Anda di halaman 1dari 7

MODUL 9

PENGUKURAN LENGKUNG SEDERHANA

9.1 PENGANTAR
Pengukuran lengkung horisontal bertujuan untuk menggambarkan tikungan suatu lintas
jalur, seperti jalan raya (Highways), jalan baja (Railways), transit cepat (Rapid transit),
kanal, pipa (Pipelines) dan transmisi (Transmission lines). Suatu tikungan berfungsi
menghubungkan antara dua jalan lurus (Tangent) yang saling berpotongan. Suatu tikungan
yang umum dipakai adalah busur lingkaran (Circular curve atau Full Circle – FC) dan
dapat juga dikombinasikan dengan suatu lengkung Spiral sehingga membentuk suatu
tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S).

9.2 LINGKUP STUDI


Pada kesempatan ini tikungan yang akan dibahas adalah lengkung sederhana, yaitu
lengkung berbentuk busur lingkaran dan staking out lengkung dengan metode sudut
defleksi, busur lingkaran dan tali busur.

9.3 PENGUKURAN LENGKUNG


Pengukuran lengkung busur lingkaran ditandai dengan pematokan di atas permukaan tanah
sepanjang garis sumbu (Center line), jarak antara patok adalah 100 m dan disebut stasion
penuh (Full stations). Untuk praktis pengukuran di lapangan dapat mengatur jarak patok-
patok setengah stasion (setiap 50 m) atau seperlima stasion (20 m) atau sepersepuluh
stasion (10 m). Penomoran setiap stasion dimulai dari patok awal pada garis sumbu dan
ditandai sebagai stasion 0+000. Stasion patok-patok lainnya diukur dari stasion penuh dari
patok terakhir, misalnya sebuah patok berjarak 1570 m dari stasion 0+000, maka patok
tersebut terletak sejauh 70 m dari stasion nomor 15 dan diberi tanda nomor stasion 1+570.
Patok dimana dimulai suatu lengkung busur lingkaran ditandai sebagai titik awal lengkung
ditulis dengan tanda hurup PC (Point of curvature) atau TC (Circle to tangent) dan patok
akhir lengkung diberi tanda PT (Point of tangency) atau CT (Circle to tangent). Titik
perpotongan dua garis lurus (Tangent) diberi tanda sebagai PI (Point of Intersection) atau
V (Vertex).

Ketajaman (Sharpness) lengkung busur lingkaran dapat dinyatakan dengan cara berikut ini:

1. Radius (R)
Suatu lengkung busur lingkaran didefinisikan oleh penetapan panjang jari-jari
lingkaran dari busur tersebut dan biasanya diambil sebagai kelipatan 100 m. Semakin
kecil R maka semakin tajam lengkung busur lingkarannya.

2. Derajat lengkung (D)


Derajat lengkung atau kelengkungan (Degree of curve) didefinisikan sebagai besarnya
sudut pusat lingkaran dari busur lingkaran sepanjang 100 m.

9-1
Gambar 9-1. Definisi Derajat Lengkung

9.3.1 GEOMETRI LENGKUNG


Unsur-unsur geometri lengkung sederhana adalah radius busur lingkaran (R), sudut
perpotongan tangent (D), panjang tangent (T), panjang lengkung (L), panjang tali busur
(LC), jarak luar (E), dan ordinat tengah (m), lihat Gambar 9-2 berikut:

Gambar 9-2. Geometri busur lingkaran

1. T = Panjang tangent (Tangent distance)


= R Tan (D/2)
2. E = Jarak luar (External distance)
= R(Sec D/2 – 1)
3.LC = Panjang tali busur
= 2R Sin(D/2)
4. m = Ordinat tengah (Middle ordinat)
= R(1 – cos D/2)
5. L = Panjang lengkung
= (D/360o ) 2PR

9-2
9.3.2 STAKING OUT LENGKUNG
Metode Sudut Defleksi
Pematokan pada lengkung menggunakan metode sudut defleksi dimulai dari titik TC,
seperti terlihat seperti pada Gambar 9-3 berikut ini:

Gambar 9-3. Metode sudut defleksi

Misalkan stasion penuh per 100 m adalah titik P yang berjarak l1 dari TC dan titik S adalah
stasion penuh terakhir sebelum CT dan berjarak l2 dari CT, jika d1 dan d2 adalah besar
sudut pusat lingkaran, maka l1 /d1 = 100/D à d1 = (l1 /100)*D dan l2 /d2 = 100/D à d2 =
(l2 /100)*D. D adalah sudut defleksi, yaitu sudut antara tangent dan tali busur.

a= d1 /2
b= (d1 + D)/2= d1 /2 + D/2
c= (d1 + D + D)/2= d1 /2 +D
d= (d1 + D + D + D)/2= d1 /2 + 3D/2
e= (d1 + D + D + D + d2 )/2 = d1 /2 +3D/2 +d2 /2 = D/2

Metode Busur Lingkaran


Jika l1 adalah panjang busur lingkaran dengan sudut pusat lingkaran d1 , maka d1 /l1 =
360o /2PR. Untuk l1 = 1 unit busur lingkaran (per 1 m), maka d1 = (l1 *360o )/2PR = (l1 /R)*
1,718.87 dalam menit per satuan panjang busur lingkaran dan analogi untuk d2 =
(l2 *360o )/2PR = (l2 /R)* 1,718.87 dalam menit per satuan panjang busur lingkaran dan
untuk D, panjang busur lingkaran sebesar 100 m.

Metode Tali Busur


Pada Gambar 9-4 berikut, panjang tali busur PQ adalah l, maka diperoleh sin (a) = (l/2)/R
atau l= 2R sin (a).

9-3
Gambar 9-4. Metode Tali Busur

.
9.4 DISKUSI/TANYA-JAWAB
a. Dalam survey pendahuluan trase jalan sepanjang 2500 m, terdapat tiga tangen yang
dihubungkan oleh dua lengkung sederhana (busur lingkaran). Jari-jari lengkung
sederhana pertama dan kedua adalah 700 m dan 600 m, lihat Gambar 9-5 berikut:

Gambar 9-5. Trase jalan

Pertanyaan:
1. Tentukan stasion TC dan CT dari kedua lengkung sederhana tersebut.
2. Tentukan panjang jalan keseluruhan.

Jawab:
1. T1 = R tan (D1 /2) = 700*tan (17o 30’)= 194.1272 m
L1 = (35o /360o )*2P(700)=427.6057 m
Stasion TC1 = (0+500)-194.1272= 0+ 305.8728
Stasion CT1 = (0+305.8728)+ 427.6057= 0+733.4785
T2 = 600*tan(12o 30’)= 133.0168 m
L2 = (30o /360o )*2P*600=314.1593 m
Panjang PI1 -PI2 = (1+200)-(0+500)= 700 m
Stasion TC2 = Stasion CT1 + panjang PI1 -PI2-T1 -T2
= (0+733.4785)+ 700- 194.1272- 133.0168= 1+106.3345
Stasion CT2 = Stasion TC2 + L2 = (1+106.3345)+ 314.1593= 1+420.4938
2. Stasion titik B= Stasion TC2 + (2+500)-(1+200)-133.0168-133.0168 =
2+454.4602
Dengan demikian panjang jalan keseluruhan adalah 2,454.4602 meter.

9-4
b. Suatu pengukuran tikungan seperti terlihat pada Gambar 9-6, diperoleh stasion TC
adalah 8+980, derajat lengkung (D)= 12o dan D= 104o 36’.

Gambar 9-6. Lengkung sederhana

Pertanyaan: Buat staking out tikungan tersebut.


Jawab:

R= 5729.578/D= 477.4648 m
T= R tan(D/2)= 477.4648* tan(104o 36’/2)= 624.4981 m
L= 100*D/D= 871.6667 m
Stasion PI= (8+980)+ 624.4981= 9+604.4981
Stasion CT= (8+980)+ 871.6667= 9+851.6667
D= 12o , maka D/2= 6o
Jarak dari TC ke stasion penuh pertama (9+000) adalah (9+000)-(8+980)= 20 m. Jarak
dari Stasion penuh terakhir sebelum CT ke titik CT adalah (9+851.6667)-(9+800)=
51.6667 m. Sudut defleksi dalam menit per satuan panjang busur lingkaran =
1,718.87/R atau 3.6 ‘ per satuan panjang lengkung (1 m).
d1 /2=20*3.6’= 1o 12’
d2 /2= 51.6667*3.6’= 3o 6’
Panjang Busur l1 = (1o 12’/12o )* 100 m= 10 m
Panjang Busur l2 = (3o 6’/12o )*100 m= 25.8333 m
LC= 2R sin(D/2)= 2*477.4648*sin(104o 36’/2)= 752.8025 m

Besar sudut defleksi dari TC ke CT adalah sebagai berikut:


Stasion Sudut Defleksi Busur lingkaran (m) Data Lengkung
TC 8+980 00o 00’
9+000 01o 12’ 10 D= 104o 36’
o
9+100 07 12’ 110 D=12o
9+200 13o 12’ 210 R= 477.4648 m
9+300 19o 12’ 310 T= 624.4981 m
9+400 25o 12’ 410 L= 871.6667 m
9+500 31o 12’ 510 Sta PI= 9+604.4981
9+600 37o 12’ 610
9+700 43o 12’ 710
9+800 49o 12’ 810
9+851.66 52o 18’ 835.83

9-5
9.5 TUGAS PERKULIAHAN
a. Suatu trase jalan raya terdiri atas tiga tikungan, lihat pada Gambar 9- 7 berikut:

Gambar 9-7. Trase jalan raya

Tiap tangen dihubungkan oleh lengkung sederhana dengan derajat lengkung (D) = 8o .
Tentukan stasion dari TC dan CT sepanjang trase jalan tersebut.

b. Suatu lengkung dengan R= 1000 m dimana titik PI tidak terjangkau seperti terlihat
pada Gambar 9-8 berikut:

Gambar 9-8. Lengkung dengan PI tidak dapat dijangkau

Pertanyaan: Tentukan stasion TC dan CT.

9.6 RANGKUMAN
Umumnya lengkung yang dipakai adalah lengkung sederhana berbentuk busur lingkaran,
sedangkan lengkung dengan sudut D yang besar dipakai lengkung spiral. Lengkung spiral
ini akan dibahas pada modul lainnya, dan disarankan kepada mahasiswa mempelajarinya.
Metode yang dipakai dalam pengukuran lengkung sederhana ini adalah metode sudut
defleksi dan panjang busur lingkaran. Untuk pengukuran panjang busur dipakai stasion
penuh atau bagian dari satu stasion penuh.

9-6
LAMPIRAN 9A: JAWABAN SOAL-SOAL
(a)

DB = a2 -a1 = 79O-53O30” = 25O 30’


Dc = a3-a 2 = 79O-24O30” = 54O 30’
R = 5729.578/D= 717.4473 m
TB = R Tg (D/2) = 717.4473* Tg(25O 30’/2)= 162.3417 m
TC = R Tg (D/2) = 717.4473* Tg(54O 30’/2)= 369.5096 m
Sta TCB adalah 1+087.658
Sta CTB adalah 1+412.342
Sta TCC adalah 1+530.490
Sta CTC adalah 2+269.510

(b)

Sudut B_PI_A= 180o - 36o 15’ -23o 15’ = 140o 30’


D= 36o 15’ +23o 15’= 59o 30’
R= 1000 m
T= R*Tg D/2= 1000* Tg(59o 30’)= 571.547 m
o
CT_TC= LC= 2R Sin(D/2)= 2*1000*Tg(59 30’/2)= 1143.094 m
A_PI/Sin B= A B/Sin D --> A_PI= AB* Sin B/Sin D= 782.50*sin(36o 15’/sin 59o 30’= 537.006m
B_PI/ Sin A= A B/Sin D --> B_PI= A B*Sin A/Sin D= 782.50*sin(23o 30’/sin 59o 30’= 362.129m
Stasion A= 5000+T-A_PI= 5000+571.547-537.006= 4+965.459
Stasion B= 5000+T-B_PI= 5000+571.547-362.129= 6+143. 094

9-7

Anda mungkin juga menyukai