Anda di halaman 1dari 3

Etika Adab Berpuasa Di Bulan Suci Ramadhan

Menjalankan puasa Ramadhan pada dasarnya bukan hanya tentang menahan diri dari
lapar dan haus saja. Pasalnya dikutip dari Fiqh Islam (Sulaiman Rasjid) (2019: 220), pengertian
puasa atau “saumu” ialah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan, seperti
makan, minum, hingga menahan hawa napsu atau amarah.
Selain menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan, umat muslim juga tentu
perlu untuk menjalankan puasa sebaik mungkin dengan melaksanakan adab-adab puasa sesuai
ajaran Rasulullah SAW. Adapun yang termasuk dalam adab-adab berpuasa tersebut diantaranya
seperti menahan diri dari hal-hal yang kurang bermanfaat serupa ghibah, berbohong ataupun
berselisih saat berpuasa. Dengan menerapkan adab-adab berpuasa itu sendiri, maka ibadah yang
dikerjakan umat muslim tentunya dapat semakin sempurna pahalanya dan mampu mendatangkan
keberkahan dari Allah SWT.

Ibadah puasa tidak hanya memiliki ketentuan hukum yang menentukan sah tidaknya,
tetapi juga memiliki adab tertentu yang berpengaruh terhadap pahala yang diterima oleh
seseorang. Artinya adab berpuasa sangat penting untuk diperhatikan karena menentukan kualitas
ibadah ini di hadapan Allah subhanu wa’taála sebagaimana nasihat Imam Al-Ghazali dalam
risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-
Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 439), sebagai berikut:
‫ َو َص ْو ُن‬، ‫ َو َتْر ُك ْاآلَذ ى‬،‫ َو َر ْفُض ْالَك ِذِب‬،‫ َو ُمَج اَنَبُة ْالِغ ْيَبِة‬، ‫ َو َتْر ُك ْالِمَر اِء‬، ‫ َطِّيُب ْالِغ ذَاِء‬: ‫آَداُب الِّص َياِم‬
‫ْالَج َو اِر ِح َع ِن ْالَقَباِئِح‬
Artinya: “Adab berpuasa, yakni: mengonsumsi makanan yang baik, menghindari
perselisihan, menjauhi ghibah (menggunjing orag lain), menolak dusta, tidak menyakiti orang
lain, menjaga anggota badan dari segala perbuatan buruk.”

Keenam adab sebagaimana disebutkan di atas akan diuraikan satu per satu berikut ini:
Pertama, mengonsumsi makanan yang baik. Selama berpuasa, khususnya di bulan Ramadhan,
makanan yang sebaiknya kita konsumsi adalah makanan yang baik atau halalan thayyiba.
Makanan yang baik tidak identik dengan makanan yang lezat atau mahal, tetapi adalah makanan
yang baik bagi kesehatan dan tentu saja juga halal secara syarí. Beberapa makanan dikenal
sangat lezat seperti cumi-cumi, rempelo, hati, otak dan sebagainya. Tetapi semua makanan ini
mengandung protein sangat tinggi yang dalam jangka pendek atau panjang bisa merugikan
kesehatan khususnya bagi mereka yang telah mengidap kelesterol tinggi.
Beberapa makanan yang baik kita konsumsi selama Ramadhan, disamping makanan
pokok seperti nasi atau lainnya, adalah kurma, madu, sayuran, daging, ikan, dan lain sebagainya.
Intinya adalah makanan yang secara kesehatan baik untuk dikonsumsi dan juga halal secara
syarí. Syukur-syukur makanan itu ada tuntunannya di dalam agama baik berdasarkan Al-Qur’an
atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti madu dan kurma sebagaimana telah
disebutkan di atas.
Kedua, menghindari perselisihan. Pertengkaran atau perselisihan bisa terjadi kapan saja.
Tetapi orang-orang berpuasa sangat dianjurkan menjaga kesucian bulan Ramadhan dengan tidak
melakukan pertengkaran. Untuk itu diperlukan kesadaran penuh untuk menahan diri dari emosi
yang dapat menjurus pada pertengkaran. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang
dirawayatkan oleh Bukhari berikut ini:
‫ ِإِّني َص اِئٌم َم َّرَتْيِن‬: ‫َو ِإِن اْم ُر ٌؤ َقاَتَلُه َأْو َشاَتَم ُه َفْلَيُقْل‬
Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, “
Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali).”

Jadi ungkapan “Aku sedang berpuasa” sebagaimana dimaksudkan dalam hadits di atas
adalah untuk menyatakan ketidak sanggupan kita untuk berselisih atau bertengkar dengan pihak
lain di bulan Ramadhan. Intinya kita sangat dianjurkan untuk bisa menjaga perdamaian dan
kerukunan bersama di saat kita sedang berpuasa.
Ketiga, menjauhi ghibah/menggunjing orang lain. Menggunjing orang lain di luar bulan
Ramadhan saja tidak baik, apalagi selama puasa di bulan suci ini. Tentu dosanya lebih besar dan
dapat menghilangkan pahala berpuasa itu sendiri. Oleh karena itu setiap orang yang berpuasa
perlu menyadari hal ini sehingga bisa bersikap hati-hati dalam menjaga lisannya. Lisan memang
merupakan salah satu organ manusia yang paling banyak mendatangkan dosa apabila kita tidak
berhati-hati. Artinya banyak dosa yang diakibatkan ketidak mampuan kita menjaga lisan, seperti
menggunjing, memfitnah dan sebagainya.
Semakin baik kita menjaga lisan, semakin banyak keselamatan kita dapatkan. Hal ini sejalan
dengan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Al-Bukhari sebagai
berikut:
‫َس اَل َم ُة ْاإِل ْنَس اِن ِفي ِح ْفِظ اِّللَس اِن‬
Artinya: “Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”

Keempat, menolak dusta. Menolak berkata dusta merupakan hal penting sebab sekali
berdusta kita akan cenderung berdusta lagi untuk menutupi dusta sebelumnya. Di saat puasa, kita
harus mampu menghindari berkata dusta karena dusta dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan pahala berpuasa. Juga, kita harus mampu menahan diri dari melakukan sumpah
palsu sebab hal ini juga dapat merusak kualitas ibadah puasa kita. Tentu saja tidak hanya kualitas
ibadah puasa kita menjadi menurun akibat dusta dan bersumpah palsu, tetapi juga kita akan
mendapatkan dosa yang lebih besar.
Hal tersebut sebagaimana disinggung Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh At-
Thabrani sebagai berikut:
‫َفاَّتُقوا َشْهَر َر َم َض اَن َفِإَّن اْلَح َس َناِت ُتَض اَع ُف ِفيِه َو َك َذ ِلَك الَّسِّيَئاُت‬
Artinya: “Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena pada bulan ini, kebaikan
dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”
Kelima, tidak menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara
verbal merupakan perbuatan tercela. Setiap perbuatan tercela berdampak langsung terhadap
kualitas ibadah puasa kita. Ibadah puasa yang kita jalani dengan susah payah dengan menahan
dahaga dan lapar dari pagi dini hari hingga saat maghrib, akan sia-sia tanpa pahala apabila kita
tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti orang lain. Menyakiti
orang lain merupakan kezaliman dan oleh karenanya merupakan kemaksiatan. Oleh karena itu,
betapa pentingnya selalu mengingat bahwa di dalam bulan Ramadhan kita benar-benar harus
dapat menjaga lisan agar tidak sekali-kali menggunakannya untuk menyakiti orang lain seperti
memfitnah, menghina dan lain sebagainya.
Keenam, menjaga anggota badan dari segala macam perbuatan buruk. Di bulan
Ramadhan khususnya, hendaklah kita dapat menjaga tangan kita agar tidak kita gunakan untuk
maksiat seperti memukul orang lain ataupun mencuri, dan sebagainya. Kaki juga harus kita jaga
sebaik mungkin dengan tidak menggunakannya untuk pergi ke tempat-tempat tertentu untuk
berbuat maksiat dan sebagainya. Demikian pula mata dan telinga kita hendaklah selalu kita jaga
sebaik-baiknya agar tidak kita gunakan untuk melakukan perbuatan maksiat yang dosanya
dilipatkan dalam bulan suci ini.
Singkatnya, jangan sampai kita berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain haus
dan dahaga saja karena banyak melanggar adab berpuasa sebagaiamana dikhawatirkan
Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad
sebagai berikut:
‫َك ْم ِم ْن َص اِئٍم َلْيَس َلُه ِم ْن ِص َياِمِه إَّال ْالُجْو ُع َو ْالَع َطُس‬
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa pun
selain dari pada lapar dan dahaga.”

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapat rahmat dan pertolongan dari
Allah subhanahu wata’ala sehingga ibadah puasa tahun ini akan dapat kita laksanakan dengan
sebaik-baiknya tanpa melanggar ketentuan hukum dan adab berpuasa. Dengan cara ini insya
Allah puasa kita akan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala dan mendapatkan ampunan-Nya
yang sebesar-besarnya. Amin ya rabbal alamin

Anda mungkin juga menyukai