Anda di halaman 1dari 18

KOSTUM DALAM MEMBANGUN KARAKTER TOKOH

PADA FILM SOEKARNO

Ranang Agung Sugihartono


Dosen Program Studi S1 Televisi dan Film, FSRD
Institut Seni Indonesia Surakarta
Jl. Ringroad-Mojosongo, Surakarta 57127
E-mail : ranang@isi-ska.ac.id

Dyah Ayu Wiwid Sintowoko


Mahasiswa Prodi S1 Televisi dan Film, FSRD
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Jl. Ringroad-Mojosongo, Surakarta 57127

ABSTRACT

This study discusses the procedures of costumes and characters in the Sukarno
film. This qualitative descriptive research apply the Sukarno film as source of data. The
collection of data by purposive sampling, with the method of observation, interviews,
and literature. Data were analyzed through data reduction, data display, drawing
conclusions and verification process. The results showed that the costumes portray
the characterization of the characters. Costume adjusted with basic clothing, head
clothing, body clothing, legs underwear, and accessories are known for costume parts.
Each character has a unique costume and a differentiator from other figures. Costume
also build characterization of actors according to the physiological dimension (neatness,
cleanliness, beauty, beauty, valor, charm, charisma, and authority). Sociological dimensions
indicate socioeconomic class, role in the family / community, ideology, ancestry, level
of education, religion, ethnicity / race, and interaction between the actors. While the
psychological dimensions adapted to the atmosphere and scene. Color and layout
costume describing feelings, honesty, sincerity, emotion, desire, desire, passion, inner
action, as well as the vision of each character in the film.

Keywords: costume, characterization, actor, film, and Soekarno

72
Volume 6 No. 1 Desember 2014

PENDAHULUAN kostum semirip mungkin. Sebagai penata


kostum, data foto hitam putih yang
ditemukannya belum sepenuhnya
Film merupakan dunia rekaan,
menunjukkan kerealitasan mayoritas
imitasi (meniru), dan sebisa mungkin
warna dan bentuk yang dipakai wanita
mendekati keadaan sebenarnya terutama
pada masa tersebut. Ia juga harus
dalam pembuatan film sejarah seperti film
menentukan jenis kostum tokoh-tokoh
Soekarno. Setting, kostum dan rias wajah,
tertentu (Inggit dan Fatmawati) sesuai
pencahayaan, para pemain dan
dengan etika untuk menjaga nama baik
pergerakannya merupakan aspek utama
keluarga. Menurutnya, kostum wanita
dari mise-en-scene, berada di depan
pada zaman tersebut hanya memakai
kamera yang diambil gambarnya
kemben, dan pakaian ini kurang sesuai
(Himawan, 2008:61). Keempat aspek
dikenakan oleh kedua wanita tersebut.
utama tersebut identik dengan unsur
Sebagai salah satu unsur mise-en-
rekaan yang diciptakan untuk
scene kostum dapat dilihat, diimajinasikan,
menggambarkan suasana tertentu.
dirasakan, dan dihayati penonton sebagai
Tujuannya agar menyerupai suatu
motivasi. Melalui kostum karakter tokoh
keadaan (waktu maupun tempat) untuk
juga dapat diketahui seperti latar belakang
membangun imajinasi penontonnya. Film
dan identitas sosial sesuai dengan
sejarah (film Soekarno) dapat memberikan
perannya. Kostum yang dipakai rakyat
informasi penting (waktu) melalui
biasa sangat berbeda dengan kostum yang
kostumnya.
dipakai oleh pejabat. Oleh karena itu
Film ini mencoba mengunggkapkan
kostum secara tidak langsung dapat
cara berbusana masyarakat pada
mencerminkan kelas sosial, strata sosial,
zamannya sesuai setting tahun 1900-an.
dan ideologi tokoh. Disadari atau tidak,
Bertolak pada peristiwa sejarah, bahwa
kostum dapat mempengaruhi cara
pada tahun tersebut sedang terjadi krisis
pandang seseorang melalui bagian-bagian
besar-besaran akibat perang dunia. Hal ini
(pakaian dasar, pakaian atas, pakaian tubuh,
berakibat pada seluruh aspek kebutuhan
pakaian kaki, dan asesoris) yang
masyarakat (cara berbusana, kebutuhan
digunakannya.
pangan, finansial, dan pendidikan). Tidak
semua rakyat pribumi hidup Menurut sejarawan, Anhar
berkecukupan. Perang dunia Gonggong, masyarakat akan memiliki
menimbulkan krisis bahan (kain), sehingga pemahaman baru tentang Soekarno dari
rakyat menggunakan goni dan karung film ini, film Soekarno berhasil
sebagai pakaian (Retno RD., 2014). Hanya memunculkan kesederhanaan Soekarno
orang-orang tertentu (golongan priyayi dan tidak selalu menggambarkan
dan kalangan berada) yang memakai kepahlawanannya (Tiyo, 2013). Nilai
pakaian bagus sesuai dengan zamannya. kepahlawanan Soekarno tampak tidak
Menurut Retno Ratih Damayanti, begitu dominan salah satunya ditunjukkan
dalam menentukan jenis kostum film melalui kostum yang terlihat sederhana
Soekarno, penata kosum mengakui sangat di adegan tertentu. Salah satu cara melihat
sulit. Kurangnya dokumentasi dan data kesederhanaan Soekarno yakni dengan
(foto) membuatnya harus menciptakan mengamati segala sesuatu yang melekat

73
pada tubuhnya seperti pakaian, pernak- digunakan adalah observasi, studi pustaka,
pernik, dan asesoris yang digunakan. dan wawancara.
Kesederhanaan juga tampak pada kostum Teknik analisis data menggunakan
tokoh lainnya seperti Hatta, Sjahrir, Inggit, tiga komponen yang saling berkaitan
dan Fatmawati. Dalam melihat karakter untuk menghasilkan hasil penelitian yang
berdasarkan kostum tokohnya dengan layak dalam proses analisis dan saling
(3D karakter) yang meliputi dimensi berkaitan serta menentukan hasil analisis
fisiologis, sosiologis, dan psikologisnya. (Lexy J. Moleong, 2012:288). Tiga
Kostum pada film biografi (seperti film komponen tersebut yakni reduksi data,
Soekarno) menjadi penting untuk diteliti sajian data, penarikan kesimpulan dan
karena kostum merupakan bagian dari verifikasi. Karakter masing-masing tokoh
mise-en-scene dan mencerminkan realitas diketahui dari kostum yang dipakainya
busana pada zamannya. Kostum khususnya dimensi fisiologis, sosiologis,
merupakan bagian tata artistik yang dapat dan psikologis. Sedangkan verifikasi data
membangun karakter tokoh yang yakni melakukan pengecekan ulang hasil
diperankannya. penelitian sesuai dengan kesimpulan
terhadap kesesuaian data-data dan teori
Realitas di atas mendasari
yang yang telah diacu. Setelah itu,
dilakukannya penelitian ini untuk
dirumuskan saran yang diperlukan.
mengetahui tata kostumnya dan kostum
dalam membangun karakter tokoh dalam
PEMBAHASAN
film Soekarno. Permasalahan penelitian
dapat dirumuskan yaitu bagaimana tata
Kostum film Soekarno
kostum dan bagaimana kostum tersebut menggambarkan setting tahun 1900-an.
membagun karakter tokoh dalam Film Perkembangan busana di abad ke-19
Soekarno? Penelitian ini dimaksudkan sudah terlihat lebih maju dari tahun
untuk mengkaji apakah bagian-bagian sebelumnya. Perempuan ataupun pria
kostum tersebut dapat membangun Jawa sudah mulai marak menggunakan
karakter tokohnya. kebaya, sarung, batik, jarik, dan alas kaki
Penelitian ini menggunakan tipe untuk menunjang penampilan mereka,
penelitian deskriptif, dengan metode khususnya dari kalangan priyayi ningrat.
pengkajiannya adalah pendekatan Priyayi Jawa seperti Bung Karno sering
kualitatif. Data yang dikumpulkan dan berpenampilan necis untuk mematahkan
dikaji berupa data kualitatif. Data tersebut pendapat orang Barat bahwa pakaian pria
digali dari data primer dan sekunder. Data Jawa umumnya terkesan seadanya.
primernya berupa DVD film Soekarno, Pakaian pada zaman itu merupakan
sedangkan data sekundernya berupa penggambaran status seseorang dan
sinopsis, daftar tim kreatif, website rumah pembatas pergaulan antara rakyat pribumi
produksi, wawancara narasumber penata dengan orang-orang Barat. Cara
kostum film Soekarno (Retno Ratih berpakaian orang Indonesia dan bangsa
Damayanti) dan Hartoyo (penata busana Belanda sangat berbeda. Belanda selalu
Jawa), dan internet untuk mendukung data mengenakan baju warna putih, celana
primernya.Teknik pengumpulan data yang panjang, dan setelan jas yang terlihat lebih
modern. Sedangkan pakaian orang Jawa

74
Volume 6 No. 1 Desember 2014

berupa kebaya dan jarik sebagai busana pakaian adat Jawa (beskap, jarik dan
tradisional rakyat saat itu. Perbedaan yang blangkon). Soekarno telah memakai
sangat mencolok sangat terlihat dengan pakaian rapi dan necis sejak kecil. Pakaian
jelas bahwa pakaian Barat dianggap ini mencerminkannya sebagai keturunan
mencerminkan budaya modern dan bangsawan sekaligus merupakan simbol
budaya berpakaian khas Jawa dianggap priyayi dalam film tersebut.
simbol tradisi dengan segudang arti di
dalamnya.
Diskriminasi yang dibuat oleh
bangsa Barat membuat Bung Karno resah
terhadap pakaian identitas bangsanya.
Soekarno memutuskan peci sebagai
pakaian kepala dan merupakan wujud
solidaritas pada rakyat biasa. Dalam
pertemuan Jong Java, Soekarno
mengatakan bahwa peci hitam sebagai
simbol Indonesia Merdeka. Hal ini berarti
pakaian bukan sekedar penutup tubuh
saja, namun juga sebagai bentuk refleksi
dari cara berfikir, kepribadian, dan
pernyataan politik seseorang. Gambar 1. Kostum Kusno saat ganti nama
(Soekarno)
Dalam film Soekarno beberapa gaya (Sumber: Film Soekarno, 2014 Timecode =
busana tokohnya seperti Soekarno, 00:09:14-00:10:38)
Mohammad Hatta, Inggit Garnasih,
Fatmawati, dan Sutan Sjahrir tampak Kusno (nama kecil Soekarno)
berbeda. Mereka berasal dari latar memakai jarik motif Kawung, beskap atela,
belakang yang berbeda sehingga memiliki dan blangkon Jingkengan di acara syukuran
pemikiran, identitas diri yang berbeda pergantian namanya. Jarik motif Kawung
pula. Hal ini tercermin melalui kostum merupakan salah satu motif batik tertua
yang dikenakan sesuai dengan pakaian di Indonesia. Terdiri dari empat bulatan
dasar, pakaian kaki, pakaian tubuh, pakaian yang mirip seperti buah Kawung (sering
kepala, dan asesorisnya. pula disebut sebagai buah kelapa atau
kolang-kaling). Menurut Wikkianto (2014)
Kostum Tokoh dalam Film motif ini memiliki filosofi keadilan.
Soekarno Kawung biasanya digunakan oleh rakyat
biasa. Namun penggunaannya
1. Kostum Soekarno sebagaimana yang terlihat Gambar 1
Penelitian ini mengambil 5 sampel sudah menunjukkan kelas sosialnya pada
tokoh yakni Soekarno, Mohammad Hatta, era 1900-an. Pemakain busana lengkap,
Fatmawati, Inggit, dan Sutan Sjahrir. rapi, bersih, dan terlihat modis seringkali
Kostum Kusno (Soekarno kecil) muncul dipakai oleh masyarakat yang
di setting tahun 1912 saja dan berkecukupan secara finansial. Pada
mengenakan satu jenis kostum berupa gambar di atas, motif Kawung merupakan

75
simbol punakawan. Menurut Hartoyo mengubah nasib bangsa salah satunya
(2015) motif ini biasanya dipakai oleh
melalui kostum yang dipakainya.
dewa (punakawan= menjelma menjadi
rakyat biasa) melalui pakaian dengan Menurutnya martabat bangsa dapat
motif tersebut. Selain itu menurut dibangun melalui pakaiannya. Hal ini
Hartoyo (2015), beskap atela biasanya
dikarenakan pada tahun 1900-an,
dipakai oleh lurah, penemu, atau abdi
dalem yang mendapatkan tugas khusus penggunaan pakaian sudah dipengaruhi
seperti pepanggihan Jawa (acara oleh Barat. Perubahan-perubahan dari
pertemuan, seperti rapat).
penerimaan pengaruh tersebut adalah
Soekarno (remaja) muncul di setting
tahun 1920. Soekarno remaja memakai mulai dipakaianya celana panjang, jas, dan
lima jenis kostum yaitu jarik, kaos, celana sepatu bagi pria sedangkan pakaian
kolor, blangkon, dan setelan jas. Pada perempuan adalah penerimaan batik
adegan ini, ia terlihat sedang
menyesuaikan diri melalui cara sebagai bahan pakaian bagi semua orang
berpakaiannya (menyerupai orang (Phesolo, 2012). Sesuai gambar tersebut,
Belanda). Hal ini terlihat dari jenis pakaian Soekarno memakai setelan jas dan dasi
(setelan jas) dan dasi kupu-kupu (di
lehernya). kupu-kupu dengan tatanan rambutnya
tampak klimis. Ia juga memakai selop,
blangkon, jarik, dan beskap pada saat
mengikuti pidato gurunya (HOS.
Cokroaminoto).
Soekarno dewasa muncul
sebanyak 8 sekuen dengan 14 jenis
kostum yang berbeda. Gaya pakaian
Soekarno banyak meniru Cokroaminoto.
Kostum yang dipakainya seperti hem
model arrow, baju safari, kopiah/peci, kaos,
Gambar 2. Kostum Soekarno di rumah
orang Belanda sarung, dan celana panjang. Soekarno juga
(Sumber: Film Soekarno, 2014, Timecode = memiliki penampilan yang rapi dan bersih
00:13:07-00:14:53)
sehingga tampak sangat pesolek. Soekarno
Pada Gambar 2, dari setelan jas memakai 14 jenis kostum, salah satunya

dan dialognya, tampak bahwa derajat adalah pakaian Gambar 3. Kostum ini

orang Indonesia tidak bisa disetarakan digunakan pemeran tokoh Soekarno

dengan orang Belanda. Ia bertekad untuk pada setting tahun 1929, 1930, dan 1944
atau di sekuen 1, 4, dan 9.

76
Volume 6 No. 1 Desember 2014

pidato di depan rakyatnya. Ia juga


memakai setelan jas di acara resmi
seperti saat membacakan pledoi di
Gedung Landraad di hadapan hakim
Belanda.

2. Kostum Tokoh Mohammad Hatta

Pemeran tokoh Mohammad


Hatta mengenakan enam jenis kostum di
film Soekarno. Keenam jenis kostum
berada di setting tahun 1942, 1943, 1944,
dan 1945 atau di sekuen 7 sampai 10.
Salah satu pakaian yang dikenakannya
yaitu celana pantolan dan hem seperti
yang terlihat pada Gambar 4. Pakaian
Hatta tersebut juga tampak pada sekuen
7, 8, dan 9.

Gambar 3. Kostum Soekarno saat


membacakan Pledoi
(Sumber: Film Soekarno, 2014, Timecode =
00:23:08-00:24:07)

Pada kostum Gambar 3, Soekarno


dewasa memiliki alasan politis saat
mengenakan bajunya seperti safari,
setelan jas, peci, dan sarung. Ia hanya ingin
meningkatkan harkat dan martabat negeri
di hadapan bangsa lain. Soekarno adalah
pria yang sangat menyukai fasyen. Salah
satu model pakaian yang berhasil ia
rancang adalah baju Safari, pakaian
bergaya militer, memiliki banyak saku di
sisi atas maupun bawah pakaian, dan Gambar 4. Kostum Hatta saat menerima
dihiasi dengan ikat pinggang. Soekarno tamu di rumah
sering memakai baju ini di acara (Sumber: Film Soekarno, 2014, Timecode =
00:56:04-01:01:18)
pertemuan pemimpin negara dan saat

77
Adegan ini menceritakan tentang 3. Kostum Tokoh Fatmawati
perdebatan Hatta dengan Sjahrir atas
perbedaan pendapat antara kedua belah Dalam film Soekarno, Tika Bravani
pihak tersebut karena kesepakatan memakai 11 jenis kostum. Tika
Soekarno yang bergabung Jepang. Cara memerankan tokoh Fatmawati sebagai
berpakaian tokoh Mohammad Hatta siswa sekolah Moehammadijah (saat ini
tampak necis dan mencerminkan seorang dikenal dengan nama Muhammadiyah) di
akademis. Gaya rambutnya tampak klimis. Bengkulu. Setting ini menunjukkan tahun
Pakaian tubuh yang dikenakannya yakni 1934, 1942, 1943, 1944, dan 1945 atau
hem dihiasi beberapa kancing baju di berada di sekuen 5, 7, 8, 9, dan 10. Salah
bagian tengah dan sebuah saku. Celana satu kostum yang dipakaiannya seperti
panjang yang melekat di tubuh bagian kaki yang terlihat pada Gambar 5. Kostum ini
memiliki dua sisi saku di samping kanan dipakai tokoh Fatmawati ketika ia dan
dan kiri. Asesoris lainnya yang dipakai Soekarno berada di pantai. Kedua tokoh
berupa ikat pinggang, jam tangan warna ini sedang menikmati suasana pantai
putih, dan kacamata bulat. sambil bercerita tentang perjuanga
Dari pemaparan di atas, pakaian Soekarno melawan Belanda.
yang sering dipakai Mohammad Hatta
adalah kemeja dan celana panjang.
Asesoris yang melekat di tubuhnya adalah
kacamata bulat warna hitam dan peci. Peci
telah menjadi identitas bangsa yang
diusulkan oleh Soekarno. Hatta juga
pernah mengenakan pakaian Safari saat
Sidang BPUPKI dengan pembawaan yang
selalu tenang. Sebagai sosok yang cerdas,
religius, dan lurus, Hatta digambarkan
tampak sopan dan selalu memakai
pakaian diantaranya adalah hem, celana
panjang, setelan jas, baju safari, peci, topi
gaya fedora, dan kadangkala memakai Gambar 5. Kostum Fatmawati saat di
pantai
sarung (saat sholat). (Sumber: Film Soekarno, 2014 Timecode =
00:31:10-00:33:13)

78
Volume 6 No. 1 Desember 2014

Pada gambar tersebut, kostum 4. Kostum Tokoh Inggit Garnasih


Fatmawati berupa kebaya kutubaru motif
bunga warna merah dengan kerudung Pemeran tokoh Inggit Garnasih
putih yang melindungi kepalanya. Jarik memakai 13 jenis kostum di film Soekarno
tersebut bermotif Parangkusumo yang berada di sekuen 1, 5, 6, 7, dan 10.
berwarna sogan yang menggambarkan Sekuen tersebut berada di setting tahun
kelokalan (tradisi) sekaligus 1929, 1934, 1941, 1942, dan 1945. Kebaya
mencerminkan pakaian masyarakat yang dikenakan Maudy Koesnaedi untuk
Indonesia pada saat itu. Sogan berarti memerankan tokoh Inggit Garnasih
coklat dan merupakan warna khas jarik cenderung berwarna gelap dengan motif
Solo. Menurut Hartoyo (2015) jarik kecil. Inggit Garnasih sering menggunakan
Parangkusumo berasal dari kata ‘kusumo’ pakaian berwarna gelap untuk
yang berarti kembang atau bunga. Batik menggambarkan usianya agar penonton
ini biasanya dipakai oleh kalangan menangkap karakternya. Kebaya kutubaru
keturunan raja secara turun-temurun saat sering bermotif bunga (sembagi),
berada di dalam keraton. Menurut Retno sebagaimana yang dijelaskan oleh Retno
(2014), pada zaman perang dunia, jarik Ratih Damayanti, bahwa pakaian dengan
yang berasal dari kota Yogyakarta dan warna gelap berfungsi untuk
Solo diyakini merupakan jarik terbaik menunjukkan usia tokoh ini yang sudah
karena mampu menunjukkan kelas sosial tidak muda lagi. Motif bunga pada kostum
seseorang. Jarik dengan bahan terbaik saat Inggit Garnasih tampak lebih renggang
itu, hanya bisa dikenakan oleh kalangan
berada.
Dari pemaparan 11 kostum yang
dipakainya di film ini, Fatmawati tampak
sebagai gadis Bengkulu yang cantik,
ramah, cerdas, dan optimis. Untuk
menggambarkan usianya yang masih
muda, tampak Fatmawati sering memakai
pakaian kebaya dengan motif bunga kecil
dan berwarna cerah. Kerudungnya
tampak terbuka, terlihat lebar, dan Gambar 6. Kostum Inggit saat pergi dan
setelah bercerai dengan Soekarno
panjang. (Sumber: Film Soekarno, 2014, Timecode
= 01:13:49-01:16:02)

79
Dari kelima kostum yang dipakai
5. Kostum Tokoh Sutan Sjahrir
Sjahrir dalam film ini selalu digambarkan
dengan pakaian hem dan celana panjang,
Tanta Ginting menggunakan lima jenis hanya sesekali ia memakai piama saat
pakaian yang muncul di sekuen 7, 8, dan 9 tidur. Ia merupakan pria cerdas dengan
atau di setting tahun 1942, 1943 dan 1944 dandanan rapi dan terlihat berpendidikan
untuk berperan sebagai tokoh Sutan tinggi. Karakternya yang terkesan bengis
Sjahrir di film Soekarno. Kostum pada sebenarnya karena kekhawatirannya
Gambar 7 ini hanya dikenakan oleh Sutan terhadap keselamatan bangsa dari Jepang.
Sebenarnya penggunaan pakaian yang
Sjahrir pada adegan seting tahun 1943.
cenderung berwarna putih tersebut
Setelan hem putih lengan panjang dihiasi
dikarenakan pada zaman Perang Dunia II
saku di sisi kanan dan kiri atas tampak tidak banyak warna yang ada. Menurut
dikombinasikan dengan celana panjang Retno R.D (2014) kemiskinan dan masa
warna abu-abu. Ikat pinggang hitam yang krisis akibat perang berdampak pada
melingkar di bagian perut sebagai asesoris seluruh pertumbuhan ekonomi dan
dan berfungsi untuk mengencangkan kehidupan masyarakat.
celana.
Karakter Tokoh dalam Film
Soekarno

Dalam bahasan ini, karakter tokoh


di film Soekarno dikaji melalui kostum
tokohnya. Bagian kostum terdiri atas
pakaian kepala, pakaian tubuh, pakaian
kaki, pakaian dasar, dan asesoris. Bagian-
bagian tersebut akan dibahas pada dimensi
fisiologis, sosiologis, dan psikologisnya
terkait masing-masing karakter tokoh.

1. Karakter Soekarno

Sesuai kostum yang dipakai oleh pemeran


Soekarno masa kecil, remaja dan dewasa
Gambar 7. Kostum Sjahrir saat di rumah di film ini, terdapat ciri khas yang berbeda
(Sumber: Film Soekarno, 2014, Timecode = dengan pemeran tokoh lainnya. Di bawah
00:25:31-00:26:02) ini digambarkan karakter Soekarno yang
dibangun dari kostumnya.

80
Volume 6 No. 1 Desember 2014

Bagan 1. Kostum dan karakter Soekarno


(Dyah Ayu W.S., 2014)

Soekarno merupakan tokoh yang Kostum yang dipakainya juga


sering muncul di film ini. Hampir di setiap mencerminkan dimensi sosiologisnya
sekuen, dirinya selalu tampil dengan sebagai sosok pemimpin, keturunan
memakai kostum yang mencerminkan priyayi, politikus, pemikir, dan penggerak
karakternya. Sesuai dengan dimensi kemerdekaan. Hal ini dikarenakan,
fisiologis, karakter Soekarno kostum tersebut hanya dikenakan oleh
digambarkan selalu memakai peci, celana orang-orang tertentu yang memiliki
pantolan, baju Safari, sepatu pantofel, ketercukupan secara finansial. Selain itu,
dengan tambahan asesoris berupa ikat dimensi psikologis yang digambarkan dari
pinggang, jam tangan, dan dasi. Kostum kostum tersebut adalah mencerminkan
tersebut mencerminkan karakternya yang kepribadiannya yang sangat optimis,
gagah, menjadi pusat perhatian, tampan, percaya diri, terbuka, dan tulus.
modis, rapi, necis, bersih, berwibawa, dan
kharismatik.

81
2. Karakter Mohammad Hatta

Mohammad Hatta memiliki ciri khas dalam kostumnya. Di bawah ini merupakan
jenis pakaian Hatta dan karakternya yang digambarkan dalam film Soekarno.

Bagan 2. Kostum dan karakter Hatta


(Dyah Ayu WS., 2014)

Dalam film ini, Hatta memiliki ciri digambarkan sebagai pemikir, politisi,
khas yang tidak jauh berbeda dari intelektual, gemar membaca,
Soekarno. Kostumnya berupa peci, hem berpendidikan Barat, agamis, dan
(model arrow), celana pantolan, sepatu akademis. Sedangkan secara psikologis
pantofel, dengan tambahan asesoris menggambarkan pribadi yang berbeda
kacamata, jam tangan, dan ikat pinggang. dengan Soekarno dan Sjahrir. Selain itu
Jenis kostum tersebut menggambarkan Hatta tampak lebih kritis, sering berperan
karakter fisiologisnya yang tampak rapi, sebagai penengah antara Soekarno dan
kalem, santun, berwibawa, kharismatik, Sutan Sjahrir. Ia juga orang yang tenang,
dan bersih. Dari cara berpakaian dan rileks, sabar, tegas, disiplin, cermat, dan
kostumnya, Hatta secara sosiologis mampu memendam amarah.

82
Volume 6 No. 1 Desember 2014

3. Karakter Fatmawati
Dari penataan kostum Fatmawati dalam film Soekarno, dapat diklasifikasikan jenis
kostum yang dikenakan dan karakter tokohnya seperti bagan di bawah ini.

Bagan 3. Kostum dan karakter Fatmawati


(Dyah Ayu W.S., 2014)

Kostum Fatmawati memiliki cantik, lemah lembut, ceria, sopan, dan


keunikan tersendiri di film Soekarno. Ia bersih. Dari kostumnya, secara sosiologis
sangat berbeda dengan gadis pada Fatmawati digambarkan sebagai gadis
umumnya melalui kostum yang keturunan keluarga terpandang, istri
dikenakannya. Fatmawati sering memakai Soekarno, dan orang Melayu. Sedangkan
kerudung, kebaya warna dasar kuning, dari segi psikologis, karakter Fatmawati
jarik, dan selendang. Kostum tersebut mencerminkan orang yang optimis,
merupakan cerminan karakter keibuan, suci, dan bersemangat.
fisiologisnya yang menawan, kalem, santun,

83
4. Karakter Inggit Garnasih

Kostum Inggit Garnasih terlihat berbeda dengan kostum yang dipakai oleh
Fatmawati. Kostum yang dipakainya merupakan cerminan dari karakter wanita tesebut.
Berikut bagan untuk menjelaskan kostum yang membangun karakter Inggit.

Bagan 4. Kostum dan karakter Inggit


(Dyah Ayu W.S., 2014)

Secara umum, Kostum Inggit menggambarkan karakter fisiologisnya


Garnasih di film Sokarno sering yang lemah lembut, sopan, dan bersih.
mengenakan kebaya dan jarik warna Kostum Inggit juga mencerminkan
dasar kalem dengan motif bunga yang sosiologisnya sebagai keluarga berada,
terlihat rapat. Wanita berumur 50 tahun istri Soekarno, dan orang Sunda.
ini, tampak telah usianya yang menua, Sedangkan dari karakter psikologisnya
rambutnya memutih dan kostumnya yang mencerminkan kesetiaan, keibuan,
terlihat lebih gelap dari Fatmawati. Inggit ketulusan, perhatian, suka mengalah,
sering memakai kebaya warna dasar abu- ikhlas, patuh, tegas, pecemburu, penuh
abu, jarik, dan selendang. Kostum tersebut kasing sayang, dan rela berkorban.

84
Volume 6 No. 1 Desember 2014

5. Karakter Sutan Sjahrir


Kostum yang dipakai Sutan Sjahrir terlihat mencerminkan karakternya. Berikut
bagan yang menggambarkan jenis kostum yang dipakainya dan karakter yang dihasilkan.

Bagan 5. Kostum dan karakter Sjahrir


(Dyah Ayu W.S., 2014)

Pada umumnya, Sjahrir dalam film bersih, tampan, dan tegas. Pada tahun
Soekarno ini selalu memakai hem lengan tersebut, kostum dengan gaya seperti itu
pendek warna putih, celana pantolan, menggambarkan sosiologis Sjahrir yang
sepatu pantofel, dengan tambahan akademis, cerdas, pemikir, pejuang/
asesoris berupa ikat pinggang dan jam penggerak kemerdekaan, dan politikus.
tangan. Pada era 1900-an kostum tersebut Dimensi psikologis yang digambarkan
mencerminkan karakter fisiologis melalui kostum tersebut adalah pribadi
seseorang (Sjahrir) yang selalu tampil rapi, tegas, terbuka, tidak suka bertele-tele,
cekatan, dan cenderung ambisius.

85
SIMPULAN rapi, bersih, kalem, pribadi yang
tenang, santun, dan berwibawa;
Film Soekarno mengangkat tema secara sosiologis kelihatan gemar
tentang perjuangan para tokoh membaca, berpendidikan Barat,
prakemerdekaan. Film ini berhasil intelektual, politisi, dan agamis; dan
menghadirkan keadaan pada masa 1900- secara psikologis menunjukkan
an termasuk bagian tata artistik kedalaman berpikir, cermat, matang,
(kostumnya). Kostum menjadi salah ciri kritis, netral, sabar, disiplin, tulus,
khas tokoh dan karakternya seperti di dan menjadi penengah antara
film Soekarno. Masing-masing tokoh, Sjahrir dan Soekarno. Asesoris jam
kostum dan karakternya dapat tangan dan kacamatanya
dirumuskan sebagai berikut. menguatkan karakternya.
1. Kostum dan Karakter Soekarno
Mayoritas Soekarno 3. Kostum dan Karakter Fatmawati
digambarkan memakai kostum Tokoh Fatmawati sering
berupa baju Safari warna putih, memakai kebaya warna kuning dan
celana pantolan, sepatu pantofel, kerudung dalam film Soekarno.
dan peci hitam. Dari kostum Kostum yang dikenakannya
tersebut menunjukkan karakter menggambarkan karakter fisiologis
Soekarno yang secara fisiologis sebagai gadis yang bersih, menawan,
tampak bersih, rapi, necis, modis, kalem, santun, cantik, lembah
gagah, tampan, berwibawa, lembut, ceria, dan sopan; secara
kharismatik, dan menjadi pusat sosiologis menunjukkan keturunan
perhatian; secara sosiologis keluarga terpandang, istri Soekarno,
mencerminkan keturunan berada, dan asli orang Melayu; dan
visioner, pemimpin, pemikir, psikologisnya yang optimis dan
politikus, dan pejuang penuh semangat. Kostum
kemerdekaan; dan secara psikologis kebayanya menjadi ciri pribadinya
menggambarkan ketulusan hati, yang masih muda.
pribadi yang penuh optimis, gigih, 4. Kostum dan Karakter Inggit Garnasih
dan penuh percaya diri. Kostum Dalam film Soekarno, tokoh
tersebut menjadi ciri khas Soekarno Inggit Garnasih acapkali memakai
dan menjadi ikon ke-Indonesia-an kebaya warna abu-abu bermotif
khususnya peci hitamnya. bunga besar renggang, jarik, dan
2. Kostum dan Karakter Mohammad selendang. Kostum ini
Hatta menunjukkan karakter fisiologisnya
Film ini menggambarkan sebagai wanita lemah lembut, sopan,
tokoh Hatta sering memakai dan bersih; secara sosiologis
kostum hem warna abu-abu, celana mencerminkan pribadinya sebagai
pantolan, sepatu pantofel, jam istri Soekarno, keluarga mapan dan
tangan, peci, dan kacamata. Kostum berkecukupan; dan secara
tersebut mencerminkan karakter psikologis menunjukkan
Hatta yang secara fisiologis tampak karakternya sebagai wanita setia,

86
Volume 6 No. 1 Desember 2014

tulus, ikhlas, suka mengalah, penuh Ed Gaskel. 2004. Make Your Own Music
kasih sayang, rela berkorban, tegar Video. Cambridge England: ILEX,
namun tegas. Warna kebayanya Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori
dapat menggambarkan sikapnya Komunikasi. Malang: UMM Press.
yang penuh keibuan. Harymawan. Dramaturgi. Bandung: Rosda
5. Kostum dan Karakter Sutan Sjahrir Offset, 1988.
Sutan Sjahrir digambarkan Lexy J. Moleong. 2012. Metode Penelitian
memakai pakaian hem lengan Kualitatif. Bandung: PT Remaja
pendek warna putih, celana Rosdakarya.
pantolan, sepatu pantofel, jam Himawan Pratista. 2008. Memahami Film.
tangan, dan tatanan rambut sangat Yogyakarta: Homerian Pustaka
klimis. Kostum Sjahrir Slamet Yulius. 2006. Metode Penelitian
mencerminkan karakternya yang Sosial. Surakarta: UNS Press.
secara fisiologis terlihat necis, rapi, Sadjiman Ebdi Sanyoto. 2009. Nirmana
bersih, dan tampan; secara Elemen-Elemen Seni dan Desain.
sosiologis menggambarkan dirinya Yogyakarta: Jalasutra.
yang akademis, cerdas, pemikir, H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian
cekatan, pejuang kemerdekaan, dan Kualitatif. Surakarta: Universitas
politikus; dan secara psikologis Sebelas Maret.
menunjukkan sikapnya yang tegas,
tidak suka bertele-tele, cekatan, E-book dan Jurnal
ambisius, namun terbuka. Pakaian “Learning Latent Personas of Film
tubuh (hem lengan pendek) dan Characters” dalam Proceedings of
asesoris (jam tangan) sebagai ciri the 51st Annual Meeting of the
khasnya. Association for Computational
Linguistic, 352–361, August, 2013.
Dari kelima tokoh tersebut, dapat ‘Exploring a Material World: Mise-en
disimpulkan mengenai tata kostum yang Scene’ dalam Cedri Gibbos, art
menggambarkan karakter tokohnya. director for 1.500 films, 42-74,
Kostum disesuaikan dengan bagian-bagian (tanpa tahun).
kostumnya (pakaian dasar, pakaian kepala,
pakaian tubuh, pakaian kaki, dan asesoris).
Masing-masing bagian kostum turut Internet
membentuk karakter tokoh. Setiap tokoh “Tiyo: Sejarawan Apresiasi Film
memiliki kekhasan kostum yang menjadi Soekarno” dalam http://
pembeda dari tokoh lainnya. m.poskotanews.com/2013/12/23/
sejarahwan-apresiasi-film
DAFTAR ACUAN soekarno/?wpmp_switcher=mobile.
26 Januari 2015
Buku “Roy Aston: Introduction to Film –
Bordwellc dan Thompson. 2002. Film Art Reading Log” dalam http://
An Introduction Seventh Edition. New arts1060.wordpress.com/2011/03/
York: Mc.Grow-Hill

87
23/week-3-mise-en-scene/. 12 Juli njowo.wikia.com/wiki/
2014 Busana_Jawa_dan_Perlambangnya.
“Lloyd Llewellyn-Jones: The Use of Set 22 Januari 2015
and Costume Design in Modern “Ahiko Antaniami: Istilah dalam Fashion!”
Productions of Ancient Greek dalam
Drama” dalam http:// http://ahikoblablabla.blogspot.com/
www2.open.ac.uk/ClassicalStudies/ 2011_08_01_archive.html. 22
GreekPlays/essays/designEssay.htm. Januari 2015
26 Januari 2015 “Darma Ismayanto: Si Putih yang
“Diki Umbara: Tugas Drama TV” dalam Mendunia” dalam
https://dikiumbara.wordpress.com/ http://historia.co.id/artikel/3/997/
author/dikiumbara/page/10/. 12 23/Majalah-Historia/
September 2014 Si_Putih_yang_Mendunia. 22
“Budi Prasetijo: Drama” dalam http:// Januari 2015
smart-pustaka.blogspot.com/2011/ “Desy Saputra: Daftar Pemenang
11/drama.html. 12 September 2014 Anugerah Festival Film Bandung
“Desy Saputra: Daftar pemenang 2014” dalam http://
Anugerah Festival Film Bandung www.antaranews.com/berita/
2014” dalam http:// 453480/daftar-pemenang-anugerah-
www.antaranews.com/berita/ festival-film-bandung-2014. 13
453480/daftar-pemenang-anugerah- Oktober 2014
festival-film-bandung-2014. 13 “Mahaka Media New: “Sejarah
Oktober 2014 Perusahaan” dalam http://
“Phesolo: Budaya Barat Dan Fashion www.mahakamedia.com/about_us/
(Mode): Surakarta Masa Kolonial” corporate_history. 14 Oktober 2014
dalam https:// “Hanung Bramantyo: “Syuting Film
phesolo.wordpress.com/2012/05/18/ ‘Soekarno’ Gunakan 750 Figuran”
budaya-barat-dan-fashion-mode- dalam
surakarta-masa-kolonial/. 26 Januari http://www.kapanlagi.com/showbiz/
2015 film/indonesia/syuting-film-soekarno-
“Erick P. Hardi: Begini Dibui di gunakan-750-figuran-
Sukamiskin, Kata Bung Karno” aa4ab8.html.26 Juni 2014.
dalam http://www.tempo.co/read/ “Kinanthi : Filosofi Batik dan Motif Batik”
news/2013/06/02/063485146/ dalam http://nisyacin.blogdetik.com/
Begini-Dibui-di-Sukamiskin-Kata- 2012/09/09/filosofi-batik-dan-motif-
Bung-Karno. 20 Nopember 2014 batik/. 22 Januari 2015
“Wikkianto: Yuni Jie dan Inspirasi dari “Ardi Pramudito: Kisah Inggit Garnasih,
Kawung “ dalam http:// Pahlawan Sejati yang Terpinggirkan”
www.tabloidnova.com/Nova/Profil/ dalam http://paradox-
Yuni-Jie-dan-Inspirasi-dari-Kawung/. minds.blogspot.com/2013/04/kisah-
22 Januari 2015 inggit-garnasih-pahlawan-sejati.html.
“Purwadi: Busana Jawa dan 26 Januari 2015
Perlambangnya” dalam http://

88
Volume 6 No. 1 Desember 2014

Skripsi Indri Rahmah. 2012. “Tanda dan Makna


Oky Erlitasari. 2014. “Karakter Tokoh pada Kostum Harajuku Style
Bayangan Loki dalam Film Thor : The (Analisis Semiotika Saussure pada
Dark World “. Skripsi untuk Kostum Naruto Shippuden Team 7
mencapai derajat Sarjana S-1 pada yang Digunakan Komunitas Skoater
ISI Surakarta, Surakarta. Akademi)”. Skripsi untuk mencapai
Ahmad Iran Pradita. 2014. “Setting, Tata derajat Sarjana S-1 pada Universitas
Rias dan Kostum Drama Komedi Mercu Buana, Jakarta.
Televisi “Operan van Java” sebagai
Strategi Program melalui Narasumber
Penghadiran Kedekatan dengan Retno Ratih Damayanti, 43 tahun, Penata
Penonton (Studi Kasus Episode Kostum, Jogjakarta
“Misteri Pesona Sinden”)”. Skripsi Hartoyo, 59 tahun, perias dan penata
untuk mencapai derajat Sarjana S-1 busana Jawa, pensiunan dosen ISI
pada ISI Surakarta, Surakarta. Surakarta, Karanganyar

89

Anda mungkin juga menyukai