Anda di halaman 1dari 4

Pemberi Tugas Konsultan Perencana

Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Pertanahan


Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Jalan Taman Jatibaru No.1, Lantai 2 -Lantai 6

Nama Proyek :

Lokasi :

Ketentuan Tata Bangunan

Ketentuan Arsitektur (Penampilan Bangunan Gedung) Tanggal :

No. Pemeriksaan Standar Teknis Sesuai Tidak Sesuai


1 Bentuk Bangunan a. Bentuk Bangunan Gedung harus dirancang dengan memperhatikan bentuk, skala
Gedung dan karakter dari tata ruang kota (urban fabric) di sekitarnya.
b. Bentuk Bangunan Gedung harus memperhatikan harmonisasi nilai dan gaya
arsitektur, penggunaan bahan, warna dan tekstur eksterior Bangunan Gedung.
Serta penerapan penghematan energi pada Bangunan Gedung.
c. Penempatan Bangunan Gedung tidak boleh mengganggu fungsi prasarana kota,
lalu lintas dan ketertiban umum.
d. Bentuk, tampak, profil, detai, material maupun warna Bangunan Gedung harus
memperhatikan aspek keselamatan dan kenyamanan, dirancang memenuhi
syarat keindahan dan keserasian lingkungan yang telah ada dan/atau yang
direncanakan kemudian, dengan tidak menyimpang dari ketentuan fungsinya.
e. Bangunan Gedung dapat menonjolkan desain yangunik yang dapat memudahkan
identifikasi dan membentuk (meningkatkan/memperkuat) karakter Kawasan.

f. Bentuk Bangunan Gedung sesuai kondisi daerahnya harus dirancang dengan


mempertimbangkan kestabilan struktur dan ketahanannya terhadap gempa.
g. Penampilan Bangunan Gedung di kawasan cagar budaya, harus dirancang
dengan mempertimbangkan kaidah pelestarian.
h. Penampilan Bangunan Gedung yang didirikan berdampingan dengan Bangunan
Gedung yang dilestarikan, harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah
estetika bentuk dan karakteristik dari arsitektur Bangunan Gedung yang
dilestarikan.
i. Pada lokasi-lokasi tertentu Kepala Daerah dapat menetapkan secara khusus
arahan rencana tata bangunan dan lingkungan terkait dengan bentuk Bangunan
Gedung.
Bentuk Denah a. Bentuk denah Bangunan Gedung harus memperhatikan aspek keselamatan dan
2
Bangunan Gedung kenyamanan sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan bangunan.
b. Bentuk denah Bangunan Gedung harus memperhatikan kondisi alam setempat,
memilih bentuk geometri dan orientasi yang sesuai guna mengantisipasi
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh gempa dan atau bencana alam lainnya.
a. Bangunan Gedung yang didirikan sampai pada batas samping persil, tampak
Tampak Bangunan
3 bangunannya harus mempertimbangkan dengan tampak bangunan atau dinding
Gedung
yang telah ada di sebelahnya.
b. Pada jalan-jalan tertentu, dapat ditetapkan penampang-penampang (profil)
bangunan untuk memperoleh pemandangan jalan yang memenuhi syarat
keindahan dan keserasian.
c. Bilamana dianggap perlu, standar lebih lanjut dari ketentuan-ketentuan ini dapat
ditetapkan pelaksanaannya oleh Kepala Daerah dengan meminta pertimbangan
teknis kepada TPA mengenai ketentuan tata bangunan dan lingkungan.
Bentuk dan Penutup
a. Bentuk dan Penutup Atap Bangunan Gedung harus memperhatikan aspek
4 Atap Bangunan
keselamatan dan kenyamanan sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan bangunan.
Gedung
b. Bentuk dan Penutup Atap Bangunan Gedung harus memperhatikan kondisi alam
setempat memilih bentuk geometri dan orientasi yang sesuai dengan ketentuan
keamanan, keselamatan, keindahan dan keserasian lingkungan.
a. Kulit atau selubung Bangunan Gedung harus dirancang sedemikian rupa
Kulit atau Selubung
5 sehingga setiap ruang-dalam dimungkinkan menggunakan pencahayaan dan
Bangunan
penghawaan alami.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada butir “a” di atas tidak berlaku apabila
sesuai fungsi bangunan diperlukan system pencahayaan dan penghawaan buatan.
c. Ketentuan pada butir “b” harus tetap mengacu pada prinsip-prinsip konservasi
energi.
d. Untuk Bangunan Gedung dengan lantai banyak, kulit atau selubung bangunan
harus memenuhi ketentuan konservasi energi.
e. Dalam perencanaan kulit atau selubung Bangunan Gedung harus
mempertimbangkan aspek pemeliharaan/perawatan.
f. Material kulit atau selubung Bangunan Gedung harus memperhatikan ketentuan
keselamatan mulai dari pemilihan hingga pengaplikasiannya.
g. Untuk Bangunan Gedung yang menggunakan pelapis bangunan yang beresiko
hatuh atau lepas, diwajibkan menyiapkan ruang bebas dari aktivitas manusia di
sekitar fasade.
Diajukan oleh : Disetujui oleh :
Konsultan Perencana Subkoordinator Perencanaan Subkoordinator Pembangunan Pejabat Pembuat Komitmen
PT.

Team Leader NIP : NIP : NIP :


Pemberi Tugas Konsultan Perencana

Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Pertanahan


Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Jalan Taman Jatibaru No.1, Lantai 2 -Lantai 6

Nama Proyek :

Lokasi :

Ketentuan Tata Bangunan

Ketentuan Dalam Bangunan Gedung (Interior) Tanggal :

Tidak
No. Pemeriksaan Standar Teknis Sesuai
Sesuai
1 Kebutuhan a. Setiap Bangunan Gedung sekurang-kurangnya harus memiliki ruang utama sesuai
Ruang Utama fungsinya dan dilengkapi dengan ruang pelayanan.
b. Untuk bangunan publik, selain ruang utama dan ruang pelayanan juga harus dilengkapi
dengan ruang umum dan fasilitas kemudahan.
c. Ruang penunjang dapat ditambahkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan kegiatan
Bangunan Gedung sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utama bangunan.
d. Jenis dan jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan pada setiap jenis
penggunaan Bangunan Gedung mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Tata ruang-dalam untuk bangunan tempat ibadah, bangunan monumental, Gedung
sekolah, Gedung olahraga, serta Gedung sejenis lainnya mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau standar teknis.
Dinding-Dinding a. Dinding penyekat adalah elemen bangunan yang memisahkan dan/ atau membentuk
2
Penyekat ruang pada bangunan.
b. Penempatan dinding-dinding penyekat harus memperhatikan keselamatan, kenyamanan
dan kemudahan Bangunan Gedung.
c. Dinding-dinding penyekat harus menggunakan konstruksi dan material yang
memperhatikan keselamatan dan Kesehatan bangunan Gedung.
a. Tinggi ruang adalah jarak terpendek dalam ruang diukur dari permukaan bawah langit-
3 Tinggi Ruang
langit ke permukaan lantai.
b. Ruangan dalam bangunan Gedung harus mempunyai tinggi yang cukup untuk fungsi
yang diharapkan.
c. Dalam hal tidak ada langit-langit, tinggi ruang diukur dari permukaan atas lantai
sampai permukaan bawah dari lantai di atasnya atau sampai permukaan bawah rangka
atap.
d. Tinggi ruang-dalam bangunan Gedung tidak boleh kurang dari ketentuan minimum
yang ditetapkan sesuai dengan fungsi ruang dengan mempertimbangkan ketentuan
keselamatan, Kesehatan dan kenyamanan pada bangunan Gedung.

e. Perhitungan tinggi ruang, apabila jarak vertical dari lantai penuh ke lantai penuh atau
ke lantai Sebagian berikutnya lebih dari 5 meter, maka jumah lantai dianggap sebagai
dua lantai, kecuali untuk penggunaan ruang lobby, atau ruang pertemuan dalam
bangunan komersial (antara lain hotel, perkantoran, dan pertokoan).
f. Dalam hal di atas lantai dasar tidak terdapat lantai lain namun memiliki tinggi ruang
lebih dari 5 meter sampai dengan permukaan bawah langit-langit atau permukaan
bawah rangka atap makajumlah lantai dihitung berdasarkan kelipatan 5meter dengan
pembulatan ke atas, sedangkan intensitas luas lantai total dihitung mengikuti angka
koefisien sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tinggi Lantai a. Tinggi lantai dasar adalah peil lantai dasar dihitung dari tinggi rata-rata tanah
4
Dasar perkarangan atau tinggi rata-rata jalan.

b. Tinggi lantai dasar disesuaikan dengan fungsi ruang dan arsitektur bangunannya.

c. Ketentuan dari tinggi lantai denah permukaan atas dari lantai denah (dasar) harus ;

d. Sekurang-kurangnya 15 cm di atas titik tertinggi dari pekarangan yang sudah


dipersiapkan;

e. Sekurang-kurangnya 25 cm di atas titik tertinggi dari sumbu jalan yang berbatasan.

f. Tinggi lantai dasar suatu bangunan diperkenankan mencapai maksimal 1,20 m di atas
tinggi rata-rata tanah pekarangan atau tinggi rata-rata jalan, dengan memperhatikan
keserasian lingkungan.
g. Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik ketinggian (peil) bebas banjir,
terdapat kemiringan yang curam, atau perbedaan tinggi yang besar pada tanah asli suatu
perpetakan, maka tinggi, maksimal lantai dasar ditentukan tersendiri dengan
mempertimbangkan risiko genangan air hujan, banjir dan tanah longsor;
h. Dalam hal bangunan panggung, lantai tanah di bawah lantai panggung harus
ditempatkan sekurang-kurangnya 15 cm di atas tanah pekarangan serta dibuat
kemiringan supaya air dapat mengalir.
Ruang Rongga
5 a. Ruang rongga atap adalah ruang yang berada di antara langit-langit dan penutup atap.
Atap
b. Pemanfaatan ruang rongga atap diizinkan apabila penggunaannya tidak menyimpang
dari fungsi utama bangunan serta memperhatikan segi Kesehatan, keamanan, dan
keselamatan bangunan dan lingkungan.

c. Ketentuan pada butir “b” harus tetap mengacu pada prinsip-prinsip konservasi energi.

d. Untuk Bangunan Gedung dengan lantai banyak, kulit atau selubung bangunan harus
memenuhi ketentuan konservasi energi.
e. Dalam perencanaan kulit atau selubung Bangunan Gedung harus mempertimbangkan
aspek pemeliharaan/perawatan.
f. Material kulit atau selubung Bangunan Gedung harus memperhatikan ketentuan
keselamatan mulai dari pemilihan hingga pengaplikasiannya.
g. Untuk Bangunan Gedung yang menggunakan pelapis bangunan yang beresiko hatuh
atau lepas, diwajibkan menyiapkan ruang bebas dari aktivitas manusia di sekitar fasade.
Diajukan oleh : Disetujui oleh :
Konsultan Perencana Subkoordinator Perencanaan Subkoordinator Pembangunan Pejabat Pembuat Komitmen
PT.

Team Leader NIP : NIP : NIP :

Anda mungkin juga menyukai