral dan etika yang diatur oleh Islam.(Abu Bakar, 2020;

240).

Selain itu, penting untuk diingat bahwa dalam

Islam, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang mengatur

jenis barang atau layanan yang dapat diperjual belikan.

Barang yang dijual belikan harus halal dan tidak melanggar

prinsip-prinsip hukum Islam. Dengan demikian, jual beli

tidak hanya diakui sebagai suatu kebutuhan praktis, tetapi

juga sebagai mekanisme yang diatur dengan ketat untuk


memastikan keberlanjutan dan keadilan dalam aktivitas

ekonomi, (Wahida, 2022;167).

3) Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli dalam muamalah disebut dengan baii. Bai

memiliki rukun dan syarat tersendiri. Bai memiliki tiga rukun

dan stiap rukun terdapat syarat yang harus dipenuhi. Rukun

jika kurang walaupun hanya satu, akan mengakibatkan

batalnya bai. Rukun bai yang pertama adalah aqidain atau dua

orang yang berakad, pada konteks ini yang dimaksud adalah

penjual dan pembeli. Kedua adalah aqad, pada koteks ini

adalah jenis transaksi yang digunakan lalu kemudian

dikategorikan akad apa yang digunakan. Akad meliputi

perkataan dan maksude untuk menyerahkan dan menerima

barang yang dijual. Ketiga adalah maqud alaih atau barang

yang dijual, pada konteks penelitian ini yang dimaksud adalah

motor bekas yang dijual. ( Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah;

2010; 70).

Syarat sah bai menurut jumhur ulama terdapat pada

setiap rukun bai. Berikut syarat bai: ( M.Ali Hasan, 2023;

119).

a) Syarat aqidain

1. Baligh

2. Kehendak sendiri

3. Beragama Islam
4. Penjual dan pembeli bukan orang yang mubazir

b) Syarat maqud alaih

1. Suci, tidak sah menjual barang yang najis, namun

masih tetap sah menjual barang yang mutanajis atau

terkena najis.

2. Bermanfaat, tidak sah menjual barang yang tidak

bermanfaat dan membahayakan.

3. Barangnya dapat diserah terimakan

4. Langsung tanpa dijangka waktu, maksudnya jual beli

dapat berlangsung tanpa digantungkan pada waktu

apapun.

5. Barang diketahui oleh kedua pihak, baik secara detail

atau secara garis besar.

6. Milik sendiri oleh pembeli, tidak sah barang yang

dijual adalah milik orang lain.

c) Syarat akad

1. Tidak ada yang membatasi penjual dan pembeli,

maksudnya penjual ketika megatakan ijab (serah)

maka dapat dijawab oleh pembeli dengan qabul

(terima).

2. Tidak ada yang menyela-nyela antara ijab dan qabul.

3. Ucapan ijab dan qabul, harus jelas dan dapat dipahami

antara penjual dan pembeli.

b. Khiyar
Khiyar dalam ilmu fiqih merupakan bagian dari muamalah.

Khiar secara fungsional adalah untuk melindungi konsumen atau

pembeli. Secara etimologi, khiar berarti menyaring, menyisihkan

dan memilih. Secara mudahnya khiar adalah pembeli diberikan

hak untuk menentukan yang terbaik baginya dari dua atau

beberapa pilihan.Sedangkan secara terminology, dalam ilmu fiqih

khiar maksudnya adalah hak yang diperoleh penjual dan pembeli

yang sedang melakukan perjanjian usaha dalam memilih dua hal

yaitu antara meneruskannya atau membatalkannya ( Abdillah Al-

Muslim dan Shalah ash-shawi, 2001; 47).

Terdapat tiga macam khiar, yaitu:

1. Khiyar Majelis, pembeli dan penjual dapat memperoleh hak

khiyar memilih antara meneruskan atau membatalkan jual beli

selagi masih dalam satu majelis dan belum berpisah dari

majelis tersebut.

2. Khiyar Syarat, pembeli dan penjual bersepakat untuk saling

memberikan hak khiyar dengan suatu perincian dan syarat.

Ketentuan khiyar ini dapat tetap berlaku walau sudah berpisah

majelis dengan syarat sesuai yang disepakati dua pihak. (

Sayyid Sabiq, 1998; 100-101).

3. Khiyar Aibi, pembeli dapat membatalkan akad jual beli jika

ditemukan cacat. Khiyar ini disyaratkan secara mutlak barang

yang dijual adalah barang yang sempurna tanpa cacat. Pada

kasus penelitian ini, motor bekas harus dalam kondisi baik, jika
ditemukan cacat yang tidak sesuai dengan yang dikatakan

penjual, maka pembeli dapat membatalkan jual beli dan motor

bekas yang djual boleh dikembalikan. (Sohari Saharani dan

Ru;fan Abdullah, 2011;78).

c. Undang- Undang Republik Indonesia Nomer 8 Tahun 1999


Tentang Perlindungan Konsumen;

1. Pembangunan Perekonomian nasional pada pada era globalisasi

harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usahasehingga

mampu menghasilakan beraneka barang dan/atau jasa yang

memiliki kandungan teknologiyang dapat meningkatkan

kesejateraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan

kepastian akan barang dan/atau jasa yang diperoleh dari

perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen.

Semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses

globalisasi ekonomi harus tetap menjamin peningkatan

kesejahteraan serta kepastian akan mutu, jumlah keamanan

barang dan atau/jasa yang diperolehnya di pasar. Untuk

meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu

meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepeduliankempuan dan

kemandirian konsumenuntuk melindungi dirinya serta

menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung

jawab. Ketentuan Hukum yang melindungi kepentingan

konsumen di Indonesia belum memadai: berdasarkan

pertimbangan tersebut diatas diperlukan perangkat peraturan


peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan

keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku

usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat. Untuk itu

perlu dibentuk undang-undang tentang Perlindungan

Konsumen:

2. Dasar Hukum Undang- undang ini adalah : Pasal 5 Ayat (1),

Pasal 21 Ayat (1), Pasal 27 dan Pasal 33 Undang- undang Dasar

1945.

3. Dasar Undang- undang ini di atur tentang; Azaz dan Tujuan,

Hak dan Keajiban; Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha;

Ketentuan Pencantuman Klausula Buku; Tanggung Jawab

Pelaku Usaha; Pembinaan dan Pengawasan; Badan

Perlindungan Konsumen Nasional; Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadaya Masyarakat; Penyelesaian Sengketa; Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen; Penyidikan; dan Sanski.

4. Analisis Eksistensi Khiyar dalam Undang- undang Nomor

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam

Islam berbeda dengan istilah istilah-istilah perlindungan

konsumen saat ini namun jika dilihat dari segi pengaturan,

nilai, dan tujuan dalam khiyar memiliki peran dan fungsi

yang sama dengan perlindungan konsumen dalam

perlindungan konsumen Islam yang merujuk pada Al

Quran dan Hadist sebagai sumber hukum, selain itu

perlindungan konsumen dalam Islam mengandung nilai-


nilai keTuhanan yang tinggi. Islam sebagaimana dalam

perlindungan bukan sebagai hubungan keperdataan saja

sebagaimana dalam Undang-undang Perlindungan

Konsumen, melainkan hubungan antara manusia dengan

Allah swt.
3. Kerangka Berpikir

Peneliti Membuat kerangka berpikir unuk menjelaskan dari

menganalisis jual beli motor bekas di dealer motor Kabupaten Tegal.

Jual Beli Syarat Objek Jual Beli

Sistem Jual Beli Faktor Hambatan Pandangan


Banyaknya Jual Hukm Islam
Beli

Prespektif Hukum
Ekonomi Islam dan
UU No 18 Tahun
1999
F. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Peneliti dalam menganalisis kasus fenomena pembelian motor

bekas di dealer kabupaten Tegal ditinjau dengan prespektid hukum

ekonomi Islam dan UU perlindungan konsumen, peneliti menggunakan

jenis penelitian studi pustaka atau bias disebut dengan library research.

Penelitian kepustakaan adalah rangkaian kegiatan dari rencana peneliti

yang mengandalkan sumber informasi yang tersedia di perpustakaan,

(Mahmud, 2011;31).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Metode kualitatif adalah mengamati subjek atau objek

penelitian dari dalam lingkungannya, berinteraksi, memahami bahasa

masyarakat setempat, dan memahami penafsiran mereka. (Mahi M

Himat, 2011; 37). Sehingga penelitian kualitatif cocok digunakan pada

penelitian ini yang membahasa tentang masyarakat yang melakukan jual

beli motor bekas di Kabupaten Tegal. Peneliti terjun langsung di Dealer

motor bekas dan kediaman pembeli motor bekas, untuk memperoleh data

dari dua pandangan yaitu penjual dan pembeli.

2. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus membahas permasalahan jual beli motor

bekas di Dealer Kabupaten Tegal. Peneliti berfokus pada tiga pokok

permasalahan yaitu pertama, konsep khiyar yang terjadi pada penjualan


motor bekas di dealer Kabupaten tegal menurut pandangan hukum

ekonomi Islam dan UU perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999.

Kedua, akad yang digunakan dalam praktek di lapangan. Ketiga, manfaat

dan kekurangan jual beli motor bekas. Ketiga bahasan ini yang kemudian

dianalisis di BAB IV untuk memaparkan dan menjelaskan fenomena

yang terjadi.

3. Data dan Sumber Data penelitian

Peneliti dalam menganalisis permasalahan jual beli motor bekas di

Kabupaten Tegal, menggunakan dua sumber data penelitian yaitu data

sekunder dan data primer :

a. Sumber data primer


Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti

langsung dari sumber subjek penelitian. ( Umar Husein, 2009;42).

yaitu 6 dealer motor bekas di Kabupaten Tegal.Bagian Bendahara

tentang pemasaran dan pelaksaan dari jual beli motor bekas pada

dealer tersebut, Karyawan dealer tersebut, Para Konsumen atau calon

pembeli. Pada kasus ini, pembeli dan penjual adalah nara sumber

penelitian ini, yaitu pemilik dealer motor bekas di Kabupaten Tegal,

yang mana hasil wawancara tersebut menjadi data primer penelitian

ini.

b. Sumber data sekunder


Sumber daya sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

diluar subjek penelitian, yaitu dari buku-buku, artikel, jurnal,

dokumen, hasil laporan, hasil penelitian, dan lain sebagainya


( Meoleong, 2011;6). Data sekunder ini digunakan peneliti untuk

mendukung dalam menganalisis permasalahan penelitian ini, adapun

data yang digunakan adalah tulisan ilmiah yang relevan dengan

penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam memperoleh data penelitian, menggunakan dua

teknik pengumpulan data yaitu :

a. Wawancara

Wawancara yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

data dan informasi secara langsung dengan memberikan pertanyaan

kepada para informan. Wawancara yang digunakan adalah teknik

semi terstruktur. Cara kerja teknik ini adalah dengan peneliti

mengajukan pertanyaan yang kemudian melakukan pendekatan

mendalam sehingga narasumber memberikan informasi data secara

terbuka dengan mengemukakan ide dan pendapatnya. (Sugiono,

2008; 233). Peneliti sebelum melakukan wawancara telah

menyiapkan draf pertanyaan yang kemudian dapat mengimprov

pertanyaan untuk memperoleh data lebih dalam. Peneliti

mengajukan pertanyaan sesuai draf kepada narasumber. Adapun

teknis wawancara, peneliti menggunakan dua metode, yaitu bertemu

langsung (offline) dan menggunakan via Whatssap (online) untuk

menyingkat waktu dan mempermudah peneliti memperoleh data.

Narasumber pada penelitian ini adalah pembeli dan pihak dealer,


total narasumber berjumlah 10 orang yaitu 5 dari pihak pembeli dan

5 dari pihak dealer.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari tulisan

atau dokumen. (sugiono, 2008 ;242). Metode dokumentasi

digunakan peneliti sebagai teknik pengambilan data dari data

sekunder. Dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data

penjualan motor dari dealer serta untuk memperoleh data asli

kondisi motor bekas yang sudah atau belum dijual untuk dianalisis

peneliti menggunakan tinjauan pandangan hukum ekonomi Islam.

5. Teknik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan uji keabsahan data, guna untuk

membuktikan bahwa penelitian ini dilakukan dengan prosedur yang

ilmiah. Selain itu, uji ini cocok untuk digunakan dengan penelitian yang

menggunakan penedekatan kualitatif. Berikut beberapa langkah dalam

melakukan uji keabsahan data ( Sugiono, 2008; 242).:

a) Kredibilitas

Uji Creadibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap

data yang dihasilkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yang hasilnya data tersebut tidak meragukan apabila

disebut penelitian ilmiah. Ada beberapa cara dalam melakukan uji

credibility (kredibilitas) yaitu :


1) Trianggulasi Data

Peneliti melakukan uji triangulasi data untuk

memastikan keabsahan data yang diperoleh dari sumber data

penelitian yang dilakukan di Dealer Kabupaten Tegal.

Pengumpulan data penelitian ini bersumber dari narasumber

pimpinan Dealer Motor Bekas Di Kabupaten Tegal ,. Peneliti

menggunakan dua trianggulasi yaitu, trianggulasi sumber dan

trianggulasi teknik.

2) Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah peneliti berusaha dalam menggali data lebih dalam

dari nara sumber. Semakin lama dilakukannya pengamatan

dengan nara sumber, akan semakin dekat dan terbuka

sehingga peneliti memperoleh data dari narasumber secara

terbuka. Data yang diperoleh haruslah sesuai dan valid

dengan keadaan yang terjadi di Planetarium,. Pembuktian

kredibilitas data ini dapat dengan menggunakan surat bukti

penelitian yang nantinya akan dilampirkan pada lampiran

penelitian.

b) Transferabilitas

Menurut Fraenkel dan Wallen transferability merupakan

validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal

menunjukkan drajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil


penelitian kepada populasi dimana sampel diambil untuk

memperoleh data. Oleh karena itu, supaya pembaca dapat

memahami hasil penelitian kualitatif sehingga besar kemungkinan

untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti bisa

membuat laporan yang rinci, jelas, sitematis dan dapat dipercaya.

Sehingga pembaca bisa lebih jelas dalam menilai hasil penelitian

tersebut, dan pembaca bisa memilih dapat tidak untuk

mengaplikasian hasil penelitian tersebut

6. Teknik Analisi Data

Penelitian ini dalam analisis data menggunakan analisis library

resaech. Data yang terkumpul dari lapangan atau objek penelitian yaitu

praktik khiyar dalam jual beli motor bekas di dealer Kabupaten Tegal

kemudian diolah lalu dianalisis dengan prespektif hukum ekonomi Islam

dan UU Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999. Undang-Undang ini

dan prespektif hukum ekonomi Islam yang digunakan menjadi pustaka

dalam penelitian ini. Sehingga teknik analisis data yang digunakan

peneliti adalah library research.

7. Teknik Analisis dan Interpretasi

Teknik ini merupkan suatu pendekatan penelitian yang berfokus

pada pencarian, pengorganisasian, dan penyajian informasi yang

diperoleh melalui berbagai metode seperti wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Hasil informasi tersebut kemudian diolah dan disusun

dalam bentuk tulisan serta laporan penelitian. Dalam menjalankan

penelitian ini, akan diterapkan Analysis Interactive Model oleh Miles dan
Huberman, yang menguraikan langkah-langkah analisis data ke dalam

beberapa bagian terstruktur, (Sugiyono, 2008;94). Langkah-langkah ini

mencakup:

a. Pengumpulan Data

Tahapan ini peneliti memproses pengumpulan data baik

berupa data primer maupun sekunder, data-data tersebut diberikan

kategori berdasarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan

penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer yang bersumber dari narasumber dan objek penelitian yaitu

dealer di Kabupaten Tegal. Kemudian data sekunder yang bersumber

dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999.

b. Reduksi Data

Melalui pengamatan lapangan dan wawancara data yang

banyak tercampur, maka selanjutnya peneliti melakukan reduksi

data. Reduksi data adalah aktivitas penelitian dalam memilih data

yang dianggap relevan untuk disajikan.

c. Penyajian Data

Penyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan, antar kategori melalui penyajian data

tersebut maka data terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan mudah dipahami. Dengan mendisplay data maka akan


mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

d. Penarikan Kesimpulan

Tahapan ini merupakan upaya dalam menyajikan hasil

temuan riset. Penarikan kesimpulan dimaknai sebagai sekumpulan

organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian

dilakukan. Tahapan ini tentunya dilakukan dengan memperhatikan

aspek-aspek yang berkaitan dengan hasil wawancara, observasi

maupun dokumentasi. Dalam tahapan ini, temuan awal penelitian

yang sebelumnya samar-samar dapat menjadi jelas dan dianggap

kredibel melalui penyajian temuan penelitian yang disajikan dengan

tersrtuktur kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan data dan

analisis yang dilakukan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Kompas.com, Peran Penting Industri Otomotif Bagi Bagi Perekonomian


Nasional,
https://otomotif.kompas.com/read/2022/04/01/091200215/peran-penting-
industri-otomotif-bagi-perekonomian-nasional, Diakses 2 Januari 2023,
Pukul 08.58 WIB.

Abu Bakar, Prinsip Ekonomi Islam di Indonesia dalam Pergulatan Ekonomi


Milenial, Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum, Vol. 4, No. 2, 2020 : 240

Rizki Amiruldin, Syahril, dan Fitri Rachmawati, “Tinjauan Hukum Islam


Terhadap Jual Beli Motor Bekas (Studi Kasus Adanya Kecacatan
Tersembunyi di Showroom Alseda Mandiri Motor Indramayu)”, Jurnal
Sinomika, Vol. 1, No. 5, 2023 :1105

Wati Susiawati, Jual Beli dan Dalam Konteks Kekinian, Jurnal Ekonomi Islam,
Vol. 8, No. 2, 2017: 177

Rizki Amiruldin, Syahril, dan Fitri Rachmiati Sunarya,“Tinjauan Hukum Islam


Terhadap Jual Beli Motor Bekas (Studi Kasus Adanya Kecacatan
Tersembunyi di Showroom Alseda Mandiri Motor Indramayu)” Jurnal:
Sinomika, Vol. 1, no. 5, 2023: 1105-1120

Agung Kurniawan dan Moh Rasyid, Transaksi Jual Beli Sepeda Motor Bekas
dengan Akad Salam di Desa Tembaru Laok, Jurnal of Indonesian Islamic
Economic Law, Vol. 3, No.1, 2021:.34-51

Tsaniya Ruchamainnisaa dan Zulfa Nurfadila Khairinnisa, Konsep Analogi


Ferdinand De Saussure (Telaah Kajian Lingusitik Barat), Jurnal
Keilmuan dan Kependidikan Bahasa Arab, Vol. 13, No. 1, 2021:4)

Ziyadul Muttaqin. Fikih Lalu Lintas Prespektif Pertingkatan Norma dalam Islam,
Jurnal : Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Vol. 16, No. 1, 2019:
50

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010:67

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2011:31

Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015:35

Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram, Juz III, Nur


Amaliyah,Semarang,1958:4

Rachmat SyafeI, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001:75

M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah),


Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003:119

Abdillah Al-Muslim dan Shalah Ash-shawi , Fiqih Ekonomi Keuangan Islam,


Jakarta: Darul Haq, 2001:47

Anda mungkin juga menyukai