3.bab Ii
3.bab Ii
id
13
BAB II
A. Kajian Pustaka
dapat dijadikan acuan dalam penelitian berikutnya dengan topik yang sama.
dalam Lakon Wabah Karya Hanindawan. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tahun 2002
Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah aspek-aspek formal yang
penelitian ini mengungkapkan mengenai interpretasi yang kreatif oleh sutradara Isa
Bagus Putranto dalam hal pembacaan naskah dan tata artistik. Konsep penyutradaraan
Isa Bagus Putranto menggunakan campuran antara model Gordon Craig dengan
Laizes Faire.
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
menafsirkan naskah dengan mencari aspek formal yang terkandung di dalam naskah.
Langkah ini bertujuan agar pementasan yang berlangsung di atas panggung tidak
melenceng dari naskah. Agung Wijayanto juga melakukan hal tersebut dengan tujuan
yang sama, meskipun pada dasarnya Agung Wijayanto tidak membatasi imajinasi
Naskah Lakon Aum Karya Putu Wijaya. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tahun 2008.
dan tugas sutradara Rohmat Basuki sebagai bentuk penyutradaraan terhadap naskah
berikut: (1) menentukan nada dasar, (2) memilih pemain atau pengkastingan, (3)
latihan untuk pementasan, (4) tata teknis dan pentas, (5) menguatkan atau
antara teori Gordon Craig dan Laizes Faire. Gordon Craig cenderung membentuk
pemain sesuai dengan apa yang dikehendakinya sedangkan Laizes Faire lebih
gaya penyutradaraan Gordon Craig dan Laizes Faire ketika proses kerjanya
atas panggung.
Naskah Lakon Keluarga yang Dikuburkan Karya Afrizal Malna. Skripsi Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret,
nada dasar, (2) memilih pemain atau pengkastingan, (3) latihan untuk pementasan, (4)
tata teknis dan pentas, (5) menguatkan atau melemahkan scene, (6) menciptakan
yang cenderung menjadi kreator dengan gaya Laizes Faire yang lebih ke interpretator.
Budi Riyanto sebagai sutradara sangat jeli dalam hal pemilihan pemain (casting)
dengan memilah pemain yang sudah profesional dengan pemain yang baru. Namun,
kolaborasi antara pemain ini dilakukan dengan baik sehingga pemain professional
dalam pementasan nakah lakon Keluarga yang Dikuburkan ini dapat membimbing
Harymawan meliputi: (1) menentukan nada dasar, (2) memilih pemain atau
pengkastingan, (3) penyusunan mise en scene, (4) tata teknis dan pentas, (5)
Realis. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
yang dilakukan Didik Panji pada tahap pra-produksi dan produksi naskah lakon
Rambat-Rangkung karya Trisno Santoso dan bentuk pilihan penyajian drama realis
yang berisi tentang teknik seorang sutradara menyiasati medan, memilih naskah,
prompt book, tahap mencari-cari, memilih pemain, teknik muncul, teknik memberi
nada dasar, menentukan casting, tata dan teknik pentas, menyusun mise en scene,
drama realis yang merujuk dari naskah lakon yang realis, pemeranan realis, dan tata
panggung realis.
dalam Marsinah Menggugat saat menjelaskan tugas dan fungsi sutradara dari awal
sebagai sutradara interpretator yang selalu memberi arahan kepada pemain dan
kerabat kerja selama proses produksi sekaligus sebagai sutradara creator yang
B. Landasan Teori
wawasan luas yang menjadi pendukung dari tugasnya. Dia harus dapat merangkul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
penonton agar dapat memahami maksud dan tujuan dari penulis lakon dengan
interpretasinya sendiri.
paham, kecakapan, serta daya khayal yang inteligen sehingga mencapai suatu
pertunjukan yang berhasil (Harymawan, 1988: 63). Sutradara juga diartikan sebagai
seorang pemimpin dalam arti yang sungguh memimpin. Dia tidak ditunjuk,
kerja yang akan menjadi pembantu proses pementasan. Dia harus berkonsentrasi
penuh agar tercipta hubungan baik dengan kerabat kerjanya sehingga tidak ada miss
antara naskah, pemain, dan penonton. Hal ini tentunya membuat sutradara tidak
bertugas sendiri karena dia memiliki rantai pementasan yang tidak dapat dikerjakan
dan guru (suhu). Dia tidak diangkat, sebagaimana juga seniman, tetapi mengangkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
memungkinkan untuk itu. Seorang jendral yang baik, adalah juga seorang prajurit
yang baik (Tommy F. Awuy, 1999: 180). Pendapat dari Nano Riantarno mengenai
sutradara sebagai jendral dan prajurit yang baik ini adalah benar. Seorang jendral
memang berawal dari seorang prajurit yang memiliki kemampuan lebih di antara
prajurit lain sehingga dirinya dapat menjadi seorang jendral. Hal yang sama juga
yang terjadi terhadap seorang sutradara, dia adalah seorang aktor yang dianggap
memiliki sebuah kemampuan yang unggul di antara yang lain. Dengan demikian,
Sutradara bukan hanya seniman yang mampu melatih dan memimpin aktor,
tetapi juga seorang manajer yang dengan kecakapannya mampu mengurus anak
buahnya sejak latihan sampai berpentas (Herman J. Waluyo, 2002: 97). Harymawan
tata laksana), dan stage manajer (yang mengatur panggung dan seluruh
Ekspresi seorang sutradara dalam menyalurkan ide dasar atas sebuah lakon
yang akan dipentaskan adalah bagian terpenting. Dia harus mengerti benar segala
hal yang akan menjadi pendukung dari pementasan yang dinaunginya. Salah satu
1. Dilakukan
2. Didengar
Hubungan batin antara sutradara dengan naskah jelas harus diciptakan terlebih
dahulu. Naskah lakon di tangan sutradara ibarat partitur musik di tangan dirigen.
kritis dalam menghadapi sebuah naskah, karena dari naskah yang baik sutradara
Sutradara juga wajib menafsirkan naskah lakon yang akan dijadikan sebuah
struktur yang simultan yang dinyatakan itu dilaksanakan dengan lancar (Ags. Arya
Dipayana: 77).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
penyutradaraan yang digunakan. Ada dua jenis teori penyutradaraan dalam buku
Sutradara penganut teori ini akan menjadi sutradara yang diktator. Harus
terdapat kesatuan ide dalam teater. Teater sebagai seni harus mengekspresikan
(pemain). Pemain yang terbaik adalah mereka yang memiliki rohani dan jasmaniah
pada saat latihan dan pementasan cenderung sama. Ketertiban, keteraturan, dan
ketelitian dijamin rapi apabila menggunakan teori model ini. Namun, kelemahan
teori Craig adalah memaksa sutradara menjadi seorang creator yang diktator.
Pemain pun hanya dijadikan alat sutradara untuk meniru apa yang telah
diajarkannya. Hal ini akan membuat kreativitas pemain dibatasi bahkan dapat
hilang, padahal tujuan dari produksi lakon adalah memberi kesempatan bagi para
Teori ini akan menjadikan sutradara sebagai interpretator yang baik karena
sifatnya yang tidak membatasi ruang gerak pemain. Dalam hal ini, pemain adalah
sutradara dengan teori ini tetap mengatur pemain agar tidak keluar dari jalurnya
Kelemahan teori ini adalah terdapat bahaya akan timbulnya kekacauan dan
masing. Pemain dengan kekuatan lakon saja yang akan terlihat menonjol dan
Tugas pertama seorang sutradara adalah mencari motif yang merasuk pada
karya lakon, yang memberi ciri kejiwaan dan selalu nampak dalam
b. Menentukan Casting
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
terpandai dan terbaik sebagai pemeran utama. Pemain di sini adalah ukuran
Pemain akan dipilih dan disesuaikan dengan tokoh yang akan diperankan
watak atau fisik pemain dalam memerankan tokoh dalam naskah. Sutradara
Hal ini akan memudahkan sutradara untuk melihat peran apa yang tepat untuk
sekali watak dan kepribadiaannya dengan peran yang akan dimainkan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
Tidak semua peran yang terdapat dalam naskah lakon dapat disesuaikan dengan
pemain yang ada. Dengan demikian, sutradara harus jeli dalam mengamati sikap,
watak, karakter, dan fisik para pemainnya. Selain itu, kemampuan atau “jam
Tata dan teknik pentas adalah segala hal yang menyangkut tata rias dan
busana, tata cahaya, tata musik, serta setting yang harus disesuaikan dengan
nada dasar.
2. Memberikan efek alamiah dari waktu, seperti jarum jam, musim, cuaca,
dan suasana.
a. Rias jenis, yaitu rias yang mengubah peran. Misalnya peran laki-laki yang
orang Jawa yang harus berperan sebagai orang Belanda yang ciri-ciri
fisiknya berbeda.
c. Rias usia, yaitu rias yang mengubah usia seseorang. Misalnya orang muda
d. Rias tokoh, yaitu rias yang membentuk tokoh tertentu yang sudah memiliki
e. Rias watak, yaitu rias sesuai dengan watak peran. Tokoh sombong,
secara fisik.
f. Rias temporal, yaitu rias yang membedakan waktu atau saat tertentu.
g. Rias aksen, yaitu rias yang hanya memberikan tekanan kepada pelaku yang
pemuda tampan yang berperan sebagai pemuda tampan dengan watak, ras,
dan usia yang sama. Fungsi rias hanya untuk memberikan tekanan saja.
h. Rias lokal, yaitu rias yang ditentukan oleh tempat atau hal yang menimpa
harmonis dan dapat menyatukan ide atau konsep terhadap keselarasan pentas.
Penonton adalah tujuan akhir dari pementasan sehingga sutradara dan kerabat
masing-masing. Hal ini untuk menjaga kesamaan tujuan dan maksud dari
pementasan.
terjadi pada daerah permainan yang disebabkan oleh perpindahan pemain atau
lakon dengan komposisi pentas. Pemberian bentuk ini dapat tercapai dengan 14
1. Sikap pemain
2. Pengelompokan
14. Dekorasi
panggung. Tekstur ini meliputi, tata pentas, action, blocking, dan mood.
lakon. Sutradara bebas menentukan tekanan atau aksen pada lakon menurut
menciptakan apa yang disebut laku simbolik atau akting kreatif, yaitu cara
berperan yang biasanya tidak terdapat dalam instruksi naskah tetapi diciptakan
untuk memperkaya permainan dengan tujuan agar penonton lebih mengerti apa
menarik perhatian melalui teknik dekor yang luar biasa, tata sinar yang
Dalam hal ini sutradara hanya menjadi penengah antara pelukis dan
penonton karena dia merasa hanya bertugas untuk mencapai seni teater,
Penekanan seperti ini biasanya terdapat pada peristiwa intern, cara akting,
intonasi, sugesti yang tidak diucapkan, dan segala hal yang menyatakan
perasaan kejiwaan.
Selain itu, ada juga tipe sutradara yang bertugas sebagai interpretator dan
menjelaskan gambaran untuk peranan dan mengarahkan agar mimik dan diksi
h. Koordinasi
Koordinasi adalah salah satu hal yang tidak dapat dilupakan dalam sebuah
tindakan yang akan diambilnya dalam sebuah proses tersebut. Japi Tambayong
1. Sutradara Konseptor
2. Sutradara Koordinator
tentunya adalah mereka yang sudah terkenal dan memiliki nama besar.
3. Sutradara Diktator
4. Sutradara Suhu
Jantan dalam hal ini dimaksudkan bahwa ilmu para pemain sudah benar-
benar mustaid.
diterima baik oleh penonton. Beberapa teori yang dipaparkan tersebut akan
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah bentuk singkat dari jalannya penelitian yang digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Wijayanto, pemain, dan kerabat kerja pementasan, seperti kru lighting, kru musik, kru
setting, kru kostum dan make up untuk memperjelas hal-hal yang bersangkutan
dijadikan acuan saat melihat proses pementasan yang sudah didokumentasikan berupa
video. Hasil pengamatan dari dokumentasi dan wawancara menjadi bekal peneliti
tersebut ada delapan langkah, yaitu: (1) menentukan nada dasar, (2) memilih pemain
atau pengkastingan, (3) menyusun mise en scene, (4) tata teknis dan pentas, (5)
gaya penyutradaraan Gordon Craig dan Laisez Faire. Gaya penyutradaraan Gordon
Craig lebih menuntut pemain agar menuruti keinginan sutradara, sedangkan gaya
Tahap terakhir yang dilakukan peneliti adalah analisis terhadap data-data yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Bagan
Mengadakan wawancara
mendalam dengan Agung
Wijayanto dan kerabat kerjanya
Melihat proses
pementasan
berupa video
Menentukan proses/
teknik penyutradaraan
Agung Wijayanto
Menetukan Menciptakan
nada dasar aspek laku
Menentuka Mempengaruhi
n casting jiwa pemain
pemain
commit to user