Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Tari

Tari hadir dalam berbagai bentuk dan digunakan untuk berbagai

keperluan dari hiburan sampai upacara keagamaan.. Menurut Wulandari

(2015:1). Tari merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan media

utamanya tubuh sebagai alat untuk bergerak. Tari berdasarkan bentuk

geraknya dibedakan menjadi dua yaitu tari representasional dan tari non

representasional. Tari representasional adalah tari yang menggambarkan

sesuatu dengan jelas (realistis), seperti tari tani yang menggambarkan seorang

petani, tari nelayan yag menggambarkan seorang nelayan, tari tenun sedang

melukiskan orang sedang membuat tenun, tari yang melukiskan kelinci sedang

lari-lari dan sebagainya. Tari non-representasional yaitu tari yang melukiskan

sesuatu secara simbolis, biasanya menggunakan gerak-gerak abstrak (tidak

realistik), contohnya adalah Tari golek, Tari klana topeng, Tari bedaya, tari

srimpi, Tari monggawa.

B. Bentuk Pertunjukan

Bentuk adalah wujud rangkaian gerak. Pertunjukan tari tidak hanya

pada rangaian gerak tetapi akan lebih menarik bila dilihat secara keseluruhan.

Gendhon dalam (Missela Nofitri, 2015:120) mengatakan bahwa wujud

sebuah seni tari merupakan kesatuan dari bentuk fisik dan isi. Bentuk fisik

adalah bentuk yang dapat ditangkap oleh indra (gerak, rias, busana dan alat

7
8

lainnya) sebagai medium dalam tari untuk mengungkapkan isi. Sedangkan isi

adalah kehendak atau tujuan yang diungkapkan dalam bentuk fisik. Dari

pengertian di atas bentuk pertunjukan tari sama halnya dengan memahami

bentuk dari keseluruhan isi, maka bentuk tari ini dimaksud sebagai wujud dan

pertunjukan dimaksud sebagai sesuatu yang disajikan. Jadi bentuk pertunjukan

tari adalah wujud dari secara keseluruhan yang disajikan kepada penonton.

Penonton dalam melihat bentuk pertunjukan tari, tidak akan mengingat

bagaimana urutan setiap geraknya, tetapi mengingat kesan secara keseluruhan

yaitu wujud bentuk yang utuh. Satu bentuk pertunjukan tari yang tidak bisa

dipisahkan dari aspek-aspek yang mendukungnya, seperti aspek penari,

properti, dan sebagainya.

Bentuk adalah wujud yang diartikan sebagai hasil berbagai elemen tari

yaitu, gerak, penari, rias, kostum, musik, properti dan pola lantai dan tempat

pertunjukan. Bentuk pertunjukan tari dapat diartikan sebagai wujud, rupa, dan

struktur dalam menyajian suatu pagelaran atau pertunjukan kesenian tari

secara menyeluruh yang meliputi unsur-unsur atau komponen pokok dan

pendukung tari. Bentuk pertunjukan yang dimaksud dalam pembahasan ini

adalah pertunjukan suatu pertunjukan tari dengan segala unsur-unsur

pelengkap atau pendukung tari seperti gerak, tata busana, musik pengiring,

dan tata lampu.

a. Gerak

Gerak yang terdapat dalam sebuah tarian tentu bukan sekedar gerak

keseharian seperti gerak, bekerja, gerak bermain, gerak olahraga, dan


9

sebagainya. Berdasarkan ungkapan definisi tari yang telah dipaparkan di

atas gerak untuk kebutuhan tari tidak lepas dari sentuhan pengalaman-

pengalaman hidup manusia, akan tetapi gerak yang digunakan telah

mengalami pengolahan stilisasi atau distorsi. Melalui pengolahan inilah

maka lahir gerak tari . Gerak-gerak yang lahir adalah gerak-gerak yang

telah diproses atau diolah (distilisasi), di komposisikan dan di susun

berdasarkan kebutuhan ungkapan tarian, tema, cerita, koreografi,

kinestetik, artistik dan sebagainya.

Menurut Misselia Nofitri (121-122) tari sebagai alat komunikasi

menggunakan gerak sebagai materinya, dengan kata lain bahwa gerak itu

sendiri dijadikan sebagai medium ekspresi dan dari gerak tubuh penari

akan nampak bentuk tari. Gerak yang terdapat dalam sebuah tarian tentu

bukan sekedar gerak keseharian seperti gerak, bekerja, gerak bermain,

gerak olahraga, dan sebagainya. Berdasarkan ungkapan definisi tari yang

telah dipaparkan di atas gerak untuk kebutuhan tari tidak lepas dari

sentuhan pengalaman-pengalaman hidup manusia, akan tetapi gerak yang

digunakan telah mengalami pengolahan stilisasi atau distorsi. Melalui

pengolahan inilah maka lahir gerak tari . Gerak-gerak yang lahir adalah

gerak-gerak yang telah diproses atau diolah ( distilisasi ), dikomposisikan

dan disusun berdasarkan kebutuhan ungkapan tarian, tema, cerita,

koreografi, kinestetik, artistik dan sebagainya. Gerak murni (pure

movement) atau disebut gerak wantah adalah gerak yang disusun dengan

tujuan untuk mendapatkan bentuk artistik (keindahan) dan tidak


10

mempunyai maksud-maksud tertentu. Gerak maknawi (gestur ) atau

disebut gerak tidak wantah adalah gerak yang mengandung arti atau

maksud tertentu dan telah distilasi (dari wantah menjadi tidak wantah).

Misalnya gerak ulap-ulap dalam tarian jawa merupakan stilasi dari orang

yang sedang melihat sesuatu yang jauh letaknya,gerak nudhing pada tari

Bali mempunyai arti marah atau sedang marah,dan sebagainya.

Unsur dari gerak adalah tenaga, ruang, waktu. Tenaga adalah

intensitas dari kekuatan setiap gerak tari yang dilakukan. Tenaga yang

digunakan dalam melakukan gerak tari bisa lemah, lembut, keras atau

kuat. Ruang dari gerak berkaitan dengan bidang yang dibentuk oleh

anggota tubuh ketika melakukan gerak tari. Waktu berkaitan dengan tempo

yang digunakan ketika melakukan gerak tari, bisa cepat atau lambat.

Tari tradisional Sasak memiliki ciri khas tersendiri seperti yang

diungkapkan oleh Tim YSB Pulaya Kendase (2010: 1-25) yang

mengelompokkan gerak dasar tari Sasak, diantaranya:

1. Sikap Telapak Kaki, terdiri dari Tapak Tepah, Tapak Enggang, Tepah

Engkang, Tapak Seliwah, Napak, Tapak Ngantep, Ngeluhluh, dan

Ngenjek Tumit,

2. Sikap Bendiri dalam Tari (Nangkep), terdiri dari Nagkep Kiri dan

Kanan (untuk tari putra), Terune Lanjak, Engkang, Nangkep Engkang,

Nedong Tembung, Nembung Ngumbang, Nedong Baris, Ngumbang

Baris, dan Nangkep.


11

3. Gerakan-Gerakan di Tempat, terdiri dari Gerakan kaki (Ngencek),

Gerakan Pinggul, Gerakan Badan (Nyaliuk), Gerakan Bahu, Gerakan

Kepala, Gerakan Tangan, dan Gerakan Duduk,

4. Gerakan Berpindah, terdiri dari Tindak Ngarep, Tindak Angsel,

Tindak Baris, Betetenggaq, Tindak Gangsar, Surut, Ngeter, Bedeser,

Nyereksek, Kuncak Gagak, dan Kuncak Gendang.

5. Paleg adalah suatu rangkaian gerakan yang terdiri dari beberapa motif.

Ada beberapa macam Paleg antara lain Keboneng Ngembuh, Mayung

Takut Lamar, Bekeleokan, Keleang Nyamber, Keleang Nginte, dan

Tindak Barong.

b. Musik atau Iringan Tari

Pada dasarnya iringan dalam tari dibagi menjadi dua yaitu iringan

internal dan iringan eksternal adalah iringan yang dihasilkan oleh benda-

benda lain di luar tubuh penari seperti gamelan, keyboard, gitar dan

sebagainya.

Menurut Nofitri (2015:125) musik dalam tari bukan sekedar iringan,

tetapi musik adalah partner tari yang tidak boleh ditinggalkan. Iringan atau

musik dalam tari merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena

musik dalam tari bukan hanya sebagai sekedar iringan saja tetapi musik

adalah pasangan tari yang tidak bisa ditinggalkan.

Secara umum, tarian tradisional Lombok menggunakan musik atau

iringan tari seperti Gamelan (jenis Oncer, Tawaq-tawaq, barong


12

Tengkong, Gong Sasak, dll), Kecimol, Silokan, Burdah, Saron, Kantil,

Calung, dan Jegogan (Tim YSB Pulaya Kandase, 2010: 38).

c. Tata Busana

Tata busana tari adalah semua kebutuhan busana yang dikenakan pada

tubuh penari di atas pentas yang sesuai dengan karakter yang dibawakan.

Warna busana harus memperhitungkan efek lampu serta komposisi warna

yang disusun. Di samping itu desain busana harus mempertimbangkan

gerak tari, artinya desain busana jangan mengganggu gerak.

Tarian tradisional Lombok, secara umum menggunakan busana khas

Lombok seperti Gegelung (hiasan penutup kepala), Gempolan (hiasan di

atas telingan seperti bunga Kamboja), Bapang (hiasan yang melingkar di

sekitar leher), Stagen (sabuk), Gegonjer (selendang warana-warni hiasan

pinggang), dan Ampok-Ampok (hiasan pinggul) (Tim YSB Pulaya

Kandase, 2010: 42).

d. Tata Rias

Tata rias merupakan pelengkap tari dan menggunakan bahan-bahan

kosmetik untuk mewujudkan wajah yang peranan. Kegunaan rias dalam

pertunjukan adalah merias tubuh manusia artinya mengubah yang alami

menjadi yang budaya, mengatasi efek tata lampu yang kuat, membuat

wajah dan kepala sesuai dengan peranan yang dikendaki.

Fungsi rias akan berhasil baik kalau pemain-pemain itu mempunyai

syarat-syarat watak, tipe, dan keahlian yang dibutuhkan oleh peranan-

peranan yang akan dilakukan. Kegunaan rias dalam pertunjukan adalah


13

merias tubuh manusia, artinya mengubah yang alami menjadi yang

budaya, mengatasi efek tata lampu yang kuat, membuat wajah dan kepala

sesuai yang dikehendaki. (Misselia Nofitri, 124:2015).

e. Panggung atau Tempat Pertunjukan

Tempat pertunjukan merupakan tempat yang digunakan untuk

mempertunjukan karya seni dan berbagai kegiatan seni pertunjukan.

Tempat pertunjukan yang ada di Indonesia misalnya lapangan terbuka atau

arena terbuka, pendopo dan pemanggungan atau staging.

f. Properti

Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk busana, tidak

termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan

yang ikut ditarikan oleh penari/pemain lainnya, misalnya kipas, pedang,

tombak, panah selendang atau sapu tangan. Properti juga berfungsi sebagai

elemen tari untuk menghidupkan tarian dan memberikan kesan yang

mendalam bagi penikmat atau penonton.

Menurut Misselia Nofitri (2015: 7) properti adalah alat yang

dimainkan oleh penari dan pula dikatakan sebagai simbol untuk

mewujudkan tari sesuai dengan judul atau tema tarian.

g. Tata Lampu atau Tata Cahaya dan Tata Suara

Tata lampu merupakan segala perlengkapan perlampuan baik

tradisional maupun modern yang digunakan untuk keperluan penerangan

dan penyinaran dalam pertunjukan. Tata lampu berfungsi untuk

menciptakan suasana atau efek dramatik dan memberi daya hidup pada
14

sebuah pertunjukan tari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tata

suara (Sound System) merupakan sarana penyambung dari suara yang

berfungsi sebagai pengeras suara baik dari vocal atau iringan alat musik.

C. Fungsi Pertunjukan

Seni pertunjukan merupakan salah satu karya seni yang kompleks

karena pada dasarnya seni pertunjukan tidak hanya melibatkan satu jenis

komponen namun melibatkan berbagai jenis karya seni.

Menurut Mulyani (dalam Soedarsono 2016:56) menjelaskan,bahwa

fungsi seni tari dalam kehidupan manusia,setidaknya secara garis besar

dikelompokkan menjadi tiga macam,yaitu:sebagai saran upacara ritual,sebagai

hiburan pribadi,dan sebagai tontonan.

a. Sebagai sarana upacara ritual

Upacara merupakan suatu tindakan atau serangkain tindakan yang

dilakukan menurut adat kebiasaan atau keagamaan yang menandai

kesakralan atau kehidmatan suatu peristiwa. Serangkain tindakan tersebut

dilakukan berulang-ulang, dan berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari, alam, lingkungan, serta penguasanya Tradisi upacara ritual

merupakan kegiatan penting yang berfungsi sebagai penguat norma-

norma serta nilai-nilai budaya yang berlaku.

b. Tari sebagai hiburan

Seni tari sebagai sarana hiburan digunakan dalam rangka

memeriahkan suasana pesta hari perkawinan, khitanan, syukuran,


15

peringatan hari-hari besar nasional, peresmian-peresmian gedung, dan

lain sebagainya.

Seni tari dalam acara – acara tersebut, sebagai ungkapan rasa

senang dan bersyukur, yang diharapkan di sisi lain juga menjadi ajang

hiburan buat masyarakat pada umumnya.

c. Tari sebagai tontonan

Tari tontonan atau disebut juga dengan tari pertunjukan, dalam

pelaksanaannya disajikan khusus untuk dinikmati. Tari yang berfungsi

sebagai tontonan ini dapat diamati pada pertunjukan tari untuk kemasan

pariwisata, untuk penyambutan tamu-tamu penting atau pejabat dan

untuk festival seni.

D. Kerangka Berpikir

TARIAN TRADISIONAL
LOMBOK

SANGGAR SENI NELIO


LENEK RAMBAN BIAK

TARI ASMARADANA

BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN


TARI ASMARADANA

Gambar. 2.1. Bagan Kerangka Berpikir


16

Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa tarian tradisional asli

Lombok belum banyak dikenal khalayak umum khususnya generasi muda,

namun dengan kehadiran tari Asmaradana sebagai salah satu tarian asli

tradisional Lombok diharapkan dapat menambah minat dan motivasi

masyarakat khususnya generasi muda saat ini untuk melestarikan dan

mengembangkan budaya dan nilai-nialai moral yang ada di tengah-tengah

masyarakat Lombok khususnya Desa Lenek Ramban Biak Kecamatan Lenek

Lombok Timur.

Tari Asmaradana merupakan tari kreasi yang diinspirasi dari bentuk

tarian Bali dan disesuaikan dengan minat generasi muda saat ini. Tarian ini

mengisahkan tentang muda-mudi yang dimabuk cinta (sedang jatuh cinta)

mulai dari upaya mendapatkan gadis yang dicintainya dan diilustrasikan

dalam bentuk gerak tarian. Oleh karena itu, dalam kajian ini penulis berusaha

mengungkapkan bentuk dan fungsi pertunjukan tari Asmaradana yang ada di

Sanggar tari Nelio Desa Lenek Ramban Biak Kecamatan Lenek Lombok

Timur.

E. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian dari Ini Luh Desmi Kartiani (2018) berjudul “Bentuk dan

Fungsi Tari Baris Buntal, Desa Pakraman Pengotan, Kabupaten Bangli,

Institut Seni Indonesia Denpasar” Volume 4 , no 1, ISSN 2460-2615.

Penelitian tersebut memaparkan tentang berbagai informasi terkait dengan

bentuk dan fungsi Tari Baris Buntal yang berada di Desa Pakraman
17

Pengotan. Adapun hasil dari penelitian ini membahas tentang bentuk dan

fungsi pertunjukan tari baris buntal yang berfungsi sebagai pengiring

upacara yang dilaksanakan di pura sebagai tari persembahan untuk para

dewa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Dalam penelitian ini banyak sekali membantu peneliti dalam

mendeskripsikan atau menjelaskan Bentuk Dan Fungsi Pertunjukan Tari

Asmaradana.

2. Penelitian yang relevan juga ditulis oleh Novy Eka Noryani dan Veronica

Eny Iryanti (2018) berjudul “Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Tari Jenang

Desa Kaliputu Kabupaten Kudus” Volume 7 , no 1, ISSN 2503-2585.

Hasil penelitian ini membahas tentang bentuk dan fungsi pertunjukan tari

jenang yang bentuk tariannya masih menggunakan tari kreasi tradisional,

dan masih menggunakan gerak-gerak asli orang membuat jenar, tari jenar

berfungsi sebagai tari hiburan untuk penonton. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam penelitian ini banyak

sekali membantu peneliti dalam mendeskripsikan atau menjelaskan Bentuk

Dan Fungsi Pertunjukan Tari Asmaradana.

3. Penelitian yang relevan juga ditulis oleh Tri Saraswati berjudul “Bentuk

Dan Fungsi Tari Penthul di Dusun Jamus, Desa Tegalrejo, Kecamatan

Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, pada tahun 2018”. Hasil penelitian

ini membahas tentang bentuk dan fungsi tari penthul yang merupakan

wujud aktivitas serta kecintaan masyarakat Tegalrejo terhadap kesenian

khususnya di wilayah Kabupaten Temanggung. Metode yang digunakan


18

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam penelitian ini banyak

sekali membantu peneliti dalam mendeskripsikan atau menjelaskan Bentuk

Dan Fungsi Pertunjukan Tari Asmaradana.

Dari ketiga penelitian tersebut, terdapat relevansi dengan penelitian

yang peneliti lakukan. Relevansi dari ketiga penelitian tersebut yaitu sama-

sama meneliti bentuk dan fungsi tari serta sama-sama menggunakan metode

penelitian kualitatif. Akan tetapi di samping adanya perbedaan topik dan

setting. Persamaan pada penelitian ini terletak pada fokus penelitian yakni

pada Bentuk dan Fungsi Tari. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek

penelitian yang dikaji. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang

berjudul Bentuk Dan Fungsi Pertunjukan Tari Asmaradana di Sanggar Seni

Nelio Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur.

Anda mungkin juga menyukai