Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan anugerah dan karunia yang sangat besar kepada kita.
Sehingga kita bisa hadir dalam masjid yang mulia ini untuk melaksanakan shalat fardhu Isya dan Tarawih secara
berjamaah.

Shalawat dan salam kita kirimkan kepada nabi junjungan kita, Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Nabi yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah

Pada malam hari ini, izinkanlah saya menyampaikan sebuah ceramah singkat yang berjudul "Ramadhan sebagai
Madrasah Sabar" Kita patut bersyukur karena telah diberi sebuah karunia agung yakni kesempatan untuk bertemu
kembali dengan Ramadhan. Salah satu hal yang dapat diraih selama Ramadhan adalah bagaimana umat Islam yang
berpuasa bisa mengambil hikmah sabar.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali menyebut Ramadhan sebagai bulan kesabaran, dan puasa adalah bagian dari sabar, atau
pelatihan kesabaran. Ia mengutip hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam (HR. Imam at-Tirmidzi):

‫اَلَّصْو ُم ِنْص ُف الَّصْب ِر‬

Artinya: Puasa itu separuh (dari) sabar.

Sebelumnya, di kitab yang sama, Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan bahwa pahala berpuasa di bulan Ramadhan
berlipat ganda, dan kelipatannya tidak terbatas di angka tertentu. Hal ini terkait dengan predikat Ramadhan sebagai bulan
kesabaran. Riwayat lain yang mengatakan Ramadhan sebagai bulan kesabaran adalah riwayat Imam Ahmad bin Hanbal.
Rasulullah bersabda:

‫َأ‬
‫َص ْو ُم َش ْه ِر الَّصْب ِر َو َثاَل َث ِة َّياٍم ِمْن ُك ِّل َش ْه ٍر َص ْو ُم الَّدْه ِر‬

Artinya: Berpuasa (di) bulan kesabaran (Ramadhan) dan (berpuasa) tiga hari dari tiap-tiap bulan adalah (seperti) puasa
satu tahun.

Itu artinya, Ramadhan adalah momen yang tepat untuk menyadarkan kembali kesabaran kita, agar kita bisa mendapatkan
pahala berlipat sekaligus menjadi pribadi yang lebih baik setelah bulan Ramadhan berlalu. Untuk itu, kita perlu memahami
'apa itu sabar' terlebih dahulu. Menurut Imam Majduddin Muhammad al-Fairuzzabadi, sabar secara bahasa berarti 'al-
habsu' (menahan/mencegah), atau 'al-kaffu fî dlayyiqi' (bertahan dalam keadaan sempit/susah). Sedangkan secara istilah,
dia mengatakan “Sabar adalah menahan diri dari ketidaksabaran (cemas) dan ketidakpuasan, menahan lisan dari
mengeluh (komplain), dan menahan (seluruh) anggota tubuh dari mengacau”.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah

Sabar adalah perilaku aktif. Membutuhkan inisiatif dari pelakunya. Sebagaimana yang diuraikan Imam Majduddin al-
Fairuz Abadi, bahwa sabar adalah aktivitas menahan diri, lisan, dan seluruh anggota tubuh dari ketidakpuasan, komplain,
dan berbuat kekacauan.

'Menahan adalah perilaku aktif, yaitu upaya menahan diri dari gejolak alami yang ada di jiwa manusia, seperti kecemasan,
ketidakpuasan, keluhan dan lain sebagainya. Bahkan, di titik tertentu, ketidakpuasan dan semacamnya bisa mengarah
pada kekacauan bil fi'li (kekacauan yang dilakukan tubuh).

Karena itu, Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk menjalankan proses pendidikan 'al-habsu' (menahan), sehingga
'sabar' yang sebenarnya telah terinstal di diri kita semakin kuat dan berkembang.

Menyengaja untuk lapar dan haus, karena menaati perintah Allah, menghindari larangan, dan bersiap diri untuk
merasakan kesusahannya, merupakan tindakan yang dapat mempertajam kesabaran manusia. Dengan kata lain, kita
menyengaja untuk menguji diri kita sendiri, dengan menahan lapar, haus dan syahwat di sekian waktu. Hal-hal yang
biasanya mudah kita dapatkan, kita sengaja menghindarinya, meski hal-hal tersebut ada di sekitar kita. Apalagi,
penyengajaan ini berpengaruh langsung kepada ketahanan fisik kita seperti lapar dan haus.

Oleh karena itu, penyengajaan ini harus disadari sebagai proses pendidikan kesabaran. Menguatkan kesabaran kita
dengan menyengaja untuk lapar dan haus. Dan Ramadhan, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, adalah bulan
kesabaran, madrasah untuk menguatkan kesabaran kita, sehingga, setiap kali Ramadhan selesai, kita menjadi orang
yang lebih sabar dari sebelumnya. Pertanyaannya, sudahkah kita di jalan itu?

Demikianlah ceramah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga Ramadhan kali ini, kita dapat
meraih hakikat sabar yang memang menjadi bagian tidak terpisahkan selama Ramadhan. Jangan sampai Ramadhan
pergi, namun tanpa memberikan hasil yang optimal, terutama dalam merengkuh sabar tersebut.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai