Toaz - Info Tujuh Sistem Kristal Beserta Gambar Dan Ciri Cirinya PR 125512
Toaz - Info Tujuh Sistem Kristal Beserta Gambar Dan Ciri Cirinya PR 125512
Ciri-cirinya
Tugas MK Fisika Zat Padat
(Dosen: Muh. Said L., S.Si., M.pd)
Oleh:
Nama : M. Al Furqan
Nim : 20404109036
Kelas : Fisika 2
SOAL
1. Mencari contoh unsur kristal dari ke-7 sistem kristal yang telah dibahas!
2. Menggambarkan struktur kristal dari:
a. Intan
b. Seng Blende / Zinc Blende (ZnS)
c. Wurtzit
d. Cesium Klorida / Cesium Chloride (CsCl)
e. Cuprite (Cu2O)
f. Tetrafluorosilane (SiF4)
g. MoAl12
h. BaTiO9
i. KzPtCl4
3. Cari ciri-ciri struktur kubik intan,seng sulfida, NaCl, dan HCP!
4. Gambarkan struktur kubik intan , seng sulfida, NaCl dan HCP!
JAWABAN
1. 7 Sistem kristal:
a. Sistem kristal isometrik (kubik)
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992)
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, Chris: 1992)
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
d. Sistem kristal tetragonal
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, Chris: 1992)
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo: 1977)
g. Sistem kristal hexagonal
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
2. Gambar struktur kristal (Intan, Seng Blende / Zinc Blende (ZnS), Wurtzit, Cesium Klorida /
Cesium Chloride (CsCl), Cuprite (Cu2O), Tetrafluorosilane (SiF4), MoAl12, BaTiO9, dan
KzPtCl4)
2) Sel satuan HCP mempunyai enam (6) buah atom, yang diperoleh dari jumlah dua-belas
seperenam-atom pada dua belas titik sudut lapisan atas dan bawah plus dua setengah-atom pada
pusat lapisan atas dan bawah plus tiga atom pada lapisan sela/tengah (12 1/6 + 2 1/2 + 3).
3) Jika a dan c merupakan dimensi sel satuan yang panjang dan pendek (lihat Gambar 4), maka
rasio c/a umumnya adalah 1.633. Akan tetapi, untuk beberapa logam HCP, nilai rasio ini berubah
dari nilai idealnya.
c. Gambar NaCl
d. Gambar HCP
Sumber : http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/tujuh-sistem-kristal-beserta-gambar-
dan.html#ixzz2fukcCWhG
http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/tujuh-sistem-kristal-beserta-gambar-dan.html
GEOLOGI SAMPAI MATI!!!!
Selasa, 13 November 2012
sistem kristal pada mineral
Sistem Kristal isometrik memiliki 3 sumbu simetri dan ketiganya memiliki panjang yang sama. Sudut
antara ketiga sumbu simetri tersebut adalah tegak lurus, atau berukuran 90o.
http://kucinggeje.blogspot.com/2008/10/kristalografi-dasar.html
Sistem Kristal tetragonal memiliki 3 sumbu simetri dan 3 sumbu simetri tersebut saling memotong tegak
lurus. Namun panjang ketiga sumbu simetri tersebut ada 1 yang lebih pendek / panjang.
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
Sistem Kristal orthorhombik memiliki 3 sumbu simetri yang saling tegak lurus namun panjang yang
berbada, sehingga pada mineral yang kristalnya berbentuk orthorhombik bentuknya ada yang gemuk
atau pipih.
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
Sistem Kristal monoklin memiliki 3 sumbu simetri yang berbeda panjangnya serta berbeda sudut
perpotongannya juga. Dua sumbu simetrinya memotong tegak lurus, tetapi yang satunya memotong
dengan sudut yang miring.
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
Sistem Kristal triklin memiliki 3 sumbu simetri yang tidak sama panjang, sumbu simetrinya pun tidak
berpotongan dengan tegak lurus. Ketiga sumbu simetrinya berpotongan tidak beraturan.
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
Sistem Kristal heksagonal memiliki 4 sumbu simetri dengan 3 sumbu simetri terletak pada 1 bidang,
yaitu horizontal. Ketiga sumbu simetri tersebut membentuk sudut 60o antar sumbu horizontal dan
sumbu keempat merupakan sumbu vertical yang memotong tegak lurus pada ketiga sumbu simetri
horizontal. Sumbu keempat tersebut biasanya lebih panjang dari keteiga sumbu horizontal.
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
Sistem Kristal trigonal memiliki sumbu simetri dan sudut perpotongan yang sama dengan sistem kristal
heksagonal. Namun sebenarnya pada system Kristal trigonal terdapat dua system yang digabungkan
menjadi satu sistem. Perbedaan dengan Kristal heksagonal terletak pada simetrinya. Pada sistem kristal
trigonal puncak dan dasar prisma berbentuk limas segitiga.
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
DAFTAR PUSTAKA
www.geology.com
www.naris.go.kr
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
upload.wikimedia.com
www.geology.about.com
Soekardi, 2007, Materi Ringkas Krist – Min, FT – UGM Jurusan Teknik Geologi, Yogyakarta
Soetoto, Ir., 2001, Geologi, Laboratorium Geologi Dinamik, FT – UGM Jurusan Teknik Geologi,
Yogyakarta
http://geologitfugm.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://ceweperminyakantoraja.blogspot.com/2013/01/7-sistem-kristal-pada-mineral.html
Sistem Kristal
Nanda Woles On Selasa, 30 April 2013
sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta memiliki sudut (α = β = γ)
sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple
cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered
Cubic/ FCC).
Kubus sederhana,
Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus.
Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom
pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru).
Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom
pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c) dan semua sudut (α
= β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan
berpusat badan.
Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-masing terdapat
satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1
atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok
(sudut) tetragonal tersebut.
Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center (berpusat
badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan
warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama
(α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
4. Sistem kristal monoklin
Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan berpusat muka pada dua
sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90°
dan β ≠ 90°.
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c). sedangkan sudut-sudutnya
adalah α = β = 90°dan γ =120°.
http://aiyizyuz.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-dan-kisi-bravais.html
http://aiyizyuz.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-dan-kisi-bravais.html
Crystal Systems
**Crystals are divided into seven systems. The individual system distinctions are
made according to the crystal axes and the angles at which the axes intersect.
There are also many sub-systems within these main categories. The Isometric and
Cubic systems are the same system with alternative names. You may find an
additional crystal system listed in some sources, which is the Amorphous system.
Amorphous “crystals” have no crystalline structure because they cooled down too
quickly to form any distinct shape. In this category you will find material such as
volcanic obsidian varieties and meteoric tektites. Illustrations and descriptions of
the seven systems are listed below.
Isometric ~ Cubic System: All three axes have the same length and intersect at
right angles. The following crystal shapes can be found within this system: Cube,
Dodecahedron, Octahedron, Trapezohedron, Diploid, Gyroid, Hexoctahedron,
Hextetrahedron, Tetartoid, Tetrahedron, Tetrahexahedron, Trisoctahedron,
Tristetrahedron, Deltoid Dodecahedron, and Pyritohedron.
Hexagonal System: Three of the four axes are in one plane, are of the same
length, and intersect each other at angles of 60 degrees. The fourth axis, which is
a different length, is at right angles to the others. The following crystal shapes
can be found within this system: Dihexagonal Dipyramid, Dihexagonal Pyramid,
Hexagonal Dipyramid, Ditrigonal Dipyramid, Hexagonal Pyramid, Hexagonal
Trapezohedron, and Trigonal Dipyramid.
Trigonal System: (Rhombohedral System) Axes and angles are similar to the
Hexagonal System, therefore the two systems are often combined as one system.
There is a difference in their symmetry. In the Trigonal System the cross section
of the prism base is three-sided. It is six-sided in the Hexagonal System. The
following crystal shapes can be found within this system: Ditrigonal Pyramid,
Hexagonal Scalenohedron, Trigonal Pyramid, Rhombohedron, and Trigonal
Trapezohedron.
Tetragonal System: The three axes intersect at right angles, two are of the same
length and are in the same plane, while the main axis is either longer or shorter.
The following crystal shapes can be found within this system: Tetragonal
Dipyramid, Tetragonal Disphenoid, Tetragonal Pyramid, Ditetragonal Dipyramid,
Ditetragonal Pyramid, Tetragonal Prism, Ditetragonal Prism, Tetragonal
Scalenohedron, and Tetragonal Trapezohedron.
Orthorhombic System: Three axes of different lengths are at right angles to
each other. The following crystal shapes can be found within this system: Pinacoid,
Rhombic Prism, Rhombic Dipyramid, Rhombic Disphenoid, Rhombic Pyramid, and
Rhombic Tetrahedron.
Monoclinic System: The three axes are each of different lengths, two are at
right angles to each other, and the third one is inclined. The following crystal
shapes can be found within this system: Domatic, Prismatic, Sphenoid, and Pinacoid.
Triclinic System: All three axes are of different lengths, none of which are
perpendicular and inclined to the others. Typical crystal forms are paired faces.
The only regular forms recognizable in Triclinic crystals are the two parallel faces
of the Pedion and the Pinacoid. The Pinacoid face has no symmetrical relationship
to any other.
Isometric ~ Cubic
Almandite, Analcite, Andradite, Cubic Zirconia, Cuprite, Demantoid, Diamond,
Fluorite, Gahnite, Garnet, Gold, Grossularite, Hauynite, Hessonite, Lazurite,
Magnetite, Melanite, Periclase, Pollucite, Pyrite, Pyrope, Senarmontite, Silver,
Sodalite, Spessartite, Sphalerite, Spinel, Strontium Titanate, Topazolite,
Tsavorite, Uvarovite
Tetragonal
Hexagonal
Trigonal
Monoclinic
Triclinic
http://www.mindat.org/system_search.php?c=Isometric
http://www.mindat.org/system_search.php?c=Hexagonal
http://www.mindat.org/system_search.php?c=Trigonal
http://www.mindat.org/system_search.php?c=Tetragonal
"Orthorhombic System Minerals"
http://www.mindat.org/system_search.php?c=Orthorhombic
http://www.mindat.org/system_search.php?c=Monoclinic
http://www.mindat.org/system_search.php?c=Triclinic
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Hexagonal Piramid
Kelas : ke-14
Simetri : 6
Hexagonal Bipramid
Kelas : ke-16
Simetri : 6/m
Dihexagonal Piramid
Kelas : ke-18
Simetri : 6 m m
Dihexagonal Bipiramid
Kelas : ke-20
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-masing
berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan satu pusat
Trigonal Bipiramid
Kelas : ke-1
Ditrigonal Bipiramid
Kelas : ke-17
Simetri : 6bar 2m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri
Hexagonal Trapezohedral
Kelas : ke-19
Simetri : 6 2 2
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite,
calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).
Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling berpotongan pada sisi
miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan aluminium) merupakan contoh dari mineral
dengan sistem kristal triklin.
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. System kristal Triklin memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ
≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase, kyanit, oligoclase, thodonit, pherthite,
pectolite, amblygonute (Pellant, chris. 1992).
http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal.html
Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c,
tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling
pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β
saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚
≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ
tidak tegak lurus (miring).
a ≠ b≠ c
sudut antara b dan c = 90
sudut antara a dan b = 90
sudut antara a dan c ≠ 90
sudut antara a dan –b = 45
a : b : c = sembarang
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Isometrik
Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga dimensi.
Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dan sama sudut potong
satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari berbagai sudut pandang. Sistem ini
tidak berpolar seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti
berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula
dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing
sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan
sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu a3
juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara a1
dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan
sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu –a2. Perhatikan gambar sistem kristal Isometrik dibawah ini :
Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk sudut siku –
siku, dan ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe2S3, salah satu mineral besi)
dan Kristal Halit (NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang berbentuk isometrik, contoh
lain dari sistem kristal isometrik adalah seperti; Gold, Diamond, Sphalerite, Galena, Halite,
1. Kelas Tetartoidal
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidal dodecahedron,
2. Kelas Hexoctahedral
sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan sumbu putar dua, dengan sembilan bidang
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan trapezium. Dan kadang-kadang
Mineral yang Umum : Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah, Platina, Perak, Emas,
3. Kelas Hextetrahedral
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar empat, dan enam
bidang kaca.
Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.
Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit, Rhodizit, dan lain-lain.
4. Kelas Diploidal
Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan tiga bidang
Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron, rhombik dodecahedron,
Mineral yang Umum : Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit, Tychit, Laurit, dan lain-lain
5. Kelas Giroid
Elemen Simetri : Terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu putar tiga, dan enam
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron, serta yang jarang
Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain
itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar,
yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b
ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu
b+.
Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center
(berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang
ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-
beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
Dikatakan ortorombik karena sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang saling tegak lurus satu
sama lain. Tetapi ketiga sumbu ini mempunyai panjag yang berbeda-beda. Sumbu-sumbu simetri
ini diberi tanda huruf a, b, dan c denga parameter sumbu a<b<c. Sumbu a disebut sumbu brakia,
sumbu b disebut sumbu makro, dan sumbu c disebut sumbu vertikal. Sistem kristal ini memiliki
pusat simetri yang merupakan titik pertemuanantara bidang dan sumbu simetri yang ada pada
sistem kristal tersebut.Sistem kristal ini juga mempunyai 3 bidang simetri karena jika
banguntersebut dibagi oleh sumbu simetri akan menghasilkan 2 bagian yang sama besarnya.
Sistem kristal ini mempunyai 1 simetri putar 2-fold pada ketiga sumbunya yaitu apabila diputar
berdasar sumbu a, b, c akan menunjukkan 2 kenampakanyang sama. Berdasar contoh di atas,
maka sistem kristal ini digolongkan dalam kelasdypiramidal dengan Herman maugin Symbol
2/m 2/m 2/m. Beberapa contohmineral yang mempunyai sistem kristal ortorombik kelas
dypiramidal adalah phurcalite, chesterite, epsomite.
TIPE KRISTAL
Jika kita berbicara mengenai mineral, tidak akan terlepas dari bahan yang menjadi penyusun
mineral tersebut. Mineral – mineral umumnya merupakan gabungan atau senyawa dari berbagai
unsur. Senyawa – senyawa ini dalam “pertumbuhannya” akan membentuk bangun – bangun
simetris atau asimetris yang disebut kristal.
Ada banyak sekali sistem atau tipe kristal, akan tetapi setidaknya ada 7 (tujuh) tipe kristal yang
banyak dijumpai di alam ini. Berikut adalah ke-tujuh sistem kristal tersebut.
Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk sudut siku – siku, dan
ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe2S3, salah satu mineral besi) dan kristal Halit
(NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang berbentuk isometrik ini.
Tetragonal
Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut 90 derajat dan satu
sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya) tegak lurus terhadap bidang antara
dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain, semua sumbu membentuk sudut siku2 atau 90
derajat terhadap satu sama lain, dan dua sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-
besi sulfida) adalah contoh dari sitem kristal tetragonal ini.
Ortorombik
Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang berbeda yang berpotongan tepat 90 derajat
dari sistem kristalnya. Topas (sebuah silikat fluorin-alumunium) adalah contoh yang sangat baik
untuk menggambarkan sistem kristal ortorombik ini.
Monoklin
Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama satu dengan yang lainnya dan
berpotongan membentuk sudut siku – siku terhadap sistem dan salah satu sumbu memiliki sudut
lebih miring terhadap bidang yang dibentuk oleh kedua sumbu yang lainnya. Augit (sebuah
silikat besi dan magnesium) adalah anggota dari sistem kristal monoklin ini.
Triklin
Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling berpotongan pada sisi
miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan aluminium) merupakan contoh dari mineral
dengan sistem kristal triklin.
Felspar Albit
Heksagonal
Kristal ini memiliki tiga sumbu yang sama yang saling bersinggungan di sudut 60 derajat pada
bidang horizontal. Mereka juga memiliki (lebih panjang atau pendek) keempat sumbu tegak
lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh tiga sumbu lainnya. Atau ada empat sumbu, tiga dari
panjang yang sama pada 120 derajat satu sama lain dan sudut terakhir membentuk siku terhadap
bidang sebelumnya. Beryl (batu permata dikenal sebagai silikat berilium) adalah bagian dari
sistem kristal heksagonal.
Trigonal (Rombohedral)
Tipe kristal ini memiliki sumbu – sumbu yang sama yang saling berpotongan pada sisi miring
sistem ini. Tipe kristal ini biasanya memiliki kombinasi dengan sistem kristal Hexagonal.
Kristal Kuarsa
Demikianlah sedikit penjelasan mengenai tipe atau sistem kristal yang paling sering dijumpai.
Semoga bermanfaat, mohon tanggapannya ya
http://aulizar.wordpress.com/2010/11/24/kristal/
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau
kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a =
b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992)
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ.
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Sfenoid
Doma
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b
≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pedial
Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
source:
KRISTAL
18 Des 2011
Definisi Kristal
Menurut bahasanya Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu krustallos yang berarti es atau
sesuatu yang menyerupai es. Kristal merupakan padatan homogeny yang dibatasi oleh bidang-bidang
datar(bidang muka) yang teratur dan mempunyai susunan atom dan molekul dalam keadaan teratur
pula. Selain dari definisi ini terdapat pula berbagai definisi Kristal dari beberapa ahli.
1. Wikipedia
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur
dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.
2. Snechal
Kristal merupakan padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu.
3. Djauhari Noor
Kristal di definisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita pahami bahwa Kristal merupakan benda padat yang
memiliki bentuk tertentu dan teratur secara geometris hal ini dikarenakan sinkronisasi antar atom dan
molekul yang membentuk Kristal tersebut.
SISTEM KRISTAL
Bentuk kristal yang terdapat di bumi sangat banyak sekali ragamnya, dari bentuk yang paling
sederhana sampai yang sangat rumit. Bentuk-bentuk Kristal yang terdapat di bumi dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok dasar. Pembagian ini berdasarkan jumlah sumbu Kristal, letak atau posisi
sumbu krisatal terhadap sumbu lain, besarnya parameter masing-masing sumbu dan simetri sumbu “c”
dari sumbu Kristal. Dibawah ini 7 sistem Kristal yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus
atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya sehingga sumbu-
sumbu tersebut sering diberi nama a1, a2, a3 dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
menunjukkan bahwa system ini semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Tetaoidal
Kelas : ke-28
Simetri : 2 3
Elemen Simetri : terdapat 4 sumbu putar tiga dan tiga sumbu putar dua
Gyroida
Kelas : ke-30
Simetri : 4 3 2
Elemen Simetri : terdapat 3 sumbu putar empat, 4 sumbu putar tiga, dan 6 sumbu putar dua
Diploida
Kelas : ke-29
Elemen Simetri : ada 4 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua, 3 bidang kaca dan satu pusat
Hextetrahedral
Kelas : ke-31
Simetri : 4bar 3 m
Elemen Simetri : ada 4 sumbu putar tiga, 3 sumbu putaempat, dan 6 bidang kaca.
Hexoctahedral
Kelas : ke-32
Elemen Simetri : merupakan klas yang paling simetri untuk bidang tiga dimensi dengan 4 sumbu putar tiga,
3
sumbu putar dua, dan sumbu putar dua. Dengan 9 bidang
utama dan 1 pusat
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena,
halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992).
2. Sistem Tetragonal
Sistem tetragonal sama dengan system Isometrik, karena pada system kristal ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama,
sehingga penamaan sumbu-sumbu tersebut sering menjadi sumbu a2 sebagai sumbu b dan a1 sebagai
sumbu a. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya
lebih panjang. System tetragonal juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
gambar sistem tetragonal
Piramid
Kelas : ke-21
Simetri : 4
Bipiramid
Kelas : ke-23
Simetri : 4/m
Bisfenoid
Kelas : ke-22
Simetri : 4bar
Kelas : ke-26
Simetri : 4 2 2
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 2 sumbu putar dua, semuanya berpotongan tegak lurus
ke sumbu putar lain.
Ditetragonal Piramid
Kelas : ke-25
Simetri : 4 m m
Skalenohedral
Kelas : ke-24
Simetri : 4bar 2 m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 2 sumbu putar dua, dan 2 bidang simetri
Ditetragonal Bipiramid
Kelas : ke-27
Simetri : 4/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 4 sumbu putar dua, 5 sumbu simetri
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal
Sistem hexagonal ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang). System hexagonal memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ.
Hexagonal Piramid
Kelas : ke-14
Simetri : 6
Hexagonal Bipramid
Kelas : ke-16
Simetri : 6/m
Dihexagonal Piramid
Kelas : ke-18
Simetri : 6 m m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri
Dihexagonal Bipiramid
Kelas : ke-20
Simetri : 6/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-masing
berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan satu pusat
Trigonal Bipiramid
Kelas : ke-1
Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)
Ditrigonal Bipiramid
Kelas : ke-17
Simetri : 6bar 2m
Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri
Hexagonal Trapezohedral
Kelas : ke-19
Simetri : 6 2 2
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal.
Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan
dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
System Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Kelas : ke-12
Simetri : 3 2
Ditrigonal Piramid
Kelas : ke-11
Simetri : 3m
Ditrigonal Skalenohedral
Kelas : ke-13
Simetri : 3bar 2/m
Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , sehingga panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga
sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Bisfenoid
Kelas : ke-7
Simetri : 2 2 2
Piramid
Kelas : ke-6
Simetri : 2 m
Bipiramid
Kelas : ke-8
Simetri : 2/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus
dengan ketiga sumbu dan sebuah pusat.
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak
lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu
c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Sfenoid
Kelas : ke-4
Simetri : 2
Doma
Kelas : ke-3
Simetri : m
Prisma
Kelas : ke-5
Simetri : 2/m
Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. System kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang
atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada
system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pedial
Kelas : ke-1
Simetri : 1
Kelas : ke-2
Simetri : 1bar
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).
BAB I
PENDAHULUAN
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik,
sejarah dan proses pembentukannya. Dalam Geologi, kita akan mempelajari semua hal tentang
seluk-beluk Bumi ini secara keseluruhan. Dari mulai gunung-gunung dengan tinggi ribuan meter,
hingga palung-palung didasar samudra. Dan untuk mengetahui semua itu, tentunya kita harus
mempelajari apa-apa sajakah materi pembentuk Bumi ini.
Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana batuan sendiri adalah kumpulan dari
mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Jadi intinya, untuk dapat mempelajari ilmu
Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-
bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi.
Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu menguasai tentang kristal sebelum
mempelajari tingkat selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu kristal adalah syarat untuk dapat
mempelajari Geologi.
Dalam studi Geologi, tentu kita harus mempelajari tentang kristal dan semua yang berhubungan
dengan kristal itu sendiri. Hal ini jelas harus dilakukan karena kristal adalah dasar dari ilmu
Geologi itu sendiri. Kristal adalah dasar dari mineral, mineral adalah pembentuk batuan, dan
Bumi ini terdiri dari batuan-batuan. Jadi, dalam studi kristal yang dilakukan pada awal studi
Geologi ini dimaksudkan agar kita dapat menguasai hal-hal tentang kristal sebagai bekal untuk
mempelajari tingkat yang lebih lanjut dalam ilmu Geologi.
1.2.2 Tujuan
Dalam kegiatan mempelajari dan praktikum Kristalografi, kita dituntut untuk dapat :
Bumi yang kita pijak ini adalah bagian dari alam semesta yang begitu luas. Sistem tata surya kita
hanya satu dari milyaran bintang yang ada dijagat raya ini. Bisa kita bayangkan betapa kecilnya
Bumi ini bila dibandingkan dengan alam.
Berbagai bahan pembentuk Bumi terbentuk oleh proses alam yang panjang sejak terbentuknya
Bumi. Jangka waktu pembentukkan tersebut dapat kita ketahui dalam ilmu Geologi dengan
mengamati batuan-batuan yang ada di Bumi. Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral
(terutama mineral golongan silika / pada Bowen’s series).
Yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah,
seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal
kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan
sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan mempelajari kristal.
Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri.
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku.
Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka
kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti
hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri;
Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut
selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut
antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu
kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang
yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai
berikut :
macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum
diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara
laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami
oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung
pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan
kristal :
Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk
kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh
perubahan suhu lingkungan.
Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair.
Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal
form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat
karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas
vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan
susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah
terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara
signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya.
Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain
yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang,
letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri)
dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik,
Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini
berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik
terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki
tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai
tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal
diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu
inversi putar.
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut
ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan
sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang
sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya.
Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri
menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal).
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah
penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua penggambaran
yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik,
arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan
menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan
seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada
akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk
bidang-bidang muka kristal.
Pada praktikum kristalografi yang dilakukan di laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Medan. Penggambaran kristal menggunakan proyeksi
penggambaran orthogonal ini.
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari
ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan.
Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan
pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-
kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan
dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu
kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang
paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai
estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi
digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama
kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.
BAB III
SISTEM KRISTAL DAN DESKRIPSI
3.1 Sistem Isometrik
November 2009
Prawira Budi, Triton. 2009. “Mengenal Sains : Sejarah Bumi dan Bencana