Anda di halaman 1dari 4

Purna Lala Alfaradhea

1906366614

SENI GERAK DALAM PERTUNJUKAN WAYANG TINJAUAN ESTETIKA

Abstrak

Sabetan adalah seni gerak dalam pewayangan. Konvensi gerak tersebut diambil dari aturan
dan norma yang disebut dengan udanagara. Udanagara adalah cara tokoh untuk bertutur kata,
bersikap, dan bertingkah laku. Gerak wayang meliputi menyembah, berjalan, berlari, menari, t
erbang, dan perang. Gerakan yang ditampilan dalam wayang tidak sembarangan, gerakan
tersebut harus berdasarkan beberapa prinsip seperti status sosial, tua-muda, klasifikasi, dan w
anda tokoh-tokoh wayang. Dalam seni gerak wayang memperhatikan pula prinsip wiraga, wir
asa, dan wirama. Langkah kerja penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu pengumpulan d
ata, studi kepustakaan, pengolahan data, dan laporan penelitian. Penelitian ini menyimpulkan
tentang pengertian gerak wayang dan prinsip gerak wayang.

1. Pendahulan
Dalam pertunjukan wayang terdapat seni drama, musik, gerak, dan sastra. Oleh karena itu
pertunjukan wayang disebut teater total. Dalam pertunjukan wayang muncul efek-efek berupa
janturan, carita, pocapan, kepyakan, dhodhogan, sindhenan, gerongan, sulukan, tembang, anta
wecana dan gendhing.Untuk menghasilkan efek-efek tersebut diperlukan perlengkapan seperti
boneka wayang, batang pisang, blencong, kotak wayang, kepyak, cempala, gamelan, dan kelir.
Orang-orang yang mendukung pendukung pertunjukan adalah dalang, niyaga (penabuh
gamelan), swarawati (penyanyi perempuan), dan wiraswara (penyanyi laki-laki). Satu efek ya
ng terlihat dalam pertunjukan wayang yakni sabetan. Terdapat dua pengertian sabetan atau pu
ppet movement; yakni pengertian “luas” (gerak wayang secara keseluruhan) dan “sempit” (pe
rang).
2. Teori dan metode
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori estetika. Teori ini menjelaskan bahwa
setiap karya seni memiliki struktur harmoni dan struktur ritme. Fungsi harmoni adalah untuk
memberikan tekanan dan mengelompokkan unsur-unsur bahasa estetik dalam karya sastra. Str
uktur ritme karya seni menentukan unsur yang diarahkan pada suatu gerak. Sedangkan metod
e penelitian dilakukan menggunakan pengumpulan data dengan pendokumentasian dan menya
ksikan pertunjukan wayang,lalu data yang telah diperoleh selanjutnya diklasifikasikan, diolah,
dan dianalisis. Dalam menganalisis data tersebut diperlukan studi kepustakaan. Kesimpulan
dianalisis sebagai intisari penelitian ini.
3. Analisis dan Interpretasi Data

1
Gerak wayang disebut dengan sabetan. Kata ini merujuk pada aktivitas yang melakukan waya
ng kulit yaitu menggerakkan, menjalankan, memainkan boneka wayang. Gerak wayang meny
angkut bagaimana tokoh berbicara, bersikap, dan bertindak. Gamelan dalam karawitan juga
menjadi hal penting dalam pertunjukan wayang karena iringan gamelan berfungsi mendukung
suasana dalam suatu adegan pertunjukan.
a. Pengertian Udanegara dan Penerapannya.
Udanegara adalah tata cara tokoh bertutur kata, bersikap, dan bertingkah laku terhadap
tokoh lain dalam pertunjukan. Udanegara memegang peranan penting terutama dalam
hal menentukan bagaimana seorang tokoh wayang harus bergerak.
b. Tutur Kata Tokoh
Tutur kata adalah perkataan yang diucapkan tokoh ketika ia berdialog dengan tokoh
lain dalam situasi dan adengan pertunjukan. Tutur kata ini berbeda-beda
penggunaannya. Tutur kata yang digunakan tokoh disesuaikan dengan aspek status sos
ial dan usia tokoh-tokoh yang saling berbicara. Percakapan dua tokoh atau lebih dalam
pertunjukan wayang disebut antawecana. suatu tokoh.
c. Sikap dan Tingkah Laku Tokoh
Tokoh wayang berbicara berdasarkan watak yang dimilikinya. Tokoh wayang juga me
mpunyai etika dalam bersikap dan berperilaku terhadap tokoh yang lain. Sikap dan pe
rilaku suatu tokoh wayang tampak ketika ia bertutur kata dengan tokoh yang lain, siap
a yang diajak bicara dan dalam situasi apa.
d. Perang
Perang dalam wayang memerlukan ruang besar untuk berjalan, berlari, menendang,
dan memukul. Gerak wayang saat perang didasarkan pada wewaton atau norma.
e. Kondisi Fisik Tokoh
Kondisi fisik tokoh menentukan gerakan wayang. Tokoh Gareng yang mempunyai
cacat tubuh pincang ketika berjalan harus menunjukkan orang pincang. Selain itu, cac
at fisik tokoh wayang jangkahan (posisi kaki melangkah) seperti Bima, Gathutkaca,
Antareja, Baladewa, Dursasana mempunyai jangkahan terkesan gagah. Sedangkan,
wayang bokongan (kain ksatria mengalami stilisasi menyerupai pantat), seperti Arjun
a, Yudhistira, Kresna, dan Pandu.
f. Aspek-aspek yang Diperhatikan Dalam Gerak Wayang.
o Status sosial
Tutur kata tokoh dapat dilihat pada bahasa yang digunakan, sikap dapat tampak p
ada gerak anggota tubuh dan perilaku. Komunikasi tokoh wayang tergantung
2
pada status sosial, kepada siapa ia berbicara akan berbeda bagaimana cara
penyampaian komunikasi tersebut.
o Usia
Usia menentukan bagaimana tokoh bersikap dan berperilaku. Tokoh yang usiany
a lebih muda menunjukkan sikap hormat terhadap tokoh yang lebih tua.
o Klasifikasi aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Penggolongan wayang menurut Sulardi terdiri dari 16 kelompok, yakni: dewa, p
endeta, raja, dugangan besar, dugangan kecil, putran, putren, prajurit, raksasa, ke
ra, dagelan, setanan, hewan, senjata, rampogan, dan gunungan.
o Wanda
Wanda adalah pengejawantahan wujud dari prejengan dan karakter dasar pada ko
ndisi mental dan lingkungan tertentu. Wujud visual boneka wayang merupakan a
spek yang diperhatikan oleh seniman dalang dalam memainkan.
g. Kreativitas puppet movement
Pada dasarnya untuk membuat variasi atau produksi baru akan terasa lebih mudah apa
bila dibandingkan dengan membuat kreasi baru. Puppet movement dengan pola-pola y
ang sudah ada (konvensi) berusaha untuk ditambah dengan pencahayaan yang bagus,
gerakan yang dinamis tokoh-tokoh tertentu, seperti prajurit koprol, hentakan-hentakan
instrumen musik tertentu, seperti bedhug atau bass drum, ditambah penyajian suara be
berapa pesinden yang kompak dan dinamis.
h. Aspek-Aspek Kreativitas puppet movement
Seni gerak wayang meliputi antara lain kiprahan, perang gagal, dam perang kembang.
Seni gerak tersebut disajikan agar mendapatkan harmoni perihal gerak, rasa maupun ir
ama. Dewasa ini para dalang terlihat antusias melayani para penonton yang haus akan
hiburan, oleh karena itu kecenderungan dalang-dalang muda selalu ingin menyajikan p
uppet movement yang benar-benar memukau. Harus diakui bahwa pesatnya dunia seni
pertunjukan wayang adalah perkembangan masyarakat yang modern yang kuat dalam
orientasi pasar. Wayang menjadi komoditi yang dapat diperdagangkan secara komersi
al dan dikelola secara profesional. Orientasi pasar inilah yang ikut memacu kreativitas
seniman, baik para dalang maupun pendukung seni pedalangan lainnya (Singgih Wibi
sono, 1997: 4). Jadi jelaslah bahwa orientasi (pengaruh) pasarlah yang menentukan se
orang seniman dalang berusaha untuk mengolah unsur-unsur yang terdapat di dalam s
eni pertunjukan wayang, termasuk puppet movement, diolah atau digarap sedemikian

3
rupa sehingga benar-benar dapat memukau dan menghibur.
4. Kesimpulan
Puppet movement “sabetan”, mengandung dua pengertian, yakni: pengertian luas yang berarti
semua gerakan wayang dan pengertian sempit, yakni peperangan atau fighting antar tokoh wa
yang. Seniman dalang memiliki pijakan norma atau konvensi dalam menampilkan tokoh way
ang. Konvensi-konvensi yang mengikatnya itu dipandang sebagai wewaton, yang disebut uda
negara, yakni tata cara, unggah-ungguh, tata krama, atau etika tokoh wayang. Di samping itu
seniman dalang memperhatikan pula aspek wiraga, wirasa, dan wirama, yakni kesatuan harm
oni antara harmoni antara gerak tubuh, rasa, dan irama. Para dalang juga memperhatikan statu
s sosial, usia, klasifikasi dan wanda tokoh wayang. Penyajian puppet movement dalam pertu
njukan wayang menunjukkan pengolahan yang serius. Hal itu ditunjukkan banyaknya kemban
gan sehingga terlihat dinamis. Hal ini disebabkan perkembangan pola pikir masyarakat yang s
emakin maju, kritis, dan dinamis. Penampilan puppet movement yang diharapkan penonton, d
i samping bersifat dinamis juga memiliki greget atau semangat.

Anda mungkin juga menyukai