Anda di halaman 1dari 3

Safety Salah Jurusan

Penulis: Dwi Pudjiarso

Jadi insan safety karena tidak ada posisi lain? Anda tidak sendirian.
Menjadi orang safety, saya yakini sebagai jalan
hidup yang ditunjukkan oleh Tuhan.
Mengapa? Karena hanya sedikit jumlah
orang safety yang memang sengaja masuk dan
memilih profesi safety. Bahkan banyak dari kita
yang terdampar di dunia safety karena tidak ada
pilihan, dengan sejuta macam alasan. Saya sebut
terdampar karena memang banyak dari kita tiba-
tiba berada di departemen safety karena tidak
berdaya, karena adanya lowongan kerja hanya
itu. Ada yang karena unfit. Ada yang karena
pengurangan SDM di departemen lain, ada pula yang karena tidak cocok dengan atasan
sebelumnya, ada yang kondisi fisiknya tidak bisa kerja shift, ada yang kebetulan banyak
mengerjakan SOP bahasa Inggris yang harus ia terjemahkan sebagai tugas tambahan, dan
masih banyak lagi contoh kasus-kasus lain.

Sebetulnya proses keterdamparan kita ke bagian safety di suatu perusahaan tidak begitu
penting, karena itu hanya cara Tuhan saja memberi amanah kepada kita untuk beribadah di
jalur keselamatan kerja. Yang lebih penting justru bagaimana kita setelah masuk di
dunia safety. Bagaimana kita menyikapi dan merubah mindset kita setelah berada
di safety. Mereka yang segera mengambil sikap bahwa safetyadalah profesi baru yang harus
ditekuni, akan muncul sebagai pemenang yang sekarang sudah menduduki posisi-posisi
manajemen safety. Sebaliknya mereka yang hatinya dibiarkan berlarut-larut dalam
kebimbangan dan tidak ikhlas berada di profesi safety, sehingga hatinya belum bisa berpaling
kesafety meski raganya sudah disana, biasanya tidak akan menjadi apa-apa. Beberapa bahkan
memasuki masa pensiun dengan posisi yang sama ketika ia masuk ke departemen safety.

Dari background pendidikan juga sangat bervariasi. Banyak orang safety yang salah
jurusan. Banyak orang safety yang berasal dari jurusan yang tidak ada kaitannya sedikitpun
dengan safety, sehingga ada yang menjadi orang safety, dianggap sebagai disersi dari
profesinya. Apalagi sampai dekade 1984, di mana jurusan safety di perguruan tinggi di negara
kita tercinta masih merupakan barang langka, dan yang sudah adapun masih menempel di
fakultas kedokteran. Jumlah SKS mata kuliah safety-nya juga masih sangat minim dan hanya
diperoleh di semester-semester akhir.

Pada awal-awal adanya jurusan safety di perguruan tinggi, para mahasiswa safety di fakultas
kesehatan masyarakat, banyak yang memilih jurusan safetytanpa alasan yang jelas. Mereka
masih diliputi suasana bimbang terhadap masa depan pekerjaan safety yang bagi mereka
masih kabur. Lebih jauh lulusan safety sendiri mendapati dirinya dalam kondisi sangat minim
ilmu safety-nya, sehingga waktu masuk ke industri sering masih belum paham apa yang harus ia
kerjakan sebagai orang safety. Sedang diwaktu yang sama teman-teman yang alumni teknik
yang tidak sengaja masuk bekerja di departemen safety, merasa malu menyampaikan ke teman
se-almamater bahwa ia berada di departemen safety, bukan di core business, yang dianggap
sebagai kegagalan.

Keraguan untuk menekuni profesi safety memang bukan tidak beralasan. Di dunia industri,
departemen safety adalah salah satu departemen dari kelompok support, bukan core
business. Sebagai departemen pendukung, tentu saja benefit yang diperolehpun juga berbeda
dibandingkan dengan benefit teman-teman yang berada di departemen inti atau core business.
Tetapi kan uang bukan segalanya, perasaan hidup lebih bermanfaat banyak membuat manusia
lebih berbahagia.

Kalau anda termasuk orang yang sudah bergabung di departemen safety dengan cara yang
tidak sengaja, atau masuk safety sebagai salah jurusan, anda tindak sendirian. Saya sebagai
mantan guru bahasa Inggris di sebuah SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga) yang
waktu itu perbendaraan kata bahasa Inggris saya hanya seputar urusan memasak, sayur mayur,
menjahit, ibu rumah tangga, bukan kebetulan bila Tuhan memberi kepercayaan kepada saya
untuk memimpin departemen safety di perusahaan asing dengan karyawan lebih dari 23.000
orang.

Saya meyakini mindset yang benar adalah kuncinya. Contoh yang lebih ekstrim tentang salah
jurusan, adalah seorang teman yang berhasil menjadi seorang electrician handal di tambang
bawah tanah, padahal background pendidikannya adalah PGA (Pendidikan Guru Agama)
Bagaimana mindset yang benar?

Pertama meyakini bahwa keberadaan kita di departemen safety yang tidak direncanakan itu
adalah ats kehendak Tuhan, bukan sesuatu yang kebetulan.. Dan kehendak Tuhan pasti
baik. Semua kondisi yang menempatkan kita dalam posisi yang tidak memiliki pilihan apa-apa
lagi, harus kita imani sebagai jalan yang dipilihkan Tuhan untuk kita. Setelah itu, tugas kita
adalah mencari apa kebaikan yang direncanakan Tuhan untuk kita. Ya harus mencari, bukan
menunggu.

Bagaimana mencarinya?
Buat rencana pengembangan diri dengan garis start pada kondisi anda sebagai
insan safety pemula menuju tujuan akhir menjadi insan safety yang kompeten. Untuk
pengembangan diri ini jangan terlalu menggantungkan kepada program pelatihan formal yang
disediakan oleh perusahaan, tetapi lebih pada upaya belajar sendiri dengan memakai berbagai
cara termasuk berusaha sebanyak-banyaknya melibatkan diri di semua aktivitas safety. Kalau
nanti ternyata ada pelatihan formal dari perusahaan, anggap saja itu bonus. Tidak ada salahnya
kita mengusulkan ikut pelatihan tertentu sesuai dengan rencana pengembangan
anda. Rencana pengembangan diri harus dibuat rinci dengan waktu pencapaian yang terukur,
yang urutannya meliputi penguasaan proses bisnis area kerja (mining operation, mining
maintenance, processing, hauling, port, dsb), penguasaan teknis basic safety (inspeksi,safety
meeting, JSA, observasi, safety talk, induksi, investigasi, statistik, dst), lalu coba buat-buat SOP
untuk bidang yang belum ada prosedurnya. Terlibatlah di semua kegiatan K3 agar anda mulai
mengenal bukan hanya Basic Safety secara teknis, tetapi sudah meningkat ke pengelolaan Basic
Safety. Setelah itu kalau ada kesempatan mengajar, lakukanlah.

Penting diingat, apapun yang anda lakukan di pekerjaan safety, lakukanlah dengan serius dan
total sampai anda menjadi MAHIR, dan bukan hanya sekedar bisa. Kumpulkan kemahiran demi
kemahiran safety dalam hidup anda dan anda akan sukses. Kalau ada yang menganggap karier
di safety itu suram, mereka salah besar. Di safety kita bisa berkarier dengan baik, bahkan
keahlian safety tetap laku meski kita sudah purnabakti.

Jangan biarkan anda berlama-lama dalam gelombang keraguan berada di safety. Segera ambil
keputusan, tekuni profesi safety, buat rencana pengembangan safety diri yang rinci dan
terukur, jangan pernah menolak tugas safety seberat apapun, dan anda akan menjadi
insan safety yang sukses. Selamat.

Anda mungkin juga menyukai