Puasa adalah ibadah wajib yang dibebankan kepada semua umat manusia,
tidak hanya umat Nabi Muhammad yang didambakan menjadi hamba-hamba yang
muttaqin. Untuk menemukan makna dan keberhasilan berpuasa, tentu tidak dapat
hanya memahami puasa secara lahir-fiqhiyyah (eksoteris) saja, melainkan perlu
adanya pemahaman mendalam secara maknawiyah-penghayatan (esoteris) dari
amaliyah berpuasa dan adab yang berpengaruh terhadap pahala berpuasa. Hal ini
sangat penting diperhatikan karena sangat menentukan kualitas ibadah puasa
dihadapan Allah SWT.
Kelima, Tarku al-Adza, tidak menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain baik secara
fisik maupun verbal-psikologis merupakan perbuatan tercela. Setiap perbuatan
tercela berdampak langsung terhadap kualitas ibadah puasa. Ibadah puasa yang
secara fisik telah dijalani dengan susah payah, hanyalah akan mendapatkan dahaga
dan lapar belaka, jika seseorang yang berpuasa itu tidak mampu menahan diri dari
perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain
merupakan kezaliman dan oleh karenanya merupakan kemaksiatan dan dilarang
oleh Allah SWT. Oleh karena itu, betapa pentingnya selalu ingat dan terus saling
mengingatkan untuk tidak terlibat dalam pemanfaatan anggota badan dalam
perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan sakit hati, perendahan,
penghinaan, fitnah dan semacamnya yang menimbulkan luka/sakit hati bagi pihak
lain.