Anda di halaman 1dari 85

Tujuh Sistem Kristal Beserta Gambar dan

Ciri-cirinya
Tugas MK Fisika Zat Padat
(Dosen: Muh. Said L., S.Si., M.pd)

Oleh:
Nama : M. Al Furqan
Nim : 20404109036
Kelas : Fisika 2

SOAL
1. Mencari contoh unsur kristal dari ke-7 sistem kristal yang telah dibahas!
2. Menggambarkan struktur kristal dari:
a. Intan
b. Seng Blende / Zinc Blende (ZnS)
c. Wurtzit
d. Cesium Klorida / Cesium Chloride (CsCl)
e. Cuprite (Cu2O)
f. Tetrafluorosilane (SiF4)
g. MoAl12
h. BaTiO9
i. KzPtCl4
3. Cari ciri-ciri struktur kubik intan,seng sulfida, NaCl, dan HCP!
4. Gambarkan struktur kubik intan , seng sulfida, NaCl dan HCP!

JAWABAN
1. 7 Sistem kristal:
a. Sistem kristal isometrik (kubik)
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992)

b. Sistem kristal monoklin

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, Chris: 1992)

c. Sistem kristal triklin

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
d. Sistem kristal tetragonal

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

e. Sistem kristal orthorhombik

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, Chris: 1992)

f. Sistem kristal trigonal

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo: 1977)
g. Sistem kristal hexagonal

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

2. Gambar struktur kristal (Intan, Seng Blende / Zinc Blende (ZnS), Wurtzit, Cesium Klorida /
Cesium Chloride (CsCl), Cuprite (Cu2O), Tetrafluorosilane (SiF4), MoAl12, BaTiO9, dan
KzPtCl4)

Gambar 1: (1) Intan, (2) Sengblende (Zns), (3). Wurtzit


Gambar 2: (4) CsCl, (5) CuzO, (6) SiF4

Gambar 3: (7) MoAl12, (8). BaTiO9, (9) KzρtCl4

3. Ciri-ciri struktur kubik intan, seng sulfida, NaCl, dan HCP


a. Ciri struktur intan
Ciri – ciri intan yaitu intan berwarna transparan., Intan merupakan salah satu materi terkeras di
dunia, Intan memiliki konduktivitas listik yang sangat rendah, Di bawah kondisi normal, intan
memiliki konduktivitas termalyang tertinggi di antara materi-materi lain, Intan mengkristal
dalam sistem kristal kubik,dan membentuk struktur tetrahedral karena di sekitar atom C terdapat
4 PEI. Menurut teori VSEPR (Valence Shell Electron Pairs Repulsion), ke 4 PEI itu saling tolak
menolak sejauh-jauhnya sehingga akhirnya mencapai keadaan stabil dengan energi minimum.
Oleh karena itu, terbentuklah struktur simetri tetrahedral dengan sudut HCH 109,5o.

b. Ciri struktur ZnS


Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik.Logam
ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat ditempa antara 100 sampai
dengan 150 °C. Seng juga mampu menghantarkan listrikDibandingkan dengan logam-logam
lainnya, seng memiliki titik lebur (420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif rendah.titik lebur
seng merupakan yang terendah di antara semua logam-logam transisiselain raksadan kadmium.

c. Ciri Struktur NaCl


Struktur garam dapur Natrium khlorida NaCl adalah senyawa khas yang dalam strukturnya anion
Cl-disusun dalam ccp dan kation Na+ menempati lubang oktahedral (Oh) .Setiap kation Na+
dikelilingi oleh enam anion Cl-. Struktur yang sama akan dihasilkan bila posisi anion dan kation
dipertukarkan. Dalam hal ditukar posisinya, setiap anion Cl-dikelilingi oleh enam kation Na+.
Jadi, setiap ion berkoordinasi 6 dan akan memudahkan bila strukturnya dideskripsikan sebagai
struktur (6,6). Jumlah ion dalam sel satuan dihitung dengan menjumlahkan ion. Ion di dalam
kubus dihitung satu, ion di muka kubus dibagi dua kubus, di sisi digunakan bersama empat
kubus dan di pojok digunakan bersama oleh 8 kubus. Sehingga untuk struktur NaCl ada 4 ion Cl
dalam sel satuan NaCl yang didapatkan dengan mengalikan jumlah ion dalam sel dengan satu, di
muka dengan 1/2, dan di sisi dengan 1/4 dan disudut dengan 1/8. Jumlah ion Na dalam sel
satuan juga 4 dan rasio jumlah Cl dan Na cocok dengan rumus NaCl.

d. Ciri Struktur HCP


Gambar Struktur kristal heksagonal tumpukan padat (HCP): (a) sel satuan HCP digambarkan
dengan bola padat kecil, (b) sel satuan HCP yang berulang dalam padatan kristalin.
1) Ciri khas logam–logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam lapisan tertentu terletak
tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom pada lapisan berikutnya

2) Sel satuan HCP mempunyai enam (6) buah atom, yang diperoleh dari jumlah dua-belas
seperenam-atom pada dua belas titik sudut lapisan atas dan bawah plus dua setengah-atom pada
pusat lapisan atas dan bawah plus tiga atom pada lapisan sela/tengah (12 1/6 + 2 1/2 + 3).

3) Jika a dan c merupakan dimensi sel satuan yang panjang dan pendek (lihat Gambar 4), maka
rasio c/a umumnya adalah 1.633. Akan tetapi, untuk beberapa logam HCP, nilai rasio ini berubah
dari nilai idealnya.

4. Gambarkan struktur kubik intan , seng sulfida, NaCl dan HCP!


a. Gambar Intan
b. Gambar ZnS

c. Gambar NaCl

d. Gambar HCP

Sumber : http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/tujuh-sistem-kristal-beserta-gambar-
dan.html#ixzz2fukcCWhG
http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/tujuh-sistem-kristal-beserta-gambar-dan.html
GEOLOGI SAMPAI MATI!!!!
Selasa, 13 November 2012
sistem kristal pada mineral

SISTEM KRISTAL ISOMETRIK

Sistem Kristal isometrik memiliki 3 sumbu simetri dan ketiganya memiliki panjang yang sama. Sudut
antara ketiga sumbu simetri tersebut adalah tegak lurus, atau berukuran 90o.

http://kucinggeje.blogspot.com/2008/10/kristalografi-dasar.html

Mineral yang mencirikan sistem kristal isometric adalah

Intan pirit sphalerit

(www.geology.com) (www.geology.com) (www.geology.com)

SISTEM KRISTAL TETRAGONAL

Sistem Kristal tetragonal memiliki 3 sumbu simetri dan 3 sumbu simetri tersebut saling memotong tegak
lurus. Namun panjang ketiga sumbu simetri tersebut ada 1 yang lebih pendek / panjang.

http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm

Mineral yang mencirikan sistem kristal tetragonal adalah


Kalkopirit Rutil Zircon

(www.geology.com) (www.geology.com) (www.geology.about.com)

SISTEM KRISTAL ORTHORHOMBIK

Sistem Kristal orthorhombik memiliki 3 sumbu simetri yang saling tegak lurus namun panjang yang
berbada, sehingga pada mineral yang kristalnya berbentuk orthorhombik bentuknya ada yang gemuk
atau pipih.

http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm

Mineral yang mencirikan sistem kristal orthorhombik adalah

Anhidrit Barit Aragonit

(www.geology.com) (www.geology.com) (www.healingcrystals.com)

SISTEM KRISTAL MONOKLIN

Sistem Kristal monoklin memiliki 3 sumbu simetri yang berbeda panjangnya serta berbeda sudut
perpotongannya juga. Dua sumbu simetrinya memotong tegak lurus, tetapi yang satunya memotong
dengan sudut yang miring.
http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm

Mineral yang mencirikan sistem kristal monoklin adalah

Gipsum Hornblenda Talc

(www.geology.com) (www.geology.com) (www.geology.com)

SISTEM KRISTAL TRIKLIN

Sistem Kristal triklin memiliki 3 sumbu simetri yang tidak sama panjang, sumbu simetrinya pun tidak
berpotongan dengan tegak lurus. Ketiga sumbu simetrinya berpotongan tidak beraturan.

http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm

Mineral yang mencirikan sistem kristal triklin adalah

Oligoklas Rhodonit Albit

(www.geology.com) (www.geology.com) (upload.wikimedia.com)


SISTEM KRISTAL HEKSAGONAL

Sistem Kristal heksagonal memiliki 4 sumbu simetri dengan 3 sumbu simetri terletak pada 1 bidang,
yaitu horizontal. Ketiga sumbu simetri tersebut membentuk sudut 60o antar sumbu horizontal dan
sumbu keempat merupakan sumbu vertical yang memotong tegak lurus pada ketiga sumbu simetri
horizontal. Sumbu keempat tersebut biasanya lebih panjang dari keteiga sumbu horizontal.

http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm

Mineral yang mencirikan sistem kristal heksagonal adalah

Kuarts Kalsit Nephelin

(www.geology.com) (www.geology.com) (www.geology.com)

SISTEM KRISTAL TRIGONAL

Sistem Kristal trigonal memiliki sumbu simetri dan sudut perpotongan yang sama dengan sistem kristal
heksagonal. Namun sebenarnya pada system Kristal trigonal terdapat dua system yang digabungkan
menjadi satu sistem. Perbedaan dengan Kristal heksagonal terletak pada simetrinya. Pada sistem kristal
trigonal puncak dan dasar prisma berbentuk limas segitiga.

http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm

Mineral yang mencirikan sistem kristal trigonal adalah

Hinsdalit Pyrosmalit Korondum


(www.naris.go.kr) (www.naris.go.kr) (www.geology.com)

maaf gambar download sendiri yaa, itu linknya :)

DAFTAR PUSTAKA

 www.geology.com
 www.naris.go.kr
 http://www.rocksinmyheadtoo.com/Systems.htm
 upload.wikimedia.com
 www.geology.about.com
 Soekardi, 2007, Materi Ringkas Krist – Min, FT – UGM Jurusan Teknik Geologi, Yogyakarta
 Soetoto, Ir., 2001, Geologi, Laboratorium Geologi Dinamik, FT – UGM Jurusan Teknik Geologi,
Yogyakarta
http://geologitfugm.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

7 Sistem Kristal pada Mineral


TUJUH SISTEM KRISTALOGRAFI1. Sistem Reguler (Cubic = Isometric = Tesseral =
Tessuler)Ketentuan:Sumbu : a = b = cSudut : a = b = g = 900Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka
disebut juga Sb a. Cara Menggambar:Ð a- / b+ = 300a : b¯: c = 1 : 3 : 3 Gambar sistem kristal
Reguler yang termasuk dalam Nama kristal Hexahedron.Dengan contoh mineral Galena (PbS),
Emas (Au), Pyrite (FeS2) dan Halite (NaCl). Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam
Nama Kristal Pentagonal Dodecahedron. Dengan contoh mineral ;Magnetite (Fe3O4), Intan (C).2.
Sistem Tetragonal (Quadratic)Ketentuan:Sumbu : a = b ¹ cSudut : a = b = g = 900Karena Sb a =
Sb b disebut juga Sb aSb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b.Bila Sb c lebih
panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk ColumnarBila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b
disebut bentuk Stout. Cara menggambar:Ð a + / b-- = 30oa : b : c = 1 : 3 : 6 Contoh mineral :
Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS) Gambar sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam
Nama Kristal Tetragonal Prisma Orde I dengan contoh mineralChalcopyrite
(CuFeS2) dan Cassiterite (SnO2). 3. Sistem HexagonalKetentuan:Ada 4 sumbu yaitu a, b, c,
dSumbu a : = b = d ¹ cSudut : b1 = b2 = b3 = 900Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200Sb a, b, dan d terletak
dalam bidang horisontal / lateral dan membentuk Ð 600.Sb c dapat lebih panjang atau lebih
pendek dari Sb a. Cara menggambar:Ð a+ / b¯ = 170Ð b+ / d¯ = 390b : d : c : = 3 : 1 : 6Contoh
Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3] Gambar sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam
Nama Kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Quarst (SiO2)dan Apatite
[Ca5((F,Cl,OH)PO4)3] 4. Sistem Trigonal (Rhombohedral)KetentuanSumbu : a = b = d ¹ cSudut
: b1 = b2 = b3 = 90 Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200 Cara menggambar:Sama dengan sistem
0

Hexagonal, perbedaannya hanya pada Sb c bernilai 3.Penarikan Sb a sama dengan padaSistem


Hexagonal. Gambar sistem kristal Trigonal prisma orde I yang termasuk dalam Nama Kristal
Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Gypsum (CaSO4 2H2O) 5. Sistem Orthorombic(Rhombic
= Prismatic = Trimetric)Ketentuan:Sumbu : a ¹ b ¹ cSudut a = b = g = 900Sb c adalah sumbu
terpanjangSb a adalah sumbu terpendekSb a disebut Sb BrachySb b disebut Sb MacroSb c
disebut Sb Basal Cara menggambar:Ð a- / b+ = 300a : b : c = 1 : 4 : 6 Gambar sistem
kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachi Makro Basal Pinacoid dengan contoh
mineral Barite(BaSO4) 6. Sistem Monoklin (Oblique = Monosymetric = Clinorhombic =
Hemiprismatik = Monoclinohedral)Ketentuan:Sumbu : a ¹ b ¹ cSudut : a = g = 900 b ¹ 900Sb a
disebut sumbu ClinoSb b disebut sumbu OrthoSb c disebut sumbu Basal Cara menggambarÐ a- /
b + = 450a : b : c = 1 : 4 : 6Sb c adalah sumbu terpanjangSb a adalah sumbu terpendek Gambar
sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid dengan contoh
mineral Orthoclase (K Al Si3O8) 7. Sistem Triklin (Anorthic = Asymetric =
Clinorhombohedral)Ketentuan:Sumbu : a ¹ b ¹ cSudut : a ¹ b ¹ g ¹ 900Semua Sb a, b, c saling
berpotongan danmembuat sudut miring tidak sama besar.Sb a disebut Sb BrachySb b disebut Sb
MacroSb c disebut Sb Basal Cara menggambar:Ð a+ / c¯ = 450Ð b- / c + = 800a : b : c = 1 : 4 :
6 Gambar sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramiddengan contoh
mineral Kyanite (Al2O SiO4) 2. Sumbu Simetri Gyre PolairBerlaku bila kenampakan (konfigurasi)
satu sama lain pada kedua belah pihak
berbeda/tidak sama. Jika salah satu sisinya berupa sudut atau corner maka pada
sisi lainnya berupa bidang atau plane. Dinotasikan dengan huruf L atau g. Contoh
: L2= g2.UNSUR-UNSUR SIMETRI KRISTALDari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih
lanjut menjadi klas-klas kristal yang jumlahnya 32 klas. Penentuan klasi_kasi kristal tergantung
dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut
meliputi: 1. bidang simetri 2. sumbu simetri 3. pusat simetri
Ø Bidang simetri Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang
simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah.
Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu
kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang
melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c.
Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang
simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.
Ø Sumbu simetri Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan
beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu gire, giroide
dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal
pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama
dinamakan digire, bila tiga trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya. Giroide
adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada
porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal. Sumbu inversi putar adalah sumbu
simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar
pada angka simetri itu.
Ø Pusat simetri Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat Kristal dan akan menjumpai titik
yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada
garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang
muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan
tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui
pusat kristal dari bidang pasangannya. Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32
klas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas,
rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas.
Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang
disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi
Schon_ies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).
2 . 1 . 1 . P e n e n t u a n K e l a s S i m e t r i Dari ke-7 sistem kristal tersebut,
dapat dikelompokkan menjadi 32 klas kristal.Pengelompokkan ini berdasarkan pada
jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristaltersebut. Sistem isometrik terdiri
dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuhkelas, rombis memiliki tiga kelas,
heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal limakelas. Selanjutnya sistem monoklin
mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyaisingkatan yang disebut simbol. Ada dua
macam cara simbolisasi yang sering digunakan,yaitu simbolisasi Schoenflies dan
Herman Mauguin (simbolisasi internasional).2.1.1.1.Menurut Herman Mauguin Sistem
Reguler •Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau
2 danada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a
tersebut.Bagian ini dinotasikan dengan : 4 , 4, 4 , 2 , 2m mA n g k a m e n u n j u k a n n i l a i s u m b u
d a n h u t u f ’ m ’ m e n u n j u k a n a d a n y a b i d a n g simetri yang tegak lurus sumbu a
tersebut.•Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri
yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau
3•Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet
(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus
terhadapsumbu diagonal tersebut.Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.m Sistem
Tetragonal •Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai
danada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.Bagian ini di notasikan: 4 , 4 , 4
m•B a g i a n I I : m e n e r a n g k a n a d a t i d a k n y a s u m b u l a t e r a l d a n a d a t i d a k n y a
b i d a n g simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.Bagian ini di notasikan: 2 , 2,
m atau tidak
ada.B a g i a n I I I : m e n e r a n g k a n a d a t i d a k n y a s u m b u s i m e t r i i n t e r m e d i e t
d a n a d a tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet
tersebut.Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.m Sistem Hexagonal dan Trigonal •Bagian I:
menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6, 6, 6, 3, 3) danada tidaknya bidang simetri horisontal yang
tegak lurus sumbu c tersebut.Bagian ini di notasikan : 6, 6, 6, 3, 3•Bagian II: menerangkan
sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak
lurus.Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.m•Bagian III: menerangkan ada tiaknya
sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap
sumbu intermediet tersebut.Bagian ini di notasikan: 2 , 2, m atau tidak ada.m Sistem
Orthorombic•Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yan g tegak
lurusterhadap sumbu a tersebutDinotasikan: 2 , 2 , mm•B a g i a n I I : m e n e r a n g k a n a d a
t i d a k n y a n i l a i s u m b u b d a n a d a t i d a k n y a b i d a n g simetri yang tegak lurus terhadap
sumbu b tersebut.Bagian ini di notasikan: 2 , 2, mm•B a g i a n I I I : m e n e r a n g k a n n i l a i
s u m b u c d a n a d a t i d a k n y a b i d a n g s i m e t r i y a n g tegak lurus terhadap sumbu
tersebut.Di notasikan: 2 , 2m Sistem Monoklin•Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai
sumbu b dan ada tidaknya bidangsimetri yang tegak lurus sumbu b tersebut. Sistem TrinklinSistem
ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:- Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1-
Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1 2.1.1.1. Menurut Schoenflish Sistem
Reguler •Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu
c bernilai 4 atau bernilai 2.Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O
(octaeder).Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder). •Bagian II
:Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut
mempunyai:Bidang simetri horisontal (h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hBidang
simetri diagonal (d)Kalau mempunyai:Bidang simetri horisontal
(h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hKalau mempunyai
:Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan vBidang simetri vertikal (v)Kalau mempunyai
:Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic,
Monoklin, Dan Trinklin•Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:Kalau
sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish).Kalau sumbu tersebut tidak bernilai
dinotasikan dengan c (cyklich). •Bagian II :Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini
di tuliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
•Bagian III : Menerangkan kandungan bidang
simetrinya.Bidang simetri horisontal (h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hBidang si
metri diagonal (d)Kalau mempunyai:Bidang
simetri horisontal (h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hKalau mempunyai
:Bidang simetri diagonal (d)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan vKalau mempunyai
:Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan.

http://ceweperminyakantoraja.blogspot.com/2013/01/7-sistem-kristal-pada-mineral.html

Sistem Kristal
Nanda Woles On Selasa, 30 April 2013

Sistem Kristal dan Kisi Bravais


Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah
Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal, monoklin, dan triklin.

1. Sistem kristal kubus

sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta memiliki sudut (α = β = γ)
sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple
cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered
Cubic/ FCC).

Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:

Kubus sederhana,

Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus.

Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom
pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru).

Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom
pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).

2. Sistem Kristal tetragonal

Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c) dan semua sudut (α
= β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan
berpusat badan.
Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-masing terdapat
satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.

Sedangkan pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1
atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok
(sudut) tetragonal tersebut.

3. Sistem kristal Ortorombik

Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center (berpusat
badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan
warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama
(α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
4. Sistem kristal monoklin

Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan berpusat muka pada dua
sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).

Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90°
dan β ≠ 90°.

5. Sistem kristal triklin


Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini memiliki panjang rusuk yang
berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.

6. Sistem kristal rombohedral atau trigonal

Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c). sedangkan sudut-sudutnya
adalah α = β = 90°dan γ =120°.

7. Sistem kristal heksagonal


Pada system kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa = enam), maka system ini memiliki 6
sisi yang sama. System kristal ini memiliki dua nilai sudut yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) ,
sedangkan pajang rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c. semua atom berada pada sudut-sudut (pojok)
heksagonal dan terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).

http://aiyizyuz.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-dan-kisi-bravais.html

http://aiyizyuz.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-dan-kisi-bravais.html

Crystal Systems
**Crystals are divided into seven systems. The individual system distinctions are
made according to the crystal axes and the angles at which the axes intersect.
There are also many sub-systems within these main categories. The Isometric and
Cubic systems are the same system with alternative names. You may find an
additional crystal system listed in some sources, which is the Amorphous system.
Amorphous “crystals” have no crystalline structure because they cooled down too
quickly to form any distinct shape. In this category you will find material such as
volcanic obsidian varieties and meteoric tektites. Illustrations and descriptions of
the seven systems are listed below.

Isometric ~ Cubic System: All three axes have the same length and intersect at
right angles. The following crystal shapes can be found within this system: Cube,
Dodecahedron, Octahedron, Trapezohedron, Diploid, Gyroid, Hexoctahedron,
Hextetrahedron, Tetartoid, Tetrahedron, Tetrahexahedron, Trisoctahedron,
Tristetrahedron, Deltoid Dodecahedron, and Pyritohedron.
Hexagonal System: Three of the four axes are in one plane, are of the same
length, and intersect each other at angles of 60 degrees. The fourth axis, which is
a different length, is at right angles to the others. The following crystal shapes
can be found within this system: Dihexagonal Dipyramid, Dihexagonal Pyramid,
Hexagonal Dipyramid, Ditrigonal Dipyramid, Hexagonal Pyramid, Hexagonal
Trapezohedron, and Trigonal Dipyramid.
Trigonal System: (Rhombohedral System) Axes and angles are similar to the
Hexagonal System, therefore the two systems are often combined as one system.
There is a difference in their symmetry. In the Trigonal System the cross section
of the prism base is three-sided. It is six-sided in the Hexagonal System. The
following crystal shapes can be found within this system: Ditrigonal Pyramid,
Hexagonal Scalenohedron, Trigonal Pyramid, Rhombohedron, and Trigonal
Trapezohedron.

Tetragonal System: The three axes intersect at right angles, two are of the same
length and are in the same plane, while the main axis is either longer or shorter.
The following crystal shapes can be found within this system: Tetragonal
Dipyramid, Tetragonal Disphenoid, Tetragonal Pyramid, Ditetragonal Dipyramid,
Ditetragonal Pyramid, Tetragonal Prism, Ditetragonal Prism, Tetragonal
Scalenohedron, and Tetragonal Trapezohedron.
Orthorhombic System: Three axes of different lengths are at right angles to
each other. The following crystal shapes can be found within this system: Pinacoid,
Rhombic Prism, Rhombic Dipyramid, Rhombic Disphenoid, Rhombic Pyramid, and
Rhombic Tetrahedron.
Monoclinic System: The three axes are each of different lengths, two are at
right angles to each other, and the third one is inclined. The following crystal
shapes can be found within this system: Domatic, Prismatic, Sphenoid, and Pinacoid.

Triclinic System: All three axes are of different lengths, none of which are
perpendicular and inclined to the others. Typical crystal forms are paired faces.
The only regular forms recognizable in Triclinic crystals are the two parallel faces
of the Pedion and the Pinacoid. The Pinacoid face has no symmetrical relationship
to any other.

A Brief Guide To The Crystal Systems Of A Few Minerals

Isometric ~ Cubic
Almandite, Analcite, Andradite, Cubic Zirconia, Cuprite, Demantoid, Diamond,
Fluorite, Gahnite, Garnet, Gold, Grossularite, Hauynite, Hessonite, Lazurite,
Magnetite, Melanite, Periclase, Pollucite, Pyrite, Pyrope, Senarmontite, Silver,
Sodalite, Spessartite, Sphalerite, Spinel, Strontium Titanate, Topazolite,
Tsavorite, Uvarovite

Tetragonal

Anatase, Apophyllite, Boleite, Carletonite, Cassiterite, Chalcopyrite, Cristobalite,


Idocrase, Leucite, Melinophane, Phosgenite, Pyrolucite, Rutile, Scapolite, Scheelite,
Tugtupite, Wardite, Wulfenite, Zircon

Hexagonal

Apatite, Aquamarine, Benitoite, Beryl, Cancrinite, Catapleiite, Emerald, Goshenite,


Greenockite, Heliodor, Jeremejevite, Milarite, Morganite, Nepheline, Painite,
Sugilite, Taafeite, Thaumasite, Zincite

Trigonal

Agate, Amethyst, Aventurine, Calcite, Carnelian, Chalcedony, Chrysoprase,


Cinnabar, Citrine, Corundum, Davidite, Dioptase, Dolomite, Eudialyte, Friedelite,
Gaspeite, Hematite, Jasper, Magnesite, Parisite, Phenakite, Prasiolite, Proustite,
Pyrargyrite, Quartz, Rhodochrosite, Rock Crystal, Rose Quartz, Ruby, Sapphire,
Siderite, Simpsonite, Smithsonite, Smoky Quartz, Stichtite, Tiger’s Eye,
Tourmaline, Willemite
Orthorhombic

Adamite, Alexandrite, Andalusite, Anglesite, Anhydrite, Aragonite, Barite,


Boracite, Celestite, Cerussite, Chrysoberyl, Danburite, Descloizite, Diaspore,
Dumortierite, Enstatite, Hambergite, Hemimorphite, Hypersthene, Iolite,
Kornerupine, Lithiophilite, Manganotantalite, Meerschaum, Mesolite, Natrolite,
Peridot, Prehnite, Purpurite, Sulfur, Sinhalite, Strontianite, Tanzanite, Tantalite,
Thulite, Topaz, Triphylite, Variscite, Witherite, Zoisite, Zektzerite

Monoclinic

Aegerine-Augite, Azurite, Barytocalcite, Beryllonite, Brazilianite, Charoite,


Chrysocolla, Clinohumite, Clinozoisite, Colemanite, Crocoite, Diopside, Eosphorite,
Epidote, Euclase, Gaylussite, Gypsum, Hiddenite, Hornblende, Howlite, Jadeite,
Kunzite, Lazulite, Legrandite, Malachite, Moonstone, Muscovite, Nephrite,
Neptunite, Orthoclase, Petalite, Phosphopyllite, Sapphirine, Serpentine, Sphene-
Titanite, Spodumene, Staurolite, Talc, Tremolite, Vivianite, Vlasovite, Whewellite,
Yugawaralite

Triclinic

Amazonite, Amblygonite, Andesine, Aventurine Feldspar, Axinite, Kurnakovite,


Kyanite, Labradorite, Microcline, Montebrasite, Oligoclase, Pectolite, Rhodonite,
Sanidine, Turquoise, Ulexite
Amorphous

Amber, Ekanite, Moldavite, Obsidian, Opal

Complete Lists Of All Minerals & Their Crystal


Systems

"Isometric System Minerals"

http://www.mindat.org/system_search.php?c=Isometric

"Hexagonal System Minerals"

http://www.mindat.org/system_search.php?c=Hexagonal

"Trigonal System Minerals"

http://www.mindat.org/system_search.php?c=Trigonal

"Tetragonal System Minerals"

http://www.mindat.org/system_search.php?c=Tetragonal
"Orthorhombic System Minerals"

http://www.mindat.org/system_search.php?c=Orthorhombic

"Monoclinic System Minerals"

http://www.mindat.org/system_search.php?c=Monoclinic

"Triclinic System Minerals"

http://www.mindat.org/system_search.php?c=Triclinic

Sistem Kristal Hexagonal


SISTEM KRISTAL HEXAGONAL
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b,
dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang).

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki


perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b
ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu
b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid

 Kelas : ke-14

 Simetri : 6

 Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar enam.

Hexagonal Bipramid

 Kelas : ke-16

 Simetri : 6/m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri

Dihexagonal Piramid

 Kelas : ke-18

 Simetri : 6 m m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri

Dihexagonal Bipiramid

 Kelas : ke-20

 Simetri : 6/m 2/m 2/m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-masing
berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan satu pusat

Trigonal Bipiramid

 Kelas : ke-1

 Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri

Ditrigonal Bipiramid

 Kelas : ke-17

 Simetri : 6bar 2m
 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri

Hexagonal Trapezohedral

 Kelas : ke-19

 Simetri : 6 2 2

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite,
calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).

SISTEM KRISTAL TRIKLIN


Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti,
pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan


sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk
sudut 80˚ terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
Pedial
§ Kelas : ke-1
§ Simetri : 1
§ Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
Pinakoidal
§ Kelas : ke-2
§ Simetri : 1bar
§ Elemen Simetri : hanya sebuah pusat

Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling berpotongan pada sisi
miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan aluminium) merupakan contoh dari mineral
dengan sistem kristal triklin.
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. System kristal Triklin memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ
≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase, kyanit, oligoclase, thodonit, pherthite,
pectolite, amblygonute (Pellant, chris. 1992).

http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal.html

Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c,
tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling
pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β
saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚
≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ
tidak tegak lurus (miring).

a ≠ b≠ c
sudut antara b dan c = 90
sudut antara a dan b = 90
sudut antara a dan c ≠ 90
sudut antara a dan –b = 45
a : b : c = sembarang
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:


1. Sfenoid
· Kelas : ke-4
· Simetri : 2
· Elemen Simetri : 1 sumbu putar
2. Doma
· Kelas : ke-3
· Simetri : m
· Elemen Simetri : 1 bidang simetri
3. Prisma
· Kelas : ke-5
· Simetri : 2/m
· Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak
lurus
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

Sistem Isometrik

Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga dimensi.

Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dan sama sudut potong

satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari berbagai sudut pandang. Sistem ini

tidak berpolar seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti

berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula

dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus

satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing

sumbunya.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan

sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan

sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,

semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3. Artinya, pada

sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu a3

juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara a1

dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan
sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚

terhadap sumbu –a2. Perhatikan gambar sistem kristal Isometrik dibawah ini :

Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk sudut siku –

siku, dan ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe2S3, salah satu mineral besi)

dan Kristal Halit (NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang berbentuk isometrik, contoh

lain dari sistem kristal isometrik adalah seperti; Gold, Diamond, Sphalerite, Galena, Halite,

Flourite, Cuprite, Magnetite, Cromite, dan lain-lain.

Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 Kelas, yaitu :

1. Kelas Tetartoidal

 Kelas : Ke-28, Simetri : 2 3

 Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua.

 Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

 Sudut : Ketiga-tiganya 90o

 Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidal dodecahedron,

pentagonal dodecahedron, rhombik dodecahedron, dan tetrahedron.

 Mineral yang Umum : Changcengit, Korderoit, Gersdorffit, Langbeinit, Maghemit, Micherenit,

Pharmacosiderit, Ullmanit, dan lain-lain.

2. Kelas Hexoctahedral

 Kelas : Ke-32, Simetri : 4/m 3bar 2/m


 Elemen Simetri : Merupakan kelas yang paling simetri untuk bidang tiga dimensi dengan empat

sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan sumbu putar dua, dengan sembilan bidang

utama dan satu pusat.

 Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

 Sudut : Ketiga-tiganya 90o

 Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan trapezium. Dan kadang-kadang

trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.

 Mineral yang Umum : Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah, Platina, Perak, Emas,

Halit, Bromargyrit, Kllorargirit, Murdosit, Piroklor, kelompok Garnet, sebagian besar

kelompok Spinel, Uraninit dan lain-lain.

3. Kelas Hextetrahedral

 Kelas : Ke-31, Simetri : 4bar 3/m

 Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar empat, dan enam

bidang kaca.

 Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.

 Sudut : Ketiga-tiganya 90o

 Bentuk Umum : Empatsisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, dan hekstetrahedron serta

yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan tetraheksahedron.

 Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit, Rhodizit, dan lain-lain.

4. Kelas Diploidal

 Kelas : Ke-29, Simetri : 2/m 3bar

 Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan tiga bidang

kaca dan satu pusat.


 Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

 Sudut : Ketiga-tiganya 90o

 Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron, rhombik dodecahedron,

trapezohedron dan yang jarang trisoctahedron.

 Mineral yang Umum : Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit, Tychit, Laurit, dan lain-lain

5. Kelas Giroid

 Kelas : Ke-30, Simetri : 4 3 2

 Elemen Simetri : Terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu putar tiga, dan enam

sumbu putar dua

 Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

 Sudut : Ketiga-tiganya 90o

 Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron, serta yang jarang

trisoctahedron dan tetraheksahedron.

 Mineral yang Umum : Cuprit, Voltait, dan Sal Amoniak.

Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain
itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar,
yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b
ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu
b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:


1. Trigonal piramid
2. Trigonal Trapezohedral
 Kelas : ke-12
 Simetri : 3 2
 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.
3. Ditrigonal Piramid
 Kelas : ke-11
 Simetri : 3m
 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri
4. Ditrigonal Skalenohedral
 Kelas : ke-13
 Simetri : 3bar 2/m
 Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri
5. Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan
cinabar(Mondadori, Arlondo. 1977)
Sistem Tetragonal
Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini mempunyai
tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan a2 mempunyai satuan
panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada
umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a1 = a2
≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan sumbu c,
dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua
sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan), Sudut antara a1
dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan
sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu –a2. Perhatikan gambar sistem kristal Tetragonal dibawah ini :
Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut 90 derajat
dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya) tegak lurus terhadap
bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain, semua sumbu membentuk sudut
siku-siku atau 90o terhadap satu sama lain, dan dua sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit (atau
tembaga-besi sulfida) adalah contoh dari sitem kristal Tetragonal, contoh lain dari sistem kristal
Tetragonal adalah seperti; Anatase, Zircon, Leucite, Rutile, Cristobalite, Wulfenite, Scapolite,
Cassiterite, Stannite, Cahnite, dan lain-lain.
Sistem Tetragonal dibagi menjadi 7 Kelas, yaitu :
1. Ditetragonal Dipyramidal
 Kelas : Ke-27, Simetri : 4/m 2/m 2/m
 Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua, lima sumbu simetri.
 Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
 Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
 Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid, ditetragonal prism, tetragonal
prism, dan basal pinakoid.
 Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, Meta-Torbernit, Xenotime,
Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit, Thorite, Anatase, Rilit, Casiterit dan lain-
lain.
2. Kelas Tetragonal Trapezohedral
 Kelas : Ke-26, Simetri : 4/m 2/m 2/m
 Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar dua, semuanya
berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.
 Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
 Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
 Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal prism, tetragonal
dipyramid, dan basal pinakoid.
 Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.
3. Kelas Ditetragonal Pyramidal
 Kelas : Ke-25, Simetri : 4/m
 Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang simetri.
 Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
 Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
 Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal prism, tetragonal pyramid,
dan pedion.
 Mineral yang Umum : Diaboleit, Diomignit, Fresnoit, ematophanit, dan Routhierit.
4. Kelas Tetragonal Scalahedral
 Kelas : Ke-24, Simetri : 4bar 2/m
 Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dan dua sumbu putar dua, dan dua bidang
simetri.
 Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
 Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
 Bentuk Umum : Tetragonal scalahedron, disphenoid, ditetragonal prism, tetragonal prism,
tetragonal dipyramid, dan pinakoid.
 Mineral yang Umum : Kalkopirit dan Stannit termasuk Akermanit, Hardistonit, Melilit, Urea,
Luzonit, Pirquitasit, Renierit, dan Tetranatrolit.
5. Kelas Tetragonal Dipyramidal
 Kelas : Ke-23, Simetri : 4/m
 Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan satu bidang simetri.
 Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
 Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
 Bentuk Umum : Tetragonal dipiramid, tetragonal prism, dan pinakoid.
 Mineral yang Umum : Scapolit, Wulfenite, Vesuvianit, Powellit, Narsarsukit, Meta-Zeunerit,
Leucit, Fergusonit, dan Scheelit.
6. Kelas Tetragonal Disphenoidal
 Kelas : Ke-22, Simetri : 4bar
 Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.
 Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
 Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
 Bentuk Umum : Tetragonal disphenoidal, tetragonal prism, dan pinakoid.
 Mineral yang Umum : Cahnit, Minium, Nagyagit, Tugtupit, dan beberapa yang jarang seperti
Krookesit, Meliphanit, Schreibersit, dan Vincentit.
7. Kelas Tetragonal Pyramidal
 Kelas : Ke-21, Simetri : 4
 Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.
 Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
 Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
 Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
 Mineral yang Umum : Wulfenit (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.
SISTEM KRISTAL ORTOROMBIK

Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center
(berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang
ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-
beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
Dikatakan ortorombik karena sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang saling tegak lurus satu
sama lain. Tetapi ketiga sumbu ini mempunyai panjag yang berbeda-beda. Sumbu-sumbu simetri
ini diberi tanda huruf a, b, dan c denga parameter sumbu a<b<c. Sumbu a disebut sumbu brakia,
sumbu b disebut sumbu makro, dan sumbu c disebut sumbu vertikal. Sistem kristal ini memiliki
pusat simetri yang merupakan titik pertemuanantara bidang dan sumbu simetri yang ada pada
sistem kristal tersebut.Sistem kristal ini juga mempunyai 3 bidang simetri karena jika
banguntersebut dibagi oleh sumbu simetri akan menghasilkan 2 bagian yang sama besarnya.
Sistem kristal ini mempunyai 1 simetri putar 2-fold pada ketiga sumbunya yaitu apabila diputar
berdasar sumbu a, b, c akan menunjukkan 2 kenampakanyang sama. Berdasar contoh di atas,
maka sistem kristal ini digolongkan dalam kelasdypiramidal dengan Herman maugin Symbol
2/m 2/m 2/m. Beberapa contohmineral yang mempunyai sistem kristal ortorombik kelas
dypiramidal adalah phurcalite, chesterite, epsomite.

TIPE KRISTAL

Jika kita berbicara mengenai mineral, tidak akan terlepas dari bahan yang menjadi penyusun
mineral tersebut. Mineral – mineral umumnya merupakan gabungan atau senyawa dari berbagai
unsur. Senyawa – senyawa ini dalam “pertumbuhannya” akan membentuk bangun – bangun
simetris atau asimetris yang disebut kristal.

Ada banyak sekali sistem atau tipe kristal, akan tetapi setidaknya ada 7 (tujuh) tipe kristal yang
banyak dijumpai di alam ini. Berikut adalah ke-tujuh sistem kristal tersebut.

Kubik (atau isometrik)

Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk sudut siku – siku, dan
ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe2S3, salah satu mineral besi) dan kristal Halit
(NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang berbentuk isometrik ini.

Tetragonal

Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut 90 derajat dan satu
sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya) tegak lurus terhadap bidang antara
dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain, semua sumbu membentuk sudut siku2 atau 90
derajat terhadap satu sama lain, dan dua sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-
besi sulfida) adalah contoh dari sitem kristal tetragonal ini.

Ortorombik

Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang berbeda yang berpotongan tepat 90 derajat
dari sistem kristalnya. Topas (sebuah silikat fluorin-alumunium) adalah contoh yang sangat baik
untuk menggambarkan sistem kristal ortorombik ini.

Monoklin

Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama satu dengan yang lainnya dan
berpotongan membentuk sudut siku – siku terhadap sistem dan salah satu sumbu memiliki sudut
lebih miring terhadap bidang yang dibentuk oleh kedua sumbu yang lainnya. Augit (sebuah
silikat besi dan magnesium) adalah anggota dari sistem kristal monoklin ini.

Triklin

Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling berpotongan pada sisi
miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan aluminium) merupakan contoh dari mineral
dengan sistem kristal triklin.
Felspar Albit

Heksagonal

Kristal ini memiliki tiga sumbu yang sama yang saling bersinggungan di sudut 60 derajat pada
bidang horizontal. Mereka juga memiliki (lebih panjang atau pendek) keempat sumbu tegak
lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh tiga sumbu lainnya. Atau ada empat sumbu, tiga dari
panjang yang sama pada 120 derajat satu sama lain dan sudut terakhir membentuk siku terhadap
bidang sebelumnya. Beryl (batu permata dikenal sebagai silikat berilium) adalah bagian dari
sistem kristal heksagonal.
Trigonal (Rombohedral)

Tipe kristal ini memiliki sumbu – sumbu yang sama yang saling berpotongan pada sisi miring
sistem ini. Tipe kristal ini biasanya memiliki kombinasi dengan sistem kristal Hexagonal.

Kristal Kuarsa

Demikianlah sedikit penjelasan mengenai tipe atau sistem kristal yang paling sering dijumpai.
Semoga bermanfaat, mohon tanggapannya ya
http://aulizar.wordpress.com/2010/11/24/kristal/

1. Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau
kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a =
b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 1 Sistem Isometrik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki


perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992)

2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 2 Sistem Tetragonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonal


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan
nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai
bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

 Piramid
 Bipiramid
 Bisfenoid
 Trapezohedral
 Ditetragonal Piramid
 Skalenohedral
 Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

3. Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ.

Gambar 3 Sistem Hexagonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki


perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 7:

 Hexagonal Piramid
 Hexagonal Bipramid
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid
 Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

4. Sistem Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c ,


yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Gambar 4 Sistem Trigonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

 Trigonal piramid
 Trigonal Trapezohedral
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral
 Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo. 1977)

5. Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).

Gambar 5 Sistem Orthorhombik


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

6. Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.

Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Gambar 6 Sistem Monoklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya
a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

 Sfenoid
 Doma
 Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

7. Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b
≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Gambar 7 Sistem Triklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan


sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk
sudut 80˚ terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

 Pedial
 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

source:

Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks and

Minerals. Milan : Simons & Schuster’s Inc.

Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley

Wijayanto, Andika. 2009. Kristalografi.


anakgeotoba.blogspot.com/

KRISTAL

18 Des 2011

Definisi Kristal

Menurut bahasanya Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu krustallos yang berarti es atau
sesuatu yang menyerupai es. Kristal merupakan padatan homogeny yang dibatasi oleh bidang-bidang
datar(bidang muka) yang teratur dan mempunyai susunan atom dan molekul dalam keadaan teratur
pula. Selain dari definisi ini terdapat pula berbagai definisi Kristal dari beberapa ahli.

1. Wikipedia

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur
dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.

2. Snechal

Kristal merupakan padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu.

3. Djauhari Noor

Kristal di definisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya.

Dari beberapa definisi diatas dapat kita pahami bahwa Kristal merupakan benda padat yang
memiliki bentuk tertentu dan teratur secara geometris hal ini dikarenakan sinkronisasi antar atom dan
molekul yang membentuk Kristal tersebut.

SISTEM KRISTAL

Bentuk kristal yang terdapat di bumi sangat banyak sekali ragamnya, dari bentuk yang paling
sederhana sampai yang sangat rumit. Bentuk-bentuk Kristal yang terdapat di bumi dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok dasar. Pembagian ini berdasarkan jumlah sumbu Kristal, letak atau posisi
sumbu krisatal terhadap sumbu lain, besarnya parameter masing-masing sumbu dan simetri sumbu “c”
dari sumbu Kristal. Dibawah ini 7 sistem Kristal yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus
atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya sehingga sumbu-
sumbu tersebut sering diberi nama a1, a2, a3 dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
menunjukkan bahwa system ini semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

gambar sistem isometri

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas, yaitu :

 Tetaoidal

 Kelas : ke-28

 Simetri : 2 3

 Elemen Simetri : terdapat 4 sumbu putar tiga dan tiga sumbu putar dua

 Gyroida

 Kelas : ke-30

 Simetri : 4 3 2

 Elemen Simetri : terdapat 3 sumbu putar empat, 4 sumbu putar tiga, dan 6 sumbu putar dua
 Diploida

 Kelas : ke-29

 Simetri : 2/m 3bar

 Elemen Simetri : ada 4 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua, 3 bidang kaca dan satu pusat

 Hextetrahedral

 Kelas : ke-31

 Simetri : 4bar 3 m

 Elemen Simetri : ada 4 sumbu putar tiga, 3 sumbu putaempat, dan 6 bidang kaca.

 Hexoctahedral

 Kelas : ke-32

 Simetri : 4/m 3bar 2/m

 Elemen Simetri : merupakan klas yang paling simetri untuk bidang tiga dimensi dengan 4 sumbu putar tiga,
3
sumbu putar dua, dan sumbu putar dua. Dengan 9 bidang
utama dan 1 pusat

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena,
halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992).

2. Sistem Tetragonal

Sistem tetragonal sama dengan system Isometrik, karena pada system kristal ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama,
sehingga penamaan sumbu-sumbu tersebut sering menjadi sumbu a2 sebagai sumbu b dan a1 sebagai
sumbu a. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya
lebih panjang. System tetragonal juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
gambar sistem tetragonal

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

 Piramid

 Kelas : ke-21
 Simetri : 4

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat

 Bipiramid

 Kelas : ke-23

 Simetri : 4/m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat dan 1 bidang simetri

 Bisfenoid

 Kelas : ke-22
 Simetri : 4bar

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat


 Trapezohedral

 Kelas : ke-26
 Simetri : 4 2 2

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 2 sumbu putar dua, semuanya berpotongan tegak lurus
ke sumbu putar lain.

 Ditetragonal Piramid

 Kelas : ke-25

 Simetri : 4 m m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat dan 4 bidang simetri

 Skalenohedral

 Kelas : ke-24
 Simetri : 4bar 2 m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 2 sumbu putar dua, dan 2 bidang simetri

 Ditetragonal Bipiramid

 Kelas : ke-27
 Simetri : 4/m 2/m 2/m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 4 sumbu putar dua, 5 sumbu simetri

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

3. Sistem Hexagonal

Sistem hexagonal ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang). System hexagonal memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ.

gambar sistem hexagonal

Sistem ini dibagi menjadi 7:

 Hexagonal Piramid

 Kelas : ke-14
 Simetri : 6

 Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar enam.

 Hexagonal Bipramid

 Kelas : ke-16
 Simetri : 6/m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri

 Dihexagonal Piramid

 Kelas : ke-18
 Simetri : 6 m m
 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri

 Dihexagonal Bipiramid

 Kelas : ke-20
 Simetri : 6/m 2/m 2/m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-masing
berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan satu pusat

 Trigonal Bipiramid

 Kelas : ke-1
 Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri

 Ditrigonal Bipiramid

 Kelas : ke-17
 Simetri : 6bar 2m

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri

 Hexagonal Trapezohedral

 Kelas : ke-19
 Simetri : 6 2 2

 Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).

4. Sistem Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal.
Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan
dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

System Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.

gambar sistem trigonal

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

 Trigonal piramid
 Trigonal Trapezohedral

 Kelas : ke-12
 Simetri : 3 2

 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.

 Ditrigonal Piramid

 Kelas : ke-11
 Simetri : 3m

 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri

 Ditrigonal Skalenohedral
 Kelas : ke-13
 Simetri : 3bar 2/m

 Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri

 Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , sehingga panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga
sudutnya saling tegak lurus (90˚).

Kesimetrisan dari sitem orthorombik memiliki 3 elemen simetri seperti :

 3 bidang simetri : bidang-bidang sumbu

 3 sumbu simetri diagonal : sumbu-sumbu kristalografi pusat simetri

gambar sistem orthorombik


Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

 Bisfenoid

 Kelas : ke-7
 Simetri : 2 2 2

 Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar

 Piramid

 Kelas : ke-6
 Simetri : 2 m

 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar dua dan 2 bidang

 Bipiramid

 Kelas : ke-8
 Simetri : 2/m 2/m 2/m

 Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus
dengan ketiga sumbu dan sebuah pusat.

ketiga sumbu dan sebuah pusat

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

6. Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak
lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu
c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

gmabar sistem monoklin

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

 Sfenoid

 Kelas : ke-4

 Simetri : 2

 Elemen Simetri : 1 sumbu putar

 Doma

 Kelas : ke-3

 Simetri : m

 Elemen Simetri : 1 bidang simetri

 Prisma

 Kelas : ke-5

 Simetri : 2/m
 Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

7. Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. System kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang
atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada
system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

gambar sistem triklin

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

 Pedial

 Kelas : ke-1
 Simetri : 1

 Elemen Simetri : hanya sebuah pusat


 Pinakoidal

 Kelas : ke-2
 Simetri : 1bar

 Elemen Simetri : hanya sebuah pusat

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik,
sejarah dan proses pembentukannya. Dalam Geologi, kita akan mempelajari semua hal tentang
seluk-beluk Bumi ini secara keseluruhan. Dari mulai gunung-gunung dengan tinggi ribuan meter,
hingga palung-palung didasar samudra. Dan untuk mengetahui semua itu, tentunya kita harus
mempelajari apa-apa sajakah materi pembentuk Bumi ini.

Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana batuan sendiri adalah kumpulan dari
mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Jadi intinya, untuk dapat mempelajari ilmu
Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-
bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi.

Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu menguasai tentang kristal sebelum
mempelajari tingkat selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu kristal adalah syarat untuk dapat
mempelajari Geologi.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud

Dalam studi Geologi, tentu kita harus mempelajari tentang kristal dan semua yang berhubungan
dengan kristal itu sendiri. Hal ini jelas harus dilakukan karena kristal adalah dasar dari ilmu
Geologi itu sendiri. Kristal adalah dasar dari mineral, mineral adalah pembentuk batuan, dan
Bumi ini terdiri dari batuan-batuan. Jadi, dalam studi kristal yang dilakukan pada awal studi
Geologi ini dimaksudkan agar kita dapat menguasai hal-hal tentang kristal sebagai bekal untuk
mempelajari tingkat yang lebih lanjut dalam ilmu Geologi.

1.2.2 Tujuan

Dalam kegiatan mempelajari dan praktikum Kristalografi, kita dituntut untuk dapat :

1. mengenal dan menguasai bentuk-bentuk kristal


2. mendiskripsikan kandungan unsur simetri dari tiap bentuk kristal dan
mengklasifikasikannya berdasarkan hukum-hukum geometri
3. menguasai “indices” dan dapat menghitung sudut antar bidang kristal
4. dapat menentukan dan menjelaskan simbol-simbol yang ada pada kristal
5. membuat proyeksi streografis dari masing-masing kelas kristal
6. dapat mengenal mineral berdasarkan bentuk kristal idealnya

1.3 Landasan Teori

Bumi yang kita pijak ini adalah bagian dari alam semesta yang begitu luas. Sistem tata surya kita
hanya satu dari milyaran bintang yang ada dijagat raya ini. Bisa kita bayangkan betapa kecilnya
Bumi ini bila dibandingkan dengan alam.

Berbagai bahan pembentuk Bumi terbentuk oleh proses alam yang panjang sejak terbentuknya
Bumi. Jangka waktu pembentukkan tersebut dapat kita ketahui dalam ilmu Geologi dengan
mengamati batuan-batuan yang ada di Bumi. Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral
(terutama mineral golongan silika / pada Bowen’s series).

Yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah,
seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal
kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan
sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan mempelajari kristal.

Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri.

1.3.1 Pengertian Kristal

Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku.
Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka
kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti
hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri;
Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut
selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut
antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu
kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang
yang disebut sebagai parameter.

Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai
berikut :

1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :

tidak termasuk didalamnya cair dan gas


tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika

terbentuknya oleh proses alam

2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti


hukum geometri :

jumlah bidang suatu kristal selalu tetap

macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap

sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum
diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara
laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.

1.3.2 Proses Pembentukan Kristal

Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami
oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung
pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.

Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan
kristal :

Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk
kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh
perubahan suhu lingkungan.

Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair.
Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal
form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat
karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas
vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.

Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan
susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah
terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara
signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya.
Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain
yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.

1.3.3 Sistem Kristalografi

Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang,
letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.

Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri)
dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik,
Monoklin dan Triklin.

Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini
berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik
terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki
tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai
tiga kelas dan Triklin dua kelas.

Tabel 1.1 Tujuh Sistem Kristal

No Sistem Kristal Axial Ratio Sudut Kristalografi


1 Isometrik a=b=c α = β = γ = 90˚
2 Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚
3 Hexagonal a=b=d≠c α = β = 90˚ ; γ = 120˚
4 Trigonal a=b=d≠c α = β = 90˚ ; γ = 120˚
5 Orthorhombik a≠b≠c α = β = γ = 90˚
6 Monoklin a≠b≠c α = β = 90˚ ≠ γ
7 Triklin a≠b≠c α ≠ β ≠ γ ≠ 90˚

1.3.3 Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal
diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu
inversi putar.

Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut
ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan
sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.

Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang
sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya.
Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri
menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal).

1.3.4 Proyeksi Orthogonal

Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah
penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua penggambaran
yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik,
arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan
menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan
seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada
akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk
bidang-bidang muka kristal.
Pada praktikum kristalografi yang dilakukan di laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Medan. Penggambaran kristal menggunakan proyeksi
penggambaran orthogonal ini.

Tabel 1.2 Penggambaran Tujuh Sistem Kristal

No Sistem Kristal Perbandingan Sumbu Sudut Antar Sumbu


1 Isometrik a:b:c=1:3:3 a+^bˉ = 30˚
2 Tetragonal a:b:c=1:3:6 a+^bˉ = 30˚
3 Hexagonal a:b:c=1:3:6 a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚
4 Trigonal a:b:c=1:3:6 a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚
5 Orthorhombik a : b : c = sembarang a+^bˉ = 30˚
6 Monoklin a : b : c = sembarang a+^bˉ = 45˚
7 Triklin a : b : c = sembarang a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚

1.4 Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi

Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari
ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan.
Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan
pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-
kristal.

Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan
dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu
kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang
paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai
estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi
digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama
kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.

TATA CARA PENDESKRIPSIAN


2.1 Jumlah Unsur Simetri
Jumlah unsur simetri adalah notasi-notasi yang digunakan untuk menjelaskan nilai-nilai yang ada
dalam sebuah kristal, nilai sumbu-sumbunya, jumlah bidang simetrinya, serta titik pusat dari
kristal tersebut. Dengan menentukan nilai jumlah unsur simetri, kita akan dapat mengetahui
dimensi-dimensi yang ada dalam kristal tersebut, yang selanjutnya akan menjadi patokan dalam
penggambarannya.
Unsur simetri yang diamati adalah sumbu, bidang, dan pusat simetri. Cara penentuannya adalah
sebagai berikut:
 Pada posisi kristal dengan salah satu sumbu utamanya, lakukan pengamatan terhadap nilai sumbu
simetri yang ada. Pengamatan dapat dilakukan dengan cara memutar kristal dengan poros pada
sumbu utamanya.
 Perhatikan keterdapatan sumbu simetri tambahan, jika ada tentukan jumlah serta nilainya.
Menentukan nilainya sama dengan pada sumbu utama.
 Amati keterdapatan bidang simetri pada setiap pasangan sumbu simetri yang ada pada kristal.
 Amati bentuk kristal terhadap susunan persilangan sumbunya, kemudian tentukan ada tidaknya
titik pusat kristal.
 Jumlahkan semua sumbu dan bidang simetri (yang bernilai sama) yang ada.
2.2 Herman-Mauguin
Dalam pembagian Sistem kristal, ada 2 simbolisasi yang sering digunakan. Yaitu Herman-
Mauguin dan Schoenflish. Simbolisasi tersebut adalah simbolisasi yang dikenal secara umum
(simbol Internasional).
Simbol Herman-Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada atau tidaknya bidang simetri
dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu utama dalam kristal tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal tersebut.
Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-masing kristal. Dan cara
penentuannya pun berbeda pada tiap Sistem Kristal.
1. Sistem Isometrik
 Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu utama, mungkin bernilai 2, 4, atau 4.
 Bagian 2 : Menerangkan Sumbu tambahan pada arah 111, apakah bernilai
3 atau 3.
 Bagian 3 : Menerangkan sumbu tambahan bernilai 2 atau tidak bernilai
yang memiliki arah 110 atau arah lainnya yang terletak tepat
diantara dua buah sumbu utama.
2. Sistem Tetragonal
 Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin mungkin bernilai 4 atau
4.
 Bagian 2 : Menerangkan nilai sumbu utama horizontal.
 Bagian 3 : Menerangkan nilai sumbu tambahan yang terletak tepat
diantara dua sumbu utama lateral.

3. Sistem Hexagonal dan Trigonal


 Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 6 atau 3.
 Bagian 2 : Menerangkan nilai sumbu utama horizontal.
 Bagian 3 : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu tambahan yang terletak
tepat diantara dua sumbu utama horizontal, berarah 1010.
4. Sistem Orthorhombik
Terdiri atas tiga bagian, yaitu dengan menerangkan nilai sumbu-sumbu utama dimulai dari
sumbu a, b, dan kemudian c.
5. Sistem Monoklin
Pada sistem ini hanya terdiri dari satu bagian, yaitu hanya menerangkan nilai sumbu b.
6. Sistem Triklin
Untuk sistem ini hanya mempunyai dua kelas simetri yang menerangkan keterdapatan pusat
simetri kristal.
Keseluruhan bagian tersebut diatas harus diselidiki ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
terhadap sumbu yang dianalisa. Jika ada, maka penulisan nilai sumbu diikuti dengan huruf “m”
(bidang simetri) dibawahnya. Kecuali untuk sumbu yang bernilai satu ditulis dengan “m” saja.
Berikut ini adalah beberapa contoh penulisan simbol Herman-Mauguin dalam pendeskripsian
kristal :
 6/m : Sumbu simetri bernilai 6 dan terhadapnya terdapat bidang simetri yang tegak lurus.
 6 : Sumbu simetri bernilai 3, namun tidak ada bidang simetri yang tegak lurus terhadapnya.
 m : Sumbu simetri bernilai 1 atau tidak bernilai dan terhadapnya terdapat bidang simetri yang
tegak lurus.
2.3 Schoenflish
Simbolisasi Scoenflish digunakan untuk menandai atau memberi simbol pada unsur-unsur
simetri suatu kristal. Seperti sumbu-sumbu dan bidang-bidang simetri. Simbolisasi Schoenflish
akan menerangkan unsur-unsur tersebut dengan menggunakan huruf-huruf dan angka yang
masing-masing akan berbeda pada setiap kristal.
Berbeda dengan Herman-Mauguin yang pemberian simbolnya berbeda-beda pada masing-
masing sistemnya, pada Schoenflish yang berbeda hanya pada sistem Isometrik. Sedangkan
system-sistem yang lainnya sama cara penentuan simbolnya.
1. Sistem Isometrik
Pada sistem ini, simbolisasi yang dilakukan hanya terdiri dari 2 bagian, yaitu :
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, apakah bernilai 2 atau 4.
 Bila bernilai 4, maka dinotasikan dengan huruf O (Octaheder)
 Bila bernilai 2, maka dinotasikan dengan huruf T (Tetraheder)
Bagian 2 : Menerangkan keterdapatan bidang simetri.
 Jika mempunyai bidang simetri horizontal, vertical dan diagonal. Maka diberi notasi huruf h.
 Jika mempunyai bidang simetri horizontal dan vertical. Maka diberi notasi huruf h.
 Jika mempunyai bidang simetri vertical dan diagonal. Maka diberi notasi huruf v.
 Jika hanya mempunyai bidang simetri diagonal. Maka diberi notasi huruf d.
2. Sistem Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan
Triklin
Pada sistem-sistem ini, simbolisasi Schoenflish yang dilakukan terdiri dari 3 bagian, yaitu :
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu lateral atau sumbu tambahan, ada 2
kemungkinan :
 Kalau bernilai 2, maka dinotasikan dengan huruf D (Diedrish)
 Kalau tidak bernilai, maka dinotasikan dengan huruf C (Cyklich)
Bagian 2 : Menerangkan nilai dari sumbu c. penulisan dilakukan dengan
menuliskan nilai angka nilai sumbu c tersebut didepan huruf D atau C
(dari bagian 1) dan ditulis agak kebawah.
Bagian 3 : Menerangkan keterdapatan bidang simetri. Penulisan dilakukan dengan
menuliskan huruf yang sesuai sejajar dengan huruf dari bagian 1.
 Jika mempunyai bidang simetri horizontal, vertical dan diagonal. Maka dinotasikan dengan huruf
h.
 Jika mempunyai bidang simetri horizontal dan vertical. Maka dinotasikan dengan huruf h.
 Jika mempunyai bidang simetri vertical dan diagonal. Maka dinotasikan dengan huruf v.
 Jika hanya mempunyai bidang simetri diagonal saja. Maka dinotasikan dengan huruf d.
Tabel 2.1 Contoh Simbolisasi Schoenflish
No Kelas Simetri Notasi (Simbolisasi)
1 Hexotahedral Oh
2 Ditetragonal Bipyramidal D4h
3 Hexagonal Pyramidal D6h
4 Trigonal Pyramidal C3v
5 Rhombik Pyramidal C2v
6 Rhombik Dipyramidal C2h
7 Rhombik Disphenoidal C2
8 Domatic Cv
9 Pinacoidal C
10 Pedial C
4.2 Indeks Miller-Weiss
Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting, karena indeks ini
digunakan pada ancer semua ilmu matematika dan struktur kristalografi. Indeks Miller dan
Weiss pada kristalografi menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-
bidang atau sisi-sisi sebuah kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan
menentukan salah satu bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang
tersebut memotong sumbu-sumbu utama (a, b dan c) pada kristal tersebut.
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus dilakukan
selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks Miller dan Weiss itu sendiri. Penilaian
dilakukan dengan mengamati berapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau
bidang tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu
kristal.
Pada dasarnya, indeks Miller dan Weiss tidak jauh berbeda. Karena apa yang dijelaskan dan cara
penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang dengan sumbu simetri kristal.
Yang berbeda hanyalah pada penentuan nilai indeks. Bila pada Miller nilai perpotongan yang
telah didapat sebelumnya dijadikan penyebut, dengan dengan nilai pembilang sama dengan satu.
Maka pada Weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyebut sama
dengan satu. Untuk indeks Weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak terbatas,
yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan sumbu sama dengan nol).
Dalam praktikum laboratorium Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Geologi, ITM,
disepakati bahwa nilai tidak terbatas ( ~ ) tersebut digantikan dengan atau disamakan dengan
tidak mempunyai nilai (0). Indeks Miller-Weiss ini juga disebut sebagai ancer bentuk. Hal ini
adalah karena indeks ini juga akan mencerminkan bagaimana bentuk sisi-sisi dan bidang-bidang
yang ada pada kristal terhadap sumbu-sumbu utama kristalnya.

BAB III
SISTEM KRISTAL DAN DESKRIPSI
3.1 Sistem Isometrik

Gambar 3.1 Sistem Isometrik


Sistem ini juga disebut ancer regular, atau bahkan sering dikenal sebagai ancer kubus atau kubik.
Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, system Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Isometrik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, copper, pyrope,
platinum, halite dan spinel.
4.2 Sistem Tetragonal

Gambar 3.2 Sistem Tetragonal


Sama dengan system Isometrik, ancer ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing
saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada ancer ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Tetragonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Tetragonal ini adalah zircon, beryl, apatite,
erionite dan nepheline.
4.2 Sistem Hexagonal
Gambar 3.3 Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, ancer Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d
≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini
berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Hexagonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Hexagonal ini adalah calcite, alunite, dolomite,
siderite, dan smithsonite.
4.2 Sistem Trigonal

Gambar 3.4 Sistem Trigonal


Beberapa ahli memasukkan ancer ini kedalam system Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada ancer Trigonal setelah terbentuk bidang
dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c
, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti,
pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Trigonal ini adalah quartz, brulite, bentonite,
gratonite, dan tourmaline.
4.2 Sistem Orthorhombik

Gambar 3.5 Sistem Orthorhombik


Sistem ini disebut juga ancer Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠
c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada ancer ini, ketiga
sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Orthorhombik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada ancer ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Orthorhombik ini adalah brite, celestite, aragonite,
cerussite, dan witherite.
4.2 Sistem Monoklin

Gambar 3.6 Sistem Monoklin


Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut
α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Monoklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada ancer ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, kernite, malachite,
colemanite dan ferberite.
4.2 Sistem Triklin

Gambar 3.7 Sistem Triklin


Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Triklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada ancer ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+=
80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ
membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah turquoise, kyanite, albite,
microklin dan anorthite.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.2 Kesimpulan
Dengan mempelajari dan melakukan praktikum tentang Kristalografi yang menjadi bagian dari
praktikum Kristalografi dan Mineralogi. Dapat saya ambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya
untuk dapat mengenal, mengetahui dan menguasai ilmu tentang kristal dalam studi Geologi.
Karena kristal sendiri adalah merupakan salah satu dasar yang paling penting dalam ilmu
Geologi itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan oleh kristal menjadi salah satu dasar untuk
mempelajari ilmu tentang mineral yang akan dipelajari pada tahap selanjutnya. Jika tidak
menguasai dan mengenal tentang kristal, akan sangat sulit untuk selanjutnya memmahami
Mineralogi, dan mineral itu sendiri adalah pembentuk batuan, sedangkan batuan itu adalah inti
dari Geologi. Hal ini juga menyebabkan Kristalografi dan Mineralogi menjadi syarat untuk dapat
melanjutkan studi pada mata kuliah dan praktikum Petrologi yang akan dipelajari selanjutnya.
Selama melakukan praktikum Kristalografi, praktikan diharapkan mampu mengenal,
mengklasifikasi, mendeskripsi serta menggambar sketsa dari masing-masing ancer kristal yang
ada, yaitu, Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin serta Triklin.
Dan tentu saja praktikan diharapkan mampu untuk mengetahui defenisi dari kristal itu sendiri,
proses-proses pembentukkannya, dan juga mengetahui ancer-unsur yang ada pada kristal itu
sendiri. Seperti sumbu simetri, sudut simetri, dan juga bidang simetri. Selain itu praktikan juga
harus mengetahui aplikasi dari Kristalografi itu sendiri, khususnya dibidang Geologi.
Dalam praktikum Kristalografi yang dilakukan dilaboratorium Kristalografi dan Mineralogi pada
jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Medan. Digunakan proyeksi Orthogonal dalam
melakukan penggambaran atau sketsa kristal. Metode penggambaran ini dilakukan dengan
menggunakan persilangan sumbu yang akan menghasilkan sketsa tiga dimensi dari kristal.
Penggambaran kristal dilakukan sesuai dengan hasil deskripsi kristal yang telah dilakukan.
Pendeskripsian dilakukan dengan langkah-langkah menentukan jumlah ancer-unsur simetri,
kelas simetri, simbolisasi Herman-Mauguin, simbolisasi Schoenflish, indeks Miller-Weiss serta
menentukan nama bentuk kristal dan contoh-contoh mineralnya.
Setelah mempelajari dan melakukan praktikum Kristalografi, diharapkan untuk kedepannya
dalam mempelajari Mineralogi akan dapat lebih mudah dengan memiliki dasar-dasar yang telah
didapat pada Kristalografi.
4.2 Saran
Selama mempelajari dan melakukan praktikum Kristalografi, telah banyak yang dapat kita
pelajari. Baik dalam hal ilmu tentang kristal itu sendiri pada khususnya serta tentang aplikasi dan
manfaatnya dalam bidang Geologi dan juga dikehidupan sehari-hari.
Dalam melakukan praktikum Kristalografi, dapat kita sadari bersama ada beberapa kekurangan
yang cukup menghambat berjalannya proses praktikum. Salah satu yang paling dapat dirasakan
adalah kurangnya jumlah sampel (contoh) kristal yang ada dilaboratorium Kristalografi dan
Mineralogi. Maka diharapkan agar kedepannya kekurangan tersebut dapat ditutupi sehingga
proses praktikum yang dilakukan dapat berjalan ancer. Dan satu hal lagi yang juga perlu
diperhatikan adalah waktu praktikum yang kadang tidak tepat pada waktunya. Diharapkan agar
untuk kedepannya kita dapat sama-sama untuk menjaga hal tersebut agar tidak terulang atau
paling tidak dikurangi. Dengan begitu diharapkan praktikum yang dilakukan dapat lebih baik
lagi.
Namun pada dasarnya, diluar kekurangan-kekurangan yang ada. Praktikum yang dilakukan
sudah cukup baik. Dan tentu saja kita semua berharap agar dapat terus lebih baik lagi dimasa
depan.
DAFTAR PUSTAKA
Asisten, Team. 2003. “Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi”.

UPN veteran Yogyakarta

Firdaus. 2008. ”Kristalografi”. http:/firdaus.unhalu.ac.id Diperoleh Tanggal 29

November 2009

Mondadori, Arlondo. 1977. ”Simons & Schuster’s Guide to Rocks and

Minerals”. Milan : Simons & Schuster’s Inc.

Noor, D. 2008. ”Pengantar Geologi”. Bogor : Universitas Pakuan

Prawira Budi, Triton. 2009. “Mengenal Sains : Sejarah Bumi dan Bencana

Alam.” Yogyakarta : Tugu Publisher

Salisbury, Edwar Dana. 1921. ”A Textbook of Mineralogy”. New York : John

Wiley & Sons.


Wijayanto, Andika. 2009. “Kristalografi”.

Anda mungkin juga menyukai