Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UNSUR-UNSUR DRAMA DAN TEATER

Disusun Oleh :
1. Panca Diana Nurwani
2. Tarisa Nabila

Dosen Pengampu : Arbi Julta, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP MUHAMMADIYAH OKU TIMUR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


limpahan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : Unsur-
Unsur Drama dan Teater.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Bapak Ardi Julta, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Penulis sangat berharap semoga pembaca dapat memberikan kritik dan
sarannya terhadap makalah ini agar penulis dapat memperbaikinya pada makalah-
makalah berikutnya.

Belitang, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

A. Musik.......................................................................................................... 1
B. Make-up (tata-rias)...................................................................................... 2
C. Kostum........................................................................................................ 6
D. Setting......................................................................................................... 8
PENUTUP........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11

iii
UNSUR-UNSUR DRAMA DAN TEATER

A. Musik
Riantiarno (2003:98) menjelaskan bahwa musik dalam pertunjukan teater
berfungsi untuk memberi penekanan pada suasana yang hendak dihadirkan.
Misalnya suasana sedih, mencekam, gembira, menegangkan dan sebagainya.
Suasana yang dihadirkan bisa saja merupakan penggambaran suasana dari
peristiwa, suasana hati masing-masing tokoh, dan suasana yang gunakan untuk
memperkuat tema pertunjukan keseluruhan maupun sebagian. Misalnya musik
pemakaman yang menghadirkan suasana sendu dan tenang akan berbeda dengan
musik penggambaran dunia militer yang tegas, keras, dan menunjukkan
kewibawaan.
Musik juga dapat menggambarkan dan menginformasikan tempat yang
menjadi latar sebuah peristiwa. Misalnya bunyi suling memperkuat kesan bahwa
daerah yang menjadi latar peristiwa adalah daerah Parahyangan (Sunda), gamelan
yang menginformasikan bahwa cerita berlangsung di daerah Jawa, saluang dengan
daerah Minang, sitar dengan India, gambus dengan Timur Tengah, dan lain
sebagainya.
Musik juga dapat menjadi penanda waktu atau zaman dari sebuah kisah
yang dihadirkan. Pilihan musik yang dihadirkan, secara cepat dapat menciptakan
suasana yang dapat diidentifikasi sebagai penunjuk waktu dari sebuah peristiwa.
Hal ini terjadi karena setiap periode dapat diwakilkan dengan musik yang populer
pada saat itu. Misalnya lagu perjuangan untuk mendukung penggambaran waktu
peristiwa pada saat perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan,
musik keroncong untuk memperkuat suasana perkotaan di Indonesia sekitar tahun
1950-an, lagu-lagu Koes Plus yang menggambarkan suasana Indonesia tahun
1960-1970-an, dan seterusnya.
Selain latar etnis dan bangsa, musik juga dapat menggambarkan latar
belakang sosial dan budaya masyarakat atau tokoh yang dikisahkan. Misalnya
lagu klasik Barat untuk memperkuat suasana sebuah keluarga kaya berpendidikan
tinggi di perkotaan, musik dangdut untuk menggambarkan suasana pemukiman

4
padat di pinggiran kota, musik underground untuk mendukung suasana
perlawanan dari sub-culture pemuda perkotaan, dan lain-lain.
Musik juga digunakan untuk menggambarkan kondisi imajinatif yang
berbeda dengan realita keseharian. Misalnya pada pertunjukan yang menceritakan
tentang dunia mimpi, kisah-kisah fantasi, cerita fiksi yang futuristik, dan
pertunjukan yang merupakan sebuah eksperimen untuk menciptakan sesuatu yang
baru.
Penggambaran karakter seorang tokoh secara efektif dapat memanfaatkan
musik sebagai penguatnya. Tokoh yang muncul dengan diiringi musik bertempo
cepat dan irama yang rancak, menginformasikan bahwa karakter tokoh tersebut
sedang di liputi suasana hati yang sedang bergembira. Sebaliknya, kemunculan
tokoh yang diiringi dengan musik yang bertempo lambat dan menggambarkan
suasan sedih menginformasikan bahwa tokoh tersebut sedang dilanda kedukaaan.
Musik yang dihadirkan sebagai pembuka sebuah pertunjukan juga bisa
menggambarkan suasana dan cerita awal, sebagian dan keseluruhan dari sebuah
pertunjukan.
Beberapa bentuk (aliran) drama menggunakan musik secara dominan.
Musik menjadi bagian penting dalam pertunjukan tersebut. Contohnya pada
pertunjukan opera, melodrama, dan musikal.

B. Make-up (tata-rias)
Pada awalnya, manusia memanfaatkan tanah, lumpur, getah pohon, dan
warna perasan dedaunan sebagai pewarna untuk menghiasi muka dalam ritual dan
pertunjukan. Kemudian manusia menciptakan topeng dari kayu dan bahan lainnya
untuk menciptakan karakter imajinatif. Topeng yang diciptakan beraneka ragam
bentuk dan warna sesuai kebutuhan untuk menggambarkan perwatakan tokoh
yang diinginkan. Penggunaan topeng memiliki keterbatasan karena membuat
susah bernafas, membatasi suara, dan tidak fleksibel memperlihatkan perubahan
raut wajah dan ekspresi. Setelah teknik pencahayaan ditemukan, teknik tata-rias
wajah berkembang lebih jauh.

5
Gambar. Beberapa penggunaan topeng dalam pertunjukan.
Sumber : http.www.wou.edu & ravenwood-mask.com
Tata-rias (make-up) dimanfaatkan dalam pertunjukan teater untuk
memperjelas wajah dan ketokohan para pemain. Riasan bisa memperkuat usia,
status, dan karakter tokoh dibantu dengan kostum dan aksesoris yang digunakan.
Tata-rias dalam pertunjukan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu tata-rias
korektif, tata-rias karakter dan tata-rias fantasi. Tata-rias korektif adalah tata-rias
sehari-hari yang biasanya digunakan untuk memperjelas dan mempercantik wajah.
Dalam pertunjukan, riasan jenis ini bertujuan untuk memperjelas wajah pemain

6
agar terlihat jelas dari jauh, karena adanya jarak antara pemain dan penonton
paling belakang. Riasannya juga lebih tebal jika dibanding dengan tata-rias
korektif keseharian.
Tata-rias karakter digunakan untuk memperjelas karakter pemain.
Contohnya untuk merubah seseorang ketika memerankan tokoh berusia tua,
membuat wajah yang jelek dan penuh keriput. Sedangkan tata-rias fantasi
digunakan untuk menciptakan tokoh-tokoh khayalan dan imajinatif. Tidak hanya
wajah, riasan ini juga diaplikasikan pada tubuh pemain dengan menambahkan
beberapa bahan artifisial. tata-rian jenis ini sangat kaya dengan berbagai
kemungkinan sesuai dengan imajinasi kreator dan kebutuhan pementasan
(Riantiarno, 2003: 167)

7
Gambar. Contoh make-up fantasi yang merupakan interpretasi dari make-up
tokoh dalam pewayangan untuk menciptakan tokoh satir dalam pertunjukan
komedi. Sumber : jogjanews.com & http. cantsaynotohope.deviantart.com

Gambar. Contoh penggunaan make-up untuk menciptakan karakter dengan


perubahan usia untuk kebutuhan pertunjukan.
Sumber : www.pinterest.com

8
C. Kostum
Awalnya manusia menggunakan dedaunan, kulit pohon, dan kulit hewan
untuk menutupi tubuh. Kemudian manusia berhasil mengenal tenun dan bisa
menjalin benang menjadi pakaian. Modelnya sederhana berupa kain panjang yang
dililitkan pada tubuh. Akhirnya, perkembangan teknologi dan tata-busana
memberi peluang pada manusia untuk mengembangkan berbagai macam bentuk
dan bahan pakaian untuk kepentingan sehari-hari dan pertunjukan.
Tata-busana dalam pertunjukan berfungsi untuk menandakan karakter,
memperjelas cerita, dan keutuhan seorang tokoh. Ketika ia sedang berduka dan
hendak pergi ke pemakaman tentu berbeda dengan ketika pergi ke sekolah atau
bertamasya. Perancangan kostum perlu berkoordinasi dengan penata-penata
lainnya untuk menciptakan keutuhan visual (warna, komposisi, dll.) dan
kemudahan aktor dalam melakukan aksi saat pementasan.
Seperti tata-rias, tata-busana juga dapat dibagi menjadi tiga bentuk
penataan, yaitu; 1) tata-busana korektif (koreksi berupa penambahan dan
penegasan, seperti penggunaan bisband, pita, dan renda), 2) tata-busana karakter
(memperjelas identitas tokoh sehingga karakter lebih tampak, misalnya siswa
mengenakan seragam, guru berpakaian dinas, dokter berjas putih, orang gila
berpakaian compang-camping, dll.), 3) tata-busana fantasi, yaitu kostum
imajinatif yang tidak ditemukan dalam keseharian, kostum kreasi dari tokoh fiksi
yang telah ada, dan sebagainya (Riantiarno 2003: 174 ).

9
Gambar. Seorang shaman (dukun) mengenakan kulit rusa sebagai kostum dalam
ritualnya. Sumber : www.bbc.co.uk

10
Gambar. Contoh kostum fantasi dan kostum yang menggambarkan latar
tempat kejadian cerita di daerah Tionghoa dalam “Sie Jin Kwie” (2012) produksi
Teater Koma. Sumber : http.www.djarumfoundation.org

D. Setting
Setting atau set-dekor adalah salah satu bagian penting dalam pertunjukan
teater, yang dikenal juga dengan istilah skenografi. Di dalamnya terdapat
beberapa bagian seperti set panggung, yaitu dekorasi di atas panggung, dan
property (benda-benda yang dihadirkan dan bisa berpindah ; seperti meja, lemari,
kursi, pohon, dll.). Terdapat juga hand-property yaitu benda-benda yang bisa
dibawa-bawa oleh pemain, seperti ; kipas, buku, laptop, pulpen, belati, dll. Semua
ini dihadirkan sebagai penunjang bagi terciptanya ruang, waktu, dan keadaan/
suasana. Set-dekor dapat berupa benda/ gambar yang bersifat permanen.
Kehadiran set-dekor dan property bisa disiasati dengan pilihan menyajikan secara
imajinatif atau simbolis. Misalnya hanya dengan menghadirkan sebuah kursi raja
dengan ukiran indah yang menjadi khas suatu daerah, penonton bisa menangkap
bahwa pertunjukan tersebut sedang mengisahkan tentang raja dari daerah dan
zaman tertentu.

11
Gambar. Penataan panggung lengkap dengan set-dekor, property dan hand-
property. Sumber: http.static.asiawebdirect.com
Membuat desain panggung memerlukan kemampuan untuk berimajinasi,
memiliki tafsir yang tajam, membuat gambar perspektif, membuat skala, ukuran,
dsb. Penatannya perlu berkoordinasi dengan sutradara dan pemain agar tercipta
kesatuan yang utuh dan efektif. Penataan set-dekor dan elemen pendukungnya
membutuhkan pengetahuan mengenai zaman, lokasi geografis, hal-hal
antropologis seperti bangsa, suku, status sosial, jenis bahan, bentuk, motif dan hal
mendetail lainnya.

PENUTUP
Musik dalam pertunjukan teater berfungsi untuk memberi penekanan pada
suasana yang hendak dihadirkan. Misalnya suasana sedih, mencekam, gembira,
menegangkan dan sebagainya. Musik juga dapat menggambarkan dan
menginformasikan tempat yang menjadi latar sebuah peristiwa. Musik dapat
menjadi penanda waktu atau zaman dari sebuah kisah yang dihadirkan. Pilihan
musik yang dihadirkan, secara cepat dapat menciptakan suasana yang dapat
diidentifikasi sebagai penunjuk waktu dari sebuah peristiwa. Musik juga dapat
menggambarkan latar belakang sosial dan budaya masyarakat atau tokoh yang

12
dikisahkan. Misalnya musik dangdut untuk menggambarkan suasana pemukiman
padat di pinggiran kota, musik underground untuk mendukung suasana
perlawanan dari sub-culture pemuda perkotaan, dan lain-lain.
Musik juga digunakan untuk menggambarkan kondisi imajinatif yang
berbeda dengan realita keseharian. Misalnya pada pertunjukan yang menceritakan
tentang dunia mimpi, kisah-kisah fantasi, cerita fiksi yang futuristik, dan
pertunjukan yang merupakan sebuah eksperimen untuk menciptakan sesuatu yang
baru.Penggambaran karakter seorang tokoh secara efektif dapat memanfaatkan
musik sebagai penguatnya. Beberapa bentuk (aliran) drama menggunakan musik
secara dominan. Musik menjadi bagian penting dalam pertunjukan tersebut.
Contohnya pada pertunjukan opera, melodrama, dan musikal.
Pada awalnya, manusia memanfaatkan tanah, lumpur, getah pohon, dan
warna perasan dedaunan sebagai pewarna untuk menghiasi muka dalam ritual dan
pertunjukan. Kemudian manusia menciptakan topeng dari kayu dan bahan lainnya
untuk menciptakan karakter imajinatif. Topeng yang diciptakan beraneka ragam
bentuk dan warna sesuai kebutuhan untuk menggambarkan perwatakan tokoh
yang diinginkan.
Tata-rias (make-up) dimanfaatkan dalam pertunjukan teater untuk
memperjelas wajah dan ketokohan para pemain. Riasan bisa memperkuat usia,
status, dan karakter tokoh dibantu dengan kostum dan aksesoris yang digunakan.
Tata-rias dalam pertunjukan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu tata-rias
korektif, tata-rias karakter dan tata-rias fantasi.
Tata-busana dalam pertunjukan berfungsi untuk menandakan karakter,
memperjelas cerita, dan keutuhan seorang tokoh. Seperti tata-rias, tata-busana
juga dapat dibagi menjadi tiga bentuk penataan, yaitu; 1) tata-busana korektif
(koreksi berupa penambahan dan penegasan, seperti penggunaan bisband, pita,
dan renda), 2) tata-busana karakter (memperjelas identitas tokoh), 3) tata-busana
fantasi (kostum imajinatif yang tidak ditemukan dalam keseharian, kostum kreasi
dari tokoh fiksi yang telah ada, dll.).
Setting atau set-dekor adalah salah satu bagian penting dalam pertunjukan
teater, yang dikenal juga dengan istilah skenografi. Di dalamnya terdapat

13
beberapa bagian seperti set panggung, yaitu dekorasi di atas panggung, dan
property (benda-benda yang dihadirkan dan bisa berpindah
Kehadiran set-dekor dan property bisa disiasati dengan pilihan menyajikan
secara imajinatif atau simbolis. Membuat desain panggung memerlukan
kemampuan untuk berimajinasi, memiliki tafsir yang tajam, membuat gambar
perspektif, membuat skala, ukuran, dsb. Penatannya perlu berkoordinasi dengan
sutradara dan pemain agar tercipta kesatuan yang utuh dan efektif. Penataan set-
dekor dan elemen pendukungnya membutuhkan pengetahuan mengenai zaman,
lokasi geografis, hal-hal antropologis seperti bangsa, suku, status sosial, jenis
bahan, bentuk, motif dan hal mendetail lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Riantiarno, N.. 2011. Kitab Teater, Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan.
Jakarta. Grasindo.
Sumber Gambar :
http.www.wou.edu & ravenwood-mask.com
jogjanews.com & http. cantsaynotohope.deviantart.com
www.pinterest.com
http.www.djarumfoundation.org
www.bbc.co.uk
http.static.asiawebdirect.com

14

Anda mungkin juga menyukai