Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PENGOLAHAN BAHAN BAKU HERBAL MEDICINE”


Dosen Pengampu: Marliah, S.ST.,M.Keb

KELOMPOK 4 :

INDRIYANTI RAMADHANI
NUR RAHMA
ASMIATI
ASNIAR AS
NUR ILMI
HASMILAWATI
DARNIYANTI I SANGAJI
MONIA NOLA SAFITRI TUANKOTTA

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas


rahmatnya sehingga kami kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul PENGOLAHAN BAHAN BAKU HERBAL MEDICINE”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Herbal Medicine I di
Universitas Megarezky Makassar.

Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami menyampaikan


terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu
dalam penulisan dan penyusunan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak


kekurangan baik pada teks penulisan maupun materi. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Terima Kasih.

Makassar, 19 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Pengertian Herbal Medicine..............................................................................6
B. Penyiapan Bahan Baku.....................................................................................7
C. Sortasi (pemilahan)..........................................................................................10
D. Pencucian dan pembersihan...........................................................................10
E. Tahap Pembuatan dan Pengemasan............................................................10
BAB III...............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat luas,


mulai untuk bahan penyedap hingga bahan baku industri obat-
obatan dan kosmetika. Namun, di dalam sistim pelayanan kesehatan
masyarakat, kenyataannya peran obat-obat alami belum sepenuhnya
diakui, walaupun secara empiris manfaat obat-obat alami tersebut
telah terbukti. Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan jamu
sebagai obat kuat, obat pegal linu, mempertahankan keayuan,
pereda sakit saat datang bulan dan lain-lain, menyiratkan
penggunaan jamu yang sangat luas di masyarakat.
Memang disadari, bahwa produksi jamu belum banyak tersentuh
oleh hasil-hasil penelitian karena antara lain disebabkan para
produsen jamu pada umumnya masih berpegang teguh pada
ramuan yang diturunkan turun-temurun. Akibatnya, hingga saat ini
obat tradisional masih merupakan bahan pengobatan alternatif di
samping obat modern. Kecenderungan kuat untuk menggunakan
pengobatan dengan bahan alam, tidak hanya berlaku di Indonesia,
tetapi juga berlaku di banyak negara karena cara-cara pengobatan
ini menerapkan konsep back to nature atau kembali ke alam yang
diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan
obat-obat modern .
Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian di
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar dan
supaya dapat menjadi unsur dalam sistem ini, obat alami perlu
dikembangkan lebih lanjut agar dapat memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat dan mutu. Obat tradisional merupakan produk
yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya

4
sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional
diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan
proses produksi dan penanganan bahan baku.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara pengolahan bahan baku herbal medicine yang


meliputi tahap pembuatan, pengumpulan, sortasi basah, pencucian
dan pembersihan dari pengolahan bahan baku herbal medicine.

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui cara pengolahan bahan baku herbal medicine yang


meliputi tahap pembuatan, pengumpulan, sortasi basah, pencucian
dan pembersihan dari pengolahan bahan baku herbal medicine.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Herbal Medicine

Obat tradisional (herbal medicine) merupakan produk yang


dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat
beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan
cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses
produksi dan penanganan bahan baku.

SUMBER

TANAMAN BUDIDAYA PETANI


TUMBUHAN LIAR PEDAGANG

Pemeriksaan
1.
Makroskopik
2. Pemeriksaan
Mikroskopik
3. Pemeriksaan Kimia (jika
perlu)

GUDANG KOTOR PRODUSEN

6
Sortir

1. , cuci

Syarat Mutu Sesuai Syarat

GUDANG SIAP PAKAI

LAB. FITOKIMIA

Gambar 1. Skema Penyiapan Bahan Baku

BAHAN BAKU
SIAP PAKAI

Penimbangan
1.
2. penggilingan

SERBU PRODUK JADI


K
1. Isi wadah 1. Uapkan
2. Pemeriksaan 2. Cetak
Mutu 3. Isi Wadah
3. Labelisasi 4. Pemeriksaan
Mutu
5. Labelisasi

Ekstraksi

EKSTRAK

Gambar 2. Skema Proses Produksi

B. Penyiapan Bahan Baku

Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah


memenuhi persyaratan yang berlaku.

7
a. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman bahan baku
hendaklah dilakukan pemeriksaan secara organoleptik dan
laboratoris.
b. Setiap bahan baku yang diterima hendaklah diberi label
yang dapat memberi informasi mengenai nama daerah dan
nama latin, tanggal penerimaan, dan pemasok.
c. Semua pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan baku
hendaklah dicatat dalam kartu atau buku persediaan
yang meliputi nama, tanggal penerimaan atau
pengeluaran, serta nama dan alamat pemasok.

d. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dilakukan


sortasi untuk membebaskan dari bahan asing dan kotoran
lain.
e. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dicuci lebih
dahulu dengan air bersih atau dibersihkan dengan cara
yang tepat sehingga diperoleh simplisia yang bersih, dan
terbebas dari mikroba patogen, kapang, khamir serta
pencemar lainnya.
f. Simplisia yang telah dicuci hendaklah dikeringkan lebih
dahulu dengan cara yang tepat sehingga tidak terjadi
perubahan mutu dan mencapai kadar air yang
dipersyaratkan.
g. Simplisia yang sudah bersih serta kering dan bahan baku
yang bukan simplisia yang telah lulus dari pemeriksaan
mutu bila tidak langsung digunakan hendaklah disimpan
dalam wadah tertutup dan diberi label yang menunjukkan
status simplisia dan bahan baku tersebut.
h. Label sebagaimana dimaksud pada butir 7 hanya boleh
dipasang oleh petugas yang ditunjuk pimpinan bagian
pengawasan mutu dan warna label dibuat berbeda dengan

8
label yang digunakan pada 2.
i. Pengeluaran simplisia yang akan diolah dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk dengan cara mendahulukan simplisia
yang disimpan lebih awal (First In, First Out), atau yang
mempunyai batas kadaluwarsa lebih awal (First Expired,
First Out

9
C. Sortasi (pemilahan)

Bahan baku yang digunakan sebaiknya di sortasi. Bahan yang busuk harus
dipisahkan, kotoran seperti tanah, bagian tanaman lain yang terikut harus
dibuang. Setelah disortasi, bahan yang kotor dicuci terlebih dahulu. Jika
diperlukan bahan baku dikupas atau dipotong sesuai keperluan.
Bahan baku yang sudah bersih dan ukurannya sudah sesuai, siap untuk
diramu sesuai dengan keperluan.

D. Pencucian dan pembersihan

Pencucian dan pembersihan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan


air mengalir dengan mencuci bagian tanaman yang dipanen. Pencucian dapat
dilakukan menggunakan air mengalir dari mata air atau PDAM. Pencucian dapat
dilakukan dengan cara direndam dan disikat dengan air bersih. Sata dicuci tidak
boleh terlalu lama untuk menghindari zat-zat tertentu yang terdapat pada bahan
dan larut dalam air yang dapat mengakibatkan mutu bahan menurun.

E. Tahap Pembuatan dan Pengemasan

Pengolahan dan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan


mengikuti cara yang telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin
produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku.
1. Verifikasi
a. Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan hendaklah
dilakukan langkah-langkah untuk membuktikan bahwa prosedur
bersangkutan cocok untuk pelaksanaan kegiatan secara rutin, dan
bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan
peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk
yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
b. Setiap proses dan peralatan hendaklah dilakukan tindakan pembuktian
ulang secara periodik untuk menjamin bahwa proses dan peralatan
tersebut tetap menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan yang
berlaku.

10
2. Pencemaran
a. Pencemaran fisik, kimiawi atau jasad renik terhadap produk yang
dapat merugikan kesehatan atau mempengaruhi mutu suatu produk
tidak boleh terjadi.
b. Pencemaran khamir, kapang dan atau kuman non patogen terhadap
produk meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung
pada kesehatan hendaklah dicegah sekecil mungkin sampai dengan
persyaratan batas yang berlaku.
3. Sistem Penomoran Kode Produksi
Sistem penomoran kode produksi hendaklah dapat memastikan
diketahuinya riwayat suatu bets atau lot secara lengkap. Dengan
diketahuinya asal usul produk jadi tersebut akan mempermudah tindak
lanjut pengawasannya.
a. Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran kode produksi
secara rinci diperlukan untuk memastikanbahwa produk antara,
produk ruahan dan produk jadi suatu bets dapat dikenali dengan
nomor kode produksi tertentu.
b. Sistem penomoran kode produksi hendaklah dapat menjamin bahwa
nomor kode produksi yang sama tidak digunakan secara berulang.
c. Pemberian nomor kode produksi hendaklah segera dicatat dalam
suatu buku catatan harian. Catatan hendaklah mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas produk dan besarnya bets yang
bersangkutan.
4. Penimbangan dan Penyuluhan
a. Sebelum dilakukan penimbangan atau pengukuran hendaklah
dipastikan ketepatan timbangan dan ukuran serta kebenaran bahan
yang akan ditimbang.
b. Penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan baku, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah dicatat.
c. Untuk setiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan
pembuktian kebenaran, ketepatan identitas dan jumlah bahan yang
ditimbang atau diukur oleh dua petugas yang berbeda.
5. Pengolahan

11
a. Sebelum melaksanakan pengolahan hendaklah dilakukan
pengecekan kondisi ruangan, peralatan, prosedur pengolahan, bahan
dan hal lain yang diperlukan dalam proses pengolahan.
b. Air yang digunakan dalam proses pengolahan sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan air minum.
c. Karyawan termasuk pakaian yang digunakan harus bersih dan
hendaklah mengenakan alat pelindung yang sesuai (masker, sarung
tangan, alas kaki, penutup kepala).
d. Wadah dan penutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah,
untuk produk antara dan produk ruahan, harus bersih, dengan sifat
dan jenis yang tepat untuk melindungi produk dan bahan terhadap
pencemaran atau kerusakan.
e. Semua wadah yang berisi produk antara dan produk ruahan
hendaklah diberi label secara tepat yang menyatakan nama dan atau
kode, jumlah, tahap pengolahannya dan nomor kodeproduksi serta
status bahan yang ada di dalamnya.
f. Pengolahan beberapa produk dalam waktu yang sama dalam satu
ruangan hendaklah dihindari untuk mencegah terjadinya pencemaran
silang antar produk.
g. Terhadap kegiatan pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu,
hendaklah dilakukan pengawasan yang seksama, misalnya
pengaturan suhu, pengaturan tekanan uap, pengaturan waktu dan
atau pengaturan kelembaban.
h. Pengawasan dalam proses hendaklah dilakukan untuk mencegah hal-
hal yang menyebabkan kerugian terhadap produk jadi.
i. Hasil pengawasan dalam proses (in proces control) dari produk
antara dan produk ruahan setiap bets hendaklah dicatat dicocokkan
terhadap persyaratan yang berlaku. Bila ada penyimpangan yang
berarti hendaklah diambil perbaikan sebelum pengolahan bets
tersebut dilanjutkan.
6. Pengemasan
Sebelum dilakukan pengemasan hendaklah dapat dipastikan
kebenaran identitas, keutuhan serta mutu produk ruahan dan bahan
pengemas.
12
a. Proses pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan pengawasan
ketat untuk menjaga identitas dan kualitas produk jadi.
b. Hendaklah ada prosedur tertulisuntuk kegiatan pengemasan. Semua
kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
instruksi yang diberikan dan menggunakan pengemas yang
tercantum pada prosedur pengemasan tersebut.
c. Setiap penyerahan produk ruahan dan pengemas hendaklah
diperiksa dan diteliti kesesuaian satu sama lain.
d. Wadah yang akan digunakan diserahkan ke bagian pengemasan
hendaklah dalam keadaan bersih.
e. Untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pengemasan, label
dan barang cetak lain hendaklah dirancang sedemikian rupa
sehingga memiliki perbedaan yang jelas antara satu produk dengan
produk yang lainnya.
f. Produk yang bentuk atau rupanya sama atau hampir sama, tidak
boleh dikemas pada jalur berdampingan, kecuali ada pemisahan fisik.
g. Wadah dan pembungkus produk ruahan hendaklah diberi label atau
penandaan yang menunjukkan identitas, jumlah, nomor kode
produksi dan status produk tersebut.
h. Pengemas atau bahan cetak yang berlebih, yang cacat dan atau
yang ditemukan pada waktu pembersihan hendaklah diserahkan
pada pimpinan bagian pengemasan untuk dilakukan tindakan lebih
lanjut.
i. Produk yang dikemas hendaklah diperiksa dengan teliti untuk
memastikan bahwa produk jadi tersebut sesuai dengan persyaratan
dalam prosedur pengemasan.
j. Produk yang telah selesai dikemas dikarantina, sambil menunggu
persetujuan dari bagian pengawasan mutu untuk tindakan lebih lanjut.
7. Penyimpanan
a. Bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, hendaklah disimpan secara teratur dan rapi untuk
mencegah risiko tercampur dan atau terjadinya saling mencemari satu sama
lain, serta untuk memudahkan pemeriksaan, pengambilan dan
pemeliharaannya.

13
b. Bahan yang disimpan hendaklah diberi label atau penandaan yang
menunjukan identitas, kondisi, jumlah, mutu dan cara
penyimpanannya.
c. Pengeluaran bahan yang disimpan hendaklah dilaksanakan dengan
cara mendahulukan bahan yang disimpan lebih awal (first in, first out)
atau yang mempunyai batas kadaluwarsa lebih awal (first expired,
first out).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses produksi obat tradisional, menyangkut semua kegiatan


pembuatan dimulai dari pengadaan bahan awal termasuk penyiapan bahan
baku, pengolahan, sampai dengan pengemasan untuk menghasilkan produk
jadi, haruslah mengikuti Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB) yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.

B. Saran

Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari


kesempurnaan karena memiliki keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat
dipungkiri, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alfi, I. (2019). Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Sebagai Alternatif


Pengobatan Pada Masyarakat Desa Pituruh Kecamatan Pituruh Kabupaten
Purworejo Tahun 2019. Universitas Muhammadiyah Magelang.

https://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-article/587-quality-of-herbal-medicine-
plants-and-traditional-medicine-2018

https://library.uns.ac.id/strategi-pengembangan-budidaya-tumbuhan-obat-dalam-
menunjang-pertanian-berkelanjutan/.

Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 25 Tahun 2021 tentang
Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik

16

Anda mungkin juga menyukai