Anda di halaman 1dari 103

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI FRESH

GRADUATES POLITEKNIK META INDUSTRI DALAM


MENCARI INFORMASI PEKERJAAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

MUHAMMAD KALINGGA
NIM: 11180251000111

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi


Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
JAKARTA
1443H / 2021M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI FRESH


GRADUATES POLITEKNIK META INDUSTRI DALAM
MENCARI INFORMASI PEKERJAAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh: Muhammad Kalingga
NIM. 11180251000111

Di bawah bimbingan

Hikmah Irfaniah M. Hum

NIP 198410082019032010

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS


ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2023
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Kalingga

NIM : 11180251000111

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah
benar merupakan karya saya sendiri dan bukan hasil dari
Tindakan plagiat terhadap penelitian orang lain.

Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti plagiat karya orang


lain, maka skripsi ini dinyatakan gugur dan harus melakukan
penelitian ulang serta gelar dan kelulusannya dibatalkan sesuai
dengan aturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan mempertimbangkan


berbagai hal, apabila terdapat segala hal yang terjadi dikemudian
hari merupakan tanggung jawab saya pribadi.

Tangerang, 06 Maret 2023

Muhammad Kalingga

i
ABSTRAK
Muhammad Kalingga (11180251000111). Perilaku Pencarian
Informasi Fresh Graduates Politeknik Meta Industri Dalam
Mencari Informasi Pekerjaan Dibawah bimbingan Hikmah
Irfaniah M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas
Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
HidayatullaJakarta,2023

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana


Perilaku pencarian informasi fresh graduate Politiknik Meta
Industri dalam mencari informasi pekerjaan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data
penelitian ini dilakukan dengan wawancara, kajian pustaka,
dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perilaku pencarian informasi fresh graduate Politeknik Meta
Industri dalam mencari informasi pekerjaan bahwa informan
menunjukan perilaku pencarian informasi pada dua model
yaitu Ellis dan Meho Tibbo. Merujuk data yang ditemukan
dari Bayu dan Daffa, hal ini menunjukan bahwa mereka telah
melakukan perilaku pencarian informasi model Ellis karna
mereka telah melakukan tahap model Ellis yaitu, starting,
chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting,
verifying, ending. Selanjutnya Berbeda dengan informan
Erika, ia menunjukan perilaku pencarian informasi model
Meho Tibbo, hal ini menunjukan dengan bagaimana informan

ii
Erika telah melaksanakan tahap-tahap model Meho Tibbo
yaitu, starting, chaining, browsing, monitoring, accessing,
differentiating, extracting, verifying, networking dan
information managing.

Kata Kunci : Perilaku Pencarian Informasi, Fresh


Graduate, Model Perilaku Pencarian
Informasi, Meho Tibbo

iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat karunia serta bimbingannya, sehingga
penulis dapat memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana
program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku
Pencarian Informasi Fresh Graduates Piloteknik Meta Industri
Dalam Mencari Informasi Pekerjaan”.

Banyak hal yang terjadi saat proses penulisan yang


dialami oleh penulis, sehingga penulis mendapatkan bantuan
dan motivasi dari berbagai pihak yang telah membantu baik
secara moril, materil, dan tenaga. Oleh sebab itu, penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam kepada
:

1. Kepada keluarga kecil saya tercinta yang sangat


membantu saya baik secara moral maupun moril
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Hikmah Irfaniah selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan, serta
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ibu Siti Maryam, M. Hum. Selaku Ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

iv
4. Kepada seluruh narasumber yang telah membantu dan
memberikan informasi kepada penulis.
5. Kepada romansa yang telah mengisi masa-masa indah
serta asik didalam perjalanan hidup saya selama
berkuliah dan kedepannya.
6. Kepada Devi Puspita Sari yang juga telah menjadi
support system bagi hidup saya selama menyusun
skripsi dan kedepannya.
7. Kepada teman-teman after sidang ngaji yang mengisi
masa-masa perkuliahan saya, semoga sillaturahmi kita
selalu terjaga. 8. Kepada Widya Maulida Prikel yang
telah membantu penulis selama 4 tahun dalam
perkuliahan yang telah dijalani.
8. Terima kasih banyak kepada anak-anak Felemboyan
yang telah menerima keluh kesah penulis selama
berada di Land of Dawn.
9. Terima Kasih Kepada Player Publik Mobile Legend
yang sudah meramaikan Land of Dawn saya setiap
malam setelah mengerjakan Skripsi
10. Kepada teman-teman Prodi Ilmu Perpustakaan kelas
IPI D 2018 yang tidak dapat saya sebutkan disini
secara satu per satu.
11. Seluruh Pihak yang telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi namun tidak dapat disebutkan satu
persatu.

v
Penulis ingin meminta maaf kepada semua pihak yang
terlibat apabila terdapat kesalahan yang dilakukan oleh
penulis baik disengaja maupun tidak sengaja. Skripsi ini pasti
masih iv memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu,
penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
kepada pembaca.

Jakarta, 12 Juni
2023

Muhammad Kalingga

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN.........................................................i
ABSTRAK....................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................x
DAFTAR BAGAN......................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH...............................1
B. IDENTIFIKASI MASALAH.........................................6
C. BATASAN MASALAH.................................................6
D. RUMUSAN MASALAH................................................6
E. TUJUAN PENELITIAN....................................................7
F. MANFAAT PENELITIAN................................................7
G. TINJAUAN KAJIAN TERDAHULU............................7
H. METODE PENELITIAN...............................................8
a. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................8
b. Pemilihan Informan...............................................................9
c. Teknik pengumpulan data....................................................10
d. Teknik pengolahan...............................................................12
I. SISTEMATIKA PENULISAN........................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................16

vii
A. Landasan Teori..............................................................16
a. Perilaku Pencarian Informasi...............................................16
b. Model perilaku pencarian informasi....................................16
B. Kajian Pustaka..............................................................32
a. Fresh Graduate....................................................................32
b. Informasi Pencarian Kerja....................................................33
C. Kerangka Pemikiran......................................................34
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN....36
A. Gambaran Umum Politeknik Meta Industri..................36
a. Tentang Politeknik Meta Industri.........................................36
b. Sejarah Politeknik Meta Industri Cikarang...........................37
c. Visi, Misi dan Tujuan............................................................37
d. Kerjasama industri Politeknik Meta Industri........................39
e. Struktur Organisasi Politeknik Meta Industri.......................40
f. Prodi Politeknik Meta Industri.............................................40
B. Lokasi Geografis Politeknik Meta Industri...................43
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.....................45
1. Perilaku pencarian informasi fresh graduate Politeknik
Meta Industri............................................................................45
a. Tahap persiapan untuk memulai pencarian informasi.........45
b. Tahap mengidentifikasi atau memilih sumber informasi.....48
c. Tahap penelusuran sumber-sumber informasi....................50
d. Tahap pemilihan kualitas informasi.....................................52
e. Tahap pemantauan informasi yang diminati........................54
f. Tahap memilih salah satu infromasi dari sumber informasi 55
g. Tahap memeriksa atau memastikan informasi yang telah
ditemukan....................................................................................57
h. Tahap interaksi pengguna dengan sistem informasi............59

viii
i. Tahap mengakses atau menggali lebih dalam informasi
(Accessing)...................................................................................60
j. Tahap komunikasi atau hubungan antara sesama pencari
informasi (Networking)................................................................62
k. Tahap akhir dari pencarian informasi (Ending)....................64
l. Tahap dimana sudah mendapatkan informasi dan
menyimpan informasi (Information Managing)..........................65
BAB V PEMBAHASAN............................................................68
A. Perilaku pencarian informasi Fresh graduate Politeknik
Meta Industri............................................................................68
1. Model Perilaku Pencarian Informasi Ellis..........................69
2. Model Perilaku Pencarian Informasi Meho dan Tibbo............74
BAB VI SIMPULAN & SARAN.............................................82
A. Simpulan.......................................................................82
B. Saran.............................................................................82
DAFTAR PUSTAKA................................................................84
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................87

ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 MODEL WILSON 1981............................................18
GAMBAR 1.2 MODEL WILSON 1996............................................20
GAMBAR 1.3 MODEL ELLIS.........................................................24
GAMBAR 1.4 MODEL KUHLTHAU................................................26
GAMBAR 1.5 MODEL MEHO TIBBOT...........................................29
GAMBAR 1.6 STRUKTUR ORGANISASI.........................................40
GAMBAR 1.7 LETAK GEOGRAFIS.................................................44

x
DAFTAR BAGAN

BAGAN 1.1 PERSAMAAN TAHAP PADA SETIAP MODEL...............31


BAGAN 1.2 KERANGKA BERPIKIR................................................35

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam perkembangan teknologi informasi yang maju,


kebutuhan akan informasi semakin meningkat. Kebutuhan
informasi muncul ketika seseorang mendapatkan masalah
sehingga membutuhkan informasi yang dapat memberikan
solusi atas permasalahan yang sedang dihadapinya
(Widiyastuti, 2016, hlm. 53). Tentunya untuk mengatasi
ketidaktahuan akan sesuatu hal, manusia mencari informasi
untuk berbagai kebutuhan hidup dalam memecahkan masalah.
Pencarian informasi dilakukan karena kebutuhan memecahkan
masalah (Proboyekti, 2015, hlm. 1). Kebutuhan dan pencarian
informasi yang dilakukan manusia menjadi bentuk perilaku
tersendiri di dalam kehidupan sehari hari. Dalam pencarian
informasi manusia memerlukan cara yang efisien agar
mendapatkan informasi yang tepat dan sebanding yang
diharapkan.

Karena adanya kebutuhan akan informasi, maka setiap


orang memiliki perilaku pencarian informasinya masing-
masing yaitu perilaku pencarian informasi. Perilaku pencarian
informasi adalah keinginan mencari informasi sebagai
konsekuensi adanya kebutuhan untuk memenuhi beberapa
tujuan. Pada saat pencarian, seseorang mungkin berinteraksi

1
dengan sistem informasi manual atau dengan sistem berbasis
komputer (Syawqi, 2017, hlm. 4). Maka dari itu perilaku
pencarian informasi adalah sebuah perilaku seseorang yang
ingin mendapatkan sesuatu yaitu informasi, seseorang akan
menunjukan perilakunya tersendiri.

Dalam kehidupan, manusia harus bekerja agar


mendapatkan hidup yang lebih baik, dan kerja adalah
bertujuan untuk menghasilkan uang dan meningkatkan
kehidupan seseorang, jadi orang bekerja bukan hanya sekedar
mendapatkan uang tetapi juga bagian dari kehidupan sosial,
penerimaan, penghargaan dan sebagainya yang dapat
meningkatkan produktivitas mereka (Anshori, 2013, hlm.
159). Dalam mencari pekerjaan tentunya orang harus
mempunya informasi dan harus mencari informasi tersebut,
lalu seseorang yang akan melakukan pencarian informasi
biasanya didasarkan pada kebutuhan untuk memecahkan
masalah dalam aktivitas sehari hari, tidak hanya karena
kebutuhan, tetapi seseorang mencari informasi karena
keinginan untuk menambah pemahaman.

Seperti halnya kebutuhan informasi pekerjaan yang


dibutuhkan oleh fresh graduate dimana masih ada beberapa
fresh graduate yang mengalami kesulitan dalam mencari
informasi pekerjaan baik dalam aspek kondisi lingkungan serta
keterbatasan dalam mencari informasi yang dialami fresh
graduate tersebut. Banyaknya lapangan pekerjaan
mengharuskan seseorang fresh graduate mencari informasi

2
sebanyak banyaknya melalui media apapun baik melalui
media tercetak, media online ataupun dari kerabat dan
keluarga.

Penelitian ini membahas perilaku pencarian informasi


fresh graduate dalam mencari pekerjaan. Ketika menentukan
informasi pencarian kerja seseorang akan melalui proses yang
akan mempertemukan pekerja dengan pekerjaan yang sesuai
kebutuhannya.

Dalam mencapai suatu impian, manusia membutuhkan


finansial yang memadai sehingga bisa mencapai impian
tersebut. Finansial bisa didapatkan dengan cara bekerja, tetapi
untuk mencari tahu apa kesempatan pekerjaan yang terbuka
saat ini, seseorang perlu memperluas wawasannya untuk
mendapatkan informasi lowongan atau kesempatan di dalam
berbagai industri.

Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS)


menunjukkan bahwa per Februari 2022, tingkat pengangguran
Indonesia sebesar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja.
Sebagai informasi, total penduduk usia kerja adalah sebanyak
208,54 juta orang. Ternyata, sebanyak 35,2 juta orang atau 14
persen dari angka pengangguran itu berasal dari lulusan
jenjang diploma dan sarjana (Rosa, 2020, hlm. 1) Menurut
Head of Human Capital ada alasan yang sangat berpengaruh
mengapa jenjang diploma dan sarjana banyak yang menjadi
pengangguran yaitu terbatasnya penyediaan lapangan kerja
(Syahrial, 2022, hlm. 1).

3
Berdasarkan hasil pengamatan awal penulis di lapangan,
Politeknik Meta Industri berada tepat ditengah tengah komplek
industri dan menjadi Politeknik yang paling strategis yang
banyak dipilih para mahasiswa kelas karyawan, Politeknik
Meta Industri juga sudah banyak menjalin kemitraan dengan
banyak industri lokal setempat, sehingga banyak fresh
graduate yang telah lulus langsung disalurkan ke industri yang
sudah menjalin kemitraan. Akan tetapi tidak selalu fresh
graduate cocok dengan PT atau Perusahaan yang sudah
bekerja sama dengan Politeknik Meta Industri tersebut. Oleh
karena itu, pada era modern saat ini internet merupakan
gudang akan berbagai informasi termasuk informasi peluang
pekerjaan, dan sikap seseorang dalam mencari informasi
sangatlah beragam serta mempengaruhi hasil pencarian
tersebut. Sehingga fresh graduate Politeknik Meta Industri
dijadikan objek penelitian dikarenakan masih ada fresh
graduate yang sering mengalami kesulitan dalam mencari
informasi kerja yang mereka inginkan dan bahkan sering kali
didahului oleh fresh graduate lainnya.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka Pada


penelitian ini mengenai perilaku pencarian informasi, penulis
menjadikan fresh graduate sebagai objek penelitian. Hal
tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor dan kondisi baik
dalam segi tingkat kebutuhan informasi yang berbeda beda
maupun dalam segi kemampuan serta hal hal janggal dalam
mencari informasi yang mempengaruhi fresh graduate dalam

4
pencarian informasi. Maka dari itu penulis ingin mengetahui
lebih lanjut mengenai perilaku pencarian informasi fresh
graduate dalam mencari pekerjaan, oleh karena itu peneliti
memilih judul penelitian “Perilaku pencarian informasi fresh
graduate Politeknik Meta Industri dalam mencari Informasi
Pekerjaan”

5
B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang yang peneliti buat maka dapat


identifikasi masalahnya adalah masih ada fresh graduate di
Politeknik Meta Industri yang mengalami kesulitan dalam
mencari informasi pekerjaan, karena Politeknik Meta Industri
ini memiliki tiga jurusan maka fresh graduate memiliki
kebutuhan informasi kerja yang berbeda beda, tidak hanya soal
kebutuhan tetapi baik dalam aspek kondisi lingkungan serta
keterbatasan dalam mencari informasi yang dialami fresh
graduate tersebut.
C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas penulis membatasi


penelitian ini agar tidak meluas, adapun batasan pada
penelitian ini yaitu pada perilaku pencarian informasi fresh
graduate di Politeknik Meta Industri tahun 2022 dalam
mencari informasi pekerjaan.

D. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan batasan masalah yang dikemukakan oleh


penulis, maka dapat dirumuskan permasalah penelitian ini
adalah Mengetahui bagaimana perilaku pencarian informasi
fresh graduate di Politeknik Meta Industri tahun 2022 dalam
mencari informasi pekerjaan.

6
E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan


masalah yang sudah dikemukakan oleh penulis yaitu
untuk mengetahui perilaku pencarian informasi fresh
graduate dalam mencari kerja.
F. MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk mengembangkan pemahaman dan studi yang


berhubungan terkait dengan masalah perilaku pencarian
informasi dalam mencari kerja.
2. Diharap dapat memberi pengetahuan kepada pembaca
untuk melihat perilaku pencarian informasi dalam
pencarian kerja serta faktor faktor yang menjadi
permasalahan dalam pencarian informasi.
G. TINJAUAN KAJIAN TERDAHULU

a. Peneliti terdahulu yaitu berbentuk jurnal yang berjudul


“Perilaku Pencarian Informasi Model Ellis pada
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Persamaan
dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang
yaitu sama-sama membahas perilaku pencarian informasi
dan menggunakan metode kualitatif, yang
membedakannya yaitu objek atau subjek yang diambil
untuk menjadi variabelnya yang berbeda, untuk penelitian
terdahulu mereka menggunakan objek atau subjek
mahasiswa aktif sedangkan penelitian yang sekarang

7
menggunakan fresh graduate sebagai objek atau subjek
yang akan diteliti (Kumala & Wulandari, 2021).
b. Lalu penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh
Yolanda Sheila Nabila dan Ana Irhandayaningsih yaitu
berbentuk jurnal yang berjudul Perilaku Pencarian
Informasi Fresh Graduate Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro dalam Mencari Pekerjaan.
Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu sama sama
membahas hal yang sama yaitu membahas perilaku
pencarian kerja serta mempunyai kesamaan dalam
menggunakan model perilaku pencarian informasi dan
persamaan lainnya yaitu sama sama menggunakan metode
penelitian kualitatif. Namun yang membedakan penelitian
sekarang dengan penelitian terdahulu adalah dalam
pengambilan data yang dimana penelitian terdahulu
menggunakan objek fresh graduate dari fakultas ilmu
budaya sedangkan untuk penelitian sekarang
menggunakan objek seluruh fresh graduate seluruh
universitas agar memperkaya data yang didapatkan
(Nabila, 2022).
H. METODE PENELITIAN

a. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Dikarenakan penelitian ini berbentuk deskriptif
dan menggunakan data dari ucapan atau tulisan, maka
metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah salah satu prosedur

8
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang
diamati (Tersiana, 2022, hlm. 10). Untuk pendekatan
metode dalam penelitian ini memakai pendekatan studi
kasus, metode studi kasus menghasilkan data yang
selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori.
Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian
kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara,
observasi, dan arsip (Melong, 2017, hlm. 155). Metode
studi kasus dipilih karena disebabkan suatu kasus yang
ditemui peneliti pada observasi awal, kasus itu adalah
Kebutuhan informasi pekerjaan yang dibutuhkan oleh
fresh graduate dimana masih ada beberapa fresh
graduate yang mengalami kesulitan dalam mencari
informasi pekerjaan baik dalam aspek kondisi
lingkungan serta keterbatasan dalam mencari informasi
yang dialami fresh graduate tersebut.

b. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi dari latar
penelitian. Penentuan informan ditentukan dengan mencari
tahu pihak yang paling memahami objek penelitian, dan
ditentukan berdasarkan konsep purposive sampling. Dalam
teknik ini, pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya
orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang

9
kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
memudahkan peneliti untuk menjelajahi fenomena sosial
yang diteliti (Sugiyono, 2017, hlm. 218).
Dengan pemilihan informan maka akan mempermudah
dalam mengetahui informasi secara mendalam. Informan
yang diambil dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
a. Fresh graduate yang memiliki nilai tertinggi di setiap
jurusan di Politeknik Meta Industri.
b. Fresh graduate Politeknik Meta Industri yang bersedia
menjadi informan dalam penelitian tentang perilaku
pencarian informasi.
Dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga orang
informan dari setiap jurusan di Politeknik Meta Industri.

No Nama Informan Nilai/IPK Kejuruan


1 Bayu Adam Pratama 3,95 Teknik Komputer
2 Daffa Rama Saputra 3,95 Teknik Industri
3 Erika Diah Amalia 3,89 Farmasi

c. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data ini merupakan cara paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data
dalam penelitian ini telah disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data
atau suatu informasi yaitu melalui:

10
a) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh informasi secara
langsung dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada
sumber data (informan) (Mertha, 2020, hlm. 153).
Dalam teknik pengumpulan data dengan
wawancara ini, peneliti akan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada informan yang telah ditentukan
peneliti dengan pertanyaan yang sudah ditentukan dan
informan akan menjawab dengan secara bebas terbuka.
b) Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan langkah awal dalam
metode pengumpulan data. Kajian pustaka adalah
metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto,
gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat
mendukung dalam proses penulisan. “Hasil
penelitian juga akan semakin kredibel apabila
didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan
seni yang telah ada” (Sugiyono, 2017, hlm. 224).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kajian pustaka tulisan akademik, serta
menggunakan kajian pustaka penelitian terdahulu
yang sesuai dengan tema pembahasan penelitian.
c) Studi dokumen

11
Studi dokumen merupakan perlengkapan dari
metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif, hasil penelitian akan lebih kredibel
apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono,
2017, hlm. 240).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
dokumen berbentuk microsoft excel yang
didalamnya berisi data fresh graduate, tentunya
dokumen ini digunakan oleh peneliti untuk
mencari informan yang memenuhi syarat yang
telah ditentukan.
d. Teknik pengolahan
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan 3 tahapan, yang digunakan
dalam melanjutkan pengumpulan data dalam penelitian
dengan cara di interpretasikan atau menganalisis data yang
didapatkan pada proses sebelumnya yaitu wawancara,
kajian kepustakaan, dan dokumentasi supaya lebih mudah
dipahami dan menginformasikan hasil temuannya kepada
orang lain dengan menggunakan 3 tahapan yaitu, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sugiyono,
2017, hlm. 243).
a) Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

12
data yang telah direduksi akan menjadi lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya (Sugiyono, 2017, hlm. 247).
Dalam penelitian ini, peneliti mereduksi data
dengan cara yaitu, data yang sudah didapatkan oleh
peneliti dalam wawancara dan kajian pustaka, lalu
akan dikelompokan dan memusatkan pada hal yang
penting, dengan demikian informasi yang didapatkan
bisa memberikan pengetahuan tentang bagaimana
perilaku pencarian informasi fresh graduate dalam
mencari kerja
b) Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya
(Sugiyono, 2017, hlm. 259).
Peneliti menyajikan data dalam bentuk teks
yang bersifat deskriptif, maka dari itu peneliti
menggunakan metode deskriptif dalam penyajian
data.
c) Penarikan kesimpulan
Peneliti membuat kesimpulan dari data–data
yang terangkum yang dijabarkan dalam bentuk
deskriptif. Kesimpulan digunakan untuk
menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2017,
hlm. 252).

13
Penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu dengan cara, meringkas poin-poin
penting yang telah dikelompokan dalam bab-bab
sebelumnya dengan bentuk deskriptif dan
kesimpulan ini akan menjawab rumusan masalah
dalam penelitian ini.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis


membagi sistematika penulisan ke dalam 6 (Enam) bab, yaitu
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan terdahulu, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini berisikan uraian mengenai landasan-landasan teori


dan kajian pustaka yang digunakan, sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti yang didapati dari literatur-
literatur yang berkaitan dengan topik yang diteliti dan
kerangka berpikir.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum profil
tempat penelitian hingga geografis, historis serta budaya yang
bersangkutan dengan penelitian ini.

14
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini hasil temuan penelitian. Hasil temuan penelitian
akan dijabarkan dan diuraikan untuk menjawab tujuan
penelitian yang telah penulis tentukan.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian yang penulis dapatkan dari
penelitian, lalu disajikan dengan cara sederhana sehingga
pembaca mudah memahaminya.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dari seluruh
penelitian dari penulis serta saran menurut penulis.

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

a. Perilaku Pencarian Informasi


Definisi dari kata perilaku sangatlah banyak, tetapi
untuk di penelitian ini, definisi perilaku adalah suatu
tindakan atau aksi yang dilakukan oleh seseorang dalam
menemukan sesuatu yang ia butuhkan, perilaku seseorang
dalam menemukan kebutuhan sangatlah beragam
tergantung apa yang mereka butuhkan, maka dari itu
terbentuklah Perilaku pencarian informasi. menurut
(Wilson, 2009) perilaku pencarian informasi adalah
kesengajaan (purposive) pencarian informasi sebagai
konsekuensi adanya kebutuhan untuk memenuhi beberapa
tujuan. Pada saat pencarian, seseorang mungkin
berinteraksi dengan sistem informasi manual (seperti surat
kabar atau perpustakaan), atau dengan sistem berbasis
komputer (seperti World Wide Web). Maksudnya, perilaku
atau tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang dalam
rangka memenuhi kebutuhannya terhadap informasi untuk
melaksanakan tujuan-tujuan tertentu (Syawqi, 2017, hlm.
4).
Lalu menurut Putu Laxman Pendit perilaku informasi
adalah tingkah laku manusia terkait dengan pola untuk
mendapatkan informasi. Sepanjang hidupnya manusia
memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari dan

16
memanfaatkan informasi dari berbagai saluran, sumber
dan media penyimpanan informasi lain (Yusuf & Priyo,
2010, hlm. 99)
Jadi jika di sederhanakan lagi definisi perilaku
pencarian informasi yaitu, perilaku pencarian informasi
yaitu sebuah kegiatan atau Tindakan seseorang yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi. manusia akan
menunjukan perilaku pencarian informasi untuk
memenuhi kebutuhannya. Ada beberapa batasan tentang
perilaku informasi menurut Wilson (Wilson, 2009)
sebagaimana dikutip (Yusuf & Priyo, 2010, hlm. 100).
Beberapa batasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perilaku informasi (information behavior) merupakan
keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan
sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku
pencarian dan penggunaan informasi, baik secara
aktif maupun pasif. Menonton acara televisi dapat
dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula
komunikasi antarmuka.
b. Perilaku penemuan informasi (information seeking
behavior) merupakan upaya menemukan dengan
tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan
untuk memenuhi tujuan tertentu.

c. Perilaku pencarian informasi (information searching


behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro,
berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang

17
ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku
ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan
sistem, baik ditingkat interaksi dengan komputer
(misalnya penggunaan mouse atau tindakan mengklik
sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan
mental (misalnya penggunaan strategi Boolean atau
keputusan memilih buku yang paling relevan diantara
deretan buku di perpustakaan).

d. Perilaku penggunaan informasi (information user


behavior) yakni terdiri atas tindakan-tindakan fisik
maupun mental yang dilakukan seseorang ketika
seseorang menggabungkan informasi yang
ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang telah
dimiliki sebelumnya.

b. Model perilaku pencarian informasi


Untuk membuat pencarian informasi lebih efektif dan
efisien, seseorang harus menemukan cara perilaku
pencarian yang sangat relevan dalam kehidupannya atau
lingkungannya tersebut dan seperti yang dijelaskan diatas,
perilaku pencarian informasi seseorang sangat lah berbeda
beda dan tergantung apa yang mereka butuhkan akan
informasi tersebut, semakin sulit tingkat informasi maka
semakin sulit juga perilaku seseorang untuk mendapatkan
informasi tersebut, dan sebaliknya jika tingkat informasi
itu rendah dan mudah didapatkan maka semakin mudah
juga perilaku pencarian yang seseorang lakukan.

18
Pencarian informasi membutuhkan cara yang efektif agar
mendapatkan informasi yang tepat sesuai dengan yang
diperlukan. Pencarian informasi selalu diawali dengan
kebutuhan informasi lalu menyampaikan pertanyaan
kepada sumber di luar dirinya, memeriksa apa yang
diperoleh lalu mendapatkan hasil untuk memenuhi
kebutuhan (Proboyekti, 2015, hlm. 5). Maka dari itu agar
pencarian informasi menjadi lebih efektif ada beberapa
model perilaku pencarian informasi yang dikemukakan
para ahli yaitu sebagai berikut.

a) Model Wilson
Wilson adalah salah satu seorang ahli informasi
yang aktif menulis tentang perilaku pencarian
informasi. Wilson menjelaskan bahwa ada dua tipe
model perilaku pencarian informasi menurut proposisi
sebagai berikut:
1) Kebutuhan informasi bukan kebutuhan utama
atau primer, tetapi merupakan kebutuhan
sekunder yang timbul karena keinginan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
2) Dalam usahanya menemukan informasi,
dihadapkan pada beberapa kendala (barriers)
sebagai variabel perantara (intervening
variable), kendala tersebut memungkinkan akan
mempengaruhi perilaku seseorang
(Septiyantono, 2014, hlm. 7.20).

19
Sampai saat ini Wilson telah mengemukakan 2 model
perilaku pencarian informasi.
Model Wilson yang pertama dikemukakan pada tahun
1981,

Gambar 1.1 Model Wilson 1981

Gambar 1.2 Model Wilson 1996Gambar 1.3 Model Wilson 1981

pada model ini Wilson menjelaskan bahwa


perilaku pencarian informasi akan timbul akibat dari
kebutuhan akan informasi yang dirasakan oleh
pengguna informasi. jadi untuk memenuhi kebutuhan
informasi, seseorang akan menuntut dirinya untuk
mencari sumber informasi melalui layanan formal atau

20
informal yang menghasilkan keberhasilan atau
kegagalan akan memenuhi kebutuhan informasi
tersebut, jika gagal menemukan informasi yang ia
butuhkan maka ia harus mengulangi proses pencarian
informasi, dan jika ia menemukan informasi yang
dibutuhkan maka ia akan menggunakan informasi
tersebut.
Lalu dalam model Wilson yang ini juga
menjelaskan bahwa bertukar informasi dengan
melibatkan orang lain yaitu suatu bagian dari
pencarian informasi, dan jika pertukaran informasi itu
dianggap bermanfaat maka informasi tersebut dapat
disampaikan kepada orang lain atau bisa dipakai oleh
si pencari informasi itu sendiri (Wilson, 1999, hlm.
251).
Selanjutnya model Wilson yang kedua yang
dikemukakan pada tahun 1996. Wilson
memperbaharui model yang pertama ia cetuskan, yang
dimana kerangka dari kedua model tersebut masih
sama. Tetapi pada model terbarunya ini ia beri
variabel penghalang sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku pencarian informasi. Selain
itu, model kedua Wilson juga menyebutkan adanya
tipe dari perilaku pencarian informasi (Septiyantono,
2014, hlm. 7.20).

21
Gambar 1.4 Model Wilson 1996

Gambar 1.5 Model EllisGambar 1.6 Model Wilson 1996

Pada model kedua Wilson ini hanya menjelaskan


tentang pencarian informasi yang dianggap saling
berkaitan dan menjadi siklus melingkar dengan
pengolahan serta pemanfaatan informasi. Dalam
proses pencarian informasi juga dipengaruhi oleh
beberapa kendala yang ada yaitu seperti; kondisi
psikologis, demografis, peran seseorang di
masyarakat, lingkungan dan karakteristik sumber
informasi. Menurut Wilson kelima faktor tersebut
dapat mempengaruhi perilaku pencarian informasi
seseorang.
b) Model Ellis
Model perilaku pencarian informasi Ellis (Ellis's
Model of Information Seeking Behavior) adalah

22
sebuah kerangka teoritis yang menggambarkan
bagaimana seseorang mencari dan memperoleh
informasi. Model ini dikembangkan oleh David Ellis
pada tahun 1989 dan telah menjadi dasar bagi banyak
penelitian dan pengembangan di bidang ilmu
informasi. Dalam model ini juga menjelaskan
bagaimana seseorang melakukan pencarian informasi
dengan mempertimbangkan faktor-faktor psikologis
dan situasional yang mempengaruhinya. Hasil
penelitiannya tersebut menghasilkan pola pencarian
informasi yang terdiri dari enam delapan, yaitu:
starting, chaining, browsing, differentiating,
monitoring, extracting, verifying, ending
(Septiyantono, 2014, hlm. 7.20).
1. Starting
Starting merupakan tahap awal dalam perilaku
pencarian informasi. kegiatan ini bersifat
mengidentifikasi referensi yang dijadikan batu
loncatan untuk menelusuri informasi-informasi
yang lain. Starting merupakan tahap pengenalan
dalam penelusuran informasi melalui bahan-
bahan rujukan yang hendak dicari.
2. Chaining
Chaining sangat penting dalam pola penelusuran
informasi agar mendapatkan informasi yang lebih
akurat. Chaining merupakan suatu kegiatan
dengan melihat kutipan-kutipan yang ada dalam

23
suatu buku atau jurnal yang ada. Selain melihat
kutipan chaining juga merupakan bentuk
hubungan lain dari referensi yang telah ditelusuri
di starting.

3. Browsing
Browsing merupakan suatu aktivitas dalam
penelusuran sumber-sumber informasi. Browsing
ini mencari informasi ditempat tempat yang
berpotensi menyediakan sumber informasi.
Browsing bisa dilakukan dengan berbagai cara
seperti melihat abstrak dari jurnal ataupun
penelitian yang sudah dipublikasikan, selain itu
juga bisa dilakukan dengan melihat daftar isi yang
ada pada jurnal maupun buku, melihat buku-buku
yang ada di tokoh ataupun di perpustakaan, dan
bisa juga melihat buku-buku yang ada terpajang
dalam kegiatan seminar maupun pameran.
4. Differentiating
Differentiating merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam pemilihan informasi yang sudah
diperoleh. Pemilihan informasi ini bisa dilakukan
dengan pengetahuan dan informasi-informasi yang
sudah didapat sebelumnya.
5. Monitoring
Monitoring merupakan suatu aktivitas melihat
perkembangan yang terjadi dalam topik yang ingin

24
diketahui oleh pencari informasi. Aktivitas atau
kegiatan ini bisa dilakukan dengan mengikuti
perkembangan sumber atau tulisan baik dalam
jurnal ataupun penelitian.

6. Extracting
Extracting merupakan tahap terakhir dalam
metode perilaku pencarian informasi menurut
David Ellis. Extracting adalah kegiatan yang
dilakukan pencari informasi dengan melanjutkan
pencarian secara mendalam dan detail dalam
sumber-sumber yang sudah disaring dan
dimonitoring. Kegiatan ini merupakan kegiatan
untuk menggali lebih jauh materi dan informasi
yang tertera dalam sumber atau literatur yang telah
didapatkan oleh pencari informasi ini.
7. Verifying
Tahapan ini pencari informasi akan mengecek
kembali informasi yang sudah didapatkan, selain
itu pencari informasi akan memilih data yang
sesuai dengan apa yang ingin dicarinya.
Prinsipnya tahapan ini adalah mengecek data
apakah data tersebut sudah sesuai dengan
keinginan apakah tidak sesuai dengan keinginan
dari pencari informasi tersebut.
8. Ending

25
Ending merupakan tahapan terakhir dalam
perilaku pencarian informasi. Pencarian
informasi bisa dianggap selesai apabila informasi
yang diinginkan sudah didapatkan dan sudah
terpenuhi (Purnama, 2021: 15-20).
Model perilaku pencarian informasi Ellis dapat
dilihat dibawah ini :

Gambar 1.7 Model Ellis

Gambar 1.8 Model KuhlthauGambar 1.9 Model Ellis

c) Model. Kuhlthau
Model perilaku pencarian Kuhlthau adalah sebuah
kerangka kerja atau model yang digunakan untuk
memahami dan menganalisis perilaku individu dalam
mencari informasi. Model ini dikembangkan oleh
Carol Kuhlthau, seorang profesor di Rutgers
University, pada tahun 1991. Model ini dikenal
sebagai Information Search Process (ISP). Dalam
model ini, Kuhlthau lebih menekankan pada aspek
afektif (perasaan), kognitif (pikiran), dan fisik
(tindakan). Dalam model ini, Kuhlthau menyatakan

26
bahwa pencari informasi bergerak tahap demi tahap
(Mohammad dkk., 2018, hlm. 25).
Model perilaku pencarian Kuhlthau mencakup enam
tahap yang dilalui oleh individu dalam mencari
informasi yang terjadi pada bidang afektif, kognitif,
dan fisik, tahapan Keenam tersebut adalah:
1. Initiation, yaitu tahap ketika seseorang sadar akan
kebutuhannya tentang informasi guna melengkapi
tugasnya.
2. Selection, yaitu tahap menyeleksi dan memilih topik
utama yang akan diselidiki dan dicari serta cara
yang akan ditempuh.
3. Eksploration, tahap ini perasaan kebingungan,
ketidakpastian dan keraguan seringkali meningkat
yang disebabkan penemuan informasi yang tidak
cocok, selalu berubah-ubah, dan tidak sesuai dengan
kebutuhan. Beberapa bahkan cenderung
meninggalkan proses pencarian pada tahap ini.
4. Formulation, yaitu tahapan dimana ketidakjelasan
berkurang dan kepercayaan diri meningkat. Pada
tahap ini, informasi akan diidentifikasi untuk
membentuk sudut pandang yang jelas.
5. Collection, yaitu tahap dimana interaksi antara
pengguna dan sistem informasi sangat efektif dan
efisien.
6. Presentation, yaitu tahap akhir dimana perasaan
lega, perasaan puas ketika pencarian berjalan

27
dengan baik atau kekecewaan jika informasi yang
dibutuhkan tidak didapatkan (Case, 2003, hlm. 145).
Jika digambarkan model teori kuhlthau bisa dilihat

sebagai berikut:

d)

Model Meho Tibbo


Pada tahunGambar
2002, terdapat lebih
1.10 Model dari 150 penelitian
Kuhlthau
mengenai perilaku pencarian informasi menggunakan
model Ellis pada ilmu bidang lain. Salah satunya
Gambar 1.11 Model Meho TibbotGambar 1.12 Model
dilakukan oleh MehoKuhlthau
dan Tibbo, yang meneliti
perilaku pencarian informasi ilmuwan bidang sosial
dan lainnya. Meskipun studi yang dilakukan oleh
Meho dan Tibbo menggunakan model Ellis, penelitian
tersebut menemukan deskripsi yang lebih lengkap
tentang proses pencarian informasi ilmuwan sosial
yang mencakup empat fitur tambahan selain yang
diidentifikasi oleh Ellis. Fitur-fitur baru tersebut yaitu:

28
accessing, networking, verifying, and information
managing. Adapun sebelumnya Ellis (1989)
menjelaskan modelnya mempunyai 6 tahap.

Sebagaimana yang dijelaskan diatas, lalu (Meho &


Tibbo, 2003) menambahkan fitur-fitur keseluruhan
tahapan pencarian informasi model Ellis. Menurut
Meho dan Tibbo adalah sebagai berikut: (Meho &
Tibbo, 2003, hlm. 578).

1) Starting
Merupakan aktivitas awal dalam memulai kegiatan
pencarian informasi.

2) Chaining
Chaining biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi sumber informasi baru atau
kebutuhan informasi baru.
3) Browsing
Dalam tahap ini yaitu kegiatan pencarian
informasi dari berbagai sumber baik pada sumber
primer maupun sekunder.
4) Monitoring
Yaitu kegiatan pemantauan pada perkembangan
informasi yang menjadi minat atau perhatian
seseorang interaksinya.
5) Accessing

29
Agar proses pencarian informasi terus berlanjut,
para pencari informasi harus dapat mengakses
bahan atau sumber informasi yang dibutuhkannya.
Seringkali, terjadi masalah akses ke informasi
yang dibutuhkan baik karena langka dan sulit
ditemukan, atau akses berbayar untuk
mendapatkan sumber informasi yang dibutuhkan

6) Differentiating
Yang dimaksud pembedaan disini yaitu menilai
informasi yang didapat berdasarkan sifat, kualitas,
kepentingan relative, dan kegunaannya sebagai
cara untuk menyaring jumlah informasi yang
diperoleh.
7) Extracting
Kegiatan ini berkaitan dengan aktivitas
mengidentifikasi secara selektif bahan atau
informasi yang relevan dari sumber informasi
yang ditemukan.
8) Verifying
Di tahap ini merupakan kegiatan pengecekan
keakuratan informasi yang ditemukan.
9) Networking
merupakan kegiatan yang terkait dengan
komunikasi, dan menjaga hubungan yang erat

30
dengan sejumlah orang seperti teman, kolega, dan
intelektual yang mengerjakan topik serupa.
10) Managing information
merupakan kesadaran akan pentingnya
pengarsipan dan pengorganisasian informasi yang
telah didapatkan sehingga dapat digunakan
kembali dimasa mendatang apabila dibutuhkan.

Model perilaku pencarian informasi menurut


Meho Tibbo dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 1.13 Model Meho Tibbot

Gambar 1.14 Model Meho Tibbot

Dari keempat model perilaku pencarian diatas tersebut,


masing-masing memiliki penjelasan dalam hal penekanan
pada perilaku pencarian informasi seseorang. Untuk
model Wilson lebih menjelaskan pada faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pencarian informasi, sedangkan Ellis
lebih menjelaskan tentang tindakan seseorang secara
tahap demi tahap, lalu untuk model kuhlthau yakni
Information Search Process (ISP) lebih menekankan pada
aspek afektif (perasaan), kognitif (pikiran), dan fisik

31
(tindakan) dan untuk mode Meho Tibbo, ia memodifikasi
model Ellis dan menambahkan 4 fitur di dalam tahapan
pencariannya.

Model-model ini, seperti yang diusulkan oleh Wilson,


Ellis, Kuhlthau, dan Meho Tibbo, meskipun dalam model
ini mungkin memiliki pendekatan yang berbeda dan
memiliki kesamaan yang unik dalam memandu perilaku
pencarian informasi. Berikut tabel persamaan dari model
Wilson, Ellis, Kuhlthau, dan Meho Tibbo:

Tahapan dari Model


Persamaan model perilaku
perilaku pencarian
pencarian informasi
informasi

Wilson: Pencarian aktif


Tahap persiapan untuk
(Active search)
memulai pencarian
Ellis: Starting
informasi.
Kuhlthau: Initiation
Meho Tibbo: Starting

Wilson: Pencarian aktif


Tahap mengidentifikasi (Active search)
dan memilih sumber Ellis: Chaining
informasi. Kuhlthau: Selection
Meho Tibbo: Chaining
Tahap penelusuran Wilson: Pencarian aktif
sumber-sumber informasi. (Active search)
Ellis: Browsing

32
Kuhlthau: Eksploration
Meho Tibbo: Browsing
Wilson: -
Tahap pemilihan kualitas Ellis: Differentiating
informasi Kuhlthau: Formulation
Meho Tibbo: Differenting
Wilson: Pencarian pasif
(Passive search)
Tahap pemantauan
Ellis: Monitoring
informasi yang diminati
Kuhlthau: -
Meho Tibbo: Monitoring
Wilson: -
Tahap memilih salah satu
Ellis: Extracting
informasi dari sumber
Kuhlthau: -
informasi
Meho Tibbo: Extracting
Wilson: -
Tahapan memeriksa atau
Ellis: Verifying
memastikan informasi
Kuhlthau: -
yang telah dikumpulkan
Meho Tibbo: Verifying
Bagan 1.1 Persamaan tahap Pada Setiap Model
Dalam mengamati model-model perilaku pencarian
informasi yang diusulkan oleh Wilson, Ellis, Kuhlthau,
dan Meho & Tibbo, jelas terlihat seperti di atas bahwa ada
banyak kesamaan dalam pendekatan mereka. Meskipun
fokus dan penekanan mungkin berbeda, tahapan-tahapan
dalam proses pencarian informasi tetap berulang dan
relevan. Ini adalah cerminan dari kompleksitas dan

33
universalitas interaksi manusia dengan informasi dalam
dunia yang semakin canggih dan terhubung.

B. Kajian Pustaka

a. Fresh Graduate
Sebagai seorang fresh graduate, banyak hal yang
harus dipersiapkan dalam menghadapi dunia kerja.
Meskipun telah menyelesaikan pendidikan formal,
kenyataannya dunia kerja memiliki dinamika yang
berbeda dari dunia akademik. Oleh karena itu, sebagai
seorang fresh graduate, kita perlu memiliki persiapan
dan kesiapan mental dalam menghadapi tantangan
yang ada.

Tetapi tidak hanya mempersiapkan mental saja,


sebagai fresh graduate, kamu juga dapat
memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk
membangun jaringan dan mencari peluang baru.
Aplikasi atau website-website yang menyediakan
tempat mencari pekerjaan sebagai salah satu platform
yang dapat membantumu terhubung dengan orang-
orang di bidang yang kamu minati dan menemukan
lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi diri
kamu.

Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik


(BPS) menunjukkan bahwa per Februari 2022, tingkat
pengangguran Indonesia sebesar 5,83 persen dari total

34
penduduk usia kerja. Sebagai informasi, total penduduk
usia kerja adalah sebanyak 208,54 juta orang. Ternyata,
sebanyak 35,2 juta orang atau 14 persen dari angka
pengangguran itu berasal dari lulusan jenjang diploma
dan sarjana (S1) (Rosa, 2020). Namun, pada
kenyataannya fresh graduate masih banyak dalam
keadaan menganggur, lalu rasa cemas fresh graduate
akan muncul ketika mereka mulai melamar pekerjaan
(Nurjanah, 2018, hlm. 38).

Oleh sebab itu seorang fresh graduate harus bisa


mengembangkan skill pencarian informasi yang dia
miliki sehingga dapat menemukan peluang kerja.

Karena dalam segi kemampuan serta hal hal janggal


dalam proses mencari informasi yang mempengaruhi
fresh graduate dalam pencarian informasi.

b. Informasi Pencarian Kerja


Arti sederhananya Informasi adalah sebuah
pengetahuan yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca
untuk seseorang yang ingin mengetahuinya atau
membutuhannya, namun informasi memiliki banyak
istilah, aspek dan ciri yang terkadang berbeda. informasi
berupa data yang berasal dari fakta yang tercatat atau dari
sumber yang jelas serta mengandung nila, pesan dan
makna yang selanjutnya dapat diolah oleh orang yang
membutuhkan data tersebut menjadi bentuk yang berguna
atau bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

35
Dalam mencari informasi pekerjaan, seseorang
memerlukan ketekunan dan kesabaran. Untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak adalah impian bagi
setiap orang, tetapi kenyataannya masih banyak angka
pengangguran dan sempitnya lapangan pekerjaan. Dalam
mencari informasi pencarian pekerjaan, seseorang
memerlukan ketekunan dan kesabaran.
Banyak faktor dan hal-hal janggal yang
mempengaruhi para fresh graduate tidak dapat
menemukan seluruh informasi peluang pekerjaan, salah
satunya adalah kurang terpenuhinya informasi pekerjaan.
Ada beberapa sumber yang menyediakan layanan
lowongan pekerjaan dan menjadi acuan agar seseorang
dapat mendapatkan peluang pekerjaan yaitu:

a) media cetak
b) media elektronik
c) media online
d) pengumuman
e) bursa kerja
Akan tetapi untuk mencari informasi pekerjaan di
berbagai sumber yang disebutkan seperti diatas seseorang
mesti memiliki skill dan perilaku pencarian informasi
yang memadai, sehingga dapat membantu dalam proses
mencari informasi pekerjaan.
C. Kerangka Pemikiran

36
Kerangka berpikir adalah adalah suatu model atau
gambaran konsep yang menjelaskan hubungan antara
variabel satu dengan lainnya (Mertha, 2020, hlm. 43).
Menurut penjelasan diatas maka dapat tergambar
konsep kerangka pemikiran yang dijadikan acuan peneliti
dalam penelitian ini. Sehingga akan muncul sebuah
asumsi dan proposisi pernyataan yang kemudian akan
dirumuskan kedalam simpulan dan saran.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berpikir
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Fresh graduate Politeknik Meta


Industri mengalami kesulitan
dalam mencari informai kerja.

Identifikasi masalah
Fresh graduate Politeknik Meta Industri mengalami kesulitan
dalam mencari informasi pekerjaan, tidak hanya soal kebutuhan
yang berbeda beda tetapi baik dalam aspek kondisi lingkungan
serta keterbatasan dalam mencari informasi yang dialami fresh
graduate

Rumusan masalah

Mengetahui bagaimana perilaku pencarian informasi fresh


graduate di Politeknik Meta Industri tahun 2022 dalam
mencari informasi pekerjaan.

perilaku seseorang dalam menemukan kebutuhan menggunakan beberapa model perilaku


sangatlah beragam tergantung apa yang mereka pencarian informasi
butuhkan (2009)
37 - model Wilson
- model Khultuhau
- model Ellis
- model Meho Tibbo
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Gambaran Umum Politeknik Meta Industri

a. Tentang Politeknik Meta Industri


Politeknik Meta Industri Cikarang (MIP – Meta Industrial
Polytechnic) menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasi DIII
dengan kurikulum Career Based Educational / Vocational
yang unggul dan inovasi riset terapan yang berkelanjutan
melalui kemitraan yang erat dengan industri lokal.
MIP (Meta Industrial Polytechnic) dengan pendidikan
vokasi yang selaras dengan program pemerintah melalui
Kementerian Ristek Dikti menciptakan sistem kompetitif
dalam kecakapan vokasional dasar serta kecakapan vokasional
khusus. Hal ini didukung juga dengan lingkungan kampus
yang kondusif untuk tumbuhnya lulusan unggul yang
berkompetensi intelektual (hard-skill) yang dilengkapi dengan
kompetensi emosional dan sosial (soft-skill).
Politeknik Meta Industri Cikarang (MIP – Meta Industrial
Polytechnic) menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasi DIII
dan Sarjana Terapan dengan kurikulum Career Based
Educational / Vocational yang unggul dan inovasi riset
terapan melalui kemitraan industri lokal yang berkaitan
dengan Farmasi, Teknik Industri, serta Teknologi Rekayasa
Perangkat Lunak. Pendidikan vokasi Politeknik Meta Industri
Cikarang sejalan dengan program pemerintah dalam

38
menciptakan sistem kompetitif yang memiliki kecakapan
vokasional dasar serta kecakapan vokasional khusus. Program
ini didukung oleh lingkungan kampus yang kondusif dalam
menghasilkan lulusan unggul dengan keterampilan
intelektual (hard-skill) dan keterampilan sosial (soft-
skill) yang mumpuni melalui 3 program studi yaitu D3
Farmasi, D3 Teknik Industri, serta D4 Teknologi Rekayasa
Perangkat Lunak.

b. Sejarah Politeknik Meta Industri Cikarang


Politeknik Meta Industri Cikarang didirikan pada 21
Agustus 2011 oleh Johan Junus Tamsir dan Bambang
Trjiatmoko SJ. Politeknik Meta Industri Cikarang berada di
Kawasan Cikarang Technopark, dimana Kawasan ini
berhubungan dengan Industrial, Academic (Politeknik Meta
Industri Cikarang), Business & Development (META ATMI
Didactic, META Jobs, META Bright Vision), sehingga dapat
menunjang kebutuhan industri secara tepat dan efisien.
Peresmian kampus Politeknik Meta Industri Cikarang
dilakukan pada tahun 2015, diresmikan langsung oleh Menteri
Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir,
Ph.D., Ak. di bawah naungan Yayasan META Edutech.

c. Visi, Misi dan Tujuan


Dalam menjalankan peran sebagai tempat pendidikan dan
untuk mencapai tujuan, Politeknik Meta Industri memiliki visi
dan misi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

39
dan merupakan identitas. Adapun visi dan misi serta tujuan
Politeknik Meta Industri diantaranya:
1) Visi
Menjadi lembaga pendidikan tinggi vokasional yang
unggul dalam bidang industri dan pengembangan teknologi
di Jawa Barat pada tahun 2023.
2) Misi

● Menyusun dan mengembangkan sistem pendidikan


career-based educational/vocational yang sinergis
dengan kemajuan teknologi di dalam perindustrian
lokal.

● Mempersiapkan sumber daya, dan infrastruktur untuk


penyelenggaraan inovasi berbasis penelitian terapan
yang menghasilkan nilai ekonomis dan terserap industri
lokal.

● Mengembangkan layanan start-up business berskala


lokal berdasarkan hasil dari inovasi berbasis penelitian
terapan yang dapat memberikan multiplier-effect untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

● Mengembangkan MIP sebagai perguruan tinggi yang


memprioritaskan aspek-aspek teknologi, ekonomi, dan
sumber daya.
3) Tujuan

● Terpenuhinya harapan dari semua stakeholder MIP.

40
● Dihasilkannya lulusan yang unggul dan berkarakter,
mampu bersaing dan terserap industri lokal.

● Berkembangnya kemitraan industri dan kerjasama


pendidikan untuk membentuk kolaborasi dasar-dasar
inovasi berbasis penelitian terapan berskala lokal;

● Terwujudnya kampus sebagai masyarakat akademik


yang profesional dengan budaya ilmiah yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, terbuka, kritis,
kreatif, inovatif, serta proaktif terhadap dinamika
perubahan nasional, regional, maupun internasional.

d. Kerjasama industri Politeknik Meta Industri


Kerjasama internasional yang dibangun antara Politeknik
Meta Industri Cikarang dengan Jeonju University
menghasilkan pusat bahasa Korea yang bernama META-
JOUNJU KOREA CENTER (MJKC). Politeknik Meta
Industri Cikarang juga menjalin hubungan Kerjasama dengan
beberapa perusahaan terkemuka, seperti Triputra Group,
Dharma Group, PT Trimitra Chitrahasta, dan lainnya.
Politeknik Meta Industri Cikarang telah melakukan proses
akreditasi untuk 3 program studi yang dimiliki, dimana
program studi D3 Farmasi telah terakreditasi oleh LAM-
PTKES, D3 Teknik Industri serta D4 Teknologi Rekayasa
Perangkat Lunak terakreditasi BAN-PT.

41
e. Struktur Organisasi Politeknik Meta Industri
Struktur organisasi adalah kerangka yang digunakan oleh
organisasi untuk mengatur tugas-tugas, tanggung jawab, dan
hubungan antara anggota organisasi. Berikut struktur
organisasi Politeknik Meta Industri :

Gambar 1.16 Struktur Organisasi

Gambar 1.17 Letak GeografisGambar 1.18 Struktur Organisasi

42
f. Prodi Politeknik Meta Industri
a. Farmasi
Prodi Farmasi di kepalai oleh ibu apt. Fauzia Azzahra,
M.S.Farm. prodi atau jurusan farmasi memiliki visi dan
misi.
 Visi
Menjadi program studi Diploma Tiga Farmasi yang
menghasilkan Ahli Madya Farmasi unggul di bidang
Farmasi Industri di Jawa Barat pada tahun 2023
 Misi
- Menyelenggarakan sistem pendidikan career-based
educational/ vocational yang sinergis dengan
kemajuan teknologi di bidang farmasi industri untuk
mencetak tenaga teknis kefarmasian yang sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja.
- Berperan aktif dalam menghasilkan inovasi melalui
penelitian kefarmasian terapan.
- Berperan aktif dalam mengembangkan dan
menyebarkan pelayanan start-up business berskala
lokal untuk pemberdayaan masyarakat.
- Berperan aktif dalam mengembangkan dan
menyebarkan pelayanan start-up business berskala
lokal untuk pemberdayaan masyarakat.

b. Teknik Industri

43
Teknik indutri di Politeknik Meta Indutri ini dikepalai
oleh Yusita Attaqwa, S.Pt., M.T. Teknik Indutri memiliki
visi dan misi, yaitu :
 Visi
Menjadi Program Studi Diploma Tiga Teknik Industri
yang unggul dalam bidang industri dan pengembangan
teknologi di Jawa Barat pada tahun 2023
 Misi
- Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
dengan sistem pendidikan teknik industri career-
based educational / vocational yang sinergis dengan
kemajuan teknologi di dalam perindustrian lokal.
- Mempersiapkan sumber daya teknik industri dan
infrastuktur untuk penyelenggaraan inovasi berbasis
penelitian terapan yang menghasilkan nilai
ekonomis dan terserap industri lokal.
- Mengembangkan layanan start-up business teknik
industri berskala lokal berdasarkan hasil dari inovasi
berbasis penelitian terapan yang dapat memberikan
multiplier-effect dengan kegiatan pengabdian
masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
- Mengembangkan Program Studi Teknik Industri
yang memprioritaskan aspek-aspek teknologi,
ekonomi, dan sumber daya melalui kerja sama baik
dalam dan luar negeri.

44
c. Teknik komputer
Teknik Komputer Politeknik Meta Indutri ini dikepalai
oleh bapak Andhika,S.Kom.,M.Kom. visi dan misi Tekik
komputer yaitu:
 Visi
Menjadi Program Studi Sarjana Terapan Teknologi
Rekayasa Perangkat Lunak yang unggul dan inovatif
dalam bidang industri manufaktur di Jawa Barat pada
tahun 2026.
 Misi
- Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
career-based educational (vocational) dengan
mengutamakan ilmu pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang teknologi rekayasa perangkat lunak
untuk mencetak tenaga profesional yang sesuai
dengan kebutuhan dunia industri manufaktur.
- Berperan aktif untuk berinovasi dibidang teknologi
rekayasa perangkat lunak melalui penelitian terapan
guna menghasilkan inovasi terbarukan di dunia
industri manufaktur.
- Berperan aktif dalam penerapan teknologi rekayasa
perangkat lunak melalui kegiatan pengabdian
masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
- Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi
pendidikan, pemerintah, dan industri.

45
B. Lokasi Geografis Politeknik Meta Industri

Letak lokasi Politeknik Meta Industri ini berada ditengah


tengah komplek industri yang mana menjadi sangat strategis bagi
mahasiswanya. Letak Geografi Politeknik Meta Industri:

46
Gambar 1.19 Letak Geografis
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada di bab ini peneliti akan menjelaskan dan menjabarkan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai perilaku
pencarian informasi fresh graduate dalam mencai informasi kerja.
Peneliti melakukan wawancara kepada seriap informasan yang telah
dipilih.

Peneliti memilih narasumber sesuai dengan tujuan dan tema yang


dibahas didalam karya ilmiah ini, narasumbernya yaitu fresh
garaduate Politeknik Meta Industri.

1. Perilaku pencarian informasi fresh graduate Politeknik Meta


Industri

Peneliti akan menjabarkan dan mmengurai hasil


wawancara dengan narasumber atau informan mengenai
perilaku pencarian informasi fresh graduate Politeknik Meta
Industri dalam mencari kerja. Berikut hasil wawancaranya;

a. Tahap persiapan untuk memulai pencarian informasi


Dalam tahap ini ada beberapa model menurut para ahli
dengan tahapan yang berbeda tatapi memiliki definisi yang
sama, seperti menurut Wilson tahapan untuk memulai
pencarian informasi itu disebut “pencarian aktif”, menurut
Khulthau tahap untuk memulai pencarian informasi yaitu
disebut “initiation”, dan menurut Ellis dan Meho Tibbo

47
tahap persiapan untuk memulai pencarian informasi yaitu
disebut “starting”
Dari pertanyaan yang peneliti sampaikan kepada fresh
graduate, fresh graduae menyadari bahwa mereka pasti
melalukan persiapan dalam memulai pencarian informasi
kerja. Berikut pernyataan narasumber atau informan:

Berdasarkan pertanyaan peneliti, ada dua informan yang


peryatannya sama, kedua informan itu lebih menekankan
untuk membuat perencanaan dan meyakinkan diri kita ingin
memilih bidang yang diminati. Berikut kutipan
wawancaranya:

“Biasanya kalo saya pertama tama saya langsung


mencari informasi lowongan kerja agar bisa menentukan
informasi yang saya butuhkan (informan pertama)

“Tahap awalnya sih seperti orang-orang pada umumnya


gak si, membuat CV sama mengumpulkan sertifikat-
sertifikat yang dibutuhkan, terus mencari carid ulu
referensi informasi lowongan pekerjaan” (informasn
kedua)

Seperti yang sudah disebutkan dalam kutipan wawancara,


dimana kedua informan ini lebih menekankan kepada
mempersiapkan diri untuk bidang yang diminati dan
membuat CV serta mengumpulkan dokumen-dokumen yng
dibutuhkan.

48
Dan untuk informan ketiga ini dia tidak memilih bidang
yang diminati, karena menurutnya dia pasti mengikuti
bidang atau jurusan yang sesuai dengan jurusan ketika dia
berkuliah, jadi menurut informan ketiga, dalam tahap ini
pertama mungkin melihat-lihat informasi dan lebih kepada
mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan untuk kedepannya,
seperti membuat CV dan mengumpulkan sertifikat. Berikut
peryataannya:
“Mungkin pertama saya mempersiapkan diri untuk
mengetahui apa yang saya butuhkan, lalu setelah itu saya
membuat CV.” (informan ketiga)

Lalu untuk langkah awal yang dianggap penting oleh


informan dalam persiapan memulai pencarian informasi
yaitu;
Menurut informan pertama dan informan kedua, langkah
awal yang penting dalam tahap memulai pencarian
informasi yaitu dengan mempersiapkan diri dan memahami
kemampuan diri kita sendiri. Berikut peryatannya:
“kita harus paham sama diri kita sendiri, seperti
mengetahui kemampuan kita dan apa yang kita suka”
(informan pertama)

“Langkah awal yang penting mungkin minat ya, kaya kita


mau kearah yang mana nih, apakah mau sesuai jurusan
apa engga.” (informan kedua)

49
Berdasarkan peryataan kedua informan, langkah awal
yang penting dalam memulai pencarian informasi adalah
dengan menentukan minat, kedua informan ini sama-sama
berpendapat bahwa menentukan minat adalah hal yang
penting untuk memulai pencarian informasi kerja.
sedangkan informan ketiga, dia menganggap Langkah
awal yang penting dalam memulai pencarian informasi
kerja yaitu mempersiapkan berkas dan membuat CV untuk
kebutuhan melamar pekerjaan. Berikut peryataannya:
“langkah awal yang penting buat saya sih bikin CV dulu
yah sama siapin berkas-berkas buat kebutuhan melamar
kerja”

b. Tahap mengidentifikasi atau memilih sumber informasi


Menurut Wilson tahap mengidentifikasi atau memilih
sumber informasi dapat disebut dengan “pencarian aktif”
karena dalam hal ini yaitu tipe pencarian yang dilakukan saat
seseorang secara aktif mencari informasi.

lalu menurut model Khulthau tahap ini disebut juga


dengan “Selection” dimana seseorang sedang dalam tahap
menyeleksi dan memilih topik utama yang akan diselidiki
dan dicari serta cara yang akan ditempuh.

Sedangkan menurut model Ellis dan Meho Tibbo, tahap


ini disebut “Chaining”, karena biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan sumber informasi.

50
Dari pertanyaan yang peneliti sampaikan kepada
informan, semua informan berpendapat sama, bahwa mereka
pasti melalukan tahap pemilihan sumber informasi dengan
cara khusus tersendiri. Berikut pernyataan narasumber atau
informan :

“biasanya sih saya mencari informasi dari web-web yang


resmi, dan misalkan menemukan informasi yang dirasa aneh
atau janggal lebih baik tidak usah dipilih informasinya, dan
mungkin cara lainnya bertanya kepada teman atau kerabat
kali ya.” (informan pertama)

“pastinya ada ya kalo memilih informasi, kaya kita harus


mastiin sumber informasi itu, engga asal memilih, sama
mungkin nanya-nanya kepada teman atau keluarga.”
(informan kedua)

“kalo untuk pemilihan sumber sih pastinya ada sih ya,


kaya nanya-nanya dulu sama teman teman lalu membuat
akun-akun platfrom oline yang menyediakan informasi
lowongan pekerjaan” (informan ketiga)

Berdasarkan peryataan informan seperti di atas, maka


dalam tahap mengidentifikasi atau memilih sumber
informasi, ketiga informan memiliki strategi khusus yang
hampir sama dalam memilih atau mengidentifikasi sumber
informasi, yaitu dengan cara menanyakan sumber informasi
kepada teman atau kerabat dan dengan mengecek sumbernya
terlebih dahulu.

51
c. Tahap penelusuran sumber-sumber informasi
Di era informasi yang semakin berkembang pesat,
kemampuan penelusuran sumber-sumber informasi menjadi
sebuah kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Karena tidak hanya untuk para akademisi atau
peneliti, semua orang mesti memiliki kemampuan penelusuran
sumber informasi yang akurat serta relevan begitupun dengan
fresh graduate yang sedang mencari sumber informasi kerja.

Proses penelusuran sumber-sumber informasi tidak hanya


sekedar mencari sumber informasi semata, namun proses
penelusuran sumber informasi merupakan sebuah proses untuk
membentuk pandangan dan mengembangkan pengetahuan.

Dalam proses pencarian sumber-sumber informasi, para


ahli mengatakan bahwa ada tahap dalam melakukan proses
pencarian sumber informasi. Seperti yang dijelaskan oleh
Wilson dalam model perilaku pencarian informasi, tahapnya
yaitu “pencarian aktif”, lalu menurut kuhlthau dalam model
yang digagasnya tahap ini proses pencarian sumber informasi
yaitu “Exploration”, dan menurut Ellis dan Meho Tibbo tahap
ini dinamakan “Browsing”.

52
Berdasarkan pertanyaan wawancara yang peneliti ajukan
kepada informan, pada dasarnya cara informan dalam mencari
informasi sumber-sumber informasi itu sama, dan mereka
memulainya dengan cara mencari melalu platfrom online,
seperti linkin,jobstreet dan whatsapp grup. Berikut pernyataan
dari informan :

“untuk mencari informasi kerja itu biasanya caranya saya


dapat dari whatsapps grup dan teman”(informan pertama)

“untuk mencari informasi kerja pertama sih caranya pasti


mencari informasi dari kampus ya, karna kampus saya ini
menyediakan grup whatapps untuk menyebar lowongan kerja,
dan mungkin cara mencari informasi lainnya melalui teman
ya, sama mencari melalui platfrom online.”(informan kedua)

“kalo untuk mungkin cara saya lebih mencari melalui


platfrom online sih ya, kaya jobstreet, linkedin sama mungkin
dari whatapps grup.”(informan ketiga)

Jadi berdasarkan paparan pernyataan diatas, para informan


pada dasarnya lebih melakukan pencariannya dengan cara
menelusuri sumber informasi di platfrom online. Karena
dengan cara mereka mencari sumber informasi di platfrom
online, mereka bisa memilih dan mengatur informasi
perkerjaan dengan yang mereka minati.

Di lihat dari paparan pernyataan informan, para informan


menggunakan serta memanfaatkan platfrom online untuk

53
menelusuri sumber-sumber informasi kerja, berikut
peryataannya :

“ya betul, saya memakai platfrom online seperti linkdin,


joobstreen, Instagram dan facebook. Serta memanfaatkan
platfrom online”(informan pertama)

“pasti menggunakannya lah ya, karna sekarang udah


banyak platfrom online seperti joobstreet, linkdin, dan
memanfaatkannya ya, soalnya zaman sekarang teknologi
sudah canggih jadi sayang jika tidak dimanfaatkan”(informan
kedua)

“ya pasti menggunakannya dan memanfaatkan


banget”(informan ketiga)

d. Tahap pemilihan kualitas informasi


di era teknologi ini kita menjadi sangat mudah dalam
mendapatkan sebuah informasi, tetapi perlu kita sadari bahwa
tidak setiap informasi diciptakan dengan kualitas yang sama,
pemilihan kualitas menjadi keterampilan yang penting dalam
mencari infromasi, tidak hanya untuk para akademisi tetapi
juga untuk individu yang sedang mencari informasi, teerutama
para fresh graduate dalammencari nformasi pekrjaan.

Para ahli dalam bidang perilaku pencarin informasi seperti


Wilson, Kuhlthau, Ellis dan Meho Tibbo. Mereka memberi
tahap tersendiri dalam perilaku pencarian informasi, tahapnya
yaitu :

54
 Model kuhlthau tahap ini dinamai dengan
“formulation”
 Model Ellis dan Meho Tibbo menyebut tahap ini
dengan “Differintiating”

Berdasarkan penjelasan diatas dan pertanyaan yang peneliti


ajukan kepada informan, bahwa para informan pasti
melalukan tahap pemilihan kualitas informasi dengan cara
menentukan syarat serat kriteria tersendiri. Berikut pernyataan
narasumber atau informan :

“untuk pemilihan kalitas informasi ini caranya saya akan


melihat perusahaannya dulu nih apakah benar atau tidak
informasinya, dan yang terpenting itu mungkin kita bisa liat
sumbernya relevan atau tidak buat kita sih.”(informan
pertama)

“untuk pemilihan kualitas informasi mungkin caranya kita


mesti liat dulu ya dari sumbernya, dan mungkin kita bisa
mengukur relevan atau tidak nih informasinya, kita liat dulu
perusahaannya apakah beneran ada atau gimana. iya pasti
ada syarat dan kriterianya.”(informan kedua)

“kalo buat itu sih mungkin caranya saya bisa melihat lihat
dulu yah informasinya apakah cocok atau tidak dengan saya
yah ada banget sayarat sama kriterianya, soalnya saya sangat
pemilih dalam bidang pekerjaan.”(informan ketiga)

Jika ditarik lurus dari peryataan para informan yang


dipaparkan diatas, pada dasarnya cara mereka dalam memilih

55
kualitas informasi itu dengan cara memastikan serta
menanyakan suber informasi yang menyebarkannya, seperti
menyamakan alamat domain perusahaan dengan alamat
domain sumber yang menyebarkan informasi, hingga
menanyakan terperca atau tidaknya akun social media yang
menyebarkan informasi, dan untuk informasi yang kulitasnya
terpercaya menurut para informan informasi tersebut pasti
datangnya dari grup whatapps kampus.

e. Tahap pemantauan informasi yang diminati


Dengan begitu banyaknya informasi yang tersedia, tahap
dari perilaku pencarian informasi tidak hanya mencari dan
memilih informasi tetapi ada tahap dimana seseorang harus
memantauan informasi, dengan pemantauan informasi
seseorang akan terus mendapatkan informasi yang uptodate.
Dalam tahap ini ada beberapa model menurut para ahli
dengan nama tahapan yang berbeda tatapi memiliki definisi
yang sama, seperti menurut Wilson tahapan untuk pemantauan
informasi itu disebut “ Pencarian pasif ”, dan menurut Ellis
dan Meho Tibbo tahapan itu disebut “Monitoring”
Berdasarkan pertanyaan yang peneliti sampaikan kepada
fresh graduate, bahwa fresh graduae melakukan pemantauan
informasi kerja serta memiliki cara khusus dalam memantau
informasi yang mereka minati. Berikut pernyataan narasumber
atau informan:

56
“untuk saya pribadi tentunya pasti up to date ya, dengan
cara melihat-lihat social media yang meyediakan lowongan
atau peluang kerja yang saya minati.”(informan pertama)

“iya pasti saya selalu memantau atau uptodate, kalo saya


sih caranya lebih ke monitoring email ya, karena jika sudah
masuk dalam tahap selanjutnya dalam melamar kerja kita
harus selalu uptodate dengan email.”(informan kedua)

“oh itu sangat uptodate yah saya, cara khususnya mungkin


lebih sering aja ya dalam memantaunya, seperti sering-sering
melihat email dan notofikasi dari platfrom online
gitu.”(informan ketiga)

Berdasarkan peryataan informan seperti di atas, maka


dalam tahap pemantauan informasi, ketiga informan memiliki
cara khusus yang hampir sama dalam memantau sebuah
informasi yang diminati, yaitu dengan cara lebih sering
memantau email dan sosial media, untuk memantau email
ketiga informan berpendapat sama, bahwa jika kita sudah
masuk ketahap yang lebih lanjut dalam melamar pekerjaan,
dipastikan mesti terus memantau email supaya terus uptodate
dan tidak tertinggal informasi.

f. Tahap memilih salah satu infromasi dari sumber informasi


Dalam proses mendapatkan informasi, kita tidak cukup
dangan memilih mencari, tetapi juga harus bisa memilih
informasi dengan cerdas, dengan munculnya informasi
didalam patfrom-platfrom online dan sosial media, maka kita

57
harus kritis dalam memilih salah satu informasi yang menurut
kita penting dari sumber informasi.

Dalam model perilaku pencarian informasi, ada tahap


dimana seseorang harus memilih salah satu informasi yang
penting dalam sumber informasi. Dalam model Ellis tahap ini
dinamakan Ekstracting, karena dalam tahap ini dimana
seseorang mengidentifikasi secara selektif bahan atau
informasi yang relevan dari sumber informasi . begitupun
dengan model Meho Tibbo tahap ini dinamakan sama dengan
model Ellis, karena pada dasarnya model Meho Tibbo hanya
memodifikasi dan menjadikan model Ellis lebih detai dalam
tahap perilaku pencarian seseorang.

Dengan adanya tahap memilih salah satu informasi yang


penting dari sumber informasi, maka seseorang mesti memiliki
caranya tersendiri untuk dapat menentukan informasinya.

Begitupun dengan informan yang peneliti wawancarai,


kedua informan berpendapat memiliki cara tersendiri dalam
memilih salah satu informasi yang penting dari sumber
informasi. berikut peryataan informasn :

“mungkin caranya kita mesti melihat informasi tersebut,


atau bisa juga kita menanyakan kepada teman kita yang
sudah bekerja di tempat yang kita dapat informasi lowongan
kerja.”(informan kedua)

58
“mungkin cara saya akan memcari lebih dalam pada
informasi yang telah saya tentukan dengan cara menanyakan
kepada teman atau kerabat.”(informas pertama)

Akan tetapi informan pertama tidak memiliki cara


tersendiri dalam memilih salah satu informasi dari sumber
informasi, tapi informan pertama lebih memastikan kevalidan
informasi tersebut. Berikut pernyataanya :

“mungkin cara saya sih lebih memilih lowongan kerja


yang sesuai dengan bidang saya ya.”(informan ketiga)

Dengan peryataan yang peneliti dapatkan dari ketiga


informan tersebut, kedua informan memiliki cara tersendiri
dalam memilih salah satu informasi dari sumber informasi,
Mereka lebih menentukan dengan bidang atau minat mereka
sendiri, karena dalam satu sumber informasi terdapat banyak
informasi dengan berbagai bidang. Berbeda dengan informan
yang pertama, dia tidak memiliki cara untuk memilih salah
satu informasi dari sumber informasi karena dia tidak terpaku
dengan satu bidang, oleh karena itu cara informan pertama
lebih kepada memastikan kevalidan dari informasi tersebut.

g. Tahap memeriksa atau memastikan informasi yang telah


ditemukan
Dalam dunia modern yang penuh dengan informasi yang
mudah diakses, kemampuan untuk memeriksa dan memastikan
informasi yang telah ditemukan menjadi semakin penting. Kita
seringkali dihadapkan pada banyak informasi dari berbagai

59
sumber, tetapi tidak semua informasi tersebut dapat diandalkan
atau akurat. Oleh karena itu, keterampilan untuk memeriksa
dan memastikan informasi adalah hal yang krusial dalam
menjaga akurasi pengetahuan kita dan menghindari penipuan.

Dalam tahap memastikan informasi, hanya ada dua model


perilaku pencarian informasi dari model-model yang
digunakan dipenelitian ini yang menggunakan tahap
memastikan informasi, kedua model ini yaitu Ellis dan Meho
Tibbo, dalam kedua model ini mereka menyebutkan bahwa
dimana tahap ini merupakan kegiatan pengecekan keakuratan
informasi yang ditemuakn atau yang telah ditemukan, serta
dalam tahap ini seseorang akan mengecek informasi tersebut
apakah sudah sesuai dengan keingiannya atau tidak.

Sesuai yang telah peneliti tanyakan, ketiga informan


menyatakan bahwa mereka pasti melakukan pemeriksaan pada
informasi yang mereka tentukan, dan ketiga informan tersebut
juga menyatakan mempunyai cara tertentu dalam memeriksa
informasi yang sudah ditentukan. Berikut peryataan
infromasn:

“memastikan kebenaran informasi tentunya cara saya


banyak bertanya kepada teman-teman saya, dan mungkin cara
tententu lainnya langsung menghubungi kontak person yang
terlampir di dalam informasi lowongan kerja
tersebut.”(informan pertama)

60
“caranya kalo untuk informasi dari sosial media, mungkin
bisa liat dari akun-akunnya apakah bener atau akun bodong,
dan cara tententu lainnya mungkin bisa juga sih nanya sama
temen”(informan kedua)

“caranya saya lebih ke memeriksa dulu kualitas akun yang


menyebarkan informasi pekerjaan, dan kalo untuk
menanyakan kebenarannya kepada teman atau keluarga saya
sih”(infroman ketiga)

Dilihat dari ketiga peryataan informan, bahwa ketiga


informan memiliki cara tertentu untuk memeriksa informasi
yang sama yaitu dengan cara menanyakan kepada teman atau
keluarga dan mungkin bisa langsung menghubungi sumber
yang menyebarkan infromasi tersebut.

h. Tahap interaksi pengguna dengan sistem informasi


di zaman ini teknologi terus berkembang, interaksi manusia
dengan sistem informasi telah mengalami perubahan yang
derastis, sistem informasi yang meliputi berbagai platfrom
menjadikan sistem informasi kebiasaan dalam sehati-hari.
Oleh karena itu interaksi seseorang dengan sistem informasi
adalah kenyataan yang tek bisa kita hindarkan dalam dunia
yang semakin terhubung, sistem informasi memungkinkan
akses informasi yang lebih cepat dan luas.

Dalam tahap ini, hanya satu model dari ketiga model


perilaku pencarian informasi yang menggunakan tahap
interaksi pengguna dengan sistem informasi, dalam tahap ini

61
hanya model kuhlthua yang menggunakan tahap ini, tahap dari
model kuhlthau ini disebut Collection, yaitu dimana tahap
interaksi antara pengguna dan sistem informasi sangat efektif
dan efisien.

Dengan adanya tahap tersebut peneliti bisa mengetahui


apakah informan menggunakan sistem informasi dan
bagaimana informan mengatur waktu dalam menggunakan
sistem informasi , berikut peryataan dari ketiga informan :

“betul, saya selalu menggunakan sistem informasi, saya


menggunakan sistem informasinya siang atau
malam.”(informan pertama)

“pastil ah, kalo kita engga pakai alat pencarian informasi


kaya udah bukan zamannya, karna sekarang zamannya
teknologi, saya pasti senin pagi tuh atau senin siang karena
pasti ada aja lowongan baru, terutama ngindarin aktu-waktu
malam ”(informan kedua)

“ya saya selalu menggunakan sistem informasi, biasanya


saya menggunakan sistem informasi pagi ya kalo saya, jadi
setiap hari di pagi hari kecuali sabtu dan minggu
ya.”(informan ketiga)

Sesuai dengan peryataan ketiga informan tersebut,


ketiganya menggunakan sistem informasi dan memiliki cara
pengaturan yang hamper sama, seperti informan kedua dan
ketiga, mereka menyatakan bahwa mereka menggunakan
sistem informasi diwaktu pagi dan siang. Karena pada

62
dasarnya informasi kerja dan perbaharuan informasi kerja oleh
platfrom online atau sosial media pasti dilakukan diwaktu pagi
atau siang pada hari masuk kerja.

i. Tahap mengakses atau menggali lebih dalam informasi


(Accessing)
Dalam era informasi yang canggih ini, mengakses
informasi telah menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Namun,
apa yang seringkali terlihat di permukaan hanyalah sebagian
kecil dari potensi yang dapat kita temukan dalam dunia
informasi. Bukan hanya penting bagi para peneliti dan
akademisi, tetapi juga bagi semua orang yang ingin
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

Dalam tahap ini model Meho Tibbo menyebutnya dengan


tahap Accessing, Meho Tibbo menyebutkan para pencari
informasi harus dapat mengakses bahan atau sumber informasi
yang dibutuhkannya. Seringkali, terjadi masalah akses ke
informasi yang dibutuhkan baik karena langka dan sulit
ditemukan, atau akses berbayar untuk mendapatkan sumber
informasi yang dibutuhkan.

Jadi berdasarkan penjelasan Meho Tibbo, peneliti


menanyakan bagaimana informan dapat mengakses ke
informasi tersebut dan apakah informan berlangganan dengan
platfrom berbayar. Berikut peryataannya :

“mungkin cara saya lebih menanyakan terlebih dahulu


kepada teman atau seseorang yang mengetahui informasi

63
tersebut, seperti menanyakan link atas situs web tersebut atau
menanyakan platfrom apa yang dipakai, kalo yang berbayar
sih engga ya, saya ga sampe berbayar.”(informan pertama)

“caranya menanyakan kepada teman ya mungkin, saya


paling saya nanya kepada dosen sih, soalnya mereka sering
menyebarkan informasi kerja, kalo platfrom berlangganan sih
saya ga sampe berlangganan ya, karna mungkin informasi
informasi masih bisa saya dapetkan sendiri. ”(infroman
kedua)

“kalo saya sih mungkin kebanyakan caranya ya melalui


whatsapps grup dan platfrom-platfrom online ya, karena lebih
mudah diakses. oh tidak, karna saya masih bisa dapat
informasi dengan tidak berlangganan.” (informan ketiga)

Dilihat dari ketiga peryataan informan, bahwa ketiga


informan memiliki cara untuk mengakses informasi yaitu
dengan cara menanyakan kepada teman atau keluarga, dan
ketiga informan sama sekali tidak berlangganan pada platfrom
manapun, karena ketiga informan ini masih merasa bisa
mendapatkan informasi kerja dengan tidak berbayar.

j. Tahap komunikasi atau hubungan antara sesama pencari


informasi (Networking)
Komunikasi antara pencari informasi memungkinkan
pertukaran wawasan dan pandangan. Di era media sosial,
forum online, dan grup diskusi, individu memiliki platform
untuk berbicara tentang minat dan pengetahuan mereka.

64
Meho Tibbo menjelaskan dalam tahap ini merupakan
kegiatan yang terkait dengan komunikasi, dan menjaga
hubungan yang erat dengan sejumlah orang seperti teman,
kolega, dan intelektual yang mengerjakan topik serupa.

Model Meho Tibbo menjadi satu-satunya model yang


menggunakan tahap networking dari ketiga model yang
peneliti pilih, karena model ini lebih menjelaskan detai dari
perilaku seseorang dalam mencari informasi.

Namun walaupun haya model Meho Tibbo yang


menggunakan tahap ini, tetapi semua informan berpendapat
bahwa mereka melakukan tahap ini. Berikut peryatannya :

“kalo saya sih lebih ke memanfaatkan profle online saya


ya, karena saya sering berada didiskusi online, atau cara
memanfaatkan lainnya mungkin bisa bertanya tanya kepada
teman atau keluarga ya. sepertinya tidak ada ya, paling kita
harus jaga attitude si pas bertanya soal informasi
pekerjaan.”(informan pertama)

“saya selalu miminta bantuan sih sama temen apalgi sama


sodara, pendekatan khusus sih kayanya engga ya, mungkin
lebih ke sopan ya dalam pedekatannya.”(informan kedua)

“caranya memanfaatkannya sih mungkin sama yah nanya-


nanya aja gitu, kaya nanya informas kerja dan menanyakan
kebenaran informasi kerja, kayanya sih tidak ya, karna
kebanyakan saya memanfaatkan jaringan social saya yang

65
memang sudah dekat dan mungkin jaga etika aja
yah.”(informan ketiga)

Sesuai dengan pertanyaan peneliti, ketiga informan


berpendapat bahwa cara meraka memanfaatkan jariangan
sosialnya dengan cara meminta bantuan atau meminta
informasi kerja, dan untuk pedekatan khusus ketiga informan
menyatakan tidak ada pendekatan khusus dalam memperoleh
informasi kerja dari jariangan sosialnya, dan menurut ketiga
informan dalam memperoleh informasi sebaiknya untuk
menjaga etika atau bersikap sopan. Dalam kesimpulannya,
komunikasi adalah jembatan yang menghubungkan pencari
informasi dalam era digital yang terkoneksi. Kemampuan
untuk berbagi, berdiskusi, dan berkolaborasi membantu dalam
memperluas pemahaman, membagikan informasi yang
berharga, dan membangun hubungan yang bermanfaat.
Meskipun komunikasi dapat memberikan banyak manfaat,
tetap penting untuk menjaga etika dalam berkomunikasi.

k. Tahap akhir dari pencarian informasi (Ending)


Dalam proses pencarian informasi, tahap akhir menjadi
tonggak penting yang memungkinkan kita untuk mengolah,
menganalisis, dan menyebarkan pengetahuan yang telah
ditemukan. Setelah melewati rangkaian tahap dari perencanaan
hingga pencarian, tahap akhir ini melibatkan transformasi
informasi mentah menjadi pemahaman yang berarti, dan
akhirnya membagikan wawasan tersebut kepada orang lain.

66
Dalam tahap ini model Wilson, dan Meho Tibbo tidak
menggunakannya, dan untuk tahap ini hanya model Ellis dan
kuhlthau lah yang menggunakannya, model Ellis menamainya
dengan tahap ending. Menurut Ellis Ending merupakan
tahapan terakhir dalam perilaku pencarian informasi.
Pencarian informasi bisa dianggap selesai apabila informasi
yang diinginkan sudah didapatkan dan sudah terpenuhi. Dan
untuk tahap dari model kuhlthau disebut dengan Presentation,
yaitu tahapan dimana ada perasaan lega, perasaan puas ketika
pencarian berjalan dengan baik.

Berdasarkan pertanyaan yang peneliti tanyakan, hanya satu


informan lah yang tidak melakukan tahap ini. Berikut
peryataannya :

“biasanya sih saya simpan sendiri ya, tapi jika ada yang
nanya baru saya kasih tau.”(informan pertama)

Informan pertama tidak mempresentasikan atau


membagikan hasil informasi yang telah ia dapatkan kepada
orang lain, karena menurutnya lebih baik disimpan sendiri
untuk masa yang akan datang.

Berbeda dengan yang kedua informan lainnya, mereka pasti


menyebarkan atau mempresentasikan hasil dari pencarin
informasinya tersebut. Berikut peryataan kedua informan :

“kalo untuk memberitahukan informasi atau nyebarin


informasi pasti ya, walaupun nantinya kita akan
bersaing.”(informan kedua)

67
“oh kalo itu sih pasti yah, pasti saya kasih tauin kepada
teman-teman saya, ya walaupun mungkin akan jadi saingan
dalam kerja ya.”(informan ketiga)

menurut kedua informan ini kenapa mereka melakukan


tahap menyebarkan atau mempresentasikan informasi karena
menurtnya suatu kebanggaan tersendiri bisa membantu orang
lain dalam mencari informasi kerja, karena proses berbagi
pengetahuan juga memungkinkan individu untuk memperluas
dampak wawasan mereka dan memberikan kontribusi dalam
jaringan sosialnya.

l. Tahap dimana sudah mendapatkan informasi dan


menyimpan informasi (Information Managing)
Dalam pencarian informasi, tahap dimana kita telah
mendapatkan dan menyimpan informasi, juga dikenal sebagai
tahap pengelolaan informasi, merupakan saat penting dalam
proses menemukan wawasan yang berarti. Di era di mana
informasi melimpah, kemampuan untuk mengelola informasi
yang telah ditemukan adalah keterampilan yang semakin
penting.

Dalam tahap hanya model Meho Tibbo lah yang


menggunaknnya, menurut Meho Tibbo dalam tahap ini
merupakan kesadaran akan pentingnya pengarsipan dan
pengorganisasian informasi yang telah didapatkan sehingga
dapat digunakan kembali dimasa mendatang apabila
dibutuhkan.

68
Tetapi hanya satu informan yang melakukan tahap ini,
berikut peryatannya :

“kalo itu sih saya lebih mengelola ya, tapi mungkin di


simpan dilaptop jadi tidak benar-benar mengelalo hanya
menyimpan sementara seperti link-link untuk megirim
lamaran pekerjaan dan menyimpan email yang sudah siap
dikirim.” (informan ketiga)

Menurut informan ketiga, dia hanya melakukan


penympanan informasi, tidak sampai mengelola dan mengatur
informasi kerja yan gtelah iya dapatkan.

Dan untuk kedua informan lainnya mereka tidak


mengelolanya. Berikut peryatannya dari kedua informan:

“oh kalo itu sih engga, mungkin saya cuman menyimpan


link informasi tersebut tapi tidak sedetail itu mengelola
informasinya.”(informan pertama)

“kalo gitu sih engga ya, paling saya misahkan atau kaya
nandain kaya “kita melamar keperusahaan ini tanggal segini
dan harus cek lagi tanggal segini” jadi kaya biar inget aja
sih.(informan kedua)

Mereka tidak melakukan tahap pengelolaan dikarenakan


menurut mereka tidak perlu, kedua informan ini hanya
melakukan penyimpanan sementara dimana nantinya
informasi ini akan dia gunakan, seperti menyimpan email yang
sudah siap dan tinggal dikirim keperusahaan.

69
70
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan membahas hasil dari penelitian yang


telah diambil oleh peneliti yang sebelumnya telah dijelaskan pada
bab sebelumnya. Berikut hasil pembahasan terkait penelitian
mengenai perilaku pencarian informasi fresh graduate Politeknik
Meta Industri dalam mencari informasi pekerjaan yang akan
dikaitkan dengan teori yang ada.

A. Perilaku pencarian informasi Fresh graduate Politeknik


Meta Industri

Kebutuhan informasi merupakan informasi yang


dibutuhkan seseorang untuk memenuhi pekerjaan, penelitian,
kepuasan rohaniah, pendidikan, dan lainnya yang mana
setiap individu akan didorong untuk berinteraksi dengan
berbagai sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan
informasinya. Menurut Wilson terdapat kebutuhan personal
yang dibagi menjadi tiga kategori sehingga memunculkan
kebutuhan informasi (Widiyastuti, 2016, hlm. 15). Maka dari
itu jika dikaitkan dengan definisi kebutuhan informasi, maka
kebutuhan informasi lah yang mendasari setiap individu
melakukan proses pencarian informasi untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut.

Pada penelitian ini, bahwa berdasarkan hasil temuan maka


penulis akan membahas perilaku pencarian informasi fresh

71
graduate. Berdasarkan hasil yang diperoleh para informan
menunjukkan perilaku informasi model Ellis dan Meho
Tibbo. Berikut hasil pembahasan terkait penelitian mengenai
perilaku pencarian informasi fresh graduate Politeknik Meta
Industri dalam mencari informasi pekerjaan.

1. Model Perilaku Pencarian Informasi Ellis

Perilaku pencarian informasi fresh graduate


Politeknik Meta Industri dalam mencari informasi
pekerjaan diawali dengan tahap starting, yaitu dimana
tahapan awal atau tahap pertama yang akan dilakukan
oleh fresh graduate Politeknik Meta Industri dalam
mencari informasi pekerjaan, starting merupakan
permulaan dalam mencari informasi, kegiatan ini
bersifat mengidentifikasi referensi yang dijadikan batu
loncatan untuk menelusuri informasi-informasi yang lain
(Purnama, 2021, hlm. 17). Hal ini sesuai dengan
pernyataan informan Bayu dan Daffa dimana mereka
akan memulai tahap awal yaitu dengan langsung
mencari referensi atau informasi terlebih dahulu untuk
menjadi batu loncatan lalu mempersiapkan CV dan
dokumen-dokumen untuk melamar pekerjaan,

Tahap yang kedua yaitu yaitu chaining merupakan


tahap dimana fresh graduate mencocokan antara
informasi yang didapat dalam proses starting dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Chaining ini bisa juga

72
digunakan melalui smartphone dengan menelusuri
jurnal-jurnal yang sudah ditulis oleh orang lain. Setelah
melihat jurnal tersebut identifikasi kutipan literaturnya
dan setelah melihat kutipan literatur tersebut akan
didapatkan sumber literatur yang dekat dan sampai
kepada sumber aslinya (Purnama, 2021, hlm. 18).
Sebagaimana kutipan di atas konsep chaining ini sama
dengan seorang fresh graduate dalam mencari
pekerjaan, dimana ia mencari informasi-informasi
lowongan pekerjaan melalui website-website dan lalu
mengidentifikasi sumber informasi yang telah
menyebarkannya, hal ini terbukti dalam hasil wawancara
bahwa Bayu akan mencari informasi dari web-web lalu
menyamakan dengan web resmi perusahaan yang
menyebar informasi tersebut, begitupun dengan Daffa, ia
membuat mengatakan bahwa pastinya dia akan
menelusuri web-web sumber informasi dan memastikan
kebenarannya dengan bertanya kepada teman atau
kerabat.

Tahap ketiga yaitu tahap browsing dimana tahap ini


sudah pasti para informan melakukan tahapan tersebut,
karena proses penelusuran sumber-sumber informasi
tidak hanya sekedar mencari sumber informasi semata,
namun proses penelusuran sumber informasi merupakan
sebuah proses untuk membentuk pandangan dan
mengembangkan pengetahuan. Dalam hal ini pencari

73
informasi bisa melakukan browsing dengan melihat
secara umum sumber informasi yang sudah tertera
(Purnama, 2021, hlm. 18). Seperti yang dilakukan oleh
Daffa dan Bayu melalui wawancara bahwa mereka
biasanya mencari informasi pekerjaan melalui informasi
yang diberikan oleh kampus dan temannya.

Tahap keempat dalam model perilaku pencarian


informasi adalah differentiating, merupakan kegiatan
yang dilakukan dalam pemilihan informasi yang sudah
diperoleh. Pemilihan informasi dan kualitas informasi ini
bisa dilakukan dengan pengetahuan dan informasi-
informasi yang sudah didapat sebelumnya, dimana
dalam tahap ini adalah suatu kegiatan dalam
penyaringan kualitas dari informasi tersebut sehingga
menghasilkan informasi yang relevan dan valid sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pencari informasi
tersebut (Purnama, 2021, hlm. 19). Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh Bayu dan Daffa melalui wawancara, pada
intinya mereka biasa nya akan melihat terlebih dahulu
dan memahami isi informasinya apakah cocok dan
relevan atau tidak dengan yang ia inginkan. Fresh
graduate mengaku bahwa ia kan memilih sumber
informasi yang relevan untuk dirinya dengan cara
melihat dan memahami informasi tersebut.

Selanjutnya yaitu tahap kelima, tahap monitoring


dimana fresh graduate melihat atau memantau

74
perkembangan yang terjadi dalam topik yang ingin
diketahui oleh pencari informasi, kegiatan ini juga bisa
dilakukan dengan mengikuti perkembangan sumber,
baik melalui sumber online maupun offline, menurut
Ellis monitoring yaitu merupakan kegiatan dalam
membaca dan melihat perkembangan jurnal. Seperti
ketika pencari informasi sudah mendapatkan informasi
melalui artikel ataupun jurnal maka pencari informasi
tersebut akan melihat perkembangan informasi tersebut
dengan terbitan-terbitan jurnal-jurnal terbaru dengan
topik yang sama (Ellis & Cox, 1993, hlm. 362). Hal ini
sesuai dengan perkataan informan Bayu dalam
wawancara, yaitu dia akan memantau media sosial yang
menyediakan informasi lowongan pekerjaan, begitupun
dengan Daffa, dia selalu memeriksa media online dan
email untuk selalu update.

Tahap keenam dalam perilaku pencarian informasi


model Ellis yaitu extracting, kegiatan yang dilakukan
pencari informasi dengan melanjutkan pencarian secara
mendalam dan detail dalam sumber-sumber yang sudah
disaring dan dimonitoring (Purnama, 2021, hlm. 19). Hal
ini sesuai dengan yang dilakukan oleh informan, tetapi
hanya dua informan yang melakukan tahap ini, Daffa
mengatakan bahwa ia akan lebih fokus ke informasi
yang ia tentukan dengan cara menanyakan informasi
lowongan pekerjaan yang telah ia dapatkan kepada

75
teman yang telah bekerja pada pekerjaan tersebut,
begitupun dengan Bayu yang menyatakan bahwa ia akan
melanjutkan pencarian secara mendalam dengan sasaran
informasi yang telah dia tentukan. Pada tahap ini kedua
fresh graduate melakukan pencarian mendalam pada
informasi yang telah dia tentukan dengan cara
menanyakan kepada teman atau kerabat. Tahap
selanjutnya yaitu tahap verifying dalam tahap ini
seseorang akan mengecek kembali informasi yang sudah
didapatkan, selain itu seseorang juga akan memilih data
yang sesuai dengan apa yang ingin dicarinya. Prinsipnya
tahapan ini adalah mengecek data apakah data tersebut
sudah sesuai dengan keinginan apakah tidak sesuai
dengan keinginan dari pencari informasi tersebut
(Fathurrahman, 2016, hlm. 89) . Bayu dan Daffa
mengatakan bahwa mereka akan selalu memeriksa
informasi yang telah dia tentukan dengan cara
menanyakan kepada teman dan keluarga, agar tidak
mengalami penipuan dalam melamar pekerjaan. Tahap
terakhir yaitu ending, tahap ending ini hanya ada dalam
model perilaku pencarian informasi Ellis. Dalam proses
pencarian informasi, tahap akhir menjadi tonggak
penting yang memungkinkan kita untuk mengolah,
menganalisis, dan menyebarkan pengetahuan yang telah
ditemukan. Setelah melewati rangkaian tahap dari
perencanaan hingga pencarian, tahap akhir ini
melibatkan transformasi informasi mentah menjadi

76
pemahaman yang berarti. Ending merupakan tahapan
terakhir dalam perilaku pencarian informasi model Ellis.
Pencarian informasi bisa dianggap selesai apabila
informasi yang diinginkan sudah didapatkan dan sudah
terpenuhi (Fathurrahman, 2016, hlm. 89). Seperti yang
dikatakan oleh informan Bayu bahwa dia telah
mendapatkan informasi dan mempunyai pemahaman
baru akan informasi lowongan pekerjaan sehingga
pemahaman tersebut bisa dipakai untuk masa yang akan
datang.

2. Model Perilaku Pencarian Informasi Meho dan


Tibbo

Dalam model ini, satu informan yaitu Erika yang


hanya menunjukan bahwa ia melakukan perilaku
pencarian informasi menggunakan model Meho Tibbo.
Meho Tibbo berpendapat bahwa dunia informasi saat ini
hampir keseluruhan telah diubah oleh Internet.
Karenanya, pembaharuan akan studi baru mengenai
penggunaan dan kebutuhan informasi saat ini penting
untuk dilakukan. Pentingnya pembaruan studi tersebut
disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi informasi
yang menyebabkan bergesernya pola pencarian
informasi menggunakan sistem informasi. Adapun studi
awal yang dilakukan Ellis kepada ilmuwan sosial
dilakukan sebelum pengembangan World Wide Web
(WWW). Berbeda dengan kondisi saat ini dimana

77
penggunaan world wide web telah banyak digunakan,
sehingga Meho Tibbo mengadaptasi model Ellis dan
memodifikasinya menjadi lebih kepada perilaku
pencarian informasi melalui internet.

Dalam model ini Meho Tibbo menemukan deskripsi


yang lebih lengkap tentang proses pencarian informasi
ilmuwan sosial yang mencakup empat fitur tambahan
selain yang diidentifikasi oleh Ellis dan menambahkan
fitur-fitur barunya yaitu accessing, networking, verifying
dan information managing. Akan tetapi dalam model
Meho Tibbo ini lebih menunjukan perilaku pencarian
informasi melalui media online yaitu internet, sehingga
dalam hal ini definisi-definisi dari setiap tahapan akan
sedikit berbeda tetapi hampir memiliki makna yang
sama.

Tahap awal pada model Meho Tibbo ini yaitu


starting, berbeda dengan model Ellis dengan langsung
menentukan topik pertama untuk menjadi batu loncatan,
tetapi menurut Meho Tibbo aktivitas awal dalam
memulai kegiatan pencarian informasi. Kegiatan
starting biasa dimulai dengan penentuan topik dari
informasi yang menjadi kebutuhan dengan mencari
beberapa literatur primer dan sekunder. Selain itu,
biasanya seseorang akan mulai mempersiapkan kata
kunci (keyword) yang akan digunakan untuk mencari
informasi yang dibutuhkan (Meho & Tibbo, 2003, hlm.

78
578). Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Erika,
bahwa ia akan mempersiapkan diri terlebih dahulu untuk
mengetahui topik dan informasi lowongan pekerjaan apa
yang ia butuhkan, tahap selanjutnya yaitu tahap chaining
Dalam chaining, biasanya dilakukan dengan mengikuti
referensi (catatan kaki daftar pustaka) pada dokumen,
baik buku atau jurnal yang telah dibaca. Selain itu,
terkadang seseorang juga dapat bertanya langsung pada
teman, kolega (Meho & Tibbo, 2003, hlm. 579). Dalam
tahap ini fresh graduate mulai menghubungkan antara
informasi yang didapat pada saat melakukan staring
dengan pengetahuan yang ia punya, dalam tahap ini
fresh graduate lebih memilih sumber informasi melalui
media online, hal ini dibuktikan pada hasil wawancara
bahwa Erika mengatakan pada tahap ini ia akan
melakukan kegiatan membuat akun-akun platform
online untuk mencari informasi,

Selanjutnya tahap dalam model perilaku pencarian


Meho Tibbo yaitu browsing kegiatan pencarian
informasi dari berbagai sumber baik pada sumber primer
maupun sekunder. Pada pencarian informasi melalui
sumber online, dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin pencari (search engine), atau dapat pula dilakukan
dengan melakukan penelusuran pada katalog online,
indeks dan abstrak, sumber daya web, dan referensi
lainnya yang dapat ditemukan (Meho & Tibbo, 2003,

79
hlm. 580). Pada tahap ini fresh graduate melakukan
pencarian informasi lowongan pekerjaan melalui media
online. Hal ini dibuktikan bahwa Erika akan melakukan
pencarian informasi lowongan kerja melalui
jobstreet,linkedin dan website-website tertentu, karena
menurut Erika mencari informasi pekerjaan lebih mudah
karena dapat menentukan lowongan pekerjaan yang dia
inginkan. Tahap keempat yaitu differentiating dalam
tahap ini fresh graduate melakukan aktivitas memilih
informasi yang sudah diperoleh dari tahap browsing agar
informasi didapatkan sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan fresh graduate sehingga fresh graduate tau
kualitas informasi-informasi yang didapatkan. Sesuai
yang dikatakan oleh informan dari hasil wawancara,
bahwa para informan pasti melakukan tahap pemilihan
kualitas informasi dengan cara menentukan syarat serat
kriteria tersendiri. Seperti yang dikatakan oleh Erika,
bahwa dia akan melihat kriteria dalam lowongan
pekerjaan karena dia ingin menyesuaikan kriteria
lowongan pekerjaan dengan kemampuannya. Kemudian
tahap monitoring, kegiatan pemantauan pada
perkembangan informasi yang menjadi minat atau
perhatian seseorang melalui interaksinya dengan
berbagai sumber (Meho & Tibbo, 2003, hlm. 580).
Dalam tahap ini fresh graduate menyadari bahwa akan
ada informasi pekerjaan terbaru dari web dan platform
yang telah digunakan, sehingga fresh graduate akan

80
melakukan pemantauan dalam website tertentu dan
platform-platform online yang telah digunakan dalam
mencari informasi lowongan kerja pada tahap browsing.
Hal ini dibuktikan pada wawancara, Erika mengatakan
bahwa ia akan terus update dengan cara melakukan
pengaktifan notifikasi atau pengingat pada web dan
platform online yang dapat disambungkan dengan email
maupun dengan platform online itu sendiri agar selalu
bisa memantau perkembangan informasi yang
diinginkan. Selanjutnya tahap keenam adalah extracting
kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
mengidentifikasi secara selektif bahan atau informasi
yang relevan dari sumber informasi yang ditemukan
(Meho & Tibbo, 2003, hlm. 582). Pada tahap ini fresh
graduate akan melakukan analisis pada informasi yang
telah dia tentukan. Informan Erika mengungkap bahwa
ia akan lebih memahami isi akan informasi lowongan
pekerjaan tersebut agar mendapatkan informasi yang
relevan. Berikutnya yaitu tahap ketujuh accessing Dalam
era informasi yang canggih ini, mengakses informasi
telah menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Namun, apa
yang seringkali terlihat di permukaan hanyalah sebagian
kecil dari potensi yang dapat kita temukan dalam dunia
informasi. Bukan hanya penting bagi para peneliti dan
akademisi, tetapi juga bagi semua orang yang ingin
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Accessing merupakan kegiatan dimana seseorang akan

81
terus mengakses informasi dari sumber informasi yang
telah ditentukannya. Sumber informasi yang dimaksud
disini yaitu seperti jobstreet dan linkedin, karena fresh
graduate dapat dengan mudah mengakses informasi
pekerjaan, Erika menyatakan bahwa jobstreet, linkedin
adalah platform online yang menyediakan lowongan
pekerjaan yang dapat diakses dengan mudah hanya
dengan memasukan identitas diri dan memasukan
bidang pekerjaan yang dicari maka akan muncul
rekomendasi pekerjaannya. Tahap kedelapan yaitu
verifying, Dalam dunia modern yang penuh dengan
informasi yang mudah diakses, kemampuan untuk
memeriksa dan memastikan informasi yang telah
ditemukan menjadi semakin penting. Kita seringkali
dihadapkan pada banyak informasi dari berbagai
sumber, tetapi tidak semua informasi tersebut dapat
diandalkan atau akurat. Oleh karena itu, keterampilan
untuk memeriksa dan memastikan informasi adalah hal
yang krusial dalam menjaga akurasi pengetahuan kita
dan menghindari penipuan. pada tahap ini verifying
merupakan kegiatan pengecekan keakuratan informasi
yang telah ditemukan. Dalam penelusuran melalui
internet, sumber informasi yang tersebar begitu
melimpah, karenanya pengecekan ini penting dilakukan
guna mendapatkan informasi yang paling tepat (Meho &
Tibbo, 2003, hlm. 582). Hal ini dibuktikan pada
wawancara bahwa Erika mengatakan, ia akan selalu

82
mengecek kualitas sumber informasi yang telah
menyebarkan informasi tersebut dengan cara
menanyakan kepada teman atau keluarga. Selanjutnya
tahap kesembilan adalah tahap networking, komunikasi
antara pencari informasi memungkinkan pertukaran
wawasan dan pandangan. Di era media sosial, forum
online, dan grup diskusi, individu memiliki platform
untuk berbicara tentang minat dan pengetahuan mereka.
Networking merupakan kegiatan yang terkait dengan
komunikasi, dan menjaga hubungan yang erat dengan
sejumlah orang seperti teman, kolega, dan intelektual
yang mengerjakan topik serupa. Selain dalam hal
komunikasi, juga dapat berupa sharing atau berbagai
informasi (Meho & Tibbo, 2003, hlm. 582). Hal ini
ditunjukan dari pernyataan informan Erika. bahwa ia
akan menjaga hubungannya, baik dengan teman ataupun
kerabat karena dengan menjaga hubungan itu ia
mendapatkan manfaatnya tersendiri, manfaat yang
dimaksud yaitu seperti selalu mendapatkan informasi
pekerjaan melalui hubungan-hubungan yang ia jaga
tersebut, tidak hanya mendapatkan informasi pekerjaan
tetapi dengan adanya hubungan erat dengan teman atau
kolega kita juga bisa menanyakan kebenaran dari
informasi pekerjaan yang kita dapatkan agar tidak
mengalami hal yang tidak diinginkan. Tahap terakhir
dari model perilaku pencarian informasi Meho Tibbo
yaitu information managing merupakan kesadaran akan

83
pentingnya pengarsipan dan pengorganisasian informasi
yang telah didapatkan sehingga dapat digunakan
kembali dimasa mendatang apabila dibutuhkan (Meho &
Tibbo, 2003, hlm. 582). Informan Erika sadar bahwa ia
akan menyimpan informasi untuk masa mendatang
walaupun hanya melakukan penyimpan sementara,
melakukan penyimpanan sementara dalam hal ini yaitu
dimana nantinya dalam waktu dekat informasi ini akan
dia gunakan, seperti menyimpan email yang sudah siap
dan tinggal dikirim ke perusahaan serta link-link akses
untuk mengirim lamaran pekerjaan.

84
BAB VI
SIMPULAN & SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian perilaku pencarian


informasi fresh graduate Politeknik Meta Industri dalam
mencari informasi pekerjaan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa informan menunjukan perilaku pencarian informasi pada
dua model yaitu Ellis dan Meho Tibbo. Merujuk data yang
ditemukan dari Bayu dan Daffa, hal ini menunjukan bahwa
mereka telah melakukan perilaku pencarian informasi model
Ellis karna mereka telah melakukan tahap model Ellis yaitu,
starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring,
extracting, verifying, ending. Selanjutnya Berbeda dengan
informan Erika, ia menunjukan perilaku pencarian informasi
model Meho Tibbo, hal ini menunjukan dengan bagaimana
informan Erika telah melaksanakan tahap-tahap model Meho
Tibbo yaitu, starting, chaining, browsing, monitoring,
accessing, differentiating, extracting, verifying, networking dan
information managing.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, ada


beberapa saran yang dapat di sampaika yaitu:
1. Fresh graduate mesti mengatur monitoring, seperti
halnya pengaktifan notifikasi dan pengingat di platform
online yang memberikan layanan informasi pekerjaan

85
pada smartphone agar dapat lebih efesien dalam
membantu fresh graduates untuk selalu memantau
perkembangan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini
karena fresh graduate yang menunjukan perilaku
pencarian informasi model Ellis masih melakukan
pemantauan secara general sehingga tidak efektif.
2. Penulis sarankan agar fresh graduate lebih meluaskan lagi
networking mereka seperti melakukan sharing dengan
para pencari informasi kerja lainnya melalui forum
didalam media sosial dapat membuka peluang pekerjaan
yang tidak terduga dan memberikan dukungan sosial
selama proses pencarian pekerjaan. Hal ini karena fresh
graduate hanya menjaga hubungan dengan teman dan
kerabat sehingga jangkauan networking fresh graduate
bisa dibilang belum luas
3. Semestinya fresh graduate tidak hanya mencari satu
informasi pekerjaan melainkan beberapa untuk masa yang
akan datang, alasannya karena fresh graduate hanya
mencari informasi yang sekali pakai seperti hanya
menentukan satu lowongan pekerjaan.

86
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, N. (2013). Makna Kerja (Meaning of Work) Suatu Studi
Etnografi Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Daerah Istimewa Yogyalarta. Jurnal Psikologi Industri
dan Organisasi, 2(3), 157–162.
http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JPIO5616-
50248bb6d6fullabstract.pdf
Case, D. O. (2003). Looking for Information. Academic Press,
284–288.
https://www.researchgate.net/publication/220468624_Loo
king_for_Information-
A_Survey_of_Research_on_Information_Seeking_Needs
_and_Behavior
Ellis, D., & Cox, D. (1993). A Comparison Of The Information
Seeking Pattrens Of Researchers In The Physical and
Social Sciences. Journal of Documentation, 4(49), 356–
369. http://dx.doi.org/10.1108/eb026919
Fathurrahman, M. (2016). Model-Model Perilaku Pencarian
Informasi. JIP(Jurnai Ilmu Perpustakaan dan Informasi),
1(1), 74–91. https://dx.doi.org/10.30829/jipi.v1i1.101
Kumala, A., & Wulandari, W. (2021). Perilaku Pencarian
Informasi Model Ellis pada Mahasiswa Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negri Maulana Malik
Ibrahim Malang. Library and Information Science
Journal, 2(1), 2–15.
https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/libtech/article/
download/15947/9412
Meho, L. I., & Tibbo, H. R. (2003). Modeling the Information-
Seeking Behavior of Social Scientists: Ellis’s Study
Revisited. Journal Of The American Society For

87
Information Science And Technology, 6(56), 571–582.
https://doi.org/10.1002/asi.10244
Melong, L. (2017). Metode penelitian Kualitatif (36 ed.). PT
Remaja Rosdakarya.
Mertha, I. Made. L. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif (pertama). QUADRANT.
Mohammad, A., Amini, S., Ali, S., & Sadat. (2018). Evaluation
And Analysis Of Uncertainty In The Information Seeking
Behavior Of Medical Post-Graduate Students. Journal of
Research in Medical and Dental Sciences, 6(3), 24–32.
https://www.researchgate.net/publication/324975386_Eva
luation_and_analysis_of_uncertainty_in_the_information
_seeking_behavior_of_medical_post-graduate_students
Nabila. (2022). Perilaku Pencarian Informasi Fresh Gradute
Fakultas Ilmu Budaya Universitas DIponogoro dalam
Mencari Pekerjaan. ejournal undip, 6(2), 13–22.
https://doi.org/10.14710/anuva.6.1.13-22
Nurjanah, A. S. (2018). Kecemasan Mahasiswa Fresh Graduate
Dalam Melamar Pekerjaan. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 1(2), 35–38. http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/alittizaan
Proboyekti, U. (2015). Pencarian Informasi dan Navigasi. Jurnal
Eksplorasi Karya Sistem Informasi dan Sains, 8(1), 01–
07.
https://ti.ukdw.ac.id/ojs/index.php/eksis/article/view/358
Purnama, R. (2021). Model perilaku pencarian informasi (analisis
teori perilaku pencarian informasi menurut David Ellis).
Pustaka Karya, 9(1), 9–21.
http://dx.doi.org/10.18592/pk.v9i1.5158
Rosa, D. (2020, Juni 20). 14 Persen Lulusan Diploma dan Sarjana
Ternyata Pengangguran, Kok Bisa? detikedu.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6137652/14-

88
persen-lulusan-diploma-dan-sarjana-ternyata-
pengangguran-kok-bisa.
Septiyantono, T. (2014). Literasi Informasi (kesatu). Universitas
Terbuka. https://pustaka.ut.ac.id/lib/pust4314-literasi-
informasi/#tab-id-4
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D (24 ed.). ALFABETA Bandung.
Syahrial, I. (2022, Juni). 14 Persen Pengangguran Indonesia
Lulusan Diploma dan Sarjana. Mengapa? Unair News.
https://unair.ac.id/14-persen-pengangguran-indonesia-
lulusan-diploma-dan-sarjana-mengapa/
Syawqi. (2017). Perilaku Pencarian Informasi (Information
Seeking Behaviour) Guru Besar Iain Antasari
Banjarmasin. Pustaka Karya, 5(2), 1–18.
http://dx.doi.org/10.29240/tik.v1i1.207
Tersiana, A. (2022). Metode Penelitian dengan pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif (1 ed.). Anak Hebat Indonesia.
Widiyastuti. (2016). Perbandingan Teori Perilaku Pencarian
Informasi Menurut Ellis, Wilson dan Kuhlthau. Jurnal
Pustaka Budaya, 3(2), 53.
https://journal.unilak.ac.id/index.php/pb/article/view/583
Wilson. (1999). Models in information behaviour research.
Department of Information Studies University of Sheffield,
55(3), 251.
http://dx.doi.org/10.1108/EUM0000000007145
Wilson. (2009). Fifty years of information behavior research.
Yusuf, & Priyo, subekti. (2010). Teori dan praktik penelusuran
informasi: Information retrieval (1 ed.). Kencana Prenada
Media.

89
LAMPIRAN-LAMPIRAN

90

Anda mungkin juga menyukai