Anda di halaman 1dari 14

RIKSA BAHASA

Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pembelajarannya

Volume 3, No. 1, Maret 2017 ISSN 2460-9978

DAFTAR ISI
JENIS PERTANYAAN PENYIDIK DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA
ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM
Andika Dutha Bachari, Dadang Sudana, & Wawan Gunawan – SPs UPI ................................1

PENDIDKKAN KARAKTER LEWAT PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA


“AYAHKU PULANG” KARYA USMAR ISMAIL
Een Nurhasanah – Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) .................................15

PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, LINGKUNGAN, KREATIF, EFEKTIF,


MENARIK UNTUK MEMAHAMI STRUKTUR DAN CIRI TEKS FIKSI
Hj. Lilis Mulyati – SMK Negeri 1 Sumedang ....................................................................... 24

ANALISIS KONTEKS, DAN PROSES PENCIPTAAN NYANYIAN LUSI NEGERI


DULAK KECAMATAN PULAU GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR
Abdul Karim Tawaulu – STKIP Gotong Royong Masohi SBT ..............................................32

GAYA BAHASA SASTRA SUFISTIK TERNATE


Muamar Abd. Halil – Universitas Khairun Ternate ................................................................45

MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK BERBASIS PERTANYAAN TINGKAT TINGGI


DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA
Muhamad Arwani – STAI An-Nawawi Purworejo Jawa Tengah ...........................................55

KONTRIBUSI BAHASA SUNDA TERHADAP PEMERKAYAAN BAHASA


INDONESIA
Nandang R. Pamungkas – Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat ............................................... 68

PILIHAN KODE DALAM MASYARAKAT DWIBAHASA


Kajian Sosiolinguistik pada SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School, Semarang
Nike Aditya Putri – Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia SPs. UPI ........................................ 78

PERGESERAN IDEOLOGI GENDER DALAM ADAPTASI FILM KE KOMIK DAN


GAME PENDEKAR TONGKAT EMAS
Ratih Ika Wijayanti – Universitas Indonesia ...........................................................................83

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS


NARASI
Resi Amalia – SMP Negeri 1 Sungai Aur ...............................................................................94

KAJIAN SEMIOTIKA NOVEL AKU DAN DUNIAKU KARYA HELEN KELLER


Rini Mairiza – SMP Negeri 4 Lembang Jaya Kab Solok Sumbar ....................................... 103
KAJIAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI MORAL CERITA RAKYAT SEBAGAI
BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
Siti Hijiriah – SMP Negeri 1 Labuhanhaji Timur Kab. Aceh Selatan .................................. 117

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DENGAN METODE TWO STAY TWO


STRAY
Sri Maryati – SMP Negeri 2 Sadaniang, Kab. Mempawah .................................................. 126

MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR BERBASIS HYPNOTEACHING UNTUK


MENGATASI KESULITAN MEMBACA NYARING
Supriyatin – SMPN 2 Bengkayang, Kalimantan Barat ........................................................ 137

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STUDI


LAPANGAN
Tanti Hartanti – SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan ..................................................... 151
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

PERGESERAN IDEOLOGI GENDER DALAM ADAPTASI FILM KE


KOMIK DAN GAME PENDEKAR TONGKAT EMAS

Ratih Ika Wijayanti


Universitas Indonesia
Pos-el : wijayantiratihika@yahoo.com

ABSTRAK
Pergeseran Ideologi Gender dalam Adaptasi Film ke Komik dan Game Pendekar Tongkat
Emas. Perubahan media dari film ke komik dan game Pendekar Tongkat Emas mengakibatkan
perubahan ideologi gender. Film Pendekar Tongkat Emas yang dihadirkan dengan mengusung
gagasan feminisme kembali dihadapkan pada dominasi patriarki ketika dialihwahanakan menjadi
komik dan game. Hal ini berkaitan dengan peran sineas, komikus, dan pembuat game. Penelitian ini
mencoba meninjau bagaimana perubahan media tersebut memengaruhi pergeseran ideologi gender di
dalam karya adaptasi. Untuk menjawab persoalan tersebut, penelitian ini menggunakan analisis dalam
kajian alih wahana dan pendekatan reading as a woman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
gagasan feminisme yang dibangun kuat melalui penggambaran karakteristik, peran sosial, kebebasan,
dan kekuasaan perempuan dalam film berubah melanggengkan kembali ideologi patriarki ketika
diadaptasi ke dalam komik dan game.
Kata Kunci: alih wahana, film, komik, game, ideologi gender

ABSTRACT

Gender Ideological Shifting In Adaptation Film To Comics And Game Pendekar Tongkat Emas
(Golden Cane Warrior). The media transformation of Pendekar Tongkat Emas from its movie to
comic and game has caused the shift in its gender ideology. Pendekar Tongkat Emas movie which is
presented with the idea of feminism must be confronted by patriarchal dominance when adapted into
comic and game. This issue is related to the role of film makers, comic illustrators, and game makers.
Therefore, this study attempts to examine how such media changes affect the shift of gender ideology
in its adaptation work. To solve this problem, this research uses analysis in the study of adaptation
and reading as a woman in feminist literature criticism. The results of this study indicate that the idea
of feminism built strongly through the depiction of characteristics, social roles, freedom, and power of
women in film has changed in order to perpetuate patriarchal ideology when adapted into comic and
game.

Keywords: adaptation, film, comic, game, gender ideology

PENDAHULUAN berbagai pesan kepada khalayak melalui


Film bukan sekadar media visual yang sebuah media cerita. Film juga merupakan
menawarkan hiburan semata. Lebih dari itu, media artistik sebagai sarana bagi para
film merupakan media yang menyampaikan seniman dan insan perfilman dalam rangka
suatu gagasan kepada khalayak mengutarakan gagasan dan ide cerita.
penontonnya. Film juga dikatakan sebagai Seiring berjalannya waktu, dunia
media komunikasi massa. Wibowo, dkk. perfilman Indonesia semakin diwarnai oleh
(2006: 196) menyebutkan bahwa film dapat beragam genre. Kita tentu masih ingat
dimaknai sebagai alat untuk menyampaikan dengan genre silat yang pada kurun 70-an

83
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

hingga awal 90-an mendominasi dunia hadir dengan gagasan yang juga sangat
perfilman Indonesia. Nama-nama pendekar berbeda dari film-film laga yang ramai pada
sakti seperti Jaka Sembung, Mandala, era sebelumnya. Jika selama ini pendekar-
Kamandaka, Si Buta dari Gua Hantu, dan pendekar sakti yang diingat masyarakat
lain-lain hampir tidak asing lagi bagi hampir semuanya adalah laki-laki, film ini
masyarakat Indonesia. Beberapa judul cerita justru menghadirkan warna lain dalam
silat yang diadaptasi ke dalam film seperti kancah dunia persilatan, yakni seorang
Saur Sepuh karya Niki Kosasih, Gundala jagoan perempuan. Ada nafas feminisme
Putra Petir karya Hasmi, dan Panji yang coba ditampilkan dalam film ini.
Tengkorak karya Hans Jaladara, dan masih Selama ini, perempuan dalam film,
banyak lagi lainnya, demikian diminati khususnya film laga, memang seringkali
masyarakat. Kebanyakan dari pendekar dihadirkan hanya sebagai pemanis.
tersebut didominasi oleh laki-laki. Perempuan mendapatkan porsi yang tidak
Pada akhir 90-an sampai sekarang, sebesar porsi laki-laki dalam dominasi
genre film laga mulai jarang bahkan hampir karakter di film. Pendekar-pendekar yang
tidak lagi diminati. Para sineas lebih tertarik menjadi jagoan atau lakon utama dalam film
untuk menggarap genre drama, komedi, laga, baik silat maupun kolosal, selalu saja
religi, dan horor. Meski beberapa film direpresentasikan melalui karakter laki-laki
mengangkat genre aksi seperti film dan segala hal yang berbau maskulin.
Merantau, The Raid, Modus Anomali dan Sekalipun hadir sosok perempuan yang turut
Headshot, tetapi genre laga klasik (silat) andil menjadi pendekar, penggambarannya
jarang diangkat. tetap saja dipengaruhi oleh dominasi
Pada masa ini pula, sineas-sineas patriarki. Film Pendekar Tongkat Emas ini
perempuan mulai bermunculan dengan menjadi media yang kemudian memberi
karya-karyanya yang beragam. Nama-nama ruang bagi para perempuan untuk setara
seperti Mira Lesmana, Nan Achnas, Nia dengan laki-laki.
Dinata, mulai meramaikan dunia perfilman Persoalan yang kemudian muncul
Indonesia dan membawa isu yang berkaitan adalah ketika film ini diadaptasi ke dalam
dengan feminisme. Meskipun begitu, para komik dan game. Pembuatan media adaptasi
sineas perempuan tersebut tidak lantas ini merupakan bentuk transmedia ekstensi
mengaminkan bahwa mereka sengaja yang sengaja dibuat Miles Production untuk
memasukan unsur feminisme dalam setiap kebutuhan pemasaran. Film ini diadaptasi ke
karyanya. Film seperti Kuldesak, dalam bentuk komik oleh M&C dan
Petualangan Serina, dan Pasir Berbisik Ragasukma yang digarap oleh dua komikus
kerap menjadi pembicaraan lantaran handal Alex Irzaqi dan Sweta Kartika. Tak
mengandung nuansa feminisme dan dibuat lama kemudian, Altermyth Studio juga
oleh sineas perempuan. mengeluarkan media ekstensi dari film ini
Inilah yang kemudian tampak dalam dalam bentuk game android. Dalam
film Pendekar Tongkat Emas produksi pembuatan media ekstensi ini, baik game
Miles Production tahun 2014. Mira maupun komiknya, Mira Lesmana
Lesmana bekerjasama dengan sutradara Ifa menyerahkan sepenuhnya kepada komikus
Isfansyah menggarap film Pendekar dan pembuat game-nya, yang berarti bahwa
Tongkat Emas dengan tujuan kekuasaan wacana berada mutlak di tangan
membangkitkan kembali genre silat dalam sang komikus dan pembuat game.
perfilman Indonesia. Film ini seakan Proses adaptasi dan transmedia inilah
diproduksi untuk menjawab kerinduan yang kemudian mengakibatkan beberapa
masyarakat akan genre film laga klasik di perubahan dan pada akhirnya menggeser
tengah gersangnya genre laga dalam ideologi feminisme yang sudah dibangun
perfilman Indonesia modern. Di bawah kuat di dalam film-nya. Meski dalam komik
kekuasaan Mira Lesmana, film ini justru gagasan mengenai kesetaraan perempuan

84
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

masih dipertahankan, namun penggambaran dalam proses adaptasi, berbagai perubahan


perempuan dalam komik kembali dikaitkan mungkin saja terjadi. Akan tetapi,
dengan kekuasaan laki-laki dalam budaya perubahan ini bukanlah perubahan yang
yang masih patriarkal. Demikian halnya menurut Walter Benjamin merupakan
dengan game adaptasi Pendekar Tongkat sebuah perubahan yang memudarkan aura
Emas ini. Dalam game, ideologi feminisme suatu karya (dalam konsep pudarnya aura),
yang demikian kuat digambarkan dalam melainkan perubahan yang justru
film justru tidak tampak sama sekali dalam menciptakan aura tersendiri bersama media
game. Oleh karena itu, artikel ini meninjau baru. Adaptasi memungkinkan adanya re-
sejauh mana perubahan media ini dapat interpretation dan re-creation dalam suatu
mengakibatkan pergeseran ideologi gender karya. Perubahan dari film ke komik dan
yang semula telah dibangun demikian kuat game Pendekar Tongkat Emas merupakan
di dalam film. Fokus kajian tersebut sebuah adaptasi yang menghasilkan apa
ditujukan untuk meninjau bagaimana yang disebut Hutcheon sebagai re-creation.
wacana feminisme dibangun kuat melalui Sugihastuti (2002: 140) memaparkan
penggambaran karakteristik, peran sosial, bahwa kritik sastra feminis adalah sebuah
kebebasan, dan kekuasaan perempuan dalam kritik sastra yang memandang sastra dengan
film berubah melanggengkan kembali kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin
ideologi patriarki ketika diadaptasi ke dalam yang berkaitan dengan budaya, sastra dan
komik dan game. kehidupan manusia. Kritik ini dibagi
menjadi dua macam yakni kritik sastra
METODE PENELITIAN feminis yang melihat perempuan sebagai
Metode yang digunakan dalam pembaca dan kritik sastra feminis yang
penelitian ini adalah metode analisis teks melihat perempuan sebagai penulis. Teori
dengan fokus kajian pada analisis gender. yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penyajian data dan pembahasan dilakukan kritik sastra feminis dan secara spesifik
dengan metode deskriptif analitik. menggunakan pendekatan reading as a
Penganalisisan teks difokuskan pada unsur woman (membaca sebagai perempuan) yang
naratif film dan komik, serta aturan main diperkenalkan oleh Culler.
dalam game sebagai bentuk narasi dalam Djajanegara (2000: 27-39)
game tersebut. Penulis menganalisis menyebutkan beberapa ragam kritik sastra
perubahan-perubahan yang terjadi dengan feminis; salah satunya adalah kritik sastra
menitikberatkan pada perubahan ideologi feminis ideologis. Dalam kritik ini,
gender dalam ketiga karya tersebut. Dalam perempuan ditempatkan sebagai pembaca
penelitian ini, beberapa teori digunakan (reading as a woman). Kritik ini digunakan
untuk menjawab persoalan pergeseran untuk membongkar kerja ideologi patriarki
ideologi gender dalam film dan karya dalam mendominasi penulisan dan
adaptasinya. Konsep teori adaptasi dari film pembacaan karya sastra. Showalter (1981:
ke komik dan game yang digunakan dalam 182) menyebutkan bahwa pembacaan
analisis ini adalah teori adaptasi dari Linda ideologis ini berkaitan dengan posisi feminis
Hutcheon. Sementara itu, untuk melihat sebagai pembaca yang memfokuskan
perubahan ideologi gender dalam ketiga pembacaan pada bagaimana citra dan
media ini penulis menggunakan konsep teori stereotip perempuan dihadirkan dalam
kritik sastra feminis yang diperkenalkan sebuah karya sastra, kelalaian dan
oleh Elaine Showalter dan Jonathan Culler kesalahpahaman tentang kritik perempuan,
khususnya teori reading as a woman. serta perempuan dihadirkan sebagai tanda.
Adaptasi merupakan sebuah proses Sejalan dengan hal itu, Culler (1982: 46)
pengulangan dari satu media oleh media lain menyatakan bahwa dalam konsep
yang tidak dilakukan secara keseluruhan. perempuan sebagai pembaca, fokus
Hutcheon (2006: 5-8) menyebutkan bahwa pembacaan diarahkan pada pengalaman

85
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

wanita dengan mengaitkan struktur sosial kelompok Macan Willis yang frustrasi
dan pengalaman mereka sebagai pembaca karena tidak mendapatkan air keabadian di
dengan apa yang digambarkan di dalam Lembah Angin dan ingin merebut tongkat
karya. Kritik ini membongkar bagaimana emas sebagai gantinya. Narasi dalam komik
psikologi karakter dan sikap perempuan lebih berupa prekuel dari narasi dalam film.
dicitrakan baik oleh penulisnya, genre Cempaka yang masih muda dan kuat harus
tulisannya, maupun periode penulisannya. menghadapi segerombolan musuhnya yang
kesemuanya adalah laki-laki. Di dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN komik ini jugalah diceritatakan awal mula
 Adaptasi Pendekar Tongkat Emas bertemunya Cempaka dengan murid
Film Pendekar Tongkat Emas keempatnya, Angin.
merupakan film bergenre silat (laga klasik) Di dalam game, struktur narasi ini
yang diadaptasi menjadi komik dan game. lebih ditekankan pada aturan-aturan main di
Dalam film, struktur naratifnya berisi kisah dalamnya. Game Pendekar Tongkat Emas
pendekar perempuan bernama Cempaka ini diberi judul dalam bahasa Inggris The
yang merupakan pendekar legendaris yang Golden Cane Warrior dengan tujuan bahwa
memiliki jurus dan senjata tongkat emas. sasaran game ini lebih kepada masyarakat
Cempaka bersama keempat muridnya, Biru, global. Empat pendekar yang dipilih untuk
Gerhana, Dara, dan Angin, mengasingkan menjadi avatar game ini adalah Cempaka
diri dari dunia persilatan karena rasa (Christine Hakim), Dara (Eva Cellia), Elang
bersalah Cempaka terhadap musuh- (Nicholas Saputra), dan Biru (Reza
musuhnya yang tewas di medan Rahardian). Keempatnya merupakan tokoh
pertempuran. utama dalam film. Meski filmnya
Cerita ini digerakan oleh intrik merupakan film silat, tetapi game
pewarisan senjata legendaris tongkat emas adaptasinya bukanlah sejenis game aksi atau
dan jurusnya yang tidak bisa diserahkan game combat. Dengan core serupa game
kepada sembarang orang. Tongkat emas dan Fruit Ninja, game ini menampilkan
jurusnya adalah senjata terkuat di dunia challenge berupa batu, telur, dan daun yang
persilatan yang membuat pemiliknya sangat harus dipukul dengan tongkat masing-
dikagumi sekaligus ditakuti oleh seluruh masing.
pendekar dari semua perguruan. Persoalan Game ini lebih menekankan pada
muncul ketika Cempaka mewariskan permainan penguasaan skill dalam
tongkat emas kepada Dara, murid ketiganya. mengumpulkan skor. Skor/point ini yang
Biru sebagai murid tertua sekaligus murid nantinya akan digunakan untuk memenuhi
dengan ilmu bela diri terkuat pun merasa persyaratan menjadi murid dari keempat
marah atas keputusan gurunya. Biru pendekar tersebut. Yang menarik adalah
membunuh Cempaka dan merebut tongkat harga skill point untuk masing-masing
emas dari Dara. Sementara itu, Dara pendekar tersebut. Cempaka bebas
bekerjasama dengan Elang (anak Cempaka dimainkan oleh semua pemain pemula, Dara
yang ditinggalkan bertahun-tahun) belajar dilabeli dengan harga skill point 100,
menguasai jurus tongkat emas dan merebut sementara Elang dan Biru dilabeli harga
kembali tongkat emas. Dara dan Elang skill point 250. Skill Point ini juga semacam
bekerjasama dalam menyelamatkan dunia level permainan. Tantangan setiap karakter
persilatan dari tindak kesewenang- juga berbeda. Tantangan yang harus
wenangan yang dilakukan oleh Biru. dihadapi ketika menjadi murid Cempaka
Berbeda dengan film, struktur naratif adalah batu-batu kecil, tantangan murid
komik Pendekar Tongkat Emas justru berisi Dara adalah butiran telor, tantangan Elang
kisah legendaris Cempaka ketika masih adalah daun, dan tantangan Biru adalah batu
muda. Cempaka yang terkenal sebagai besar yang sulit dihancurkan. Dilihat dari
pendekar tongkat emas harus menghadapi harga skill point dan tantangannya, level

86
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

tertinggi dalam game ini dimiliki oleh Biru


dan Elang, sementara di dalam film okoh
kekuasaan tertinggi berada di bawah pere
pemegang tongkat emas dalam hal ini mpu
Cempaka dan Dara. an
Dari sturktur narasi ketiga media ini, kedu
tampak bahwa ada perubahan struktur narasi a
pada setiap media yang juga berdampak dala Gambar 1 Scene 00:05:30 Cempaka melatih Dara
pada gagasan dalam ketiga media tersebut. m dan murid lainnya
Di dalam film, eksplorasi cerita difokuskan film ini adalah Dara. Tokoh ini digambarkan
pada intrik pewarisan tongkat emas sebagai perempuan muda yang masih
sehingga peran perempuan (Cempaka dan impulsif sekaligus polos. Meski demikian,
Dara) lebih ditonjolkan. Sementara dalam Dara juga adalah perempuan pemberani
komik adapatasinya, peran dan kekuatan yang pantang menyerah. Kepada Dara-lah,
perempuan (Cempaka) kembali dihadapkan Cempaka mewariskan tongkat emas. Meski
pada kekuasaan laki-laki. Begitu pula di masih belum berpengalaman, Dara
dalam game adaptasinya, peran perempuan digambarkan rendah hati dan tidak tergiur
(Cempaka dan Dara) justru tidak sebesar akan nama besar dan kekuasaan, sehingga
peran laki-laki (Biru dan Elang) jika dilihat Cempaka menjatuhkan pilihannya pada
dari perbandingan harga skill point dan Dara. Dalam film ini, Dara memiliki peran
tantangan yang harus dihadapi keempat sosial sebagai pewaris tongkat emas yang
karakter ini. berarti juga pemimpin berikutnya Perguruan
 Karakter dan Peran Sosial Tongkat Emas dan seluruh dunia persilatan.
Perempuan Kemudian, tokoh perempuan ketiga
Dalam film Pendekar Tongkat Emas adalah Gerhana. Tokoh ini merupakan tokoh
citra perempuan yang ditonjolkan adalah antagonis yang digambarkan sebagai
perempuan yang lebih mengedepankan pasangan Biru. Di dalam film ini, Gerhana
rasionalitas dibanding sisi emosionalnya. ditampilkan dengan karakternya yang
Karakter perempuan di dalam film tenang, pandai mengatur siasat, dan
ditampilkan sebagai perempuan yang merupakan wanita kuat di balik keberhasilan
tangguh, pantang menyerah, berani, dan Biru. Meski peran sosial Gerhana dalam
tenang. Perempuan-perempuan dalam film film ini masih berada di balik kekuasaan
ini menolak citra submisif yang selama ini laki-laki (Biru), namun ketika dipahami
dilekatkan dalam diri perempuan. lebih dalam lagi, justru Gerhana-lah yang
Cempaka digambarkan sebagai menjadi penggerak segala tindakan Biru.
perempuan yang tenang, bijaksana, dan Gerhana yang menguatkan Biru untuk
memiliki jiwa pemimpin. Ia merupakan membunuh Cempaka dan merebut tongkat
pendekar yang ditakuti di seluruh penjuru emas. Gerhana pulalah yang mengatur siasat
dunia persilatan. Semua guru dari seluruh untuk masuk ke dalam perguruan Sayap
perguruan silat menghormatinya sebagai Merah dan meracuni pemimpinnya untuk
seorang pendekar yang tetap rendah hati mendapatkan kekuasaan di dunia persilatan.
meski telah mengusai seluruh ilmu Bahkan dalam hal ranjang, Gerhana jugalah
persilatan. Di dalam film, Cempaka yang lebih memegang kendali atas Biru.
menempati peran sosialnya sebagai seorang
pemimpin Perguruan Tongkat Emas yang
sangat disegani oleh seluruh perguruan silat
yang ada.

87
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

Sementara itu, di dalam komik, Selain


gambaran tokoh perempuan hanya diwakili itu,
oleh Cempaka. Cempaka digambarkan motivasi
sebagai wanita cantik dengan rambut Cempaka
panjang tergerai. Di dalam komik, sosok memena
Cempaka merupakan sosok yang tangguh ngkan
dengan kemampuan bela dirinya yang luar pertarun
biasa, ditambah ia merupakan pemilik gan juga
Gambar 2 (hlm 4) Cempaka memandang
senjata legendaris tongkat emas. Meski bukan
Lembah Angin
digambarkan sebagai pendekar yang kuat, karena ia
namun sisi femininitas Cempaka masih menerima tantangan dari Macan Wilis, tapi
tampak. Cempaka dalam komik ditampilkan karena ingin menyelamatkan Angin.
sebagai perempuan yang emosional Dilihat dari nama-nama jurus yang
(murung), tidak agresif, mudah terpengaruh, digunakan, jurus Cempaka lebih bernada
dan kurang berambisi. Hal ini tampak dari feminin jika dibandingkan dengan jurus
tidak tertariknya Cempaka dengan sumber penjahat-penjahatnya yang kesemuanya
air kehidupan yang diburu oleh Macan Wilis. adalah laki-laki.

Gambar 4 (hlm 27) Gambar 4 (hlm 28)


Gambar 5 (hlm 18)

Dari gambar di atas, tampak jurus Perisai bernada feminin dan jurus laki-laki harus
Penjuru Angin yang kemudian di lawan oleh bernada maskulin.
penjahatnya dengan jurus Benteng Lapis Berbeda dengan kedua media di atas,
Baja dan Taring Pemburu Nyawa. Untuk di dalam game, karakteristik dan peran
menggambarkan Cempaka, sang komikus sosial ini tidak begitu tampak. Meskipun
lebih memilih jurus Perisai Penjuru Angin begitu, citra perempuan di dalam game ini
yang terkesan lembut dan tenang bisa ditelisik dari tantangan yang ada dalam
sebagaimana galibnya angin. Sementara level tokoh-tokoh ini. Di level pertama,
jurus lawannya (laki-laki) diberi nama jurus pemain game dihadapkan untuk menjadi
Benteng Lapis Baja dan Taring Pemburu murid Cempaka. Tantangan yang harus
Nyawa yang terkesan keras dan gagah. Dari dihadapi adalah batu-batu kecil yang harus
penggambaran ini, sang komikus masih dipukul dengan tongkat bambu. Dalam
melekatkan stereotip femininitas dan sekali pukul batu kecil ini bisa langsung
maskulinitas bahwa jurus perempuan harus hancur, tidak membutuhkan waktu yang

88
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

lama dan hanya perlu berkosentrasi. karakter Cempaka dalam game seperti yang
Kemudahan menghadapi tantangan ini tampak dalam gambar berikut.
menggambarkan bagaimana permainan Sementara itu, Dara dengan
sebagai murid Cempaka hanyalah tantangannya berupa telor yang tidak boleh
permainan dasar. Hal ini menunjukkan dipukul dan hanya boleh didaratkan dengan
bahwa karakter Cempaka dalam game tongkat secara lembut, halus, dan pelan-
memiliki tingkatan peran yang rendah pelan menggambarkan sosok Dara yang
dibandingkan dengan karakter lainnya. rapuh, lembut, dan halus. Ketika menjadi
Karakter Cempaka juga digambarkan murid Dara, pemain benar-benar harus
lembut, sabar, dan perhatian. Suara berhati-hati agar telornya tidak pecah. Hal
Christine Hakim mewakili karakter ini semakin mengukuhkan konstruksi bahwa
Cempaka di akhir permainan bernada kerapuhan, kelembutan, dan kehalusan
lembut, pelan, dan memotivasi. Kesabaran adalah milik perempuan sehebat apapun
dan kelembutan seakan dilekatkan menjadi ilmu bela dirinya.

Gambar 6 Level Cempaka

Gambar 7 Level Dara


Dari gambar tersebut, tampak digambarkan lebih kuat, berani, dan tenang
penggambaran karakter Dara yang seakan dibandingkan yang muncul di dalam komik
mengukuhkan citra perempuan sebagai dan game. Perempuan dalam film
sosok yang lemah. Hal ini berbeda dengan menempati perannya di ruang publik
cara Altermyth menampilkan kekuatan laki- sebagai pendekar yang keluar dari peran
laki di dalam game. Biru digambarkan domestiknya. Bahkan, perempuan dalam
dengan tantangan melawan batu besar dalam film digambarkan menempati peranan sosial
batas waktu satu satu menit. Batu besar yang tinggi sebagai pemimpin dan
yang baru bisa dihancurkan setelah empat pengendali. Sementara dalam komik,
atau lima kali pukulan tongkat ini seakan perempuan digambarkan masih terikat
menampilkan citra laki-laki yang kuat dan konstruksi sosialnya sebagai perempuan
keras. yang emosional. Oleh karenanya, ketika ia
Dari penggambaran karakteristik dan harus membunuh musuhnya atau ingat akan
peran sosial perempuan dalam ketiga media anak yang ditinggalkannya, ia menjadi
ini tampak bahwa di dalam film perempuan demikian sentimental dan timbul perasaan

89
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

penyesalan. Demkian halnya perempuan di anaknya atau menjadi pendekar tongkat


dalam game. Perempuan dalam game ini emas dan menyelamatkan banyak orang dari
digambarkan sebagai sosok yang lembut, kejahatan. Bagi Cempaka tanggung
penuh kehati-hatian, dan cenderung jawabnya sebagai ibu dan pendekar
penyayang. Citra perempuan dan merupakan tanggung jawab yang sama
stereotipnya demikian ditonjolkan di dalam pentingnya. Cempaka percaya bahwa
game. tanggung jawab terhadap bayi yang
 Kebebasan dan Kekuasaan dilahirkannya bukan hanya tanggung
Perempuan atas Dominasi Laki- jawabnya sendiri. Lebih dari itu, tanggung
Laki jawab berdua bersama suaminya (Naga
Kebebasan perempuan yang Putih). Pemikiran ini diperkuat dengan
digambarkan dalam film, komik, dan game kenyataan mundurnya Naga Putih dari dunia
Pendekar Tongkat Emas ini adalah persilatan. Oleh karena itu, Cempaka dapat
kebebasan perempuan berkaitan dengan meninggalkan anaknya karena percaya
dominasi laki-laki, baik di ruang personal bahwa anaknya aman bersama Naga Putih.
maupun di ruang publik. Mira Lesmana Dengan mengambil keputusan
dalam film menggambarkan bagaimana menjadi pendekar tongkat emas, Cempaka
perempuan memiliki kebebasan yang setara memilih meninggalkan peran domestiknya
dengan laki-laki. Jika dalam budaya untuk mendapatkan perannya di ruang
patriarki, laki-laki merupakan penguasa atau publik. Film ini juga sekaligus
pengendali perempuan, di dalam film ini menggambarkan bahwa peran domestik
gagasan itu seakan-akan dibalikkan. Akan bukan hanya milik perempuan melainkan
tetapi, kebebasan tersebut justru kembali tanggung jawab bersama antara suami dan
mendapatkan kekangan dominasi patriarki istri.
ketika film ini diadaptasi menjadi komik Pengambilan keputusan ini juga
dan game. memerlihakan bagaimana film ini
Dalam film, Cempaka secara sadar menempatkan perempuan sebagai manusia
memutuskan memenuhi amanah gurunya yang bisa keluar dari konstruksi sosialnya
untuk melanjutkan Perguruan Tongkat Emas sebagai perempuan dan tidak ada yang
dan menyelamatkan dunia persilatan dari mempermasalahkannya. Cempaka tidak
kejahatan. Seperti tampak dalam dialog digugat oleh tokoh mana pun, termasuk
Cempaka dan Naga Putih pada Scene anaknya sendiri (Elang), atas keputusannya
01:11:07 berikut. meninggalkan anaknya dan lebih memilih
menjadi pendekar tongkat emas. Sementara
Naga Putih: “Cempaka apakah kau itu, laki-laki dalam film ini justru
akan tetap berkeras untuk digambarkan sebaliknya. Ia lebih memilih
meneruskan perguruan ruang domestik dibandingkan dengan
bertarung dan meninggalkan perannya di ruang publik. Hal ini
bayimu? Benarkah kau tidak digambarkan melalui tokoh Naga Putih yang
akan mengubah pilihanmu?” lebih memilih membesarkan anaknya
Cempaka: “Bukan karena semata dibanding ikut andil dalam dunia persilatan
perintah guru yang tak mungkin meski dirinya juga merupakan pewaris jurus
kuhindari, namun hati nuraniku tongkat emas. Film ini seakan membalikkan
meminta diriku untuk pandangan bahwa ruang publik bukan hanya
meneruskan tugas mulia ini.” milik laki-laki dan ruang domestik bukan
(PTE, 2014). hanya tempat perempuan. Hal ini jelas
dengan menempatkan laki-laki (Naga Putih)
Keputusan ini membuatnya harus di ruang domestik.
memilih dua peran dengan tanggung jawab Film ini menyajikan tiga pasang relasi
yang sama-sama besar, membesarkan laki-laki dan perempuan yakni relasi

90
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

Cempaka dan Naga Putih, Dara dan Elang, tampak bahwa komikus justru menampilkan
serta Gerhana dan Biru. Dalam relasi pertentangan antara femininitas melawan
Cempaka-Naga Putih dan Dara-Elang, maskulinitas yang penggambarannya masih
pembalikan ruang sosial domestik-publik dipengaruhi adanya stereotip bahwa
sangat kentara. Di sini perempuan perempuan lebih memiliki motivasi
memegang kebebasan nasibnya sendiri domestik sedangkan laki-laki lebih memiliki
tanpa dominasi kekuasaan laki-laki. Laki- motivasi akan dunia luar.
laki dalam relasi ini tidak menjadi Demikian halnya dengan
penghalang kebebasan perempuan, penggambaran yang ada di game. Peran
sebaliknya mereka
justru menjadi
pendukung. Sementara
itu, relasi Gerhana-Biru
menampilkan
gambaran bagaimana
perempuan juga dapat
menjadi subjek yang
mampu mengendalikan
kekuasaan laki-laki.
Di dalam komik,
Gambar 9 Game PTE
unsur kebebasan
perempuan dalam game sangat didominasi
perempuan tidak terlalu ditonjolkan.
oleh kekuasaan laki-laki. Hal ini bisa dilihat
Kekuasaan dalam komik masih didominasi
dari bagaimana perempuan dalam game ini
oleh laki-laki meskipun dalam pertarungan
dilabeli dengan skill point yang lebih kecil
pendekar perempuanlah yang menang. Akan
dibanding laki-laki.
tetapi, stereotip bahwa perempuan adalah
makhluk yang lemah sedangkan laki-laki
Dari gambar tersebut, tampak Cempaka
makhluk yang kuat ini masih demikian lekat.
dapat dimainkan secara gratis dengan
Dalam komik juga tampak bagaimana
tantangan yang relatif mudah karena
motivasi karakter menggambarkan
terhitung level dasar. Sementara itu, Dara
kekuasaan mereka akan ruang domestik dan
dilabeli dengan skill point 100 lebih kecil
ruang publiknya. Motivasi bertahan hidup
dibandingkan Elang dan Biru yang dilabeli
Cempaka adalah adanya bayi (Angin) yang
skill point 250. Cempaka yang merupakan
harus ia selamatkan.
pendekar silat paling dihormati seharusnya
memiliki skill point tertinggi dibanding
ketiga muridnya. Akan tetapi, di dalam
game, ia bahkan menempati skill point lebih
rendah dari Dara. Selain itu, tantangan yang
harus dihadapi ketika memainkan level
dengan karakter Biru dan Elang juga relatif
lebih sulit dibanding level Cempaka dan
Dara. Dari gambaran ini, tampak bahwa
kekuasaan atau level tertinggi permainan
Gambar 8 (hlm 22) ada pada karakter tokoh laki-laki. Jika
Dalam hal ini, rasa empati dan kasih dibandingkan dengan film, tentu ini sangat
sayang menjadi penggerak tokoh perempuan. berbeda. Di dalam film kekuasaan tertinggi
Sementara bagi tokoh laki-laki, motivasi berada di tangan Dara dan Cempaka. Ada
mereka adalah ego dan keinginan untuk upaya Altermyth untuk membuat level
menguasai dunia. Dari penggambaran ini permainan karakter laki-laki lebih

91
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

menantang dibandingkan dengan level dengan konstruksi femininitasnya sebagai


permainan karakter perempuan. perempuan sehingga dominasi patriarki
Dari pembahasan ketiga media ini, justru muncul kembali. Dominasi patriarki
tampak adanya pergeseran kebebasan dan ini juga demikian tampak dalam game yang
kekuasaan perempuan dari film ke komik menampilkan laki-laki lebih unggul
dan game. Di dalam film, perempuan diberi (berkuasa) dari perempuan. Jika
ruang dan kebebasan sehingga kehadirannya digambarkan dalam bentuk tabel,
cenderung menguatkan konstruksi ideologi perbandingan pergeseran gagasan ketiga
feminisme. Sementara di dalam komik dan media tersebut adalah sebagai berikut.
game, citra perempuan kembali dilekatkan

Tabel Perbandingan Gagasan Ketiga Media


Gagasan Film Komik Game
Karakter Perempuan Rasional, kuat, Emosional, empati Lemah dibandingkan
pemberani, tinggi, keibuan lelaki, halus, lembut,
pengendali sangat berhati-hati
Peran Sosial Pemimpin perguruan Pendekar yang Level dasar (pemula)
Perempuan silat, pengatur strategi berkelana, penolong
Kebebasan Perempuan memiliki Kebebasan masih Kebebasan tidak
Perempuan kebebasan untuk dipengaruhi terlalu tampak
memilih ruang konstruksi
publik/domestiknya femininitas
Kekuasaan Kekuasaan Kekuasaan Perempuan berada
Perempuan perempuan tinggi perempuan masih dalam dominasi
melawan dominasi berada dalam kekuasaan laki-laki.
patriarki bayang-bayang Laki-laki
dominasi patriarki digambarkan lebih
dengan unggul dari
mengukuhkan perempuan.
femininitas dan
maskulinitas
Sintesis Mengkontruksi Mengukuhkan Mengukuhkan
ideologi feminisme ideologi patriarki ideologi patriarki

dalam ketiga media ini menunjukkan bahwa


SIMPULAN adaptasi sebuah karya dapat menimbulkan
Dari pembahasan di atas dapat perubahan bergantung pada kekhasan setiap
disimpulkan bahwa adaptasi film Pendekar medianya.
Tongkat Emas menjadi komik dan game Di dalam film perempuan
mengakibatkan pergeseran ideologi. Dalam digambarkan sebagai subjek yang memiliki
media film, Pendekar Tongkat Emas peran sosialnya di ruang publik terlepas dari
menyajikan sebuah konstruksi ideologi ruang domestiknya. Perempuan dalam film
feminisme. Sementara itu, ketika diadaptasi adalah subjek yang memiliki kebebasan
ke media lain (komik dan game), Pendekar untuk memilih terlepas dari dominasi
Tongkat Emas justru kembali mengukuhkan kekuasaan laki-laki. Di dalam komik,
dominasi patriarki. Pergeseran ideologi perempuan kembali dihadapkan pada

92
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

pergulatan peran dan ruang sosialnya. Sisi


femininitas perempuan dilekatkan kembali
dan dihadapkan pada kekuasaan
maskulinitas laki-laki. Di dalam game,
dominasi maskulinitas itu semakin tampak.
Perempuan di dalam game digambarkan
lebih lemah dari laki-laki. Kekuasaan laki-
laki dalam game yang ditunjukkan melalui
skill point dan tantangan permainan yang
keduanya menunjukkan dominasinya atas
perempuan.

PUSTAKA RUJUKAN
Antara News. 2014. Dua Komikus
Eksplorasi Cerita “Pendekar Tongkat
Emas”. [Online]. Tersedia
di :http://m.analisadaily.com/read/dua
-komikus-eksplorasi-cerita-pendekar-
tongkat-emas/ Diunduh 26 April 2017.
Culler, Jonathan. 1982. On Deconstruction
Theory of Criticism after
Structuralism. New York: Cornel
University Press.
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra
Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Hutcheon, Linda. 2006. A Theory of
Adaptation. Great Britain: Rotledge &
Francis Group.
Showalter, Elaine. 1981. “Feminist
Criticism in The Wilderness”. Critical
Inquiry, 8 (2), Writing and Sexual
Difference. Winter,
Sugihastuti & Suharto. 2016. Kritik Sastra
Feminis Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibowo, dkk. 2006. Teknik Program
Televisi. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.

93

Anda mungkin juga menyukai