Anda di halaman 1dari 17

PERJANJIAN KREDIT PEMBIAYAAN PEMBELIAN MOBIL BARU

ANTARA NASABAH DENGAN BANK CIMB NIAGA Tbk


CABANG SURAKARTA

Oleh:
Dina Rachmawati
Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui bentuk dan ini perjanjian kredit
pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta, mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru
antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta dan mengetahui masalah-
masalah yang timbul dalam pelaksanaan kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara
nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian untuk menyusun skripsi ini termasuk jenis penelitian hukum dokrinal,
sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian yang deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara terhadap nara sumber dan studi dokumentasi.
Analisis data menggunakan analisa deskriptif yang spesifikasinya yuridis normatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Bentuk dan isi perjanjian kredit
pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta, yakni (a) Dalam bentuknya, perjanjian mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. (b) Pelaksanaan suatu perjanjian merupakan
perwujudan dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya diantara para pihak (2)
Pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan
Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, meliputi : (a) Prosedur Pemberian Kredit Melalui
Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta (b) Penyelesaian kendala kredit pembiayaan
pembelian mobil. (2) Masalah yang timbul dan cara penyelesaiannya pada perjanjian
kredit pembiayaan pembelian mobil, yakni : (a) Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta
memberikan informasi denda keterlambatan bila tidak terjadi suatu overmacht. (b) Untuk
mengurangi resiko akibat terjadinya overmacht biasanya debitur/ lessee ditawari kreditur/
lessor pada awal perjanjian kredit mobil untuk ikut asuransi atau tidak, asuransi tersebut
berguna untuk melindungi debitur/ lessee tersebut dari peristiwa overmact, biasanya
asuransi tersebut untuk all risk, jadi jika terjadi overmacht maka pihak debitur/ lessee
mendapatkan ganti kerugian dari pihak asuransi.

Kata kunci : perjanjian kredit; perjanjian pembiayaan pembelian mobil;

1
LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan teknologi di bidang transportasi yang demikian pesat, memberi dampak
terhadap pedagangan otomotif, dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis mobil baru
dari berbagai merek. Model dan tipe mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan
banyak diminati oleh pembeli. Seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan
ekonomi, maka kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya
semakin meningkat pula. Hal ini ditunjukkan oleh semakin banyaknya kebutuhan yang
harus dipenuhi, tidak terbatas pada kebutuhan primer dan sekunder saja, namun juga
tuntutan akan tersedianya kebutuhan tersier, misalnya kebutuhan akan sarana transportasi
yang dapat menampung banyak anggota keluarga, dengan kondisi yang lebih nyaman.
Gejala meningkatnya tuntutan akan sarana transportasi yang nyaman, tampak terlihat dari
makin padatnya jalan-jalan dengan jumlah dan aneka ragam kendaraan pribadi dan niaga
yang kian hari kian bertambah.
Terkait dengan regulasi pemerintah tentang kenaikan BBM di awal Maret 2005 dan
kondisi perekonomian nasional yang secara umum belum pulih sepenuhnya dari krisis
ekonomi tidak terlampau mempengaruhi tingginya minat pembelian kendaraan bermotor
roda empat. Secara makro, pertumbuhan ekonomi itu terkadang muncul karena sikap dan
tindakan konsumtif masyarakat. Bergairahnya pasar otomotif tanah air, memberikan
pengaruh pada bisnis penunjang industri ini yang juga turut meningkat. Salah satu bisnis
penunjang tersebut adalah lembaga kredit pembiayaan pembelian mobil yang
dikembangkan perbankkan pada kredit kredit pembiayaan pembelian mobil di bidang
kendaraan bermotor roda empat. Konsumsi kendaraan bermotor roda empat nasional yang
menunjukkan grafik menanjak dari tahun ke tahun, menjanjikan lahan yang pasti bagi
usaha ini. Salah satu indikatornya terlihat dari keberanian perbankkan dan lembaga kredit
pembiayaan pembelian mobil dalam mengucurkan dananya pada masyarakat, yang makin
hari makin besar dan ekspansif.
Bagi perbankkan besarnya biaya yang diberikan per konsumen relatif kecil, karena
barang yang dibiayai adalah barang-barang keperluan konsumen yang akan dipakai untuk
keperluan hidupnya. Selain itu resiko dari bisnis pemberian kredit kredit pembiayaan
pembelian mobil juga menyebar, berhubung akan terlibatnya banyak konsumen dengan
pemberian biaya yang relatif kecil, sehingga aman bagi pihak pemberi biaya.

2
Bagi masyarakat yang membutuhkan kendaraan bermotor roda empat, tampaknya
usaha ini pun dapat memberikan pilihan dengan memberikan solusi yang cukup mudah dan
aman dalam mengatasi keterbatasan finansial mereka, mengingat tingginya harga
kendaraan yang harus dibayar.
Menurut Munir Fuady (2001: 74), lahirnya pemberian kredit dengan sistem kredit
pembiayaan pembelian mobil ini sebenarnya sebagai jawaban atas kenyataan-kenyataan
sebagai berikut :
1. Sebagian bank-bank kurang tertarik / tidak cukup banyak dalam menyediakan kredit
kepada konsumen, yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil.
2. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemnya yang
kurang fleksibel atau tidak sesuai kebutuhan. Misalnya apa yang dilakukan oleh Perum
Pegadaian, yang disamping daya jangkauannya yang terbatas, tetapi juga mengharuskan
penyerahan sesuatu sebagai jaminan. Ini sangat memberatkan masyarakat.
3. Sisem pembayaran informal seperti yang dilakukan oleh para renterneer dirasakan
sangat mencekam masyarakat dan sangat usury oriented. Sehingga sistem seperti ini
sangat dibenci dan dianggap sebagai riba, dan banyak negara maupun agama
melarangnya.
4. Sistem pembiayaan formal lewat koperasi, seperti Koperasi Unit Desa ternyata tidak
berkembang seperti yang diharapkan.

Mengingat akan faktor-faktor seperti tersebut di atas, maka dalam praktek


mulailah dicari suatu sistem pendanaan yang mempunyai terms and conditions yang lebih
businesslike dan tidak jauh berbeda dengan sistem perkreditan biasa, tetapi menjangkau
masyarakat luas selaku konsumen. Maka mulailah dikembangkan sistem yang disebut “
Kredit pembiayaan pembelian mobil”.
Menurut Munir Fuady (2001: 81), kredit dibagi dalam dua macam, yaitu Sale
Credit dan Loan Credit. Yang dimaksud dengan Sale Credit adalah pemberian kredit untuk
pembelian sesuatu barang, dan nasabah akan menerima barang tersebut. Sementara dengan
Loan Credit, nasabah akan menerima cash dan berkewajiban pula mengembalikan
hutangnya secara cash juga di kemudian hari. Dengan begitu, kredit pembiayaan
pembelian mobil tergolong ke dalam Sale Credit, karena memang konsumen tidak
menerima cash, tetapi hanya menerima “barang” yang dibeli dengan kredit tersebut.
Kredit pembiayaan pembelian mobil ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi
(Consumer Credit). Penjelasan bahwa kredit konsumsi sebenarnya secara substantive sama
dengan kredit pembiayaan pembelian mobil. Kredit yang diberikan kepada konsumen-
konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi dan jasa-jasa seperti yang dibedakan
dari pinjaman-pinjaman yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif dan dagang. Kredit

3
yang demikian itu dapat mengandung risiko yang lebih besar daripada kredit dagang biasa
: maka dari itu, bisanya kredit itu diberikan dengan tingkat bunga yang tinggi.
Keuntungan lain dari sistem ini bagi masyarakat, adalah karena dalam kredit
pembiayaan pembelian mobil tidak mengharuskan penyerahan sesuatu sebagai jaminan
melainkan hanya barang yang dibiayai itulah yang langsung dibebani dengan jaminan
fidusia. Sehingga konsumen tetap menguasai obyek pembiayaan dan mengambil manfaat
dari obyek pembiayaan tersebut. Di samping tidak adanya jaminan lain selain dari barang
yang dibiayai (mobil) tersebut, proses pengurusan dalam kredit pembiayaan pembelian
mobil tidak memerlukan waktu yang relatif lama sehingga konsumen cenderung memilih
kredit pembiayaan pembelian mobil ini meskipun dengan tingkat suku bunga yang relatif
cukup tinggi.
Penjualan secara kredit disini berarti pihak konsumen mengajukan permohonan
pada pihak bank yang membiayai konsumen untuk memberikan sejumlah uang pada
penyedia barang / supplier / penjual guna pembelian suatu barang dalam hal ini kendaraan
bermotor roda empat. Sementara penerima biaya/konsumen berkewajiban mengembalikan
uang tersebut kepada perusahaan kredit pembiayaan pembelian mobil yang
pembayarannya dilakukan dengan cara angsuran. Jika permohonan tersebut disetujui maka
pihak bank yang memberikan kredit pembiayaan pembelian mobil akan melakukan
pembayaran kepada pihak penjual, kemudian pihak penjual akan menyerahkan kendaraan
bermotor roda empat sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan.
Hubungan pihak bank selaku perusahaan kredit pembiayaan pembelian mobil
dengan konsumen adalah hubungan kontraktual, artinya hak dan kewajiban masing-masing
pihak didasarkan pada kontrak kredit pembiayaan pembelian mobil. Perjanjian pembiayaan
pembelian mobil, memposisikan bank sebagai kreditur bagi konsumen, karena bank telah
melakukan sejumlah pembayaran kepada supplier untuk kepentingan konsumen.
Kemudian konsumen (debitur) berkewajiban mengembalikan uang tersebut kepada bank
selaku perusahaan kredit pembiayaan pembelian mobil yang pembayarannya dilakukan
dengan cara angsuran (Mariam Darus Badrulzaman, 1991: 36).
Perjanjian pembiayaan pembelian kendaraan bermotor dibuat sebagai perwujudan
kesepakatan antara bank pemberi kredit pembiayaan pembelian mobil dengan konsumen.
Di dalam perjanjian tersebut telah dituangkan hak-hak dan kewajiban baik untuk kreditur
maupun debitur. Salah satu kewajiban debitur yang terpenting adalah kewajiban untuk
mengembalikan kredit berupa pokok pinjaman dan bunga yang merupakan suatu hal tidak
bisa dilalaikan.

4
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk dan isi perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara
nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta?
2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara
nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta?

TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui bentuk dan ini perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara
nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.
2. Mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara
nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini hendak mengkaji masalah yang berhubungan dengan perjanjian kredit
pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta. Spesifikasi penelitian ini yuridis normatif. Dikatakan yuridis, karena penelitian
ini hendak mengungkap aspek yuridis dari kredit pembiayaan pembelian mobil baru dan
permasalahannya. Dikatakan normatif, karena orientasi pengkajiannya juga melihat
mempertimbangkan ketentuan hukum dalam perjanjian kredit pembiayaan pembelian
mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta pada kenyataan-
kenyataan yang ada dari obyek penelitian. Analisa data didasarkan atas metode penelitian
yang digunakan yakni metode deskriptif kualitatif yang spesifikasinya yuridis sosiologis.
Agar dapat tercapai hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian maka dibutuhkan
ketekunan dari peneliti. Dalam hal ini peneliti menggunakan data yang dapat diperoleh
sesuai dengan yang diperoleh dari teknik pengumpulan data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Bentuk dan isi perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara
nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.
1. Perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru nasabah Bank CIMB Niaga
Cabang Surakarta
Untuk melaksanakan suatu perjanjian, terlebih dahulu harus ditetapkan
secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tersebut, atau dengan kata lain apa
saja hak dan kewajiban para pihak. Jadi, pelaksanaan suatu perjanjian merupakan

5
perwujudan dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya diantara para pihak,
karena perjanjian kredit mobil di dalamnya meliputi berbagai proses.
Mulai proses pengajuan perjanjiannya antara calon debitur dan calon
kreditur, bagaimana mekanismenya, serta bagaimana proses pembuatan bentuk
akta perjanjiannya dan juga bagaimana pelaksanaan prestasinya, yang dalam
pelaksanaannya dapat saja mengalami peristiwa yang dapat menyebabkan
terhalangnya suatu proses pemenuhan prestasinya.
Hambatan tersebut dapat berasal dari kesalahan salah satu pihak secara
disengaja maupun yang sudah diperkirakan sebelumnya serta adanya hal-hal di
luar kontrol atau kemampuan dari para pihak, sehingga akan menimbulkan
permasalahan baru yang mungkin dapat diselesaikan secara intern diantara para
pihak.
Sedangkan hal-hal yang di luar kontrol yang dapat menyebabkan adanya
persengketaan sering disebut overmacht, yaitu keadaan di mana seorang debitur
tidak dapat memenuhi kewajibannya disebabkan adanya peristiwa di luar
kekuasaannya atau kemampuannya yang menimpa barang atau obyek perjanjian.
Overmacht dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu overmacht yang bersifat
mutlak (absolute) dan overmacht yang bersifat relatif.
Pada overmacht yang bersifat absolut, debitur sama sekali tidak lagi
diharapkan untuk memenuhi prestasi, sedangkan pada overmacht yang relatif,
debitur masih mungkin memenuhi prestasi tetapi dengan pengorbanan-
pengorbanan yang sangat besar, baik pengorbanan yang bersifat materiil maupun
bersifat moril. Sedangkan overmacht bersifat tetap bila debitur tidak dapat
memenuhi prestasi atau kalaupun debitur masih mungkin dapat memenuhinya
tetapi pemenuhannya tidak mempunyai arti lagi bagi kreditur. Dikatakan bersifat
overmacht bersifat sementara bila overmacht tersebut hanya mengakibatkan
tertundanya pemenuhan prestasi untuk sementara waktu dan pemenuhannya
dikemudian hari kelak masih mempunyai arti sebagaimana mestinya bagi
kreditur.

6
2. Penyelesaian Terjadinya Wanprestasi Dari Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit
Mobil
Bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kreditur adalah besarnya
jumlah denda atas keterlambatan pembayaran dari debitur tidak tetap dan
besarnya uang administrasi yang berubah-ubah pada tiap-tiap tahun, maka hal ini
memenuhi kiteria wanprestasi, yaitu melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi
tidak sebagaimana mestinya.
Penentuan apakah seorang debitur/ lessee termasuk dalam kategori
wanprestasi, menurut ketentuan dalam KUH Perdata Pasal 1238, yaitu “si
berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta
sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini
menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan”.
Dari ketentuan Pasal 1238 di atas maka dapat disimpulkan bahwa debitur/
lessee jelas melakukan wanprestasi apabila ia benar-benar telah mendapatkan
surat pernyataan lalai dalam hal ini adalah surat pemberitahuan, surat teguran dan
surat peringatan terakhir yang diberikan dari pihak kreditur/ lessor karena
lewatnya jangka waktu yang telah ditentukan untuk pembayaran angsuran.
Wanprestasi merupakan salah satu sebab terhentinya atau terputusnya
perjanjian kredit mobil melalui . Pasal 1239 KUHPerdata menentukan bahwa
dalam hal suatu pihak melakukan wanprestasi maka pihak lainnya dapat menuntut
diberikan ganti rugi berupa biaya, rugi dan bunga. Alternatif lain selain dari
tuntutan hanya ganti rugi oleh pihak yang dirugikan, maka dapat juga dituntut
pelaksanaan perjanjian itu sendiri dengan atau tanpa ganti rugi.
Terhadap terjadinya wanprestasi, khususnya dalam hal wanprestasi yang
berupa keterlambatan pembayaran uang angsuran yang dilakukan oleh debitur/
lessee maka dalam praktek di lapangan biasanya dikenakan sanksi yang berupa
pengenaan denda yang besarnya ditentukan secara sepihak oleh kreditur/ lessor.
Selanjutnya terhadap bentuk wanprestasi yang berupa pemindahtanganan obyek
perjanjian atau mobil sebelum selesai atau lunasnya masa angsuran yang
dilakukan oleh debitur/ lessee tanpa sepengetahuan kreditur/ lessor kepada pihak
ketiga, maka proses penyelesaiannya berdasarkan atas adanya isi perjanjian di

7
muka. Sebagian besar isi perjanjian tersebut jelas melarang hal yang dilakukan
debitur/ lessee tersebut, sebagai tindak lanjut atas perbuatan debitur/lessee maka
kreditur/ lessor dapat menarik obyek perjanjian.
Wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kreditur yaitu besarnya denda atas
keterlambatan pembayaran angsuran dari debitur serta besarnya biaya
administrasi yang harus disesuaikan tiap tahunnya berbeda dan berubah-ubah
sehingga sering dikeluhkan oleh pihak debitur, karena menurut pihak debiutur ia
terpaksa terlambat melakukan kewajibannya yaitu pembayaran angsuran karena
keadaan di luar keinginannya, bukan semata-mata lalai. Tindakan kreditur dalam
pengenaan denda yang tidak tetap kepada pihak debitur termasuk wanprestasi
melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikannya. Pihak Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta sebagai pihak
kreditur/lessor menjelaskan bahwa hal tersebut terpaksa dikenakan terhadap
debitur/ lessee yang terlambat membayarkan angsurannya karena adanya
beberapa pertimbangan yaitu diantaranya agar memberikan pengertian bahwa
keterlambatan pembayaran yang terjadi tidak dibiarkan berlarut-larut dan agar
debitur mempunyai itikad baik untuk melaksanakan kewajibannya.
B. Pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara
nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.
1. Prosedur Pemberian Kredit Melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta
Tingginya kebutuhan masyarakat akan pentingnya transportasi khususnya
mobil, maka Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta yang memberikan kemudahan
kredit pembiayaan pembelian mobil baru bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan akan transportasi, yaitu dengan cara membiayai atau memberikan
kredit kepada masyarakat untuk membeli mobil.
Di dunia otomotif secara garis besar terdapat dua cara untuk melakukan
pembelian, yaitu:
a. cash, yaitu pembelian yang dilakukan secara tunai.
b. kredit, yaitu pembelian yang dilakukan melalui dan pembayarannya dilakukan
dengan jangka waktu yang telah disepakati.
Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta selaku mobil secara garis besar
membiayai masyarakat yang kurang mampu, untuk membeli mobil secara tunai,

8
dengan cara menawarkan fasilitas pembelian, namun pembayaran melalui sistim
pembayaran secara kredit dengan jangka waktu yang telah ditentukan yakni,
kredit baik mobil baru atau mobil bekas.
Untuk pembiayaan mobil baru, Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta
bekerja sama dengan dealer-dealer mobil yang ada di kota Surakarta dengan cara
membina hubungan atau relasi dengan showroom tersebut dengan tujuan bila ada
yang membeli mobil di showroom tersebut dengan cara kredit melalui , maka
showroom tersebut menganjurkan pembeli mobil untuk melakukan pembelian
secara kredit melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian kredit atau pembiayaan
mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Lessor, yakni merupakan pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara
leasing kepada pihak yang membutuhkannya, dalam hal ini Bank CIMB
Niaga Cabang Surakarta.
b. Lessee, yakni merupakan pihak yang memerlukan barang modal, barang
modal mana dibiayai oleh lessor dan diperuntukkan kepada lessee. Dalam hal
ini yang menjadi lessee adalah pembeli yang memerlukan kredit.
c. Supplier, yakni merupakan pihak yang menyediakan barang modal yang
menjadi obyek leasing, barang modal mana dibayar oleh lessor kepada
supplier untuk kepentingan lessee. Dalam hal ini yang menjadi supplier
adalah showroom/dealer-dealer mobil di kota Surakarta.
Sementara mengenai mekanisme sehingga terjadinya hubungan hukum
antar pihak, yaitu lessor, lessee, dan juga supplier terdapat berbagai alternatif
sebagai berikut:
a. Lessor membeli barang atas permintaan lessee, selanjutnya memberikan
kepada lessee secara leasing.
b. Lessee membeli barang sebagai agennya lessor, dan mengambil barang
tersebut secara leasing dari lessor.
c. Lessee membeli barang atas namanya sendiri, tetapi dalam kenyataannya
sebagai agen dari lessor dan mengambil barang tersebut secara leasing dari
lessor.

9
d. Setelah lessee membeli barang atas namanya sendiri, kemudian melakukan
novasi, sehingga lessor kemudian menghaki barang tersebut dan
membayarnya.
e. Setelah lessee membeli barang untuk dan atas namanya sendiri, kemudian
menjualnya kepada lessor, dan mengambil kembali barang tersebut secara
leasing.
f. Lessor sendiri yang mendapatkan barang secara leasing dengan hak untuk
melakukan subleasing dan memberikan subleasing kepada lessee.
Setiap usaha mempunyai resikonya masing-masing, resiko yang sering
dihadapi oleh dalam pelaksanaan perjanjian kredit mobil atau pembiayaan mobil
adalah macetnya pembayaran angsuran dari pembeli atau debitur karena berbagai
alasan. Resiko dalam praktek sulit dihindari, namun dapat ditekan sekecil
mungkin. Salah satu usaha untuk menekan resiko usaha yang dilakukan oleh
Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta dalam perjanjian kredit mobil atau
pembiayaan mobil adalah melakukan seleksi ketat terhadap calon debitur/ lessee.
Untuk dapat diterima sebagai lessee (debitur) dalam perjanjian kredit
mobil atau pembiayaan mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta,
lessee wajib memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh Bank CIMB
Niaga Cabang Surakarta, antara lain:
a. Mempunyai penghasilan tetap, yang dibuktikan dengan slip gaji atau
keterangan penghasilan dari tempat ia bekerja;
b. Menyerahkan fotocopy:
1) Kartu Keluarga;
2) Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan;
3) Bukti pembayaran Rekening Listrik bulan terakhir;
4) Tabungan.
c. Memiliki dan menyerahkan Kartu Tanda Penduduk;
d. Membayar uang muka (Down Payment) sesuai yang ditentukan oleh Bank
CIMB Niaga Cabang Surakarta.
Sebelum memutuskan untuk mengabulkan permohonan dari seorang
calon lessee, perusahaan memeriksa kebenaran data atau dokumen yang

10
diserahkan dan menganalisa kemampuan calon lessee untuk membayar cicilan
mobil yang dibelinya dengan melakukan:
a. Kunjungan secara langsung ke alamat rumah calon lessee guna mencocokkan
data yang diterima dengan kenyataan di lapangan serta melakukan interview
kepada calon lessee untuk mendapatkan keterangan tentang hal-hal sebagai
berikut:
1) Pekerjaan atau sumber penghasilan yang dipakai untuk membayar cicilan;
2) Pengeluaran atau biaya-biaya rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan.
Contohnya adalah pembayaran rekening listrik, rekening telpon, dan
sebagainya;
3) Status kepemilikan rumah tinggal (menyewa, milik sendiri, punya orang
tua/ keluarga);
4) Bila masih ragu atas kebenaran keterangan yang diberikan oleh calon
pembeli, dapat juga menanyakan kepada tetangga atau relasi calon
pembeli.
b. Jika menurut petugas yang melakukan kunjungan permohonan dari calon
pembeli layak untuk diterima, maka petugas tersebut mengusulkan kepada
atasannya untuk menyetujui dan mengabulkan permohonan tersebut;
c. Setelah permohonan disetujui dan dikabulkan serta dinilai layak untuk
dibiayai, oleh pejabat yang berwenang, maka petugas yang ditunjuk
mempersiapkan perjanjian dengan mengisi formulir perjanjian kredit mobil.
d. Selanjutnya pembeli diminta untuk membayar DP dan kemudian diajukan
dengan penandatanganan perjanjian kredit mobil.
e. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kredit Mobil, mobil dapat dibawa
langsung oleh lessee atau diserahkan oleh dealer di rumah lessee.
f. STNK setelah selesai diurus diserahkan kepada lessee, sedangkan BPKB
selama angsuran belum lunas tetap disimpan oleh Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta.
Dalam Pelaksanaan perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga
Cabang Surakarta ada beberapa permasalahan yang sering terjadi, diantaranya
adalah:
a. Penarikan kembali kendaraan oleh pihak lessor dalam hal ini Bank CIMB
Niaga Cabang Surakarta apabila angsuran pertama mengalami tunggakan.

11
b. Kendaraan hilang sebelum angsuran lunas dengan berbagai sebab, misalnya
kerena pencurian dan perampasan.
c. Oper kredit oleh pihak lessee tanpa sepengetahuan dari pihak lessor dalam hal
ini Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.
2. Penyelesaian kendala kredit pembiayaan pembelian mobil
Kendala merupakan suatu keadaan di mana salah satu pihak tidak
memenuhi prestasi atau kewajiban atau lalai tidak memenuhi prestasi, terlambat
memenuhi prestasi, memenuhi akan tetapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
Kendala yang terjadi dalam praktek perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB
Niaga Cabang Surakarta, sebagian besar dilakukan oleh pihak lessee, yang sering
terjadi adalah:
a. Debitur terlambat membayar angsuran pertama.
b. Pemindahtanganan obyek perjanjian sebelum selesainya masa angsuran oleh
pihak debitur tanpa sepengetahuan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.
c. Keberadaan obyek perjanjian/ unit-unit mobil yang berada sampai di luar Pulau
Jawa. Misalnya debitur berada di Demak akan tetapi obyek perjanjian atau unit
mobil berada di Pulau Kalimantan.
d. Debitur terlibat tindak pidana money laundering.
3. Penyelesaian Atas Terjadinya Overmacht
Dalam praktek perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta, peristiwa overmacht yang sering terjadi adalah banyak disebabkan oleh
karena faktor-faktor di luar kesadaran dari pihak debitur/ lessee yaitu faktor karena
perbuatan orang lain, yaitu obyek perjanjian dicuri dan karena keadaan alam, yaitu
obyek perjanjian rusak terkena bencana alam.
Dari awal perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta biasanya ditawarkan adanya asuransi all risk, jika di tengah perjalanan
pembayaran angsuran obyek perjanjian atau mobil tersebut dicuri atau rusak
terkena bencana alam, maka jika debitur/ lessee ikut asuransi mobil tersebut berhak
mendapat penggantian, dengan syarat harus melapor pihak kepolisian. Juka tidak
ikut asuransi, maka resiko yang harus ditanggung debitur/ lessee bila obyek
perjanjian/ mobil dicuri atau rusak terkena bencana alam maka obyek perjanjian
atau mobil tidak mendapat penggantian dan debitur/ lessee harus tetap membayar
angsuran.

12
C. Masalah yang timbul dan cara penyelesaiannya pada perjanjian kredit
pembiayaan pembelian mobil
Pada umumnya tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan adalah
menjadi tanggung jawab dari debitur apabila ia baik karena sengaja maupun
kelalaiannya tidak memenuhi prestasinya. Dalam praktek perjanjian kredit mobil
melalui kredit pembiayaan pembelian mobil baru Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta, peristiwa overmacht yang sering terjadi adalah banyak disebabkan oleh
faktor-faktor di luar kesadaran dari pihak debitur/ lessee yaitu faktor karena
perbuatan orang lain dan karena keadaan alam. Secara lebih konkretnya peristiwa
overmacht yang dapat menyebabkan terhalangnya kewajiban debitur/ lessee dalam
pemenuhan prestasinya, yaitu peristiwa bencana alam, obyek perjanjian dicuri,
kecelakaan lalu lintas, terjadi huru hara dan penjarahan dan sejenisnya. Sebagai
pertanggungjawaban atas terjadinya hal-hal tersebut di atas, maka kreditur/ lessor
juga telah menyiapkan cara untuk mengatasinya yang secara umum hal ini jarang
dicantumkan dalam perjanjian di muka.
Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta memberikan informasi bahwa dalam
hal terjadinya overmacht seperti pada contoh di atas oleh pihak kreditur/ lessor tetap
dikenakan denda bila oleh karenanya debitur menjadi terlambat dalam memenuhi
kewajibannya tetapi besarnya denda tidaklah sebesar atau sama dengan besarnya
denda keterlambatan bila tidak terjadi suatu overmacht. Besarnya denda hanya
dikenakan separuh dari ketentuan yang diperjanjikan. Itupun dengan catatan bahwa
prestasi dari debitur/ lessee yaitu dalam hal pembayaran angsuran pada bulan-bulan
sebelumnya relatif baik dan lancar.
Bagi pihak debitur/ lessee seringkali merasa terkejut dengan dikenakannya
denda akibat overmacht karena sebagian besar debitur tidak menyadari akan hal ini
dan kebanyakan masalah overmacht tidak disebutkan dalam perjanjian kredit mobil
melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Munculnya masalah tersebut lebih
banyak disebabkan karena tidak adanya kesadaran dari para pihak untuk
mencantumkan masalah overmacht dalam perjanjian, akibatnya dapat menimbulkan
suatu perselisihan di antara mereka.
Terjadinya persengketaan akibat dikenakannya denda atas terjadinya
overmacht kepada debitur lebih disebabkan karena lemahnya peran debitur dalam
menentukan isi perjanjian di mana debitur secara tepat bersedia menandatangani
perjanjian kredit mobil tersebut tanpa pertimbangan apakah ia mampu memenuhi

13
kewajiban-kewajibannya, sehingga bila terjadi overmacht debitur dapat dikenakan
denda dan menjadi terbebani.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terungkap bahwa pola
penyelesaian kredit bermasalah dalam praktek sehari-hari yang dilakukan oleh Bank
CIMB Niaga Cabang Surakarta. Pola penyelesaian tersebut dapat penulis
kategorikan dan jelaskan sebagai berikut :
a. Penyelesaian Intern oleh Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta.
Penyelesaian intern masalah kredit bermasalah di Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta ditangani oleh Departemen Service dan Departemen Problem Account
Officer (PAO)/ Collection.
Kewajiban Bagian Penagihan setelah melihat data pembayaran konsumen yang
telah jatuh tempo namun tidak/belum terbayar mengupayakan lebih dahulu
penagihan dengan cara yang persuasive dan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1) Melakukan kontak telepon dengan konsumen (Desk Call).
Proses Desk Call diambil terhadap piutang konsumen yang telah jatuh tempo
dalam interval waktu 1- 14 hari. Dalam Desk Call ini diutamakan personal
approach dengan memberitahukan bahwa hutang konsumen telah jatuh
tempo, dan memberikan pengarahan–pengarahan kepada konsumen selaku
debitur dalam rangka pelunasan hutang kepada Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta sekaligus dinyatakan pula akibat hukum yang akan menimpa
debitur bila utang tersebut tidak dibayar.
Jika interval waktu 1-14 hari yang menjadi masa desk call ini konsumen tidak
memberikan tanggapan, maka proses selanjutnya, departemen service akan
mendatangi konsumen tersebut guna mengupayakan lebih lanjut pembayaran
hutang konsumen tersebut. Proses ini dinamakan ;
2) Field Call.
Proses persuasive oleh Departemen Service dengan mendatangi konsumen
tersebut dan dilakukan terus-menerus hingga hari ke 44 setelah kredit jatuh
tempo. Selama masa ini debitur tetap dapat melakukan pembayaran angsuran.
Dalam masa Desk Call dan Field Call selain langkah-langkah persuasif
via telpon dan kunjungan-kunjungan persuasive maka langkah administrasi tetap
diambil yaitu dengan memberikan Surat Peringatan I hingga Over Due kredit 7
hari, dan pada hari ke-8 akan dikirim Surat Peringatan II hingga hari ke-15 Over
Due kredit. Bila setelah pengiriman Surat Peringatan II ini hingga hari ke-15 ini

14
konsumen belum memberikan tanggapan apapun maka dikirimkan surat
peringatan III yang memiliki masa berlaku 1 minggu atau berakhir pada hari ke–
21.
b. Penyelesaian wanprestasi oleh Tim Account Officer (Collection)
Penyelesaian oleh Tim Account Officer (Collection) ini tidak memiliki
ketentuan waktu dan selama itu kendaraan dapat ditarik apabila ada itikad tidak
baik dari konsumen. Dilain pihak kendaraan sebagai barang jaminan tersebut
mungkin tidak ditarik bilamana konsumen masih beritikad baik untuk
melanjutkan kredit dan bersifat kooperatif. Dalam kondisi demikian konsumen
dapat menitipkan kendaraannya pada Tim Account Officer (Collection) Bank
CIMB Niaga Cabang Surakarta sebagai jaminan hingga waktunya ia membayar.
Menurut keterangan Eko Wijayanto, seorang responden yang
mengajukan kredit untuk kendaraan niaga, menyatakan bahwa bersikap
kooperatif dan terus berkomunikasi dengan pihak Tim Account Officer
(Collection) bisa dijadikan sarana yang membantu penyelesaian masalah kredit
macetnya kredit pada akhirnya tetap berjalan hingga akhir tenor kreditnya,
dengan meminta waktu untuk melunasi angsurannya.
Pernyataan ini diperkuat oleh ketua Tim Account Officer (Collection),
bahwa lebih dari setengah customer yang bermasalah kreditnya akhirnya dapat
melanjutkan pembayaran angsuran hingga waktu tenor perjanjian selesai.
Menurut Arief Sucipto, setelah kendaraan ditarik pihak Tim Account Officer
(Collection) maka prosedur penyelesaian yang dilakukan adalah pengiriman
Surat Penyelesaian Hutang (SPH). SPH ini berisi pernyataan dari pihak lembaga
pembiayaan bahwa dalam waktu 7 hari bila konsumen tidak menyelesaikan
hutangnya maka kendaraan akan dijual.

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Bentuk dan isi perjanjian kredit
pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang
Surakarta, yakni (a) Dalam bentuknya, perjanjian mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. (b) Pelaksanaan suatu perjanjian merupakan
perwujudan dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya diantara para pihak (2)
Pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan
Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, meliputi : (a) Prosedur Pemberian Kredit Melalui
Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta (b) Penyelesaian kendala kredit pembiayaan

15
pembelian mobil. (2) Masalah yang timbul dan cara penyelesaiannya pada perjanjian
kredit pembiayaan pembelian mobil, yakni : (a) Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta
memberikan informasi denda keterlambatan bila tidak terjadi suatu overmacht. (b) Untuk
mengurangi resiko akibat terjadinya overmacht biasanya debitur/ lessee ditawari kreditur/
lessor pada awal perjanjian kredit mobil untuk ikut asuransi atau tidak, asuransi tersebut
berguna untuk melindungi debitur/ lessee tersebut dari peristiwa overmact, biasanya
asuransi tersebut untuk all risk, jadi jika terjadi overmacht maka pihak debitur/ lessee
mendapatkan ganti kerugian dari pihak asuransi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982 Bahan Kuliah
Hukum Perikatan

Achmad Anwari, 1987, Perjanjian Perikatan Dalam Hukum Perdata, Jakarta : Ghalia
Indonesia.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1991

C.D. Marpaung, 1991, Problematika Perjanjian Tertentu, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Emy Pangarimbuan, 1986, Hukum Pertanggungan dan Perkembangan Hukum Dagang,


Yogyakarta : Fakultas Hukum UGM.

Hartono, Sri Soemarti, 1987, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Peraturan
Kepailitan, Seksi Hukum Dagang, Yogyakarta : Fakultas Hukum UGM.

Lexy J. Moleong, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mariam Darus Badrulzaman, 1991, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya, Bandung.

Muhammad Abdul Kadir, 1983, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Bandung : Alumni.

Munir Fuady, 2002, Hukum Tentang Perjanjian (Dalam Teori dan Praktek), PT. Citra
Aditya, Bandung.

Prodjodikoro, Wirjono, 1991, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,


Bandung : Penerbit Sumur.

Purwahid Patrik, 1992, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Undang-undang,
Jurusan Hukum Perdata Universitas Diponegoro, Surakarta.

R. Subekti, 1994, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung.

16
R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Bina Cipta, Jakarta.

R. Subekti, 1992, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung.

R.M. Soedikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar),


Liberty,Yogyakarta.

Suryono Sutanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

Suryono Sukanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1988, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press.

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Keppres RI No. 61 Tahun 1988

SK MenKeu RI No. 1169/KMK.01/ 1991

SK MenKeu RI No. 448/KMK. 017/ 2000

17

Anda mungkin juga menyukai