Anda di halaman 1dari 592

l

tm
g.h
ntan
-te
22
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

-20
NOMOR 13 TAHUN 2022

un
TENTANG

h
-ta
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 21 TAHUN
2020 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

3
r-1
TAHUN 2020-2024
mo
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
o
s-n
ke

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,


en
rm
/pe

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun


2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
/05

Tahun 2020-2024 perlu disesuaikan dengan kebutuhan


22

percepatan program pembangunan kesehatan,


20

penyelenggaraan transformasi sektor kesehatan, serta


m/

perubahan struktur organisasi dan tata kerja


.co

Kementerian Kesehatan;
a

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


an

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan


uly

Menteri Kesehatan tentang Perubahan atas Peraturan


am

Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang


n

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-


.ai

2024;
ww
/w

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


/
ps:

Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
htt

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

jdih.kemkes.go.id
-2-

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

l
tm
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

g.h
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

tan
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

n
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

-te
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

22
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

-20
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

un
Indonesia Nomor 5036);

h
-ta
5. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik

3
r-1
Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
6. mo
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
o
s-n

Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Repubik Indonesia


ke

Tahun 2020 Nomor 10);


en

7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan


rm

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan


/pe

Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara


Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
/05

Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia


22

Tahun 2019 Nomor 663) sebagaimana telah diubah


20

dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan


m/

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan


.co

Nasional Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas


a

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan


an

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan


uly

Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara


am

Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga


n

Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia


.ai

Tahun 2020 Nomor 635);


ww

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020


/w

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun


/
ps:

2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020


Nomor 9142);
htt

jdih.kemkes.go.id
-3-

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022

l
tm
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor

g.h
156);

ntan
MEMUTUSKAN:

-te
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERUBAHAN

22
ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 21 TAHUN

-20
2020 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

un
KESEHATAN TAHUN 2020-2024.

h
-ta
Pasal I

3
r-1
Beberapa Ketentuan dalam Lampiran Peraturan Menteri
mo
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 (Berita Negara
o
s-n

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 9142) mengenai:


ke

a. tujuan dan sasaran strategis;


en

b. kerangka regulasi;
rm

c. kerangka kelembagaan; dan


/pe

d. target kinerja dan kerangka pendanaan,


diubah sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam
/05

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari


22

Peraturan Menteri ini.


20
m/

Pasal II
.co

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


a

diundangkan.
an
uly
amn
.ai
ww
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
-4-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

l
tm
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

g.h
ntan
Ditetapkan di Jakarta

-te
pada tanggal 22 April 2022

22
-20
MENTERI KESEHATAN

un
REPUBLIK INDONESIA,

h
-ta
ttd.

3
r-1
omo BUDI G. SADIKIN
s-n

Diundangkan di Jakarta
ke

pada tanggal 28 April 2022


en
rm

DIREKTUR JENDERAL
/pe

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
/05

REPUBLIK INDONESIA,
22
20

ttd.
m/
.co

BENNY RIYANTO
a
an
uly

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 461


nam

Kepala Biro Hukum Kepala Biro Perencanaan Sekretaris Jenderal


.ai

dan Anggaran
ww

Tanggal Tanggal
/w

Paraf Paraf
/
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
-5-

LAMPIRAN

l
tm
PERATURAN MENTERI KESEHATAN

g.h
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2022

tan
TENTANG

n
-te
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KESEHATAN NOMOR 21 TAHUN 2020 TENTANG

22
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

-20
KESEHATAN TAHUN 2020-2024

un
ah
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

3-t
r-1
BAB I
PENDAHULUAN mo
no
es-

A. Latar Belakang
nk

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


e

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025, menyebutkan bahwa


rm

pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan


/pe

oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan


/05

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
22

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai


20

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
m/

dan ekonomi. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh


.co

kesinambungan upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan


na

upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya. Oleh karena


lya

itu perlu disusun rencana pembangunan berwawasan kesehatan yang


berkesinambungan atau Health in All Policies (HiAPs), di mana seluruh
mu

komponen bangsa mempunyai tanggung jawab terhadap pembangunan


na

kesehatan, baik itu anggota masyarakat, pemerintah, swasta, organisasi


.ai

kemasyarakatan, maupun profesi. Seluruh pembangunan sektoral harus


ww

mempertimbangkan kontribusi dan dampaknya terhadap kesehatan.


//w

Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 menetapkan Sistem Kesehatan


Nasional (SKN) sebagai paradigma pemikiran dasar pengelolaan administrasi
ps:

pembangunan kesehatan yang harus diperkuat oleh kepemimpinan pada setiap


htt

level pemerintahan yang mampu menciptakan berbagai terobosan dan inovasi

jdih.kemkes.go.id
-6-

menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi pada tingkat lokal, nasional,

l
tm
regional dan global. Prinsip dasar pembangunan kesehatan terdiri atas

g.h
perikemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa, pemberdayaan dan kemandirian bagi setiap orang dan masyarakat, adil

tan
dan merata bagi setiap orang yang mempunyai hak yang sama, serta

n
-te
pengutamaan upaya dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan pengutamaan manfaat yang merupakan bagian dari

22
butir Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

-20
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari RPJPN 2005-

un
2025, sehingga merupakan periode pembangunan jangka menengah yang

ah
sangat penting dan strategis. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

3-t
Nasional (RPJMN) 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target

r-1
pembangunan RPJPN, di mana pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai
mo
tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah
atas (upper-middle income countries) yang memiliki kondisi infrastruktur,
no

kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta kesejahteraan rakyat


es-

yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan


nk

jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang


e
rm

mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai


/pe

bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh


berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh
/05

sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.


22

Tatanan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur,


20

khususnya dalam bidang kesehatan ditandai dengan:


m/

1. terjaminnya ketahanan sistem kesehatan melalui kemampuan dalam


.co

melakukan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap ancaman kesehatan


na

global;
lya

2. kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat yang ditunjukkan dengan


mu

jangkauan bagi setiap warga negara terhadap lembaga jaminan sosial yang
lebih menyeluruh; dan
na

3. status kesehatan dan gizi masyarakat yang semakin meningkat serta proses
.ai

tumbuh kembang yang optimal, yang ditandai dengan meningkatnya Umur


ww

Harapan Hidup (UHH) dan Healthy Life Expectancy (HALE).


//w

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


ps:

Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu


menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada RPJMN.
htt

jdih.kemkes.go.id
-7-

Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang

l
tm
bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan

g.h
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja (Renja) Kementerian Kesehatan.

tan
Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui

n
-te
pendekatan ilmiah (teknokratik), politik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan
bawah-atas (bottom-up) yang meliputi proses: (1) teknokratik, (2) politik, dan (3)

22
penetapan Renstra. Ketiganya akan menghasilkan dokumen: (1) Rancangan

-20
Teknokratik, (2) Rancangan Renstra, dan (3) Dokumen Renstra yang ditetapkan

un
dalam Peraturan Menteri. Melalui ketiga proses tersebut, maka penyusunan

ah
Renstra Kementerian Kesehatan menggunakan pendekatan teknokratik,

3-t
mengacu pada RPJMN, serta akan mempertimbangkan pembagian tugas dengan

r-1
pemerintah daerah dan kementerian/lembaga lain terkait.
mo
Sesuai dengan Pasal 14 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 disebutkan bahwa perubahan
no

terhadap Renstra kementerian/lembaga dapat dilakukan sepanjang:


es-

1. terdapat peraturan perundang-undangan yang mengamanatkan perubahan


nk

Renstra kementerian/lembaga; dan/atau


e
rm

2. adanya perubahan struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi


/pe

kementerian/lembaga yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden mengenai


struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi kementerian/lembaga.
/05

Saat ini telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang
22

Kementerian Kesehatan, yang mengatur mengenai struktur organisasi


20

Kementerian Kesehatan pada level eselon I beserta uraian tugas pokok dan
m/

fungsinya. Organisasi Kementerian Kesehatan ini merubah struktur program


.co

dan kegiatan Renstra Kementerian Kesehatan yang ditetapkan pada tahun 2020.
na

Dengan demikian dibutuhkan perubahan Permenkes Nomor 21 tahun 2020


lya

tentang Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024.


mu

Sejak ditetapkannya Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2020,


telah terjadi disrupsi besar-besaran dalam kehidupan manusia bahkan pada
na

skala global karena adanya pandemi COVID-19. Wabah COVID-19 yang


.ai

kemudian diperkirakan akan menjadi endemik, memaksa pemerintah di seluruh


ww

dunia untuk menyesuaikan kebijakan sekaligus membangun konsep untuk


//w

perubahan cara hidup masyarakat.


ps:

Salah satu sektor yang terkait langsung dengan pandemi ini adalah sektor
kesehatan. Pada konteks ini ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh
htt

Kementerian Kesehatan antara lain:

jdih.kemkes.go.id
-8-

1. Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab besar untuk pencapaian

l
tm
target strategi nasional di bidang kesehatan, yaitu kesehatan ibu dan anak,

g.h
perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan penguatan sistem kesehatan melalui

tan
transformasi kesehatan. Kementerian Kesehatan terus melakukan terobosan

n
-te
dan inovasi guna percepatan pencapaian target nasional pada tahun 2024
dan target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 di bidang

22
kesehatan.

-20
2. Pandemi COVID-19 telah menyadarkan seluruh pemangku kepentingan

un
kesehatan bahwa:

ah
a. kesehatan merupakan isu prioritas dan menekankan pentingnya

3-t
ketahanan (resiliensi) sistem kesehatan.

r-1
b. adanya permasalahan sistemik yang harus diperbaiki, seperti:
mo
1) biaya kesehatan yang terus meningkat, namun tidak efektif dan efisien
dalam pemanfaatannya;
no

2) masih banyak permasalahan kesehatan yang persisten;


es-

3) beragam tantangan dalam peningkatan kualitas layanan primer;


nk

4) akses ke layanan rujukan yang masih terbatas;


e
rm

5) ketergantungan kefarmasian dan alat kesehatan pada impor;


/pe

6) kebutuhan peningkatan deteksi dini dan surveilans, serta penguatan


respons terhadap situasi krisis;
/05

7) pengeluaran kesehatan yang masih berfokus pada upaya kuratif;


22

8) terdapat beragam skema pembiayaan kesehatan yang perlu


20

diharmonisasikan;
m/

9) kekurangan jumlah dan pemerataan Sumber Daya Manusia (SDM)


.co

kesehatan yang berkualitas;


na

10) perencanaan kebutuhan dan pemetaan jumlah, jenis dan kualifikasi


lya

tenaga kesehatan belum terintegrasi dengan penyediaan dan


mu

pemenuhannya;
11) pemanfaatan teknologi digital yang masih terbatas; dan
na

12) keterbatasan layanan laboratorium kesehatan masyarakat yang


.ai

memenuhi standar dalam upaya promotif dan preventif.


ww

c. perlunya peningkatan kapasitas dan ketahanan sistem kesehatan


//w

Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit perlu


ps:

mempertimbangkan kecepatan pemeriksaan sampel laboratorium dan


ketepatan informasi hasil untuk mengetahui pola sebaran penyakit.
htt

Untuk itu diperlukan penguatan kapasitas laboratorium kesehatan

jdih.kemkes.go.id
-9-

masyarakat baik dari segi sarana prasarana dan SDM yang mempunyai

l
tm
kemampuan baik dari segi manajerial dan operasional laboratorium

g.h
kesehatan masyarakat.
3. Adanya arahan dari Presiden Republik Indonesia kepada Kementerian

tan
Kesehatan tentang tiga hal, yaitu:

n
-te
a. Percepatan pelaksanaan vaksinasi untuk mewujudkan herd immunity;
b. Penanganan pandemi secara lebih baik dan berkelanjutan; dan

22
c. Transformasi sektor kesehatan.

-20
Kunci dalam menjawab tantangan di atas adalah reformasi sistem kesehatan

un
nasional yang diterjemahkan oleh Kementerian Kesehatan kedalam

ah
transformasi kesehatan. Di samping itu, berbagai momentum menekankan

3-t
kebutuhan akan transformasi, seperti:

r-1
1) Target perluasan layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
mo
Kesehatan hingga mencapai 98% dari populasi dengan target cakupan
perluasan Penerima Bantuan Iuran (PBI) mencapai 112,9 juta jiwa pada
no

2024;
es-

2) Kebutuhan penggunaan teknologi digital yang semakin luas untuk


nk

berbagai sektor layanan, termasuk kesehatan; dan


e
rm

3) Masyarakat sudah terbiasa dan mudah untuk berubah, dan bahkan


/pe

akan selalu menuntut perubahan jika dirasakan perlu untuk perbaikan


kualitas layanan umum.
/05

Perubahan Renstra Kementerian Kesehatan harus dilakukan sebagai


22

rumusan operasional atas gagasan dan konsep transformasi tersebut. Substansi


20

perubahan Renstra harus mencerminkan prinsip dan tujuan dari transformasi


m/

kesehatan. Renstra Kementerian Kesehatan diharapkan dapat menggambarkan


.co

kapasitas dan bentuk respons Kementerian Kesehatan dalam menjawab disrupsi


na

dan tantangan di masa yang akan datang.


lya

Perubahan Renstra Kementerian Kesehatan menjadi konsekuensi logis


mu

ketika sektor kesehatan akan bertransformasi. Perubahan tersebut mencakup 6


(enam) hal prinsip atau disebut sebagai pilar transformasi kesehatan yang juga
na

merupakan bentuk penerjemahan reformasi sistem kesehatan nasional, yaitu:


.ai

1. Transformasi Layanan Primer, mencakup upaya promotif dan preventif yang


ww

komprehensif, perluasan jenis antigen, imunisasi, penguatan kapasitas dan


//w

perluasan skrining di layanan primer dan peningkatan akses, SDM, obat dan
ps:

kualitas layanan serta penguatan layanan laboratorium untuk deteksi


penyakit atau faktor risiko yang berdampak pada masyarakat;
htt

jdih.kemkes.go.id
- 10 -

2. Transformasi Layanan Rujukan, yaitu dengan perbaikan mekanisme rujukan

l
tm
dan peningkatan akses dan mutu layanan rumah sakit, dan layanan

g.h
laboratorium kesehatan masyarakat;
3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan dalam menghadapi Kejadian Luar

tan
Biasa (KLB)/wabah penyakit/kedaruratan kesehatan masyarakat, melalui

n
-te
kemandirian kefarmasian dan alat kesehatan, penguatan surveilans yang
adekuat berbasis komunitas dan laboratorium, serta penguatan sistem

22
penanganan bencana dan kedaruratan kesehatan;

-20
4. Transformasi Pembiayaan Kesehatan, untuk menjamin pembiayaan yang

un
selalu tersedia dan transparan, efektif dan efisien, serta berkeadilan;

ah
5. Transformasi SDM Kesehatan, dalam rangka menjamin ketersediaan dan

3-t
pemerataan jumlah, jenis, dan kapasitas SDM kesehatan; dan

r-1
6. Transformasi Teknologi Kesehatan, yang mencakup: (1) integrasi dan
mo
pengembangan sistem data kesehatan, (2) integrasi dan pengembangan
sistem aplikasi kesehatan, dan (3) pengembangan ekosistem (teknologi
no

kesehatan (regulasi/kebijakan yang mendukung, memberikan


es-

kemudahan/fasilitasi, pendampingan, pembinaan serta pengawasan yang


nk

memudahkan atau mendukung bagi proses pengembangan dan pemanfaatan


e
rm

teknologi kesehatan yang berkelanjutan) yang disertai peningkatan tatakelola


/pe

dan kebijakan kesehatan.


/05

B. Kondisi Umum
22

Hasil survei cepat Kemenkes-UNICEF pada tahun 2020, menunjukkan


20

penurunan layanan esensial kesehatan di awal pandemi COVID-19. Lebih dari


m/

75% posyandu tidak melakukan pelayanan dan lebih dari 41% kunjungan
.co

rumah terhenti. Sebagian besar puskesmas melaporkan kurang dari 10%


na

pelayanan yang terganggu kelangsungannya.


lya

Kementerian Kesehatan bertugas melaksanakan pembangunan kesehatan


mu

yang berada di lingkup kewenangannya dan mengharmonisasikan pemangku


kepentingan lain dalam rangka pencapaian target nasional pembangunan
na

kesehatan, di mana masih terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi.


.ai

Salah satu kondisi dan tantangan terbesar dalam pencapaian pembangunan


ww

kesehatan nasional adalah adanya situasi pandemi COVID-19 yang telah


//w

memberikan guncangan dan tekanan terhadap seluruh tatanan masyarakat,


ps:

dan memberikan beban tambahan dalam peningkatan kualitas layanan


kesehatan masyarakat. Namun hal ini juga memberikan pembelajaran akan
htt

pentingnya kesiapsiagaan sistem kesehatan serta kemampuan merespons

jdih.kemkes.go.id
- 11 -

kegawatdaruratan kesehatan masyarakat. Sekitar 70% dari penyakit infeksi

l
tm
baru pada manusia disebabkan oleh interaksi antara manusia dan

g.h
lingkungannya, termasuk hewan (zoonosis). Indonesia dengan jumlah penduduk
yang besar dan geografis yang luas menyebabkan terbukanya transportasi di

tan
dalam negeri maupun antar negara yang dapat menyebabkan masuknya agen

n
-te
penyakit baru.
Secara umum, pembangunan kesehatan telah menyebabkan terjadinya

22
berbagai kemajuan penting dalam meningkatkan status kesehatan. UHH orang

-20
Indonesia meningkat mengikuti tren kenaikan UHH global. Berdasarkan data

un
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, UHH penduduk Indonesia telah

ah
mencapai 71,5 tahun, di mana UHH perempuan lebih tinggi 3 tahun

3-t
dibandingkan dengan laki-laki (perempuan 73,5 tahun, laki-laki 69,6 tahun).

r-1
UHH tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 71,3 tahun.
mo
Pendekatan terbaru untuk melihat kualitas tahun hidup, dengan menggunakan
tahun hidup berkualitas (HALE). Menurut data WHO tahun 2019, rerata HALE
no

penduduk Indonesia adalah 62,8 tahun. Artinya terdapat 8,5 tahun yang hilang
es-

karena kualitas hidup yang buruk akibat menderita penyakit dan disabilitas.
nk

Dalam membangun SDM yang berkualitas, selisih angka inilah yang harus
e
rm

diperkecil.
/pe

Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 346 kematian per 100.000
Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2010 (Sensus Penduduk 2010) menjadi 305
/05

kematian per 100.000 KH pada tahun 2015 (SUPAS 2015). Angka Kematian Bayi
22

(AKB) juga menurun dari 32 kematian per 1.000 KH pada tahun 2012 menjadi
20

24 kematian per 1.000 KH pada tahun 2017 (SDKI 2017). Prevalensi stunting
m/

pada balita dari 37,2% turun menjadi 30,8% di tahun 2018 (Riskesdas 2018),
.co

27,7% pada tahun 2019 (SSGBI 2019), dan 24,4% pada tahun 2021 (SSGI,
na

2021). Sementara prevalensi wasting menurun dari 12,1% pada tahun 2013
lya

menjadi 10,2% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018), 7,4% di tahun 2019 (SSGI,
mu

2019) dan 7,1% di tahun 2021 (SSGI, 2021). Demikian pula prevalensi gemuk
pada balita yang mengalami penurunan dari 11,8% menjadi 8% (Riskesdas
na

2018). Capaian tersebut didukung oleh berbagai upaya dalam rangka


.ai

pemerataan akses pelayanan kesehatan di seluruh wilayah melalui peningkatan


ww

kinerja sistem kesehatan (upaya kesehatan, SDM kesehatan, farmasi dan alat
//w

kesehatan, pengawasan obat dan makanan), serta perlindungan finansial bagi


ps:

penduduk. Namun demikian pencapaian tersebut belum on track, masih


membutuhkan berbagai upaya percepatan sehingga target nasional tahun 2024
htt

maupun target SDGs tahun 2030 dapat tercapai.

jdih.kemkes.go.id
- 12 -

Di lain pihak, upaya penanganan penyakit menular masih menghadapi

l
tm
berbagai tantangan. Dari target 40% orang dengan HIV/AIDS yang menjalani

g.h
terapi antiretroviral (ARV) pada tahun 2020, hanya tercapai sebesar 26,3%.
Sementara, angka keberhasilan pengobatan pasien TB tercapai 83,1% dari target

tan
90% pada tahun yang sama (kohort tahun 2019). Sedangkan 318

n
-te
kabupaten/kota dari target 325 kabupaten/kota berhasil mencapai eliminasi
malaria.

22
Dilihat dari beban penyakit (disease burden) yang diukur dengan Disability

-20
Life Years (DALYs) Loss, telah terjadi transisi epidemiologi dalam tiga dekade

un
terakhir; penyakit menular/KIA/gizi telah menurun dari 51,6% pada tahun

ah
1990 menjadi 20,8% pada tahun 2019, Penyakit Tidak Menular (PTM) naik dari

3-t
39,7% pada tahun 1990 menjadi 72,3% pada tahun 2019, serta cedera turun

r-1
dari 8,7% pada tahun 1990 menjadi 6,9% pada tahun 2019. Prevalensi
mo
overweight/obesitas pada populasi usia >18 tahun meningkat dari 26,3% pada
tahun 2013 (Riskesdas, 2013) menjadi 35,4% pada tahun 2018 (Riskesdas,
no

2018). Indonesia mengalami beban ganda, di satu sisi PTM naik dengan
es-

signifikan, namun masih dihadapkan pada penyakit menular yang belum


nk

tuntas.
e
rm

Pada tahun 2022, laboratorium kesehatan masyarakat terdapat di 10.134


/pe

puskesmas, 233 Labkesda/BLK, 4 Lab BBLK, 10 Lab B/BTKL-PP, 2.878 Lab di


RS, 1.056 Lab klinik swasta, 30 Lab B/BKPM, UTD, Lab Prof Sri Oemiyati,
/05

Lokalitbang, laboratorium yang berkaitan dengan faktor risiko B/B Veteriner,


22

BBLitVet, BBRVP Salatiga dan sebagainya. Keberadaan laboratorium kesehatan


20

masyarakat tersebut sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan ketahanan


m/

kesehatan melalui pemeriksaan diagnostik penyakit dan faktor risiko yang


.co

berdampak pada masyarakat, sehingga diperlukan penguatan kapasitas


na

laboratorium kesehatan masyarakat serta adanya kemitraan, koordinasi dan


lya

jejaring antar laboratorium dalam satu informasi yang terpadu dan teringerasi
mu

untuk menghasilkan suatu kebijakan untuk peningkatan derajat kesehatan


masyarakat.
na

Meskipun capaian beberapa indikator pembangunan kesehatan mengalami


.ai

peningkatan, namun situasi pandemi COVID-19 telah mengubah berbagai


ww

tatanan kehidupan di masyarakat dan memberikan beban ganda dan guncangan


//w

terhadap pelayanan kesehatan yang ada. Di satu sisi, pelayanan kesehatan


ps:

untuk penanganan Pandemi COVID-19 menjadi prioritas utama, namun


pelayanan kesehatan esensial lainnya harus tetap berjalan. Dengan demikian,
htt

jdih.kemkes.go.id
- 13 -

menjadi penting pembahasan kondisi penanganan pandemi COVID-19 dan

l
tm
pembelajarannya dalam perubahan Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024.

g.h
Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak pandemi COVID-19
terus berupaya untuk mempercepat penanganan pandemi COVID-19 melalui

tan
implementasi berbagai upaya di bidang kesehatan, yaitu:

n
-te
a. Deteksi
Pada strategi deteksi ini memiliki fokus untuk (i) meningkatkan surveilans

22
epidemiologi dengan tes skrining laboratorium, (ii) meningkatkan rasio

-20
kontak erat yang dilacak dengan melibatkan bintara pembina desa

un
(Babinsa), (iii) surveilans genomik di daerah-daerah berpotensi lonjakan

ah
kasus.

3-t
b. Terapeutik

r-1
Cakupan strategi terkait terapeutik terdiri dari empat komponen yaitu: (i)
mo
konversi tempat tidur 30-40% dari total kapasitas rumah sakit dan
pemenuhan sisi suplai (termasuk oksigen, alkes dan SDM), (ii)
no

mengerahkan tenaga cadangan yaitu dokter internsip, ko-


es-

asisten/mahasiswa tingkat akhir untuk penanganan medis terkait


nk

pandemi, (iii) pengetatan syarat masuk rumah sakit untuk rawat inap,
e
rm

yaitu: (a) pasien dengan saturasi oksigen<95%, sesak napas, dan


/pe

ketentuan darurat lainnya, (b) rumah sakit akan diawasi oleh tenaga
aparat atau relawan, agar terjadi penyaringan kasus medis dengan
/05

kategori sedang, berat dan kritis yang dapat dirujuk ke rumah sakit, dan
22

(iv) meningkatkan pemanfaatan isolasi terpusat.


20

c. Vaksinasi
m/

Kegiatan vaksinasi dilakukan dengan cakupan strategi sebagai berikut: (i)


.co

pengalokasian vaksin sebesar 50% di daerah-daerah dengan kasus dan


na

mobilitas tinggi, (ii) menyelenggarakan sentra vaksinasi di tempat yang


lya

mudah diakses oleh publik, (iii) memberlakukan sertifikat vaksinasi


mu

sebagai syarat perjalanan dan kegiatan di ruang/fasilitas publik, dan (iv)


melakukan percepatan vaksinasi pada kelompok rentan, termasuk lansia
na

dan masyarakat dengan penyakit penyerta (comorbid).


.ai

d. Perubahan Perilaku
ww

Hal terpenting dari strategi penanganan pandemi COVID-19 adalah


//w

perubahan perilaku hidup bersih dan sehat di dalam masyarakat.


ps:

Beberapa cakupan strategi untuk mendukung perubahan perilaku


tersebut yaitu: (i) implementasi kebijakan terkait pendisiplinan
htt

masyarakat terhadap protokol kesehatan (seperti pemberlakuan

jdih.kemkes.go.id
- 14 -

pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1-4), (ii) peningkatan

l
tm
literasi perilaku hidup sehat masyarakat, dan (iii) pemanfaatan teknologi

g.h
digital dalam mendukung implementasi protokol kesehatan secara masif.
Dalam hal pembelajaran terkait penanganan pandemi COVID-19 untuk

tan
perbaikan atau peningkatan kualitas Kebijakan Rencana dan Program (KRP)

n
-te
pada konteks kesehatan, Kementerian PPN/Bappenas dan WHO telah
melakukan studi pembelajaran terkait COVID-19 yang dapat digunakan sebagai

22
salah satu acuan dalam proses penyusunan RKP maupun ketika penyusunan

-20
strategi yang berfokus pada:

un
1. Kapasitas Sistem Ketahanan Kesehatan

ah
Sebagai negara kepulauan dengan disparitas yang tinggi, Indonesia perlu

3-t
memperkuat sistem ketahanan kesehatan secara integratif dan holistik

r-1
untuk mengurangi ancaman krisis epidemi dan pandemi dengan fokus pada
mo
perbaikan kesiapan (preparedness) pada kejadian kedaruratan kesehatan,
khususnya sistem surveilans yang terintegrasi, kecepatan dan ketepatan
no

pemeriksaan sampel laboratorium kesehatan masyarakat, manajemen data


es-

dengan SDM yang kompeten, termasuk pengembangan SDM untuk


nk

laboratorium rujukan yang didukung dengan penguatan pemerintah daerah


e
rm

dalam pengambilan kebijakan. Integrasi dan sinkronisasi data dan kebijakan


/pe

pusat dan daerah dalam sistem surveilans (data, testing, tracing, isolating,
dsb) menjadi aspek yang sangat penting dan kritis dalam penanganan
/05

pandemi.
22

2. Kapasitas Pelayanan Kesehatan


20

Tingginya disparitas kapasitas maupun kualitas pelayanan kesehatan di


m/

Indonesia, dihadapkan pada beban ganda, baik dalam penanganan pandemi


.co

COVID-19 serta menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan esensial.


na

Konteks pelayanan kesehatan ini memiliki spektrum yang luas, mulai dari
lya

kapasitas manajemen logistik, fasilitas rawat inap, ruang isolasi negatif/non-


mu

negatif, dan fasilitas isolasi mandiri, penerapan early warning system, hingga
mobilisasi sumber daya finansial dan non-finansial yang menjadi tumpuan
na

dalam pemberian layanan kesehatan.


.ai

3. Upaya Promotif dan Preventif


ww

Literasi masyarakat terhadap kesehatan tercermin dari tingkat kepatuhan


//w

masyarakat terhadap protokol kesehatan yang dapat menjadi tolok ukur


ps:

keberhasilan upaya promosi melalui strategi komunikasi yang efektif.


Penguatan pendekatan modal sosial dan budaya diperlukan untuk
htt

mendorong kreativitas dan kearifan lokal dalam menjalankan upaya promotif

jdih.kemkes.go.id
- 15 -

dan preventif di tingkat komunitas, utamanya dalam rangka mendorong

l
tm
perubahan perilaku konsisten melaksanakan 3M di masing-masing wilayah.

g.h
4. Manajemen Risiko
Manajemen risiko memerlukan kapasitas komunikasi yang memadai,

tan
mobilisasi sumber daya yang akuntabel serta kelembagaan dan koordinasi

n
-te
lintas sektor yang kuat. Terbangunnya kepercayaan masyarakat dan
hadirnya pemerintah yang tegas dalam pemberian informasi, dapat menjadi

22
rujukan dasar informasi. Sehingga diperlukan peningkatan kualitas model

-20
komunikasi dan kanal informasi yang terintegrasi dan terpercaya untuk

un
menunjang kebijakan yang lebih proaktif.

ah
Ancaman kesehatan masyarakat lainnya yang tidak dapat diabaikan adalah

3-t
ancaman dalam bentuk risiko biologi, kimia, terorisme, radio-nuklir, penyakit

r-1
zoonosis (penyakit tular hewan), kedaruratan kesehatan masyarakat, dan
mo
ancaman penyakit yang baru muncul (new emerging diseases).
Berdasarkan capaian-capaian pembangunan kesehatan di atas dan
no

pembelajaran dari pandemi COVID-19, diperlukan penguatan sistem kesehatan


es-

mencakup pelayanan primer, pelayanan rujukan, ketahanan kesehatan,


nk

pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.


e
rm
/pe

C. Potensi dan Tantangan


1. Perkembangan Pembangunan Kesehatan di Indonesia
/05

a. Pandemi COVID-19 berdampak multidimensi, tidak hanya sektor


22

kesehatan, namun juga sosial-ekonomi dan berbagai aspek


20

kehidupan. Hal ini menciptakan berbagai beban tambahan terhadap


m/

situasi sistem kesehatan dan krisis berbagai aspek pelayanan


.co

kesehatan, terutama bagi negara-negara sedang berkembang,


na

termasuk Indonesia. Namun pembelajaran dari situasi ini menjadi


lya

momen penting sekaligus kesempatan terbaik bagi Indonesia karena


mu

justru menunjukkan dan membuka jalan menuju reformasi yang


dapat meningkatkan kemampuan kita tidak hanya untuk mengatasi
na

kemungkinan pandemi di masa depan tetapi juga untuk lebih


.ai

responsif dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan esensial


ww

seluruh masyarakat Indonesia.


//w

b. Kontraksi ekonomi berakibat pada kontraksi anggaran kesehatan.


ps:

Kontraksi ekonomi akibat COVID-19 memberi tekanan besar pada


ruang fiskal bagi belanja kesehatan. Krisis multi-dimensi yang disertai
htt

jdih.kemkes.go.id
- 16 -

meningkatnya kebutuhan kesehatan yang sangat tidak menentu,

l
tm
memperburuk sistem kesehatan Indonesia yang selama beberapa

g.h
dekade terkendala rendahnya pengeluaran kesehatan, bahkan
termasuk yang terendah dari negara-negara sedang berkembang

tan
berpenghasilan menengah-bawah. Pemerintah Indonesia telah

n
-te
menerapkan berbagai kebijakan mengantisipasi dampak sosial,
ekonomi, dan kesehatan sebagai penanggulangan pandemi, yang salah

22
satunya adalah refokusing dan realokasi anggaran. Meskipun

-20
anggaran total kesehatan meningkat pada tahun 2020, sebagian besar

un
anggaran diperuntukkan sebagai penanganan pandemi, sehingga

ah
berdampak pada penurunan anggaran berbagai program dan kegiatan

3-t
rutin maupun pengembangan lainnya. Bahkan pelayanan esensial

r-1
lebih terdampak akibat pembatasan sosial serta stigma masyarakat
mo
terkait penularan COVID-19. Sementara pembatasan sosial hingga
lock-down di mana negara berdampak pada kegiatan ekspor-impor
no

maupun produksi domestik dan global yang berakibat pada


es-

kelangkaan dan mahalnya bahan dan barang esensial termasuk obat


nk

serta alat pelindung diri yang diperlukan dalam penanganan pandemi


e
rm

maupun program rutin. Ketergantungan yang tinggi pada produksi


/pe

maupun bahan baku impor untuk kebutuhan esensial memperburuk


dampak pandemi terhadap sistem kesehatan.
/05

Pemerintah perlu membuka peluang seluas-luasnya untuk


22

keterlibatan swasta dengan memberikan insentif untuk berinvestasi


20

pada fasilitas dan alat kesehatan, serta tenaganya dalam rangka


m/

memperluas ruang fiskal.


.co

c. Disparitas pada sistem pelayanan kesehatan yang substansial. Kondisi


na

kronik maldistribusi sumber daya kesehatan yang ada sebelum


lya

pandemi global ini menghantam Indonesia di awal tahun 2020,


mu

memperburuk dampak pandemi terhadap seluruh komponen sistem


kesehatan, termasuk dalam akses pelayanan kesehatan yang
na

berkualitas. Lemahnya sistem rujukan, sistem informasi, surveilans,


.ai

dan pemenuhan standar fasilitas kesehatan menjadi demikian jelas


ww

dan memperburuk dampak yang ada. Disparitas geografis, demografis,


//w

sosial dan ekonomi, termasuk kondisi rentan bencana hampir seluruh


ps:

area di Indonesia ikut berperan memperdalam disparitas sistem


kesehatan yang berdampak luas terhadap akses dan kualitas
htt

jdih.kemkes.go.id
- 17 -

pelayanan kesehatan, yang berakhir pada disparitas outcome

l
tm
kesehatan.

g.h
d. Krisis Kesehatan Masyarakat. Dengan jumlah populasi terbesar
keempat di dunia dan tantangan geografis, serta desentralisasi dengan

tan
disparitas yang tinggi, krisis kesehatan masyarakat di Indonesia jauh

n
-te
lebih terdampak secara substansial. Fungsi kesehatan masyarakat
yang ada telah gagal untuk secara cepat mengidentifikasi dan

22
mengendalikan penyebaran virus baru SARS-CoV2 ini. Jumlah tes

-20
yang rendah mulai dari awal, lemahnya surveilans dan tracing,

un
kurangnya tenaga terlatih, ketidaktersediaan alat pelindung diri dan

ah
obat-obatan serta barang habis pakai, rendahnya tingkat kepatuhan

3-t
masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 3M, serta

r-1
lambatnya sosialisasi, di samping cepatnya perubahan panduan-
panduan teknis penanganan mo
dan pengendalian pandemi,
merefleksikan kompleksnya krisis kesehatan masyarakat ini.
no

Dengan terbatasnya kemampuan segi layanan berbagai laboratorium


es-

kesehatan masyarakat saat ini, diperlukan berbagai penguatan


nk

laboratorium di pelayanan tingkat dasar, kabupaten/kota, provinsi


e
rm

bahkan tingkat nasional, baik dari segi manajerial maupun


/pe

operasional untuk memastikan diagnostik penyakit atau faktor risiko.


Pembatasan sosial, yang bertujuan untuk menurunkan potensi
/05

penularan SARS-COV-2 ini ternyata juga mempunyai dampak


22

terhadap kesehatan di samping dampak sosial ekonomi secara luas.


20

Dampak pandemi COVID-19 terhadap keberlangsungan pelayanan


m/

kesehatan esensial seperti pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi,


.co

TB/HIV, dan lainnya dialami bukan saja di Indonesia, namun juga


na

secara global, lebih lanjut, diprediksi akan memperlambat pencapaian


lya

SDGs. Penyebab lain terjadinya disrupsi pelayanan kesehatan esensial


mu

ini termasuk stigma masyarakat terhadap potensi penularan COVID-


19, banyak fasilitas kesehatan yang kemudian dijadikan tempat
na

perawatan atau rujukan COVID-19, penutupan pelayanan kesehatan


.ai

oleh otoritas setempat sebagai strategi pencegahan, minimnya sumber


ww

daya, terutama alat pelindung diri dan tenaga kesehatan karena


//w

sebagian besar diarahkan untuk penanganan pandemi.


ps:

Dari survei singkat mengenai disrupsi pelayanan kesehatan esensial,


penurunan pelayanan terjadi terutama setelah triwulan kedua tahun
htt

2020. Dibandingkan pelayanan HIV/AIDS antara tahun 2019 dan

jdih.kemkes.go.id
- 18 -

2020, jumlah tes HIV menurun hingga 50-60%, jumlah orang yang

l
tm
hidup dengan HIV yang mengakses pelayanan dan menerima

g.h
pengobatan antiretroviral (ARV) menurun hampir setengahnya
dibanding pada tahun 2019. Sejak Juni tahun 2020, Kementerian

tan
Kesehatan merilis berbagai panduan pelayanan di masa pandemi.

n
-te
Namun, penurunan testing HIV di Januari – September 2020 sebesar
11% tidak dapat dihindari.

22
Cakupan berbagai jenis imunisasi menurun pada kisaran 10-40%

-20
pada bulan Maret-April 2020. Meskipun sedikit meningkat pada bulan

un
Mei-Juni, namun tetap lebih rendah 10-20% dibanding periode yang

ah
sama pada 2019. Surveilans juga menurun sekitar 40-50%, yang

3-t
berakibat pada meningkatnya jumlah daerah yang rentan terjadinya

r-1
outbreak cacar maupun polio. Penurunan kinerja program imunisasi
mo
selama pandemi COVID-19 terjadi karena sebagian besar tenaga
vaksinator yang ada dialihkan untuk penanganan pandemi dan
no

adanya kekhawatiran tenaga vaksinator terhadap penularan COVID-


es-

19 pada saat pelayanan. Pembatasan sosial yang ada juga


nk

mengakibatkan penurunan kegiatan pelayanan imunisasi karena


e
rm

keterbatasan transportasi maupun penutupan pelayanan.


/pe

Hal serupa pada pelayanan TB yang mengalami penurunan penemuan


kasus sebesar 47% selama tahun 2020, disamping meningkatnya
/05

kegagalan pengobatan dan tidak terpantaunya kasus (loss to follow up


22

cases), terutama di fasilitas kesehatan rujukan kasus COVID-19.


20

Demikian pula pada pelayanan kesehatan antenatal care (ANC),


m/

persalinan, maupun kunjungan postnatal menurun akibat hal yang


.co

sama.
na

Berbagai upaya menjaga keberlangsungan layanan telah dilakukan


lya

termasuk sosialisasi dan koordinasi untuk pelaksanaan panduan


mu

teknis, membangun materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE),


memperkenalkan layanan mandiri maupun daring untuk pelayanan
na

kesehatan esensial. Namun lemahnya pencatatan dan pelaporan


.ai

makin terlihat menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk


ww

perbaikan sistem yang ada hingga terbangun digitalisasi pencatatan


//w

dan pelaporan yang adekuat dan terintegrasi.


ps:

Bagaimanapun, kesehatan masyarakat merupakan fungsi dasar


esensial dari pemerintah, yang dilakukan secara kolektif untuk
htt

kepentingan masyarakat luas (public good) di tingkat nasional dan sub-

jdih.kemkes.go.id
- 19 -

nasional. Dalam beberapa dekade, utamanya setelah diterapkannya

l
tm
desentralisasi, fungsi kesehatan masyarakat telah banyak menurun,

g.h
termasuk dalam pengelolaan sumber dayanya. Tenaga terlatih untuk
'contact tracing' yang sebenarnya fungsinya seperti tenaga yang sejak

tan
dulu biasa didayagunakan untuk program TB/HIV, ternyata sangat

n
-te
sulit dipenuhi ketika dibutuhkan saat pandemi. Sistem informasi
ataupun pelaporan kesehatan masyarakat secara nasional, baik

22
elektronik maupun manual yang dapat digunakan oleh pembuat

-20
keputusan untuk mengenali variasi antar daerah baik dari sisi

un
permintaan maupun suplai, yang menjadi sangat dibutuhkan dalam

ah
penanganan saat pandemi, sangat minim. Hal ini memperburuk

3-t
keadaan serta mempersulit penanganan pandemi dengan segala

r-1
tantangan lainnya, termasuk mendistribusikan sumber daya
mo
kesehatan yang ada secara adekuat secara cepat dan tepat.
e. Menurunnya cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak
no

terhindarkan akibat menurunnya kemampuan peserta dalam


es-

membayar iuran JKN, terutama bagi peserta yang bekerja di sektor


nk

informal sebagai dampak pandemi, maupun akibat meningkatnya


e
rm

jumlah berbagai usaha formal yang tidak dapat bertahan. Pada saat
/pe

yang sama, pemerintah telah memutuskan kenaikan tarif premi JKN


sesuai Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019. Untuk
/05

mengantisipasi dampak beban ganda ini, pemerintah memberikan


22

subsidi parsial bagi peserta mandiri kelas tiga di samping alokasi


20

subsidi PBI. Namun demikian, penurunan jumlah peserta tidak dapat


m/

dihindari, menurun dari sebesar 224 juta peserta pada tahun 2019
.co

yang sebesar 60% (96,5 juta) peserta PBI, menjadi 222,4 juta peserta
na

di tahun 2020.
lya

Namun demikian, pandemi COVID-19 ini pun memberikan peluang


mu

besar bagi peningkatan sistem kesehatan apabila kesempatan itu


didayagunakan secara strategis untuk reformasi sistem kesehatan
na

yang ada dalam rangka mencapai sistem kesehatan yang tangguh


.ai

(resilient).
ww

f. COVID-19 menempatkan penguatan pelayanan kesehatan sebagai


//w

agenda prioritas utama. Masyarakat lebih peduli dan menyadari


ps:

pentingnya pelayanan kesehatan; lembaga dan organisasi juga


memahami pentingnya menjaga kesehatan dan keamanan tenaga
htt

kerja mereka. Pandemi ini juga menunjukkan pentingnya penguatan

jdih.kemkes.go.id
- 20 -

ketahanan sistem kesehatan. Dalam memerangi pandemi ini kita

l
tm
menemukan dan menyadari adanya kesenjangan sistemik yang perlu

g.h
diperbaiki dalam meningkatkan kemampuan sistem kesehatan dan
sistem ketahanan kesehatan.

tan
g. Sistem kesehatan Indonesia siap untuk transformasi. Saat ini

n
-te
merupakan momentum yang tepat untuk melakukan transformasi
karena JKN terus tumbuh (dan diharapkan mencakup 98% populasi

22
pada tahun 2024), teknologi kesehatan digital lebih dapat diterima dan

-20
digunakan secara umum dan masyarakat siap untuk melakukan

un
perubahan. Adapun dasar-dasar kebutuhan transformasi ini juga

ah
diperkuat berbagai tantangan persisten, di mana Indonesia tertinggal

3-t
dibanding berbagai negara sedang berkembang baik di ASEAN

r-1
maupun Kawasan Asia Pasifik. Hal ini menjadi lebih kritikal lagi akibat
mo
adanya disrupsi pelayanan kesehatan esensial selama pandemi,
sehingga strategi percepatan pencapaian target sasaran sangat
no

diperlukan. Dengan demikian transformasi diperlukan sebagai


es-

pendekatan strategis demi mencapai yang diamanatkan baik di RPJMN


nk

maupun SDGs.
e
rm

h. Perkembangan pembangunan Indonesia dalam dua dekade terakhir


/pe

cukup pesat, didukung oleh stabilitas makro ekonomi dan kebijakan


serta penerapan manajemen fiskal yang baik. Dengan pertumbuhan
/05

ekonomi rata-rata 5,3% per tahun antara tahun 2000 dan 2018,
22

pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita naik enam kali lipat dari
20

US$580 menjadi US$3.840 pada periode yang sama. Sebagai hasilnya,


m/

pengurangan kemiskinan juga cukup substansial dari 19,1% dari


.co

populasi pada tahun 2000 menjadi 9,4% dari populasi pada Maret
na

2019.
lya

i. Indonesia telah menunjukkan kemajuan besar dalam pencapaian


mu

cakupan kesehatan universal/Universal Health Coverage (UHC)


dengan pencapaian UHC service coverage index sebesar 57 pada tahun
na

2019, meningkat dari capaian 53,3 pada tahun 2015 (WHO 2019, UHC
.ai

report). Cakupan jaminan sosial kesehatan berkembang pesat


ww

mencapai 82% dari populasi dan pengeluaran langsung rumah tangga


//w

atau Out Of Pocket (OOP) menurun hampir 12 poin persentase sejak


ps:

dicanangkannya JKN pada tahun 2014. Terlepas dari pencapaian ini,


beberapa tantangan tetap ada, terutama dalam menurunkan tingkat
htt

kematian ibu dan bayi, mengurangi prevalensi stunting, dan

jdih.kemkes.go.id
- 21 -

membatasi tuberkulosis yang meluas, serta meningkatkan kapasitas

l
tm
dan akses layanan. Tingginya disparitas antardaerah terkait

g.h
kesejahteraan maupun outcome kesehatan masih menjadi tantangan
yang persisten, menyoroti pentingnya tata kelola yang baik dan sistem

tan
informasi kesehatan terintegrasi untuk mengalokasikan,

n
-te
mendistribusikan, dan mendayagunakan sumber daya yang ada lebih
baik.

22
j. Pengeluaran sektor kesehatan masih rendah, jauh di bawah rata-rata

-20
pengeluaran kesehatan negara-negara tetangga maupun yang

un
berpendapatan menengah ke bawah, sehingga masih sering terjadi

ah
ketidaktersediaan obat dan bahan habis pakai di pelayanan garis

3-t
depan, termasuk kekurangan peralatan dan pelatihan yang diperlukan

r-1
untuk memberikan layanan yang berkualitas.
k. mo
Penguatan kinerja sektor kesehatan akan memastikan nilai manfaat
pembiayaan (value for money), yang tentunya membutuhkan
no

penguatan tata kelola dan akuntabilitas, mengurangi fragmentasi


es-

keuangan dan kelembagaan, serta memperkenalkan mekanisme


nk

penyediaan pelayanan berbasis kinerja yang lebih baik. Untuk


e
rm

mencapai tujuan cakupan kesehatan universal di Indonesia, maka


/pe

pemerintah perlu membelanjakan lebih besar namun juga lebih baik


(to spend more and spend better) di bidang kesehatan.
/05

Pencapaian cakupan UHC melibatkan seluruh masyarakat untuk


22

mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas yang dibutuhkan,


20

tanpa mengalami kesulitan biaya. UHC merupakan prioritas kebijakan


m/

sub-nasional, nasional dan global; seperti dinyatakan dalam United


.co

Nations (UN) SDGs dan WHO’s Thirteenth General Program of Work


na

(GPW 13). Pengukuran cakupan efektif UHC dapat menggambarkan


lya

apakah pelayanan kesehatan cukup berkualitas untuk meningkatkan


mu

derajat kesehatan masyarakat.


l. Usia Harapan Hidup (UHH) Indonesia tahun 2019 mencapai 71,9
na

tahun (BPS, 2020), dengan perbedaan antara UHH pada perempuan


.ai

73,3 tahun dan 69,4 tahun pada pria. Angka ini masih di bawah
ww

negara-negara di Kawasan Asia Pasifik yang mencapai rerata usia


//w

harapan hidupnya 75 tahun dan negara-negara OECD pada usia 80


ps:

tahun. Data Sensus Penduduk, pada September 2020 menunjukkan


jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,20 juta jiwa, atau rata-rata
htt

3,3 juta jiwa bertambah setiap tahunnya, naik 14,5% dalam satu

jdih.kemkes.go.id
- 22 -

dekade. Angka ini menunjukkan peningkatan persentase penduduk

l
tm
lanjut usia atau lansia (60 tahun ke atas), dari 7,6% pada 2010 (SP

g.h
2010) menjadi 9,8% di tahun 2020. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pada 2020 Indonesia berada dalam masa transisi menuju era ageing

tan
population yaitu ketika persentase penduduk usia 60 tahun ke atas

n
-te
mencapai lebih dari 10%. Risiko meningkatnya biaya kesehatan
dengan pertumbuhan menuju ageing population ini perlu disikapi

22
dengan penguatan promotif dan preventif kesehatan di samping

-20
kesiapan pelayanan kesehatan yang lebih kompleks.

un
Di lain pihak, persentase penduduk usia produktif (15–64 tahun) terus

ah
meningkat sejak tahun 1971, dari 53,4% menjadi 70,7% di 2020.

3-t
Persentase penduduk usia produktif yang lebih besar dibandingkan

r-1
penduduk usia nonproduktif. Ini berarti Indonesia masih berada pada
mo
era bonus demografi. Kondisi ini hanya dapat dimanfaatkan secara
optimal sebagai investasi dalam peningkatan kualitas manusia demi
no

mencapai Indonesia Emas tahun 2045 apabila didukung upaya


es-

kesehatan berkualitas demi terciptanya manusia yang sehat,


nk

produktif, mandiri, dan berkeadilan.


e
rm

m. Pendekatan terbaru untuk melihat kualitas tahun hidup, tidak


/pe

semata-mata UHH, namun yang lebih penting adalah tahun hidup


berkualitas (Healthy Life Expectancy/HALE). HALE orang Indonesia
/05

tahun 2019 secara rerata adalah 62,8 tahun, artinya terdapat 9,1
22

tahun yang hilang karena kualitas hidup yang buruk akibat menderita
20

penyakit dan disabilitas. Dalam membangun SDM yang berkualitas,


m/

selisih angka antara UHH dan HALE inilah yang harus diperkecil.
.co

Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, visi RPJMN 2020-2024


na

untuk terciptanya manusia yang sehat, produktif, mandiri, dan


lya

berkeadilan, indeks sumber daya manusia sebagai modal


mu

pembangunan kini diukur melalui Human Capital Index (HCI)/Indeks


Modal Indonesia yang diperkenalkan di tahun 2018.
na

Skor HCI Indonesia 0,54 pada tahun 2020 (Bank Dunia, 2021),
.ai

meningkat dari 0,53 pada tahun 2018. Peningkatan skor dalam dua
ww

tahun terakhir merupakan kontribusi komponen kesehatan, yang naik


//w

secara signifikan dari 0,66 menjadi 0,72. Angka ini menggambarkan


ps:

penurunan jumlah anak yang mengalami stunting dan keterbatasan


kognitif serta fisiknya. Skor ini yang menempatkan Indonesia di
htt

peringkat 96 dari 174 negara. Skor ini lebih rendah dari rata-rata

jdih.kemkes.go.id
- 23 -

negara-negara dari kelompok berpenghasilan menengah ke atas (0,55)

l
tm
dan jauh di bawah peringkat rata-rata negara-negara Asia Pasifik

g.h
(0,59), namun setara dengan rerata untuk negara-negara di Asia
Pasifik berpenghasilan menengah ke atas (0,54) dan masih di bawah

tan
rata-rata dunia (0,56). Namun perlu dicatat bahwa skor HCI 2020

n
-te
diolah berdasarkan data baru dan diperluas untuk masing-masing
komponennya hingga Maret 2020 dan Indonesia kini dikelompokkan

22
dalam negara berpenghasilan menengah ke atas (pada tahun 2018

-20
masuk dalam negara berpenghasilan menengah bawah). Dengan

un
demikian, laporan tersebut belum memperhitungkan dampak COVID-

ah
19 pada human capital.

3-t
HCI mengukur kontribusi kondisi kesehatan dan pendidikan dalam

r-1
mendukung produktivitas generasi yang akan datang. Pengukuran
mo
HCI didasarkan pada berbagai indikator, termasuk kelangsungan
hidup anak, jumlah anak stunting, dan ukuran hasil pembelajaran.
no

Hasil pengukuran HCI menunjukkan bahwa penguatan sistem


es-

kesehatan merupakan pendekatan paling strategis untuk


nk

meningkatkan sumber daya manusia, sebelumnya penguatan sistem


e
rm

kesehatan menjadi beban pertumbuhan ekonomi karena hanya


/pe

dianggap sebagai biaya konsumsi. Pandemi COVID-19 menyadarkan


dunia tentang pentingnya investasi dalam pengembangan kapasitas
/05

kesiapan dan respons menghadapi pandemi. Penguatan sektor


22

kesehatan nasional yang menjadi prioritas nasional Indonesia akan


20

terus dilakukan dengan meningkatkan layanan dan sarana kesehatan


m/

yang berkualitas mencakup pemenuhan gizi dan pencegahan serta


.co

penurunan prevalensi stunting, peningkatan kompetensi tenaga


na

kesehatan, penguatan sistem jaminan kesehatan nasional, dan


lya

penyediaan vaksin. Pemerintah akan terus mengoptimalkan alokasi


mu

minimal 5% dari total anggaran untuk meningkatkan kualitas dan


akses terhadap layanan dan sarana kesehatan yang berkualitas.
na

Untuk itu penguatan kesehatan masyarakat melalui pendekatan


.ai

siklus kehidupan menjadi penting, mulai saat konsepsi, pembentukan


ww

janin, kelahiran hingga lanjut usia. Indonesia masih menghadapi


//w

berbagai masalah kesehatan yang stagnan dan tertinggal dari


ps:

beberapa negara lainnya, seperti masih tingginya angka kematian ibu


dan anak, gangguan gizi, prevalensi penyakit menular yang persisten,
htt

dan prevalensi penyakit tidak menular yang berbiaya tinggi.

jdih.kemkes.go.id
- 24 -

l
tm
2. Tantangan Kesehatan Ibu dan Anak

g.h
a. Angka Kematian Ibu Indonesia juga merupakan salah satu yang
tertinggi dari negara-negara ASEAN dengan angka 305 per 100.000

tan
kelahiran hidup (SUPAS, 2015). Demikian pula jika dibandingkan

n
-te
dengan negara-negara Asia Pasifik yang mencapai angka 73 kematian
per 100.000 KH dan 13 per 100.000 KH di negara-negara Organisation

22
for Economic Co-operation and Development (OECD) (WHO Global Health

-20
Observatory). Target yang ditetapkan dalam RPJMN pada 2024 adalah

un
183 per 100.000 KH. Namun target tersebut tetap merupakan salah

ah
satu yang tertinggi di antara negara-negara berpenghasilan menengah-

3-t
bawah, dan sulit mencapai SDGs pada tahun 2030 tanpa inovasi

r-1
ataupun strategi percepatan.
b. mo
Penyebab kematian ibu di Indonesia, sebagian besar dapat dicegah
(seperti hipertensi dalam kehamilan, perdarahan, komplikasi, dan
no

infeksi) apabila cakupan pelayanan disertai mutu pelayanan yang


es-

baik. Kejadian kematian ibu juga bergeser dari dua dekade lalu lebih
nk

banyak terjadi di rumah, kini sebanyak 77% ditemukan di rumah


e
rm

sakit, 15,6% di rumah, 4,1% di perjalanan menuju RS/fasilitas


/pe

kesehatan, dan 2,5% di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (SRS,


2016). Di samping itu, peningkatan cakupan kunjungan empat kali
/05

pemeriksaan kehamilan (K4) dan pertolongan persalinan di fasilitas


22

kesehatan yang dianggap dapat mencegah kematian ibu yang cukup


20

substansial dalam lima tahun terakhir yaitu dari 70% dan 67% di
m/

tahun 2013 ke 74% dan 79% di tahun 2018 (Riskesdas) tidak diikuti
.co

dengan penurunan kematian ibu dan neonatal yang setara. Hal ini
na

mengindikasikan belum optimalnya kualitas pelayanan maternal dan


lya

neonatal. Isu “tiga terlambat” masih menjadi masalah utama layanan


mu

kesehatan maternal, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat


sampai ke tempat rujukan, dan terlambat mendapat pelayanan yang
na

dibutuhkan di fasilitas kesehatan. Rendahnya kualitas pelayanan


.ai

pemeriksaan kehamilan juga direfleksikan dari rendahnya pemenuhan


ww

standar antenatal care yang mencakup 10 pemeriksaan kehamilan.


//w

Indikator kematian anak, yang direfleksikan melalui angka kematian


ps:

balita, angka kematian bayi, dan angka kematian neonatal,


menunjukkan perbaikan sejak tahun 1990.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 25 -

c. Angka Kematian Bayi di Indonesia relatif masih tinggi (24 kematian per

l
tm
1.000 KH, SDKI 2017) dibanding 12 per 1.000 KH di negara-negara

g.h
Asia Pasifik dan 6 per 1,000 KH pada negara-negara OECD (Bank
Dunia, WHO). RPJMN 2020-2024 telah membuat target untuk

tan
indikator ini sebesar 16 kematian per 1.000 KH. Penyebab utama

n
-te
kematian bayi adalah gangguan yang terjadi pada masa perinatal
(49,8%), kelainan kongenital dan genetik (14,2%), pneumonia (9,2%),

22
diare dan infeksi saluran pencernaan lainnya (7%), demam berdarah,

-20
meningitis, maupun gangguan gizi dan metabolik (5,5%). Penyebab

un
kematian sebagian besar merupakan penyakit infeksi yang dapat

ah
dicegah, antara lain melalui Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada bayi,

3-t
namun cakupan IDL yang merupakan langkah preventif kematian bayi

r-1
dan anak justru menurun dari 59,2% di tahun 2013 menjadi 57,9% di
mo
tahun 2018 (Riskesdas). Oleh karena itu untuk mencapai target SDG
pada tahun 2030, diperlukan upaya percepatan penurunan kematian
no

bayi dan balita.


es-

d. Indonesia menempati urutan kedelapan jumlah kematian neonatal


nk

tertinggi dunia dengan 72.400 kematian neonatal (2018). Angka


e
rm

Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia menurun secara moderat dari


/pe

49,1 per 1.000 KH pada tahun 1969 menjadi 12,7 kematian per 1.000
KH pada tahun 2018 (Riskesdas). Berbagai upaya pencegahan pada
/05

neonatal diperkirakan dapat menyelamatkan lebih dari 230.000


22

kehidupan neonatal, sementara pelayanan neonatal saat lahir yang


20

adekuat diperkirakan mencegah hampir 190.000 kematian. Angka


m/

kematian neonatal ini cukup penting mengingat penurunan angka ini


.co

jauh lebih lambat dibanding penurunan angka kematian bayi maupun


na

balita. Sementara kematian neonatal dan kematian ibu sangat erat


lya

keterkaitannya. Sebagian besar kematian neonatal diakibatkan


mu

kelainan pada kehamilan, lahir prematur dan berat badan lahir


rendah, pada saat persalinan, maupun di minggu pertama kehidupan
na

(akibat gangguan pernafasan, infeksi, kongenital, dan lainnya).


.ai

Padahal cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) meningkat dari


ww

71,3% (2013) menjadi 84,1% di 2018, dan cakupan kunjungan


//w

neonatal lengkap (KN3) meningkat dari 39,3% menjadi 43,5%, serta


ps:

cakupan inisiasi menyusui dini (IMD) meningkat dari 34,5% menjadi


58,2% pada periode yang sama. Untuk itu upaya percepatan
htt

penurunan angka kematian neonatal perlu dilakukan dengan

jdih.kemkes.go.id
- 26 -

pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi dengan upaya

l
tm
penurunan angka kematian ibu. Peningkatan kualitas pelayanan

g.h
kesehatan mulai dari pemeriksaan kehamilan, persalinan, hingga
kunjungan neonatal, yang didukung oleh peningkatan kapasitas

tan
sarana prasarana dan kompetensi SDM diikuti penguatan sistem

n
-te
rujukan menjadi keharusan.
Lebih dari 110 negara berkembang termasuk Indonesia masih belum

22
memiliki sistem pencatatan dan pelaporan yang andal termasuk dalam

-20
mengidentifikasi pencatatan semua kelahiran dan kematian. Laporan

un
PBB, 2015 mencatat kematian neonatal merupakan masalah yang

ah
signifikan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,

3-t
salah satu pengukuran akurat yang direkomendasikan yaitu

r-1
Pencatatan Sipil dan Statistik Vital/Civil Registration and Vital Statistic
(CRVS). mo
e. Mortalitas dan morbiditas maternal, neonatal, bayi, dan balita
no

berkaitan erat dengan masalah gizi, baik berupa gizi kurang maupun
es-

gizi lebih. Termasuk dalam masalah gizi lebih diantaranya overweight,


nk

obesitas, dan kelebihan mikronutrien (misalnya natrium). Sedangkan


e
rm

masalah gizi kurang antara lain underweight, wasting, stunting, dan


/pe

defisiensi mikronutrien. Indonesia berada di urutan ke-115 dari 151


negara di dunia dengan kasus stunting.
/05
22

3. Triple Burden Malnutrisi


20

a. Penurunan prevalensi wasting dan stunting pada balita merupakan


m/

sasaran pokok RPJMN 2020-2024. Prevalensi wasting pada balita


.co

telah menurun dari 12,1% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi
na

7,4% pada tahun 2019 (SSGI, 2019) dan pada tahun 2021 turun
lya

menjadi 7,1% (SSGBI, 2021). Selain itu telah terjadi penurunan balita
mu

stunting dari 37,2% tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%


tahun 2018 (Riskesdas, 2018), dan pada tahun 2021 telah turun lagi
na

menjadi 24,4% (SSGBI, 2021). Sementara itu, juga telah terjadi


.ai

penurunan underweight pada balita dari 19,6% tahun 2013 (Riskesdas


ww

2013) menjadi 17,7% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018), 16,3% pada
//w

tahun 2019 (SSGBI, 2019), dan 24,4% pada tahun 2021 (SSGI, 2021).
ps:

Salah satu faktor determinan terjadinya masalah gizi pada balita


adalah asupan makanan yang tidak adekuat. WHO dan UNICEF
htt

merekomendasikan standar pemberian makan bayi dan anak

jdih.kemkes.go.id
- 27 -

mencakup inisiasi menyusui dini, Air Susu Ibu (ASI) esklusif untuk

l
tm
bayi usia 0 – 6 bulan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

g.h
yang adekuat dan meneruskan menyusui sampai anak usia 2 tahun
atau lebih. Proses menyusui merupakan salah satu intervensi terbaik

tan
untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Menyusui

n
-te
secara optimal dapat mencegah lebih dari 823 ribu kematian anak dan
20 ribu kematian ibu setiap tahun. Selain itu, anak yang tidak

22
mendapatkan ASI eksklusif berisiko 2,6 kali lebih tinggi untuk

-20
terjadinya stunting pada usia 0-6 bulan dan dua kali lebih besar pada

un
usia 6 sampai 23 bulan. Sementara dalam kurun waktu tiga tahun

ah
terakhir, persentase bayi berusia 0-6 bulan yang mendapat ASI

3-t
eksklusif turun dari 68,7% pada 2018 menjadi 65,8% pada 2019, dan

r-1
semakin rendah pada tahun 2020 hingga mencapai 53,9%.
b. mo
Upaya penurunan stunting tidak semata tugas sektor kesehatan
karena penyebabnya yang multidimensi, sehingga harus ditangani
no

melalui aksi multisektor. Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor


es-

kesehatan, sementara intervensi sensitif dilakukan oleh seluruh


nk

pemangku kepentingan. Terdapat lima pilar penanganan stunting,


e
rm

yakni komitmen politik, kampanye dan edukasi, konvergensi program,


/pe

akses pangan bergizi, dan monitoring progam. Stunting menimbulkan


dampak jangka pendek yakni perkembangan menjadi terhambat,
/05

penurunan fungsi kognitif, dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.


22

Dalam jangka panjang dapat menurunkan produktivitas pada orang


20

dewasa serta lebih rentan terhadap penyakit degeneratif.


m/

Di lain pihak, 3,8% anak balita mengalami kegemukan/overweight


.co

pada tahun 2021. Sedangkan pada kelompok remaja ditemukan


na

bahwa 9,4% remaja usia 16-18 tahun dan 11,1% usia 13-15 tahun
lya

kurus, sementara usia 16-18 tahun 7,3% dan 10,8% usia 13-15 tahun
mu

mengalami kelebihan berat badan (Riskesdas, 2013). Prevalensi


kegemukan pada kelompok usia 16-18 tahun meningkat tajam dari
na

1,4% pada tahun 2010 menjadi 7,3% pada 2013. Prevalensi


.ai

overweight/obesitas pada populasi usia >18 tahun juga meningkat dari


ww

26,3% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013) menjadi 35,4% pada tahun
//w

2018 (Riskesdas, 2018).


ps:

c. Seperti halnya gizi balita, kasus Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu
hamil telah terjadi penurunan dari 24,2% tahun 2013 (Riskesdas,
htt

2013) menjadi 17,3% (Riskesdas, 2018). Kondisi sebaliknya justru

jdih.kemkes.go.id
- 28 -

ditunjukkan oleh kasus anemia ibu hamil di mana terjadi peningkatan

l
tm
dari 37,1% (Riskesdas, 2013) menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018). Setiap

g.h
tahun pemerintah telah menyediakan tablet tambah darah dengan
sasaran ibu hamil, dan penyediaan makanan tambahan untuk ibu

tan
hamil KEK.

n
-te
Capaian cakupan intervensi sampai saat ini masih berdasarkan
ukuran kuantitas, namun Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021

22
tentang Percepatan Penurunan Stunting menetapkan pengukuran

-20
kualitas indikator intervensi spesifik, yaitu dengan mengukur

un
kepatuhan sasaran terhadap intervensi yang diberikan, seperti

ah
persentase remaja putri yang mengonsumsi tablet tambah darah 52

3-t
tablet, dan ibu hamil yang mengonsumsi tablet tambah darah minimal

r-1
90 tablet selama masa kehamilan. Upaya untuk meningkatkan
kepatuhan ini dilakukan melalui mo penguatan edukasi dan
pemberdayaan masyarakat.
no

d. Defisiensi zat gizi mikro. Anemia pada wanita dan anak-anak masih
es-

menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan kategori berat


nk

menurut klasifikasi WHO (WHO, 2010). Lebih dari seperempat (28%)


e
rm

anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami anemia (hemoglobin


/pe

<11g/dl) pada tahun 2013. Anemia sebagian besar disebabkan oleh


defisiensi zat besi, dan juga terkait dengan defisiensi mikronutrien
/05

lainnya seperti vitamin A, asam folat, dan vitamin B12. Prevalensi


22

anemia juga lebih tinggi di daerah di mana kecacingan umum terjadi.


20

Riskesdas 2018 juga menunjukkan hal serupa dengan hampir separuh


m/

ibu hamil mengalami anemia (48,9%). Selain itu, lebih dari seperempat
.co

(28%) anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami anemia


na

(hemoglobin<11g/dl) pada tahun 2013. Perlu strategi untuk


lya

memastikan agar tablet tambah darah dan makanan tambahan


mu

dikonsumsi oleh ibu hamil sasaran secara adekuat serta


mempersiapkan calon ibu hamil dengan meningkatkan cakupan tablet
na

tambah darah pada remaja putri.


.ai

e. Tingginya disparitas kesehatan di Indonesia. Angka nasional kematian


ww

ibu, neonatal, bayi dan anak di Indonesia menunjukkan adanya


//w

disparitas. AKI di daerah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua


ps:

mencapai 489 kematian per 100.000 KH hampir dua kali lipat


dibandingkan di daerah Jawa-Bali dengan 247 kematian per 100.000
htt

KH. Angka kematian neonatal di antara rumah tangga termiskin

jdih.kemkes.go.id
- 29 -

hampir dua kali lipat AKN di antara rumah tangga terkaya (23

l
tm
dibanding 13 kematian neonatal per 1.000 KH). Disparitas pada

g.h
outcome kesehatan ini terjadi sebagai akibat dari perbedaan tantangan
geografi, demografi, sosial, dan ekonomi, serta kesenjangan akses dan

tan
kualitas layanan akibat maldistribusi sumber daya kesehatan baik

n
-te
dari sisi kuantitas maupun kapasitasnya.

22
4. Transisi Epidemiologi terhadap Beban Penyakit

-20
a. Tantangan penyakit menular yang masih persisten. Kebutuhan untuk

un
mengendalikan faktor risiko utama untuk menurunkan beban

ah
penyakit menular harus dipantau melalui pengawasan atau surveilans

3-t
yang efektif secara rutin dan terkoordinasi. Penyakit yang harus

r-1
mendapat perhatian khusus yaitu tuberkulosis, HIV/AIDS, malaria,
mo
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), penyakit
infeksi baru yang menyebabkan kedaruratan kesehatan masyarakat,
no

dan penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Diseases - NTD).


es-

b. Dengan jumlah estimasi kasus TB sebesar 824.000 pada tahun 2021,


nk

Indonesia menempati rangking ketiga dunia (WHO Global TB Report


e
rm

2021), salah satu dari lima negara dengan jumlah kasus TB terbesar
/pe

di dunia yang mencapai sekitar 56% total jumlah kasus TB di dunia


Dari jumlah ini, sepertiga kasus tidak terdeteksi. Dengan cakupan
/05

pengobatan TB mencapai 47% dan angka keberhasilan pengobatan


22

sebesar 83%, Indonesia ditargetkan mencapai 90% pengentasan TB


20

pada tahun 2025. Namun berbagai tantangan seperti masih tingginya


m/

mortalitas TB (93.000 termasuk kematian pada TB dengan HIV)


.co

dibanding target untuk mencapai pengentasan TB, serta tingginya


na

resistensi obat TB (24.000). Dari studi sebelumnya diidentifikasi


lya

bahwa telah terjadi under-reporting sebesar 41%, meliputi under-


mu

reporting di puskesmas sebesar 15%, dan pada fasilitas kesehatan non-


puskesmas (rumah sakit, klinik, dokter praktik mandiri dan
na

laboratorium) sebesar 71%. Untuk Multi Drug Resistant-TB (MDR-TB),


.ai

prevalensi pada kasus baru adalah sebesar 1,4% dan pada kasus lama
ww

(pengobatan ulang) sebesar 13,1% (Studi MDR-TB, 2017). Sementara


//w

dalam hal pembiayaan, Indonesia yang seharusnya sudah memasuki


ps:

transisi finansial, masih tergantung pada pendanaan internasional.


Peningkatan pengelolaan program TB diharapkan mencakup: (i)
htt

peningkatan cakupan deteksi kasus kelompok risiko (individu kontak

jdih.kemkes.go.id
- 30 -

dengan penderita, pasien HIV/ADS, pasien diabetes, perokok,

l
tm
penghuni lembaga pemasyarakatan, hunian padat); (ii) penguatan

g.h
Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) yang terintegrasi pada layanan
di puskesmas, rumah sakit (pemerintah dan swasta), klinik, dan

tan
dokter praktik mandiri serta penguatan tata kelola oleh Dinas

n
-te
Kesehatan Kabupaten/Kota; dan (iii) peningkatan cakupan penemuan
kasus dan pengobatan pada MDR-TB.

22
c. Infeksi HIV di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan

-20
masyarakat. Pada perhitungan estimasi yang dilakukan pada tahun

un
2020, diperkirakan terdapat 543.100 orang dengan HIV di Indonesia.

ah
Berdasarkan data pada sistem informasi HIV, orang dengan risiko

3-t
terinfeksi HIV yang telah mengetahui status terinfeksi sebesar 71%

r-1
dan hanya 40% dari yang terinfeksi masih dalam pengobatan ARV.
mo
Provinsi Papua dan Papua barat masih memiliki prevalensi HIV lebih
dari 1% (1,8%) dengan angka prevalensi ini epidemi HIV di tanah
no

papua termasuk epidemi meluas pada populasi umum.


es-

Insiden HIV merupakan gambaran jumlah infeksi baru HIV yang


nk

terjadi pada populasi berumur >15 tahun pada periode tertentu. Angka
e
rm

tersebut merupakan indikator dampak yang menggambarkan besaran


/pe

transmisi penyakit di populasi. Semakin turun insiden, maka akan


semakin kecil penambahan ODHA, yang pada akhirnya menuju
/05

eliminasi penyakit HIV. Insiden HIV pada tahun 2019 adalah 0,24 per
22

1.000 penduduk.
20

Kasus HIV sebagian besar terkonsentrasi pada ‘populasi kunci’ yang


m/

merupakan populasi paling rentan karena perilaku berisiko tinggi,


.co

seperti Pekerja Seks Perempuan (PSP), Laki-Laki Seks dengan Laki-


na

Laki (LSL), waria, dan pengguna narkoba suntik (penasun). Di antara


lya

populasi kunci ini, prevalensi mencapai 30% atau hampir 100 kali lipat
mu

lebih tinggi dari pada populasi orang dewasa pada umumnya (0,3%).
Stigma dan diskriminasi tetap menjadi hambatan dalam mengakses
na

layanan untuk pencegahan, tes dan pengobatan HIV. Untuk mencegah


.ai

meningkatnya prevalensi HIV, maka pendekatan yang perlu dilakukan


ww

antara lain: (i) edukasi kepada kelompok risiko terkait pencegahan


//w

(seks aman, penggunaan jarum suntik aman pada penasun); (ii)


ps:

penyediaan sarana tes HIV di fasilitas kesehatan; (iii) peningkatan


penemuan kasus pada kelompok risiko tinggi (pekerja seksual,
htt

penasun, waria); dan (iv) pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.

jdih.kemkes.go.id
- 31 -

Salah satu upaya yang dilakukan adalah skrining HIV pada semua ibu

l
tm
hamil saat kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan. Dengan

g.h
skrining ibu hamil sedini mungkin diharapkan dapat terjaring kasus
lebih awal, sehingga dapat dilakukan tata laksana untuk mencegah

tan
penularan HIV dari ibu ke bayinya.

n
-te
d. Di tahun 2017, 52% dari 514 kabupaten/kota di Indonesia telah
diklasifikasikan sebagai daerah bebas malaria. Beban malaria paling

22
tinggi ada di lima provinsi di Indonesia Timur (Papua, Papua Barat,

-20
Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara). Provinsi-provinsi

un
ini memiliki populasi hanya 5% dari seluruh penduduk Indonesia,

ah
namun menyumbang 70% dari kasus malaria di Indonesia. Kendala

3-t
dari eliminasi malaria adalah status sosial ekonomi yang rendah,

r-1
karakteristik geografis (daerah yang sulit dijangkau, hutan,
mo
pertambangan dan area penebangan), SDM yang kurang terlatih, dan
kekurangan alat Rapid Diagnostic Test (RDT). Untuk peningkatan
no

percepatan eliminasi malaria, maka perlu peningkatan pendekatan


es-

EDAT (Early Diagnosis and Treatment), dengan melakukan


nk

peningkatan kapasitas SDM, pembentukan kader malaria desa untuk


e
rm

deteksi kasus, penyediaan RDT dan obat, serta peningkatan


/pe

surveilans.
e. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) masih
/05

menghadapi berbagai tantangan. Berdasarkan data Riskesdas,


22

cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada tahun 2013 baru


20

mencapai 59,2% dan turun pada tahun 2018 menjadi 58,4%. Di tahun
m/

2021 terdapat peningkatan capaian menjadi 65,8% berdasarkan SSGI


.co

2021. Provinsi-provinsi yang menunjukkan penurunan terbesar


na

adalah Gorontalo, Aceh dan Riau. Rendahnya cakupan imunisasi ini


lya

menyebabkan munculnya beberapa penyakit yang dapat dicegah


mu

dengan imunisasi, seperti campak, difteri dan polio.


Faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi mencakup
na

sisi suplai maupun permintaan. Dari sisi suplai, hanya 70% dari rantai
.ai

dingin (cold-chain) dalam kondisi yang sempurna, 18% cukup memadai


ww

dan 12% membutuhkan perbaikan. Dari sisi permintaan, ada


//w

penolakan terhadap imunisasi dengan berbagai alasan. Daerah dengan


ps:

cakupan imunisasi rendah dapat menyebabkan munculnya kasus dan


menjadi sumber penularan ke daerah lain. Pengenalan vaksin baru
htt

jdih.kemkes.go.id
- 32 -

(seperti Mumps dan Rubella, Japanese Encephalitis (JE), Pneumococus

l
tm
dan Rotavirus) perlu terus ditingkatkan.

g.h
f. Meskipun mengalami penurunan, diare masih menjadi penyebab
kematian utama kedua setelah pneumonia, baik pada bayi maupun

tan
balita. Angka prevalensi secara nasional di tahun 2018 mencapai

n
-te
12,3%, dan turun menjadi 9,8% pada tahun 2021 (SSGI, 2021).
Tingginya prevalensi diare berkaitan erat dengan tingginya angka

22
stunting. Kejadian diare yang berulang pada bayi dan balita dapat

-20
menyebabkan zat mikro dalam tubuh yang seharusnya untuk

un
pertumbuhan dan perkembangan habis untuk melawan infeksi

ah
berulang. Penyakit infeksi saluran pencernaan lain yang masih

3-t
menjadi masalah kesehatan masyarakat berupa Kejadian Luar Biasa

r-1
(KLB) adalah hepatitis A, tifoid dan HFMD (Hand, Foot and Mouth
mo
Disease). KLB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
berpotensi menyebar luas lintas daerah dan berdampak pada sektor
no

ekonomi dan pariwisata, sehingga membutuhkan sumber daya yang


es-

cukup besar serta koordinasi lintas sektor pada penanggulangannya.


nk

KLB penyakit ini sering timbul di daerah dengan higienis dan sanitasi
e
rm

buruk, keterbatasan akses air bersih dan banyaknya kasus gizi buruk.
/pe

g. Tren kejadian dengue mengalami peningkatan dari kurun waktu


kurang lebih 20 tahun terakhir. Di lain pihak, angka kematian atau
/05

Case Fatality Rate (CFR) akibat dengue itu mengalami penurunan.


22

Dalam strategi nasional dengue 2021-2025 telah ditetapkan 6 strategi


20

nasional penanggulangan dengue. Strategi ini mencakup (i) penguatan


m/

manajemen vektor yang efektif, aman dan berkesinambungan, (ii)


.co

peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue, (iii) penguatan


na

surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang


lya

responsif, (iv) peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang


mu

berkesinambungan, (v) penguatan kebijakan manajemen program,


kemitraan, dan komitmen pemerintah, dan (vi) pengembangan kajian,
na

penelitian dan inovasi sebagai dasar kebijakan serta manajemen


.ai

program berbasis bukti. Dua indikator target utama dalam strategi


ww

nasional dengue 2021-2025 yaitu presentasi kabupaten/kota yang


//w

mempunyai angka kejadian demam berdarah dengue di bawah atau


ps:

kecil 49/100 ribu penduduk serta menurunkan angka kematian akibat


htt

dengue. Untuk mencapai target tersebut pemerintah pusat dan daerah


berkomitmen berupaya untuk mencapai tujuan pembangunan

jdih.kemkes.go.id
- 33 -

berkelanjutan atau SDGs sebagai komitmen global terutama dalam

l
tm
mempercepat penanggulangan dengue.

g.h
h. Penyakit Tropis Terabaikan (Neglected Tropical Diseases). Beberapa
penyakit tropis terabaikan masih menjadi masalah di Indonesia, yaitu

tan
filariasis, kusta, frambusia, schistosomiasis, dan zoonosis. Penyakit-

n
-te
penyakit ini menjadi target yang harus diselesaikan.
i. Filariasis atau penyakit kaki gajah masih endemis di 236

22
kabupaten/kota di Indonesia, pada tahun 2018 tercatat 12.667 kasus

-20
kronis filariasis tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Upaya

un
eliminasi filariasis dilaksanakan secara terpadu dengan dua pilar

ah
utama strategi penanggulangan, yaitu: (i) memutus rantai penularan

3-t
filariasis melalui Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM); dan (ii)

r-1
mencegah dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus
kronis filariasis. mo
j. Schistosomiasis merupakan penyakit endemis yang ditemukan di 28
no

desa yang tersebar di Kabupaten Sigi dan Poso, Sulawesi Tengah.


es-

Penyakit yang disebabkan oleh schistosoma japonicum ini dapat


nk

menyebabkan anemia sehingga memicu stunting. Peta jalan eradikasi


e
rm

schistosomiasis 2018 – 2025 dibangun melalui pendekatan manajemen


/pe

lingkungan terpadu, pengobatan massal, dan surveilans pemeriksaan


telur di tinja yang disertai penguatan pemberdayaan masyarakat.
/05

k. Eliminasi Kusta telah dicapai Indonesia sejak tahun 2000 dengan


22

angka prevalensi di tingkat nasional sebesar 0,9 per 10.000 penduduk.


20

Namun sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2018, situasi


m/

epidemiologi kusta di Indonesia cenderung statis dengan angka


.co

prevalensi 0,7 per 10.000 penduduk. Penemuan penderita kusta baru


na

berada pada kisaran 16.000-18.000 per tahun, serta masih tingginya


lya

tren penderita kusta baru dengan disabilitas tingkat dua dan proporsi
mu

kasus baru kusta pada anak masih di atas 10% pada tahun 2018.
l. Frambusia, pada tahun 2019 masih ditemukan kasus baru sebanyak
na

355 kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya


.ai

sebesar 1.999 kasus baru. Kasus tersebar di 79 kabupaten/kota dan


ww

699 desa yang sebagian besar terkonsentrasi di Provinsi Papua, Papua


//w

Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur. Untuk


ps:

frambusia, pendekatan yang dilakukan harus komprehensif, yakni


promotif dan preventif (perbaikan ekonomi, akses air bersih dan
htt

sanitasi), deteksi dini kasus, dan pengobatan yang optimal.

jdih.kemkes.go.id
- 34 -

m. Zoonosis, pada tahun 2021, Kementerian Kesehatan, Kementerian

l
tm
Pertanian, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah

g.h
menetapkan enam zoonosis prioritas yang akan dilakukan
penanggulangan secara terpadu bersama lintas sektor dengan

tan
pendekatan One Health. Penyakit zoonosis prioritas yang disepakati

n
-te
beberapa kementerian terkait pada One Health Zoonotic Diseases
Prioritization (OHZDP) adalah zoonosis yang disebabkan oleh virus

22
influenza (avian dan swine influenza), zoonosis yang disebabkan oleh

-20
virus corona (MersCov dan SarCov2), anthraks, rabies, zoonotic TB, dan

un
leptospirosis. Adapun zoonosis yang saat ini telah dilakukan

ah
pencegahan dan pengendaliannya sebagai berikut:

3-t
1) Rabies, selama 5 tahun terakhir kasus Gigitan Hewan Penular

r-1
Rabies (GHPR) rata-rata pertahun adalah 79.141 kasus dengan
mo
angka kematian rata-rata 86 orang, situasi ini merupakan
tantangan besar bagi Indonesia untuk mencapai target eliminasi
no

rabies 2030. Saat ini di Indonesia ada 26 provinsi yang tertular


es-

rabies yang berlokasi di 311 kabupaten/kota. Hanya 8 provinsi


nk

yang masih merupakan daerah bebas rabies, yaitu : (1) DKI Jakarta,
e
rm

(2) Jawa Tengah, (3) Jawa Timur, (4) DI Yogyakarta, (5) Kepulauan
/pe

Riau, (6) Kepulauan Bangka Belitung, (7) Papua, dan (8) Papua
Barat.
/05

2) Leptospirosis, situasi kasus leptospirosis tahun 2017–2021


22

berfluktuatif, kasus tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebanyak


20

1.170 kasus. Tahun 2021 menurun menjadi 734 kasus dengan 84


m/

kematian (CFR = 11,44%) yang terjadi di 8 provinsi yaitu Jawa


.co

Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa


na

Timur, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Kematian tertinggi


lya

terjadi di Provinsi Jawa Tengah dengan 44 kematian.


mu

3) Antraks. Kasus antraks pada manusia yang dilaporkan sampai


tahun 2017 ada di 5 provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Gorontalo,
na

Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan DI Yogyakarta. Kasus


.ai

antraks tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi di tahun 2017


ww

sebanyak 63 kasus dengan kematian 1 kasus (CFR=1,59%). Jumlah


//w

kasus ini meningkat dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 52


ps:

kasus, dengan tahun 2018 tercatat 9 kasus antraks pada manusia,


diikuti kenaikan kasus pada tahun berikutnya, yakni 71 kasus pada
htt

tahun 2019 dan 47 kasus pada tahun 2020. Tahun 2021 dilaporkan

jdih.kemkes.go.id
- 35 -

sebanyak 18 kasus yang seluruhnya merupakan antraks kulit yang

l
tm
berasal dari Jawa Timur 13 kasus, Jawa Tengah 1 kasus dan

g.h
Sulawesi Selatan 4 kasus. Tidak ada kematian akibat antraks
selama lima tahun terakhir.

tan
4) Flu Burung (H5N1). Kasus Flu Burung di Indonesia mulai 2005

n
-te
hingga 2021 sebanyak 200 kasus konfirmasi dengan 168 kematian
(CFR = 84%). Pada periode 2015 sampai 2021 hanya dilaporkan 3

22
kasus. Jika dibandingkan dengan periode 2010 – 2014 sebanyak 37

-20
kasus. Kasus konfirmasi flu burung terakhir terjadi bulan

un
September 2017 di Kabupaten Klungkung, Bali.

ah
5) Pes. Kasus Pes pada manusia terakhir terjadi tahun 2007, dan

3-t
hingga 2021 tidak pernah dilaporkan adanya kasus pes pada

r-1
manusia. Pada Januari 2019 telah dilakukan asesmen pes yang
mo
dilakukan oleh eksternal asesor dan disimpulkan bahwa Indonesia
merupakan daerah risiko rendah dan terlokalisir.
no

n. Dalam tiga dekade terakhir, Indonesia mengalami transisi epidemiologi


es-

yang diukur dari kontribusi penyakit penyebab kematian dan


nk

Disability Adjusted Life Years (DALYs). Data Global Burden Disease


e
rm

2019 yang dirilis oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)
/pe

menyatakan bahwa selama 1990-2019 kematian yang disebabkan


penyakit menular serta kondisi maternal, perinatal dan neonatal
/05

menurun sebesar 60%; kematian akibat penyakit tidak menular


22

meningkat sebesar 82%; dan kematian akibat cedera menurun 20,4%.


20

Tiga penyakit penyebab kematian dan berkontribusi terhadap


m/

tingginya DALYs pada penyakit tidak menular adalah stroke, jantung


.co

iskemik, dan diabetes. Sedangkan tiga penyakit penyebab kematian


na

dan tingginya DALYs untuk kondisi maternal neonatal dan penyakit


lya

menular adalah masalah neonatal, tuberkulosis, diare, dan infeksi


mu

saluran pernafasan bawah. Meski penyakit menular menurun,


tantangan masih persisten (berkontribusi pada 21% kematian). Di lain
na

pihak, Indonesia berhasil menurunkan kematian akibat penyakit


.ai

menular dan kondisi maternal dan neonatal sedikit lebih baik dari
ww

rerata yang dicapai negara-negara Asia Tenggara (58%). Penyebab


//w

kematian sebesar 72,3% merupakan kontribusi dari penyakit tidak


ps:

menular. Angka ini di atas rerata angka kematian penyakit tidak


menular di negara-negara di Asia Tenggara (70,7%). Perlu diantisipasi
htt

dengan peningkatan tajam beberapa penyakit tidak menular penyebab

jdih.kemkes.go.id
- 36 -

kematian seperti diabetes dengan peningkatan DALY lost dari 1990-

l
tm
2019 sebesar 162,5%, dan kardiovaskular (termasuk stroke dan

g.h
penyakit jantung iskemik) sebesar 127,4%. Upaya pencegahan dan
diagnosis dini akan sangat strategis dalam mencegah terjadinya

tan
pembiayaan pelayanan kesehatan yang tinggi, termasuk pengeluaran

n
-te
katastropik pada masyarakat.
o. Pengendalian Vektor. Indonesia merupakan negara tropis berbentuk

22
kepulauan, merupakan wilayah yang ideal bagi pertumbuhan dan

-20
perkembangan vektor. Dampak dari tingginya populasi vektor

un
menyebabkan Indonesia menjadi endemis penyakit tular vektor dan

ah
zoonotik, dengan penyebaran yang sangat luas, serta menimbulkan

3-t
peningkatan kasus di beberapa wilayah dan berpotensi menimbulkan

r-1
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat. Pengendalian vektor
mo
merupakan upaya preventif yang penting dalam pencegahan penyakit,
apabila populasi vektor dapat diturunkan maka penularan penyakit
no

akan dapat dihindari sedini mungkin. Tahun 2020 sebanyak 71


es-

kabupaten/kota telah memiliki puskesmas yang melaksanakan


nk

surveilans vektor, sedangkan tahun 2021 meningkat menjadi 131


e
rm

kabupaten/kota, dan akan diteruskan ditingkatkan hingga semua


/pe

kabupaten/kota memiliki puskesmas yang melaksanakan surveilans


vektor. Data vektor yang real time akan memberikan informasi sedini
/05

mungkin dalam rangka pengendalian vektor serta pencegahan


22

penyakit tular vektor dan zoonotik.


20

p. Berbagai Penyakit Tidak Menular (PTM) ini disebabkan karena perilaku


m/

gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, kurang aktivitas fisik,
.co

pola makan dengan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL). Indonesia
na

menghadapi tantangan yang besar dalam perubahan gaya hidup ini,


lya

di mana data Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi penduduk


mu

Indonesia usia lebih dari 10 tahun yang kurang melakukan aktivitas


fisik jumlahnya meningkat dari 26,1% pada 2013 menjadi 33,5% pada
na

2018. Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih


.ai

besar pada kelompok anak-anak dan remaja, dengan jumlah perokok


ww

di atas 15 tahun sebanyak 33,8%, terbagi menjadi perokok laki-laki


//w

sebanyak 62,9% dan perokok perempuan sebanyak 4.8%.


ps:

Hal ini merupakan fenomena yang dialami oleh sebagian besar negara
berkembang oleh karena terjadinya perubahan status sosial ekonomi
htt

jdih.kemkes.go.id
- 37 -

masyarakat serta berkembangnya lingkungan dan berbagai aspek

l
tm
kehidupan yang berujung pada perubahan gaya hidup.

g.h
q. Pola makan tidak sehat, seperti makanan tinggi gula, garam, dan
lemak dan rendah serat, berkontribusi pada terjadinya penyakit tidak

tan
menular. Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu tahun 2016, secara

n
-te
nasional penduduk Indonesia mengonsumsi gula kategori berisiko
(>50 gram per orang per hari) sebesar 4,8%, serta mengasup natrium

22
dan lemak kategori berisiko (>2.000mg dan 67g) masing-masing

-20
sebesar 18,3% dan 26,5%. Proporsi penduduk kurang konsumsi sayur

un
dan buah telah meningkat dari 93,5% pada tahun 2013 menjadi 95,5%

ah
pada tahun 2018 (Riskesdas 2013, 2018). Hal ini mengindikasikan

3-t
bahwa diet orang Indonesia berisiko untuk timbulnya penyakit tidak

r-1
menular. Untuk memperbaiki pola diet, perlu ditingkatkan upaya
mo
edukasi kepada masyarakat dan aksi lintas sektor. Dianjurkan
konsumsi GGL per hari tidak lebih dari 4 sendok makan gula, 1 sendok
no

teh garam, dan 5 sendok makan lemak. Perlu dukungan aksi lintas
es-

sektor terkait labelisasi makanan tinggi GGL, termasuk pengenaan


nk

pajak khusus.
e
rm

r. Merokok adalah faktor risiko keempat yang berkontribusi terhadap


/pe

DALYs lost dengan prevalensi perokok pada remaja (usia 10-18 tahun)
naik dari 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018
/05

(Riskesdas, 2018). Angka ini semakin menjauh dari target RPJMN


22

2029 yakni sebesar 5,4%. Prevalensi perokok lebih tinggi pada


20

penduduk miskin, tinggal di perdesaan, dan kelompok usia yang lebih


m/

tua. Harus diwaspadai penggunaan rokok elektrik pada remaja, karena


.co

uap rokok elektrik mengandung zat-zat toksik yang berbahaya untuk


na

kesehatan. Sebagai upaya menurunkan prevalensi perokok, termasuk


lya

perokok pemula (remaja), perlu dilakukan upaya: (i) mengadopsi


mu

Konvensi Kerangka Kerja WHO tentang Pengendalian Tembakau, (ii)


menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), (iii) program stop merokok
na

(quit smoking), (iv) menaikkan cukai dan harga rokok (pemberlakuan


.ai

sin tax), dan (v) pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok.
ww

s. Kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko lain terkait penyakit


//w

tidak menular. Telah terjadi peningkatan proporsi kurang aktivitas


ps:

fisik pada penduduk umur ≥10 tahun dari 26,1% tahun 2013 menjadi
33,5% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Dengan kemajuan
htt

jdih.kemkes.go.id
- 38 -

ekonomi, teknologi, dan transportasi, maka kehidupan masyarakat

l
tm
cenderung sedentary (kurang gerak).

g.h
t. Faktor metabolik adalah faktor risiko penyakit tidak menular
berikutnya, seperti hipertensi, gangguan kadar gula darah, dan

tan
obesitas. Data memperlihatkan terjadinya peningkatan prevalensi

n
-te
hipertensi dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1% pada tahun
2018. Prevalensi diabetes melitus penduduk umur 15 tahun ke atas

22
berdasarkan konsensus Perkeni 2011, telah terjadi kenaikan dari 6,9%

-20
tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

un
Bahkan, bila menggunakan konsensus Perkeni 2015, prevalensi

ah
diabetes tahun 2018 adalah 10,9%. Ini menunjukkan kecenderungan

3-t
penyakit diabetes akan naik terus secara tajam apabila

r-1
pengendaliannya tidak dilakukan secara serius.
mo
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular
lain yang mendorong munculnya faktor metabolik (penyakit jantung,
no

diabetes, kanker, hipertensi, dislipidemia). Prevalensi obesitas (Indeks


es-

Masa Tubuh (IMT) ≥ 27) meningkat dari 15,4% pada tahun 2013
nk

menjadi 21,8% pada tahun 2018. Hal ini sejalan dengan peningkatan
e
rm

proporsi obesitas sentral dari 26,6% di tahun 2013 menjadi 31% di


/pe

tahun 2018 (Riskesdas, 2018).


u. Gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran merupakan bagian
/05

dari PTM yang penting untuk diatasi sebab data dunia menunjukkan
22

adanya peningkatan jumlah kasus yang signifikan, dan telah menjadi


20

isu/agenda penting di tingkat global. Dampak gangguan pada


m/

penglihatan dan pendengaran dapat mengancam kualitas hidup serta


.co

produktivitas manusia di Indonesia. Hal ini secara tidak langsung


na

menghambat pencapaian SDGs. Prevalensi kebutaan pada penduduk


lya

berusia >50 tahun di Indonesia mencapai 3% (Rapid Assessment of


mu

Avoidable Blindness, 2014-2016). Sekitar 80% penyebab gangguan


penglihatan dan kebutaan dapat dicegah maupun dikoreksi. Demikian
na

halnya dengan gangguan pendengaran, sekitar 60% kasus pada anak


.ai

sebenarnya dapat dicegah. Proporsi gangguan pendengaran dan


ww

ketulian pada penduduk usia ≥ 5 tahun adalah sebesar 2,6%


//w

(Riskesdas, 2013).
ps:

Melihat semakin mengkhawatirkannya faktor risiko PTM khususnya


faktor metabolik dan faktor perilaku, maka diperlukan upaya strategis,
htt

diantaranya peningkatan upaya promotif dan preventif serta edukasi

jdih.kemkes.go.id
- 39 -

kepada masyarakat terkait pencegahan faktor risiko, peningkatan

l
tm
skrining dan deteksi dini PTM, baik di layanan primer melalui

g.h
pendekatan keluarga, pemberdayaan masyarakat seperti posbindu
dan pos UKK, maupun di layanan rujukan untuk kasus-kasus yang

tan
memerlukan diagnostik lanjut, dan diperlukan penguatan aksi

n
-te
multisektor yang merupakan upaya-upaya GERMAS.

22
5. Pembudayaan GERMAS

-20
GERMAS adalah berbagai upaya intervensi yang komprehensif dan

un
holistik yang mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,

ah
sebagai kesatuan continuum of care. Melalui pembudayaan GERMAS,

3-t
continuum of care ini dilakukan secara terpadu dengan pemberdayaan

r-1
masyarakat maupun peningkatan aksi multisektor.
mo
GERMAS merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
no

kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk


es-

meningkatkan kualitas hidup. GERMAS mengedepankan upaya promotif


nk

dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan


e
rm

melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma


/pe

sehat. Tujuan GERMAS adalah terciptanya masyarakat berperilaku sehat


yang berdampak pada kesehatan terjaga, produktif, lingkungan bersih, dan
/05

biaya berobat berkurang.


22

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2017 tentang GERMAS


20

mengamanatkan setiap pihak terkait untuk menetapkan kebijakan dan


m/

mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-


.co

masing untuk mewujudkan GERMAS, melalui peningkatan aktivitas fisik,


na

peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan


lya

percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini


mu

penyakit, peningkatan kualitas lingkungan, dan peningkatan edukasi


hidup sehat. Inpres ini juga mengamanatkan Menteri Kesehatan untuk
na

melaksanakan kampanye GERMAS serta meningkatkan advokasi dan


.ai

pembinaan daerah dalam pelaksanaan kebijakan KTR, meningkatkan


ww

pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian ASI eksklusif, aktivitas


//w

fisik, dan meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di puskesmas


ps:

dan menyusun panduan pelaksanaan deteksi dini penyakit di instansi


pemerintah dan swasta.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 40 -

GERMAS tidak hanya dijalankan oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi

l
tm
juga lintas kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, akademisi, dunia

g.h
usaha, organisasi kemasyarakatan dan profesi, serta ditunjang peran serta
seluruh lapisan masyarakat dalam mempraktikkan pola hidup sehat.

tan
Pemerintah pusat maupun daerah menyiapkan sarana dan prasarana

n
-te
pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Pelaksanaan
GERMAS harus dimulai dari individu dan dipraktikan dalam lingkungan

22
keluarga, sehingga terbentuk norma keluarga yang selanjutnya menjadi

-20
norma kebiasaan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Oleh

un
karena itu dibutuhkan literasi kesehatan dan advokasi serta penggalangan

ah
kemitraan yang kuat kepada lintas sektor dan seluruh komponen

3-t
masyarakat sehingga mampu menghasilkan pembangunan berwawasan

r-1
kesehatan dan menciptakan lingkungan kondusif bagi pelaksanaan
gerakan masyarat untuk hidup sehat. mo
Saat ini telah disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) GERMAS sebagai
no

acuan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam melaksanakan


es-

GERMAS sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya. Pembudayaan


nk

GERMAS akan dimulai dari tatanan perkantoran/tempat kerja di mana


e
rm

semua ASN harus menjadi agent of change, berikutnya adalah tatanan


/pe

pendidikan, dan dilanjutkan pada tatanan umum/komunitas. RAN


GERMAS akan memberikan arah terhadap penguatan implementasi
/05

GERMAS hingga kabupaten/kota dan tingkat kecamatan. Sebagaimana


22

gerakan yang terjadi saat pandemi COVID-19, seluruh masyarakat


20

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat atas kesadaran pribadi. Hal
m/

ini sebagai wujud nyata dari gerakan masyarakat dalam perubahan


.co

perilaku untuk mencegah keterpaparan penyakit melalui kepatuhan


na

terhadap protokol kesehatan dengan melaksanakan memakai masker,


lya

mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M), sekaligus merupakan momentum


mu

baik yang harus tetap dijaga dan di pertahankan, agar masyarakat mandiri
dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
na

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya peningkatan pengetahuan,


.ai

kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk


ww

berperan aktif dalam upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan cara


//w

fasilitasi proses pemecahan masalah melalui pendekatan edukatif dan


ps:

partisipatif serta memperhatikan kebutuhan, potensi dan sosial budaya


setempat.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 41 -

Strategi pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan meliputi: (i)

l
tm
peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali

g.h
dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi; (ii) peningkatan
kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat; (iii)

tan
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat; (iv) penguatan dan

n
-te
peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan; (v) peningkatan
kemitraan dan partisipasi lintas sektor, lembaga kemasyarakatan,

22
organisasi kemasyarakatan, dan swasta; (vi) peningkatan pemanfaatan

-20
potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal; dan (vii) pengintegrasian

un
program, kegiatan, dan/atau kelembagaan pemberdayaan masyarakat yang

ah
sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan masyarakat. Adanya

3-t
pandemi COVID-19 telah menyadarkan seluruh elemen masyarakat untuk

r-1
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal tersebut menjadi
mo
momentum yang baik sebagai langkah strategi lanjutan untuk penguatan
GERMAS dan pemberdayaan masyarakat terkait perilaku hidup bersih dan
no

sehat.
es-

Pengaturan pemberdayaan masyarakat digunakan sebagai acuan bagi


nk

pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga dan organisasi


e
rm

kemasyarakatan, swasta, dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam


/pe

mewujudkan peran aktif dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.


Hal ini sejalan dengan amanah Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
/05

tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan bahwa pemberdayaan


22

masyarakat merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan


20

dengan pelayanan dasar.


m/

Penguatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)


.co

menjadi kunci keberhasilan untuk dapat mencapai kinerja Upaya


na

Kesehatan Masyarakat (UKM), sekaligus merevitalisasi fungsi kesehatan


lya

masyarakat dari puskesmas. Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65


mu

Tahun 2013 dijelaskan bahwa UKBM adalah wahana pemberdayaan


masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola
na

oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas
.ai

puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Faktor internal dan
ww

eksternal saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan


//w

dinamis keberhasilan UKBM. Salah satu UKBM yang paling aktif dan
ps:

dikenal masyarakat adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), selain itu


terdapat beberapa jenis UKBM misalnya Posyandu Lansia, Pos UKK (Unit
htt

jdih.kemkes.go.id
- 42 -

Kesehatan Kerja), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Poskestren (Pos

l
tm
Kesehatan Pesantren), dan Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu PTM).

g.h
Pada periode 2020-2024 ini, pemberdayaan masyarakat diarahkan
untuk mencapai tujuan strategis yaitu pembudayaan masyarakat hidup

tan
sehat melalui pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berwawasan

n
-te
kesehatan. Sasaran strategisnya adalah meningkatnya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat dengan indikator pembinaan posyandu

22
aktif 80%; serta meningkatnya advokasi kesehatan dan aksi lintas sektor

-20
dengan indikator kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan GERMAS

un
sebesar 90%.

ah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 telah

3-t
mengamanatkan pengintegrasian layanan sosial dasar ke dalam Posyandu,

r-1
mencakup pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; pengendalian
mo
penyakit dan penyehatan lingkungan; perilaku hidup bersih dan sehat;
kesehatan lanjut usia; Bina Keluarga Balita (BKB); Pos Pendidikan Anak
no

Usia Dini (PAUD); percepatan penganekaragaman konsumsi pangan;


es-

pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang


nk

masalah kesejahteraan sosial; kesehatan reproduksi remaja; dan


e
rm

peningkatan ekonomi keluarga.


/pe

Faktor risiko kesehatan lingkungan, baik fisik, kimia, biologi maupun


sosial berpengaruh besar terhadap status kesehatan. Hasil analisis Burden
/05

of Disease (BOD) tahun 2019 di Indonesia, pencemaran udara termasuk


22

urutan keenam penyebab kematian. Pencemaran udara menempati urutan


20

ketujuh serta air dan sanitasi menempati urutan ke-11 sebagai faktor risiko
m/

DALYs lost. Pemaparan terhadap logam berat dan pestisida selama


.co

kehamilan diketahui dapat meningkatkan risiko hipertensi dalam


na

kehamilan. Paparan pestisida juga berisiko terjadinya gangguan


lya

pertumbuhan balita, gangguan pertumbuhan di dalam kandungan dan


mu

juga setelah lahir bisa menyebabkan balita stunting. Faktor risiko


lingkungan juga sangat erat kejadiannya dengan beberapa penyakit
na

menular seperti diare, hepatitis A, demam tifoid, HFMD dan tuberkulosis.


.ai

Kondisi sanitasi lingkungan dan higiene yang tidak layak dapat


ww

meningkatkan risiko penyakit menular seperti tersebut di atas.


//w

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan upaya


ps:

untuk mendukung pencapaian universal akses sanitasi layak bagi


masyarakat Indonesia. Program STBM mencakup lima pilar yaitu stop
htt

buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air

jdih.kemkes.go.id
- 43 -

minum/makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan

l
tm
pengelolaan limbah cair rumah tangga. Jumlah desa/kelurahan yang

g.h
melaksanakan STBM terus meningkat setiap tahunnya yaitu 26.417 pada
tahun 2015 menjadi 57.935 pada tahun 2019. Dari 10.134 puskesmas per

tan
Desember 2019, 8.653 (85,4%) puskesmas sudah menjalankan program

n
-te
STBM, dan memiliki sumber daya manusia kesehatan khususnya
sanitarian sebanyak 8.647 orang dan 2.070 orang (23,9%) sanitarian

22
terlatih, dengan 77% merupakan fasilitator aktif. Selain STBM, pengolahan

-20
limbah medis di fasilitas kesehatan juga sangat penting dalam pencegahan

un
dampak buruk pada kesehatan. Total limbah medis yang dihasilkan

ah
fasilitas kesehatan mencapai 294,66 ton perhari (KLHK, 2018). Tidak

3-t
semua limbah medis di fasilitas kesehatan tertangani dengan baik.

r-1
Sebagai bagian dari upaya memperbaiki kesehatan lingkungan maka
mo
diperlukan strategi penguatan aksi multisektor dalam rangka mengurangi
polusi udara, penguatan dan percepatan program STBM sehingga terjadi
no

percepatan peningkatan cakupan akses air bersih dan sanitasi, dan


es-

penguatan sinergisme sektor kesehatan dan sektor lingkungan hidup dalam


nk

penanganan limbah medis fasilitas kesehatan.


e
rm

Upaya lintas sektor belum terlaksana dengan baik, sehingga konsep


/pe

“Pembangunan Berwawasan Kesehatan”/Health in All Policies (HiAPs)


menjadi krusial. HiAPs belum terlaksana dengan baik walaupun sudah ada
/05

kebijakan dan regulasi yang menekankan pentingnya peran lintas sektor


22

dalam pembangunan kesehatan. Global pandemi yang kita hadapi saat ini
20

menunjukkan pentingnya pelaksanaan HiAPs di semua sektor terkait. Hal


m/

lain yang sedang kita hadapi yaitu kenaikan prevalensi pneumonia karena
.co

asap dari pembakaran hutan, berbagai dampak kesehatan karena


na

perubahan iklim, outbreak rabies karena cakupan vaksinasi anjing yang


lya

rendah (zoonosis), tingginya beban penyakit karena kecelakaan lalu lintas,


mu

adanya Bahan Beracun Berbahaya (B3) dalam produk makanan serta


pencemaran B3 di badan air, tanah dan udara, dan masih rendahnya
na

cakupan kelayakan sarana air minum dan akses sanitasi, adalah beberapa
.ai

indikator yang menunjukkan lemahnya peran lintas sektor tersebut.


ww

Indonesia saat ini menghadapi beban penyakit ganda (double burden


//w

diseases), di mana beberapa prevalensi penyakit menular relatif masih


ps:

tinggi, namun juga terjadi peningkatan penyakit-penyakit tidak menular


dan kronik-degeneratif, yang lebih banyak disebabkan karena pola
htt

kehidupan dari berbagai aspek berubah sejalan dengan perkembangan

jdih.kemkes.go.id
- 44 -

sosial-ekonomi yang ada. Sementara itu, ada berbagai penyakit yang timbul

l
tm
kembali yang sering disebut re-emerging diseases seperti schistomiasis,

g.h
filariasis, dan lain sebagainya. Sehingga kini sering disebut bahwa
Indonesia mengalami triple burden diseases. Untuk itu, sistem kesehatan

tan
yang diperkuat harus dapat lebih responsif, berketahanan, bermutu, dan

n
-te
berkeadilan.

22
6. Potensi, Tantangan Sistem, dan Pelayanan Kesehatan

-20
Memenuhi tantangan kesehatan dan perkembangan demografi,

un
epidemiologi, dan sosio-ekonomi yang kompleks dan dinamis tentunya

ah
membutuhkan sistem dan pelayanan kesehatan yang adekuat. Penguatan

3-t
sistem pelayanan kesehatan primer akan menjadi salah satu fondasi yang

r-1
diperlukan. Di lain pihak, sistem kesehatan Indonesia telah mengalami
mo
masalah kronik keterbatasan sumber daya kesehatan, termasuk sumber
daya manusia, infrastruktur, sarana dan prasarana, pendanaan, serta
no

masalah ketersediaan obat dan Bahan Habis Pakai (BHP). Rasio dokter per
es-

1.000 penduduk di Indonesia mencapai 0,4, masih jauh dari rasio di


nk

negara-negara Asia yang rerata mencapai 1,2 per 1.000 penduduk dan
e
rm

negara-negara OECD dengan 3,2 dokter tersedia untuk tiap 1.000


/pe

penduduk. Secara nasional Indonesia memiliki rerata 1,18 tempat tidur


rumah sakit per 1.000 penduduk, sementara rerata di negara-negara Asia
/05

memiliki rasio 3,3 tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk, rerata
22

negara-negara OECD mencapai 4,8. Dari sekitar 27.700 fasilitas kesehatan


20

primer yang ada di Indonesia, sebanyak 22.764 fasilitas kesehatan primer


m/

telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan pada Juli 2021, dan
.co

direncanakan hingga 23.430 fasilitas pada akhir tahun.


na

Perlunya Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan Primer yang


lya

terpadu. Pelayanan kesehatan primer adalah tentang mempromosikan


mu

kesehatan dan kesejahteraan populasi dan masyarakat dan menyediakan


kondisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan berkembang
na

(survive and thrive). Terlepas dari potensinya yang luar biasa dalam
.ai

meningkatkan dan menjaga kesehatan, pelayanan kesehatan primer sering


ww

menjadi mata rantai terlemah dalam sistem kesehatan suatu negara sedang
//w

berkembang, seperti juga di Indonesia, terutama setelah desentralisasi


ps:

pada awal tahun 2000.


Tanpa Sistem Pelayanan Kesehatan Primer yang adekuat UHC tidak
htt

akan tercapai. Penguatan sistem pelayanan kesehatan primer, yang

jdih.kemkes.go.id
- 45 -

ditekankan kembali pada Deklarasi Astana (2018) setelah Deklarasi Alma

l
tm
Alta (1978), dalam mencapai UHC saat ini merupakan aspirasi masyarakat

g.h
di hampir seluruh negara di dunia. Penguatan sistem pelayanan kesehatan
primer membutuhkan lebih dari sekedar penguatan pembiayaan dan

tan
peningkatan kuantitas, kapasitas, dan kompetensi sumber daya manusia.

n
-te
Komponen penting ini tetap harus diintegrasikan ke dalam kerangka kerja
keseluruhan sistem kesehatan untuk dapat mengelola dan memberikan

22
pelayanan yang responsif dalam memenuhi kebutuhan populasi. Pelayanan

-20
kesehatan primer membangun tulang punggung sistem pelayanan

un
kesehatan yang efektif, dan dapat meningkatkan outcome kesehatan,

ah
mengurangi pertumbuhan biaya, dan menurunkan ketimpangan (inequity)

3-t
yang ada.

r-1
Pandemi COVID-19 menegaskan pentingnya sistem pelayanan
mo
kesehatan primer untuk mempersiapkan, merespons, dan pulih kembali
dari wabah ataupun pandemi. Dengan adanya disrupsi secara masif akibat
no

pandemi COVID-19, kebutuhan untuk mempertahankan sekaligus


es-

meningkatkan layanan kesehatan menjadi kritikal dan esensial. Situasi ini


nk

menunjukkan makin pentingnya agenda revitalisasi pelayanan kesehatan


e
rm

primer/Primary Health Care (PHC) yang tercantum dalam Deklarasi Astana


/pe

2018. Sistem pelayanan kesehatan primer yang tangguh akan


memungkinkan sistem kesehatan suatu negara untuk merespons dengan
/05

cepat pandemi maupun bencana, di mana surveilans, diagnosis melalui


22

pemeriksaan laboratorium, pengobatan, pencegahan, dan pengendalian


20

menjadi dasar untuk strategi sistem pelayanan primer yang tangguh.


m/
.co

7. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan Primer


na

Keberhasilan upaya penguatan PHC mutlak membutuhkan reformasi


lya

sistem kesehatan secara substansial. Reformasi ini meliputi komitmen


mu

politik dan kepemimpinan, tata kelola pemerintahan dan kebijakan,


pendanaan dan alokasi sumber daya, serta keterlibatan masyarakat dan
na

pemangku kepentingan lainnya. Reformasi strategis harus disertai dengan


.ai

reformasi operasional, upaya berbasis bukti dalam peningkatan akses,


ww

cakupan, dan kualitas yang mengedepankan integrasi layanan kesehatan,


//w

penguatan tenaga kerja dan penggunaan teknologi digital yang terintegrasi.


ps:

Di sisi lain, keterlibatan pihak swasta dalam sistem kesehatan, utamanya


dalam pelayanan kesehatan primer menjadi penting, dengan kondisi
htt

disparitas terhadap akses, sumber daya, kualitas, maupun outcome

jdih.kemkes.go.id
- 46 -

kesehatan esensial saat ini. Jumlah dan pertumbuhan pelayanan

l
tm
kesehatan primer swasta saat ini sangat pesat melebihi fasilitas pelayanan

g.h
kesehatan primer milik pemerintah. Pertumbuhan fasilitas kesehatan
swasta relatif terpusat di area perkotaan di mana angka permintaan cukup

tan
tinggi dan akses cukup mudah dengan fasilitas infrastruktur yang ada.

n
-te
Jumlah puskesmas hanya sekitar sepertiga dari total sekitar 27.700
fasilitas kesehatan primer. Pada tahun 2019 apotek sudah tidak menjadi

22
bagian fasilitas kesehatan primer lagi, akan tetapi merupakan fasilitas

-20
penunjang. Sehingga jumlah fasilitas kesehatan primer disebutkan total

un
23.430, dan 43% merupakan puskesmas.

ah
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang

3-t
Puskesmas disebutkan bahwa setiap kecamatan minimal memiliki satu

r-1
puskesmas, namun dengan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah
mo
penduduk, dan aksesibilitas, 1 kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
puskesmas. Total jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan
no

Desember 2019 adalah 10.134 puskesmas, terdiri dari 6.086 puskesmas


es-

rawat inap dan 4.048 puskesmas non rawat inap. Pertumbuhan jumlah
nk

puskesmas di Indonesia dalam lima tahun terakhir (sejumlah 9.754 pada


e
rm

tahun 2015) menunjukkan rerata bertambah 70 puskesmas per tahunnya.


/pe

Rasio puskesmas berbanding kecamatan tahun 2019 secara nasional


adalah 1,4 artinya rata-rata dalam 10 kecamatan terdapat 14 puskesmas.
/05

Namun 16 dari 34 provinsi memiliki rasio di bawah rerata nasional. Rasio


22

puskesmas per kecamatan di Provinsi DKI Jakarta 7,16 sedangkan Provinsi


20

Papua Barat memiliki rasio terendah di 0,28 dan disusul Provinsi


m/

Kalimantan Utara dengan rasio 1,04. Sementara Papua Barat memiliki


.co

tantangan geografis yang sulit untuk dijangkau, akses informasi yang amat
na

terbatas, rendahnya infrastruktur dasar, serta keterbatasan sumber daya


lya

lainnya dan isu sosial ekonomi. Demikian pula Kalimantan Utara yang
mu

merupakan wilayah pedalaman dengan keterbatasan sarana dan prasarana


termasuk listrik, air, hingga ketersediaan obat-obatan. Ada 118 kecamatan
na

di Papua, 44 kecamatan di Papua Barat, 4 kecamatan di Sumatera Selatan,


.ai

3 kecamatan di Kalimantan Utara, 2 kecamatan di Sumatera Utara, dan


ww

masing-masing 1 di Kepulauan Riau dan Sulawesi Tengah yang tidak


//w

memiliki puskesmas. Atau dari 7.252 kecamatan di seluruh Indonesia,


ps:

masih ada 171 kecamatan yang belum memiliki puskesmas.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 47 -

Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya

l
tm
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

g.h
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

tan
kerjanya. Puskesmas adalah koordinator dan penanggung jawab dalam

n
-te
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya, termasuk mencakup jaringan
dan jejaringnya, seperti pustu, polindes, posyandu, posbindu, dan fasilitas

22
kesehatan swasta yang ada dalam wilayah kerjanya (klinik swasta, dokter

-20
praktik mandiri, bidan praktik mandiri). Sesuai dengan Deklarasi Astana

un
tahun 2018, maka fungsi puskesmas adalah menjalankan pelayanan

ah
kesehatan dasar (essential health care) yang komprehensif (promotif,

3-t
preventif, kuratif, dan rehabilitatif), pemberdayaan dan pelibatan

r-1
masyarakat dalam bidang kesehatan (community involvement and
mo
empowerment), serta pelibatan berbagai pemangku kepentingan dalam
rangka aksi bersama. Selain itu, untuk percepatan penurunan AKI/AKB,
no

puskesmas harus memenuhi standar dan melaksanakan Pelayanan


es-

Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Untuk menurunkan


nk

underweight, stunting, dan wasting, puskesmas juga harus mampu


e
rm

melaksanakan surveilans gizi dengan adekuat dan mampu melakukan


/pe

manajemen balita gizi buruk atau balita sangat kurus. Demikian pula
untuk pelayanan kesehatan esensial lainnya, utamanya yang menjadi
/05

standar pelayanan minimal kesehatan.


22

Fungsi kesehatan masyarakat menjadi sangat krusial dalam


20

menerapkan strategi upaya kesehatan dan merupakan intervensi


m/

kesehatan yang difokuskan pada berbagai determinan masalah kesehatan


.co

untuk mengurangi risiko penyakit (risk reduction) pada masyarakat. Fungsi


na

ini berfokus pada upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.


lya

Terdapat tiga area yang menjadi fokus fungsi kesehatan masyarakat, yaitu
mu

(1) upaya promotif dan preventif (UKM), (2) upaya kuratif dengan upaya
kesehatan perorangan (UKP) dasar, dan (3) penguatan sistem kesehatan,
na

termasuk intervensi yang bersifat lintas sektor.


.ai

Capaian UKM cenderung menurun. Dalam upaya kesehatan


ww

masyarakat, terjadi penurunan kinerja seperti terlihat pada beberapa


//w

indikator: kejadian outbreak difteri, jumlah kasus TB yang sangat tinggi,


ps:

outbreak penyakit-penyakit lama seperti rabies dan leptospirosis di


beberapa tempat. Sementara itu ancaman epidemi dan pandemi penyakit-
htt

penyakit yang ditularkan dari binatang (zoonosis) semakin nyata sebagai

jdih.kemkes.go.id
- 48 -

konsekuensi meningkatnya mobilitas manusia, hewan dan barang antar

l
tm
negara dan antara daerah. Penguatan GERMAS melalui revitalisasi UKBM

g.h
menjadi sangat penting dalam meningkatkan capaian UKM dan
mengembalikan fungsi kesehatan masyarakat pada sistem pelayanan

tan
kesehatan primer, utamanya puskesmas.

n
-te
Capaian UKM yang menurun pada masa pandemi diindikasikan
karena sumber daya yang ada difokuskan pada penanganan pandemi dan

22
vaksinasi, selain itu pada masa awal pandemi dilakukan Pembatasan Sosial

-20
Berskala Besar (PSBB) dan penerapan Pemberlakuan Pembatatasan

un
Kegiatan Masyarakat (PPKM) sehingga mengurangi mobilisasi petugas

ah
untuk melaksanakan UKM di pelayanan kesehatan primer.

3-t
Akses, distribusi, dan mutu UKP saat ini masih belum optimal.

r-1
Kehadiran program JKN memberikan perlindungan finansial kepada
mo
peserta dalam memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan pada tatanan
UKP baik dalam layanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
no

khususnya pada masyarakat rentan. Penyelenggaraan JKN perlu dukungan


es-

dari sisi supply karena adanya disparitas pertumbuhan pembangunan


nk

kesehatan dari segi pasokan layanan kesehatan, layanan sekunder maupun


e
rm

primer yang dirasakan belum optimal bertumbuh, khususnya di tempat


/pe

yang mengalami kesulitan akses dengan geografik sulit untuk dilakukan


peningkatan akses dan mutu layanan Kesehatan. Hal lain yang perlu
/05

diperhatikan dalam pelayanan JKN adalah pemerataan distribusi


22

kepesertaan JKN di FKTP dimana saat ini sebagian besar peserta JKN
20

terdaftar di FKTP milik Pemerintah atau Puskesmas. Sementara isu lain


m/

dari sisi permintaan, cakupan kepesertaan dan pemahaman program JKN


.co

dari masyarakat perlu ditingkatkan untuk perbaikan program JKN yang


na

lebih optimal dan berkelanjutan.


lya

Tantangan akses dan mutu ini terutama dirasakan masyarakat di


mu

daerah dengan wilayah geografis sulit dan infrastruktur belum memadai.


Belum optimalnya sistem rujukan juga menghambat efektivitas pelayanan
na

kesehatan.
.ai

Tantangan dan peluang dalam pemberdayaan dan edukasi


ww

masyarakat. Sebagai tempat kontak pertama komunitas ke sistem


//w

kesehatan yang ada, pelayanan kesehatan primer harus melibatkan


ps:

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam menjalankan fungsi


pelayanan kesehatan masyarakat. Pemberdayaan dan edukasi masyarakat
htt

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu

jdih.kemkes.go.id
- 49 -

kesehatan masyarakat melalui berbagai kegiatan promosi dan edukasi

l
tm
kesehatan.

g.h
Oleh karena itu penguatan kapasitas dalam program edukasi dan
kampanye promosi kesehatan sangat diperlukan. Terutama saat ini di

tan
mana pola demografi Indonesia mempunyai warna ageing population serta

n
-te
bonus demografi, serta pola hidup dan perilaku sehat menjadi kunci dalam
mengurangi risiko-risiko kesehatan, seperti (a) tingginya prevalensi perokok

22
berusia 15+ (39%, tertinggi di antara negara-negara ASEAN); (b)

-20
meningkatnya prevalensi obesitas yang mengalami peningkatan 50% dalam

un
5 tahun terakhir; dan (c) Kebiasaan makan yang buruk terkait dengan

ah
peningkatan prevalensi hipertensi dan diabetes (risiko diet adalah faktor

3-t
ketiga tertinggi untuk DALYs di Indonesia). Peningkatan kesadaran

r-1
masyarakat untuk kesehatan lingkungan dan perubahan lingkungan
mo
dinilai juga sangat penting dalam mengurangi risiko-risiko di atas. Kunci
utama penguatan literasi kesehatan pada masyarakat luas, termasuk
no

swasta dan lintas sektor lain adalah pembudayaan GERMAS yang telah
es-

dijelaskan di atas.
nk

Tantangan pelaksanaan pencegahan primer. Banyak isu kritis


e
rm

kesehatan yang dapat ditangani secara efektif melalui pencegahan primer,


/pe

seperti strategi-strategi menurunkan angka kematian ibu melalui


perbaikan edukasi dan akses terhadap program keluarga berencana,
/05

antenatal dan postnatal care, perbaikan pola asuh dan edukasi tentang diet
22

dalam menurunkan prevalensi berbagai bentuk malnutrisi pada anak,


20

remaja dan ibu, dan berbagai edukasi pola hidup dan perubahan perilaku
m/

dalam mencegah penyakit-penyakit infeksi menular. Dalam upaya


.co

penurunan kematian ibu, neonatal, dan anak, penguatan pencegahan


na

primer menjadi kritikal sekaligus esensial karena sebagian besar kematian


lya

ibu, neonatal, dan anak dapat dicegah. Pendekatan siklus hidup perlu
mu

diterapkan dalam strategi intervensi untuk mendapatkan hasil yang lebih


efektif.
na

Mulai dari peningkatan status gizi anak dan remaja putri, salah
.ai

satunya melalui pencegahan anemia yang akan berdampak pada kesehatan


ww

reproduksi, proses kehamilan dan persalinan. Pemeriksaan kehamilan


//w

(ANC) yang bertujuan untuk memantau kesehatan ibu dan perkembangan


ps:

janin, serta mendeteksi kelainan kehamilan dan persalinan, serta


merencanakan persalinan sehat sehingga dapat mencegah kematian ibu
htt

dan bayi. Peningkatan pelayanan ANC tidak hanya pada cakupan, namun

jdih.kemkes.go.id
- 50 -

juga pada frekuensi dan kualitas layanan. Berdasarkan panduan WHO

l
tm
terbaru, dianjurkan untuk menerapkan minimal delapan kali ANC selama

g.h
kehamilan dari sebelumnya diprasyaratkan empat kali. Indonesia
mengadopsi strategi ini menjadi minimal enam kali ANC yang terdiri dari

tan
satu kali pada trimester pertama, dua kali pada trimester kedua, dan tiga

n
-te
kali pada trimester ketiga. Pemeriksaan USG dianjurkan dilakukan
sebelum usia kehamilan 24 minggu, dan minimal dua kali ANC oleh dokter

22
agar dapat mendeteksi penyakit penyerta non-obstetri seperti penyakit

-20
jantung, TB, autoimun, HIV, diabetes melitus, dan lain sebagainya yang

un
dapat menjadi penyulit kehamilan dan persalinan. Pelayanan ANC yang

ah
memenuhi standar dengan menerapkan 10T juga harus diterapkan sebagai

3-t
peningkatan kualitas pelayanan ANC. Salah satu standar pelayanan ANC

r-1
adalah pemberian imunisasi Tetanus Toksoid Difteri (Td) bagi Wanita Usia
mo
Subur (WUS) dan ibu hamil. Cakupan imunisasi Td pada status Td1 sampai
Td5 pada WUS tahun 2019 masih sangat rendah yaitu kurang dari 10%
no

jumlah seluruh WUS. Sedangkan cakupan pemberian tablet tambah darah


es-

pada ibu hamil di Indonesia tahun 2019 adalah 64,0%, jauh dari target
nk

Renstra tahun 2019 yaitu 98%.


e
rm

Di samping itu, persalinan di fasilitas kesehatan tetap harus didorong,


/pe

terutama bagi kehamilan dengan penyulit. Pada tahun 2019 terdapat 90,9%
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan. Proporsi terbesar penolong
/05

persalinan tertinggi yaitu bidan sebesar 62,7% dan dokter kandungan


22

sebesar 28,9%. Sementara ibu hamil yang menjalani persalinan dengan


20

ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar


m/

88,8%. Meskipun melampaui target Renstra pada tahun 2019 (85%), angka
.co

ini belum dapat menurunkan kematian ibu dan bayi secara substansial
na

tanpa peningkatan mutu layanan yang membutuhkan penguatan sistem


lya

kesehatan. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


mu

Nasional (BKKBN), Keluarga Berencana (KB) aktif di antara Pasangan Usia


Subur (PUS) tahun 2019 sebesar 62,5%, mengalami penurunan dari tahun
na

sebelumnya yaitu sebesar 63,3%. Sementara RPJMN menargetkan sebesar


.ai

66% pada tahun 2019. Tahun 2019 deteksi dini hepatitis B pada ibu
ww

hamil/kelompok berisiko telah dilaksanakan di 464 kabupaten/kota atau


//w

sebesar 90,3% yang tersebar di 34 provinsi. Jumlah ibu hamil yang


ps:

diperiksa hepatitis B dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT)


HbsAg tahun 2019 yaitu sebanyak 2.540.158 orang atau sebanyak 48,3%
htt

dari target ibu hamil.

jdih.kemkes.go.id
- 51 -

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 adalah indikator

l
tm
yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi

g.h
risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir.
Pelayanan dalam kunjungan ini (Manajemen Terpadu Balita Muda) antara

tan
lain konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin

n
-te
K1 injeksi dan hepatitis B0 injeksi (bila belum diberikan). Disparitas
cakupan KN1 antar provinsi berkisar antara 53,1% di Papua dan 106,1% di

22
DKI Jakarta.

-20
Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak merupakan intervensi

un
yang sangat cost effective dalam mencegah dan deteksi dini kejadian

ah
stunting dan wasting pada anak, yang bahkan dapat dilakukan dengan

3-t
pelibatan masyarakat dan pendekatan keluarga.

r-1
Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti
mo
paling cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi
kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit. Beberapa
no

penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I antara lain TBC, difteri,
es-

tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput otak,


nk

dan radang paru-paru.


e
rm

PD3I diperkirakan menyebabkan 2 hingga 3 juta kematian di dunia


/pe

setiap tahun. Pada tahun 2019, terdapat 73,7% kabupaten/kota yang telah
mencapai 80% imunisasi dasar lengkap, tetapi angka ini masih belum
/05

memenuhi target yang ditetapkan yaitu 95%. Ada dua belas provinsi yang
22

100% kabupaten/kotanya telah mencapai 80% imunisasi dasar lengkap


20

pada bayi. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Aceh


m/

(13%) dan Nusa Tenggara Timur (27,3%). Angka cakupan ini cenderung
.co

menurun di tahun 2020 dan 2021 dampak dari adanya disrupsi layanan
na

akibat pandemik.
lya

Sejak tahun 2014, secara nasional program imunisasi lanjutan masuk


mu

ke dalam program imunisasi rutin dengan memberikan 1 dosis DPT-HB-


HiB(4) dan campak/MR(2) kepada anak usia 18-24 bulan. Cakupan anak
na

usia 12-24 bulan yang mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib(4) pada tahun


.ai

2019 adalah 76% (target Renstra 2019 yaitu 70%). Namun 50% provinsi
ww

masih belum dapat mencapai target. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


//w

12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pemberian imunisasi


ps:

pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang sebelumnya diberikan


pada anak kelas 1, 2 dan 3 SD berubah menjadi diberikan pada kelas 1
htt

(campak dan DT), 2 (Td) dan 5 SD (Td).

jdih.kemkes.go.id
- 52 -

Berbagai penguatan dan intervensi untuk peningkatan cakupan dan

l
tm
kualitas pelayanan masih sangat diperlukan, seperti penguatan SDM,

g.h
logistik dan cold chain, pembiayaan, termasuk edukasi dan antisipasi
penolakan pelaksanaan program. Namun ekspansi jenis imunisasi tetap

tan
harus dikembangkan mengingat nilai tambah yang tinggi dari intervensi

n
-te
program ini pada masyarakat luas.
Di lain pihak, masih terdapat berbagai masalah dalam akses, kualitas

22
dan disparitas dalam pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak dan remaja,

-20
termasuk gizi dan kesehatan reproduksi. Disparitas cakupan pelayanan

un
menunjukkan bahwa kelompok masyarakat tertentu, seperti masyarakat

ah
miskin, perdesaan dan berpendidikan rendah memiliki hambatan dalam

3-t
menjangkau atau terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

r-1
Disparitas antar provinsi juga merupakan tantangan besar yang perlu
mendapat perhatian khusus. mo
Saat ini hanya 9.821 (72,9%) puskesmas yang melayani persalinan
no

normal. Paling rendah di DKI Indonesia dan Bali, yaitu 18,2% dari total 313
es-

puskesmas dan 37,8% dari total 119 puskesmas. Di Papua dan Papua
nk

Barat, masing-masing 75,2% dari total 157 puskesmas dan 59,8% dari total
e
rm

356 puskesmas. Di perdesaan, persalinan di fasilitas kesehatan rerata


/pe

mencapai 81% dari total 4.147, sementara di perkotaan sebesar 55,2%, dan
daerah terpencil 87,7%. Sekitar 96.5% puskesmas dengan rawat inap
/05

melayani persalinan (dari total 4.090), sedangkan hanya 56.1% puskesmas


22

non rawat inap (dari total 5.730) yang melayani persalinan (Profil Kesehatan
20

Indonesia 2019).
m/

Di tahun 2019 hanya 2.139 (21,8 puskesmas di Indonesia yang


.co

mampu PONED dan memiliki tim yang lengkap. Sekitar 8,6% puskesmas
na

PONED tanpa tim yang lengkap, dan sisanya hampir 70% tidak mampu
lya

PONED. Hanya 40,3% dari total 4.094 puskesmas rawat inap dan 8,5% dari
mu

total 5.737 puskesmas non rawat inap yang mampu PONED. Sementara
hanya sebanyak 280 (14,4%) puskesmas di daerah terpencil dan 1.090
na

(26,3%) puskesmas di perdesaan yang mampu PONED, di mana di area ini


.ai

keberadaan puskesmas mampu PONED sangat dibutuhkan karena sulitnya


ww

akses ke RS rujukan (Rifaskes, 2019).


//w

Untuk itu, harus dibangun sinergisme dan penguatan sistem rujukan


ps:

antara tingkat fasilitas kesehatan, termasuk peningkatan kompetensi SDM


pelayanan maternal. Penguatan fasilitas kesehatan primer dengan
htt

kemampuan PONED dan RS dengan kemampuan Pelayanan Kedaruratan

jdih.kemkes.go.id
- 53 -

Obstetri dan Neonatal Komprehensif (PONEK) yang siaga 24 jam sehari

l
tm
selama 7 hari dalam seminggu sangat diperlukan termasuk peningkatan

g.h
kemampuan SDM dalam memberikan pelayanan PONED dan PONEK.
Selain itu, RS juga perlu melakukan audit kematian khususnya maternal

tan
perinatal untuk mengetahui penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir

n
-te
serta melakukan intervensi sesuai penyebabnya.
Tantangan pelaksanaan pencegahan sekunder. Tantangan

22
selanjutnya adalah meningkatnya penyakit tidak menular seperti

-20
hipertensi, DM, gangguan jiwa dan penyakit akibat kecelakaan lalu lintas.

un
Hal tersebut menunjukkan masih perlu ditingkatkannya upaya pencegahan

ah
melalui edukasi untuk membangun kesadaran dan perubahan perilaku,

3-t
yang diikuti dengan skrining, diagnostik, dan pemantauan.

r-1
Pemeriksaan kesehatan, skrining, peningkatan kapasitas diagnostik dini
mo
pada layanan primer, serta pengelolaan penyakit kronis merupakan hal
krusial mengingat perkembangan dan pertumbuhan penyakit kronik
no

degeneratif, termasuk penyakit gangguan metabolik maupun kanker dan


es-

kelainan lain pada anak.


nk

Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat 14 jenis penyakit penyebab


e
rm

kematian tertinggi pada setiap kelompok usia sesuai intervensi dengan


/pe

pendekatan siklus hidup. Untuk mendeteksi berbagai penyakit tersebut


dapat dilakukan berbagai jenis skrining dasar antara lain pengukuran
/05

tekanan darah, EKG, foto toraks, pemeriksaan darah lengkap, kimia darah,
22

pemeriksaan profil lipid dalam darah, analisis hemoglobin, tes fungsi hati,
20

rapid antigen hepatitis B dan C, gula darah dan HbA1C, dan pemeriksaan
m/

kadar tiroid. Untuk kelompok usia di bawah 12 bulan, kasus hipotiroid,


.co

thalassemia, anemia, dan kanker pada anak dapat dideteksi melalui


na

skrining. Deteksi dini melalui skrining juga dapat dilakukan untuk kasus
lya

stroke, penyakit jantung iskemik, hipertensi, PPOK, TB, kanker paru,


mu

hepatitis, dan diabetes yang banyak terjadi pada usia produktif 18-50
tahun.
na

Tingginya kasus kanker payudara dan kanker serviks dapat dilakukan


.ai

deteksi dini melalui cek payudara secara klinis dan tes IVA. Sedangkan
ww

kanker usus yang sering terjadi pada kelompok usia di atas 50 tahun, dapat
//w

dilakukan deteksi dini melalui pemeriksaan carcinoma embryonic antigen.


ps:

Untuk itu, kapasitas layanan primer akan ditingkatkan untuk dapat


melakukan skrining tersebut dalam rangka deteksi dini kasus kematian
htt

dan berbiaya tinggi.

jdih.kemkes.go.id
- 54 -

Terdapat empat tantangan utama untuk meningkatkan kualitas

l
tm
layanan primer yaitu ketersediaan SDMK, kualitas pelayanan yang masih

g.h
belum optimal, masih tingginya ketidaktersediaan obat dan alat kesehatan,
serta rendahnya realisasi anggaran puskesmas. Hal tersebut diakibatkan

tan
oleh kapasitas dan kompetensi pelayanan yang masih rendah dan

n
-te
mekanisme pembiayaan yang kurang fleksibel.
Ketersediaan sumber daya manusia yang tidak memadai dilaporkan

22
dalam Risnakes 2019, di mana lebih dari setengah puskesmas di Maluku

-20
dan Papua tidak memiliki dokter. Sekitar 60% dari total di Indonesia

un
masih belum memiliki petugas laboratorium yang sangat diperlukan untuk

ah
memperkuat surveilans maupun pendukung diagnosis dini yang

3-t
dibutuhkan. Sementara hampir sepertiga dari puskesmas yang ada belum

r-1
memiliki tenaga kefarmasian yang berperan penting dalam perencanaan
mo
dan siklus manajemen logistik obat dan alat kesehatan puskesmas. Provinsi
Bengkulu merupakan provinsi dengan proporsi ketiadaan tenaga
no

kefarmasian yang terbesar (63,7%), disusul kemudian oleh Provinsi Papua


es-

(61,8%), Bali (60%), dan Maluku (59,1%). Demikian pula untuk tenaga
nk

kesehatan lingkungan dan gizi yang masih belum tersedia di banyak


e
rm

puskesmas. Provinsi Gorontalo merupakan provinsi dengan proporsi


/pe

terbesar ketiadaan tenaga laboratorium medik di puskesmas (93,5%),


disusul kemudian Sulawesi Utara (90,9%), DKI Jakarta (89,2%), Maluku
/05

(88,9%), dan Sulawesi Tengah (88,4%). Provinsi Papua dan DKI Jakarta
22

merupakan provinsi dengan proporsi terbesar ketiadaan tenaga gizi di


20

puskesmas (50%), disusul Lampung (48,8%), Sumatera Utara (44,5%), dan


m/

Bengkulu (43,6%).
.co

Kualitas Pelayanan Kesehatan yang Perlu Ditingkatkan. Hal tersebut


na

dipengaruhi oleh adanya disparitas akses dan mutu fasilitas pelayanan


lya

kesehatan, capaian akreditasi maupun pemenuhan terhadap standar yang


mu

telah ditetapkan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015


mengatur tentang Akreditasi untuk Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
na

Praktik Mandiri dokter, dan Tempat Praktik Mandiri dokter gigi. Dari Profil
.ai

Kesehatan Indonesia Tahun 2019 dilaporkan terdapat 9.153 puskesmas


ww

yang telah terakreditasi atau sekitar 90,3% dari 10.134 puskesmas.


//w

Provinsi dengan persentase puskesmas terakreditasi 100% adalah Provinsi


ps:

Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Utara dan DI


Yogyakarta. Provinsi dengan persentase puskesmas terakreditasi terendah
htt

adalah Papua (28,6%). Sementara dari sisi jumlah puskesmas yang belum

jdih.kemkes.go.id
- 55 -

terakreditasi, terbanyak di Papua (300 puskesmas dari total 420) dan DKI

l
tm
Jakarta (164 puskesmas dari total 315). Dari puskesmas yang terakreditasi

g.h
sampai tahun 2019, tingkat kelulusan didominasi status madya sebanyak
5.068 (55,4%) dan dasar (2.177 atau 23,8%). Hanya 1.669 (18,2%)

tan
puskesmas meraih status utama, dan 239 (2,6%) dengan status paripurna.

n
-te
Jumlah puskesmas terakreditasi ini meningkat dari yang dilaporkan
Rifaskes 2019, bahwa masih ada 23% puskesmas yang tidak terakreditasi.

22
Dalam konteks peningkatan mutu pelayanan kesehatan, dan terkait

-20
persyaratan kontrak dengan BPJS Kesehatan (credentialing), masih perlu

un
upaya yang lebih keras untuk meningkatkan cakupan dan tingkatan

ah
akreditasi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yaitu

3-t
puskesmas dan klinik pratama.

r-1
Kapasitas dan kompetensi pelayanan kesehatan primer belum
mo
adekuat. Masih ada 17% puskesmas yang tidak mampu melakukan
pelayanan lanjutan untuk penyakit kronis, dan 50% puskesmas di Papua
no

tidak mampu melayani pasien rujuk balik. Sementara dari aspek layanan
es-

primer untuk gangguan jiwa, pada tahun 2021 dari total 514
nk

kabupaten/kota, baru 327 kabupaten/kota mempunyai puskesmas yang


e
rm

menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dengan tenaga kesehatan terlatih


/pe

(Laporan Rutin Program 2021). Mekanisme rujukan yang lemah, kurang


berfungsinya ‘gate-keeper’ layanan primer menciptakan pelayanan
/05

kesehatan berbiaya tinggi. Pada tahun 2016, Bank Dunia melaporkan


22

bahwa rerata puskesmas di Indonesia memiliki hanya 79% dari total


20

komponen yang dibutuhkan untuk pelayanan umum.


m/

Ketidaktersediaan obat dan vaksin esensial. Pada tahun 2020, 93,84%


.co

puskesmas melaporkan ketersediaan obat dan vaksin esensial ≥ 80%.


na

Angka ini sudah meningkat dari laporan survei fasilitas kesehatan di tahun
lya

2017-2018 melalui Rifaskes yang melaporkan masih ada 25% puskesmas


mu

dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial kurang dari 80%. Dari sistem
perencanaan, meskipun di tahun 2018 sudah 94% puskesmas membuat
na

rencana kebutuhan obat (RKO), namun 30,9% realisasi pengadaan tidak


.ai

sesuai dengan RKO dengan berbagai alasan seperti kekosongan,


ww

keterlambatan, atau kehabisan stok obat di e-katalog, ataupun perubahan


//w

pola penyakit. Dilaporkan pula 14% puskesmas menerima obat rusak dari
ps:

distributor dengan jenis kerusakan seperti obat berubah warna, kemasan


rusak, ataupun sediaan yang rusak (suspensi mengental misalnya). Tiap
htt

satu dari dua puskesmas tidak memilik obat psikiatrik. Sekitar 85,8%

jdih.kemkes.go.id
- 56 -

puskesmas sudah memanfaatkan dana kapitasi JKN untuk pembelian obat

l
tm
dan alkes.

g.h
Anggaran puskesmas tidak memadai. Mekanisme pembiayaan dan
penyaluran dana serta prosedur dalam membelanjakan sumber dana yang

tan
ada, menghambat pembelanjaan yang lebih baik karena adanya

n
-te
pembatasan dan tidak ada fleksibilitas pemanfaatan anggaran untuk biaya
operasional. Realisasi dari anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

22
tahun 2019 tercatat hanya 62,2%, dan DAK Nonfisik sebesar 74,1%.

-20
Demikian pula realisasi anggaran puskesmas yang rendah. Proporsi

un
pendanaan puskesmas dari BPJS-Kesehatan jauh lebih besar, sehingga

ah
anggaran puskesmas bergantung pada sistem pembayaran kapitasi oleh

3-t
JKN. Akibatnya, pelayanan puskesmas sangat fokus terhadap UKP yang

r-1
lebih bersifat kuratif, daripada peran utamanya untuk memberikan
mo
pelayanan yang bersifat promotif dan preventif dalam koridor UKM. Hal ini
menggeser fungsi puskesmas dari konsep berbasis kesehatan masyarakat
no

dengan cakupan wilayah (kecamatan) menjadi lebih bersifat penyedia


es-

layanan berbasis fasilitas kesehatan. Sementara di sisi lain, pemerintah


nk

daerah tidak memprioritaskan pelayanan kesehatan primer dalam agenda


e
rm

pembangunan dan alokasi anggaran.


/pe

Lemahnya tata kelola dan sistem pelaporan puskesmas. Sistem


pelaporan berbasis program terfragmentasi dan sangat membebani tenaga
/05

puskesmas, serta pemanfaatan data dan informasi dalam monitoring dan


22

evaluasi pelaksanaan program masih rendah. Sementara sistem pelaporan


20

minim umpan balik dari pemerintah daerah dan pusat sehingga demotivasi
m/

petugas puskesmas untuk memenuhi sistem pelaporan dan berakhir


.co

dengan ketidaktersediaan data yang akurat dan tepat waktu. Demikian


na

pula dalam hal perencanaan dan penganggaran yang masih perlu


lya

penguatan yang berkesinambungan, termasuk koordinasi dan integrasi di


mu

tingkat dinas kesehatan kabupaten/kota. Sistem pelaporan yang buruk


tidak akan menghasilkan perencanaan dan kebijakan yang berbasis bukti.
na

Hal ini tercermin dari lemahnya sistem pelaporan penggunaan obat, yang
.ai

menghasilkan manajemen logistik obat yang lemah, dan berakibat pada


ww

tingginya ketidaktersediaan dan sediaan berlebih atau kadaluwarsa obat-


//w

obatan di puskesmas. Sistem pelaporan yang ada saat ini belum terintegrasi
ps:

sehingga membebani unit pelayanan kesehatan di lapangan, terutama


puskesmas.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 57 -

Sumber daya (manusia, persediaan, peralatan, dan pembiayaan) yang

l
tm
tidak adekuat tetap menjadi tantangan utama puskesmas dalam

g.h
melaksanakan tugasnya sebagai garis depan sebagian besar program
nasional.

tan
Masih Perlu Ditingkatkannya Status Akreditasi yang Paripurna di

n
-te
FKTP. Akreditasi untuk fasyankes primer dilaksanakan dengan siklus tiga
tahunan. Sampai dengan akhir tahun 2019, diperoleh gambaran bahwa

22
FKTP yang telah terakreditasi berjumlah 9.332 FKTP. Dari seluruh

-20
puskesmas yang terakreditasi, 79% di antaranya baru memenuhi standar

un
akreditasi dasar atau madya dan hanya 239 puskesmas (3%) yang sudah

ah
memenuhi standar akreditasi paripurna.

3-t
Namun demikian, hasil pendataan kembali pada tahun 2021 sejumlah

r-1
2 puskesmas telah mengalami perubahan jenis fasyankes sehingga
mo
hitungan jumlah total FKTP terakreditasi pada akhir tahun 2021 menjadi
no
9.330 dengan rincian 9.151 puskesmas dan 179 klinik pratama.
es-

Perkembangan jumlah FKTP dalam rangka meningkatkan akses


nk

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menyebabkan baseline data


e

FKTP yang harus diakreditasi pun mengalami perubahan dari semula


rm

16.536 FKTP (baseline data 31 Desember 2018), menjadi sejumlah 17.292


/pe

FKTP dengan rincian 10.260 puskesmas (data Pusdatin, 2021), dan 7.032
/05

klinik pratama (Data BPJS, 1 Januari 2022).


Penetapan status darurat pandemi COVID-19 telah menyebabkan
22

dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan nomor 455 tahun


20

2020 yang antara lain menunda pelaksanaan survei akreditasi sampai


m/

situasi pandemi COVID-19 dicabut, telah menyebabkan jumlah FKTP yang


.co

terakreditasi tidak mengalami penambahan. Pada kondisi ini, upaya


na

penjaminan mutu pelayanan kesehatan di fasyankes dilakukan melalui


lya

pemantauan terhadap penyampaian surat pernyataan komitmen mutu oleh


mu

fasyankes. Sampai minggu ke-II bulan Maret 2022, FKTP yang telah
na

menyampaikan surat pernyataan komitmen mutu berjumlah 9.126


.ai

puskesmas dan 3.899 klinik pratama.


ww

Surat Edaran Menkes Nomor 133 Tahun 2022 membuka akses untuk
dilaksanakannya kembali survei akreditasi, menuntut dilakukannya
//w

berbagai upaya percepatan untuk pencapaian target RPJMN dan Renstra


ps:

yang tertunda sejak tahun 2020. Selain itu, upaya percepatan juga
htt

diperlukan untuk pemenuhan persyaratan FKTP bekerja sama dengan

jdih.kemkes.go.id
- 58 -

BPJS Kesehatan. Siklus akreditasi tiga tahunan yang harus dipenuhi oleh

l
tm
FKTP dan perpanjangan masa berlaku sertifikat yang merujuk pada SE

g.h
Menteri Kesehatan tersebut, menyebabkan masa berlaku sertifikat seluruh
FKTP yang sudah terakreditasi akan habis masa berlakunya pada 1

tan
Februari 2023. Hal ini tentu akan berdampak pada potensi pemutusan

n
-te
hubungan kerjasama fasyankes dengan BPJS. Oleh karena itu diperlukan
berbagai upaya terobosan dan adanya komitmen bersama dari Pemerintah

22
pusat dan Pemerintah daerah, untuk percepatan pencapaian target FKTP

-20
terakreditasi.

un
ah
8. Perlunya Peningkatan Akses dan Penguatan Kualitas Layanan Rujukan

3-t
Sampai dengan tahun 2021, tercatat 3.120 rumah sakit di Indonesia,

r-1
terdiri dari 2.522 rumah sakit umum (RSU), 521 rumah sakit khusus (RSK),
mo
dan 77 rumah sakit darurat. Sebanyak 1.531 rumah sakit umum dan 433
rumah sakit khusus adalah milik swasta, selebihnya milik pemerintah
no

pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan TNI/POLRI. Pada kurun waktu tahun


es-

2015-2019 terjadi peningkatan jumlah RSU dari 1.951 RSU di tahun 2015
nk

menjadi 2.522 RSU pada tahun 2021 (naik 29%). Kenaikan terbesar terjadi
e
rm

pada RSU milik swasta. Untuk RSK, dalam periode yang sama justru terjadi
/pe

sedikit penurunan, yakni dari 537 pada tahun 2015 menjadi 521 pada
tahun 2021. Sebanyak 2.482 RS (79,6%) telah terakreditasi. Bila dilihat
/05

jenjang akreditasinya, akreditasi perdana 645 (26%), dasar 209 (8,4%),


22

madya 384 (15,5%), utama 334 (13,4%), dan paripurna 906 (36,5%) (KARS,
20

JCI, ACHSI 2021). Lebih dari separuh (50,3%) RS berlokasi di Pulau Jawa.
m/

UU 44/2009 tentang Perumahsakitan menjelaskan bahwa penyediaan


.co

rumah sakit didasarkan pada perhitungan rasio tempat tidur dan jumlah
na

penduduk. Dari rasio tempat tidur rumah sakit terhadap 1.000 penduduk,
lya

DKI Jakarta dengan total penduduk 10,37 juta memiliki rasio tempat tidur
mu

rumah sakit 2,24, tertinggi di atas rasio nasional yang mencapai 1,18
tempat tidur per 1.000 penduduk. Sementara untuk area Jawa dan Bali,
na

rasio ini mencapai 1,1 dengan total penduduk 152,42 juta. Rasio terendah
.ai

di area Nusa Tenggara yang hanya mencapai 0,76 tempat tidur per 1000
ww

penduduk. Standar WHO adalah 1 tempat tidur untuk 1.000 penduduk.


//w

Masih ada delapan provinsi yang belum mencapai rasio ini. Di beberapa
ps:

area Indonesia timur seperti Maluku (1,8) dan Papua (1,2) rasio tempat
tidur per 1.000 penduduk terlihat cukup tinggi karena jumlah penduduk
htt

yang sedikit dan tersebar, sehingga perlu diperhatikan aksesibilitasnya

jdih.kemkes.go.id
- 59 -

karena area jangkauan luas, sementara kondisi geografis dan lokasi yang

l
tm
terpencil berkontribusi pada waktu dan jarak tempuh untuk mencapainya.

g.h
Dengan perubahan epidemiologi yang demikian pesat, perlu

tan
ditargetkan rasio tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk mendekati
negara-negara tetangga dan distribusi yang lebih merata. Di samping

n
-te
peningkatan aksesibilitas, perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan

22
kualitas pelayanannya yang tergantung kelengkapan fasilitas, sarana

-20
prasarana, obat, dan sumber daya manusia serta pembiayaan selain tata
kelola. Peran rumah sakit juga diarahkan tidak hanya berfokus pada

un
pelayanan kuratif dan rehabilitatif untuk mengejar pendapatan, tetapi

ah
harus mempunyai peran dalam program prioritas, seperti penurunan

3-t
kematian maternal, penurunan kematian bayi, penurunan stunting,

r-1
penurunan wasting, dan juga pengendalian penyakit, termasuk melalui
mo
skrining. Untuk itu, peningkatan sarana prasaran diagnostik dan terapi
no
serta pengembangan pendidikan dan pelatihan sangat krusial.
es-

Kualitas pelayanan dan sistem rujukan merupakan tantangan besar


nk

dalam upaya peningkatan kesehatan ibu, bayi, anak dan remaja. Indonesia
e

sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar sangat


rm

memerlukan sistem transportasi dan komunikasi, infrastruktur, fasilitasi


/pe

pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan yang memadai berkualitas.


/05

Sistem pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya berkesinambungan


22

juga menjadi suatu faktor penyebab rendahnya status kesehatan ibu dan
20

neonatal.
m/

Akses dan kualitas layanan rujukan memegang peranan penting untuk


.co

menghadapi berbagai tantangan kesehatan di Indonesia seperti kesehatan


na

ibu, bayi, anak, remaja, dan transisi epidemiologi. Indonesia sebagai negara
lya

kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar sangat memerlukan


mu

sistem transportasi dan komunikasi, infrastruktur, fasilitas pelayanan


kesehatan, dan tenaga kesehatan yang kompeten dengan jumlah memadai.
na

Sistem pelayanan kesehatan yang masih terfragmentasi dan belum


.ai

berkesinambungan menjadi suatu salah satu faktor penyebab rendahnya


ww

status kesehatan ibu dan neonatal. Di sisi lain transisi epidemiologi yang
//w

pesat memberikan urgensi semakin diperlukannya percepatan peningkatan


ps:

akses dan kualitas pelayanan rujukan melalui pemenuhan sumber daya


dan penguatan tata kelola. Sehingga peran rumah sakit saat ini diarahkan
htt

tidak hanya berfokus pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif untuk

jdih.kemkes.go.id
- 60 -

mengejar pendapatan, tetapi juga harus mempunyai peran dalam

l
tm
pencapaian program prioritas, seperti penurunan kematian maternal,

g.h
penurunan kematian bayi, penurunan stunting, penurunan wasting, dan
juga pengendalian penyakit, termasuk melalui skrining.

tan
Pemerataan akses pelayanan rujukan dan penataan jejaring pelayanan

n
-te
rujukan bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan rujukan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan

22
masterplan/rencana induk nasional fasilitas pelayanan kesehatan di

-20
Indonesia yang sedang disusun oleh Kementerian Kesehatan. Dalam hal

un
penyediaan akses pelayanan khususnya di Kawasan Timur Indonesia,

ah
dilakukan pembangunan 3 (tiga) RS UPT Vertikal Pusat di Provinsi Maluku

3-t
(Ambon), Provinsi NTT (Kupang), dan Provinsi Papua.

r-1
Penataan sistem rujukan yang efektif diperlukan guna mendukung
mo
ketersediaan akses pelayanan kesehatan. Penataan sistem rujukan
bertujuan agar terbentuknya rujukan yang efektif dan memperkuat
no

kemampuan provinsi dalam menyelesaikan kasus kesehatan penduduk di


es-

wilayahnya tanpa harus dirujuk keluar daerah. Untuk itu, perlu dilakukan
nk

identifikasi dan pemetaan tingkat kebutuhan pelayanan dan kompetensi


e
rm

jejaring fasyankes di setiap provinsi. Pemetaan kebutuhan sistem rujukan


/pe

didasarkan pada adanya disparitas kompetensi fasyankes di 34 provinsi,


dikaitkan dengan kemajuan pembangunan daerah, kondisi geografis, serta
/05

ketersediaan sumber daya khususnya tenaga kesehatan.


22

Penataan sistem rujukan yang dilakukan saat ini adalah dengan


20

pengembangan jejaring RS rujukan Nasional, Provinsi, dan Regional, serta


m/

penguatan tata laksana rujukan. Saat ini pengembangan 7 RS Rujukan


.co

Nasional yang terstandar; 2 RS Rujukan Provinsi dan 19 RS Rujukan


na

Regional akan mencakup sebaran layanan prioritas terhadap 9 (sembilan)


lya

jenis penyakit prioritas dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tertinggi


mu

secara nasional (jantung, kanker, DM, ginjal, hati, stroke/otak, KIA, TB,
penyakit infeksi). Jejaring 9 (sembilan) jenis layanan prioritas ini akan
na

dibentuk berjenjang dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di tingkat


.ai

kabupaten/kota, RSUD di tingkat provinsi sampai ke pengampu utama di


ww

RS UPT Vertikal milik Kementerian Kesehatan berdasarkan stratifikasi


//w

layanan. Sedangkan, RS Rujukan Nasional di tiap provinsi (42 RS rujukan


ps:

nasional) diproyeksikan sebagai pusat layanan unggulan dari 9 (sembilan)


jenis layanan kesehatan prioritas. Melalui upaya ini, diharapkan di setiap
htt

daerah akan terbentuk jejaring layanan unggulan (center of excellence) 9

jdih.kemkes.go.id
- 61 -

jenis penyakit prioritas yang didukung dengan jenis dan kompetensi SDM,

l
tm
serta ketersediaan sarana prasarana dan alat sesuai dengan

g.h
stratifikasi/level layanan yang ditetapkan.
Penguatan tata laksana rujukan dilakukan dengan pengembangan

tan
mekanisme komunikasi antara fasilitas pelayanan rujukan serta

n
-te
membenahi fungsi rujuk balik yang terintegrasi dan berbasis teknologi.
Mekanisme rujukan dikembangkan agar terwujudnya pembangunan sistem

22
kesehatan bersifat inklusif dan berkeadilan, terutama bagi daerah-daerah

-20
dengan tantangan infrastruktur, geografis, dan lokasi. Mengingat kondisi

un
geografis Indonesia yang beragam, disparitas pelayanan kesehatan

ah
kawasan barat dan timur Indonesia, variasi pelayanan kesehatan antar

3-t
fasyankes yang belum terstandar, sebaran kompetensi tenaga kesehatan

r-1
yang belum merata, maka komunikasi antara fasyankes yang merujuk dan
mo
dirujuk perlu diperkuat dengan sistem rujukan berbasis online dengan
berbagai aplikasinya. Pengembangan mekanisme komunikasi antara
no

fasilitas pelayanan rujukan memerlukan pemantapan roadmap


es-

pengembangan sistem pelayanan rujukan. Namun, sebagai upaya


nk

pelayanan yang relatif baru dikembangkan, upaya ini perlu didukung


e
rm

dengan kualitas dan kapasitas layanan yang mumpuni dari setiap rumah
/pe

sakit sehingga mampu menciptakan sistem rujukan yang efektif.


Peningkatan kualitas dan daya saing pelayanan rujukan dilakukan
/05

melalui akreditasi rumah sakit dan pengembangan sistem jejaring rujukan


22

serta kemitraan (sister hospital). Tercatat sebagian besar RS telah


20

terakreditasi (2.482 RS, 79,6%). Namun demikian bila dilihat dari jenjang
m/

akreditasinya, baru sebagian kecil RS yang sudah terakreditasi paripurna


.co

(36,5%), sedangkan sisanya tersebar di akreditasi perdana 645 (26%), dasar


na

209 (8,4%), madya 384 (15,5%), dan utama 334 (13,4%) (KARS, JCI, ACHSI
lya

2021). Peningkatan kualitas juga dilakukan melalui pengembangan sistem


mu

jejaring rujukan serta kemitraan (sister hospital) baik antara rumah sakit
di dalam negeri maupun luar negeri. Pengembangan RS Spesialistik yang
na

juga mampu sebagai center of excellence di regional ASEAN akan mampu


.ai

menarik kembali sekitar US$ 11,5 miliar pengeluaran untuk pelayanan


ww

kesehatan di luar negeri oleh sekitar 600 ribu hingga 1 juta penduduk
//w

setiap tahunnya yang pergi berobat ke luar negeri. Ada tiga tujuan utama
ps:

negara tempat berobat yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand di samping


negara-negara maju lainnya. Sekitar 300 ribu WNI berobat di Singapura
htt

setiap tahunnya untuk penyakit dengan komplikasi. Thailand menjadi

jdih.kemkes.go.id
- 62 -

salah satu destinasi wisata medis dengan biaya pengobatan yang cukup

l
tm
bersaing dengan Malaysia namun karena kedekatan geografis dan

g.h
kemiripan budaya antara Indonesia dan Malaysia, sekitar 80% wisatawan
medis Malaysia berasal dari Indonesia.

tan
Sejalan dengan upaya ini, pada tahun 2022-2024 akan dibangun 2

n
-te
(dua) RS UPT Vertikal Kementerian Kesehatan di Surabaya dan Makassar
yang memberikan layanan rujukan tingkat paripurna dengan layanan

22
unggulan penyakit prioritas (jantung, stroke dan kanker). Hal ini

-20
diharapkan dapat berdampak pada retensi WNI yang berobat ke luar negeri

un
dan menarik WNA yang berobat ke Indonesia. Ke depannya, RS UPT Vertikal

ah
ini diproyeksikan dapat menjadi rujukan tingkat Asia Tenggara.

3-t
Pengembangan RSK dan layanan unggulan khusus merespons transisi

r-1
epidemiologi. Transisi epidemiologi meningkatkan kebutuhan pelayanan
mo
untuk penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit jiwa, stroke,
syaraf/otak, kanker dan ortopedi. Saat ini pengembangan Layanan
no

unggulan RS diarahkan pada 9 (Sembilan) jenis penyakit prioritas dengan


es-

tingkat morbiditas dan mortalitas tertinggi secara nasional yaitu jantung,


nk

kanker, DM, ginjal, hati, stroke/otak, KIA, TB, penyakit infeksi.


e
rm

Selain itu perkembangan RSK Jiwa tidak bertambah, baik dari jumlah
/pe

RS maupun jumlah TT (50 RSK Jiwa dan 10.037 TT). Sementara dari aspek
layanan primer untuk gangguan jiwa, pada tahun 2021 dari total 514
/05

kabupaten/kota, baru 327 kabupaten/kota mempunyai puskesmas yang


22

menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dengan tenaga kesehatan terlatih


20

(Laporan Rutin Program 2021). Padahal menurut Riskesdas, prevalensi


m/

psikosis naik dari 1,7/1000 (2013) menjadi 7/1000 (2018). RSK Stroke
.co

tetap 1 dengan kapasitas sebanyak 161 TT. Demikian juga RSK Kanker
na

tetap 2 dengan kapasitas 434 TT. Oleh sebab itu, perlu dilakukan estimasi
lya

kebutuhan RSK maupun layanan unggulan khusus tersebut atas dasar


mu

perkembangan epidemi0logi PTM. Pertama, swasta bisa diberi insentif


untuk membangun RSK. Kedua, RSU yang mempunyai potensi didorong
na

untuk mengembangkan keunggulan tertentu sesuai dengan kebutuhan


.ai

PTM tersebut.
ww

Rumah Sakit sebagai Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) JKN.


//w

Sampai 31 Agustus 2021, RS yang menjadi penyedia layanan JKN


ps:

berjumlah sekitar 2.405 RS (83,5% dari total 2.878 RS). BPJS hanya
diperbolehkan mengadakan kontrak dengan RS yang sudah terakreditasi.
htt

Selain diperlukan untuk legitimasi kontrak dengan BPJS, akreditasi adalah

jdih.kemkes.go.id
- 63 -

mekanisme untuk meningkatkan mutu layanan RS. Namun akreditasi

l
tm
adalah instrumen yang bersifat “cross sectional” dan bukan proses yang

g.h
bersifat terus menerus. Untuk itu, RS perlu didorong untuk melaksanakan
audit medis secara rutin. Untuk itu Tim Kendali Mutu Kendali Biaya

tan
(TKMKB), unit independen yang sudah dibentuk di tingkat pusat dengan

n
-te
cabang di semua provinsi, perlu lebih intensif mendorong dan memantau
pelaksanaan audit medis oleh RS. Selain TKMKB, telah dibentuk juga

22
Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) di setiap provinsi yang tugasnya

-20
adalah memantau pelaksanaan “good governance” di setiap RS. Oleh sebab

un
itu, ada 3 kebijakan yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan mutu

ah
pelayanan RS, yaitu (i) mendorong proses akreditasi RS baik melalui Komisi

3-t
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan The Joint Commission (JCI), (ii)

r-1
memperkuat fungsi dan efektivitas TKMKB, dan (iii) memperkuat fungsi dan
efektivitas BPRS provinsi. mo
no

9. Ketahanan Sektor Farmasi dan Alat Kesehatan


es-

Penyediaan dan pengelolaan anggaran untuk obat dan alkes di sektor


nk

publik dilaksanakan secara konkuren antara pemerintah pusat dan


e
rm

pemerintah daerah. Pemerintah pusat mengambil peran memastikan


/pe

bahwa pasokan obat program kesehatan dan stok penyangga (buffer stock)
memadai, serta memastikan keamanan, efikasi dan kualitasnya. Secara
/05

keseluruhan, kondisi ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas telah


22

mengalami peningkatan secara signifikan, dari 79,4% di tahun 2015


20

menjadi 92,12% di tahun 2020. Namun demikian, tantangan yang dihadapi


m/

adalah disparitas ketersediaan obat dan alkes antar daerah, terutama di


.co

Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK), serta ketersediaan


na

antar tingkat pelayanan kesehatan.


lya

Penyusunan RKO belum optimal. Pada umumnya perencanaan


mu

menggunakan formulir RKO yang didasarkan pada konsumsi/penggunaan


sebelumnya tanpa mengantisipasi kebutuhan dinamis terkait perubahan
na

pola penyakit atau peningkatan cakupan program. Belum optimalnya


.ai

koordinasi perencanaan, baik di tingkat nasional, provinsi maupun


ww

kabupaten/kota seringkali menyebabkan ketidaksesuaian antara pasokan


//w

dan permintaan serta bervariasinya ketersediaan obat dan vaksin di


ps:

fasyankes. Hal ini dikarenakan masih banyak instalasi farmasi provinsi dan
kabupaten/kota yang belum menerapkan aplikasi logistik. Berdasarkan
htt

hasil evaluasi capaian indikator tahun 2021, sudah ada 137 instalasi

jdih.kemkes.go.id
- 64 -

farmasi yang telah menerapkan aplikasi e-logistik yang terintegrasi dengan

l
tm
database logistik di pusat. Belajar dari pengalaman pandemi COVID-19,

g.h
pengelolaan vaksin COVID-19 menggunakan Sistem Monitoring Imunisasi
dan Logistik Elektronik (SMILE) dapat mengatasi permasalahan terkait

tan
ketersediaan farmasi dan alkes di fasyankes yang belum real-time, di mana

n
-te
sistem tersebut telah diimplementasikan oleh 12.152 entitas, yang terdiri
dari 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 10.058 puskesmas dan 1.546

22
instansi lain. Data logistik vaksin tersebut telah terintegrasi secara baik

-20
mulai dari data ketersediaan di pusat, dinas kesehatan provinsi dan

un
kabupaten/kota sampai dengan level fasilitas pelayanan kesehatan.

ah
Sebagai upaya perbaikan secara berkesinambungan, pengelolaan obat dan

3-t
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) juga dapat memanfaatkan sistem

r-1
informasi SMILE sehingga tergambar secara real-time logistik obat, BMHP,
mo
dan vaksin mulai dari pengadaan, pendistribusian, stok, dan konsumsi.
Pengadaan obat dan alat kesehatan yang memanfaatkan e-katalog
no

semakin meningkat, sehingga sistem pengadaan obat dan alat kesehatan


es-

perlu diperkuat, terutama untuk penggunaan produk dalam negeri.


nk

E-katalog obat pada tahun 2020 telah memuat 913 item obat generik
e
rm

dan nama dagang, dan e-katalog alkes pada tahun 2020 telah memuat
/pe

6.651 jenis item alat kesehatan. Mencermati meningkatnya nilai transaksi


pembelian obat dan alkes melalui e-katalog , dan prioritas produk dalam
/05

negeri untuk masuk ke e-katalog, maka e-katalog dapat menjadi instrumen


22

insentif untuk meningkatkan kemandirian dan keterjangkauan obat dan


20

alkes. Walaupun demikian, sekitar 8% obat formularium nasional belum


m/

masuk ke dalam e-katalog. Pemesanan obat yang dilakukan oleh fasyankes


.co

juga sering tidak dipenuhi. Pembelian obat-obatan oleh rumah sakit masih
na

bermasalah karena tenggang waktu yang lama antara pemesanan dan


lya

pengiriman, dan kurangnya komunikasi antara fasyankes dengan


mu

penyedia, termasuk tunggakan pembayaran pembelian yang belum


dipenuhi. Tantangan yang terkait dengan infrastruktur dan kemampuan
na

staf tetap ditemui, terutama di DTPK, karena sistem ini bergantung pada
.ai

konektivitas online.
ww

Penggunaan Obat Rasional (POR) telah dilaksanakan di puskesmas


//w

dengan angka yang semakin meningkat. Pada tahun 2017, sebanyak 30,3%
ps:

kabupaten/kota telah menerapkan POR di puskesmas, dan pada tahun


2020 meningkat menjadi 50,72%. Walaupun demikian masih banyak
htt

puskesmas yang belum menerapkan POR antara lain dikarenakan belum

jdih.kemkes.go.id
- 65 -

semua puskesmas tersedia tenaga kefarmasian. Penggunaan antibiotik

l
tm
yang tidak rasional menjadi salah satu penyebab timbulnya Anti-Microbial

g.h
Resistance (AMR) dan belum optimalnya capaian POR di puskesmas.
Di sisi lain, sektor farmasi masih bergantung signifikan pada produk

tan
maupun bahan baku impor. Kemandirian produk farmasi dan alkes dalam

n
-te
negeri sangat dibutuhkan untuk resiliensi sistem kesehatan, terutama
dalam menghadapi krisis ke depan. Karena lebih dari 90% bahan baku obat

22
(kandungan aktif farmasi – API) adalah produk impor, nilai impor ini

-20
mencapai 30-35% dari total nilai bisnis farmasi nasional. Dari sepuluh

un
molekul obat dengan konsumsi terbesar, hanya dua (Clopidogrel dan

ah
Paracetamol) yang bahan bakunya telah diproduksi dalam negeri. Sisanya,

3-t
seperti Cefixime hingga Lansoprazole serta obat lainnya masih tergantung

r-1
pada bahan baku impor. Dari 19 konsumsi terbesar alat kesehatan, 16 di
mo
antaranya sudah diproduksi dalam negeri dan sisanya masih impor.
Namun demikian, transaksi alat kesehatan melalui e-katalog selama tahun
no

2019-2020 masih didominasi oleh produk impor (88%) dan hanya 12%
es-

merupakan produksi lokal. Dengan intervensi e-katalog, terjadi


nk

peningkatan transaksi alat kesehatan dalam negeri pada tahun 2021 yaitu
e
rm

transaksi lokal mencapai 36%. Sampai dengan tahun 2019 baru terdapat
/pe

sebelas industri produsen Bahan Baku Obat (BBO) yang tersertifikasi.


Tantangan yang dihadapi untuk kemandirian produk farmasi adalah
/05

ekosistem yang kurang mendukung kemandirian dan daya saing industri


22

dalam negeri, serta rendahnya penelitian dan pengembangan di bidang ini


20

yang direfleksikan dari rendahnya anggaran untuk hal ini. Sebesar 0,2%
m/

dari total Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP),


.co

dibandingkan dengan anggaran yang dialokasikan untuk penelitian dan


na

pengembangan farmasi di Negara Amerika sebesar 2,8%, bahkan dibanding


lya

Singapura dengan 1,9% GDP. Industri farmasi besar di dunia


mu

menghabiskan 20% hasil penjualan untuk penelitian dan pengembangan,


yang jika dibandingkan nilai totalnya adalah sama dengan jumlah Anggaran
na

Pendapatan Belanja Negara (APBN) kita. Maka dengan keterbatasan ini,


.ai

strategi yang tepat dalam merumuskan dan prioritisasi kebijakan menjadi


ww

sangat penting.
//w

Pada tahun 2020, industri alkes dalam negeri telah mampu memenuhi
ps:

56,33% standar peralatan minimal Rumah Sakit Kelas A dan 73,14%


standar peralatan minimal Rumah Sakit Kelas D. Walaupun demikian,
htt

87,7% alkes yang beredar di Indonesia adalah produk impor, sehingga

jdih.kemkes.go.id
- 66 -

masih menjadi tantangan untuk terwujudnya kemandirian alkes dalam

l
tm
negeri. Alkes yang diproduksi di dalam negeri sampai saat ini didominasi

g.h
oleh produk-produk teknologi rendah sampai menengah. Indonesia masih
belum mampu membuat alkes teknologi tinggi. Oleh karenanya, produksi

tan
dalam negeri bahan baku obat dan alat kesehatan difokuskan pada

n
-te
pemenuhan kebutuhan bahan baku obat dan alat kesehatan yang
mempunyai nilai tambah sekaligus nilai ekonomi tinggi.

22
Persentase produk alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah

-20
Tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat menunjukkan

un
peningkatan dari 78,2% pada tahun 2015 menjadi 92,7% pada tahun 2020.

ah
Walaupun demikian, kegiatan sampling yang dilakukan belum dapat

3-t
mewakili semua jenis produk alkes dan PKRT di peredaran dikarenakan

r-1
keterbatasan jumlah dan kemampuan laboratorium pengujian
mo
terakreditasi. Masih ada keterbatasan kemampuan sarana produksi
alkes/PKRT dalam pemenuhan kaidah-kaidah cara pembuatan alkes/PKRT
no

yang baik, sehingga pembinaan dan pengawasan terhadap produk dan


es-

sarana produksi alkes dan PKRT perlu ditingkatkan.


nk

Indonesia sangat berpeluang mengembangkan industri obat


e
rm

tradisional karena Indonesia masuk sebagai lima besar mega biodiversity


/pe

dunia. Obat tradisional juga menjadi salah satu fokus pengembangan


bahan baku dalam Rencana Aksi Percepatan Pengembangan Industri
/05

Farmasi dan Alat Kesehatan. Tantangan utama adalah memproduksi obat


22

tradisional yang memenuhi standar, baik dari sisi keamanan, mutu dan
20

efikasi. Masih diperlukan peningkatan kapasitas SDM, sarana, prasarana


m/

dan infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas produksi herbal yang


.co

berorientasi ekspor hingga tahun 2024. Sebagian besar dari industri obat
na

tradisional terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan tanaman obat banyak


lya

ditemukan di pulau lain di Indonesia, sehingga perlu didorong


mu

pengembangan produksi obat tradisional di seluruh Indonesia. Tantangan


yang dihadapi adalah produk ilegal obat tradisional yang marak beredar
na

dan pemanfaatan obat tradisional di pelayanan kesehatan formal.


.ai

Tantangan lainnya adalah anggaran penelitian dan pengembangan,


ww

termasuk kegiatan penelitian teknologi kesehatan (Health Technology


//w

Assessment) yang masih minim, yaitu sekitar 0,2% dari total anggaran,
ps:

dibanding Negara Amerika Serikat yang telah mencapai 2.8% dan Thailand
sebesar 1%.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 67 -

Saat ini sangat diperlukan reformasi sektor farmasi, terutama untuk

l
tm
memastikan ketersediaan obat-obatan esensial untuk penduduk miskin

g.h
atau yang mendekati garis kemiskinan. Untuk itu, penelitian dan
pengembangan menjadi kritikal sekaligus esensial.

tan
n
-te
10. Memperkuat Ketahanan Kesehatan dan Tanggap Darurat Krisis Kesehatan
Kemampuan dan kesiapsiagaan Indonesia dalam menghadapi

22
kedaruratan kesehatan masyarakat global menempati peringkat 45 dari

-20
195 negara yang dinilai Global Health Security Index/Indeks Ketahanan

un
Kesehatan Global 2021. Indonesia mempunyai skor untuk Indeks

ah
Ketahanan Kesehatan Global 50,4 di bawah Singapura yang mencapai 57,4

3-t
dan menempati peringkat 24, Malaysia dengan skor 56,4 pada peringkat

r-1
27, dan bahkan Thailand yang mencapai skor 68,2 dan berada pada
mo
peringkat 5 secara global. Dari skor 50,4 yang dicapai Indonesia, kapasitas
surveilans real-time sudah cukup bagus dengan nilai 75 dan ranking 19,
no

namun yang perlu dikuatkan adalah surveilans data dan accessibility and
es-

transparency dengan skor 20 dan peringkat 107. Sedangkan untuk


nk

kesiapsiagaan kedaruratan dan perencanaan respons, Indonesia pada


e
rm

peringkat 19 dengan skor 58,3. Terkait respons, nilai Indonesia masih


/pe

rendah pada risk communication, access to communications infrastructure,


trade and travel restrictions.
/05

Untuk memperbaiki kesiapsiagaan dan respons ini, maka Indonesia


22

harus meningkatkan kemampuan tanggap darurat krisis kesehatan, dan


20

ketahanan sistem kesehatan. Penguatan pintu masuk juga perlu dilakukan


m/

dalam mencegah masuk dan keluarnya penyakit menular dari masing-


.co

masing negara sesuai amanat International Health Regulations (IHR 2005).


na

Memperkuat tanggap darurat krisis kesehatan. Situasi darurat krisis


lya

kesehatan dapat terjadi akibat bencana alam, non alam, maupun sosial.
mu

Kedaruratan kesehatan masyarakat yang harus diantisipasi melalui


ketahanan kesehatan merupakan bagian dari bencana non alam, yaitu
na

berupa ancaman biologi, kimia, terorisme, radio-nuklir, penyakit baru,


.ai

kekurangan pangan, terlepas dari asal atau sumbernya.


ww

Sekitar 70% dari penyakit infeksi pada manusia yang (baru) muncul
//w

adalah penyakit zoonosis. Mengingat pembelajaran dari COVD-19 dan


ps:

tantangan geografis Indonesia yang rawan bencana, maka diperlukan


pendekatan multisektor yang terkoordinir untuk meningkatkan kesiapan
htt

nasional dan daerah dalam menghadapi kemungkinan krisis kesehatan di

jdih.kemkes.go.id
- 68 -

masa mendatang. Indonesia perlu memperkuat kemampuan mengurangi

l
tm
risiko krisis kesehatan dan merespons krisis kesehatan di masa yang akan

g.h
datang, terutama dalam pengendalian penyakit infeksi baru dan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM). Maka diperlukan peningkatan

tan
pencegahan dan mitigasi (to prevent), peningkatan kemampuan

n
-te
deteksi/diagnosis (to detect) termasuk penguatan sistem laboratorium
nasional dan sistem surveilans yang didukung sistem informasi yang selalu

22
siaga, peningkatan kemampuan respons terhadap kasus yang muncul (to

-20
respond) termasuk penyiapan sarana, prasarana, dan SDM yang kompeten,

un
termasuk peningkatan kapasitas industri farmasi sehingga tangguh

ah
menghadapi krisis dengan menurunkan ketergantungannya pada negara

3-t
lain, serta kapasitas dan kapabilitas logistik dan rantai suplai, mengingat

r-1
kondisi geografis yang ada.
mo
Terbukanya transportasi secara luas di dalam negeri maupun antar
negara meningkatkan potensi terjadinya perluasan KKM secara cepat.
no

Untuk itu, respons ketahanan kesehatan penting untuk dilakukan.


es-

Evaluasi eksternal gabungan atau Joint External Evaluation (JEE) tahun


nk

2017 mengidentifikasi bahwa sistem ketahanan kesehatan Indonesia masih


e
rm

lemah di bidang koordinasi dengan sektor lain dalam pencegahan, deteksi


/pe

dan terhadap kondisi darurat kesehatan masyarakat; kualitas pengawasan,


khususnya terkait patogen yang resistensi terhadap antibiotik, penyakit
/05

infeksi baru, dan PD3I; serta analisis dan komunikasi data. Karena
22

penyakit infeksi baru hampir semuanya bersifat zoonosis dan berkaitan


20

dengan lalu lintas hewan, manusia dan komoditas, maka keterlibatan lintas
m/

sektor dengan pendekatan one health (manusia, hewan, dan lingkungan)


.co

menjadi penting.
na

Surveilans penyakit berbasis laboratorium. Surveilans pada dasarnya


lya

adalah pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara


mu

sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan,


implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat. Peran surveilans
na

sangat penting dalam perbaikan intervensi kesehatan masyarakat,


.ai

khususnya pencegahan dan penanggulangan penyakit.


ww

Kebutuhan untuk deteksi dini, pencegahan dan pengendalian penyakit


//w

dan faktor risiko yang berdampak pada masyarakat melalui pemeriksaan


ps:

sampel laboratorium sangat diperlukan saat ini. Tetapi kemampuan Balai


Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)/Labkesda maupun RS yang ada di
htt

seluruh Indonesia belum optimal dalam layanan laboratorium terhadap

jdih.kemkes.go.id
- 69 -

kesehatan masyarakat. Sehingga diperlukan upaya-upaya penguatan

l
tm
melalui: (i) meningkatkan jumlah labkesmas kabupaten/kota yang

g.h
melakukan pemeriksaan spesimen penyakit; (ii) meningkatkan jumlah
labkesmas rujukan provinsi yang mampu melakukan pemeriksaaan sampel

tan
KLB/Wabah/KKM/Pandemi; dan (iii) meningkatkan jumlah labkesda dan

n
-te
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang mampu mendeteksi dini penyakit
new/re-emerging desease melalui peringatan (alert) digital.

22
Untuk mengidentifikasi kasus penyakit, bisa digunakan basis klinis

-20
maupun basis laboratorium. Dalam konteks penyakit yang baru muncul,

un
maka konfirmasi laboratorium adalah suatu keniscayaan. Pandemi COVID-

ah
19 merupakan pembelajaran yang sangat berharga tentang pentingnya

3-t
laboratorium konfirmasi sebagai pilar surveilans.

r-1
Sesuai dengan hasil evaluasi JEE terkait kemampuan sistem
laboratorium nasional, diidentifikasi mo
bahwa kapasitas laboratorium
kesehatan masyarakat (laboratorium surveilans) perlu ditingkatkan, baik
no

dari sisi kuantitas dan kualitas (sarpras, kompetensi SDM, dan


es-

kemampuan uji). Ke depan, perlu dibangun sistem surveilans nasional yang


nk

kuat dan mampu memberikan data real time surveilans yang melibatkan
e
rm

semua tingkat mulai dari puskesmas, laboratorium klinik dan laboratorium


/pe

kesehatan masyarakat. Juga harus dikembangkan laboratorium kesehatan


masyarakat dengan distribusi yang memadai serta kemampuan
/05

laboratorium yang adekuat, untuk menangani penyakit yang berpotensi


22

menimbulkan wabah dan penyakit yang baru muncul. Penguatan regulasi


20

dan koordinasi dalam surveilans dan tanggap darurat adalah prioritas


m/

penguatan tata kelola ketahanan sistem kesehatan di samping sistem


.co

informasi dan penguatan esensial di atas. Sedangkan dalam penanganan


na

bencana, strategi pemenuhan dan kesiapan sisi suplai sistem kesehatan


lya

mutlak diperlukan mulai dari tingkat komunitas, layanan primer


mu

(puskesmas utamanya), baik dari infrastruktur, sarpras, SDM, dan logistik


darurat. Penanggulangan dari sisi pengobatan, karantina, isolasi dan
na

imunisasi juga mutlak perlu pemenuhan dan penguatannya.


.ai

Di samping tentunya penguatan sistem kegawatdaruratan kesehatan


ww

yang meliputi penguatan regulasi dan koordinasi, membangun kerja sama


//w

dan jaringan internasional, serta memperkuat keterlibatan semua potensi


ps:

yang ada di komunitas seperti mobilisasi relawan, kader, posyandu,


pramuka, PKK, dan sebagainya.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 70 -

Kantor kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai garda terdepan dalam

l
tm
menjaga pintu masuk negara perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam

g.h
mendeteksi penyakit dari para pelaku perjalanan dan alat angkutnya serta
kemampuannya dalam mendeteksi potensi kedaruratan kesehatan

tan
masyarakat (KKM) yang mungkin bisa terjadi dengan masuknya penyakit

n
-te
yang menjadi varian of concern. Hal ini membutuhkan KKP yang
mempunyai kapasitas cegah-tangkal dengan melakukan pemeriksaan

22
laboratorium sederhana serta sistem informasi yang menghubungkan

-20
surveilans penyakit global dan daerah.

un
Selama masa pandemi COVID-19 terlihat bahwa kabupaten/kota

ah
perlu mempunyai kemampuan dalam mendeteksi dan menangani KKM.

3-t
Oleh sebab itu kabupaten/kota perlu memiliki kemampuan mengelola data

r-1
informasi kesehatan wilayah agar bisa melakukan sistem kewaspadaan dini
mo
dan tata laksana KKM, seperti melakukan karantina dan isolasi wilayah
yang diwujudkan dalam bentuk rencana kontijensi dan simulasi yang
no

dilakukan di lapangan.
es-

Pelaksanaan Intra Action Review (IAR) menjadi platform untuk


nk

memperkuat koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk mereview


e
rm

respons COVID-19 secara berkala, mengidentifikasi


/pe

pembelajaran/kekuatan dan identifikasi gaps/tantangan untuk


meningkatkan respons COVID-19. Beberapa perkembangan dalam respons
/05

COVID-19 yang didapat dari pelaksanaan IAR ini diantaranya telah


22

tersedianya Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) sesuai


20

perkembangan keilmuan dan situasi pandemi yang dijadikan sebagai acuan


m/

dalam melakukan pengendalian COVID-19 di daerah. Pelibatan multisektor


.co

dalam penguatan koordinasi dan komando telah dilakukan dalam


na

penyusunan dan monitoring rencana operasi nasional dan daerah serta


lya

review berkala respon COVID-19. Pengembangan sistem surveilans juga


mu

telah dikuatkan, terutama surveilans berbasis laboratorium yang


terintegrasi, interoperable dan real-time yang terkoordinasi antar daerah
na

dengan pusat melalui digitalisasi sistem surveilans terintegrasi (aplikasi


.ai

Peduli Lindungi terintegrasi dengan NAR, Silacak dan aplikasi terkait


ww

vaksinasi).
//w

Penguatan surveilans berbasis komunitas bertujuan untuk


ps:

peningkatan deteksi dini terhadap penyakit yang terjadi di masyarakat,


yang kemudian diverifikasi oleh petugas kesehatan (puskesmas). Laporan
htt

yang telah diverifikasi ditindaklanjuti dengan pengambilan spesimen oleh

jdih.kemkes.go.id
- 71 -

petugas untuk penegakan diagnosa. Diagnosa pasti melalui pemeriksaan

l
tm
laboratorium diperlukan untuk penentuan tindakan pengendalian

g.h
dan/atau penanggulangan di masyarakat. Oleh karena itu surveilans
berbasis laboratorium menjadi dukungan utama dalam pengendalian

tan
penyakit.

n
-te
Upaya surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit, juga penting
dilakukan sebagai upaya kesiapsiagaan sebelum terjadi penularan pada

22
manusia. Indonesia yang merupakan negara tropis kepulauan menjadi

-20
tempat yang ideal bagi berkembangnya vektor dan binatang pembawa

un
penyakit. Tingginya populasi vektor dan binatang pembawa penyakit

ah
menyebabkan Indonesia endemis berbagai penyakit tular vektor dan

3-t
zoonotik dan sering kali menimbulkan KLB di beberapa wilayah di

r-1
Indonesia, yang mana penyakit ini berpotensi menimbulkan kedaruratan
mo
kesehatan masyarakat. Pengendalian vektor merupakan upaya preventif
yang penting dalam pencegahan penyakit, apabila populasi vektor dapat
no

diturunkan maka penularan penyakit akan dapat dihindari sedini


es-

mungkin. Data vektor yang real time akan memberikan informasi sedini
nk

mungkin dalam rangka pengendalian vektor serta pencegahan penyakit


e
rm

yang ditularkan melalui vektor.


/pe

11. Sistem Pembiayaan Kesehatan


/05

Belanja kesehatan Indonesia per kapita telah menunjukkan


22

peningkatan berarti menjadi rata-rata Rp 1,8 juta/kapita/tahun di tahun


20

2019 (dari Rp 1,1 juta/kapita/tahun di tahun 2012). Total belanja


m/

kesehatan ini mewakili hanya 3,1% dari PDB (CHE 2,9% dan capital
.co

formation 0,2%), di mana proporsi Total Belanja Kesehatan (TBK) terhadap


na

PDB relatif statis dan tidak mengalami perubahan bermakna dibanding


lya

tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan pemerintah telah mendorong


mu

peningkatan belanja kesehatan publik untuk pemenuhan prasyarat


pendanaan sesuai perintah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, yaitu
na

pemenuhan minimal 5% dari APBN dan 10% dari Anggaran Pendapatan


.ai

Belanja Daerah (APBD) untuk belanja di sektor kesehatan. Hal ini


ww

berdampak pada peningkatan kontribusi pendanaan skema pemerintah


//w

yang mewakili sebesar 52,1% dari TBK 2019. Peningkatan tersebut


ps:

didorong oleh peningkatan belanja skema pemerintah daerah dan skema


JKN; dengan komposisi 6,2% belanja pemerintah pusat, 4,6% pemerintah
htt

provinsi, 18,2% pemerintah kabupaten/kota dan 23,1% skema JKN.

jdih.kemkes.go.id
- 72 -

Penyelenggaraan skema JKN menyebabkan perubahan pola belanja

l
tm
kesehatan, yang telah menurunkan porsi belanja Out-of-Pocket (OOP)

g.h
terhadap TBK seiring dengan perluasan cakupan kepesertaan JKN. Skema
askes swasta juga tetap berkembang di era JKN yang mengindikasikan

tan
peningkatan pembiayaan skema JKN tidak menghambat pasar asuransi

n
-te
kesehatan swasta.
Porsi skema non-publik di tahun 2019 tercatat sebesar 47,9% dari

22
TBK, di mana mayoritas porsi belanja kesehatan swasta dibiayai dari rumah

-20
tangga (67,1% dari skema non-publik). Pada tingkat rumah tangga, hasil

un
olahan Susenas Maret 2019 menunjukkan penurunan belanja OOP terjadi

ah
pada semua kuintil (lapisan ekonomi masyarakat). Proporsi penurunan

3-t
OOP pada rumah tangga yang memiliki jaminan kesehatan JKN lebih tinggi

r-1
dibanding rumah tangga yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Hal ini
mo
mengindikasikan program JKN dengan perluasan cakupan 2019 mencapai
83,86% telah memberikan proteksi risiko keuangan rumah tangga akibat
no

sakit menjadi 32,1% dari TBK (48,5% di tahun 2013). Selain itu, data NHA
es-

2019 menunjukkan sebagian besar belanja kesehatan digunakan untuk


nk

memperoleh layanan rumah sakit (55,7% dari TBK) berupa pengobatan


e
rm

akibat sakit karena pola deteksi dini belum berjalan optimal, yang dapat
/pe

ditandai dengan rendahnya belanja untuk layanan deteksi dini. Sementara


belanja di FKTP di puskesmas dan klinik swasta sebesar 23,7 % dari TBK.
/05

Di sisi lain, terjadinya pandemi COVID-19 sejak 2020 berdampak pada


22

perubahan fokus penganggaran pemerintah baik pemerintah pusat


20

maupun daerah yang lebih inovatif namun tetap efektif dan efisien.
m/

Anggaran kesehatan tahun 2020-2021 baik pemerintah pusat maupun


.co

daerah terdampak dengan adanya penanganan pandemi yang menjadi


na

fokus pemerintah. Hal ini tercermin dari peningkatan anggaran kesehatan


lya

yang lebih dari 50% dari anggaran awal 2020. Anggaran kesehatan
mu

pemerintah pusat dan daerah pada tahun 2020 mencapai Rp 172,254


triliun dan turun di tahun 2021 menjadi Rp 169,724 (per 29 Agustus 2021).
na

Anggaran Kementerian Kesehatan untuk tahun 2020 sebesar Rp 102,207


.ai

triliun dan tahun 2021 menjadi Rp 96,856 triliun, yang sekitar 46-49% dari
ww

total dianggarkan untuk membayar iuran PBI. Anggaran kesehatan daerah


//w

meningkat dari Rp 37.110 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 39.055 triliun


ps:

di tahun 2021. Meskipun anggaran kesehatan meningkat substansial


selama pandemi, sebagian besar ditujukan untuk penanganan pandemi,
htt

sehingga pembiayaan program-program terdampak, di samping

jdih.kemkes.go.id
- 73 -

pelaksanaan program, terutama terkait pelayanan kesehatan esensial

l
tm
mengalami disrupsi akibat berbagai kendala selama pandemi. Akselerasi

g.h
pencapaian berbagai program prioritas perlu menjadi perhatian,
mempertimbangkan perlambatan selama hampir dua tahun terakhir.

tan
Berbagai skema pembiayaan yang ada perlu disinkronisasi agar bergerak

n
-te
menuju tujuan yang sama. Integrasi pembiayaan kesehatan dari berbagai
skema baik pemerintah pusat-daerah dan pemerintah-swasta, perlu

22
dilakukan secara seksama dan konsisten untuk mendukung pencapaian

-20
SDGs meningkatkan aksesibilitas serta mutu pelayanan yang inklusif dan

un
berkeadilan. Pembiayaan UKM menjadi tanggung jawab pemerintah, baik

ah
melalui APBN dan atau APBD. Perlu ada jaminan pembiayaan kesehatan di

3-t
APBN dan APBD serta ada keseimbangan pembiayaan yang memadai untuk

r-1
UKP dan UKM. Penguatan dan pengembangan berbagai skema dalam
mo
rangka pembiayaan kesehatan yang lebih efektif dan efisien perlu
dilakukan, termasuk penguatan perencanaan pembiayaan kesehatan di
no

daerah; reviu utilisasi pelayanan dan tarif pembiayaan pelayanan,


es-

pengembangan skema kerja sama pemerintah dan swasta, dan redistribusi


nk

beban UKP (yang lebih fokus pada kuratif) di pelayanan kesehatan primer
e
rm

publik dan swasta secara proporsional, mengacu pada regulasi yang ada.
/pe

Pemberlakuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan,


pelaksanaan dan ekspansi JKN dan akselerasi penyelenggaraan program
/05

pembangunan kesehatan membutuhkan dukungan pembiayaan yang


22

memadai. Sementara pembiayaan kesehatan di Indonesia masih terfokus


20

pada pembiayaan kuratif (59%) dibanding dengan layanan primer yang


m/

lebih fokus pada promotif dan preventif yang berkisar pada 22%, dan obat
.co

atau alkes sebesar 5%. Selama tahun 2010-2019, persentase belanja


na

kesehatan terhadap GDP di Indonesia relatif konstan, hanya naik bergeser


lya

pada angka 3,1%-3,3%. Tingkat pengeluaran kesehatan Indonesia (Total


mu

Health Expenditure/THE) termasuk yang terendah dibandingkan dengan


negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah lainnya (5,9% dari
na

PDB).
.ai

Di lain pihak, analisis terhadap keuangan daerah memperlihatkan


ww

bahwa kemampuan daerah sangat terbatas, di mana anggaran daerah


//w

(APBD) sebagian besar berasal dari transfer dana pusat, termasuk DAK
ps:

Fisik dan DAK Nonfisik. Peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) kecil, yaitu
sekitar 10%.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 74 -

Belanja Pegawai (BP) rata-rata mencapai 46% dari APBD, sehingga

l
tm
konsekuensinya untuk belanja non-gaji hanyalah 54%. Dengan

g.h
keterbatasan tersebut daerah juga harus mengalokasikan 20% APBD untuk
pendidikan dan pembiayaan SPM lain di luar SPM kesehatan, serta

tan
berbagai kebutuhan lain (termasuk infrastruktur). Data menunjukkan,

n
-te
hanya 177 dari 514 kabupaten/kota yang mematuhi ketentuan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengalokasikan

22
10% dari anggaran pemerintah daerah untuk Kesehatan, diluar gaji. Untuk

-20
itu, upaya memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan dari

un
berbagai sumber, baik pemerintah, non pemerintah maupun masyarakat

ah
(swasta, filantropi, CSR, dan lain-lain) harus ditingkatkan. Kondisi ini

3-t
membutuhkan upaya advokasi yang intens baik di tingkat pusat maupun

r-1
provinsi/kabupaten/kota, termasuk advokasi untuk pembiayaan yang
mo
berfokus pada kegiatan promotif dan preventif, serta pemanfaatan dana
desa untuk penguatan UKBM.
no
es-

12. Ketersediaan dan Pemenuhan Tenaga Kesehatan


nk

Penyebaran dan pemenuhan tenaga kesehatan. Dalam Peraturan


e
rm

Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan


/pe

Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyebutkan


bahwa salah satu pendekatan perencanaan SDM kesehatan adalah
/05

mengacu pada standar ketenagaan berdasarkan rasio tenaga terhadap


22

jumlah penduduk. Di mana berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator


20

Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar


m/

Target Rasio Kebutuhan SDMK Tahun 2014, 2019, dan 2025. Maka
.co

proyeksi rasio kebutuhan SDMK untuk tahun 2025 untuk setiap 100.000
na

penduduk adalah: (a) 12 dokter spesialis, (b) 50 dokter umum; (c) 14 dokter
lya

gigi, (d) 200 perawat, (e) 130 bidan, (f) 21 perawat gigi, (g) 15 apoteker, (h)
mu

30 asisten apoteker, (i) 18 SKM, (j) 20 sanitarian, (k) 12 ahli gizi, (l) 5
keterapian fisik, (m) 18 keterapian medis, (n) analis, (o) biomedis, (p)
na

epidemiolog, dan (q) tenaga laboratorium.


.ai

Jumlah dan jenis tenaga kesehatan puskesmas dapat dihitung


ww

berdasarkan standar ketenagaan minimal di puskesmas mengacu pada


//w

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas


ps:

dan dengan perhitungan kebutuhan tenaga di puskesmas berdasarkan


beban kerja.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 75 -

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2019, ada 363.714 tenaga

l
tm
kesehatan yang bertugas di puskesmas dengan proporsi terbesar adalah

g.h
bidan yaitu sebesar 41,66% dan yang paling sedikit adalah dokter gigi
(2,16%). Dari total 10.134 puskesmas seluruh Indonesia, hanya 44,25%

tan
puskesmas yang memiliki 5 jenis tenaga promotif dan preventif kesehatan,

n
-te
meningkat dari 2018 yang mencapai 40%. Keterisian puskesmas dengan 9
(sembilan) jenis tenaga kesehatan lengkap di provinsi lain rata-rata masih

22
di bawah 50%. Secara nasional terdapat 20% puskesmas yang kekurangan

-20
dokter, 31,6% puskesmas dengan status jumlah dokter cukup, dan 48,4%

un
puskesmas yang memiliki jumlah dokter melebihi standar kebutuhan

ah
minimal. Ada tiga provinsi yang memiliki lebih dari setengah puskesmasnya

3-t
kekurangan tenaga dokter, yaitu Provinsi Papua Barat (63,3%), Papua

r-1
(58,2%), dan Maluku (51,7%). Sebaliknya, terdapat 13 provinsi dengan
mo
persentase puskesmas yang memiliki jumlah dokter berlebih terhadap total
puskesmas di atas 50%. Terdapat 77,9% puskesmas memiliki jumlah
no

perawat melebihi dari standar yang ditetapkan. Hanya 15,8% puskesmas


es-

dengan kategori kurang, dan 6,32% puskesmas dengan kategori cukup.


nk

Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase puskesmas dengan kekurangan


e
rm

perawat yang tinggi (78%). Demikian pula untuk bidan, terdapat 83,5%
/pe

puskesmas memiliki jumlah bidan lebih dari standar yang ditetapkan.


Hanya 12,91% puskesmas dengan kategori kurang, dan 3,6% puskesmas
/05

dengan kategori cukup. Hanya dua provinsi memiliki persentase


22

puskesmas kekurangan tenaga bidan di atas 50%, yaitu DKI Jakarta


20

sebesar 68,5% dan Papua sebesar 53,26%.


m/

Rasio tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) untuk setiap


.co

1.000 penduduk meningkat dari 1,88 di tahun 2013 menjadi 2,51 pada
na

tahun 2018. Jika dilihat berdasarkan jenisnya, pada tahun 2021 per 1.000
lya

penduduk, rasio tenaga kesehatan dokter berada di angka 0,52, kemudian


mu

bidan berada di angka 1,70, dan perawat berada di angka 2,28. Variasi rasio
in cukup tinggi baik antar provinsi maupun antar kabupaten/kota dalam
na

suatu provinsi. Perlu pula diperhatikan rasio tenaga kesehatan di bagian


.ai

timur Indonesia dengan densitas populasi yang rendah, luas wilayah


ww

jangkauan, maupun kondisi geografis serta ketersediaan infrastruktur yang


//w

ada.
ps:

Jumlah dokter spesialis di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2021


sebesar 43.173 orang dengan proporsi terbanyak yaitu spesialis dasar:
htt

spesialis anak, spesialis dalam, spesialis obgyn dan spesialis bedah

jdih.kemkes.go.id
- 76 -

(44.14%) dan proporsi paling sedikit yaitu dokter gigi spesialis (10%). Pada

l
tm
tahun 2019, provinsi dengan jumlah dokter spesialis terbanyak adalah DKI

g.h
Jakarta, yaitu 6.174 orang dan Jawa Timur sebanyak 5.156 orang.
Sedangkan provinsi dengan jumlah dokter spesialis paling sedikit adalah

tan
Sulawesi Barat (93 orang) dan Maluku (96 orang).

n
-te
Masalah-masalah yang sering ditemukan terkait perencanaan
kebutuhan SDMK antara lain:

22
a. Adanya penafsiran yang berbeda oleh pemangku kepentingan yang

-20
terkait dan para perencana SDMK di daerah terhadap kebijakan-

un
kebijakan perencanaan kebutuhan SDMK sehingga menimbulkan

ah
keraguan dalam memilih dan menggunakannya dalam proses

3-t
penyusunan perencanaan kebutuhan SDMK;

r-1
b. Belum optimalnya kapasitas para perencana SDMK dalam
mo
merencanakan kebutuhan SDMK di mana tingkatan administrasi
pemerintahan;
no

c. Perencanaan SDMK masih kurang didukung sistem informasi


es-

manajemen SDMK yang terintegrasi antar pemangku kepentingan;


nk

d. Tim perencana SDMK di daerah belum berfungsi secara optimal dalam


e
rm

perencanaan kebutuhan SDMK;


/pe

e. Pembinaan perencanaan SDMK secara berjenjang kurang terintegrasi


dan belum berkesinambungan; dan
/05

f. Implementasi perencanaan SDMK kurang didukung dengan kebijakan


22

lokal baik kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota maupun


20

pemerintah daerah provinsi.


m/

Beberapa permasalahan perencanaan SDMK yang dihadapi


.co

pemerintah daerah saat ini antara lain:


na

a. Komitmen pemerintah daerah dalam bentuk dukungan anggaran,


lya

peningkatan kapasitas tenaga perencana SDMK, dan dukungan tindak


mu

lanjut terhadap dokumen perencanaan kebutuhan SDMK masih


kurang;
na

b. Pelaporan dokumen perencanaan kebutuhan SDMK secara berjenjang


.ai

ke provinsi dan pusat belum berjalan sebagaimana mestinya;


ww

c. Belum mendapatkan laporan perencanaan kebutuhan SDMK secara


//w

periodik dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi;


ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 77 -

d. Perpindahan tenaga perencana SDMK yang sudah dilatih tentang

l
tm
perencanaan SDMK masih tinggi;

g.h
Perencanaan kebutuhan yang baik dan terintegrasi dapat digunakan
sebagai dasar untuk penyediaan, pemenuhan dan pengembangan tenaga

tan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

n
-te
Dalam hal produksi tenaga kesehatan, masalah yang ditemukan
antara lain:

22
a. Kurangnya rumah sakit pendidikan dan dosen pendidik klinik dalam

-20
pendidikan kedokteran;

un
b. Masih rendahnya rasio dosen dan mahasiswa pada pendidikan

ah
kedokteran dan tenaga kesehatan;

3-t
c. Kurangnya kuota mahasiswa pendidikan tenaga kesehatan;

r-1
d. Terbatasnya fakultas kedokteran yang melaksanakan pendidikan
dokter spesialis; mo
e. Masih rendahnya kualitas pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia
no

bagian timur; dan


es-

f. Beasiswa pendidikan bagi putra daerah di daerah prioritas masih


nk

terbatas.
e
rm

Beberapa solusi untuk mengatasi kesenjangan sebaran tenaga


/pe

kesehatan di beberapa daerah yang memiliki kekurangan tenaga


dokter/dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya:
/05

a. Penyusunan perencanaan kebutuhan dan perencanaan pemenuhan


22

tenaga kesehatan yang akurat;


20

b. Pembuatan regulasi tentang pengaturan tenaga kesehatan, dokter dan


m/

dokter gigi yang berlebih di satu daerah, percepatan pemenuhan


.co

tenaga kesehatan di daerah, dan pengaturan pendayagunaan tenaga


na

kesehatan;
lya

c. Pemenuhan tenaga kesehatan melalui mekanisme Calon Pegawai


mu

Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja


(P3K);
na

d. Penempatan dokter internsip di puskesmas dan rumah sakit serta


.ai

dokter paska internsip;


ww

e. Pendayagunaan tenaga kesehatan melalui penugasan khusus,


//w

pengangkatan melalui DAK Nonfisik;


ps:

f. Meninjau kembali sistem pembiayaan kesehatan yang berdasar sistem


kapitasi;
htt

jdih.kemkes.go.id
- 78 -

Data menunjukkan rasio dokter berbanding puskesmas mengalami

l
tm
peningkatan dari 1,99 (Rifaskes, 2011) menjadi 2,08 dokter per puskesmas

g.h
(Risnakes, 2017). Rasio dokter per puskesmas di sebagian besar provinsi di
wilayah barat Indonesia menunjukkan peningkatan, sebaliknya di wilayah

tan
timur rasio dokter berbanding puskesmas menunjukkan penurunan. Selain

n
-te
itu, terjadi disparitas keberadaan dokter di puskesmas. Data Risnakes 2017
menunjukkan terjadi peningkatan ketiadaan dokter puskesmas di provinsi

22
wilayah timur Indonesia bila dibandingkan kondisi berdasarkan hasil

-20
Rifaskes tahun 2011.

un
Berdasarkan data sebaran di atas, terlihat bahwa masih terdapat

ah
kesenjangan distribusi di beberapa daerah, terutama untuk DTPK.

3-t
Penyediaan tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam pemenuhan

r-1
kekurangan tenaga di puskesmas sebagai garda terdepan dalam pemberian
mo
layanan kesehatan primer di suatu wilayah. Selain itu, adanya pandemi
COVID-19 menjadi tantangan dalam pemenuhan tenaga dari segi jumlah
no

maupun kualitas (kompetensi) tenaga kesehatan. Perlu adanya strategi


es-

nasional yang efektif dan efisien antara lain melalui penyiapan proyeksi
nk

pemetaan produksi tenaga kesehatan, perencanaan kebutuhan,


e
rm

pemenuhan dan pengembangan tenaga kesehatan. Dengan adanya strategi


/pe

tersebut, maka penyediaan tenaga kesehatan dapat presisi dalam hal


jumlah, jenis dan sebarannya di seluruh Indonesia. Salah satu upaya
/05

menjawab tantangan pemenuhan tenaga kesehatan adalah dengan


22

akselerasi produksi tenaga kesehatan melalui pendidikan. Akselerasi


20

tersebut berupa pemberian afirmasi bantuan/beasiswa pendidikan bagi


m/

calon dokter/dokter gigi, dokter spesialis/dokter gigi spesialis maupun


.co

SDM kesehatan, sehingga para penerima afirmasi bantuan/beasiswa pasca


na

pendidikan tersebut dapat didayagunakan dalam pemenuhan tenaga


lya

erutama di DTPK. Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan


mu

juga dapat turut andil dalam pemenuhan tenaga di puskesmas sesuai


standar.
na

Berbagai upaya untuk mengurangi kesenjangan serta dalam rangka


.ai

pemenuhan akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk DTPK


ww

secara permanen dilakukan melalui pengangkatan CPNS, sementara untuk


//w

penempatan yang bersifat temporer dilakukan antara lain dengan


ps:

pendayagunaan tenaga kesehatan melalui penugasan khusus tenaga


kesehatan; penempatan dokter, dokter gigi dan bidan Pegawai Tidak Tetap
htt

(PTT), penempatan dokter internship, pendayagunaan pasca pendidikan

jdih.kemkes.go.id
- 79 -

oleh pemerintah daerah bagi lulusan yang mendapat bantuan dana

l
tm
pendidikan program afirmasi pendidikan tinggi tenaga kesehatan

g.h
(padinakes), rekrutmen tenaga dengan menggunakan dana DAK Nonfisik,
dan pengangkatan tenaga BLUD.

tan
Pendayagunaan melalui penugasan khusus tenaga kesehatan

n
-te
dilakukan baik secara tim maupun individu. Penugasan khusus secara tim
terdiri dari dokter, dokter gigi dan jenis tenaga kesehatan lainnya.

22
Pendayagunaan secara individu merupakan penugasan individual untuk

-20
dokter spesialis, calon dokter spesialis, dokter, dokter gigi dan tenaga

un
kesehatan lainnya. Untuk penugasan melalui PTT saat ini hanya untuk PTT

ah
yang tersisa. Masih ada sisa penugasan PTT yang tidak bisa diangkat

3-t
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena usia telah melewati batas

r-1
maksimal penerimaan yaitu di atas usia 35 tahun saat pertama kali
mo
dilakukan pendaftaran. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 48
no

Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi CPNS,


es-

Pengangkatan yang antara lain tidak lagi mengizinkan pemerintah pusat


nk

dan daerah melakukan rekrutmen tenaga honorer (kontrak) menimbulkan


e
rm

dilema dalam pemenuhan tenaga kesehatan. Untuk itu diperlukan metode


/pe

penempatan tenaga kesehatan di puskesmas yang inovatif dan operasional.


Dalam lima tahun ke depan, penempatan tenaga dengan skema khusus
/05

akan dilanjutkan dan diperkuat melalui inovasi yang tepat, khususnya


22

untuk daerah DTPK.


20

Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, perlu


m/

didukung juga oleh SDM Kesehatan yang profesional. Untuk menjamin


.co

terwujudnya standar kualitas dan profesionalisme SDM Kesehatan perlu


na

dilakukan pembinaan dan pengelolaan SDM Kesehatan dengan


lya

memperhatikan kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Program pelatihan


mu

SDM kesehatan menjadi sangat penting. Peningkatan keterampilan di


bidang klinik melalui on-the-job training (magang) dan peningkatan
na

kemampuan bidang manajerial untuk para kepala puskesmas dan dinas


.ai

kesehatan melalui berbagai pelatihan perlu dipertimbangkan dan


ww

diperkuat. Pendayagunaan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan


//w

(LPDP) untuk program pendidikan kedokteran, peningkatan kuota beasiswa


ps:

tenaga kesehatan putra daerah, afirmasi pendidikan tinggi tenaga


kesehatan dan peningkatan kualitas dan distribusi pendidikan tinggi
htt

tenaga kesehatan diharapkan dapat memacu ketersediaan SDMK,

jdih.kemkes.go.id
- 80 -

termasuk perlunya simplifikasi proses adaptasi tenaga kesehatan WNI

l
tm
lulusan luar negeri untuk bekerja di tanah air.

g.h
Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) sebagai
sumber data tenaga kesehatan dan sudah banyak dimanfaatkan dalam

tan
pengambilan keputusan vaksinasi nakes, insentif nakes, validasi usulan

n
-te
formasi (nusantara sehat, maupun CASN) maupun kajian dalam penelitian
kesehatan perlu diperkuat terkait kepatuhan dan kualitas pengisian

22
datanya. Sehingga diperlukan komitmen bersama antara pemerintah pusat

-20
dan daerah serta penguatan dari sisi anggaran yang mendukung secara

un
berkesinambungan guna menjamin kelengkapan dan validitas data tenaga

ah
kesehatan. Selain itu diperlukan dukungan APBD untuk membangun

3-t
sinergisitas serta interoperabilitas data antar sistem yang ada di

r-1
kementerian, lembaga dan daerah.
mo
13. Penguatan Teknologi Kesehatan, Tatakelola, dan Pengembangan Kebijakan
no

Kesehatan
es-

Pengembangan dan penguatan pemanfaatan teknologi kesehatan.


nk

Pada situasi disrupsi dan perkembangan teknologi yang terus berkembang,


e
rm

pemanfaatan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan merupakan


/pe

sebuah keniscayaan. Lebih khusus lagi pada aspek terkait kesehatan.


Pandemi COVID-19 telah memberikan pembelajaran yang sangat berharga
/05

terkait peranan teknologi kesehatan dalam penanganan dan pemberian


22

pelayanan kesehatan. Dengan demikian, menjadi penting penguatan


20

pemanfaatan teknologi kesehatan yang lebih integratif.


m/

Pemanfaatan teknologi informasi bidang kesehatan sudah cukup luas,


.co

di antaranya pada aspek perencanaan kesehatan melalui e-planning, e-


na

budgeting dan e-monev. Sistem informasi yang dikembangkan dan


lya

digunakan untuk menyediakan data kesehatan juga sangat beragam,


mu

seperti SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis), SIHA (Sistem Informasi


HIV/AIDS), KOMDAT (Komunikasi Data), sistem PIS-PIK (Program
na

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga), e-sismal (Sistem Informasi


.ai

Surveilans Malaria). Integrasi sistem data harus dilakukan untuk


ww

menghasilkan data yang sahih dan reliabel. Integrasi data JKN dengan
//w

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) serta pemanfaatan data Pelayanan BPJS


ps:

Kesehatan juga harus dilakukan.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 81 -

Perbaikan SIK melalui Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) yang

l
tm
diaplikasikan sebagai sistem informasi penyelenggaraan pelayanan

g.h
kesehatan terpadu berbasis IT bertujuan meningkatkan sistem rujukan
antara FKTP dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).

tan
Pengembangan juga dilakukan terhadap sistem rekam medis elektronik

n
-te
yang dapat mendukung pertukaran data resume medis pasien antar rumah
sakit (smart care). Pada periode 2020-2024 ini, SIK diarahkan untuk

22
pemantapan layanan informasi kesehatan yang lebih cepat, valid, resource

-20
sharing (pemantapan SIK standar berbasis elektronik terintegrasi dan

un
pemantapan penerapan SIK di fasilitas pelayanan kesehatan).

ah
Meskipun implementasi SIK sudah dilakukan di berbagai aspek dan

3-t
sektor, namun tantangan dan keterbatasan pemanfaatan teknologi dan

r-1
digital masih ada. Sehingga optimalisasi pemanfaatan SIK masih dan tetap
mo
perlu dilakukan. Beberapa potensi yang ada terkait teknologi dan digital
dalam optimalisasi SIK yaitu: (i) pengguna internet terus mengalami
no

kenaikan hingga 170 juta pengguna, (ii) penggunaan smartphone terus


es-

mengalami kenaikan hingga lebih dari 60%, (iii) pertumbuhan ekonomi


nk

internet terbesar dan tercepat di ASEAN mencapai USD44 miliar, dan (iv)
e
rm

ekspektasi/proyeksi pertumbuhan pendapatan kesehatan digital di tahun


/pe

2022 mencapai 60%, terlebih atau didorong karena adanya pandemi


COVID-19 yang memaksa masyarakat untuk mempunyai kebiasaan baru
/05

yaitu salah satunya melalui sistem digital.


22

Meskipun peluang terkait optimalisasi teknologi dan digital pada


20

konteks SIK ada dan terus berkembang, namun tantangan yang dihadapi
m/

dalam pemanfaatan teknologi dan digital di SIK juga masih ada. Beberapa
.co

hambatan yang dihadapi yaitu:


na

a. Data Terfragmentasi
lya

Saat ini, data dan aplikasi terkait sektor kesehatan pada prinsipnya
mu

tersedia namun terfragmentasi dan belum terintegrasi secara penuh.


Terdapat lebih dari 400 sistem dan aplikasi dalam Kementerian
na

Kesehatan yang masih terpisah dari database BPJS, BPOM dan


.ai

BKKBN. Tingginya fragmentasi dan jumlah aplikasi dengan berbagai


ww

sistem pendataan, tidak saja membutuhkan input berulang namun


//w

juga data yang berbeda-beda, yang pada ujungnya menyebabkan


ps:

rendahnya pemanfaatan data yang ada di semua level. Lebih lanjut


lagi, terkait keterhubungan data dan sistem aplikasi antara
htt

pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang juga belum memiliki

jdih.kemkes.go.id
- 82 -

integrasi yang baik. Banyak dari pemerintah daerah yang memiliki

l
tm
aplikasi terkait kesehatan yang terpisah dan tidak terintegrasi dengan

g.h
sistem aplikasi Kementerian Kesehatan. Serta banyak dari aplikasi
terkait kesehatan yang diberikan Kementerian Kesehatan untuk

tan
daerah (pemerintah daerah dan/atau puskesmas) yang tidak

n
-te
operasional dan tidak efektif di daerah yang menyebabkan pengisian
data berulang dan sumber data yang menjadi sangat beragam.

22
b. Keterbatasan Regulasi

-20
Masuknya era digital dan pembelajaran dari pandemi COVID-19 telah

un
menunjukkan pentingnya digitalisasi sistem kesehatan. Namun

ah
penerapan digitalisasi ini masih terdapat berbagai kendala, seperti

3-t
keterbatasan regulasi yang mengatur legalitas, etika, proteksi, standar

r-1
data dan interoperabilitas, serta privasi pasien.
c. Minimnya Investasi Swasta. mo
Meski pun IoT (Internet of Things) memiliki pertumbuhan ekonomi yang
no

besar (terbesar dan tercepat di ASEAN) dengan nilai USD44 miliar,


es-

namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan investasi swasta


nk

terkait digitalisasi kesehatan. Berdasarkan data, baru 2% investasi


e
rm

swasta dari total digital health deal volume share di Asia. Dengan
/pe

demikian, menjadi penting untuk menggabungkan antara potensi yang


ada dan tantangan yang dihadapi untuk penguatan teknologi dan
/05

digital terkait kesehatan.


22

Terfragmentasinya SIK memperkuat alasan untuk mengembangkan


20

inisiatif Satu Data yang telah dicanangkan oleh Presiden melalui Peraturan
m/

Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia (Perpres SDI).
.co

Satu Data Indonesia adalah kebijakan tata kelola data pemerintah untuk
na

menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dan dapat


lya

dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagipakaikan antara


mu

instansi pusat dan instansi daerah. Hingga saat ini masih diperlukan
penguatan implementasi dan tata kelola inisiatif ini. Pemanfaatan data
na

pemerintah tidak terbatas pada penggunaan internal antar instansi, tetapi


.ai

juga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan data publik bagi masyarakat.


ww

Kebijakan Satu Data ini dilaksanakan dengan strategi melalui


//w

pengembangan satu standar data, satu metadata yang baku, dan satu
ps:

portal.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 83 -

Pada konteks pengembangan dan penguatan pemanfaatan teknologi

l
tm
dalam sektor kesehatan, pandemi COVID-19 telah memberikan pelajaran

g.h
bahwa kapasitas deteksi dan respon krisis kesehatan melalui SIK yang
adekuat akan memberikan dampak yang positif terhadap penanganan dan

tan
pengendalian situasi krisis kesehatan di kemudian hari, terlebih dengan

n
-te
tingginya disparitas yang ada. Untuk itu diperlukan pengembangan dan
penyeragaman proses bisnis terkait sistem informasi dan surveilans yang

22
selalu siaga antar level baik nasional dan daerah. Melalui keseragaman

-20
proses bisnis tersebut, maka proses monitoring dan evaluasi terkait contact

un
tracing lintas daerah menjadi lebih mudah dan integratif.

ah
Percepatan implementasi standar pelaporan dan sistem informasi

3-t
manajemen kesehatan, mengoptimalkan penggunaan inovasi kesehatan

r-1
digital, optimalisasi pemanfaatan internet, mengumpulkan data surveilans
mo
real-time dan membuat perubahan bertahap dari pelaporan agregat ke
pelaporan individu merupakan investasi jangka panjang yang harus
no

dilakukan untuk menguatkan pelaporan data rutin dan data program yang
es-

dapat diakses secara real-time. Saat ini telah terdapat data rutin dan data
nk

real time dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan, seperti: terkait kematian
e
rm

ibu dan bayi, Kemenkes telah mengembangkan MPDN (Maternal Perinatal


/pe

Death Notification), ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi


Berbasis Masyarakat) yang memberikan data secara real time terkait
/05

kematian ibu, bayi dan status gizi.


22

Penguatan SIK dilakukan melalui langkah-langkah prioritas berupa


20

penataan transaksi data di fasilitas pelayanan kesehatan, optimalisasi


m/

aliran dan integrasi data, serta peningkatan pemanfaatan data dan


.co

informasi. Penataan data transaksi di fasilitas pelayanan kesehatan


na

meliputi pengembangan Aplikasi Keluarga Sehat, pembenahan standar


lya

system informasi di puskesmas (revisi SP2TP/SP3/SIMPUS),


mu

pengembangan dan perluasan implementasi sistem informasi elektronik di


puskesmas, penyempurnaan pengaturan rekam medis serta
na

pengembangan dan perluasan implementasi sistem informasi di RS.


.ai

Optimalisasi aliran data dan integrasi/interoperabilitas data transaksi


ww

dalam dan antar fasilitas pelayanan Kesehatan juga ditingkatkan, termasuk


//w

aliran data dari fasilitas pelayanan kesehatan, kabupaten/kota dan


ps:

provinsi terus ditingkatkan. Upaya peningkatan pemanfaatan data dan


informasi meliputi peningkatan kualitas data, penguatan analisis data,
htt

jdih.kemkes.go.id
- 84 -

penyusunan data dan informasi, serta diseminasi dan publikasi data dan

l
tm
informasi juga perlu terus diperkuat.

g.h
Oleh karena itu, transformasi digital dalam bidang kesehatan menjadi
hal yang tidak terhindarkan dan untuk mempercepat hal tersebut maka

tan
Kementerian Kesehatan akan membangun Indonesian Health Services (IHS)

n
-te
untuk mewujudkan interoperabilitas dan integrasi layanan kesehatan
digital yang digunakan oleh masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, dan

22
stakeholder terkait lainnya.

-20
IHS merupakan platform ekosistem digital kesehatan yang

un
dikembangkan dengan melalui pendekatan platform as a services yang

ah
menyediakan konektivitas data, analisis, dan layanan untuk mendukung

3-t
dan mengintegrasikan berbagai aplikasi Kesehatan yang digunakan oleh

r-1
fasyankes (industri kesehatan) di Indonesia. Adapun layanan IHS meliputi
mo
layanan primer, layanan sekunder, layanan kefarmasian dan alat
kesehatan, ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan,
no

dan bioteknologi. Prinsip utama dalam pengembangan platform IHS


es-

diantaranya:
enk
rm

1. Platform berbasis layanan, yaitu membangun data kesehatan nasional


yang berfokus pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
/pe

2. Standardisasi arsitektur dan spesifikasi, yaitu membangun standar


/05

arsitektur dan spesifikasi yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi


22

pelaku industri kesehatan.


20

3. Kolaborasi ekosistem industri kesehatan, yaitu menjadi wadah yang


m/

dapat digunakan oleh semua pelaku industri kesehatan.


.co

4. Open Application Programming Interface (API) berbasis microservices,


na

yaitu mewujudkan semangat kolaborasi yang berdampak positif dalam


lya

hal faster time to market bagi pelaku industri kesehatan.


5. Kepatuhan melalui keterpaduan, yaitu melakukan pengendalian,
mu

pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pelaku industri kesehatan.


na

6. Manfaat imbal balik melalui kemudahan layanan dan informasi


.ai

terintegrasi, yaitu IHS memberikan manfaat bagi ekosistem pelaku


ww

industri kesehatan yang tergabung didalamnya, berupa data hasil


//w

olahan big data analytics serta informasi terintegrasi.


ps:

Penguatan tata kelola. Beberapa isu yang mempengaruhi kinerja tata


htt

kelola penyelenggaraan kesehatan nasional adalah: (1) sinkronisasi

jdih.kemkes.go.id
- 85 -

penyelenggaraan urusan kesehatan antara pusat dan daerah, (2)

l
tm
ketersediaan NSPK di bidang kesehatan, (3) kelembagaan, (3) pembiayaan,

g.h
(4) pelaksanaan SPM bidang kesehatan, (5) integrasi data dan kemudian
yang juga penting adalah (6) kinerja organisasi Kementerian Kesehatan.

tan
Penyelenggaraan urusan kesehatan harus sinkron dari pusat hingga

n
-te
ke provinsi, kabupaten/kota, dan bahkan desa. Sesuai Pasal 12 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kesehatan

22
menjadi urusan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar. Pasal 9 UU ini

-20
menyebutkan bahwa penyelenggaraannya bersifat konkuren pada lingkup

un
upaya kesehatan, SDM kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan dan

ah
makanan dan pemberdayaan masyarakat pada bidang kesehatan dengan

3-t
pembagian kewenangan untuk tiap tingkatan pemerintahan.

r-1
Pada pembagian kewenangan ini pemerintah pusat lebih banyak
memiliki kewenangan dalam menentukan mo standarisasi, melakukan
pembinaan dan pengawasan, serta upaya pelaksanaan yang berdimensi
no

nasional dan global. Sementara itu penyediaan (provision/delivery) hasil


es-

(produk atau jasa) penyelenggaraan kesehatan ke masyarakat lebih


nk

merupakan domain kewenangan pemerintah daerah. Oleh sebab itu maka


e
rm

pemerintah pusat saat ini telah memperkuat pelimpahan kewenangan


/pe

tersebut dengan Transfer Keuangan ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).


Transfer ini bahkan hingga pada level desa berupa dana desa, yang
/05

penggunaannya juga terkait dengan penyediaan layanan dasar (termasuk


22

kesehatan) di desa. Kementerian Kesehatan sebagai leading sector urusan


20

kesehatan harus memperkuat kewenangannya pada aspek pengaturan,


m/

pembinaan dan pengawasan. Jika dibutuhkan maka Kementerian


.co

Kesehatan perlu mentransformasi dirinya dari yang semula sebagai


na

kementerian lebih bercorak rowing (pelaksanaan) menjadi kementerian


lya

yang juga kuat pada aspek ruling atau steering (pengaturan).


mu

Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota memerlukan


NSPK sebagai pedoman dalam menafsirkan pelaksanaan urusan kesehatan
na

yang menjadi kewenangannya. Kementerian Kesehatan perlu menyiapkan


.ai

NSPK misalkan yang terkait dengan standarisasi dan registrasi tenaga


ww

kesehatan, penyediaan obat, vaksin, alat kesehatan, dan suplemen


//w

kesehatan, pengadaan alat kesehatan, pelaksanaan program prioritas,


ps:

pelayanan kesehatan serta penegasan perbedaan pemberdayaan yang


dilakukan pusat dan daerah (Bappenas, 2019).
htt

jdih.kemkes.go.id
- 86 -

Jika dirincikan lebih jauh maka akan dapat disusun banyak NSPK.

l
tm
Namun perlu diperhatikan agar antar NSPK tidak saling tumpang tindih

g.h
dan jelas substansinya.
Kementerian Kesehatan berkepentingan untuk melakukan pembinaan

tan
teknis bagi pemerintah daerah agar terdapat standar yang sama dalam

n
-te
penyelenggaraan urusan kesehatan antar daerah, serta terjadi keselarasan
dengan kebijakan nasional/pusat. Kebijakan dan strategi penyelenggaraan

22
urusan kesehatan di daerah dirumuskan dalam Rencana Pembangunan

-20
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Renstra Dinas Kesehatan dan Rencana

un
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Kementerian Kesehatan harus

ah
berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dalam memberikan

3-t
pembinaan teknis dalam proses perencanaan maupun verifikasi teknis atas

r-1
hasil rumusan rencana oleh pemerintah daerah. Pengaturan dan
mekanisme untuk pembinaan tersebut mo dapat ditentukan dengan
memperhatikan prinsip efektivitas dan efisiensi.
no

Tata kelembagaan dalam penyelenggaraan urusan kesehatan juga


es-

menjadi isu yang penting. Provinsi pada dasarnya merupakan daerah


nk

otonom, namun demikian, pemerintah pusat perlu mengefektifkan


e
rm

(mendayagunakan) peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat (WPP).


/pe

Kementerian Kesehatan harus berkoordinasi dengan Kementerian Dalam


Negeri untuk melakukan pembinaan teknis bagi pemerintah provinsi agar
/05

dapat menjalankan pembinaan dan pengawasan bagi pemerintah


22

kabupaten/kota dalam melaksanakan NSPK, perencanaan dan


20

penganggaran bidang kesehatan, serta penugasan pemerintah pusat ke


m/

pemerintah kabupaten/kota. Kementerian Kesehatan perlu menyusun


.co

mekanisme atau tata hubungan teknis (bukan hierarki) antara dinas


na

kesehatan di kabupaten/kota dan dinas kesehatan di provinsi. Kemudian


lya

merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,


mu

Kementerian Kesehatan perlu menyiapkan NSPK bagi pemerintah desa


dalam penyediaan layanan dasar kesehatan di wilayahnya.
na

Pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan urusan kesehatan di


.ai

daerah dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas


ww

untuk layanan primer dan rumah sakit untuk layanan tingkat lanjutan.
//w

Kementerian Kesehatan perlu memperkuat tata hubungan kelembagaan


ps:

antara dinas kesehatan, puskesmas dan RSUD. Penguatan tata hubungan


ini juga perlu mengatur sistem rujukan antara puskesmas, RSUD tipe C
htt

dan kemudian dengan RSUD tipe yang lebih tinggi. Kelembagaan yang baik

jdih.kemkes.go.id
- 87 -

dalam hal pelayanan kesehatan akan memastikan bahwa penyelenggaraan

l
tm
urusan kesehatan memiliki kualitas pelayanan yang baik untuk

g.h
masyarakat. Selain itu, swasta juga perlu ditingkatkan kontribusinya
dalam pelayanan kesehatan.

tan
Penyelenggaraan urusan kesehatan yaitu kewenangan tentang

n
-te
pembiayaan kesehatan, pengawasan obat dan makanan, produksi dan
distribusi obat dan alat kesehatan, keamanan pangan, pengelolaan rumah

22
sakit, serta lainnya seperti kesehatan lingkungan, kesehatan reproduksi

-20
dan banyak hal lainnya melibatkan peran dari Kementerian/Lembaga

un
lainnya. Kementerian Kesehatan juga perlu membangun koordinasi, serta

ah
dukungan dan supervisi teknis sesuai dengan kewenangan bagi

3-t
Kementerian/Lembaga tersebut. Selanjutnya Kementerian Kesehatan

r-1
harus memastikan agar aspek kesehatan menjadi acuan dan perhatian
mo
dalam penyelenggaraan urusan lainnya seperti pendidikan, pekerjaan
umum, pengelolaan lingkungan, olah raga, dan lainnya, mengingat bahwa
no

urusan kesehatan merupakan urusan lintas sektor dan sebagai penerapan


es-

HIAPs.
nk

Isu berikutnya yang sangat penting dalam penyelenggaraan urusan


e
rm

kesehatan adalah pembiayaan atau penganggaran oleh negara. Belanja


/pe

Kementerian Kesehatan sebesar Rp 67,3 triliun pada 2019 dan meningkat


menjadi Rp 84,3 triliun. Anggaran kesehatan pada tahun 2019 sebesar Rp
/05

113,6 triliun, naik signifikan Rp 212,5 triliun pada 2020 dan sedikit
22

menurun menjadi Rp 169,7 triliun pada 2021. Pada 2021, penggunaan


20

anggaran tersebut diarahkan untuk percepatan pemulihan kesehatan,


m/

diikuti peningkatan akses dan mutu layanan melalui penguatan sistem


.co

kesehatan, dengan kebijakan.


na

Untuk mendukung penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah,


lya

Pemerintah menyiapkan TKDD, yang pada tahun 2021 diarahkan untuk


mu

mendorong peningkatan peran pemerintah daerah dalam pemulihan


ekonomi, serta peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan. TKDD
na

cenderung meningkat dari 2016 sebesar Rp 710,3 triliun, kemudian


.ai

menjadi Rp 813 triliun (2019), Rp 763,9 triliun (2020) dan Rp 795,5 triliun
ww

pada 2021. Penggunaan TKDD pada 2021 meliputi dukungan untuk


//w

program prioritas reformasi kesehatan, pembangunan puskesmas,


ps:

pembangunan dan peningkatan RS rujukan, penguatan intervensi stunting


dan BOK untuk puskesmas.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 88 -

Kementerian Kesehatan perlu memastikan penggunaan anggaran

l
tm
TKDD tersebut agar efektif sesuai dengan peruntukannya dan efektif

g.h
mencapai tujuan dan targetnya. Kementerian Kesehatan harus
berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk melakukan

tan
peningkatan kapasitas pemerintah kabupaten/kota serta menyiapkan

n
-te
NSPK agar tujuan TKDD tersebut diadaptasi dengan baik pada proses
perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan di daerah.

22
Kementerian Kesehatan juga dapat melakukan pendampingan dan

-20
supervisi teknis bagi dinas kesehatan daerah dalam penggunaan TKDD

un
untuk urusan kesehatan.

ah
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

3-t
Standar Pelayanan Minimal, telah ditetapkan SPM Bidang Kesehatan

r-1
daerah provinsi yang terdiri atas :
a. mo
Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan
akibat bencana dan/atau berpotensi bencana provinsi
no

b. Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa


es-

provinsi.
nk

Kemudian juga ditetapkan SPM Bidang Kesehatan daerah


e
rm

kabupaten/kota yang terdiri atas :


/pe

a. Pelayanan kesehatan ibu hamil


b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
/05

c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir


22

d. Pelayanan kesehatan balita


20

e. Pelayanan kesehatan pada usia Pendidikan dasar


m/

f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif


.co

g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut


na

h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi


lya

i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus


mu

j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat


k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis
na

l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang


.ai

melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency


ww

Virus), yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/preventif.


//w
ps:

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 kemudian


mengamanatkan agar Kementerian Kesehatan :
htt

jdih.kemkes.go.id
- 89 -

a. Menyusun standar teknis SPM setelah berkoordinasi dengan

l
tm
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga lain yang

g.h
terkait
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap penerapan

tan
SPM di tingkat provinsi. Sementara itu Gubernur sebagai wakil

n
-te
pemerintah pusat melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penerapan SPM di tingkat kabupaten/kota secara umum dan teknis

22
c. Merumuskan sanksi administratif bagi kepala daerah yang tidak

-20
melaksanakan SPM Bidang Kesehatan setelah berkoordinasi dengan

un
Kementerian/Lembaga lain yang terkait

ah
Selanjutnya Kementerian Kesehatan perlu membuat peta kondisi

3-t
pencapaian SPM di seluruh daerah secara mutakhir. Berdasarkan peta

r-1
pencapaian SPM ini maka Kementerian Kesehatan dapat mengidentifikasi
mo
penyebabnya, kemudian merumuskan intervensi yang diperlukan sesuai
dengan kewenangannya. Sebagai salah satu alat untuk memastikan
no

penyelenggaraan urusan kesehatan di daerah berjalan baik, sistem


es-

pelaporan dan pemutakhiran pencapaian SPM ini masih memerlukan


nk

perbaikan dalam banyak aspek.


e
rm

Tata kelola di bidang kesehatan akan lebih baik jika telah


/pe

menggunakan sistem informasi yang sudah terintegrasi. Untuk


pengembangan dan penggunaan SIK dapat mengacu pada Peraturan
/05

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan dan


22

Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan


20

Berbasis Elektronik. Isu penting dalam hal sistem informasi ini adalah
m/

ketersediaan, pemutakhiran dan keterpaduan data. Penyelenggaraan


.co

urusan kesehatan secara nasional yang berbasis data harus


na

memperhatikan aspek volume yang sangat besar, kecepatan pertumbuhan


lya

data dan format data yang beragam.


mu

Kementerian Kesehatan perlu mempercepat pengembangan sistem


data yang memadukan seluruh sistem pendataan yang ada di mana
na

lembaga yang terkait dengan kesehatan. Kementerian Kesehatan dalam hal


.ai

ini dapat menyiapkan:


ww

a. Penyediaan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat


//w

dipertanggungjawabkan, dan serta mudah diakses. Konsep ini disebut


ps:

sebagai Satu Data (Bappenas, 2021) yang harus disepakati dan


digunakan bersama oleh berbagai lembaga yang terkait
htt

jdih.kemkes.go.id
- 90 -

b. Konsep big data untuk menampung himpunan data (data set) yang

l
tm
besar, berbeda-beda, dan kompleks (Bappenas, 2021)

g.h
c. Proses pengumpulan, pengaturan dan analisis data
Untuk peningkatan kualitas tata kelola urusan kesehatan, maka

tan
Kementerian Kesehatan dapat menyiapkan sistem yang memungkinkan :

n
-te
a. Proses pengumpulan data dan validasinya dari berbagai tempat sejak
dari puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya secara

22
terpadu dan sedapat mungkin real time.

-20
b. Penggunaan data yang sama untuk proses pengambilan keputusan di

un
tingkat fasilitas kesehatan, pemerintah daerah, Kementerian/Lembaga

ah
dan lembaga.

3-t
c. Keterpaduan data dalam sistem statistik daerah, statistik nasional,

r-1
sistem pengaduan masyarakat, JKN dan lainnya.
mo
Situasi pandemi COVID-19 telah memberikan pembelajaran akan
no

pentingnya kolaborasi dan kerja sama tidak hanya lintas sektor, tetapi juga
es-

antar wilayah dan negara. Sehingga menjadi penting konteks kemitraan


nk

dalam dan luar negeri dalam potensi dan tantangan untuk pencapaian
e
rm

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.


/pe

Tata kelola kesehatan akan sangat ditentukan oleh kualitas tata kelola
di tingkat organisasi Kementerian Kesehatan. Setidaknya ada dua
/05

parameter yang digunakan yaitu nilai akuntabilitasnya sebagai instansi


22

pemerintah atau Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan


20

(SAKIP) sesuai Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2015 dan
m/

opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan Undang-undang


.co

Nomor 15 Tahun 2004.


na

SAKIP merupakan penilaian kinerja instansi pemerintah. Indikator


lya

yang digunakan dalam penilaian ini adalah perencanaan kerja, pengukuran


mu

kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi internal dan capaian kinerja yang ada
di seluruh instansi. Kementerian Kesehatan mendapat penilaian SAKIP
na

yang terus meningkat dari 73,1 pada 2016 hingga 78,1 pada 2020
.ai

(Kementerian PAN dan RB, 2021). Capaian SAKIP Kementerian Kesehatan


ww

ini termasuk dalam predikat sangat baik (BB), dan sudah terhindar dari
//w

predikat di bawahnya yang cenderung memungkinkan terjadinya inefisiensi


ps:

dalam penggunaan anggarannya.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 91 -

Sementara itu Kementerian Kesehatan juga sudah mendapatkan opini

l
tm
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) sebanyak delapan kali berturut-turut.

g.h
Opini WTP ini memperlihatkan akuntabilitas Kementerian Kesehatan
sebagai instansi/institusi kepada publik/masyarakat, yaitu dengan

tan
memiliki administrasi keuangan yang akuntabel atau dapat

n
-te
dipertanggungjawabkan.
Dalam melihat kualitas tata kelola pemerintahan pada konteks yang

22
lebih luas, nilai reformasi birokrasi diperlukan untuk mengukur ‘status’

-20
dari kualitas tata kelola pemerintahan di Kementerian Kesehatan. Nilai

un
reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2019 adalah 78,9

ah
dengan kategori BB (Baik). Nilai tersebut telah melebihi target yaitu 78,1.

3-t
Berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 26 Tahun 2020, nilai

r-1
tersebut memiliki makna yaitu secara instansional mampu mewujudkan
mo
sebagian besar sasaran reformasi birokrasi (akuntabilitas kinerja dan
keuangan, kualitas pelayanan publik, pemerintah yang bersih dan bebas
no

KKN, dan kinerja organisasi), namun pencapaian sasaran pada tingkat unit
es-

kerja hanya sebagian kecil saja. Hal ini menjadi penting karena menjadi
nk

masukan bagi Kementerian Kesehatan dalam memperkuat intervensi pada


e
rm

tingkat unit kerja. Salah satu komponen pengungkit dalam penilaian


/pe

reformasi birokrasi tersebut adalah implementasi aplikasi e-Performance.


Hasil penilaian atas capaian kinerja dan akuntabilitas administrasi
/05

keuangan di atas, menunjukkan bahwa Kementerian Kesehatan telah


22

menjalankan organisasinya sejalan dengan prinsip tata kelola yang baik.


20

Oleh sebab itu maka Kementerian Kesehatan harus terus memperkuat


m/

kapasitas tata kelolanya secara berkelanjutan, antara lain dengan


.co

memperluas dan menginternalisasikan reformasi birokrasi, semangat


na

antikorupsi dan profesionalisme ke dalam budaya kerja di lingkungan


lya

organisasinya.
mu

Pengembangan dan pemanfaatan kebijakan kesehatan.


Pengembangan kebijakan merupakan langkah awal dan faktor esensial
na

dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Hal ini terlihat dari Sistem


.ai

Kesehatan Nasional (SKN), di mana salah satu sub-sistemnya ialah


ww

penelitian dan pengembangan kesehatan. Dalam mendukung


//w

pembangunan kesehatan, pengembangan kebijakan kesehatan diarahkan


ps:

pada kegiatan-kegiatan inovatif untuk menyediakan berbagai informasi


sebagai evidence-based. Pengembangan kebijakan harus melibatkan
htt

pemangku kepentingan terkait seperti koordinasi dengan pusat studi

jdih.kemkes.go.id
- 92 -

kesehatan, pakar, lembaga non-profit dalam dan luar negeri dan daerah

l
tm
pelaksana kebijakan.

g.h
Sampai saat ini telah banyak dihasilkan penelitian dan pengembangan
kesehatan oleh Kementerian Kesehatan, seperti riset tentang beban

tan
penyakit (Burden of Disease), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Riset

n
-te
Ketenagaan di Bidang Kesehatan (Risnakes), Riset Fasilitas Kesehatan
(Rifaskes), Riset Status Gizi, Studi Diet Total, Riset Vektor, Riset Etnografi,

22
Sample Registration System, dan Riset Etnofarmakologi, yang dipergunakan

-20
sebagai bahan pengembangan kebijakan.

un
Pengembangan kebijakan yang diterjemahkan melalui rekomendasi-

ah
rekomendasi kebijakan harus dapat menjadi jembatan dan input utama

3-t
atas proses formulasi dan reformasi kebijakan yang baru dalam

r-1
mendukung pencapaian target yang telah ditetapkan. Efektivitas dan
mo
pemanfaatan rekomendasi kebijakan yang telah disusun akan terlihat jika
ditindaklanjuti menjadi suatu produk kebijakan yang jelas.
no

Saat ini proses pengembangan kebijakan yang telah diselenggarakan


es-

masih perlu dioptimalkan lebih lanjut agar menjadi katalis utama dalam
nk

proses formulasi dan reformasi kebijakan.


e
rm

Meskipun penelitian dan pengembangan kebijakan telah dan terus


/pe

dilakukan oleh Kementerian Kesehatan sebagai bentuk evidence-based


untuk pemanfaatan kebijakan, namun masih terdapat beberapa tantangan
/05

dan potensi dalam penelitian dan pengembangan kebijakan kesehatan,


22

yaitu sebagai berikut:


20

a. Rendahnya alokasi anggaran untuk penelitian dan pengembangan


m/

Alokasi anggaran untuk penelitian dan pengembangan di Indonesia


.co

memiliki persentase yang masih relatif rendah yaitu hanya 0,2% dari
na

total GDP. Persentase tersebut relatif rendah jika dibandingkan Negara


lya

Amerika yang mencapai 2,8% dan Singapura sebesar 1,9%. Meski pun
mu

persentase alokasi tersebut perlu dikaji dan/atau dibandingkan lebih


lanjut dengan implementasinya, namun persentase alokasi anggaran
na

tersebut mengindikasikan belum optimalnya aspek perencanaan


.ai

untuk pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy)


ww

yang baik yang dapat diukur salah satunya melalui pendanaan yang
//w

memadai. Melalui pendanaan yang memadai, maka perencanaan,


ps:

material, dan proses pelaksanaan penelitian dan pengembangan akan


memiliki ruang gerak yang lebih bebas dan leluasa.
htt

jdih.kemkes.go.id
- 93 -

b. Penguatan kualitas dan implementasi hasil penelitian dan

l
tm
pengembangan kebijakan kesehatan

g.h
Berdasarkan evaluasi akhir tahun (end term review), Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, diketahui bahwa indikator

tan
jumlah dokumen kebijakan perencanaan, anggaran, dan evaluasi

n
-te
pembangunan kesehatan yang berkualitas mengalami peningkatan
dan mencapai target dari tahun 2015 sebesar 25 dokumen menjadi 26

22
dokumen di tahun 2019. Salah satu faktor keberhasilan pencapaian

-20
indikator ini adalah regulasi peraturan perundangan-undangan yang

un
menjadi dasar sebagai pedoman sekaligus memberikan mandat

ah
kepada kementerian/lembaga/daerah untuk melaksanakan proses

3-t
dan mekanisme perencanaan, penganggaran, dan monitoring secara

r-1
berkualitas dengan pendekatan holistik, integratif, spasial, dan
tematik. mo
Indikator terkait kualitas dokumen tersebut perlu dielaborasi lebih
no

lanjut dengan melihat indikator lanjutannya yaitu jumlah rekomendasi


es-

kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang


nk

diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku


e
rm

kepentingan. Berdasarkan evaluasi akhir tahun (end term review),


/pe

Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, diketahui bahwa


target indikator tersebut telah berhasil dicapai dari target dari 120
/05

rekomendasi kebijakan menjadi 144 rekomendasi kebijakan di tahun


22

2019. Ketercapaian indikator ini memiliki makna bahwa jumlah


20

rekomendasi kebijakan (policy brief/policy papers) yang ditulis


m/

berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan yang


.co

disampaikan dalam forum atau pertemuan kepada pengelola program


na

dan atau pemangku kepentingan telah dilakukan yang bertujuan


lya

untuk efektivitas pemanfaatan hasil penelitian yang telah dihasilkan.


mu

Selain itu, diperlukan juga dukungan sistem yang mengakomodasi


pengembangan sistem informasi yang terintegrasi sebagai sarana
na

komunikasi dialogis antara peneliti/analis (pengembang kebijakan),


.ai

pengambil keputusan dan pelaksana program bidang kesehatan di


ww

tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, lembaga penelitian dan


//w

perguruan tinggi, serta antar peneliti. Sistem informasi terintegrasi


ps:

harus mampu membentuk “poros kebijakan kesehatan” yang mampu


menghimpun semua data dan informasi untuk proses formulasi
htt

kebijakan. Pemanfaatan data hasil penelitian untuk perumusan

jdih.kemkes.go.id
- 94 -

kebijakan hingga saat ini masih dirasakan kurang, sehingga perlu ada

l
tm
upaya menerapkan pendekatan berbasis kebutuhan klien (client

g.h
oriented research approach). Peneliti/analis didorong untuk paham,
terlibat dan menjadi bagian dari proses kebijakan, sementara pihak

tan
pengambil kebijakan ditarik untuk paham dan terlibat dalam proses

n
-te
penelitian dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk
pengambilan kebijakan.

22
-20
un
ah
3-t
r-1
mo
no
es-
enk
rm
/pe
/05
22
20
m/
.co
na
lya
mu
na
.ai
ww
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 95 -

ml
BAB II

.ht
VISI, MISI, DAN TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN

ng
KESEHATAN

ta
ten
A. Visi Kementerian Kesehatan

2-
02
Visi Nasional pembangunan jangka panjang adalah terciptanya manusia

-2
yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta masyarakat yang

un
makin sejahtera dalam pembangunan yang berkelanjutan.

tah
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan

3-
makmur sesuai dengan RPJPN 2005-2025, Presiden terpilih sebagaimana

-1
or
tertuang dalam RPJMN 2020-2024 telah menetapkan Visi Presiden 2020-2024:

om
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong Royong”. s-n
ke
Untuk melaksanakan visi Presiden 2020-2024 tersebut, Kementerian
en

Kesehatan menjabarkan visi Presiden di bidang kesehatan, yaitu “Menciptakan


rm

Manusia yang Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan”.


/pe

Pembangunan manusia dilakukan berlandaskan pada Tiga Pilar


/05

Pembangunan, yakni, (i) layanan dasar dan perlindungan sosial, (ii)


22

produktivitas, dan (iii) pembangunan karakter. Melalui tiga pilar ini, Pemerintah
20

Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM


m/

menjadi sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil,
.co

dan berkarakter.
na
lya

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


u

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
am

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi


ain

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
w.

Pembangunan kesehatan mempunyai peran sentral sebagai fondasi dalam


ww

peningkatan kualitas SDM, khususnya terkait aspek pembangunan sumber


://

daya manusia sebagai modal manusia (human capital).


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 96 -

ml
B. Misi Kementerian Kesehatan

.ht
Dalam rangka mencapai terwujudnya visi Presiden yakni: “Terwujudnya

ng
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan

ta
Gotong Royong”, maka telah ditetapkan 9 (sembilan) misi Presiden tahun 2020-

ten
2024, yakni:

2-
02
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;

-2
2. Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing;

un
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;

tah
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;

3-
5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;

-1
or
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan

om
Terpercaya;
7. s-n
Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada
ke
Seluruh Warga;
en

8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;


rm

9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.


/pe

Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk


/05

penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing


22

khususnya di bidang farmasi dan alat kesehatan, Kementerian Kesehatan telah


20

menjabarkan misi Presiden Tahun 2020-2024, sebagai berikut:


m/

1. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi, Ibu, Anak, dan Remaja;


.co

2. Perbaikan Gizi Masyarakat;


na
lya

3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;


u

4. Pembudayaan GERMAS;
am

5. Memperkuat Sistem Kesehatan.


ain
w.

C. Tujuan Kementerian Kesehatan


ww

Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kementerian Kesehatan di


://

atas, maka ditetapkan tujuan yang akan dicapai selama periode 2020-2024
ps

sebagai berikut:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 97 -

ml
1. Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Primer yang Komprehensif dan

.ht
Berkualitas, serta Penguatan Pemberdayaan Masyarakat;

ng
2. Tersedianya Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas;

ta
3. Terciptanya Sistem Ketahanan Kesehatan yang Tangguh;

ten
4. Terciptanya Sistem Pembiayaan Kesehatan yang Efektif, Efisien dan

2-
02
Berkeadilan;

-2
5. Terpenuhinya SDM Kesehatan yang Kompeten dan Berkeadilan;

un
6. Terbangunnya Tata Kelola, Inovasi, dan Teknologi Kesehatan yang

tah
Berkualitas dan Efektif.

3-
-1
or
D. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan

om
Dalam rangka mencapai tujuan Kementerian Kesehatan di atas, maka
s-n
ditetapkan sasaran strategis Kementerian Kesehatan sebagai berikut:
ke
Tujuan Sasaran Strategis
en

1 Terwujudnya Pelayanan 1.1 Menguatnya promotif preventif di


rm

Kesehatan Primer yang FKTP melalui UKBM dan


/pe

Komprehensif dan pendekatan keluarga


/05

Berkualitas serta Penguatan 1.2 Terpenuhinya sarana, prasarana,


22

Pemberdayaan Masyarakat obat, BMHP, dan alat kesehatan


20

pelayanan kesehatan primer


m/
.co

1.3 Menguatnya tata kelola manajemen


na

pelayanan dan kolaborasi publik-


lya

swasta
u

2 Tersedianya Pelayanan 2.1 Terpenuhinya sarana prasarana,


am

Kesehatan Rujukan yang alat kesehatan, obat, dan bahan


ain

Berkualitas medis habis pakai (BMHP)


w.

pelayanan kesehatan rujukan


ww

2.2 Menguatnya tata kelola manajemen


://

dan pelayanan spesialistik


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 98 -

ml
Tujuan Sasaran Strategis

.ht
2.3 Menguatnya dan terdistribusinya

ng
mutu RS, layanan unggulan, dan

ta
pengembangan layanan lain

ten
3 Terciptanya Sistem 3.1 Menguatnya produksi alat

2-
02
Ketahanan Kesehatan yang kesehatan, bahan baku obat, obat,

-2
Tangguh obat tradisional, dan vaksin dalam

un
negeri

tah
3.2 Menguatnya surveilans yang

3-
adekuat

-1
or
3.3 Menguatnya sistem penanganan

om
bencana dan kedaruratan kesehatan
4 Terciptanya Sistem 4.1
s-n
Terpenuhinya pembiayaan
ke
Pembiayaan Kesehatan yang kesehatan yang berkeadilan pada
en

Efektif, Efisien dan kegiatan promotif dan preventif


rm

Berkeadilan 4.2 Menguatnya pembiayaan kesehatan


/pe

nasional secara efektif, efisien dan


/05

berkeadilan untuk mencapai


22

Universal Health Coverage (UHC)


20
m/

5 Terpenuhinya SDM 5.1 Meningkatnya pemenuhan dan


.co

Kesehatan yang Kompeten pemerataan SDM kesehatan yang


na

dan Berkeadilan berkualitas


lya

5.2 Meningkatnya kompetensi dan


u

sistem pendidikan pelatihan SDM


am

kesehatan
ain

5.3 Meningkatnya sistem pembinaan


w.
ww

jabatan fungsional dan karier SDM


kesehatan
://
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 99 -

ml
Tujuan Sasaran Strategis

.ht
6 Terbangunnya Tata Kelola, 6.1 Meningkatnya sistem pelayanan

ng
Inovasi, dan Teknologi kesehatan dalam ekosistem

ta
Kesehatan yang Berkualitas teknologi kesehatan yang

ten
dan Efektif terintegrasi dan transparan dalam

2-
02
mendukung kebijakan kesehatan

-2
berbasis bukti

un
6.2 Meningkatnya kebijakan kesehatan

tah
berbasis bukti

3-
6.3 Meningkatnya tata kelola

-1
or
pemerintahan yang baik

om
Gambar 2.1 s-n
ke
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan & Sasaran Strategis Kemenkes
en
rm
/pe
/05
22
20
m/
.co
na
ulya
am
ain
w.

E. Indikator Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan


ww

Kerangka Renstra Kementerian Kesehatan pada dasarnya merujuk pada


://

visi dan misi Presiden, serta RPJMN 2020-2024. Salah satu acuan penting
ps

dalam RPJMN ialah sasaran pokok pembangunan kesehatan yang terdiri dari 17
htt

jdih.kemkes.go.id
- 100 -

ml
indikator yang kemudian dimasukan ke dalam Renstra Kementerian Kesehatan

.ht
sesuai pada konteks dan level indikatornya, yaitu sebagai berikut:

ng
1. Angka kematian ibu (per 100.000 KH)

ta
2. Angka kematian bayi (per 1.000 KH)

ten
3. Angka kematian neonatal (per 1.000 KH)

2-
02
4. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap pada anak usia 12-23 bulan (%)

-2
5. Prevalensi stunting pada balita (%)

un
6. Prevalensi wasting pada balita (%)

tah
7. Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV)

3-
8. Insidensi TB (per 100.000 penduduk)

-1
or
9. Eliminasi malaria (kabupaten/kota)

om
10. Persentase merokok penduduk usia 10-18 tahun (%)
11. Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18 s-n
ke
12. Jumlah kabupaten/kota sehat (kabupaten/kota)
en

13. Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama terakreditasi (%)


rm

14. Persentase RS terakreditasi (%)


/pe

15. Persentase puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan sesuai standar (%)
/05

16. Persentase puskesmas tanpa dokter (%)


22

17. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat esensial (%)


20

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan dari Kementerian Kesehatan hingga
m/

tahun 2024, serta sasaran pokok pembangunan kesehatan RPJMN dirumuskan


.co

indikator sasaran strategis yang akan menjadi ukuran pencapaian tujuan dan
na
lya

kinerja Kementerian Kesehatan sebagai berikut:


u

Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis


am

1 Terwujudnya 1.1 Menguatnya promotif • Persentase


ain

pelayanan preventif di FKTP kabupaten/kota yang


w.

kesehatan melalui UKBM dan melaksanakan SPM


ww

primer yang pendekatan keluarga • AKI (per 100.000


://

komprehensif kelahiran hidup)


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 101 -

ml
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis

.ht
dan • AKB (per 1.000

ng
berkualitas kelahiran hidup)

ta
serta • Prevalensi stunting

ten
Penguatan (pendek dan sangat

2-
02
Pemberdayaan pendek) (%)

-2
Masyarakat • Wasting (kurus dan

un
sangat kurus) pada

tah
balita (%)

3-
-1
• Insidensi HIV (per

or
100.000 penduduk

om
yang tidak terinfeksi
s-n HIV)
ke
• Insidensi tuberkulosis
en

(per 100.000
rm

penduduk)
/pe

• Kabupaten/kota yang
/05

mencapai eliminasi
22

malaria
20
m/

• Kabupaten/kota yang
.co

mencapai eliminasi
na

kusta
lya

• Indeks pengendalian
u

penyakit menular
am

• Prevalensi obesitas
ain

pada penduduk usia >


w.
ww

18 tahun
://
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 102 -

ml
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis

.ht
• Persentase merokok

ng
penduduk usia 10-18

ta
tahun

ten
• Jumlah kabupaten/

2-
02
kota sehat

-2
1.2 Terpenuhinya sarana, • Persentase

un
prasarana, obat, kabupaten/kota,

tah
BMHP, dan alat dengan SPA puskesmas

3-
-1
kesehatan pelayanan yang memenuhi

or
kesehatan primer standar

om
• Persentase
s-n kabupaten/kota
ke
dengan puskesmas
en

yang memiliki
rm

ketersediaan obat
/pe

sesuai standar
/05

1.3 Menguatnya tata • Persentase FKTP


22

kelola manajemen
20

terakreditasi (%)
m/

pelayanan dan • Persentase klinik


.co

kolaborasi publik- pratama dan praktik


na

swasta mandiri dokter yang


lya

melakukan pelayanan
u

program prioritas
am

2 Tersedianya 2.1 Terpenuhinya sarana • Persentase fasyankes


ain

pelayanan prasarana, alat rujukan milik


w.
ww

kesehatan kesehatan, obat, dan pemerintah yang


rujukan yang bahan medis habis memenuhi sarana
://
ps

berkualitas pakai (BMHP)


htt

jdih.kemkes.go.id
- 103 -

ml
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis

.ht
pelayanan kesehatan prasarana dan alat

ng
rujukan (SPA) sesuai standar

ta
2.2 Menguatnya tata • Persentase penurunan

ten
kelola manajemen dan jumlah kematian di

2-
02
pelayanan spesialistik Rumah Sakit

-2
2.3 Menguatnya dan • Persentase kepuasan

un
terdistribusinya mutu pasien di Fasyankes

tah
Rumah Sakit, layanan rujukan

3-
-1
unggulan, dan • Jumlah Rumah Sakit

or
pengembangan yang memiliki layanan

om
layanan lain unggulan internasional
3 Terciptanya 3.1 Menguatnya produksi
s-n • Jumlah bahan baku
ke
sistem alat kesehatan, obat dan obat 10
en

ketahanan bahan baku obat, terbesar yang


rm

kesehatan obat, obat tradisional


/pe

diproduksi dalam
yang tangguh dan vaksin dalam negeri
/05

negeri • Jumlah alat kesehatan


22
20

10 terbesar by volume
m/

dan value yang


.co

diproduksi dalam
na

negeri
lya

• Jumlah vaksin 10
u
am

(sepuluh) terbesar yang


diproduksi di dalam
ain

negeri
w.
ww

3.2 Menguatnya • Persentase


surveilans yang kabupaten/kota yang
://
ps

adekuat melakukan respons


htt

jdih.kemkes.go.id
- 104 -

ml
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis

.ht
KLB/wabah (PE,

ng
pemeriksaan

ta
laboratorium, tata

ten
laksana kasus)

2-
02
3.3 Menguatnya sistem • Persentase provinsi

-2
penanganan bencana yang sudah memiliki

un
dan kedaruratan sistem penanganan

tah
kesehatan bencana dan

3-
kedaruratan kesehatan

-1
or
masyarakat sesuai

om
standar
4 Terciptanya 4.1 Terpenuhinya s-n • Persentase cakupan
ke
sistem pembiayaan kesehatan kelompok berisiko yang
en

pembiayaan yang berkeadilan pada mendapatkan layanan


rm

kesehatan kegiatan promotif dan skrining kesehatan


/pe

yang efektif, preventif


/05

efisien dan 4.2 Menguatnya • Proporsi Out of Pocket


22

berkeadilan pembiayaan kesehatan (OOP) terhadap total


20
m/

nasional secara efektif, belanja kesehatan


.co

efisien dan berkeadilan


na

untuk mencapai
lya

Universal Health
u

Coverage (UHC)
am

5 Terpenuhinya 5.1 Meningkatnya • Persentase faskes


ain

SDM pemenuhan dan dengan SDM kesehatan


w.

kesehatan pemerataan SDM


ww

sesuai standar
yang kesehatan yang
://
ps

kompeten dan berkualitas


htt

jdih.kemkes.go.id
- 105 -

ml
Tujuan Sasaran Strategis Indikator Sasaran Strategis

.ht
berkeadilan 5.2 Meningkatnya • Persentase fasilitas

ng
kompetensi dan sistem kesehatan dengan SDM

ta
pendidikan pelatihan kesehatan yang

ten
SDM kesehatan ditingkatkan sesuai

2-
02
kompetensinya

-2
5.3 Meningkatnya sistem • Persentase fasilitas

un
pembinaan jabatan kesehatan dengan SDM

tah
fungsional dan karir kesehatan tersertifikasi

3-
SDM kesehatan

-1
or
6 Terbangunnya 6.1 Meningkatnya sistem • Jumlah fasilitas

om
Tata Kelola, pelayanan kesehatan kesehatan yang
Inovasi, dan dalam ekosistem s-n mengimplementasikan
ke
Teknologi teknologi kesehatan sistem data dan aplikasi
en

Kesehatan yang terintegrasi dan kesehatan Indonesia


rm

yang transparan dalam • Jumlah sistem


/pe

Berkualitas mendukung kebijakan bioteknologi kesehatan


/05

dan Efektif kesehatan berbasis terstandar dan


22

bukti terintegrasi yang


20
m/

diimplementasikan
.co

6.2 Meningkatnya • Persentase kebijakan


na

kebijakan kesehatan yang berkualitas dan


lya

berbasis bukti dapat


u

diimplementasikan
am

6.3 Meningkatnya tata • Indeks capaian tata


ain

kelola pemerintahan kelola Kemenkes yang


w.
ww

yang baik baik


://
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 106 -

ml
BAB III

.ht
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN

ng
KERANGKA KELEMBAGAAN

ta
ten
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

2-
02
Mengacu pada RPJMN 2020-2024, pembangunan bidang kesehatan

-2
menjadi bagian dari agenda pembangunan “Meningkatkan Sumber Daya

un
Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing” dalam rangka terwujudnya Indonesia

tah
maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.

3-
Pengertian sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing adalah

-1
or
sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan

om
berkarakter.
Kebijakan pembangunan manusia s-n
secara umum diarahkan pada
ke
pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan, pemenuhan
en

pelayanan dasar dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak,


rm

perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan, serta peningkatan


/pe

produktivitas dan daya saing angkatan kerja. Kebijakan ini dilaksanakan


/05

dengan berdasarkan pada pendekatan siklus hidup, dan inklusif termasuk


22

memperhatikan kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk


20

penyandang disabilitas, dan pengelolaan SDM bertalenta.


m/

Pembangunan kesehatan nasional berada dalam konteks lingkungan dan


.co

isu strategis terkait dengan pemenuhan layanan dasar, dengan berbagai isu di
na
lya

dalamnya dari kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan, pemenuhan gizi,
u

sistem rujukan pelayanan kesehatan dan sebagainya. Khusus terkait dengan


am

bidang kesehatan, RPJMN 2020-2024 merumuskan arah kebijakan, yaitu


ain

“Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan


w.

kesehatan semesta, dengan penekanan pada penguatan sistem pelayanan


ww

kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif


://

didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi”.


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 107 -

ml
Arah kebijakan kesehatan nasional tersebut di atas kemudian dirincikan

.ht
menjadi lima strategi kesehatan nasional yaitu:

ng
a. Meningkatkan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi, dengan

ta
cakupan :

ten
1) Peningkatan pelayanan maternal dan neonatal berkesinambungan di

2-
02
fasilitas pelayanan kesehatan publik dan swasta dengan mendorong

-2
seluruh persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu

un
menangani pelayanan emergensi komprehensif didukung jaminan

tah
pembiayaan, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan termasuk

3-
penguatan kemampuan deteksi dini faktor risiko dalam kehamilan;

-1
or
peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan antenatal, neonatal,

om
persalinan, dan pasca persalinan; perbaikan sistem rujukan maternal
s-n
yang didukung dengan peningkatan kapasitas sistem kesehatan dan
ke
penguatan regulasi; penyediaan sarana prasarana dan farmasi serta
en

jaminan ketersediaan darah setiap saat, dan pencatatan kematian ibu


rm

di fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk penguatan tata


/pe

laksana;
/05

2) Perluasan dan pengembangan imunisasi dasar lengkap, termasuk


22

vaksin untuk pneumonia dan diare;


20

3) Perbaikan gizi anak, remaja putri dan ibu hamil;


m/

4) Peningkatan pengetahuan, pemahaman dan akses layanan kesehatan


.co

reproduksi remaja secara lintas sektor yang responsif gender.


na
lya

b. Percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan


u

penanggulangan permasalahan gizi ganda, yang mencakup:


am

1) Penguatan komitmen, kampanye, pemantauan, dan evaluasi upaya


ain

perbaikan gizi masyarakat;


w.

2) Pengembangan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang anak


ww

dengan pemberian jaminan asupan gizi sejak dalam kandungan,


://

perbaikan pola asuh keluarga, dan perbaikan fasilitas air bersih dan
ps

sanitasi lingkungan;
htt

jdih.kemkes.go.id
- 108 -

ml
3) Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas

.ht
intervensi spesifik, perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara

ng
terintegrasi;

ta
4) Peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung bukti

ten
termasuk fortifikasi pangan;

2-
02
5) Penguatan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku terutama

-2
mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan (food

un
based approach);

tah
6) Penguatan sistem surveilans gizi;

3-
7) Peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam

-1
or
intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi setempat;

om
8) Respons cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat.
c. Peningkatan pengendalian penyakit s-n
ke
Peningkatan pengendalian penyakit dengan perhatian khusus pada
en

jantung, stroke, hipertensi, diabetes, kanker, tuberkulosis, malaria,


rm

HIV/AIDS, emerging diseases, penyakit yang berpotensi menimbulkan


/pe

kejadian luar biasa, penyakit tropis terabaikan (kusta, filariasis,


/05

schistosomiasis), gangguan jiwa, dan gangguan penglihatan. Selengkapnya


22

strategi ini mencakup :


20

1) Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit utama, seperti


m/

diet tidak sehat, merokok, kurang aktivitas fisik, menggunakan


.co

tembakau dan alkohol; termasuk perluasan cakupan deteksi dini,


na
lya

penguatan surveilans real time, pengendalian vektor, dan perluasan


u

layanan berhenti merokok;


am

2) Penguatan health security terutama peningkatan kapasitas untuk


ain

pencegahan, deteksi, dan respons cepat terhadap ancaman penyakit


w.

termasuk penguatan sistem kewaspadaan dini (early warning systems)


ww

kejadian luar biasa dan karantina kesehatan;


://

3) Peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan serta


ps

penguatan tata laksana penanganan penyakit;


htt

jdih.kemkes.go.id
- 109 -

ml
4) Pengendalian resistensi antimikroba;

.ht
5) Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan

ng
penguatan sanitasi total berbasis masyarakat.

ta
d. Pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup

ten
Sehat, yang mencakup:

2-
02
1) Pengembangan kawasan sehat antara lain kabupaten/kota sehat,

-2
pasar sehat, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan lingkungan kerja

un
sehat;

tah
2) Penyediaan lingkungan yang mendorong aktivitas fisik;

3-
3) Regulasi yang mendorong pemerintah pusat dan daerah serta swasta

-1
or
untuk menerapkan pembangunan berwawasan kesehatan dan

om
mendorong masyarakat berperilaku hidup sehat termasuk
s-n
pengembangan standar dan pedoman untuk sektor non kesehatan,
ke
terutama terkait rokok, produk pangan dan pengaturan produk
en

makanan dengan kandungan gula, garam dan lemak;


rm

4) Promosi perubahan perilaku hidup sehat yang inovatif terutama dalam


/pe

pembudayaan olahraga, konsumsi gizi seimbang, anti rokok, skrining


/05

kesehatan, imunisasi, kepatuhan pengobatan, dan perilaku menjaga


22

sanitasi dan kebersihan lingkungan, pemberdayaan dan penggerakan


20

masyarakat madani untuk hidup sehat;


m/

5) Peningkatan penyediaan pilihan pangan sehat termasuk penerapan


.co

label pangan, perluasan akses terhadap buah dan sayur, dan


na
lya

perluasan gerakan memasyarakatkan makan ikan;


u

e. Penguatan Sistem Kesehatan


am

1) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, yang difokuskan


ain

pada:
w.

a) Penguatan fungsi puskesmas dan jaringannya dalam upaya


ww

kesehatan masyarakat yang berkualitas dan didukung


://

peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, sarana dan prasarana,


ps

serta pembiayaan;
htt

jdih.kemkes.go.id
- 110 -

ml
b) Optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan dasar melalui

.ht
pendekatan keluarga;

ng
c) Revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan bersumber daya

ta
masyarakat lainnya;

ten
d) Pengembangan kebijakan khusus untuk pelayanan kesehatan di

2-
02
daerah terpencil, sangat terpencil dan daerah dengan

-2
karakteristik geografis tertentu (kepulauan), termasuk sistem

un
rujukan, pola pembiayaan, regulasi dan kelembagaan;

tah
e) Pengembangan pelayanan kesehatan lanjut usia;

3-
f) Penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan

-1
or
pemerintah dan swasta;

om
g) Pemenuhan dan pemerataan penyediaan sarana, prasarana, dan
s-n
alat kesehatan (alkes) yang mengacu rencana induk penyediaan
ke
fasilitas pelayanan kesehatan;
en

h) Inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan


rm

meliputi perluasan sistem rujukan daring termasuk integrasi


/pe

fasilitas kesehatan swasta dalam sistem rujukan, perluasan


/05

cakupan dan pengembangan jenis layanan telemedicine,


22

digitalisasi rekam medis dan rekam medis daring;


20

i) Perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying dan sailing health


m/

care) dan gugus pulau;


.co

j) Pengembangan dan peningkatan kualitas RS Khusus;dan


na
lya

k) Penyediaan pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan


u

kesehatan dan pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).


am

2) Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, yang


ain

difokuskan pada:
w.

a). Penguatan perencanaan kebutuhan dan pemetaan tenaga


ww

kesehatan secara integratif antara pusat dan daerah sebagai


://

dasar untuk penyediaan dan pemenuhan sumber daya manusia


ps

kesehatan;
htt

jdih.kemkes.go.id
- 111 -

ml
b). Afirmasi pemenuhan tenaga kesehatan dan tenaga

.ht
penunjang/pendukung termasuk pengembangan paket

ng
pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, dan tenaga

ta
penunjang/pendukung, farmasi dan alkes);

ten
c). Afirmasi pendidikan (beasiswa dan tugas belajar) tenaga

2-
02
kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan

-2
(DTPK) dan daerah kurang diminati;

un
d). Afirmasi pendayagunaan dan mekanisme redistribusi tenaga

tah
kesehatan yang ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan.

3-
e). Pengembangan mekanisme kerjasama pemenuhan tenaga

-1
or
kesehatan melalui penugasan sementara dan kontrak pelayanan;

om
f). Perluasan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan fokus pada
pelayanan kesehatan dasar; s-n
ke
g). Pengembangan tenaga kesehatan untuk penguatan fungsi
en

pelayanan kesehatan dasar seperti promosi kesehatan dan


rm

perawat komunitas;
/pe

h). Penyesuaian program studi dan lembaga pendidikan bidang


/05

kesehatan dengan kebutuhan dan standar; dan


22

i). Pemenuhan tenaga kesehatan sesuai standar dan tenaga non-


20

kesehatan termasuk tenaga sistem informasi dan administrasi


m/

keuangan untuk mendukung tata kelola di fasilitas pelayanan


.co

kesehatan.
na
lya

3) Pemenuhan dan peningkatan daya saing farmasi dan alkes, yang


u

difokuskan pada:
am

a). Efisiensi penyediaan obat dan vaksin dengan mengutamakan


ain

kualitas produk;
w.

b). Penguatan sistem logistik farmasi real time berbasis elektronik;


ww

c). Peningkatan promosi dan pengawasan penggunaan obat rasional;


://
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 112 -

ml
d). Pengembangan obat, produk biologi, reagen, dan vaksin dalam

.ht
negeri bersertifikat halal yang didukung oleh penelitian dan

ng
pengembangan life sciences; dan

ta
e). Pengembangan produksi dan sertifikasi alkes untuk mendorong

ten
kemandirian produksi dalam negeri.

2-
02
4) Penguatan tata kelola, pembiayaan kesehatan dan penelitian

-2
kesehatan, yang difokuskan pada:

un
a). Pengembangan kebijakan untuk penguatan kapasitas pemerintah

tah
provinsi dan kabupaten/kota;

3-
b). Pendampingan perbaikan tata kelola pada daerah yang memiliki

-1
or
masalah kesehatan untuk pencapaian target nasional dan

om
mendorong pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan; s-n
ke
c). Integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sistem informasi
en

kesehatan pusat dan daerah termasuk penerapan sistem single-


rm

entry;
/pe

d). Penguatan data rutin;


/05

e). Inovasi dan pemanfaatan teknologi digital untuk pengumpulan


22

data, termasuk big data, media promosi, komunikasi, dan edukasi


20

kesehatan;
m/

f). Peningkatan pemanfaatan anggaran untuk penguatan promotif


.co

dan preventif berbasis bukti;


na
lya

g). Pengembangan sumber pembiayaan baru seperti penerapan


u

earmark cukai (selain tembakau dan alkohol) dan pajak,


am

pembiayaan bersumber masyarakat, dan kerjasama pemerintah


ain

dan swasta;
w.

h). Peningkatan kapasitas dan kemandirian pembiayaan fasilitas


ww

kesehatan milik pemerintah; dan


://
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 113 -

ml
i). Penguatan penelitian dan pengembangan untuk efektivitas

.ht
inovasi intervensi, dan evaluasi sistem kesehatan untuk

ng
mendukung pencapaian prioritas nasional.

ta
ten
B. Revolusi Mental Menuju Smart ASN

2-
02
Kementerian Kesehatan dalam upaya transformasi SDM untuk mendukung

-2
smart Aparatur Sipil Negara (ASN) dan world class government pada 2024,

un
melakukan internalisasi revolusi mental, peningkatan profesionalisme melalui

tah
restrukturisasi organisasi tata kerja dan penyederhanaan struktur jabatan.

3-
Smart ASN bercirikan berintegritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan

-1
or
global, menguasai informasi dan teknologi, bahasa asing, hospitality, networking,

om
dan enterpreneurship, sedangkan world class government mengimplementasikan
s-n
budaya organisasi dan budaya kerja BerAKHLAK seperti yang diamanatkan
ke
Presiden pada tanggal 27 Juli 2021. BerAKHLAK menekankan pada tujuh nilai
en

yang berlaku pada ASN yaitu (i) berorientasi pada layanan; (ii) akuntabel; (iii)
rm

kompeten; (iv) harmonis; (v) loyal; (vi) adaptif; dan (vii) kolaboratif.
/pe

Pelaksanaan revolusi mental bidang kesehatan dirumuskan mengikuti


/05

prioritas nasional revolusi mental yang mencakup :


22

a. integritas: sehat tanpa korupsi; konsep ini dirumuskan menjadi Gerakan


20

menunjukkan diri kepada publik bahwa Kementerian Kesehatan dalam


m/

mewujudkan Indonesia sehat mampu mencegah perilaku korupsi


.co

walaupun dibanjiri anggaran yang besar. Sehat tanpa korupsi didorong


na
lya

dengan upaya pencegahan korupsi melalui jaga diri, jaga teman, dan jaga
u

Kementerian Kesehatan.
am

b. etos kerja: sehat melayani; dirumuskan menjadi Gerakan mendukung


ain

program Gerakan Indonesia melayani dengan pendekatan pelayanan


w.

kesehatan yang cepat, tepat dan bersahabat.


ww

c. gotong royong: Indonesia sehat; dirumuskan menjadi upaya menggerakkan


://

aktivitas dan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas hidup


ps

sehat melalui GERMAS.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 114 -

ml
C. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan

.ht
Arah Kebijakan Kesehatan Nasional diketahui akan membawa

ng
penyelenggaraan kesehatan nasional menuju pada cakupan kesehatan semesta

ta
dengan akses dan mutu layanan yang prima, dengan penekanan pada

ten
penguatan pelayanan kesehatan dasar, serta mendorong adanya peningkatan

2-
02
upaya promotif dan preventif dengan memanfaatkan teknologi. Arah kebijakan

-2
Kementerian Kesehatan hingga 2024 merupakan penjabaran lebih lanjut dari

un
arah kebijakan nasional tersebut dengan memperhatikan lingkungan

tah
kewenangan yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan. Arah kebijakan

3-
Kementerian Kesehatan menggambarkan perubahan cara dan lingkup kerja

-1
or
kementerian ke depan yang akan memasuki situasi penuh ketidakpastian dan

om
dinamika, baik dalam bidang kesehatan maupun bidang lainnya yang
mempengaruhi kesehatan. Perubahan s-n
tersebut dikonsepkan sebagai
ke
Transformasi Kesehatan yang mencakup penguatan kontribusi Kementerian
en

Kesehatan dalam perwujudan pelayanan kesehatan primer dan sekunder yang


rm

lebih baik, sistem ketahanan kesehatan, penyediaan SDM kesehatan yang


/pe

berkualitas dan merata, perluasan cakupan sistem pembiayaan, serta


/05

digitalisasi pada sistem pelayanan kesehatan.


22

Arah kebijakan Kementerian Kesehatan kemudian dirumuskan dan/atau


20

ditetapkan sejalan dengan transformasi kesehatan yang menjadi jiwa dari


m/

perubahan Renstra ini, yaitu dengan rumusan: “Menguatkan sistem kesehatan


.co

dengan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan


na
lya

kesehatan semesta, dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan


u

dasar (Primary Health Care), melalui penyediaan pelayanan kesehatan primer


am

dan sekunder yang berkualitas, sistem ketahanan kesehatan yang tangguh,


ain

SDM kesehatan yang kompeten, sistem pembiayaan kesehatan yang efektif,


w.

serta penyelenggaraan kesehatan dengan tata kelola pemerintahan yang baik,


ww

didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi”.


://

Dalam rangka menjalankan kebijakan di atas, maka strategi Kementerian


ps

Kesehatan hingga 2024 dirumuskan sebagai berikut:


htt

jdih.kemkes.go.id
- 115 -

ml
a. Transformasi pelayanan kesehatan primer menuju penguatan dan

.ht
peningkatan pelayanan yang lebih berkualitas

ng
Fasilitas pelayanan kesehatan primer merupakan ujung tombak dalam

ta
mewujudkan masyarakat yang sehat. Pemberdayaan masyarakat melalui

ten
upaya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam bidang

2-
02
kesehatan harus menjadi bagian penting dalam sistem pelayanan

-2
kesehatan primer ini. Sistem ini juga harus memiliki kapasitas yang

un
memadai dalam memberikan layanan dasar bagi masyarakat untuk

tah
membentuk perilaku hidup sehat, mencegah kejadian kesakitan dan

3-
mengurangi beban sistem rujukan yang membutuhkan pembiayaan yang

-1
or
sangat besar. Strategi transformasi pelayanan kesehatan primer ini, yang

om
dilaksanakan melalui:
1) s-n
Penguatan pelayanan kesehatan primer pada upaya kesehatan
ke
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat dengan mengutamakan
en

promotif dan preventif


rm

Penguatan pelayanan kesehatan primer merupakan upaya untuk


/pe

mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan melalui


/05

pemberdayaan masyarakat, pembudayaan Germas, dan penggerakan


22

lintas sektor, dengan rincian strategi yang meliputi:


20

a) Penguatan dan perluasan upaya edukasi dan pemberdayaan


m/

masyarakat, termasuk untuk peningkatan peran aktif dan


.co

kemandirian masyarakat untuk hidup sehat


na
lya

b) Pengendalian penyakit berbasis masyarakat melalui UKBM,


u

pendekatan keluarga dan pelibatan swasta. UKBM merupakan


am

salah satu bentuk implementasi pemberdayaan masyarakat yang


ain

dapat diukur dari tingkat keaktifan posyandu


w.

c) Memperluas Health in all Policies (HiAP) untuk mendorong lebih


ww

banyak strategi lintas sektor dalam menangani determinan sosial


://

yang luas dari bidang kesehatan di antara sektor kehidupan


ps

lainnya
htt

jdih.kemkes.go.id
- 116 -

ml
d) Penguatan sistem surveilans gizi secara nasional, pendampingan

.ht
bagi daerah untuk dapat memberikan intervensi gizi secara

ng
berkelanjutan serta penyiapan respons untuk permasalahan gizi

ta
yang menjadi perhatian secara nasional

ten
e) Peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi rutin

2-
02
f) Penguatan deteksi dini penyakit berdasarkan faktor risiko sesuai

-2
dengan kelompok usia , yang pada RPJMN disebutkan bahwa

un
perluasan skrining di layanan kesehatan primer difokuskan pada

tah
kasus stunting, wasting dan kematian ibu

3-
g) Peningkatan kapasitas penemuan kasus baru penyakit menular

-1
or
2) Pemenuhan sarana, prasarana, obat, BMHP dan alat kesehatan pada

om
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer. Pemenuhan ini meliputi
antara lain: s-n
ke
a) Perluasan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan primer melalui
en

pembangunan puskesmas, sehingga diharapkan pada 2024,


rm

seluruh kecamatan di Indonesia telah memiliki puskesmas


/pe

b) Pemenuhan sarana prasarana puskesmas, termasuk obat, BMHP


/05

dan alat Kesehatan sebagai bagian dari komitmen untuk


22

penyediaan 40 jenis obat esensial di puskesmas seluruh


20

Indonesia
m/

c) Pemenuhan sarana prasarana imunisasi di seluruh puskesmas di


.co

Indonesia
na
lya

3) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan primer yang komprehensif


u

melalui penguatan tata kelola manajemen pelayanan dan kolaborasi


am

publik-swasta, yang mencakup:


ain

a) Penguatan tata kelola manajemen puskesmas


w.

b) Penguatan pelayanan esensial sesuai standar, termasuk untuk


ww

daerah terpencil dan sangat terpencil


://

c) Penguatan tata laksana rujukan termasuk rujuk balik


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 117 -

ml
d) Standardisasi mutu FKTP swasta, melalui penyediaan NSPK,

.ht
akreditasi dan upaya pendampingan yang berkelanjutan

ng
e) Peningkatan partisipasi publik dan swasta pada penyelenggaraan

ta
pelayanan kesehatan primer

ten
b. Transformasi pelayanan kesehatan rujukan dalam rangka penyediaan

2-
02
layanan rujukan yang lebih berkualitas

-2
Fokus transformasi pada pelayanan rujukan ini adalah :

un
1) Perluasan akses ke pelayanan kesehatan rujukan secara merata dan

tah
berkeadilan di seluruh daerah sesuai dengan Rencana Induk Nasional

3-
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang mencakup pembangunan RS

-1
or
kelas B terutama di Provinsi Maluku, NTT dan Papua, kemudian

om
pembangunan RS Pratama di provinsi DTPK dan penambahan sarana
s-n
dan prasarana alat kesehatan PONEK di seluruh provinsi, serta upaya
ke
terobosan penyediaan pelayanan kesehatan lainnya untuk
en

peningkatan akses pelayanan kesehatan di daerah yang sulit diakses


rm

2) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan yang mencakup obat,


/pe

alat kesehatan, sarana dan prasarana dan aspek layanan lainnya,


/05

yaitu penguatan pusat rujukan nasional untuk layanan kesehatan ibu


22

dan anak, kanker, serta pernapasan di RS Rujukan Nasional,


20

pengembangan RS Rujukan Nasional di setiap Provinsi (42 RS Rujukan


m/

Nasional) yang menjadi rumah sakit rujukan tertinggi serta menjadi


.co

pusat layanan unggulan dari 9 (sembilan) jenis layanan kesehatan


na
lya

prioritas, kemudian pengembangan jejaring pengampuan 6 (enam)


u

layanan unggulan di seluruh provinsi (RS Jantung Harapan Kita untuk


am

jantung, RS Persahabatan untuk tuberkolusis, RS Ibu dan Anak


ain

Harapan Kita untuk kesehatan ibu dan anak, RS Kanker Dharmais


w.

untuk kanker, RS PON untuk stroke, dan RSCM untuk diabetes),


ww

membangun kemitraan seluruh RS Kementerian Kesehatan dengan


://

dengan world’s top healthcare center dan universitas terbaik untuk


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 118 -

ml
riset, serta stratifikasi layanan unggulan RS menjadi Center of

.ht
Excellence ASEAN/Asia

ng
3) Penataan sistem rujukan secara nasional termasuk upaya untuk

ta
pemenuhan RS Rujukan Nasional di setiap provinsi

ten
4) Upaya pemenuhan SPA secara berkelanjutan akan dilaksanakan

2-
02
berdasarkan sebuah rencana induk

-2
Strategi transformasi pelayanan kesehatan rujukan tersebut dilaksanakan

un
melalui upaya sebagai berikut:

tah
a. Pemenuhan sarana dan prasarana, alat kesehatan, obat dan BMHP

3-
pada layanan rujukan, yang mencakup:

-1
or
1) Pembangunan rumah sakit di Daerah Terpencil, Perbatasan, dan

om
Kepulauan (DTPK)
2) s-n
Peningkatan Sarana, Prasarana dan Alat kesehatan (SPA) sesuai
ke
standar di rumah sakit
en

3) Pemenuhan obat dan BMHP di fasilitas pelayanan kesehatan


rm

rujukan
/pe

4) Pembangunan RS UPT Vertikal Pusat di Provinsi Maluku, NTT dan


/05

Papua
22

b. Penguatan tata kelola manajemen dan pelayanan spesialistik, dengan


20

upaya seperti :
m/

1) Penguatan mekanisme dan sistem rujukan terutama di Rumah


.co

Sakit Umum (RSU)


na
lya

2) Penyediaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan di


u

rumah sakit
am

3) Pemanfaatan teknologi untuk deteksi dini dan respons penyakit


ain

dalam hal ini adalah telemedicine


w.

4) Penyusunan dan implementasi Panduan Nasional Pelayanan


ww

Kedokteran (PNPK)
://

c. Penyediaan pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas, melalui:


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 119 -

ml
1) Pengembangan RS Rujukan Nasional di setiap Provinsi (42 RS

.ht
Rujukan Nasional)

ng
2) Penyediaan akses layanan rujukan di daerah luar Jawa

ta
3) Penguatan mutu rumah sakit

ten
4) Inovasi dan pengembangan Rumah Sakit Khusus

2-
02
5) Program sister hospital dan stratifikasi layanan unggulan rumah

-2
sakit menjadi Center of Excellence ASEAN/Asia

un
c. Transformasi menuju ke sistem ketahanan kesehatan yang tangguh

tah
Definisi sistem ketahanan kesehatan yang tangguh dalam hal ini adalah:

3-
1) Kemandirian kefarmasian dan alat kesehatan dalam negeri, di mana

-1
or
seluruh vaksin, obat dan alat kesehatan yang selama ini masih diimpor

om
akan diproduksi di dalam negeri. Arah kemandirian tersebut antara
lain pada: s-n
ke
a) Kemandirian vaksin untuk jenis MR, Rotavirus, Polio (IPV), HPV,
en

JE, PCV, Vaksin COVID-19. Sementara vaksin lainnya sudah


rm

dapat diproduksi dalam negeri


/pe

b) Bahan obat yang selama masih diimpor seperti Omeprazole (selain


/05

sediaan injeksi), Amlodipine, Candesartan Cilexetil, Bisoprolol,


22

Lansoprazole, Cefixime, Ceftriaxone dan berbagai jenis derivat


20

plasma dan produk bioteknologi


m/

c) Kemandirian untuk alat kesehatan konsumsi yang masih


.co

diimpor. Dari 19 alat kesehatan konsumsi terbesar, 16 di


na
lya

antaranya sudah mampu diproduksi di dalam negeri, sedangkan


u

tiga lainnya masih impor. Namun demikian bahan baku alat


am

kesehatan tersebut belum diproduksi di dalam negeri, terutama


ain

bahan baku yang memiliki spesifikasi medical grade


w.

2) Terciptanya kesiapsiagaan darurat kesehatan dan kapasitas


ww

penanganan bencana, yang mencakup penyiapan rencana kontinjensi


://

kedaruratan kesehatan, penguatan biosecurity dan biosafety, dan


ps

perekrutan serta pelatihan tenaga cadangan kedaruratan kesehatan


htt

jdih.kemkes.go.id
- 120 -

ml
3) Menguatnya kapasitas surveilans dengan membangun kapasitas

.ht
surveilans real-time berbasis pelaporan digital dan integrasi jejaring

ng
laboratorium kesehatan dan peningkatan kapasitas pemeriksaan

ta
4) Tersedianya jejaring laboratorium pemeriksaan COVID-9, Polio, dan

ten
Campak-Rubela

2-
02
5) Menguatnya kapasitas digital tracing COVID-19 fitur pelacakan

-2
penyebaran virus di fasilitas umum, informasi zona risiko dan

un
informasi vaksinasi serta pemeriksaan kesehatan

tah
Berdasarkan kondisi pada isu kemandirian di atas, maka strategi

3-
transformasi untuk mewujudkan sistem ketahanan kesehatan yang

-1
or
tangguh ini mencakup 3 (tiga) hal berikut:

om
a. Penguatan produksi alat kesehatan, bahan baku obat, obat, obat
tradisional dan vaksin dalam negeri s-n
ke
b. Penciptaan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh melalui
en

peningkatan kemampuan deteksi dan respons krisis kesehatan


rm

melalui penyediaan surveilans yang adekuat


/pe

c. Penciptaan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh melalui


/05

penguatan sistem penanganan bencana dan kesiapan kedaruratan


22

kesehatan
20

d. Transformasi pembiayaan kesehatan dilakukan untuk menuju pembiayaan


m/

kesehatan yang lebih terintegrasi untuk mewujudkan ketersediaan,


.co

kecukupan, keberlanjutan, keadilan serta efektivitas dan efisiensi pada


na
lya

penyelenggaraan pembiayaan, dengan maksud untuk :


u

1) Penguatan kelembagaan NHA (National Health Account) sebagai


am

instrumen monitoring aliran dana kesehatan tahunan. Penguatan NHA


ain

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas belanja berbasis kinerja


w.

dan perbaikan perumusan kebijakan berbasis bukti


ww

2) Desentralisasi pembiayaan kesehatan di mana bertujuan


://

meningkatkan kemandirian daerah di bidang pembiayaan kesehatan


ps

dengan mendorong puskesmas dapat beroperasi dengan Pola


htt

jdih.kemkes.go.id
- 121 -

ml
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) dan

.ht
pengaturan peran aktif swasta dalam upaya kesehatan masyarakat

ng
maupun upaya kesehatan perorangan

ta
3) Alokasi pembiayaan yang lebih adil melalui pembiayaan 14 paket

ten
skrining penyebab kematian tertinggi bagi seluruh rakyat sebagai

2-
02
Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK) dan standardisasi biaya layanan

-2
kesehatan di seluruh Indonesia

un
4) Pembiayaan yang efektif dan efisien dalam bentuk penggunaan 10%

tah
APBD untuk kesehatan selaras dengan Rencana Strategis Kementerian

3-
Kesehatan, pembatasan dan efisiensi paket layanan BPJS yang high-

-1
or
cost dan high-volume dan coordination of benefit dari asuransi swasta

om
Strategi transformasi pembiayaan kesehatan ini antara lain:
1) s-n
Penguatan pembiayaan untuk Upaya Kesehatan Primer (UKM),
ke
melalui:
en

a) Penyediaan pembiayaan yang memadai untuk kegiatan promosi,


rm

skrining dan pencegahan


/pe

b) Pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang efektif, efisien


/05

dan berkeadilan
22

2) Pengintegrasian berbagai skema pembiayaan publik dan non publik


20

secara efektif dan efisien dalam mencapai UHC


m/

e. Transformasi SDM kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM


.co

kesehatan yang kompeten, merata serta berkeadilan, sehingga tidak ada


na
lya

lagi puskesmas yang tanpa dokter, serta ada peningkatan yang signifikan
u

dari persentase puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar dan


am

persentase RSUD kabupaten/kota yang memiliki 4 (empat) dokter spesialis


ain

dasar dan 3 (tiga) dokter spesialis lainnya. Untuk itu maka perlu dilakukan
w.

upaya seperti:
ww

1) Pemenuhan SDM kesehatan yang kompeten secara merata baik secara


://

kuantitas dan kualitas di seluruh Indonesia untuk menurunkan


ps

disparitas pemenuhan SDM kesehatan antardaerah


htt

jdih.kemkes.go.id
- 122 -

ml
2) Pemenuhan SDM kesehatan yang kompeten melalui:

.ht
a) Penyediaan akses bagi tenaga kesehatan terhadap pelatihan

ng
terakreditasi

ta
b) Pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan

ten
c) Pengelolaan jabatan fungsional dan pengembangan karier tenaga

2-
02
kesehatan

-2
f. Transformasi teknologi kesehatan menuju pada digitalisasi kesehatan dan

un
pemanfaatan teknologi yang lebih luas pada sektor kesehatan, yaitu dengan

tah
spesifikasi kapasitas :

3-
1) Sistem data kesehatan yang terintegrasi, yaitu sistem dengan

-1
or
arsitektur tata kelola satu data kesehatan, bagian dari sistem big data

om
berbasis single-health identity, dan memiliki sistem analisis kesehatan
s-n
berbasis kecerdasan buatan/AI (Artificial Intelligence) dan dengan
ke
perluasan cakupan single-health identity
en

2) Sistem aplikasi kesehatan terintegrasi, yaitu dengan arsitektur


rm

interoperabilitas sistem kesehatan, memiliki sistem informasi fasilitas


/pe

pelayanan kesehatan terintegrasi dan memiliki perluasan cakupan


/05

sistem informasi fasilitas pelayanan kesehatan terintegrasi


22

3) Merupakan ekosistem teknologi kesehatan, yaitu dengan fitur asesmen


20

keamanan sistem informasi kesehatan, perluasan infrastruktur


m/

pendukung telemedicine, implementasi regulatory sandbox berbasis


.co

kecerdasan buatan, blockchain dan IOT, serta perluasan perizinan


na
lya

inovasi teknologi kesehatan


u

Strategi transformasi teknologi kesehatan ini mencakup upaya antara lain:


am

1) Penguatan tata kelola, pelayanan, dan inovasi dengan sistem teknologi


ain

kesehatan yang terintegrasi dan transparan dalam mendukung


w.

perumusan kebijakan kesehatan berbasis bukti, yang mencakup:


ww

a) Integrasi dan pengembangan sistem data kesehatan


://

b) Integrasi dan pengembangan sistem aplikasi kesehatan


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 123 -

ml
2) Pengembangan ekosistem teknologi kesehatan informasi teknologi

.ht
kesehatan dan bioteknologi kesehatan

ng
g. Penguatan tata kelola pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan

ta
kebijakan di bidang kesehatan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu meliputi:

ten
1) Peningkatan sinergi antara Kementerian Kesehatan dan pemerintah

2-
02
daerah serta Kementerian/Lembaga lain dan pemangku kepentingan

-2
lain dalam penyelenggaraan urusan kesehatan

un
2) Penguatan kinerja pengelolaan keuangan di lingkungan Kementerian

tah
Kesehatan dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya pada

3-
bidang kesehatan

-1
or
3) Penguatan kapasitas perencanaan, pemrograman dan penganggaran

om
oleh Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsinya dalam bidang kesehatan s-n
ke
4) Penguatan sistem pengawasan internal di lingkungan Kementerian
en

Kesehatan dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya dalam


rm

bidang kesehatan
/pe
/05

D. Kerangka Regulasi
22

Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah


20

memiliki peran dalam empat aspek, yaitu pengaturan, pembinaan, pelaksanaan


m/

dan pengawasan. Keempat aspek tersebut dijalankan secara harmonis dan


.co

saling mendukung dalam proses pelaksanaan pembangunan. Lebih lanjut lagi,


na
lya

semenjak adanya desentralisasi, pemerintah pusat memiliki peran steering yang


u

cukup besar dibandingkan rowing. Artinya, peran pengaturan, pembinaan, dan


am

pengawasan merupakan porsi terbesar dalam tugas dan fungsi pemerintah


ain

pusat dibandingkan dengan peran pelaksanaan (yang merupakan peran terbesar


w.

pemerintah daerah). Selain itu, menyadari bahwa urusan kesehatan merupakan


ww

urusan lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan, maka Kementerian


://

Kesehatan juga memiliki tugas dan fungsi untuk menjamin keseimbangan


ps

berbagai pihak yang terlibat, menyusun aturan main dan mengevaluasi proses
htt

jdih.kemkes.go.id
- 124 -

ml
pelaksanaannya melalui peran pengaturan, pembinaan, dan pengawasan.

.ht
Dengan demikian, kerangka regulasi yang merupakan suatu kerangka untuk

ng
mengatur pola dan aturan main serta unsur pendukung terkait pelaksanaan

ta
pembangunan tersebut merupakan hal yang utama pada konteks ini.

ten
Regulasi atau peraturan perundang-undangan pada dasarnya merupakan

2-
02
acuan dalam bertindak, baik bagi penyelenggara negara maupun bagi

-2
masyarakat, termasuk di bidang kesehatan. Untuk itu, peraturan perundang-

un
undangan selayaknya dirumuskan dengan jelas, tegas, sinkron, dan konsisten

tah
sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan. Peraturan perundang-

3-
undangan yang dibentuk juga sebaiknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat

-1
or
atau berlaku efektif dan efisien serta memprioritaskan kualitas dibandingkan

om
kuantitas, hal ini dimaksudkan agar tidak menyulitkan setiap pihak untuk
s-n
menerapkan dan mematuhinya sehingga dapat dilakukan simplifikasi terhadap
ke
peraturan yang telah ada. Hanya dengan peraturan perundang-undangan yang
en

baik dan berkualitas, maka kepastian hukum dapat terwujud sehingga mampu
rm

membangun keteraturan hukum yang kondusif bagi pencapaian kehidupan


/pe

berbangsa dan bernegara yang lebih baik.


/05

Pada konteks Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, kerangka regulasi


22

diperlukan sebagai unsur pendukung pencapaian sasaran strategis kementerian


20

kesehatan. Sehingga, sasaran yang bersifat ‘strategis’ dapat dicapai dengan


m/

melihat contextual factorsnya dalam kerangka regulasi yang secara jelas


.co

mendefinisikan aturan main dari teknis operasional dan pelibatan berbagai


na
lya

pihak di dalamnya.
u

Semakin banyaknya peraturan perundang-undangan yang dibentuk, dalam


am

perjalanannya ditemukan beberapa peraturan yang tumpang tindih yang dalam


ain

hal ini mengidentifikasikan belum harmonis, efektif dan efisiennya sebagian


w.

peraturan perundang-undangan yang ada. Beberapa permasalahan yang


ww

ditemui dalam implementasi peraturan perundang-undangan antara lain


://

terdapat konflik, multi-tafsir, inkonsisten, dan tidak operasional baik dengan


ps

peraturan yang setingkat maupun dengan peraturan perundang-undangan yang


htt

jdih.kemkes.go.id
- 125 -

ml
lebih tinggi. Untuk meminimalisir permasalahan tersebut perlu dilakukan

.ht
pembenahan antara lain melakukan kajian sebelum menyusun peraturan

ng
perundang-undangan, penguatan partisipasi pemangku kepentingan atau uji

ta
publik, melakukan simplifikasi dan penyaringan kelayakan. Selain itu,

ten
peraturan yang telah disusun perlu dilakukan uji materi dan penyebarluasan

2-
02
agar peraturan tersebut dapat mampu laksana dalam mewujudkan derajat

-2
kesehatan masyarakat yang berkeadilan sosial.

un
Regulasi bidang kesehatan dibutuhkan dalam upaya mencapai sasaran

tah
strategis penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bidang kesehatan

3-
yang sejalan dengan visi misi Presiden. Urusan pemerintahan dan/atau prioritas

-1
or
pembangunan bidang kesehatan yang menjadi tanggung jawab Kementerian

om
Kesehatan diwujudkan dalam bentuk program dan pelayanan bidang kesehatan
s-n
yang dilaksanakan berdasarkan regulasi yang memadai sehingga pelaksanaan
ke
kegiatan dapat berjalan dengan baik.
en

Regulasi bidang kesehatan antara lain dalam bentuk Rancangan UU,


rm

Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan/Keputusan Presiden,


/pe

Rancangan Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan serta produk hukum lain


/05

bidang kesehatan. Penyusunan atau perubahan regulasi disesuaikan dengan


22

tantangan global, regional dan nasional namun tetap terarah dalam mendukung
20

program prioritas nasional pembangunan kesehatan.


m/

Kepastian hukum semakin penting untuk diwujudkan dalam rangka


.co

mengatur dinamika dan perilaku sosial dalam berbagai kegiatan termasuk


na
lya

penyelenggaraan negara dan pembangunan. Di bidang kesehatan kepastian


u

hukum sangat mempengaruhi mutu pelayanan dan peningkatan derajat


am

kesehatan masyarakat. Pembentukan peraturan perundang-undangan pada


ain

dasarnya dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan dalam


w.

penyelenggaraan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, menciptakan


ww

ketertiban dan keamanan, memperbaharui perilaku masyarakat, dan untuk


://

mengarahkan atau mendorong pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu,


ps

kebutuhan akan peraturan perundang-undangan perlu dibuat dalam suatu


htt

jdih.kemkes.go.id
- 126 -

ml
kerangka regulasi dan dituangkan ke dalam dokumen perencanaan agar lebih

.ht
terarah dan terstruktur.

ng
UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU

ta
SPPN) mengamanatkan kerangka regulasi menjadi bagian dari dokumen

ten
perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Kerangka regulasi merupakan

2-
02
upaya memberikan dasar hukum bagi setiap kebijakan dan tindakan, sehingga

-2
kerangka regulasi harus dibuat dengan baik agar kebijakan yang

un
diimplementasikan berjalan dengan baik dan mencapai sasaran.

tah
Dukungan regulasi yang baik dan tepat memerlukan sistem perencanaan

3-
yang matang dalam bentuk kerangka regulasi. Pengelolaan kerangka regulasi

-1
or
dalam dokumen perencanaan sektor kesehatan yang dikawal oleh Kementerian

om
Kesehatan bertujuan untuk:
1. s-n
Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-
ke
undangan sesuai kebutuhan program pemerintahan dan pembangunan
en

bidang kesehatan;
rm

2. Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka


/pe

mendukung pencapaian prioritas pembangunan kesehatan; dan


/05

3. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan


22

pembentukan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan.


20

Renstra Kementerian Kesehatan sebagai instrumen penjabaran,


m/

pelaksanaan dan pencapaian RPJMN perlu memperhatikan kerangka regulasi


.co

yang dibutuhkan untuk pencapaian hasil RPJMN bidang kesehatan tahun 2020-
na
lya

2024. Renstra Kesehatan yang merupakan dokumen penjabaran dari RPJMN


u

bidang kesehatan memiliki impact atau misi sebagai berikut:


am

1. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi, Ibu, Anak, dan Remaja


ain

2. Perbaikan Gizi Masyarakat


w.

3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


ww

4. Memperkuat Sistem Kesehatan


://

5. Pembudayaan GERMAS.
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 127 -

ml
Dalam rangka mendukung ketercapaian RPJMN bidang kesehatan

.ht
tersebut, RPJMN telah menyusun kerangka regulasi yang diperlukan terkait

ng
kesehatan yang berada pada agenda pembangunan Meningkatkan Sumber Daya

ta
Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing (Khusus Bidang Kesehatan) dan

ten
Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik.

2-
02
Agenda Pembangunan Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang

-2
Berkualitas dan Berdaya Saing (Khusus Bidang Kesehatan):

un
1. Revisi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

tah
Sosial Nasional

3-
2. Rancangan Undang-Undang tentang Pengawasan Obat dan Makanan

-1
or
3. Revisi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

om
Bencana
4. s-n
Revisi Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
ke
5. Revisi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
en

6. Revisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit


rm

Menular
/pe

7. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan


/05

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima


22

Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan


20

8. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Mutu Pelayanan


m/

Kesehatan
.co

9. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Sekolah


na
lya

10. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU


u

Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan


am

11. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Sediaan Farmasi


ain

dan Alat Kesehatan


w.

12. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
ww

Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi


://

Kesehatan
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 128 -

ml
13. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU

.ht
Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa

ng
14. Rancangan Peraturan Presiden tentang Penanggulangan Penyakit Tidak

ta
Menular

ten
15. Rancangan Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat

2-
02
16. Rancangan Peraturan Presiden tentang Sertifikasi Halal Produk Obat,

-2
Produk Biologi dan Alat Kesehatan

un
17. Rancangan Peraturan Presiden tentang Percepatan Penurunan Angka

tah
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi

3-
Agenda Pembangunan Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan

-1
or
Transformasi Pelayanan Publik:

om
1. Revisi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar
Negeri s-n
ke
2. Revisi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
en

Internasional
rm

3. Revisi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika


/pe

Untuk mewujudkan regulasi yang berkualitas, efektif dan efisien, serta


/05

tepat sasaran sesuai kebutuhan, dibutuhkan upaya penguatan regulasi baik


22

terhadap regulasi yang telah ada (existing regulation) maupun regulasi yang akan
20

dibentuk (future regulation). Upaya yang dilakukan melalui intensifikasi


m/

pengkajian dalam kebutuhan kerangka regulasi ini dapat dilakukan baik dalam
.co

bentuk reviu atau evaluasi regulasi maupun penelitian dan penyusunan naskah
na
lya

kajian secara lebih mendalam, sehingga dapat melihat potensi masalah terhadap
u

regulasi yang telah ada dan tindak lanjut pembenahan masalah baik dengan
am

regulasi yang baru, maupun perubahan atau pencabutan regulasi yang ada.
ain

Berdasarkan kebutuhan kerangka regulasi RPJMN bidang kesehatan di


w.

atas, dan sasaran strategis serta faktor pendukung pencapaian Rencana Strategi
ww

Kementerian Kesehatan, maka kerangka regulasi yang dibutuhkan oleh


://

Kementerian Kesehatan untuk mencapai Rencana Strategis Kementerian


ps

Kesehatan adalah sebagai berikut:


htt

jdih.kemkes.go.id
- 129 -

ml
1. Revisi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

.ht
Sosial Nasional

ng
2. Revisi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

ta
3. Revisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

ten
Menular

2-
02
4. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Mutu Pelayanan

-2
Kesehatan

un
5. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Sekolah

tah
6. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU

3-
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan

-1
or
7. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan

om
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan s-n
ke
8. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU
en

Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


rm

9. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Bedah Plastik dan Rekonstruksi


/pe

10. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan Kesehatan


/05

11. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Implan Obat


22

12. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan UU No. 5 Tahun


20

1997 tentang Psikotropika


m/

13. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Subsidi atau Bantuan


.co

Pemerintah dan pemerintah daerah untuk Pembiayaan Rumah Sakit


na
lya

14. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Insentif Pajak


u

15. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengujian Kesehatan bagi


am

Pegawai Aparatur Sipil Negara


ain

16. Rancangan Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota


w.

Sehat tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat


ww

17. Rancangan Peraturan Presiden tentang Sertifikasi Halal Obat, Produk


://

Biologi dan Alat Kesehatan


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 130 -

ml
18. Rancangan Peraturan Presiden tentang Penanggulangan Penyakit Tidak

.ht
Menular

ng
19. Rancangan Peraturan Presiden tentang Percepatan Pemerataan Tenaga

ta
Kesehatan di Kabupaten/Kota

ten
20. Rancangan Peraturan Presiden tentang Perubahan Perpres No 82 Tahun

2-
02
2018 tentang Jaminan Kesehatan

-2
21. Rancangan Peraturan Presiden tentang Percepatan Penurunan Angka

un
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi

tah
22. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan PP Nomor

3-
67 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan

-1
or
23. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2017 tentang

om
Pedoman Penilaian Teknologi Kesehatan
24. Rancangan Peraturan Menteri s-n
Kesehatan tentang Penyelenggaraan
ke
Internsip Dokter dan Dokter Gigi
en

25. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Tugas, Fungsi, dan


rm

Kewenangan KTKI
/pe

26. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pendayagunaan Tenaga


/05

Kesehatan WNA
22

27. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Program Adaptasi Dokter


20

Spesialis WNI Lulusan Luar Negeri


m/

28. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan evaluasi


.co

Kompetensi Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia Lulusan Luar


na
lya

Negeri dan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing


u

29. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pendayagunaan Tenaga


am

Kesehatan
ain

30. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan Pemberian


w.

Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan


ww

31. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sentra Penapisan dan


://

Pengembangan Penyehatan Tradisional


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 131 -

ml
32. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman

.ht
Penyelenggaraan Keperawatan Masyarakat di Puskesmas

ng
33. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan Radiologi

ta
34. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Akreditasi Rumah Sakit

ten
35. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Akreditasi Puskesmas,

2-
02
klinik, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi darah

-2
36. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan

un
Penyakit Akibat Kerja

tah
37. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemeriksaan Kesehatan

3-
dan Psikologi Calon Pekerja Migran Indonesia

-1
or
38. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemberian ASI Eksklusif

om
dari Pendonor ASI
s-n
39. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kesehatan Olahraga
ke
40. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Kesehatan Kerja
en

dalam Upaya Pencegahan Penyakit, Upaya Peningkatan, Upaya


rm

Penanganan Penyakit, dan Upaya Pemulihan Kesehatan


/pe

41. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Terapi


/05

Rumatan Metadona
22

42. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Hari dan Jam Kerja pada
20

Kantor Kesehatan Pelabuhan


m/

43. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penanggulangan Malaria


.co

44. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Peraturan Pelaksanaan


na
lya

Peraturan Pelaksana Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan


u

45. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penanggulangan Demam


am

Berdarah Dengue
ain

46. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kekarantinaan


w.

Kesehatan di Pintu Masuk dan Wilayah


ww

47. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang


://

Penanggulangan HIV AIDS


ps

48. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penanggulangan Rabies


htt

jdih.kemkes.go.id
- 132 -

ml
49. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pejabat Karantina

.ht
Kesehatan

ng
50. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan

ta
Sanatorium

ten
51. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pedoman Pemeriksaan Kesehatan

2-
02
Jiwa untuk Kepentingan Pekerjaan dan Jabatan Tertentu

-2
52. Regulasi yang mengatur standardisasi sumber daya Kantor Kesehatan

un
Pelabuhan

tah
53. Regulasi yang mendukung Screening, Pengendalian Faktor Risiko,

3-
surveilans PTM

-1
or
54. Regulasi yang mendukung pelaksanaan Balai Kesehatan Masyarakat

om
55. Regulasi yang mendukung Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan
Pencegahan Penyalahgunaan Napza s-n
ke
56. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rencana Aksi Nasional
en

Kesehatan Lansia 2020-2024


rm

57. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Tata Cara


/pe

Penyelenggaraan Produksi dan/atau Penggunaan Narkotika Golongan I


/05

dalam Produksi serta Pemanfaatan Narkotika untuk Pengembangan Ilmu


22

Pengetahuan dan Teknologi


20

58. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pengelolaan Sediaan


m/

Farmasi dan Alat Kesehatan pada Instalasi Farmasi Pemerintah


.co

59. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan


na
lya

Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian


u

60. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Cara Pembuatan Obat,


am

Produk Biologi, dan Alat Kesehatan yang Halal


ain

61. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kemitraan Pemerintah


w.

dan Swasta di Bidang Non-Infrastruktur Kesehatan


ww

62. Regulasi terkait Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan yang mampu


://

mendukung tercapainya Sasaran Pokok RPJMN 2020-2024 Bidang


ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 133 -

ml
Kesehatan dan Sasaran Strategis Renstra Kementerian Kesehatan 2020-

.ht
2024

ng
63. Regulasi yang mendukung peningkatan pengelolaan pengendalian penyakit

ta
serta kedaruratan kesehatan masyarakat

ten
64. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan PP Rumah

2-
02
Sakit Pendidikan

-2
65. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sistem Rujukan

un
Pelayanan Kesehatan Perorangan (revisi Permenkes Nomor 001 Tahun

tah
2012)

3-
66. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rekam Medis

-1
or
67. Regulasi yang mendukung peningkatan akses dan mutu pelayanan

om
kesehatan
s-n
68. Regulasi yang mendorong peningkatan ketahanan dan kemandirian
ke
kefarmasian dan alat kesehatan
en

69. Regulasi yang mendorong peningkatan akses dan mutu kefarmasian dan
rm

alat kesehatan
/pe

70. Regulasi yang mendorong pengembangan bahan baku dan produk di


/05

bidang kefarmasian dan alat kesehatan


22

71. Regulasi terkait perencanaan, pengadaan, dan pendistribusian sediaan


20

farmasi dan alat kesehatan


m/

72. Regulasi terkait pengembangan kebijakan khusus untuk pelayanan


.co

kesehatan di daerah terpencil, sangat terpencil dan daerah dengan


na
lya

karakteristik geografis tertentu (kepulauan) termasuk sistem rujukan, pola


u

pembiayaan, dan kelembagaan.


am

73. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 tentang Pedoman Akuntansi


ain

dan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan


w.

74. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang


ww

Istithaah
://

75. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 62 Tahun 2016 tentang


ps

Penyelenggaraan Kesehatan Haji


htt

jdih.kemkes.go.id
- 134 -

ml
76. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2018 tentang

.ht
Rekrutmen Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji Arab Saudi Bidang

ng
Kesehatan, Tim Kesehatan Haji Indonesia, Dan Tenaga Pendukung

ta
Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji

ten
77. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Satu

2-
02
Data Bidang Kesehatan Melalui Sistem Informasi Kesehatan

-2
78. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Arsitektur Sistem

un
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Bidang Kesehatan (sesuaikan

tah
dengan usulan terakhir Pusdatin)

3-
79. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Inovasi Pelayanan

-1
or
Kesehatan Digital

om
80. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pengelolaan Kearsipan di
Lingkungan Kemenkes s-n
ke
81. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pengelolaan Krisis
en

Kesehatan
rm

82. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Tenis


/pe

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan


/05

83. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Operasional


22

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Kesehatan


20

84. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Penggunaan


m/

Dana Dekonsentrasi Kementerian Kesehatan


.co

85. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2017 tentang


na
lya

Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan


u

86. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis


am

Penyusunan Rencana Kerja Dinas Kesehatan


ain

87. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sistem Manajemen


w.

Kinerja bagi Pegawai di Lingkungan Kemenkes.


ww

88. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Komunikasi


://

Risiko Bidang Kesehatan


ps

89. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi Rumah Sakit


htt

jdih.kemkes.go.id
- 135 -

ml
90. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata

.ht
Kerja Rumah Sakit

ng
91. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi Balai

ta
Laboratorium Kesehatan

ten
92. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata

2-
02
Kerja Balai Laboratorium Kesehatan

-2
93. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata

un
Kerja Balai Laboratorium Kesehatan Klasifikasi Balai Kesehatan

tah
Masyarakat

3-
94. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata

-1
or
Kerja Balai Kesehatan Masyarakat

om
95. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata
Kerja Politeknik Kesehatan s-n
ke
96. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata
en

Kerja Balai Pelatihan Kesehatan


rm

97. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi Balai


/pe

Pengamanan Fasilitas Kesehatan


/05

98. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata


22

Kerja Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan


20

99. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemberian Tunjangan


m/

Kinerja Kementerian Kesehatan


.co

100. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata Kerja
na
lya

Balai Karantina Kesehatan


u
am

E. Kerangka Kelembagaan
ain

Dalam mengimplementasikan rencana strategis, Kementerian Kesehatan


w.

perlu mengenali dan memetakan kerangka kelembagaan untuk mencapai


ww

sasaran strategisnya, meliputi uraian tugas, fungsi, struktur organisasi, dan


://

tata laksana antar unit organisasi, termasuk di dalamnya pengelolaan dan/atau


ps

manajemen SDM yang baik secara kuantitas maupun kualitas.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 136 -

ml
Belajar dari situasi pandemi COVID-19 dan isu kesehatan yang sangat

.ht
dinamis, desain organisasi Kementerian Kesehatan harus bersifat adaptif dan

ng
pro-aktif untuk dapat menjawab tantangan yang ada, antara lain fokus pada

ta
upaya penyediaan akses dan pelayanan kesehatan yang berkualitas, inovatif,

ten
dan berbasis teknologi, serta perluasan cakupan pelayanan kesehatan, terutama

2-
02
pelayanan kesehatan dasar melalui upaya promotif dan preventif. Selain itu

-2
Kementerian Kesehatan juga memegang peranan penting dalam pembentukan

un
SDM yang unggul, pengembangan kewilayahan dalam lingkup kesehatan, dan

tah
penerapan tata kelola pemerintahan yang baik.

3-
Penyusunan desain organisasi Kementerian Kesehatan dilakukan dengan

-1
or
menggunakan pendekatan holistik, mengacu pada hal berikut:

om
a. Amanat peraturan perundang-undangan;
b. s-n
Arah kebijakan ke depan (arahan Presiden, RPJMN, Rencana Strategis
ke
Kementerian Kesehatan, dan pilar transformasi kesehatan);
en

c. Isu strategis dan tantangan kesehatan (kewilayahan, nasional, dan global);


rm

d. Peran, fungsi, dan kewenangan yang harus dan dapat dilakukan oleh
/pe

Kementerian Kesehatan, termasuk di dalamnya memetakan keterlibatan


/05

dan peran lintas sektor (kementerian/lembaga, daerah, swasta) dalam


22

menjalankan program dan kegiatan bidang kesehatan.


20

Selanjutnya desain organisasi dijabarkan dalam peta proses bisnis


m/

Kementerian Kesehatan untuk memetakan keseluruhan alur proses


.co

pelaksanaan tugas dan fungsi dan keterlibatan/peran dari lintas program/lintas


na
lya

sektor, pemangku kepentingan, dan masyarakat dalam pelaksanaannya.


u

Peta proses bisnis Kementerian Kesehatan dibagi menjadi:


am

a. Proses Utama: pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan,


ain

pengelolaan kefarmasian, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan fasilitas


w.

pelayanan kesehatan, pengelolaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan


ww

pengendalian penyakit, dan pengelolaan kesehatan masyarakat.


://

b. Proses Pendukung: penyelenggaraan pengawasan pelaksanaan tugas


ps

organisasi dan dukungan administrasi, manajemen, dan umum.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 137 -

ml
c. Proses Dukungan Substantif: penguatan kebijakan pembangunan

.ht
kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan pengelolaan data dan teknologi

ng
informasi.

ta
Berdasarkan peta proses bisnis yang telah disusun selanjutnya dibentuk

ten
struktur organisasi Kementerian Kesehatan yang tepat ukuran dengan

2-
02
mempertimbangkan hasil analisis beban kerja, termasuk menentukan

-2
spesifikasi jabatan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan fungsi

un
organisasi secara profesional dan menghasilkan kinerja tinggi.

tah
Dengan demikian akan terbentuk organisasi Kementerian Kesehatan yang

3-
tepat fungsi (sesuai amanat peraturan dan arahan strategis), tepat proses (sesuai

-1
or
dengan peta proses bisnis), dan tepat ukuran (sesuai dengan analisis beban

om
kerja), serta dapat bersifat making delivered untuk seluruh program kebijakan
s-n
yang dihasilkan dan menjamin manfaat program dapat dirasakan oleh
ke
masyarakat.
en

Salah satu arahan Presiden yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan


rm

kerangka kelembagaan adalah penyederhanaan birokrasi, yaitu membentuk


/pe

organisasi pemerintahan yang lincah dan dinamis dengan memperpendek jalur


/05

birokrasi untuk percepatan pelayanan kepada pemangku kepentingan, dan


22

menggantikan jabatan struktural tertentu dengan jabatan fungsional yang


20

menghargai keahlian dan kompetensi dalam rangka peningkatan


m/

profesionalisme Aparatur Sipil Negara. Untuk itu telah ditetapkan Peraturan


.co

Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja
na
lya

Kementerian Kesehatan sebagai bentuk penerapan penyederhanaan birokrasi di


u

Kementerian Kesehatan dengan mengalihkan jabatan struktural setingkat


am

eselon III dan IV tertentu menjadi pejabat fungsional yang sesuai tugas fungsinya
ain

dengan tugas jabatan administrasi sebelumnya.


w.

Berdasarkan hasil kajian organisasi dengan pendekatan holistik, telah


ww

ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian


://

Kesehatan, memuat tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


ps

kesehatan untuk membantu Presiden menyelenggarakan pemerintahan negara.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 138 -

ml
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Kesehatan melaksanakan

.ht
fungsi sebagai berikut:

ng
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan

ta
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan,

ten
kefarmasian, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan;

2-
02
b. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

-2
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian

un
Kesehatan;

tah
c. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab

3-
Kementerian Kesehatan;

-1
or
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan

om
e. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah; s-n
ke
f. Pelaksanaan perumusan dan pemberian rekomendasi kebijakan
en

pembangunan kesehatan; dan


rm

g. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur di


/pe

lingkungan Kementerian Kesehatan.


/05

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi, Menteri Kesehatan dibantu


22

oleh Wakil Menteri yang secara umum mempunyai tugas untuk membantu
20

Menteri Kesehatan dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian


m/

Kesehatan. Menteri Kesehatan juga didukung oleh delapan Unit Eselon I sebagai
.co

berikut :
na
lya

a. Sekretariat Jenderal;
u

b. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat;


am

c. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;


ain

d. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan;


w.

e. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan;


ww

f. Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan;


://

g. Inspektorat Jenderal; dan


ps

h. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 139 -

ml
Sekretariat Jenderal sebagai unsur pembantu pimpinan memiliki tugas

.ht
melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

ng
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan

ta
Kementerian Kesehatan. Sementara para Direktorat Jenderal sebagai unsur

ten
pelaksana memiliki tugas dan fungsi spesifik konteks implementasi kebijakan

2-
02
dan standardisasi teknis sesuai bidangnya masing-masing. Inspektorat Jenderal

-2
sebagai unsur pengawas memiliki tugas menyelenggarakan pengawasan intern

un
di lingkungan Kementerian Kesehatan. Adapun Badan Kebijakan Pembangunan

tah
Kesehatan sebagai unsur pendukung memiliki tugas melaksanakan perumusan

3-
dan pemberian rekomendasi kebijakan pembangunan kesehatan.

-1
or
Pada lingkungan Kementerian Kesehatan juga terdapat Staf Ahli yang

om
memiliki tugas untuk pemberian rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada
s-n
Menteri Kesehatan. Staf Ahli tersebut terdiri atas:
ke
a. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan;
en

b. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan;


rm

c. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan; dan


/pe

d. Staf Ahli Bidang Politik dan Globalisasi Kesehatan.


/05

Masing-masing unit eselon I memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda


22

dan spesifik, namun dalam pelaksanaan tugasnya harus saling berkolaborasi


20

dalam mewujudkan transformasi kesehatan. Untuk itu, disusun peta lintas


m/

fungsi antar unit eselon I dalam setiap pelaksanaan kegiatan, agar kinerja yang
.co

dihasilkan dapat optimal dengan pemanfaatan anggaran yang efektif dan efisien
na
ulya
am
ain
w.
ww
://
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 140 -

ml
BAB IV

.ht
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

ng
ta
A. Target Kinerja Kementerian Kesehatan

ten
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Presiden serta mendukung

2-
02
kebijakan nasional, Kementerian Kesehatan dalam Renstranya telah menyusun

-2
kebijakan dan strategi hingga 2024. Kebijakan dan strategi ini menjadi acuan

un
dalam menyusun program Kementerian Kesehatan hingga 2024, yang

tah
merupakan operasionalisasi dari tujuan dan sasaran strategis Kementerian

3-
Kesehatan yang sudah disusun sebelumnya.

-1
or
Kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan dirumuskan sebagai

om
perwujudan dari transformasi kesehatan yang mencakup transformasi enam
s-n
pilar pada (1) pelayanan kesehatan primer, (2) pelayanan kesehatan rujukan, (3)
ke
sistem ketahanan kesehatan, (4) pembiayaan kesehatan, (5) SDM kesehatan,
en

dan (6) teknologi kesehatan. Target kinerja Kementerian Kesehatan hingga 2024
rm

akan menjadi acuan dalam menghadapi tantangan kesehatan yang sangat


/pe

dinamis, termasuk menghadapi situasi pandemi COVID-19 ini.


/05

Target kinerja tersebut dirumuskan sebagai berikut :


22
20
m/
.co
na
ulya
am
ain
w.
ww
://
ps
htt

jdih.kemkes.go.id
- 141 -

ml
Tabel 1-1 Target Kinerja Kementerian Kesehatan 2022 – 2024 ht
g.
Target ta n
Unit Pengampu
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
2022 2023 2024
n
teUtama
-
1 Terwujudnya pelayanan kesehatan primer yang komprehensif dan berkualitas serta Penguatan Pemberdayaan
0 22
Masyarakat
n -2
1.1. Menguatnya a. Persentase 100% 100%
h u100% Direktorat
promotif preventif di kabupaten/kota yang
-t a Jenderal
FKTP melalui UKBM melaksanakan SPM 1 3 Kesehatan
r -
dan Pendekatan
m o Masyarakat
Keluarga b. AKI (per 100.000 205o 194 183 Direktorat
- n
kelahiran hidup)
k es Jenderal

e n Kesehatan

e r m Masyarakat

5 /
c. AKB (per 1.000 kelahiranp 18.6 17.6 16 Direktorat
hidup)
/ 0 Jenderal

0 22 Kesehatan

/ 2 Masyarakat

o m stunting
d. Prevalensi 18.4 16.0 14.0 Direktorat
. c
a (pendek dan sangat Jenderal
n
a pendek) (%)
u ly Kesehatan
Masyarakat
a m
i n e. Wasting (kurus dan sangat 7.5 7.3 7.0 Direktorat

w .a kurus) pada balita (%) Jenderal

w w Kesehatan

s :// Masyarakat

t t p
h
jdih.kemkes.go.id
- 142 -

ml
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Unit Pengampu
g .ht
2022 2023 2024
ta
Utama n
n
f. Insidensi HIV (per 100.000
penduduk yang tidak
0,19 0,18 0,18
-te
Direktorat
2 Jenderal
0 2Pencegahan
terinfeksi HIV)
- 2 dan

u n Pengendalian

- tah Penyakit
3
r-1
g. Insidensi Tuberculosis (per 231 211 190 Direktorat

mo
100.000 penduduk) Jenderal

n o Pencegahan dan

s - Pengendalian

nke Penyakit
h. Kabupaten/kota yang
m e 365 385 405 Direktorat
er
5/p
mencapai eliminasi Jenderal

2/0
malaria Pencegahan dan

0 2 Pengendalian

m /2 Penyakit

c o
i.
Kabupaten/kota yang 458 482 514 Direktorat

a. mencapai eliminasi kusta Jenderal


an Pencegahan dan
uly Pengendalian

nam Penyakit

.ai j. Indeks pengendalian 0,4873 0,5372 0,5889 Direktorat

w ww penyakit menular Jenderal


/
s:/
Pencegahan dan

t t p
h
jdih.kemkes.go.id
- 143 -

ml
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Unit Pengampu
g . ht
2022 2023 2024
ta
Utama n
e n
Pengendalian
tPenyakit
-
022
k. Prevalensi obesitas pada 21,8 21,8 2
21,8 Direktorat
penduduk usia >18 tahun un- Jenderal

t a h Pencegahan dan
3-
r-1
Pengendalian

mo
Penyakit
l. Persentase merokok 8,9
n o 8,8 8,7 Direktorat
penduduk usia 10-18 s - Jenderal
tahun
nke Pencegahan dan

m e Pengendalian

/ p er Penyakit

/0 5
m. Jumlah kabupaten/kota 280 380 420 Direktorat
sehat
2 2 Jenderal

/ 2 0 Pencegahan dan

o m Pengendalian
. c
na
Penyakit
1.2. Terpenuhinya
ly a a. Persentase 64 80 100 Direktorat

m u
sarana, prasarana, kabupaten/kota, dengan Jenderal
obat, BMHP,
i n a dan SPA puskesmas yang Pelayanan

w .a
alat kesehatan memenuhi standar Kesehatan

w w
yankes primer b. Persentase 88 90 92 Direktorat

s :// kabupaten/kota dengan Jenderal

http
jdih.kemkes.go.id
- 144 -

ml
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Unit Pengampu
g ht
.
2022 2023 2024 n
ta dan
Utama
puskesmas yang memiliki e n
Kefarmasian
t
ketersediaan obat sesuai
-
2Alat Kesehatan
02
standar
n-1002
1.3. Menguatnya a. Persentase FKTP 80 90 u Direktorat
tatakelola terakreditasi tah Jenderal
3-
r-1
manajemen Pelayanan

mo
pelayanan dan Kesehatan
kolaborasi publik- b. Persentase klinik pratama 20o 60 80 Direktorat
swasta dan praktek mandiri s- n Jenderal
dokter yang melakukan
nke Pelayanan
pelayanan program
m e Kesehatan
prioritas
/per
/0 5
2
22
Tersedianya pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas
0
2.1. Terpenuhinya
/
Persentase 2 fasyankes rujukan 90 95 100 Direktorat
milik m
sarana prasarana,
. c o pemerintah yang Jenderal
alat kesehatan, obat, amemenuhi Sarana Prasarana Pelayanan
n
dan bahan medis a dan Alat (SPA) sesuai standar Kesehatan
u ly
habis pakai (BMHP)
m
pelayananakesehatan
ai n
.
rujukan
w
2.2. w
Menguatnya Persentase penurunan jumlah < 2.5 < 2.5 < 2.5 Direktorat

: //w tatakelola kematian di Rumah Sakit Jenderal

t p s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 145 -

ml
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Unit Pengampu
g .ht
2022 2023 2024
ta
Utama n
n
manajemen dan
pelayanan
-te
Pelayanan
2 Kesehatan
2
spesialistik
-9020
2.3. Menguatnya dan a. Persentase kepuasan 60 75 u n Direktorat
terdistribusinya pasien di fasyankes (kum)
h
(kum) ta (kum) Jenderal
3 -
mutu RS, layanan rujukan
r - 1 Pelayanan

mo
unggulan dan Kesehatan
pengembangan b. Jumlah Rumah Sakit yang 12o 24 34 Direktorat
layanan lain memiliki layanan s- n Jenderal
unggulan internasional
n ke Pelayanan

m e Kesehatan
e r
3 Terciptanya sistem ketahanan kesehatan yang tangguh
5 p
/ obat
3.1. Menguatnya a. Jumlah bahan0baku 10 14 20 Direktorat
/
dan obat 102terbesar yang
produksi alat
2 Jenderal
kesehatan, bahan
/ 20 dalam negeri
diproduksi Kefarmasian dan
baku obat, obat,
o m Alat Kesehatan
obat tradisional dan ab.
c
. Jumlah alat kesehatan 10 5 11 17 Direktorat
vaksin dalam negeria
n
u ly terbesar by volume dan Jenderal
value yang diproduksi Kefarmasian dan
a m
i n dalam negeri Alat Kesehatan

w .a c. Jumlah vaksin 10 terbesar 8 12 17 Direktorat

w w yang diproduksi di dalam Jenderal

s :// negeri

t t p
h
jdih.kemkes.go.id
- 146 -

ml
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Unit Pengampu
ght
.
2022 2023 2024 n
ta dan
Utama

e n
Kefarmasian
t
-
2Alat Kesehatan
0 2
3.2. Menguatnya Presentase kabupaten/kota 70 75 80
- 2 Direktorat
surveilans yang yang melakukan respon u n Jenderal
adekuat KLB/wabah (PE, pemeriksaan ta h Pencegahan dan
3 -
laboratorium, tata laksana
r - 1 Pengendalian
kasus) o Penyakit
3.3. Menguatnya sistem Persentase provinsi yang 34om 34 34 Sekretariat
penanganan sudah memliki sistem s- n Jenderal
e
bencana dan penanganan bencana dan
e nk
kedaruratan kedaruratan kesehatan
e rm
kesehatan
p
masyarakat sesuai standar
5 /
4
/0
Terciptanya sistem pembiayaan kesehatan yang efektif, efisien dan berkeadilan
2
4.1. Terpenuhinya
0 2
Persentase cakupan 30 60 100 Badan Kebijakan
kelompok2berisiko yang
pembiayaan
/
m layanan
Pembangunan
kesehatan yang
. c o
mendapatkan Kesehatan
berkeadilan pada
n askrining kesehatan
kegiatan promotif a
dan preventif u
ly
a m
4.2. Menguatnya
i n Proporsi Out Of Pocket (OOP) 27 24 20 Badan Kebijakan

w .a
pembiayaan terhadap total belanja Pembangunan

wkesehatan nasional kesehatan Kesehatan

: //w secara efektif, efisien


t p s
ht
jdih.kemkes.go.id
- 147 -

ml
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Unit Pengampu
g .ht
2022 2023 2024
ta
Utama n
n
dan berkeadilan
untuk mencapai 2 -te
2
universal health
- 20
coverage (UHC)
u n
5 Terpenuhinya SDM kesehatan yang kompeten dan berkeadilan tah
3 -
5.1. Meningkatnya Persentase faskes dengan 65
r - 183 100 Direktorat

mo
pemenuhan dan SDM kesehatan sesuai Jenderal Tenaga
pemerataan SDM standar
n o Kesehatan
kesehatan yang s -
k e
berkualitas
e n
5.2. Meningkatnya Persentase faskes dengan
er m 40 50 60 Direktorat
kompetensi dan SDM kesehatan yang
5 / p Jenderal Tenaga
sistem pendidikan
/0
ditingkatkan sesuai
kompetensinya2
Kesehatan
pelatihan SDM
0 2
kesehatan
/ 2
5.3. Meningkatnya
o m faskes dengan
Persentase 25 60 100 Direktorat
. c
sistem pembinaan
jabatan fungsional
naSDM kesehatan tersertifikasi
a
Jenderal Tenaga
Kesehatan
dan karier SDMu ly
kesehatana
m
6 . aintata kelola, inovasi, dan teknologi kesehatan yang berkualitas dan efektif
Terbangunnya
6.1. w
w
Meningkatnya a. Jumlah fasilitas kesehatan 8.000 30.000 60.000 Sekretariat
w
s :// sistem pelayanan yang Jenderal

t t p
h
jdih.kemkes.go.id
- 148 -

ml
No. Tujuan/Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target Unit Pengampu
g .ht
2022 2023 2024
ta
Utama n
n
kesehatan dalam
ekosistem teknologi
mengimplementasikan
sistem data dan aplikasi 2 -te
2
kesehatan yang kesehatan Indonesia 20
-30
terintegrasi dan b. Jumlah sistem 5 15 u n Sekretariat
transparan dalam bioteknologi kesehatan tah Jenderal
3-
mendukung terstandar dan terintegrasi
r -1
kebijakan kesehatan yang diimplementasikan
mo
berbasis bukti
n o
s -
6.2. Meningkatnya Presentasi kebijakan yang k e 60 71 81 Badan Kebijakan
n
kebijakan kesehatan berkualitas dan dapat
er me Pembangunan
berbasis bukti diimplementasikan
/p
Indeks capaian tata5kelola
Kesehatan
6.3. Meningkatnya
/0
Kemenkes yang2baik
80 85 90 Sekretariat
tatakelola
0 2 Jenderal
pemerintahan yang
/ 2
baik
o m
a. c
a n
u ly
a m
i n
w .a
w w
/
t p s:/
h t
jdih.kemkes.go.id
- 149 -

Untuk melaksanakan tujuan dan sasaran strategis Kementerian Kesehatan

l
tm
serta untuk menjabarkan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan

g.h
hingga 2024, maka Kementerian Kesehatan merumuskan program kerja
berdasarkan struktur organisasi terbaru. Organisasi Kementerian Kesehatan

tan
sendiri telah direstruktur pada 2021, sebagaimana juga sudah dijelaskan pada

n
-te
bagian Kerangka Kelembagaan di atas.
Berikut ini adalah rumusan Program Kementerian Kesehatan hingga 2024:

22
Tabel 1-2 Program Kementerian Kesehatan 2022–2024

-20
No. Nama Program Sasaran Program Indikator Program

un
1 Program Kesehatan Terwujudnya peningkatan (1). Persentase kabupaten/kota

ah
Masyarakat Kesehatan masyarakat yang melaksanakan intervensi

3-t
melalui pendekatan kesehatan keluarga
promotive dan preventif (2). Persentase ibu bersalin di

r-1
pada setiap siklus faskes (Pf)

mo
kehidupan yang didukung (3). Persentase ibu hamil Kurang
oleh peningkatan tata Energi Kronik
no
kelola kesehatan (4). Persentase bayi usia lurang 6
es-

masyarakat bulan mendapatkan ASI


nk

eksklusif
e

(5). Persentase balita yang dipantau


rm

pertumbuhan dan
/pe

perkembangannya
(6). Persentase kabupaten/kota
/05

yang menerapkan kebijakan


22

Gerakan Masyarakat Hidup


Sehat (Germas)
20

(7). Puskesmas dengan tata kelola


m/

kesehatan masyarakat yang


.co

baik
2 Program a. Meningkatnya upaya Persentase kabupaten/kota yang
na

Pencegahan dan pencegahan penyakit mencapai target imunisasi rutin


lya

Pengendalian b. Menurunnya infeksi Persentase cakupan penemuan dan


mu

Penyakit penyakit HIV pengobatan kasus HIV (ODHA on


ART)
na

c. Menurunnya Insiden Persentase cakupan penemuan dan


.ai

TBC pengobatan kasus tuberculosis


ww

d. Meningkatnya Jumlah kabupaten/kota yang


kabupaten/kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk
//w

mencapai eliminasi
ps:

malaria
e. Meningkatnya Proporsi kasus kusta baru tanpa
htt

kabupaten/kota yang cacat

jdih.kemkes.go.id
- 150 -

No. Nama Program Sasaran Program Indikator Program

l
mencapai eliminasi

tm
Kusta

g.h
f. Meningkatnya (1). Persentase pengobatan

tan
Pencegahan dan penyakit menular pada balita
pengendalian penyakit (2). Persentase skrining penyakit

n
-te
menular menular pada kelompok
berisiko

22
(3). Jumlah kabupaten/kota yang

-20
mencapai eliminasi penyakit

un
tropis terabaikan
g. Tidak meningkatnya Jumlah kabupaten/kota yang

ah
prevalensi obesitas melakukan deteksi dini faktor risiko

3-t
pada penduduk usia > PTM

r-1
18 tahun
h. Menurunnya Jumlah kabupaten/kota yang
persentase merokok
mo
melakukan pengendalian faktor
no
penduduk usia 10-18 risiko
es-

tahun
i. Meningkatnya jumlah Persentase kabupaten/kota yang
nk

kabupaten/kota sehat memenuhi kualitas kesehatan


e
rm

lingkungan
j. Meningkatnya (1). Persentase kabupaten/kota
/pe

kemampuan yang memiliki laboratorium


/05

surveilans berbasis kesehatan masyarakat dengan


laboratorium kemampuan surveilans
22

(2). Integrasi dan digitalisasi sistem


20

informasi surveilans
m/

k. Meningkatnya (1). Jumlah provinsi yang sudah


pengelolaan memiliki Tim Penanganan
.co

kedaruratan kesehatan Bencana dan Kedaruratan


na

masyarakat Kesehatan Masyarakat sesuai


lya

standar dan rutin


melaksanakan latihan minimal
mu

1 tahun sekali
na

(2). Jumlah provinsi yang sudah


.ai

memiliki tenaga cadangan yang


ww

terlatih untuk penanganan


bencana dan kedaruratan
//w

kesehatan masyarakat sesuai


standar
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 151 -

No. Nama Program Sasaran Program Indikator Program

l
3 Program Pelayanan a. Meningkatnya akses Persentase kecamatan dengan SPA

tm
Kesehatan dan JKN pelayanan kesehatan puskesmas yang memenuhi standar

g.h
dasar yang berkualitas

tan
bagi masyarakat
b. Meningkatnya mutu Persentase FKTP terakreditasi

n
-te
pelayanan kesehatan
primer

22
c. Meningkatnya peran Persentase puskesmas yang

-20
fasilitas pelayanan melakukan Kolaborasi dengan

un
kesehatan primer milik FKTP lain dalam mendukung
swasta dalam pelaksanaan program prioritas

ah
pelayanan program

3-t
prioritas bagi

r-1
masyarakat
d. Meningkatnya kualitas Persentase fasyankes rujukan milik
Sarana, Prasarana,
mo
pemerintah yang memenuhi Sarana
no
dan Alat (SPA) fasilitas Prasarana dan Alat (SPA) sesuai
es-

pelayanan kesehatan standar


rujukan
nk

e. Meningkatnya Persentase RS yang melaporkan


e

pelaporan audit medis audit medis pada 9 penyakit


rm

9 penyakit prioritas di prioritas


/pe

rumah sakit
/05

f. Meningkatnya akses Jumlah RS rujukan nasional sesuai


terhadap fasilitas standar
22

pelayanan kesehatan
20

rujukan strata 4
m/

g. Terselenggaranya Persentase RS BLU yang masuk


pelayanan strata 4 di strata 4
.co

RS Vertikal secara
na

optimal
lya

h. Terselenggaranya Jumlah rumah sakit penyelenggara


layanan 9 penyakit pendidikan yang mempunyai
mu

prioritas di rumah kompetensi rujukan 9 layanan


na

sakit pendidikan prioritas


.ai

i. Meningkatnya mutu Persentase fasyankes rujukan yang


ww

pelayanan kesehatan memenuhi standar mutu


rujukan
//w

j. Menurunnya jumlah Persentase pasien WNI di 5 provinsi


pasien WNI yang (Riau, Sumatera Utara, Aceh,
ps:

berobat ke luar negeri Kepulauan Riau dan Kalimantan


htt

Barat) yang berobat ke luar negeri

jdih.kemkes.go.id
- 152 -

No. Nama Program Sasaran Program Indikator Program

l
k. Terselenggaranya Jumlah RS yang memiliki layanan

tm
pelayanan Center of unggulan internasional

g.h
Excellence di RS

tan
Vertikal secara optimal
l. Tersedianya sistem Persentase pengembangan Hubs

n
-te
dan data pelayanan Biomedical Genome-based Science
kesehatan terintegrasi Initiative

22
m. Meningkatnya (1) Persentase puskesmas dengan

-20
ketersediaan obat dan ketersediaan obat esensial

un
penggunaan obat (2) Persentase rumah sakit dengan
esensial di pelayanan penggunaan obat esensial untuk

ah
kesehatan penanganan 9 penyakit prioritas

3-t
n. Meningkatnya (1) Jumlah 10 terbesar bahan baku

r-1
produksi dan obat yang diproduksi dalam
penggunaan bahan negeri
baku obat, alat
mo
(2) Jumlah 10 terbesar obat yang
no
kesehatan, alat menggunakan bahan baku obat
es-

diagnostik, vaksin yang diproduksi dalam negeri


dalam negeri (3) Jumlah alat kesehatan dan alat
nk

diagnostik 10 terbesar yang


e

diproduksi dalam negeri


rm

(4) Jumlah alat kesehatan dan alat


/pe

diagnostik yang memiliki


/05

sertifikat TKDN > 50%


(5) Jumlah vaksin program yang
22

diproduksi dalam negeri


20

(6) Jumlah vaksin yang memiliki


m/

TKDN > 70%


(7) Jumlah vaksin produksi dalam
.co

negeri yang mendapt PQ WHO


na

(8) Jumlah Pemanfaatan hasil


lya

bioteknologi kesehatan untuk


preventif dan kuratif
mu

o. Meningkatnya mutu Persentase alat kesehatan yang


na

alat kesehatan memenuhi syarat


.ai

diperedaran
p. Terpenuhinya (1). Persentase penduduk berisiko
ww

pembiayaan kesehatan yang mendapatkan layanan


//w

pada kegiatan promotif skrining kesehatan


dan preventif dalam (2). Persentase kabupaten/kota
ps:

mencapai UHC yang memenuhi pembiayaan


htt

kegiatan promotif preventif


pada SPM

jdih.kemkes.go.id
- 153 -

No. Nama Program Sasaran Program Indikator Program

l
(3). Persentase kabupaten/kota

tm
yang melaksanakan Kerjasama

g.h
Pemerintah Swasta (KPS)

tan
bidang kesehatan
q. Meningkatnya (1). Persentase puskesmas dengan

n
-te
pemenuhan SDMK dokter
sesuai standar (2). Persentase puskesmas dengan

22
9 jenis tenaga kesehatan sesuai

-20
standar
(3). Persentase RSUD

un
kabupaten/kota yang memiliki

ah
4 dokter spesialis dasar dan 3

3-t
dokter spesialis lainnya

r-1
(4). Persentase Penyelenggaraan Uji
Kompetensi Jabatan
mo Fungsional Kesehatan yang
no
terakreditasi
es-

4 Program Pendidikan Meningkatnya (1) Jumlah SDMK yang


dan Pelatihan ketersediaan SDMK ditingkatkan kompetensinya
nk

Vokasi sesuai standar untuk mendukung sistem


e

ketahanan kesehatan
rm

(2) Jumlah SDMK yang


/pe

ditingkatkan kompetensinya
/05

sesuai dengan 9 penyakit


prioritas
22

5 Program Kebijakan Meningkatnya kebijakan (1). Persentase kebijakan teknis


20

Pembangunan kesehatan berbasis bukti dalam penguatan berbagai


m/

Kesehatan skema pembiayaan kesehatan


yang efektif dan efisien
.co

(2). Jumlah pedoman dalam


na

menyusun kebijakan
lya

(3). Persentase kebijakan


Kementerian Kesehatan
mu

berbasis kajian dan bukti


na

(4). Terbangunnya tata kelola kerja


.ai

sama internasional yang efektif


6 Program Dukungan a. Tersedianya sistem dan (1). Jumlah sistem data kesehatan
ww

Manajemen data pelayanan Indonesia yan terstandar dan


//w

kesehatan terintegrasi terintegrasi


dan bermanfaat dalam (2). Jumlah Integrasi platform
ps:

mendukung aplikasi dari sistem kesehatan


htt

perumusan kebijakan Indonesia

jdih.kemkes.go.id
- 154 -

No. Nama Program Sasaran Program Indikator Program

l
(3). Persentase fasilitas pelayanan

tm
kesehatan dengan kematangan

g.h
digital (Digital Maturity) tingkat

tan
7
(4). Jumlah kebijakan tata kelola

n
-te
produk inovasi teknologi
kesehatan yang ditetapkan

22
dan digunakan

-20
(5). Jumlah data biospesimen yang
tersedia dan dimanfaatkan

un
pada platform Biobank dalam

ah
Biomedical Genome-based

3-t
Science Initiative

r-1
b. Meningkatnya (1). Nilai Reformasi Birokrasi
koordinasi (2). Nilai kinerja anggaran
pelaksanaan tugas, mo
(3). Opini Badan Pemeriksa
no
pembinaan dan Keuangan atas Laporan
es-

pemberian dukungan Keuangan


manajemen
nk

Kementerian
e

Kesehatan
rm

c. Meningkatnya (1). Nilai Integritas Organisasi


/pe

akuntabilitas kinerja (2). Nilai Maturitas SPIP Terintegrasi


/05

dan pengelolaan
keuangan bersih dan
22

efektif serta
20

meningkatnya
m/

efektivitas
pengendalian intern
.co

pemerintah
na
lya

Target kinerja program dan target kinerja kegiatan Kementerian Kesehatan


mu

akan menggambarkan target kinerja yang menjadi tugas dari unit kerja tertentu
yang ada di Kementerian Kesehatan sesuai dengan levelnya masing-masing.
na

Dalam hal ini maka setiap unit kerja di Kementerian Kesehatan akan memiliki
.ai

satu atau lebih indikator kinerja berikut dengan target dan alokasi
ww

penganggarannya. Uraian indikator kinerja program dan indikator kinerja


//w

kegiatan berikut dengan target dan anggarannya, serta unit


ps:

penanggungjawabnya akan disampaikan dalam lampiran.


htt

jdih.kemkes.go.id
- 155 -

B. Kerangka Pendanaan Kementerian Kesehatan

l
tm
Untuk mencapai target kinerja sasaran strategis Kementerian Kesehatan

g.h
serta menjalankan program dan sasaran programnya maka diperlukan alokasi
anggaran sesuai dengan kebutuhan dan juga kemampuan Kementerian

tan
Kesehatan. Untuk itu berikut ini adalah kerangka pendanaan untuk mencapai

n
-te
tujuan dan sasaran strategis Kementerian Kesehatan sampai dengan tahun
2024.

22
Tabel 1-3 Kerangka Pendanaan Pelaksanaan Program Kementerian Kesehatan

-20
2022-2024

un
No Program Pagu Indikatif (ribu rupiah) Keterangan

ah
2022 2023 2024

3-t
1 Program Kesehatan
1.693.102 1.967.154 2.040.438

r-1
Masyarakat
2 Program
Pencegahan dan
2.678.191
mo
3.169.111 3.797.332
no
Pengendalian
Penyakit
es-

3 Program Pelayanan
nk

54.577.454 55.481.156 56.355.900


Kesehatan dan JKN
e

4 Program Pendidikan
rm

dan Pelatihan 2.908.336 3.379.176 3.185.110


/pe

Vokasi
5 Program Kebijakan
/05

Pebangunan 97.511 102.386 88.405


22

Kesehatan
20

6 Program Dukungan
4.210.371 4.481.326 5.046.810
m/

Manajemen
.co
na
lya
mu
na
.ai
ww
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id
- 156 -

m l
. h t
n g
A. Matriks Indikator Kinerja, Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020-2021
n t a
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah)
-t e
No
Program/ (Outcome)/ Sasaran
Baseline
Definisi
2 2 Cara Perhitungan
Unit
Organisasi
Kegiatan Kegiatan
(Output)/Indikator
2020 2021 2020 2021 Operasional
- 2 0 Pelaksana

u n
KEMENTERIAN KESEHATAN RI 80.492.978 96.824.081

t a h
1 Sasaran Strategis 1:
3 -
Meningkatnya
- 1
kesehatan ibu, anak
dan gizi masyarakat
m or
Persentase ibu hamil 17,3 16 14,5
- n o Ibu hamil dengan Ibu hamil dengan LILA kurang Ditjen
Kurang Energi Kronik
e s risiko kurang dari 23,5 cm dibagi jumlah ibu Kesmas
(KEK)
n k energi kronis hamil yang ada dikali 100%.

m e (KEK) yang
ditandai dengan

/p er ukuran Lingkar
Lengan Atas

/0 5 (LiLA) kurang

2 2 dari 23,5 cm
Persentase persalinan
di fasilitas pelayanan
86,28
/ 2
870 89 Cakupan ibu
bersalin yang
Jumlah ibu bersalin yang
mendapat pertolongan
Ditjen
Kesmas
kesehatan (PF)
o m mendapat persalinan oleh tenaga kesehatan

a .c pertolongan yang memiliki kompetensi

a n persalinan oleh
tenaga kesehatan
kebidanan di fasilitas pelayanan
kesehatan di suatu wilayah kerja

u ly yang memiliki dalam kurun waktu tertentu

a m kompetensi
kebidanan di
dibagi jumlah sasaran ibu
bersalin yang ada di suatu

a i n fasilitas wilayah pada kurun waktu

w . pelayanan
kesehatan di
tertentu, dikali 100%

: / / ww suatu wilayah
kerja dalam

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 157 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kurun waktu
2 -t
tertentu
0 2
Jumlah N/A 120 200 DO/Kriteria
n - 2 Jumlah Kabupaten/Kota yang Ditjen
kabupaten/kota yang
h u
kabupaten/kota memenuhi DO/kriteria Kesmas
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
yang
- t a
menyelenggaraka
kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan
ibu dan bayi baru
- 1 3
n pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir

m or kesehatan ibu
dan bayi baru
lahir

- n o lahir adalah:

s Seluruh

n ke Puskesmas

e menyelenggaraka

erm
n kelas ibu hamil
minimal di 50%

5 /p desa/kelurahan

2/0 Cakupan K4
minimal 85%
0 2
/ 2 Seluruh
Puskesmas
o m dengan tempat

a .c tidur mampu

a n memberikan

u ly pelayanan
kegawatdaruratan

a m maternal dan

a i n neonatal

w . Kabupaten/Kota
memiliki minimal

: / / ww 1 Rumah Sakit
mampu

tps
melakukan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 158 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
penanganan
2 -t
kasus rujukan
0 2
komplikasi dan
n
kegawatdarurata- 2
hu
n maternal dan

- t a
neonatal

- 1 3
Dinas Kesehatan

m or Kabupaten/Kota
menyelenggaraka

- n o n AMP minimal 1
kali setiap 3
e s bulan

n k
Persentase balita
stunting
27.67 24,1 21,1

m e Balita stunting
(pendek dan
Balita stunting (pendek dan
sangat pendek) dibagi balita yang
Ditjen
Kesmas

/p er sangat pendek)
adalah anak yang
diukur indeks panjang badan
menurut umur (PB/U) atau

/0 5 berumur dibawah
5 tahun (0 sampai
tinggi badan menurut umur
(TB/U) dikali 100%
2 2 59 bulan 29 hari)

/ 2 0 dengan kategori
status gizi
o m berdasarkan

a .c indeks panjang

a n badan menurut

u ly umur (PB/U) atau


tinggi badan

a m menurut umur

a i n (TB/U) dengan z-

w . score kurang
dari -2 standar

: / / ww deviasi.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 159 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase bayi 37,3 40 45 Bayi umur 0
2 -t
Bayi usia kurang dari 6 bulan Ditjen
kurang dari 6 bulan
mendapat ASI
sampai 5 bulan
29 hari yang
-2 02
mendapat ASI Eksklusif dibagi
seluruh bayi usia kurang dari 6
Kesmas

eksklusif n
hanya diberi ASI
u bulan dikali 100%

t a h
saja tanpa

3-
makanan atau
cairan lain

r- 1
kecuali obat,

m o vitamin dan
mineral.
Persentase 46,1 51 70
- n o Kabupaten/kota Jumlah Kabupaten/Kota yang Ditjen
kabupaten/kota
e s yang melaksanakan pembinaan Kesmas
melaksanakan
n k melaksanakan posyandu aktif sesuai kriteria
pembinaan posyandu
m e pembinaan dibagi jumlah kab./Kota dikali

er
aktif Posyandu Aktif 100%
dengan kriteria:

5 /p Memiliki Pokjanal

2/0 yang disahkan


melalui
0 2 keputusan
/ 2 Bupati/walikota

o m Melakukan

na.c pertemuan
Pokjanal

ly a Posyandu

m u minimal 2 kali
setahun

i n a Melakukan
. a peningkatan

ww kapasitas bagi
petugas

: / / w Puskesmas dan

tps
kader

ht
jdih.kemkes.go.id
- 160 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Memiliki sistem
2 -t
pelaporan
0 2
kegiatan
Posyandu n - 2
h u
- t a
Posyandu aktif
minimal 50%

- 1 3
or
Persentase N/A 30 35 Kabupaten/kota Jumlah Kabupaten/Kota yang Ditjen
kabupaten/kota yang yang menerapkan menerapkan kebijakan Gerakan Kesmas
menerapkan
o m kebijakan Germas Masyarakat Hidup Sehat dibagi
kebijakan gerakan
masyarakat hidup
s - n dengan kriteria: total kab/kota dikalikan 100%

sehat
k e Memiliki

e n kebijakan
Germas sesuai

erm dengan Inpres

5 /p No.1 Tahun 2017


(melaksanakan 5

2/0 kluster germas)


dan atau
0 2 kebijakan
/ 2 berwawasan

o m kesehatan

a .c Melaksanakan

a n penggerakkan

u ly masyarakat
dalam

a m mendukung 5

a i n kluster Germas

w . minimal 3 kali
setahun, dengan

: / / ww melibatkan lintas
sektor,

tps
pendidikan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 161 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
(sekolah), Upaya
2 -t
Kesehatan
0 2
Bersumberdaya
Masyarakat n - 2
hu
(UKBM) dan atau

- t a
mitra potensial
100% kabupaten/kota 238 324 374
- 1 3
Kabupaten/Kota Jumlah kabupaten/kota yang Ditjen
menerapkan
kebijakan KTR
m or yang memiliki
Peraturan daerah
menerapkan peraturan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) di 7 Tatanan
Kesmas

- n o KTR dan
menerapkan
e s secara optimal di

n k 7 tatanan

m e (fasyankes,

er
sekolah, tempat
ibadah, tempat

5 /p kerja, fasilitas

2/0 umum, angkutan


umum, dan
0 2 tempat bermain
/ 2 anak)

Kabupaten/kota sehat N/A


o m 110 220 Kabupaten/Kota Jumlah Kabupaten/Kota yang Ditjen

na.c dengan kriteria : telah memenuhi kriteria


penyelenggaraan
Kesmas

ly a Melaksanakan 4
tatanan yaitu
Kabupaten/Kota Sehat

m u pemukiman,

i n a sarana dan

. a prasarana

ww umum,
masyarakat sehat

: / / w yang mandiri dan


ketahanan

ht tps pangan, kawasan

jdih.kemkes.go.id
- 162 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pendidikan dan
2 -t
kawasan pasar
0 2
Memiliki SK Tim
n - 2
Pembina KKS
h u
- t a
Memiliki SK

- 1 3
Forum dan

or
rencana kerja
laporan hasil

- n om verifikasi oleh tim


pembina tingkat
e s provinsi

n k
2 Sasaran Strategis 2:
e
erm
Meningkatnya
ketersediaan dan
mutu fasyankes
5 /p
/0
dasar dan rujukan

2
02
Seluruh kecamatan N/A - 43 Seluruh Jumlah Puskesmas yang Ditjen
memiliki minimal 1 kecamatan yang dibangun pada kecamatan yang Yankes
puskesmas / 2 terdaftar dalam belum memiliki Puskesmas

.c om Kementerian
Dalam Negeri
dalam tahun berjalan.

n a (Permendagri

ly a Nomor 72 Tahun
2019 atau

m u peraturan

i n a terbaru) memiliki

. a minimal 1

w Puskesmas.

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 163 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase 45 - 50 Persentase
2 -t
Jumlah kabupaten kota yang Ditjen
kabupaten/kota yang
memenuhi rasio
penambahan
total TT untuk
-2 02
memenuhi standar rasio TT
1:1000 dibagi jumlah seluruh
Yankes

TT 1:1.000
kabupaten/kota
u n kabupaten/kota dikali 100%

t a h
yang masih

3-
belum sesuai
standar 1 TT

r- 1
untuk 1000

m o penduduk
Persentase FKTP
sesuai standar
45 46 60
- n o Puskesmas dan
klinik pratama
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠
𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑛𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
Ditjen
Yankes
e s yang memenuhi =
𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑥 100%

n k standar
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠
𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑛𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎𝑚𝑎

m e akreditasi (𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑒𝑙𝑖𝑛𝑒 = 16.536)

Persentase RS
terakreditasi
70 80 85
/p er Persentase RS
yang
Jumlah kumulatif Ditjen
Yankes

/0 5 terakreditasi
RS yang terakreditasi
Jumlah seluruh RS yang
x 100%

22
oleh Lembaga
Independen

20
teregistrasi di Kementerian
Penyelenggara
/ Akreditasi yang
Kesehatan

.c om ditetapkan oleh
Kementerian
n a Kesehatan
Jumlah fasilitas
ly a 1.692 151 228 Jumlah Jumlah Laboratorium Kesehatan Ditjen

m u
pelayanan kesehatan Laboratorium dan UTD yang mendapatkan Yankes

i n a
lain yang memenuhi
persyaratan survei
Kesehatan dan UTD rekomendasi survei akreditasi
yang mendapatkan dari Direktorat yang bertanggung
. a
akreditasi rekomendasi dari jawab pada bidang mutu dan
w akreditasi (Direktorat Mutu dan

ww
Direktorat yang
Akreditasi Pelayanan Kesehatan)
bertanggung
: / / jawab pada
pada tahun berjalan

ht tps bidang mutu dan

jdih.kemkes.go.id
- 164 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
akreditasi
2 -t
(Direktorat Mutu
0 2
dan Akreditasi
Pelayanan n - 2
h
Kesehatan) u
- t
setelaha
- 1 3
memenuhi
persyaratan

m or untuk disurvei
akreditasi oleh

- n o lembaga

e s independen

n k penyelenggara
akreditasi sesuai

m e dengan

/p er peraturan
perundang-

/0 5 undangan yang
berlaku
2 2
3 Sasaran Strategis 3:
Meningkatnya / 2 0
pencegahan dan
o m
pengendalian
a .c
penyakit serta
a n
pengelolaan
kedaruratan
u ly
kesehatan
a m
a i n
masyarakat

w .
Menurunnya insidensi
TB per 100.000
316 272 252 Insidens
Tuberkulosis
Jumlah semua kasus TB baru
dan kambuh pada waktu
Ditjen P2P

: / / ww penduduk (ITB) adalah


jumlah kasus TB
tertentu dibagi jumlah penduduk
pada periode waktu yang sama

tps
baru dan yang kemudian dikali 100.000.

ht
jdih.kemkes.go.id
- 165 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kambuh yang
2 -t
muncul selama
0 2
periode waktu
tertentu per n - 2
100.000
h u
- t a
penduduk.
Menurunnya insidensi 0,24 0,21 0,21
- 1 3
Jumlah infeksi Jumlah infeksi baru HIV yang Ditjen P2P
HIV

m or baru HIV yang


terjadi pada
terjadi pada populasi berumur di
atas 15 tahun dibagi jumlah

- n o populasi berumur
di atas 15 tahun
penduduk berusia di atas 15
tahun yang belum terkena
e s selama periode infeksi HIV (population at risk),

n k waktu tertentu. dalam kurun waktu tertentu,

m e Angka ini dikali 1.000

er
menggambarkan
jumlah infeksi

5 /p baru yang terjadi

2/0 di populasi, baik


pada orang yang
0 2 menyadari tertular
/ 2 maupun yang

o m tidak

a .c menyadarinya,
dan tidak hanya

a n yang datang ke

u ly pelayanan
kesehatan dan

a m dilaporkan ke

a i n program

w .
Meningkatkan 285 325 345 Jumlah Jumlah Kumulatif kabupaten/ Ditjen P2P

ww
eliminasi malaria Kabupaten/ kota kota yang sudah lolos hasil
yang sudah assessmen eliminasi Malaria dan

: / / mendapatkan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 166 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
sertifikat
2 -t
mendapat sertifikat eliminasi
eliminasi
0 2
malaria
Kabupaten/kota yang 60 79,3 83,8 Kab/Kota yang
n - 2 Jumlah Kab/Kota yang mencapai Ditjen P2P
mencapai 80% u
dapat melakukan
h cakupan imunisasi dasar
imunisasi dasar
lengkap - t a
imunisasi dasar
lengkap minimal
lengkap ≥80% dibagi jumlah
Kab/Kota di seluruh Indonesia

- 1 3
80% pada anak pada tahun yang sama dikali

Meningkatnya 514 52 129 m or usia 0-11 bulan

Kab/kota yang
100%

Kumulatif dari penjumlahan IKK Ditjen P2P


kabupaten/kota yang
- n o melakukan terkait deteksi dini
melakukan
e s program
pencegahan dan
n k pencegahan
pengendalian PTM
dan penyakit menular
m e dan
pengendalian
lainnya termasuk
NTD
/p er PTM sesuai
standar
Persentase N/A 56
/0 5
65 Persentase Jumlah Kab/Kota yang Ditjen P2P
kabupaten/kota yang
22 Kab/Kota yang mempunyai kelengkapan laporan
mempunyai kapasitas
dalam pencegahan / 20 mempunyai
kelengkapan
kewaspadaan dini minimal 90%,
ketepatan minimal 80%, dan
dan pengendalian
KKM
.com laporan
kewaspadaan dini
respon alert < 24 jam minimal
80% dibagi jumlah Kab/Kota di

n a minimal 90%, seluruh Indonesia pada tahun

ly a ketepatan minimal
80%, dan respon
sama dikali 100%

mu alert < 24 jam

i n a minimal 80%
4
. a
Sasaran Strategis 4:

w Meningkatnya akses,

ww
kemandirian dan
mutu kefarmasian
: / / dan alat kesehatan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 167 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase 84,63 85 90 Persentase
2 -t
Jumlah Puskesmas yang Ditjen
puskesmas dengan
ketersediaan obat
Puskesmas yang
memiliki
-2 02
memiliki minimal 80% obat
esensial dibagi dengan jumlah
Kefarmasian
dan Alkes
esensial ketersediaan
u n Puskesmas yang melapor dikali

t a h
minimal 80% dari seratus persen.

3-
40 item obat
indikator pada

r- 1
saat dilakukan

m o pemantauan.
5 Sasaran Strategis 5:
Meningkatnya
- n o
pemenuhan SDM
e s
Kesehatan dan
n k
kompetensi sesuai
m e
er
standar

Persentase 40 35 47
5 /p Jumlah Jumlah Puskesmas yang Badan

/0
puskesmas dengan Puskesmas yang terpenuhi 9 jenis Nakes (minimal PPSDMK
jenis nakes sesuai
standar 2 2 teregistrasi yang
telah terpenuhi ( 9
1) dibagi Total Puskesmas
Teregistrasi dikali 100%

/ 2 0 jenis ) tenaga
kesehatan (dokter,
o m dokter gigi,

a .c perawat, bidan,

a n tenaga promosi

u ly kesehatan dan
ilmu perilaku,

a m tenaga sanitasi,

a i n lingkungan,
nutrisionis, tenaga

w . apoteker dan/atau

ww
tenaga teknis
kefarmasian, ahli

: / / teknologi

ht tps laboratorium

jdih.kemkes.go.id
- 168 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
medik) sesuai
2 -t
standar ( minimal1
0 2
) sebagaimana
terdata dalam n - 2
hu
Sistem Informasi

- t a
SDM Kesehatan
Persentase RSUD 61,63 70 75
- 1 3
Jumlah RSUD Jumlah RSUD Kabupaten/Kota Badan
kabupaten/kota yang
memiliki 4 dokter
m or Kabupaten/Kota
yang telah
yang telah terpenuhi 4 spesialis
dasar dan 3 spesialis lainnya
PPSDMK

spesialis dasar dan 3


dokter spesialis
- n o terpenuhi 4
dokter spesialis
dibagi jumlah RSUD Kab/Kota
dikali 100%
lainnya sebesar 90%
e s dasar (obgyn,
(minimal 4 spesialis
n k anak, penyakit
dasar wajib ada).
m e dalam dan

er
bedah) dan 3
spesialis lainnya

5 /p
/0
Jumlah SDM 10.1728 41.669 39.627 Jumlah SDM Jumlah SDM Kesehatan yang Badan
Kesehatan yang
ditingkatkan 2 2 Kesehatan yang
telah
Mendapat Sertifikat pada
Pelatihan Teknis
PPSDMK

kompetensinya
/ 2 0 ditingkatkan
kompetensi
Kesehatan,Fungsional
Kesehatan,Manajemen Kesehatan
o m (Nakes dan Non dan Manajemen Non Kesehatan

a .c Nakes) Terakreditasi ditambah jumlah

a n SDM Kesehatan penerima

u ly bantuan pendidikan
berkelanjutan ditambah jumlah

a m peserta penerima bantuan

a i n pendidikan profesi kesehatan di


tambah

w . jumlah tenaga kesehatan yang

: / / ww melaksanakan internsip ditambah


SDM kesehatan yang tersertifikasi

tps
kompetensi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 169 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase 12 6 0 Puskesmas yang
2 -t
Jumlah Puskesmas tanpa tenaga Badan
puskesmas tanpa
dokter
teregistrasi yang
tidak memiliki
-2 02
dokter dibagi dengan Total
Puskesmas Teregistrasi dikali
PPSDMK

tenaga dokter
u n 100%

t a h
baik ber status

3-
ASN atau Non
ASN baik

r- 1
ditempatkan oleh

m o Pemerintah Pusat
atau Pemerintah

- n o Daerah

e s sebagaimana

n k terdata dalam
Sistem Informasi

m e SDM Kesehatan
6 Sasaran Strategis 6:
/p er
Terjaminnya
pembiayaan
/0 5
kesehatan
2 2
Persentase anggaran
Kesehatan terhadap
N/A
/ 250 5,1 Besaran anggaran
yang ditujukan
Total besaran anggaran
kesehatan dibagi total anggaran
Setjen

APBN
o m untuk mencapai pendapatan dan belanja negara

a .c target atau (APBN) dikalikan 100.

a n sasaran

u ly pembangunan
Kesehatan baik

i n am yang ada di
Kementerian
. a Kesehatan

ww maupun di K/L
lain, non K/L dan

: / / w dana tranfer ke

tps
daerah.

ht
jdih.kemkes.go.id
- 170 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
7 Sasaran Strategis 7:
2 -t
Meningkatnya
0 2
sinergisme pusat dan
daerah serta n - 2
meningkatnya tata
h u
kelola pemerintahan
- t a
yang baik dan bersih
- 1 3
Persentase provinsi
yang mendapatkan
N/A 20 40

m or Jumlah Provinsi
yang
Jumlah Provinsi yang
mendapatkan penguatan dalam
Setjen

penguatan dalam
penyelenggaraan SPM
- n o mendapatkan
pendampingan,
penyelenggaraan SPM Bidang
Kesehatan Provinsi dibagi 34
Bidang Kesehatan
e s pembinaan dan Provinsi dikalikan 100%
provinsi dan
n k pengawasan
kabupaten/kota
m e dalam
Jumlah Provinsi yang telah
melaksanakan pembinaan dan

er
pelaksanaan
pengawasan penyelenggaraan
penerapan SPM

5 /p Bidang Kesehatan
SPM Bidang Kesehatan
Kab/Kota dibagi 34 Provinsi

2/0 Provinsi.
Penguatan
dikalikan 100%

0 2 terwujud dalam
/ 2 bentuk provinsi

o m mampu

a .c melakukan
perencanaan

a n kegiatan dalam

u ly rangka
pelaksanaan

a m penerapan SPM

a i n Provinsi (2 jenis

w . layanan) yang
terintegrasi dalam

ww
dokumen

: / / perencanaan dan

tps
penganggaran

ht
jdih.kemkes.go.id
- 171 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
daerah Provinsi
2 -t
(RPJMD, RKPD,
02
Renstra, Renja,
RKA Dinas n - 2
Kesehatan
h u
- t a
Provinsi

- 1 3
(pembiayaan
APBD Provinsi)).
or Provinsi

- n om melaporkan
pelaksanaan
e s penerapan

n k standar
e pelayanan

erm
minimal Provinsi
paling lambat 3

5 /p (tiga) bulan

2/0 setelah tahun


anggaran

0 2 berakhir (berupa
/ 2 hasil, kendala

o m dan ketersediaan

a .c anggaran).

n Provinsi

u lya melaksanakan
pembinaan dan

a m pengawasan
pelaksanaan

a i n penerapan SPM

w . Bidang
Kesehatan

w w Kab/Kota

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 172 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase Provinsi N/A 20 40 Provinsi
2 -t
Jumlah Provinsi yang Setjen
dengan anggaran
kesehatan daerah
mengalokasikan
anggaran APBD
-2 02
mengalokasikan anggaran APBD
(Murni-DAK) untuk mendukung
dalam APBD yang (Murni-DAK)
u n progran nasional 20% dari
sesuai dengan untuk
t a h jumlah jenis kegiatan prioritas

3-
prioritas nasional di mendukung dibagi 34 Provinsi dikali 100%
bidang kesehatan Program Prioritas

r- 1
Nasional pada
Jumlah Kab/Kota dalam wilayah
Provinsi yang mengalokasikan

m o masing-masing
Kegiatan Prioritas
anggaran APBD (Murni-DAK)

- n o yang ditetapkan
untuk mendukung program
nasional 20% dari jumlah jenis
e s setiap tahunnya
kegiatan prioritas dibagi 34

n k dalam Rencana
Kerja Pemerintah
Provinsi dikali 100%

m e Daerah (RKPD)

/p er dan APBD
Provinsi

/0 5 Kab/Kota dalam

2 2 wilayah Provinsi

/ 2 0 yang
mengalokasikan

o m anggaran APBD

a .c (Murni-DAK)
untuk

a n mendukung

u ly Program Prioritas
Nasional pada

a m masing-masing

a i n Kegiatan Prioritas

w . yang ditetapkan
setiap tahunnya

ww
dalam Rencana

: / / Kerja Pemerintah

tps
Daerah (RKPD)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 173 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dan APBD
2 -t
Kab/Kota
02
Nilai Reformasi 77,43 78,06 78,69
n
Nilai Reformasi- 2Menggunakan hasil penilaian Setjen
Birokrasi Kementerian u
Birokrasi di
h dari Kementerian PAN dan RB
Kesehatan
- t a
Kementerian
Kesehatan

- 1 3
adalah hasil

m or penilaian dari
Kementerian PAN

- n o dan RB terkait
pelaksanaan 8
e s area perubahan

n k pada Reformasi

m e Birokrasi di

er
Kementerian
Kesehatan

5 /p
/0
Nilai kinerja 95,22 85 88 Besarnya nilai Nilai agregat dari nilai aspek Setjen
penganggaran
Kementerian 2 2 kinerja
penganggaran
implementasi (terdiri nilai
realisasi, konsistensi, efisiensi,
Kesehatan
/ 2 0 yang diperoleh
melalui
pencapaian keluaran dan
kesesuaian RPK-RPD), aspek
o m perhitungan manfaat dan aspek konteks

a .c kinerja menggunakan aplikasi SMART

a n menggunakan Kemenkeu

u ly aplikasi SMART
Kementerian

a m Keuangan yang

a i n diformulasikan

w . dari :

ww
Aspek
Implementasi
: / / yang

ht tps memperhitungka

jdih.kemkes.go.id
- 174 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
n realisasi
2 -t
Anggaran,
0 2
konsistensi
n
antara RPD dan - 2
h u
RPK, Efisiensi

- t a
dan capaian

- 1 3
keluaran yang
ditargetkan di

m or dalam RKA KL
secara tahunan

- n o Aspek Manfaat
e s yang

n k memperhitungkan

m e pencapaian

er
Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK),

5 /p Indikator Sasaran

2/0 Program/Indikator
Kinerja Program

0 2 (IKP) dan Indikator


/ 2 Sasaran Strategis

o m (ISS) yang ditarget

a .c di dalam Renja

n K/L dan Renstra

u lya K/L secara


tahunan

a m Aspek Konteks

ain
yang

w . memperhitungka
n relevansi,

ww
kejelasan,

: / / keterukuran

tps
informasi kinerja

ht
jdih.kemkes.go.id
- 175 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dengan dinamika
2 -t
masalah yang
0 2
coba dipecahkan
n -
melalui intervensi
2
program
h u
Persentase satker 19,67 40 50 - t a
Satker KP/KD Jumlah akumulasi Satker Itjen
KP/KD yang telah
- 1 3
yang memenuhi KP/KD yang mendapatkan
memenuhi predikat
WBK/WBBM
m or predikat WBK
adalah Satker
predikat Wilayah Bebas dari
Korupsi (WBK) dan Wilayah
(Kemenkes/ Nasional)
- n o KP/KD yang
mendapatkan
Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM) dari Kementerian
e s predikat Wilayah Kesehatan RI dan Kementerian

n k Bebas dari Pendayagunaan Aparatur Negara

m e Korupsi (WBK) dan Reformasi Birokrasi RI

er
dan Wilayah dibagi dengan jumlah seluruh
Birokrasi Bersih Satker KP/KD dikali 100%

5 /p dan Melayani

2/0 (WBBM) dari


Kementerian
0 2 Kesehatan RI dan
/ 2 Kementerian

o m Pendayagunaan

a .c Aparatur Negara
dan Reformasi

a n Birokrasi RI

8
u ly
Sasaran Strategis 8:
Meningkatnya
a m
a i n
efektivitas
pengelolaan penelitian

w .
dan pengembangan

ww
kesehatan dan Sistem
Informasi Kesehatan

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 176 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
untuk pengambilan
2 -t
keputusan
0 2
Jumlah rekomendasi N/A 6 6 Jumlah
n - 2 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Badan
kebijakan hasil rekomendasi
hu yang dihasilkan dari hasil sintesa Litbangkes
litbangkes yang
dimanfaatkan untuk - t a
kebijakan yang
dihasilkan dari
satu atau beberapa penelitian
dan pengembangan di bidang
perbaikan kebijakan
- 1 3
hasil sintesa satu Kesehatan yang telah

m or atau beberapa
penelitian dan
diadvokasikan dan dimanfaatkan
oleh pengelola program dan/atau

- n o pengembangan di
bidang
pemangku kepentingan,
dibuktikan dengan dokumen
e s Kesehatan yang kebijakan pemangku

n k telah kepentingan

m e diadvokasikan

er
dan
dimanfaatkan

5 /p oleh pengelola

2/0 program
dan/atau
0 2 pemangku
/ 2 kepentingan

Jumlah Sistem 5
o m 10 25 Suatu sistem jumlah sistem informasi Setjen
Informasi Kesehatan
yang terintegrasi
n a.c informasi
dinyatakan telah
kesehatan yang terintegrasi
dalam Aplikasi Satu Data
dalam aplikasi satu
ly a terintegrasi Kesehatan (ASDK)
data kesehatan
m u dalam ASDK bila
data yang

i n a bersumber dari

. a aplikasi sistem
informasi

ww tersebut telah

: / / w disepakati dan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 177 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
terdapat pada
2 -t
ASDK
02
Periode
n - 2
pelaporan
h u
- t
tahunan
a
indikator

- 1 3
or
Target
merupakan

o m angka kumulatif

s - n dari tahun
sebelumnya

k e
1) Program Dukungan Manajemen
Pada Sekretariat Jenderal e n
1.975.428 2.166.490 Sekretariat
Jenderal

Meningkatnya
erm
koordinasi
5 /p
pelaksanaan tugas,
pembinaan dan
2/0
pemberian dukungan
0 2
manajemen
Kementerian / 2
Kesehatan
o m
Nilai Reformasi a .c
77,43 78,06 78,69 Nilai Reformasi Menggunakan hasil penilaian
a
Birokrasi Kementerian n Birokrasi di dari Kementerian PAN dan RB
Kesehatan
u ly Kementerian
Kesehatan
a m adalah hasil

a i n penilaian dari

w . Kementerian PAN
dan RB terkait

: / / ww pelaksanaan 8
area perubahan

tps
pada Reformasi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 178 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Birokrasi di
2 -t
Kementerian
02
Kesehatan
n - 2
Dukungan pusat 2 2 Jumlah
h u Mengitung jumlah absolut NSPK
dalam penguatan
manajemen bidang - t a
dukungan Pusat
dalam bentuk
yang ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal atau Menteri Kesehatan
kesehatan
- 1 3
norma, standar,

o r prosedur dan
kriteria (NSPK)
o m yang ditetapkan

s - n oleh Sekretaris

ke Jenderal atau

e n Menteri
Kesehatan

Persentase provinsi
yang mendapatkan
N/A 20 40
/p erm Jumlah Provinsi
yang
Jumlah Provinsi yang
mendapatkan penguatan dalam
penguatan dalam
/0 5 mendapatkan penyelenggaraan SPM Bidang
penyelenggaraan SPM
Bidang Kesehatan 2 2 pendampingan,
pembinaan dan
Kesehatan Provinsi dibagi 34
Provinsi dikalikan 100%
provinsi dan
kabupaten/ kota / 2 0 pengawasan
dalam
Jumlah Provinsi yang telah

o m pelaksanaan
melaksanakan pembinaan dan

a .c penerapan SPM
pengawasan penyelenggaraan
SPM Bidang Kesehatan
a n Bidang
Kab/Kota dibagi 34 Provinsi

u ly Kesehatan
Provinsi.
dikalikan 100%

a m Penguatan

a i n terwujud dalam
bentuk provinsi

w . mampu

ww
melakukan
perencanaan

: / / kegiatan dalam

ht tps rangka

jdih.kemkes.go.id
- 179 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pelaksanaan
2 -t
penerapan SPM
0 2
-
Provinsi (2 jenis
layanan) yang n 2
h
terintegrasiu
- t a
dalam dokumen

- 1 3
perencanaan dan
penganggaran

m or daerah Provinsi
(RPJMD, RKPD,

- n o Renstra, Renja,

e s RKA Dinas

n k Kesehatan
Provinsi

m e (pembiayaan

/p er APBD Provinsi).

/0 5 Provinsi
melaporkan

2 2 pelaksanaan

/ 2 0 penerapan standar
pelayanan

o m minimal Provinsi

a .c paling lambat 3
(tiga) bulan setelah

a n tahun anggaran

u ly berakhir (berupa
hasil, kendala dan

a m ketersediaan

a i n anggaran).

w . Provinsi
melaksanakan

: / / ww pembinaan dan
pengawasan

tps
pelaksanaan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 180 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
penerapan SPM
2 -t
Bidang
0 2
Kesehatan
Kab/Kota n - 2
h u
Persentase provinsi
dengan anggaran
N/A 20 40
- t a
Provinsi
mengalokasikan
Jumlah Provinsi yang
mengalokasikan anggaran APBD
kesehatan daerah
- 1 3
anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung
dalam APBD yang
sesuai dengan
m or (Murni-DAK)
untuk
progran nasional 20% dari
jumlah jenis kegiatan prioritas
prioritas nasional di
bidang kesehatan
- n o mendukung
Program Prioritas
dibagi 34 Provinsi dikali 100%

s Jumlah Kab/Kota dalam wilayah

n ke Nasional pada
masing-masing
Provinsi yang mengalokasikan

e Kegiatan Prioritas
anggaran APBD (Murni-DAK)

erm
untuk mendukung program
yang ditetapkan
nasional 20% dari jumlah jenis
setiap tahunnya

5 /p dalam Rencana
kegiatan prioritas dibagi 34
Provinsi dikali 100%

2/0 Kerja Pemerintah


Daerah (RKPD)
0 2 dan APBD
/ 2 Provinsi

o m Kab/Kota dalam

na.c wilayah Provinsi


yang

ly a mengalokasikan

m u anggaran APBD
(Murni-DAK)

i n a untuk

. a mendukung
Program Prioritas

ww Nasional pada

: / / w masing-masing
Kegiatan Prioritas

ht tps yang ditetapkan

jdih.kemkes.go.id
- 181 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
setiap tahunnya
2 -t
dalam Rencana
0 2
Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) n - 2
dan APBD
hu
- t
Kab/Kotaa
Jumlah bahan 2 2 2
- 1 3Bahan kebijakan Jumlah dokumen hasil
kebijakan teknis
pengembangan
m or teknis
pengembangan
penelaahan data/ hasil kajian/
rancangan regulasi/ regulasi
pembiayaan
kesehatan dan
- n o pembiayaan
kesehatan dan
yang dihasilkan dalam rangka
pengembangan pembiayaan
jaminan kesehatan
e s jaminan kesehatan dan jaminan

n k kesehatan adalah kesehatan yang dihasilkan setiap

m e hasil penelaahan tahunnya

er
data/ hasil
kajian/

5 /p rancangan

2/0 regulasi/ regulasi


yang dihasilkan
0 2
a). Kegiatan Perumusan
Hukum dan Organi-sasi
Produk
/ 2 19.715 19.024 Biro Hukum

o m dan

a .c Organisasi

Peningkatan produk
a n
u
yang berkualitasly
hukum dan organisasi

a m
a i n
w .
Jumlah peraturan
perundang-undangan
303 125 125 Jumlah RUU,
RPP,
Jumlah RUU, RPP, Perpres/
R.Inpres yang telah diajukan ke

ww
dan produk hukum R.Perpres/R.Inpr Kementerian Hukum dan HAM

: / / lain bidang kesehatan


yang disusun
es yang telah
diajukan ke
untuk dilakukan harmonisasi
dalam satu tahun anggaran

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 182 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kementerian
2 -t
dan/atau telah selesai menjadi
Hukum dan HAM
0 2
UU, PP, Perpres/Inpres pada
untuk dilakukan
harmonisasi, n - 2 tahun-tahun berikutnya +
Jumlah Permenkes + Kepmenkes
Permenkes
hu dan produk hukum lain yang

- t a
Kepmenkes, dan strategis mendukung prioritas

- 1 3
produk hukum
lain yang
nasional (Kepmenkes dan produk
hukum lain yang memiliki

m or strategis
mendukung
substansi pengaturan dan tidak
termasuk Kepmenkes dan

- n o prioritas nasional produk hukum lain yang bersifat

e s yang telah individual konkrit seperti

n k diundangkan
atau ditetapkan,
Kepmenkes dan produk hukum
lain mengenai pembentukan

m e MoU dan PKS tim/panitia/kelompok

/p er yang ditangani kerja/komite/dewan pengawas)


yang telah diundangkan atau

/0 5 ditetapkan dalam satu tahun


anggaran + MoU dan PKS yang
2 2 ditangani dalam satu tahun

/ 2 0 anggaran
Jumlah produk 18
o m 18 18 Jumlah usulan Jumlah usulan penataan
penataan organisasi
dan tatalaksana serta
a .c penataan
organisasi,
organisasi ke lintas sektor terkait
+ produk ketatalaksanaan dan

a
fasilitasi pelaksanaan n tatalaksana, dan analisis jabatan yang diusulkan

Kementerian u ly
Reformasi Birokrasi analisis jabatan,
serta fasilitasi
untuk ditetapkan + fasilitasi
pelaksanaan atau evaluasi
Kesehatan
a m pelaksanaan atau reformasi birokrasi Kementerian

a i n evaluasi Kesehatan

w . reformasi
birokrasi

ww
Kemenkes

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 183 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jumlah permasalahan 184 206 169 Jumlah
2 -t
Jumlah kasus hukum yang
dan kasus hukum penanganan
02
tertangani dari tingkat pertama
yang tertangani serta
fasilitasi pengawasan
kasus hukum di
pengadilan, n - 2sampai dengan pelaksanaan
eksekusi + penanganan
dan penyidikan penanganan
hu permasalahan di luar pengadilan
bidang kesehatan
- t a
permasalahan + penanganan pengurusan

- 1 3hukum di luar
pengadilan,
penyelesaian proses Kekayaan
Intelektual + laporan fasilitasi

m or penanganan
pengurusan
pengawasan dan penyidikan
bidang kesehatan

- n o penyelesaian

e s proses Kekayaan

n k Intelektual, dan
fasilitasi

m e pengawasan dan

/p er penyidikan
bidang kesehatan
Nilai Reformasi 77,43 80
/0 5
81 Hasil penilaian Hasil PMPRB di lingkup
Birokrasi di lingkup
2 2 mandiri terkait Sekretariat Jenderal dibagi nilai
Sekretariat Jenderal
/ 2 0 pelaksanaan 8
area perubahan
maksimal unit eselon I dikali
100%

o m pada Reformasi
(N/36,30) x100%

n a.c Birokrasi di
lingkup

ly a Sekretariat

m u Jenderal

b).
a
Kegiatan Pembinaan Administrasi 41.534 55.420 Biro
Kepegawaian
. ain Kepegawaian

w Terwujudnya

: / / ww penataan ASN

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 184 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kemenkes sesuai
2 -t
kompetensi jabatan
0 2
Persentase pejabat 74,40 75 78 Persentase
n - 2 Jumlah Pejabat Pimpinan Tinggi,
pimpinan tinggi,
pejabat administrator
t a hu
Pejabat Pimpinan
Tinggi, Pejabat
Pejabat Administrator dan
Pejabat Pengawas di lingkungan
dan pejabat pengawas
3 -
Administrator Kementerian Kesehatan yang
di lingkungan
r- 1
dan Pejabat sedang menduduki jabatan dan
Kementerian
Kesehatan yang
m o Pengawas di
lingkungan
telah mengikuti uji kompetensi
dalam 3 (tiga) tahun terakhir
memiliki kompetensi
- n o Kementerian dengan hasil nilai kompetensi
sesuai dengan
standar kompetensi e s Kesehatan yang
sedang
minimal 80% dari standar
kompetensi jabatan dibagi
jabatan
n k menduduki dengan jumlah Pejabat Pimpinan

m e jabatan dan telah Tinggi, Pejabat Administrator dan

/p er mengikuti uji
kompetensi
Pejabat Pengawas di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang

/0 5 dalam 3 (tiga)
tahun terakhir
sedang menduduki jabatan dan
telah mengikuti uji kompetensi

2 2 dengan hasil nilai dalam 3 (tiga) tahun terakhir

/ 2 0 kompetensi
minimal 80% dari
dikali 100%

o m standar

a .c kompetensi
jabatan
a n
Persentase PNS di
lingkungan
u ly 53,69 60 64 Persentase PNS
di lingkungan
Jumlah pemangku jabatan
fungsional kesehatan dan non
Kementerian
a m Kementerian kesehatan dibagi dengan jumlah

a i n
Kesehatan yang Kesehatan yang pejabat pelaksana dan pejabat

w .
menduduki jabatan
fungsional
diangkat
(inpassing, alih
fungsional kesehatan dan non
kesehatan di lingkungan

ww
jabatan dan Kementerian Kesehatan dikali

: / / pengangkatan
pertama) dalam
100%

ht tps jabatan

jdih.kemkes.go.id
- 185 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
fungsional
2 -t
kesehatan dan
0 2
non kesehatan
sesuai dengann - 2
hu
kompetensinya
Tingkat kepuasan 0 4.0 4.1 - t
Tingkat
a Penilaian Kepuasan Layanan
terhadap layanan
- 1 3kepuasan Kepegawaian menggunakan
kepegawaian

m or penerima
layanan
skala likert (1 s.d. 5). Cara
perhitungan adalah jumlah nilai

- n o kepegawaian,
meliputi
terbobot seluruh responden
dibagi dengan total jumlah
e s pimpinan satker, responden.

n k pengelola

m e kepegawaian dan

er
pejabat
fungsional Anpeg

5 /p terhadap layanan

2/0 kepegawaian di

0 2 lingkungan

/ 2 Kementerian
Kesehatan
o m
a.c
c). Kegiatan Pembinaan Pengelolaan 26.588 29.838 Biro
Administrasi Keuangan dan Barang Keuangan
Milik Negara
a n dan BMN
Meningkatnya
u ly
m
kualitas pengelolaan
a
a i n
keuangan dan Barang
Milik Negara (BMN)

w .
serta pelaksanaan

w w Pengadaan
barang/jasa
: / / Kementerian

ht tps Kesehatan secara

jdih.kemkes.go.id
- 186 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
efektif, efisien dan
2 -t
dipertanggung-
0 2
jawabkan sesuai
ketentuan n - 2
h u
Persentase ketepatan 100 100 100
- t a
Persentase Jumlah Satuan Kerja Aktif
waktu penyampaian
- 1 3
Ketepatan (Penerima DIPA Kemenkes Tahun

or
rekonsiliasi laporan seluruh satuan Berjalan) yang melakukan upload
keuangan satuan kerja data keuangan dalam aplikasi E-
kerja
o m menyampaikan Rekon & LK secara tepat waktu :

s - n Laporan
Keuangan
Jumlah satuan Kerja di
Kemenkes RI dikali 100
k e kedalam aplikasi

e n e-Rekon & LK

erm setiap bulannya


dalam rangka

5 /p proses

2/0 rekonsiliasi data


transaksi

0 2 keuangan dan

/ 2 penyusunan
Laporan
o m Keuangan sesuai

a .c dengan batas

a n waktu yang

u ly ditetapkan
Kementerian

a m Keuangan

a i n
Persentase capaian 95 95 96 Persentase Jumlah realisasi paket

w .
realisasi pelaksanaan
pengadaan
Capaian Realisasi
Paket Pengadaan
pengadaan barang/jasa Satker
dibagi Total Paket Pengadaan

: / / ww barang/Jasa Barang/jasa
keseluruhan
Barang/Jasa yang ada dalam
SIRUP dikali 100

tps
(Tender, e-

ht
jdih.kemkes.go.id
- 187 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Purchasing dan
2 -t
Penunjukan
0 2
Langsung) yang
n -
sedang diproses,
2
dalam
h u
- t a
pelaksanaan dan

- 1 3
yang telah
kontrak
Persentase jumlah 60 60 70 or Persentase satker Jumlah satker kantor pusat dan
satker kantor pusat
dan kantor daerah
- n om kantor pusat dan
kantor daerah
kantor daerah dengan nilai
Indikator Kinerja Pelaksanaan
dengan nilai Indikator
e s diluar Badan Anggaran (IKPA) >= 80 dibagi
Kinerja Pelaksanaan
n k Layanan Umum jumlah satker Kantor Pusat dan
Anggaran (IKPA) >= 80 e dengan nilai Kantor Daerah dikali 100

erm
Indikator Kinerja
Pelaksanaan

5 /p Anggaran (IKPA)

2/0 >=80

Persentase nilai 0
0 2
100 100 Persentase nilai Total Nilai Barang Milik Negara
Barang Milik Negara
(BMN) yang telah / 2 Barang Milik
Negara (BMN)
(BMN) pada 1 (satu) tahun
sebelumnya yang telah
mendapatkan Surat
o m Kementerian mendapatkan Surat Keputusan
Keputusan Penetapan
a .c Kesehatan yang Penetapan Status Penggunaan
Status Penggunaan
a n telah (SK PSP) dibagi total Nilai Barang
(SK PSP) sesuai
ketentuan
u ly mendapatkan
Surat Keputusan
milik negara (BMN) pada 1 (satu)
tahun sebelumnya dikali 100

a m Penetapan Status

a i n Penggunaan (SK
PSP),

w . sebagaimana

ww
tercatat dalam
Sistem Informasi

: / / Manajemen Aset

ht tps Negara (SIMAN)

jdih.kemkes.go.id
- 188 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dan diperoleh
2 -t
pada 1 (Satu)
02
tahun sebelum
n
tahun berjalan - 2
hu
d). Kegiatan Perencanaan dan
Penganggaran Program
135.419 125.994
- t a Biro
Perencanaan
Pembangunan Kesehatan
- 1 3 dan

m or Anggaran

Meningkatnya - n o
kualitas perencanaan e s
dan penganggaran
n k
program
m e
pembangunan
kesehatan
/p er
Nilai kinerja 95,22 85
/0 5
88 Besarnya nilai Nilai agregat dari nilai aspek
penganggaran
Kementerian 2 2 kinerja
penganggaran
implementasi (terdiri nilai
realisasi, konsistensi, efisiensi,
Kesehatan
/ 2 0 yang diperoleh pencapaian keluaran dan

o m melalui
perhitungan
kesesuaian RPK-RPD), aspek
manfaat dan aspek konteks

a .c kinerja menggunakan aplikasi SMART

a n menggunakan Kemenkeu

u ly aplikasi SMART
Kementerian

a m Keuangan yang

a i n diformulasikan
dari : Aspek

w . Implementasi

ww
yang
memperhitungka
: / / n realisasi

ht tps Anggaran,

jdih.kemkes.go.id
- 189 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
konsistensi
2 -t
antara RPD dan
0 2
RPK, Efisiensi
dan capaian n - 2
h u
keluaran yang

- t a
ditargetkan di

- 1 3
dalam RKA KL
secara tahunan
or Aspek Manfaat

- n om yang
memperhitungkan
e s pencapaian

n k Indikator Kinerja
e Kegiatan (IKK),

erm
Indikator Sasaran
Program/Indikator

5 /p Kinerja Program

2/0 (IKP) dan Indikator


Sasaran Strategis

0 2 (ISS) yang ditarget


/ 2 di dalam RENJA

o m K/L dan RENSTRA

a .c K/L secara
tahunan Aspek

a n Konteks yang

u ly memperhitungkan
relevansi,

a m kejelasan,

a i n keterukuran

w . informasi kinerja
dengan dinamika

ww
masalah yang

: / / coba dipecahkan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 190 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
melalui intervensi
2 -t
program
0 2
Persentase provinsi N/A 20 40 Jumlah Provinsi
n - 2 Jumlah Provinsi yang
yang mendapatkan
penguatan dalam
yang

t a hu
mendapatkan
mendapatkan penguatan dalam
penyelenggaraan SPM Bidang
penyelenggaraan SPM
3 -
pendampingan, Kesehatan Provinsi dibagi 34
Bidang Kesehatan
r- 1
pembinaan dan Provinsi dikalikan 100%
provinsi dan
o pengawasan
Jumlah Provinsi yang telah

om
kabupaten/kota dalam
melaksanakan pembinaan dan
pelaksanaan

s - n penerapan SPM
pengawasan penyelenggaraan

ke Bidang
SPM Bidang Kesehatan
Kab/Kota dibagi 34 Provinsi
e n Kesehatan
Provinsi.
dikalikan 100%

/p erm Penguatan
terwujud dalam

/0 5 bentuk provinsi
mampu

2 2 melakukan

/ 2 0 perencanaan
kegiatan dalam

o m rangka

a .c pelaksanaan
penerapan SPM
a n Provinsi (2 jenis

u ly layanan) yang
terintegrasi
a m dalam dokumen

a i n perencanaan dan

w . penganggaran
daerah Provinsi

: / / ww (RPJMD, RKPD,
Renstra, Renja,

tps
RKA Dinas

ht
jdih.kemkes.go.id
- 191 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kesehatan
2 -t
Provinsi
0 2
(pembiayaan
n
APBD Provinsi).- 2
Provinsi
hu
- t a
melaporkan

- 1 3
pelaksanaan
penerapan

m or standar
pelayanan

- n o minimal Provinsi

e s paling lambat 3

n k (tiga) bulan
setelah tahun

m e anggaran

/p er berakhir (berupa
hasil, kendala

/0 5 dan ketersediaan
anggaran).
2 2 Provinsi

/ 2 0 melaksanakan
pembinaan dan

o m pengawasan

a .c pelaksanaan

a n penerapan SPM
Bidang

u ly Kesehatan

a m Kab/Kota

a i n
Persentase provinsi N/A 20 40 Provinsi Jumlah Provinsi yang

w .
dengan anggaran
kesehatan daerah
mengalokasikan
anggaran APBD
mengalokasikan anggaran APBD
(Murni-DAK) untuk mendukung

ww
dalam APBD yang (Murni-DAK) progran nasional 20% dari

: / / sesuai dengan untuk jumlah jenis kegiatan prioritas

tps
mendukung dibagi 34 Provinsi dikali 100%

ht
jdih.kemkes.go.id
- 192 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
prioritas nasional Program Prioritas
2 -t
Jumlah Kab/Kota dalam wilayah
bidang kesehatan Nasional pada
0 2
Provinsi yang mengalokasikan
masing-masing
n -
Kegiatan Prioritas
2 anggaran APBD (Murni-DAK)
untuk mendukung program
h u
yang ditetapkan nasional 20% dari jumlah jenis

- t a
setiap tahunnya kegiatan prioritas dibagi 34

- 1 3
dalam Rencana
Kerja Pemerintah
Provinsi dikali 100%

m or Daerah (RKPD)
dan APBD

- n o Provinsi

e s Kab/Kota dalam

n k wilayah Provinsi
yang

m e mengalokasikan

/p er anggaran APBD
(Murni-DAK)

/0 5 untuk
mendukung
2 2 Program Prioritas

/ 2 0 Nasional pada
masing-masing

o m Kegiatan Prioritas

a .c yang ditetapkan

a n setiap tahunnya
dalam Rencana

u ly Kerja Pemerintah

a m Daerah (RKPD)
dan APBD

a i n Kab/Kota
e). w .
Kegiatan Pengelolaan 1.175.073 1.307.674

ww
Biro Umum
Ketatausahaan Kementerian

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 193 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya
2 -t
pelayanan dan
0 2
pengelolaan
ketatausahaan n - 2
Kementerian dalam
hu
mendukung
- t a
terciptanya Good
Governance
- 1 3
Persentase kepuasan N/A 80 83 or Definisi Rata- rata persentase dari angket
pelanggan terhadap
layanan TU pimpinan
- n om Pelanggan adalah
pimpinan dan
berskala likert yang diisi oleh
pelanggan.
dan protokol
e s satuan kerja di

n k unit utama Rumus : nilai yang didapat dari


e Kementerian angket dibagi dengan nilai

erm
Kesehatan yang maksimum dikali 100%
menerima

5 /p pelayanan TU

2/0 Pimpinan dan


Protokol serta
0 2 stakeholder lain
/ 2 yang mempunyai

o m kepentingan

a .c dengan pimpinan

n Definisi Pimpinan

u lya mencakup: para


Pimpinan Tinggi

a m Madya, dan Staf

a i n Khusus Menteri
(SKM).

w . Definisi angket

w w adalah sejumlah

: / / pertanyaan yang

tps
menggambarkan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 194 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kepuasan
2 -t
pelanggan
0 2
terhadap
pelayanan TU n - 2
h u
Pimpinan dan

- t a
Protokol yang

- 1 3
akan
didistribusikan

m or kepada para
pelanggan setiap

- n o bulannya.

e s Defisini

n k Pelayanan
Pimpinan adalah

m e pelayanan

/p er mengenai
persuratan (surat

/0 5 masuk, surat
keluar) dan
2 2 Keprotokolan.
Jumlah satker yang 33
/ 2 0
44 (k) 66 (k) Gerakan Kantor Jumlah hasil penilaian self-
telah melaksanakan
o m Berbudaya Hijau assessment Gerakan Kantor
self assessment
gerakan kantor
a .c dan Sehat
(BERHIAS)
Berbudaya Hijau dan Sehat
(BERHIAS) oleh seluruh Satker
Berbudaya Hijau dan
a n adalah sebuah dengan nilai rata-rata ≥ 75
Sehat (BERHIAS)
u ly upaya sistematis
untuk
(kumulatif)

a m mewujudkan

a i n kantor hijau dan

w . sehat di
lingkungan

ww
Kementerian

: / / Kesehatan

tps
melalui

ht
jdih.kemkes.go.id
- 195 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pendekatan
2 -t
aspek kantor
02
ramah
lingkungan, n - 2
h u
efisiensi energi

- t a
dan air, 5R

- 1 3
(Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat,

m or Rajin),
keselamatan dan

- n o kesehatan kerja

e s perkantoran, dan

n k pengelolaan
kearsipan.

m e Satker yang

/p er dimaksud adalah
Satker Pusat

/0 5 dan UPT di
lingkungan
2 2 Kementerian

/ 2 0 Kesehatan.
Self-Assessment/

o m Penilaian Mandiri

a .c adalah sebuah

a n teknik penilaian
penyelenggaraan

u ly gerakan kantor

a m BERHIAS
(Berbudaya

a i n Hijau dan Sehat)

w . menggunakan
instrumen

: / / ww penilaian
sebagaimana

tps
tertuang pada

ht
jdih.kemkes.go.id
- 196 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
juknis yang
2 -t
dilakukan oleh
0 2
satker
n
Pusat/UPT yang - 2
h u
bersangkutan.
Jumlah satker yang 55 88 (k) 110 (k) - t a
GNSTA yang Jumlah Satker yang
melaksanakan
- 1 3
dimaksud adalah melaksanakan Gerakan Nasional
Gerakan Nasional
Sadar Tertib Arsip
m or upaya untuk
meningkatkan
Sadar Tertib Arsip (GNSTA) = N

(GNSTA)
- n o kesadaran satker
dalam
(kumulatif)

e s mewujudkan

n k tujuan

m e penyelenggaraan

er
kearsipan
melalui aspek

5 /p kebijakan,

2/0 organisasi, SDM


kearsipan,
0 2 prasarana dan
/ 2 sarana,

o m pengelolaan arsip

a .c serta pendanaan
kearsipan.

a n Sembilan

u ly langkah GNSTA
meliputi 1)

a m Penciptaan

a i n naskah dinas

w . sesuai dengan
ketentuan

ww
peraturan

: / / perundang-

tps
undangan, 2)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 197 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Penggunaan
2 -t
aplikasi
02
-
Electronic Filling
n
System (EFS), 3)
2
h
Pemberkasanu
- t a
arsip aktif yang

- 1 3
dilakukan pada
central file serta

m or melaporkan
daftar arsip aktif

- n o setiap 6 (enam)

e s bulan, 4)

n k Pelaksanaan
program arsip

m e vital dan arsip

/p er terjaga, 5)
Mengusulkan

/0 5 ASN yang akan


menjadi jabatan
2 2 fungsional, 6)

/ 2 0 Melakukan
pemindahan

o m arsip inaktif

a .c secara berkala, 7)

a n Melakukan
pemusnahan

u ly arsip yang telah

a m habis masa
retensi sesuai

a i n dengan

w . peraturan
perundang-

: / / ww undangan, 8)
Melakukan

tps
penyerahan arsip

ht
jdih.kemkes.go.id
- 198 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
statis dan 9)
2 -t
Melakukan
02
pengawasan
terhadap n - 2
kearsipan;
h u
- t a
Satker yang

- 1 3
dimaksud adalah

m or Satker Pusat
dan UPT di

- n o lingkungan
Kementerian
e s Kesehatan.

n k
m e Satker yang
melaksanakan

/p er Gerakan Nasional
Sadar Tertib

/0 5 Arsip adalah
Satker Pusat dan
2 2 UPT di

/ 2 0 lingkungan
Kementerian

o m Kesehatan yang

a .c memenuhi

a n minimal 5 (lima)

u ly langkah dari 9
(sembilan)

a m langkah GNSTA.

a i n
Jumlah satker yang 13 45 (k) 90 (k) Satker yang Jumlah satker di lingkungan

w .
menggunakan
aplikasi E-Monev
dimaksud adalah
Satker Pusat
Kementerian Kesehatan yang
menggunakan aplikasi E-monev

: / / ww Belanja Pegawai
Kementerian
dan UPT di
lingkungan
belanja pegawai Kementerian
Kesehatan selama 1 tahun = N

tps
Kesehatan (kumulatif)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 199 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kementerian
2 -t
Kesehatan
02
n
Aplikasi E Monev- 2
u
Belanja Pegawai
h
- t a
Kementerian
Kesehatan

- 1 3adalah aplikasi

m or yang
memberikan

- n o layanan
penggajian
e s berupa daftar

n k gaji, perincian

m e gaji, dan bukti

er
potong pajak
serta layanan

5 /p lainnya yang

2/0 dapat diakses


secara mandiri.

0 2
/ 2 Jumlah Satker
yang

o m menggunakan

a .c aplikasi E-Monev

a n adalah satker

u ly yang telah
mengakses data

a m layanan
penggajian pada

a i n aplikasi tersebut
f). w .
Kegiatan Pengelolaan Data dan 78.247 84.283 Pusat Data

: / / ww
Informasi Kesehatan dan
Informasi

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 200 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya
2 -t
pengelolaan data dan
0 2
informasi kesehatan
n - 2
Jumlah sistem 5 10 25 Suatu sistem
h u Jumlah sistem informasi
informasi kesehatan
yang terintegrasi - t a
informasi
dinyatakan telah
kesehatan yang terintegrasi
dalam Aplikasi Satu Data
dalam Aplikasi Satu
- 1 3
terintegrasi Kesehatan (ASDK)
Data Kesehatan
(ASDK) o r dalam ASDK bila
data yang
o m bersumber dari

s - n aplikasi sistem

ke informasi

e n tersebut telah
disepakati dan

erm
terdapat pada
ASDK

5 /p Periode

2/0 pelaporan

0 2 indikator

/ 2 tahunan

o m Target

a .c merupakan
angka kumulatif
a n dari tahun

u ly sebelumnya

a m
Persentase indikator 0 0 5 Indikator Jumlah indikator pembangunan

a i n
pembangunan
kesehatan yang
pembangunan
kesehatan yang
kesehatan yang diukur dengan
data rutin dan berkualitas baik

w .
diukur dengan data berasal dari data (numerator) dibagi jumlah

ww
rutin rutin dengan seluruh indikator pembangunan
kualitas data kesehatan yang diusulkan
: / / baik yang diukur dengan data rutin

ht tps merupakan

jdih.kemkes.go.id
- 201 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
sumber data bagi
2 -t
(denominator) dikali dengan
program dalam
0 2
100%
memantau
n
capaian kinerja- 2
h u
Periode
- t a
pelaporan

- 1 3indikator

mor tahunan
Target

- n o merupakan

e s kumulatif dari

n k tahun

m e sebelumnya

er
g). Kegiatan Peningkatan Kerja Sama 22.481 29.682 Biro Kerja
Luar Negeri

5 /p Sama Luar
Negeri

2/0
Meningkatkan peran
aktif Indonesia dalam 0 2
kerja sama luar negeri / 2
bidang kesehatan
o m
Jumlah perjanjian 3
a .c 3 4 Perjanjian kerja Jumlah dokumen perjanjian
kerja sama bilateral
a n sama Bilateral kerja sama Bilateral Bidang
bidang kesehatan
u ly
yang ditandatangani
Bidang
Kesehatan
Kesehatan yang ditandatangani
dalam satu tahun

a m adalah Perjanjian

a i n Kerja Sama

w . Teknis Bidang
Kesehatan atau

ww
hibah luar negeri

: / / antara

tps
Kementerian

ht
jdih.kemkes.go.id
- 202 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kesehatan RI
2 -t
dengan
0 2
Kementerian
Kesehatan n - 2
hu
Negara Mitra,

- t a
Organisasi

- 1 3
Internasional
atau Organisasi

m or Non Pemerintah
Asing lainnya
Jumlah prakarsa 4 5 5
- n o Prakarsa Jumlah dokumen akhir
Indonesia yang
e s Indonesia adalah pertemuan Regional dan
menjadi hasil
n k gagasan/ inisiatif Multilateral yang memuat
pertemuan regional
m e yang prakarsa Indonesia diantaranya

er
dan multilateral disampaikan dan dalam bentuk resolusi,
bidang kesehatan diterima, baik keputusan, deklarasi,

5 /p sebagian atau kesimpulan, rekomendasi,

2/0 keseluruhannya,
dalam dokumen
concept note, atau kerangka
acuan dalam satu tahun
0 2 akhir Pertemuan
/ 2 Regional dan

o m Multilateral

a .c Bidang
Kesehatan

a n
h).
Jemaah Haji
u ly
Kegiatan Peningkatan Kesehatan 309.319 329.634 Pusat
Kesehatan

a m Haji

i n
Jemaah haji yang
a
w .
mendapatkan
pelayanan kesehatan

: / / ww haji dengan indeks


kepuasan minimal

tps
baik

ht
jdih.kemkes.go.id
- 203 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Indeks kepuasan - Baik Baik Nilai kepuasan
2 -t
Nilai kepuasan Jemaah haji yang
jemaah haji terhadap jemaah haji
0 2
menyatakan baik (dengan
pelayanan kesehatan
haji di Arab Saudi
terhadap
pelayanan n - 2 metode survei)

minimal baik (pada


h u
kesehatan haji
saat operasional haji)
- t a
saat operasional

- 1 3
di Arab Saudi
baik
Seluruh jemaah haji 231.000 231.000 231.000 or Jemaah haji yang Jumlah jemaah haji yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan
- n om mendapatkan
pembinaan,
mendapatkan pembinaan,
pemeriksaan kesehatan,
e s pemeriksaan vaksinasi serta memiliki Kartu

n k kesehatan, Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) .


e vaksinasi sesuai

erm
dengan kuota
yang ditetapkan

5 /p pada tahun

2 /0 berjalan.

Persentase jemaah 68 80
0 2 80 Pengukuran Jumlah jemaah haji yang
haji memperoleh
pengukuran / 2 kebugaran
jemaah haji
dilakukan pengukuran
kebugaran pada tahun berjalan
kebugaran jasmani
o m dilaksanakan dibagi jumlah total jemaah haji
sebelum
a .c sebelum masuk yang akan berangkat pada tahun
keberangkatan
a n Embarkasi yang sama dikali 100% .

u ly dengan
menggunakan

a m metode Rockport

a i n atau Six Minutes


Walk Test

w .
Persentase jemaah 100 100 100 Jemaah Haji Jumlah jemaah haji yang

: / / ww haji memperoleh
perlindungan atau
yang memperoleh
vaksinasi atau
diberikan vaksin meningitis atau
profilaksis lainnya dibagi jumlah

tps
proteksi terhadap profilaksis total jemaah haji yang akan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 204 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
penyakit meningitis terhadap
2 -t
berangkat pada tahun yang sama
meningokokus penyakit
0 2
dikali 100%
sebelum
keberangkatan
Meningitis
meningokokus n - 2
h u
setelah dilakukan

- t a
pemeriksaan

- 1 3kesehatan.
i). Kegiatan Pengelolaan Komunikasi
Publik dan Pelayanan Masyarakat
41.696

m or
43.381 Biro
Komunikasi

- n o Publik dan
Pelayanan
e s Masyarakat

n k
Meningkatnya
pengelolaan
m e
komunikasi dan
pelayanan
/p er
masyarakat
/0 5
2
02
Jumlah publikasi 16.881 69.000 70.000 Informasi Menjumlahkan total publikasi
program program yang disebarluaskan ke
pembangunan / 2 pembangunan masyarakat oleh Biro
kesehatan yang
disebarluaskan
.com kesehatan yang
dipublikasikan
Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat melalui media cetak,
kepada masyarakat
n a oleh Biro media elektronik, media sosial
melalui berbagai
media
ly a Komunikasi dan
Pelayanan
(facebook, twitter, youtube,
website), rilis, penerbitan dan

m u Masyarakat media tatap muka

i n a kepada
masyarakat
(sosialisasi/pertemuan)

. a melalui media
w cetak, media

: / / ww elektronik, media
sosial (facebook,

tps
twitter, youtube,

ht
jdih.kemkes.go.id
- 205 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
website) rilis,
2 -t
penerbitan dan
0 2
media tatap
muka n - 2
h u
(sosialisasi/

- t a
pertemuan)
Jumlah layanan 19.492 19.690 19.690
- 1 3
Layanan Menjumlahkan total permohonan
informasi publik
(permohonan
m or informasi publik
adalah berupa
informasi dan pengaduan
masyarakat yang masuk melalui
informasi dan
pengaduan
- n o permohonan
informasi dan
aplikasi SIAP (Halo Kemenkes,
email, pojok info, PPID, LAPOR,
masyarakat) yang
e s pengaduan SMS, Surat, Whatsapp) dengan
diselesaikan
n k masyarakat yang status telah terselesaikan

m e masuk ke Biro

er
Komunikasi
Masyarakat dan

5 /p Pelayanan

2/0 Masyarakat
melalui aplikasi
0 2 SIAP (Halo
/ 2 Kemenkes, email,

o m pojok info, PPID,

a .c LAPOR, SMS,
Surat, Whatsapp)

a n
Jumlah UPT

u
Kemenkes dengan ly - 30 30 Kategori baik
adalah jumlah
Melakukan penilaian melalui
survei dengan angka range

a m
kategori baik dalam UPT yang telah standar penilaian sebagai berikut

a i n
pelaksanaan standar
interaksi pelayanan
menerapkan
interaksi
:
80 - 100 : Sangat baik

w . pelayanan publik 70 - 79,99 : Baik

ww
sesuai 60 - 69,99 : Cukup
Permenkes No. 50 - 59,99 : Kurang

: / / 33 Tahun 2019 0 - 49,99 : Buruk

ht tps tentang panduan

jdih.kemkes.go.id
- 206 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
perilaku interaksi
2 -t
pelayanan publik
0 2
di lingkungan
Kementerian n - 2
hu
Kesehatan dan

- t a
memperoleh

- 1 3
angka penilaian
diatas 70
j). Kegiatan Pengelolaan Krisis 16.117 or
16.330 Pusat Krisis
Kesehatan
- nom Kesehatan

Meningkatnya upaya
e s
pengelolaan krisis
n k
kesehatan di daerah
e
Jumlah provinsi dan
kabupaten/kota yang
84 117 123

/p erm Jumlah provinsi


dan
Jumlah provinsi dan
kabupaten/kota yang
ditingkatkan
kapasitasnya dalam
/0 5 kabupaten/kota
yang
ditingkatkan kapasitasnya dalam
upaya pengurangan risiko krisis
upaya pengurangan
2 2 ditingkatkan kesehatan
risiko krisis
kesehatan / 2 0 kapasitasnya
dalam upaya

o m pengurangan

a .c risiko krisis
kesehatan
a n berupa:

u ly Mendapatkan

a m assessment/asist

a i n ensi kapasitas
daerah dalam

w . penanggulangan

ww
krisis kesehatan;

: / / Mendapatkan

tps
pelatihan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 207 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Manajemen
2 -t
bencana;
0 2
Pendampingan
n - 2
u
penyusunan peta
h
- t
rencana
a
respon dan

- 1 3
kontinjensi;

m or Menyelenggaraka
n simulasi

- n o penanggulangan

e s krisis kesehatan;

n k Telah mengikuti

m e kegiatan

er
peningkatan

5 /p kapasitas dalam
manajemen

2/0 sistem informasi


penanggulangan
0 2 krisis kesehatan
Jumlah 45 / 2 35 35 Jumlah Jumlah kabupaten/kota yang
kabupaten/kota yang
o m kabupaten/kota mendapatkan dukungan tim
mendapatkan
a .c yang dalam upaya penanggulangan
dukungan tim dalam
a n mendapatkan krisis kesehatan
upaya
penanggulangan
u ly dukungan tim
dalam upaya

a m
krisis Kesehatan penanggulangan

a i n krisis kesehatan
berupa :

w . Mendapatkan

: / / ww dukungan tim
penanggulangan

tps
krisis kesehatan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 208 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dalam upaya
2 -t
penanggulangan
0 2
-
krisis kesehatan;
n 2
u
Satuan lokasi
h
- t a
dihitung
berdasarkan

- 1 3waktu kejadian

m or bencana/krisis
kesehatan

- n o dan/atau jenis
bencana/krisis
e s kesehatan

n k
k). Kegiatan Pengelolaan
Kedokteran Indonesia
Konsil

m e 32.991 45.249 Sekretariat


Konsil

/p er Kedokteran
Indonesia

Meningkatnya
/0 5
pelayanan registrasi
2 2
dan penyelenggaraan
standarisasi
/ 2 0
pendidikan profesi,
o m
pembinaan serta
penanganan kasus a .c
pelanggaran disiplin
a n
ly
dokter dan dokter gigi
u
a m
Jumlah penanganan 49 43 43 Putusan MKDKI Jumlah aduan yang masuk ke

a i n
kasus dugaan
pelanggaran disiplin
atas pengaduan
masyarakat
KKI dari tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut : 38; 39;

w .
dokter dan dokter gigi tentang dugaan 30; 39; 37

ww
yang terselesaikan pelanggaran Tahun 2020-2024 naik
disiplin dokter diasumsikan 5% - 10%
: / / dan dokter gigi Menjadi 43; 43; 45; 45; 47

ht tps Masyarakat

jdih.kemkes.go.id
- 209 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
adalah pihak
2 -t
dalam kurun waktu 1 (satu)
yang dapat
02
tahun.
mengajukan
pengaduan : n - 2
h u
- t a
orang yang
langsung

- 1 3
mengetahui;

m or orang yang
kepentingannya

- n o dirugikan; atau

e s korporasi (badan)

n k yang

m e kepentingannya

er
dirugikan, atas

5 /p tindakan
dokter/dokter

2/0 gigi yang


menjalankan
0 2 praktik
/ 2 kedokteran.
Jumlah Surat Tanda 47.403
o m 40.000 73.000 Surat tanda Jumlah penerbitan STR Dokter
Registrasi (STR)
dokter dan dokter gigi
n a.c registrasi dokter
dan dokter gigi
dan Dokter Gigi dihitung
berdasarkan :
yang diterbitkan
ly a yang diterbitkan
lulusan baru/internsip: 12.500

mu
oleh Konsil
Kedokteran Pasca internsip (Definitif): 10.000

.a ina Indonesia dan


diberikan kepada
dokter dan
Registrasi ulang : 15.500

ww dokter gigi.
WNA yang akan melakukan
pendidikan (STR Bersyarat): 2

: / / w STR diberikan
kepada dokter WNA yang akan melakukan

tps dan dokter gigi pelayanan, bakti sosial,

ht
jdih.kemkes.go.id
- 210 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
yang telah
2 -t
penelitian, pelatihan (STR
memiliki
0 2
Sementara): 3
sertifikat
n
kompetensi dan - 2 Program Pendidikan Dokter
mempunyai
hu Spesialis/Dokter Gigi Spesialis

- t a
kualifikasi
(PPDS/PPDGS): 4.600

- 1 3
tertentu serta
diakui secara
Perubahan Kompetensi : 3.000

r Duplikat : 650

mo
hukum untuk
Dalam kurun waktu satu tahun
melakukan

- n o tindakan
Khusus untuk tahun 2021 ada
sebanyak 73.000 dikarenakan

k es profesinya.
siklus 5 tahunan herregistrasi
Jumlah standar 0 5 7
e n Standar Jumlah standar pendidikan

erm
pendidikan profesi pendidikan profesi dokter/dokter gigi/dokter
dokter dan dokter gigi profesi spesialis/dokter gigi spesialis
yang disahkan
5 /p dokter/dokter berdasarkan percabangan ilmu

/0
gigi/dokter dan pendalaman ilmu baru

2 2 spesialis/dokter
gigi spesialis
(dalam kurun 1 tahun)

/ 2 0 yang disahkan
oleh KKI.
o m Standar

a .c Pendidikan

a n Profesi di

u ly usulkan oleh:
1.AIPKI/AFDOKG

a m I;

a i n 2. Kolegium.

l).
w .
Kegiatan Peningkatan Analisis
Determinan Kesehatan
14.338 18.071 Pusat
Analisis

: / / ww Determinan
Kesehatan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 211 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kebijakan
2 -t
pembangunan
0 2
kesehatan
berdasarkan analisis n - 2
determinan kesehatan
h u
Jumlah rancangan 10 4 - t
Jumlah
a Jumlah dokumen hasil analisis
kebijakan determinan
- 1 3rancangan kebijakan determinan kesehatan
pembangunan
kesehatan yang
m or kebijakan
pembangunan
yang digunakan sebagai bahan
penyusunan rancangan
dihasilkan
- n o kesehatan yang
disusun
kebijakan pembangunan
kesehatan
e s berdasarkan

n k analisis

m e kebijakan

er
determinan
kesehatan

5 /p
/0
m). Kegiatan Pengembangan 61.910 61.910 Pusat
Pembiayaan
Kesehatan
dan Jaminan
2 2 Pembiayaan
dan

/ 2 0 Jaminan
Kesehatan
o m
Dihasilkannya bahan
kebijakan teknis a .c
pengembangan
a n
pembiayaan
u
kesehatan dan JKN
ly
a m
a i n
Jumlah kajian 2 2 2 Kajian Penilaian Jumlah dokumen kajian

w .penilaian teknologi
kesehatan yang
Teknologi
Kesehatan
penilaian teknologi kesehatan
yang dihasilkan setiap tahunnya

ww
dihasilkan adalah rangkaian
kegiatan analisis
: / / yang dilakukan

ht tps secara sistematis

jdih.kemkes.go.id
- 212 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dengan
2 -t
pendekatan
0 2
multidisiplin
untuk menilain - 2
dampak
hu
- t a
penggunaan

- 1 3
teknologi
kesehatan dalam

m or program JKN
Jumlah kajian
National Health
1 1 1
- n o Kajian National
Health Account
Jumlah dokumen kajian National
Health Account (NHA) yang
Account (NHA) yang
e s adalah rangkaian dihasilkan setiap tahunnya
dihasilkan
n k kegiatan yang

m e dilakukan secara

er
sistematis dan
komprehensif

5 /p untuk

2/0 menghasilkan
potret aliran
0 2 dana dalam
/ 2 sistem

o m kesehatan dalam

a .c periode satu
tahun

a n
Jumlah kajian

u
kebijakan teknisly 1 1 1 Kajian kebijakan
teknis
Jumlah dokumen kajian
kebijakan teknis pembiayaan
pembiayaan
a m pembiayaan kesehatan termasuk sumber

a i n
kesehatan termasuk
sumber pembiayaan
kesehatan
termasuk sumber
pembiayaan yang baru yang
dihasilkan setiap tahunnya

w .
yang baru pembiayaan yang

ww
baru adalah
rangkaian

: / / kegiatan yang

ht tps dilakukan secara

jdih.kemkes.go.id
- 213 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
sistematis dan
2 -t
komprehesif
0 2
untuk
n
memperoleh hasil- 2
h
penelaahan/u
- t a
rekomendasi

- 1 3
dalam
pembiayaan

m or kesehatan
termasuk sumber

- n o pembiayaan baru
Jumlah bahan 4 4 4
e s Bahan dukungan Jumlah dokumen hasil
dukungan teknis
n k teknis penelaahan data/hasil
pembiayaan
m e pengembangan kajian/rancangan regulasi/

er
kesehatan dan pembiayaan regulasi yang dihasilkan dalam
jaminan kesehatan kesehatan dan rangka pengembangan

5 /p jaminan pembiayaan kesehatan dan

2/0 kesehatan adalah


hasil penelaahan
jaminan kesehatan yang
dihasilkan setiap tahunnya
0 2 data/ hasil
/ 2 kajian/

o m rancangan

a .c regulasi/ regulasi
yang dihasilkan

a n
sosialisasi
u ly
Jumlah advokasi dan 6 10 10 Advokasi dan
sosialisasi adalah
Jumlah pusat/provinsi/
kabupaten/kota yang telah
pembiayaan
a m rangkaian dilaksanakan advokasi dan

a i n
kesehatan kegiatan yang
bertujuan untuk
sosialisasi pembiayaan
kesehatan setiap tahunnya.

w . mempengaruhi

ww
dan memberikan
keyakinan

: / / kepada

ht tps pemangku

jdih.kemkes.go.id
- 214 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kepentingan
2 -t
dalam
0 2
pengambilan
kebijakan dann - 2
keputusan
h u
- t
terkaita
- 1 3
pelaksanaan
pembiayaan

m or kesehatan
disertai dengan

- n o penyebarluasan

e s informasi dan

n k pengetahuan
tentang

m e pembiayaan

/p er kesehatan.
2) Program Pelayanan Kesehatan &
JKN pada Sekretariat Jenderal
/0 5 48.787.200 54.734.400 Sekretariat
Jenderal

2 2
Terselenggaranya
Penguatan Jaminan
/ 2 0
Kesehatan Nasional
o m
Jumlah penduduk
yang menjadi peserta
na.c
92,4 96,8 108,6 Penerima
Bantuan Iuran
Jumlah PBI yang terdaftar dan
yang dibayarkan kapitasinya
Penerima Bantuan
Iuran (PBI) melalui ly a (PBI) adalah
masyarakat
oleh BPJS Kesehatan ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat

m u
Jaminan Kesehatan miskin dan tidak Pertama (FKTP)

i n a
Nasional (JKN) mampu yang
iurannya dibiayai
. a oleh Pemerintah

ww Pusat melalui
APBN untuk

: / / w menjadi peserta

tps
BPJS Kesehatan.

ht
jdih.kemkes.go.id
- 215 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Peserta PBI
2 -t
ditetapkan oleh
02
Kementerian
Sosial serta n - 2
h u
diatur melalui

- t a
regulasi yang

- 1 3berlaku
a) Kegiatan Pembiayaan JKN/KIS 48.787.200
or
54.734.400

m
Pusat
Pembiayaan

- n o dan
Jaminan
e s Kesehatan

n k
Terlaksananya
pembayaran iuran PBI
m e
JKN
/p er
Jumlah dokumen
pembayaran iuran PBI
1 1
/0 5
1 Dokumen
pembayaran
Jumlah dokumen pembayaran
iuran PBI JKN yang berisi
JKN
2 2 iuran PBI JKN informasi/data pembayaran

/ 2 0 adalah dokumen
yang pembayaran
iuran PBI ke BPJS Kesehatan
selama setahun

o m iuran PBI ke

a .c BPJS Kesehatan
selama setahun
a n
Program Dukungan Manajemen
Pada Inspektorat Jenderal
u ly 113.965 120.804 Inspektorat
Jenderal

a
Meningkatnya m
i n
transparansi dan
a
w .
akuntabilitas tata
kelola pemerintahan

: / / ww serta tercapainya
sasaran Reformasi

tps
Birokrasi di

ht
jdih.kemkes.go.id
- 216 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kementerian
2 -t
Kesehatan
0 2
Jumlah rekomendasi - 4 4 Rekomendasi
n - 2 Jumlah policy brief dari analisis
kebijakan u
Kebijakan adalah
h atas hasil Pengawasan 4 (empat)
berdasarkan hasil
pengawasan terhadap - t a
policy brief yang
dihasilkan dari
Program Prioritas Nasional/
Program Strategis di lingkup
4 (empat) Program
- 1 3
analisis atas Kementerian Kesehatan yang
Prioritas
Nasional/Program
m or hasil Pengawasan
4 (empat)
dilakukan Inspektorat Jenderal

Strategis di lingkup
Kementerian
- n o Program Prioritas
Nasional/Progra
Kesehatan
e s m Strategis di

n k Lingkup

m e Kementerian

er
Kesehatan yang
dilakukan oleh

5 /p Inspektorat dan

2/0 disampaikan
kepada Menteri
0 2 Kesehatan

Persentase satker 19,67 / 2 40 50 Satker KP/KD Jumlah akumulasi Satker


KP/KD yang telah
o m yang memenuhi KP/KD yang mendapatkan
memenuhi predikat
a .c predikat WBK predikat Wilayah Bebas dari
WBK/WBBM
a n adalah Satker Korupsi (WBK) dan Wilayah

u ly
(Kemenkes/ Nasional) KP/KD yang
mendapatkan
Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM) dari Kementerian

a m predikat Wilayah Kesehatan RI dan Kementerian

a i n Bebas dari
Korupsi (WBK)
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi RI

w . dan Wilayah dibagi dengan jumlah seluruh

ww
Birokrasi Bersih Satker KP/KD dikali 100%
dan Melayani

: / / (WBBM) dari

ht tps Kementerian

jdih.kemkes.go.id
- 217 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kesehatan RI dan
2 -t
Kementerian
0 2
Pendayagunaan
n
Aparatur Negara- 2
h u
dan Reformasi

- t a
Birokrasi RI
Tingkat kapabilitas 3 3 3
- 1 3Tingkat Hasil Penilaian Kapabilitas APIP
APIP/ Internal Audit
Capability Model
m or Kapabilitas APIP/
Internal Audit
Kementerian Kesehatan oleh
BPKP dalam 5 (lima) level
(IACM)
- n o Capability Model
(IACM) adalah
e s Tingkat

n k Kapabilitas APIP

m e Kementerian

er
Kesehatan hasil
penilaian BPKP

5 /p
/0
a) Kegiatan Peningkatan Pengawasan 40.920 43.375 Inspektorat
Internal atas Penerapan Tata
Kelola-Manajemen Risiko Dan 2 2 I,II, III dan
IV
Pengendalian Internal
/ 2 0
Meningkatnya
o m
transparansi dan
akuntabilitas tata a .c
kelola pemerintahan
a n
serta tercapainya
sasaran Reformasiu ly
a m
Birokrasi lingkup
i n
satker binaan
a
w .
Inspektorat I, II, III,
dan IV

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 218 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jumlah rekomendasi - 1 1 Rekomendasi
2 -t
Jumlah policy brief dari analisis Inspektorat I
kebijakan
berdasarkan hasil
kebijakan adalah

-2
policy brief yang 02
atas Hasil Pengawasan terhadap
1 (satu) Program Prioritas
pengawasan terhadap n
dihasilkan dari
u Nasional/Program Strategis di
1 (satu) Program
t a h
analisis atas lingkup binaan Inspektorat I

3-
Prioritas hasil Pengawasan
Nasional/Program satu Program
Strategis di lingkup
r- 1
Prioritas
binaan Inspektorat I
m o Nasional/Progra
m Strategis di

- n o Lingkup

e s Inspektorat I

n k yang
disampaikan

m e kepada Inspektur

/p er Jenderal untuk
dilanjutkan

/0 5 kepada Menteri
Kesehatan
2 2
Jumlah rekomendasi
kebijakan
-
/ 2 0
1 1 Rekomendasi
Kebijakan adalah
Jumlah policy brief dari analisis
atas Hasil Pengawasan terhadap
Inspektorat
II
berdasarkan hasil
o m policy brief yang 1 (satu) Program Prioritas
pengawasan terhadap
1 (satu) Program
a .c dihasilkan dari
analisis atas
Nasional/Program Strategis di
lingkup binaan Inspektorat II
Prioritas
a n hasil Pengawasan
Nasional/Program
u ly
Strategis di lingkup
satu Program
Prioritas

a m
binaan Inspektorat II Nasional/Progra

a i n m Strategis di

w . Lingkup
Inspektorat II

ww
yang

: / / disampaikan

tps
kepada Inspektur

ht
jdih.kemkes.go.id
- 219 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jenderal untuk
2 -t
dilanjutkan
0 2
kepada Menteri
Kesehatan n - 2
hu
Jumlah rekomendasi
kebijakan
- 1 1
- t a
Rekomendasi
Kebijakan adalah
Jumlah policy brief dari analisis
atas Hasil Pengawasan terhadap
Inspektorat
III
berdasarkan hasil
- 1 3
policy brief yang 1 (satu) Program Prioritas
pengawasan terhadap
1 (satu) Program
m or dihasilkan dari
analisis atas
Nasional/Program Strategis di
lingkup binaan Inspektorat III
Prioritas
Nasional/Program
- n o hasil Pengawasan
satu Program
Strategis di lingkup
e s Prioritas
binaan Inspektorat III
n k Nasional/Progra

m e m Strategis di

er
Lingkup
Inspektorat III

5 /p yang

2/0 disampaikan
kepada Inspektur
0 2 Jenderal untuk
/ 2 dilanjutkan

o m kepada Menteri

a .c Kesehatan
Jumlah rekomendasi
n- 1 1 Rekomendasi Jumlah policy brief dari analisis Inspektorat
kebijakan

u
berdasarkan hasil lya Kebijakan adalah
policy brief yang
atas Hasil Pengawasan terhadap
1 (satu) Program Prioritas
IV

a m
pengawasan terhadap dihasilkan dari Nasional/Program Strategis di

a i n
1 (satu) Program
Prioritas
analisis atas
hasil Pengawasan
lingkup binaan Inspektorat IV

w .
Nasional/Program satu Program

w w Strategis di lingkup
binaan Inspektorat IV
Prioritas
Nasional/Progra

: / / m Strategis di

ht tps Lingkup

jdih.kemkes.go.id
- 220 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Inspektorat IV
2 -t
yang
0 2
disampaikan
n
kepada Inspektur- 2
h u
Jenderal untuk

- t a
dilanjutkan

- 1 3
kepada Menteri
Kesehatan
Persentase satker - 40 50 or Satker KP/KD Jumlah akumulasi Satker Inspektorat I
KP/KD dengan nilai
persepsi anti korupsi
- n om dengan nilai
Persepsi Anti
KP/KD dengan nilai Persepsi
Anti Korupsi minimal 75 dibagi
minimal 75 pada
e s Korupsi yang jumlah total satker KP/KD
lingkup binaan
n k diukur dengan binaan Inspektorat I dikali 100%
Inspektorat I e kriteria penilaian:

erm
sangat baik: 85-
100

5 /p baik: 75-84

2/0 cukup: 60-74


kurang: <60
0 2
Persentase satker
KP/KD dengan nilai
-
/ 2 40 50 Satker KP/KD
dengan nilai
Jumlah akumulasi Satker
KP/KD dengan nilai Persepsi
Inspektorat
II
persepsi anti korupsi
o m Persepsi Anti Anti Korupsi minimal 75 dibagi
minimal 75 pada
a .c Korupsi yang jumlah total satker KP/KD
lingkup binaan
a n diukur dengan binaan Inspektorat II dikali 100%
Inspektorat II

u ly kriteria penilaian:
sangat baik: 85-

a m 100

a i n baik: 75-84
cukup: 60-74

w . kurang: <60

: / / ww Persentase satker
KP/KD dengan nilai
- 40 50 Satker KP/KD
dengan nilai
Jumlah akumulasi Satker
KP/KD dengan nilai Persepsi
Inspektorat
III

tps
persepsi anti korupsi Persepsi Anti Anti Korupsi minimal 75 dibagi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 221 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
minimal 75 pada Korupsi yang
2 -t
jumlah total satker KP/KD
lingkup binaan diukur dengan
0 2
binaan Inspektorat III dikali
Inspektorat III
- 2
kriteria penilaian:
n
sangat baik: 85-
100%

100
h u
- t a
baik: 75-84

- 1 3
cukup: 60-74
kurang: <60
Persentase satker - 40 50 or Satker KP/KD Jumlah akumulasi Satker Inspektorat
KP/KD dengan nilai
persepsi anti korupsi
- n om dengan nilai
Persepsi Anti
KP/KD dengan nilai Persepsi
Anti Korupsi minimal 75 dibagi
IV

minimal 75 pada
e s Korupsi yang jumlah total satker KP/KD
lingkup binaan
n k diukur dengan binaan Inspektorat IV dikali
Inspektorat IV e kriteria penilaian: 100%

erm
sangat baik: 85-
100

5 /p baik: 75-84

2/0 cukup: 60-74


kurang: <60
0 2
Persentase satker
KP/KD lingkup
-
/ 2 10 20 Satker KP/KD
yang memiliki
Jumlah akumulasi hasil
penilaian Maturitas SPIP secara
Inspektorat I

binaan Inspektorat I
o m nilai maturitas mandiri terhadap Satker KP/KD
yang memiliki nilai
a .c SPIP level 3 yang di lingkup binaan Inspektorat I
maturitas SPIP level 3
a n diukur dari pada Level 3 dibagi dengan

u ly penilaian mandiri
Maturitas SPIP
seluruh Satker KP/KD dikali
100%

a m dengan lima

a i n tingkatan/level

w .
Persentase satker
KP/KD lingkup
- 10 20 Satker KP/KD
yang memiliki
Jumlah akumulasi hasil
penilaian Maturitas SPIP secara
Inspektorat
II

: / / ww binaan Inspektorat II
yang memiliki nilai
nilai maturitas
SPIP level 3 yang
mandiri terhadap Satker KP/KD
di lingkup binaan Inspektorat II

tps
maturitas SPIP level 3 diukur dari pada Level 3 dibagi dengan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 222 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
penilaian mandiri
2 -t
seluruh Satker KP/KD dikali
Maturitas SPIP
0 2
100%
dengan lima
n
tingkatan/level- 2
h u
Persentase satker
KP/KD lingkup
- 10 20
- t a
Satker KP/KD
yang memiliki
Jumlah akumulasi hasil
penilaian Maturitas SPIP secara
Inspektorat
III
binaan Inspektorat III
- 1 3
nilai maturitas mandiri terhadap Satker KP/KD
yang memiliki nilai
maturitas SPIP level 3
m or SPIP level 3 yang
diukur dari
di lingkup binaan Inspektorat III
pada Level 3 dibagi dengan

- n o penilaian mandiri
Maturitas SPIP
seluruh Satker KP/KD dikali
100%
e s dengan lima

n k tingkatan/level

Persentase satker - 10 20
m e Satker KP/KD Jumlah akumulasi hasil Inspektorat
KP/KD lingkup
binaan Inspektorat IV
/p er yang memiliki
nilai maturitas
penilaian Maturitas SPIP secara
mandiri terhadap Satker KP/KD
IV

yang memiliki nilai


/0 5 SPIP level 3 yang di lingkup binaan Inspektorat IV
maturitas SPIP level 3
2 2 diukur dari
penilaian mandiri
pada Level 3 dibagi dengan
seluruh Satker KP/KD dikali

/ 2 0 Maturitas SPIP
dengan lima
100%

o m tingkatan/level
Persentase a .c
59.17 60 65 Rekomendasi Jumlah rekomendasi hasil Inspektorat I
rekomendasi hasil
a n hasil pengawasan pengawasan Inspektorat
pengawasan
u ly
Inspektorat Jenderal
yang
ditindaklanjuti
Jenderal yang ditindaklanjuti
tahun berjalan dibagi dengan
a m
yang ditindaklanjuti adalah penjumlahan saldo awal tahun

a i n
pada tahun berjalan rekomendasi berjalan dengan rekomendasi

w .
lingkup binaan
Inspektorat I
hasil pengawasan
Inspektorat
hasil pengawasan Inspektorat
Jenderal yang baru di tahun

: / / ww Jenderal yang
ditindaklanjuti
berjalan dikali 100%

tps
pada tahun

ht
jdih.kemkes.go.id
- 223 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
berjalan yang
2 -t
tercatat sebagai
02
saldo
rekomendasi din - 2
h
Inspektoratu
- t
Jenderala
Persentase 30.90 35 45
- 1 3
Rekomendasi Jumlah rekomendasi hasil Inspektorat
rekomendasi hasil
pengawasan
m or hasil pengawasan
yang
pengawasan Inspektorat
Jenderal yang ditindaklanjuti
II

Inspektorat Jenderal
yang ditindaklanjuti
- n o ditindaklanjuti
adalah
tahun berjalan dibagi dengan
penjumlahan saldo awal tahun
pada tahun berjalan
e s rekomendasi berjalan dengan rekomendasi
lingkup binaan
n k hasil pengawasan hasil pengawasan Inspektorat
Inspektorat II
m e Inspektorat Jenderal yang baru di tahun

er
Jenderal yang berjalan dikali 100%
ditindaklanjuti

5 /p pada tahun

2/0 berjalan yang


tercatat sebagai
0 2 saldo
/ 2 rekomendasi di

o m Inspektorat

a .c Jenderal

Persentase
n 43.72 45 50 Rekomendasi Jumlah rekomendasi hasil Inspektorat
rekomendasi hasil
pengawasan
u lya hasil pengawasan
yang
pengawasan Inspektorat
Jenderal yang ditindaklanjuti
III

a m
Inspektorat Jenderal ditindaklanjuti tahun berjalan dibagi dengan

a i n
yang ditindaklanjuti
pada tahun berjalan
adalah
rekomendasi
penjumlahan saldo awal tahun
berjalan dengan rekomendasi

w .
lingkup binaan hasil pengawasan hasil pengawasan Inspektorat

w w Inspektorat III Inspektorat


Jenderal yang
Jenderal yang baru di tahun
berjalan dikali 100%

: / / ditindaklanjuti

ht tps pada tahun

jdih.kemkes.go.id
- 224 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
berjalan yang
2 -t
tercatat sebagai
02
saldo
rekomendasi din - 2
h
Inspektoratu
- t
Jenderala
Persentase 64.29 65 70
- 1 3
Rekomendasi Jumlah rekomendasi hasil Inspektorat
rekomendasi hasil
pengawasan
m or hasil pengawasan
yang
pengawasan Inspektorat
Jenderal yang ditindaklanjuti
IV

Inspektorat Jenderal
yang ditindaklanjuti
- n o ditindaklanjuti
adalah
tahun berjalan dibagi dengan
penjumlahan saldo awal tahun
pada tahun berjalan
e s rekomendasi berjalan dengan rekomendasi
lingkup binaan
n k hasil pengawasan hasil pengawasan Inspektorat
Inspektorat IV
m e Inspektorat Jenderal yang baru di tahun

er
Jenderal yang berjalan dikali 100%
ditindaklanjuti

5 /p pada tahun

2/0 berjalan yang


tercatat sebagai
0 2 saldo
/ 2 rekomendasi di

o m Inspektorat

a .c Jenderal

Persentase laporan
n - 100 100 Laporan Jumlah satker yang diintervensi Inspektorat I
keuangan satker
lingkup binaan
u lya Keuangan Satker
yang memenuhi
dan tidak memiliki rekomendasi
catatan hasil reviu dibagi satker

a m
Inspektorat I yang SAP dan yang direncanakan direviu dikali

a i n
memenuhi SAP dan
pengendalian intern
Pengendalian
Intern yang
100%

w .
yang memadai memadai adalah

w w Laporan
Keuangan yang

: / / telah dilakukan

ht tps aktivitas

jdih.kemkes.go.id
- 225 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Pengawasan:
2 -t
1.Pendampingan
0 2
PIPK
2.Reviu PIPK n - 2
h u
3.Reviu Realisasi

- t a
Anggaran

- 1 3
4.Pemantauan
dan Pengelolaan

m or Aset dan Barang


Persediaan

- n o 5.Pendampingan

e s Penyusunan

n k Laporan
Keuangan

m e 6.Pendampingan

/p er PBJ
serta Hasil Reviu

/0 5 Laporan
Keuangan telah
2 2 ditindaklanjuti

/ 2 0 pada saat Reviu


Persentase laporan -
o m 100 100 Laporan Jumlah satker yang diintervensi Inspektorat
keuangan
lingkup
satker
binaan
a .c Keuangan Satker
yang memenuhi
dan tidak memiliki rekomendasi
catatan hasil reviu dibagi satker
II

Inspektorat II yang
a n SAP dan yang direncanakan direviu dikali
memenuhi SAP dan
pengendalian u ly
intern
Pengendalian
Intern yang
100%

a
yang memadai m memadai adalah

a i n Laporan

w . Keuangan yang
telah dilakukan

ww
aktivitas

: / / Pengawasan:

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 226 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
1. Pendampingan
2 -t
PIPK
02
2. Reviu PIPK
n - 2
h u
3. Reviu Realisasi

- t
Anggarana
- 1 3
4. Pemantauan

m or dan Pengelolaan
Aset dan Barang

- n o Persediaan

s 5. Pendampingan

n ke Penyusunan

e Laporan

erm
Keuangan

5/p
6. Pendampingan
PBJ serta Hasil

2 /0 Reviu Laporan
Keuangan telah
2
/ 20 ditindaklanjuti
pada saat Reviu
Persentase laporan -
om 100 100 Laporan Jumlah satker yang diintervensi Inspektorat
keuangan satker
lingkup binaan
n a.c Keuangan Satker
yang memenuhi
dan tidak memiliki rekomendasi
catatan hasil reviu dibagi satker
III

Inspektorat III yang


ly a SAP dan yang direncanakan direviu dikali
memenuhi SAP dan
m u
pengendalian intern
Pengendalian
Intern yang
100%

n
yang memadai
i a memadai adalah

. a Laporan

ww Keuangan yang
telah dilakukan

: / / w aktivitas
Pengawasan:

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 227 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
1.Pendampingan
2 -t
PIPK
02
2.Reviu PIPK
n - 2
h u
3.Reviu Realisasi

- t a
Anggaran

- 1 3
4.Pemantauan

m or dan Pengelolaan
Aset dan Barang

- n o Persediaan

s 5.Pendampingan

n ke Penyusunan

e Laporan

erm
Keuangan

5/p
6.Pendampingan
PBJ

2 /0 serta Hasil Reviu


Laporan
2
/ 20 Keuangan telah
ditindaklanjuti

Persentase laporan - .c om 100 100


pada saat Reviu
Laporan Jumlah satker yang diintervensi Inspektorat
keuangan satker
n a Keuangan Satker dan tidak memiliki rekomendasi IV
lingkup
y a
binaan
l yang memenuhi catatan hasil reviu dibagi satker

m u
Inspektorat IV yang
memenuhi SAP dan
SAP dan
Pengendalian
yang direncanakan direviu dikali
100%

i n a
pengendalian intern Intern yang

. a
yang memadai memadai adalah

w Laporan

ww
Keuangan yang
telah dilakukan
: / / aktivitas

ht tps Pengawasan:

jdih.kemkes.go.id
- 228 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
1.Pendampingan
2 -t
PIPK
02
2.Reviu PIPK
n - 2
h u
3.Reviu Realisasi

- t a
Anggaran

- 1 3
4.Pemantauan

m or dan Pengelolaan
Aset dan Barang

- n o Persediaan

s 5.Pendampingan

n ke Penyusunan

e Laporan

erm
Keuangan

5/p
6.Pendampingan
PBJ serta Hasil

2 /0 Reviu Laporan
Keuangan telah
2
/ 20 ditindaklanjuti
pada saat Reviu
Persentase DIPA 62,22
om 75 80 Persentase DIPA Jumlah DIPA Satker yang tidak Inspektorat I
satker lingkup binaan
Inspektorat I yang
na.c Satker yang tidak
memiliki catatan
memiliki Catatan Halaman IVa
dibagi dengan jumlah Satker

ly
tidak memiliki catatan a halaman IVa yang mendapatkan DIPA dikali
halaman IVa
m u DIPA adalah
DIPA yang berisi
100%

i n a informasi terkait

. a anggaran yang

ww diblokir, output
cadangan atau

: / / w hal lainnya yang


menjadi catatan

ht tps hasil reviu RKA-

jdih.kemkes.go.id
- 229 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
K/L. DIPA yang
2 -t
menjadi ukuran
0 2
-
adalah DIPA awal
satker. n 2
h u
Persentase DIPA
satker lingkup binaan
37.78 40 50
- t a
Persentase DIPA
Satker yang tidak
Jumlah DIPA Satker yang tidak
memiliki Catatan Halaman IVa
Inspektorat
II
Inspektorat II yang
- 1 3
memiliki catatan dibagi dengan jumlah Satker
tidak memiliki catatan
halaman IVa
m or halaman IVa
DIPA adalah
yang mendapatkan DIPA dikali
100%

- n o DIPA yang berisi


informasi terkait
e s anggaran yang

n k diblokir, output

m e cadangan atau

er
hal lainnya yang
menjadi catatan

5 /p hasil reviu RKA-

2/0 K/L. DIPA yang


menjadi ukuran
0 2 adalah DIPA awal
/ 2 satker.

Persentase DIPA 88.70


o m 90 91 Persentase DIPA Jumlah DIPA Satker yang tidak Inspektorat
satker lingkup binaan
Inspektorat III yang
na.c Satker yang tidak
memiliki catatan
memiliki Catatan Halaman IVa
dibagi dengan jumlah Satker
III

ly
tidak memiliki catatan a halaman IVa yang mendapatkan DIPA dikali
halaman IVa
m u DIPA adalah
DIPA yang berisi
100%

i n a informasi terkait

. a anggaran yang
diblokir, output

ww cadangan atau

: / / w hal lainnya yang


menjadi catatan

ht tps hasil reviu RKA-

jdih.kemkes.go.id
- 230 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
K/L. DIPA yang
2 -t
menjadi ukuran
0 2
-
adalah DIPA awal
satker. n 2
h u
Persentase DIPA
satker lingkup binaan
34.68 40 50
- t a
Persentase DIPA
Satker yang tidak
Jumlah DIPA Satker yang tidak
memiliki Catatan Halaman IVa
Inspektorat
IV
Inspektorat IV yang
- 1 3
memiliki catatan dibagi dengan jumlah Satker
tidak memiliki catatan
halaman IVa
m or halaman IVa
DIPA adalah
yang mendapatkan DIPA dikali
100%

- n o DIPA yang berisi


informasi terkait
e s anggaran yang

n k diblokir, output

m e cadangan atau

er
hal lainnya yang
menjadi catatan

5 /p hasil reviu RKA-

2/0 K/L. DIPA yang


menjadi ukuran
0 2 adalah DIPA awal
/ 2 satker.

Persentase satker -
o m 90 92 Satker KP/KD Jumlah Satker KP/KD yang Inspektorat I
KP/KD lingkup binaan
Inspektorat I yang
n a.c yang memperoleh
nilai hasil
memperoleh nilai hasil Evaluasi
SAKIP dengan kategori "BB"

ly
memperoleh nilai hasil a Evaluasi SAKIP dibagi dengan jumlah Satker

kategori "BB"
m u
evaluasi SAKIP dengan dengan kategori
"BB" adalah
KP/KD yang dilakukan Evaluasi
SAKIP dikali 100%

i n a Satker yang

. a memperoleh
predikat sangat

ww baik dengan

: / / w nilai angka >70


sampai dengan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 231 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
80 hasil Evaluasi
2 -t
SAKIP.
0 2
Persentase satker - 90 92 Satker KP/KD
n - 2 Jumlah Satker KP/KD yang Inspektorat
KP/KD lingkup binaan
h u
yang memperoleh memperoleh nilai hasil Evaluasi II
Inspektorat II yang
memperoleh nilai hasil - t a
nilai hasil
Evaluasi SAKIP
SAKIP dengan kategori "BB"
dibagi dengan jumlah Satker
evaluasi SAKIP dengan
- 1 3
dengan kategori KP/KD yang dilakukan Evaluasi
kategori "BB"

m or "BB" adalah
Satker yang
SAKIP dikali 100%

- n o memperoleh
predikat sangat
e s baik dengan

n k nilai angka >70

m e sampai dengan

er
80 hasil Evaluasi
SAKIP.

5 /p
/0
Persentase satker - 90 92 Satker KP/KD Jumlah Satker KP/KD yang Inspektorat
KP/KD lingkup binaan
Inspektorat III yang 2 2 yang memperoleh
nilai hasil
memperoleh nilai hasil Evaluasi
SAKIP dengan kategori "BB"
III

memperoleh nilai hasil


evaluasi SAKIP dengan / 2 0 Evaluasi SAKIP
dengan kategori
dibagi dengan jumlah Satker
KP/KD yang dilakukan Evaluasi
kategori "BB"
o m "BB" adalah SAKIP dikali 100%

a .c Satker yang

a n memperoleh

u ly predikat sangat
baik dengan

a m nilai angka >70

a i n sampai dengan
80 hasil Evaluasi

w . SAKIP.

: / / ww Persentase satker
KP/KD lingkup binaan
- 90 92 Satker KP/KD
yang memperoleh
Jumlah Satker KP/KD yang
memperoleh nilai hasil Evaluasi
Inspektorat
IV

tps
Inspektorat IV yang nilai hasil SAKIP dengan kategori "BB"

ht
jdih.kemkes.go.id
- 232 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP
2 -t
dibagi dengan jumlah Satker
evaluasi SAKIP dengan dengan kategori
0 2
KP/KD yang dilakukan Evaluasi
kategori "BB" "BB" adalah
Satker yang n - 2 SAKIP dikali 100%

h
memperoleh u
- t a
predikat sangat

- 1 3
baik dengan
nilai angka >70

m or sampai dengan
80 hasil Evaluasi

- n o SAKIP.
Persentase satker - 10 20
e s Satker KP/KD Jumlah akumulasi Satker Inspektorat I
KP/KD lingkup binaan
n k yang KP/KD yang
Inspektorat I yang
m e mengimplementa mengimplementasikan

er
mengimplementasika sikan manajemen Manajemen Risiko dengan
n manajemen risiko risiko adalah maturitas level 3 dalam
dengan maturitas level
5 /p Satker KP/KD pelaksanaan tugas dan
3 dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya 2/0 dengan Maturitas
Level 3 yang
fungsinya dibagi dengan jumlah
seluruh Satker KP/KD dikali
0 2 telah 100%
/ 2 menjalankan

o m fungsi

a .c pengendalian
internal dan

a n memastikan

u ly bahwa
Manajemen

a m Risiko telah

a i n diterapkan sesuai

w . dengan
ketentuan dan

ww
regulasi yang ada

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 233 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase satker - 10 20 Satker KP/KD
2 -t
Jumlah akumulasi Satker Inspektorat
KP/KD lingkup binaan
Inspektorat II yang
yang
mengimplementa
-2 02
KP/KD yang
mengimplementasikan
II

mengimplementasika n
sikan Manajemen
u Manajemen Risiko dengan
n manajemen risiko
t a h
Risiko adalah maturitas level 3 dalam

3-
dengan maturitas level Satker KP/KD pelaksanaan tugas dan
3 dalam pelaksanaan dengan Maturitas fungsinya dibagi dengan jumlah
tugas dan fungsinya
r- 1
Level 3 yang seluruh Satker KP/KD dikali

m o telah
menjalankan
100%

- n o fungsi

e s pengendalian

n k internal dan
memastikan

m e bahwa

/p er Manajemen
Risiko telah

/0 5 diterapkan sesuai
dengan
2 2 ketentuan dan

/ 2 0 regulasi yang ada


Persentase satker -
o m 10 20 Satker KP/KD Jumlah akumulasi Satker Inspektorat
KP/KD lingkup binaan
Inspektorat III yang
a .c yang
mengimplementa
KP/KD yang
mengimplementasikan
III

mengimplementasika
a n sikan Manajemen Manajemen Risiko dengan

u l
n manajemen risikoy
dengan maturitas level
Risiko adalah
Satker KP/KD
maturitas level 3 dalam
pelaksanaan tugas dan

a m
3 dalam pelaksanaan dengan Maturitas fungsinya dibagi dengan jumlah

a i n
tugas dan fungsinya Level 3 yang seluruh Satker KP/KD dikali

w . telah
menjalankan
100%

ww
fungsi

: / / pengendalian

tps
internal dan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 234 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
memastikan
2 -t
bahwa
0 2
Manajemen
Risiko telah n - 2
hu
diterapkan sesuai

-
dengant a
- 1 3
ketentuan dan
regulasi yang ada
Persentase satker - 10 20 or Satker KP/KD Jumlah akumulasi Satker Inspektorat
KP/KD lingkup binaan
Inspektorat IV yang
- n om yang
mengimplementa
KP/KD yang
mengimplementasikan
IV

mengimplementasika
e s sikan Manajemen Manajemen Risiko dengan
n manajemen risiko
n k Risiko adalah maturitas level 3 dalam
dengan maturitas level e Satker KP/KD pelaksanaan tugas dan

erm
3 dalam pelaksanaan dengan Maturitas fungsinya dibagi dengan jumlah
tugas dan fungsinya Level 3 yang seluruh Satker KP/KD dikali

5 /p telah 100%

2/0 menjalankan
fungsi
0 2 pengendalian
/ 2 internal dan

o m memastikan

a .c bahwa
Manajemen

a n Risiko telah

u ly diterapkan sesuai
dengan

a m ketentuan dan

a i n regulasi yang ada

w .
Persentase - 20 60 Pelaksanaan Jumlah audit kinerja yang Inspektorat I

ww
pelaksanaan audit audit kinerja dilakukan oleh Inspektorat I
kinerja berbasis yang dilakukan yang telah menggunakan aplikasi

: / / teknologi informasi oleh Inspektorat I sistem informasi manajemen

ht tps yang telah dibagi dengan seluruh jumlah

jdih.kemkes.go.id
- 235 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
lingkup binaan menggunakan
2 -t
aktivitas audit yang dilakukan
Inspektorat I aplikasi sistem
0 2
dikali 100%
informasi
n
manajemen audit- 2
h
baik dalamu
- t a
perencanaan,

- 1 3
pelaksanaan dan
penyusunan

m or laporan
Persentase
pelaksanaan audit
- 20 60
- n o Pelaksanaan
Audit Kinerja
Jumlah audit kinerja yang
dilakukan oleh Inspektorat II
Inspektorat
II
kinerja berbasis
e s yang dilakukan yang telah menggunakan aplikasi
teknologi informasi
n k oleh Inspektorat sistem informasi manajemen
lingkup binaan
m e II yang telah dibagi dengan seluruh jumlah

er
Inspektorat II menggunakan aktivitas audit yang dilakukan
aplikasi sistem dikali 100%

5 /p informasi

2/0 manajemen audit


baik dalam
0 2 perencanaan,
/ 2 pelaksanaan dan

o m penyusunan

a .c laporan

Persentase
n
- 20 60 Pelaksanaan Jumlah audit kinerja yang Inspektorat
pelaksanaan
kinerja
u lya
audit
berbasis
Audit Kinerja
yang dilakukan
dilakukan oleh Inspektorat III
yang telah menggunakan aplikasi
III

teknologi
a m
informasi oleh Inspektorat sistem informasi manajemen
lingkup

a i n
Inspektorat III
binaan III yang telah
menggunakan
dibagi dengan seluruh jumlah
aktivitas audit yang dilakukan

w . aplikasi sistem dikali 100%

w w informasi
manajemen audit

: / / baik dalam

ht tps perencanaan,

jdih.kemkes.go.id
- 236 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pelaksanaan dan
2 -t
penyusunan
0 2
laporan
n - 2
hu
Persentase - 20 60
t a
Pelaksanaan
- Jumlah audit kinerja yang Inspektorat
pelaksanaan
kinerja
audit
berbasis
- 1 3
Audit Kinerja
yang dilakukan
dilakukan oleh Inspektorat IV
yang telah menggunakan aplikasi
IV

teknologi
lingkup
informasi
binaan
m or oleh Inspektorat
IV yang telah
sistem informasi manajemen
dibagi dengan seluruh jumlah
Inspektorat IV
- n o menggunakan aktivitas audit yang dilakukan

e s aplikasi sistem
informasi
dikali 100%

n k manajemen audit

m e baik dalam

/p er perencanaan,
pelaksanaan dan

/0 5 penyusunan
laporan

2 2
b) Kegiatan Peningkatan Pengawasan
melalui Audit Investigasi dan
/ 2 0 6.236 6.611 Inspektorat
Investigasi
Penanganan Pengaduan
o m
Masyarakat

a .c
Meningkatnya
penanganan a n
pengaduan
u ly
masyarakat
a m yang
berindikasi kerugian

a i
negara n
w .
Persentase pengaduan 100 100 100 Pengaduan Jumlah pengaduan masyarakat

ww
masyarakat berkadar masyarakat berkadar pengawasan yang

: / / pengawasan yang berkadar ditindaklanjuti dibagi dengan

tps
ditindaklanjuti pengawasan yang total pengaduan masyarakat

ht
jdih.kemkes.go.id
- 237 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
ditindaklanjuti
2 -t
yang berkadar pengawasan dikali
adalah
02
100%
pengaduan
masyarakat n - 2
mengandung
hu
- t a
informasi atau

- 1 3
adanya indikasi
terjadinya

m or penyimpangan
atau

- n o penyalahgunaan

e s wewenang yang

n k dilakukan oleh
aparatur

m e Kementerian

/p er Kesehatan yang
berpotensi

/0 5 mengakibatkan
kerugian
2 2 masyarakat atau

/ 2 0 negara yang yang


ditindaklanjuti

o m dengan

a .c klarifikasi dan

a n atau ADTT
Persentase
rekomendasi u ly
hasil
36.70 45 50 Rekomendasi
hasil audit
Jumlah rekomendasi hasil audit
dengan tujuan tertentu yang

a m
audit dengan tujuan dengan tujuan ditindaklanjuti tahun berjalan

a i n
tertentu yang tertentu yang dibagi dengan penjumlahan

w .
ditindaklanjuti ditindaklanjuti
adalah
saldo awal tahun berjalan
dengan rekomendasi hasil audit

ww
rekomendasi dengan tujuan tertentu yang

: / / hasil audit baru di tahun berjalan dikali

tps
dengan tujuan 100%

ht
jdih.kemkes.go.id
- 238 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
tertentu yang
2 -t
telah
0 2
ditindaklanjuti
n - 2
Jumlah satker yang 7 10 12 Satker yang
h u Jumlah akumulasi Satker yang
telah memperoleh
predikat WBK/WBBM
telah
- t a
memperoleh
mendapatkan predikat Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK)
Nasional
- 1 3
predikat dan/atau Wilayah Birokrasi

o r WBK/WBBM
Nasional adalah
Bersih dan Melayani (WBBM)
dari Kementerian
o m Satker yang Pendayagunaan Aparatur Negara

s - n mendapatkan dan Reformasi Birokrasi RI

k e predikat Wilayah

e n Bebas dari
Korupsi (WBK)

erm
dan/atau
Wilayah Birokrasi

5 /p Bersih dan

2/0 Melayani (WBBM)


dari Kementerian
0 2 Pendayagunaan
/ 2 Aparatur Negara

o m dan Reformasi

a .c Birokrasi RI

c) Kegiatan Dukungan Manajemen


n 66.809 70.818 Sekretariat
dan Pelaksanaan Program

u lya Inspektorat
Jenderal
Meningkatnya
a m
i n
dukungan manajemen
a
w .
dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya

w wJumlah hasil analisis 8 8 8 Hasil Analisis Jumlah Hasil Analisis


: / / rekomendasi laporan Rekomendasi Rekomendasi Laporan Hasil

tp s hasil pengawasan per Laporan Hasil Pengawasan per program yang

h t
jdih.kemkes.go.id
- 239 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
program Kementerian Pengawasan per
2 -t
disampaikan kepada unit Utama
Kesehatan program
0 2
di lingkungan Kementerian
Kementerian
Kesehatan n - 2 Kesehatan

h u
adalah Hasil

- t a
Analisis

- 1 3
Rekomendasi
Laporan Hasil

m or Pengawasan per
program yang

- n o disampaikan

e s kepada Unit

n k Utama terkait di
lingkungan

m e Kementerian

/p er Kesehatan
Nilai Reformasi
Birokrasi di lingkup
- 54,0

/0 5
54,5 Nilai Reformasi
Birokrasi pada
Nilai Reformasi Birokrasi
Inspektorat Jenderal pada
Inspektorat Jenderal
2 2 komponen komponen pengungkit

/ 2 0 pengungkit
lingkup
berdasarkan hasil penilaian
Kementerian Pendayagunaan

o m Inspektorat Aparatur Negara dan Reformasi

a .c Jenderal adalah
Nilai Reformasi
Birokrasi RI atau Monitoring dan
Evaluasi APIP dengan bobot

a n Birokrasi maksimal 60

u ly Inspektorat
Jenderal pada

a m komponen

a i n pengungkit

w . berdasarkan
hasil penilaian

ww
Kementerian

: / / Pendayagunaan

tps
Aparatur Negara

ht
jdih.kemkes.go.id
- 240 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dan Reformasi
2 -t
Birokrasi RI atau
0 2
-
Hasil Monitoring
dan Evaluasi n 2
APIP
h u
1) Program Kesehatan Masyarakat 1.278.983 2.910.969 - t a Direktorat
pada Direktorat Jenderal
- 1 3 Jenderal
Kesehatan Masyarakat

m or Kesehatan
Masyarakat

Meningkatnya
- n o
ketersediaan dan
e s
keterjangkauan
n k
pelayanan kesehatan
yang bermutu bagi
m e
seluruh masyarakat
/p er
Persentase persalinan
di fasilitas pelayanan
86,28 87
/0 5
89 Cakupan ibu
bersalin yang
Jumlah ibu bersalin yang
mendapat pertolongan
kesehatan (PF)
2 2 mendapat persalinan oleh tenaga kesehatan

/ 2 0 pertolongan
persalinan oleh
yang memiliki kompetensi
kebidanan di fasilitas pelayanan

o m tenaga kesehatan kesehatan di suatu wilayah kerja

a .c yang memiliki
kompetensi
dalam kurun waktu tertentu
dibagi jumlah sasaran ibu
a n kebidanan di bersalin yang ada di suatu

u ly fasilitas
pelayanan
wilayah pada kurun waktu
tertentu, dikali 100%
a m kesehatan di

a i n suatu wilayah

w . kerja dalam
kurun waktu

: / / ww tertentu

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 241 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase 23,79 40 50 Desa/kelurahan
2 -t
Jumlah desa/kelurahan yang
desa/kelurahan yang seluruh
0 2
sudah terverifikasi SBS dibagi
dengan Stop Buang air
besar Sembarangan
penduduknya
tidak lagi n - 2 seluruh jumlah desa/kelurahan
dikali 100%
(SBS) melakukan
hu
- t a
praktek buang

- 1 3
air besar
sembarangan

m or dibuktikan
melalui proses

- n o verifikasi
Persentase ibu hamil 17,3 16 14,5
e s Ibu hamil dengan Ibu hamil dengan LILA kurang
Kurang Energi Kronis
n k risiko kurang dari 23,5 cm dibagi jumlah ibu
(KEK)
m e energi kronis hamil yang ada dikali 100%.

er
(KEK) yang
ditandai dengan

5 /p ukuran Lingkar

2/0 Lengan Atas


(LiLA) kurang
0 2 dari 23,5 cm

Persentase N/A / 2
30 35 Kabupaten/kota Jumlah kabupaten/kota yang
kabupaten/kota yang
o m yang menerapkan kebijakan Gerakan
menerapkan
a .c menerapkan Masyarakat Hidup Sehat dibagi
kebijakan gerakan
a n kebijakan total kab/kota dikalikan 100%
masyarakat
sehat
u ly
hidup GERMAS dengan
kriteria:

a m Memiliki

a i n kebijakan

w . GERMAS sesuai
dengan Inpres

: / / ww No.1 Tahun 2017


(melaksanakan 5

tps
kluster germas)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 242 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dan atau
2 -t
kebijakan
0 2
berwawasan
kesehatan n - 2
h u
- t a
Melaksanakan
penggerakkan

- 1 3
masyarakat

m or dalam
mendukung 5

- n o kluster GERMAS
minimal 3 kali
e s setahun, dengan

n k melibatkan lintas

m e sektor,

er
pendidikan
(sekolah), Upaya

5 /p Kesehatan

2/0 Bersumberdaya
Masyarakat

0 2 (UKBM) dan atau


/ 2 mitra potensial
a) Kegiatan Pembinaan Kesehatan
o m 241.281 828.945 Direktorat
Keluarga
na.c Kesehatan
Keluarga

Meningkatnya akses
ly a
u
dan kualitas upaya
m
i n a
kesehatan keluarga

. a
Jumlah N/A 120 200 DO/Kriteria Jumlah Kabupaten/Kota yang

ww kabupaten/kota yang
menyelenggarakan
kabupaten/kota
yang
memenuhi DO/kriteria
kabupaten/kota yang

: / / w pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir
menyelenggaraka
n pelayanan
menyelenggarakan pelayanan

ht tps kesehatan ibu

jdih.kemkes.go.id
- 243 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dan bayi baru
2 -t
kesehatan ibu dan bayi baru
lahir adalah:
0 2
lahir
Seluruh
n - 2
Puskesmas
h u
- t a
menyelenggaraka
n kelas ibu hamil

- 1 3
minimal di 50%

m or desa/kelurahan
Cakupan K4

- n o minimal 85%

e s Seluruh

n k Puskesmas

m e dengan tempat

er
tidur mampu

5 /p memberikan
pelayanan

2/0 kegawatdarurata
n maternal dan
0 2 neonatal
/ 2 Kabupaten/Kota
o m memiliki minimal

a .c 1 Rumah Sakit

a n mampu

u ly melakukan
penanganan

a m kasus rujukan

a i n komplikasi dan
kegawatdarurata

w . n maternal dan

ww
neonatal

: / / Dinas Kesehatan

tps
Kabupaten/Kota

ht
jdih.kemkes.go.id
- 244 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
menyelenggaraka
2 -t
n AMP minimal 1
0 2
kali setiap 3
bulan n - 2
hu
Jumlah
kabupaten/kota yang
N/A 120 200
- t a
DO/Kriteria
kabupaten/kota
Jumlah Kabupaten/Kota yang
memenuhi DO/kriteria
menyelenggarakan
- 1 3
yang kabupaten/kota yang
pelayanan kesehatan
balita
m or menyelenggaraka
n pelayanan
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan balita dan anak

- n o kesehatan balita
adalah:
prasekolah

e s
n k Seluruh

m e Puskesmas
melaksanakan

/p er kelas ibu balita


sedikitnya di 50%

/0 5 desa/kelurahan

2 Seluruh

/ 2 02 Puskesmas
melaksanakan

.c om pendekatan
MTBS pada

n a kunjungan balita

ly a sakit

mu Seluruh
Puskemas

i n a melaksanakan

. a SDIDTK

w Jumlah N/A 125 150 DO/Kriteria Jumlah Kabupaten / Kota yang

: / / ww kabupaten/kota yang
menyelenggarakan
kabupaten/kota
yang
memenuhi kriteria
kabupaten/kota yang

tps
pelayanan kesehatan menyelenggaraka menyelenggarakan pelayanan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 245 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
anak usia sekolah dan n pelayanan
2 -t
kesehatan anak usia sekolah dan
remaja kesehatan anak
02
remaja
usia sekolah dan
remaja adalah:n - 2
hu
- t a
Minimal 40%
Puskesmas

- 1 3
mampu laksana

m or Pelayanan
Kesehatan Peduli

- n o Remaja (PKPR)

s Setiap

n ke Puskesmas

e membina

erm
minimal 20%
sekolah/madrasa

5 /p h (SD/MI,
SMP/MTs,

2/0 SMA/SMK/MA)

0 2 melalui kegiatan

/ 2 UKS/M yang ada


di wilayah kerja

o m Puskesmas
Jumlah
a
N/A .c 120 200 DO/Kriteria Jumlah kabupaten/kota yang
kabupaten/kota yang
a n Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan
menyelenggarakan
u ly
pelayanan kesehatan
yang
menyelenggaraka
kesehatan usia reproduksi

a m
usia reproduksi n pelayanan

a i n kesehatan usia

w . reproduksi
adalah:

: / / ww Minimal 50%
puskesmas

tp s melakukan

h t
jdih.kemkes.go.id
- 246 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pelayanan
2 -t
kesehatan
0 2
-
reproduksi calon
pengantin n 2
hu
(kespro catin)

- t
Seluruh
a
- 1 3
Puskesmas

m or mampu dan
melakukan

- n o pelayanan KB
Pasca Persalinan
e s
Persentase N/A 45 50
n k DO/Kriteria Jumlah kabupaten/kota yang
kabupaten/kota yang
menyelenggarakan
m e kabupaten/kota
yang
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lansia dibagi jumlah
pelayanan kesehatan
lanjut usia
/p er menyelenggaraka
n pelayanan
seluruh kabupaten/kota dikali
100% dalam kurun waktu 1

/0 5 kesehatan lanjut
usia adalah:
tahun

2 2
/ 2 0 Seluruh
Puskesmas

o m membina

a .c Posyandu Lansia
di 50% desa di
a n wilayah

u ly kerjanya.

i n am Minimal 50%
Puskesmas yang

. a ada di
kabupaten/kota

ww menyelenggaraka

: / / w n pelayanan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 247 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kesehatan
2 -t
santun lansia
02
Kabupaten/kota
n - 2
u
mengembangkan
h
Program
- t a
Perawatan

- 1 3Jangka Panjang

b) Kegiatan Pembinaan Gizi 654.584 mor


521.259
bagi Lansia

Masyarakat
- n o Direktorat
Gizi

e s Masyarakat

n k
Meningkatnya
perbaikan gizi
m e
masyarakat
/p er
Persentase
kabupaten/kota yang
N/A 51
/0 5
70 Kabupaten/kota
yang minimal
Kabupaten/kota yang
melaksanakan surveilans gizi
melaksanakan
2 2 70% dari jumlah dibagi seluruh kabupaten/kota
surveilans gizi
/ 2 0 puskesmas
melakukan
dikali 100%

o m kegiatan

a .c pengumpulan
data, pengolahan
a n dan analisis data,

u ly serta diseminasi
informasi
a m
a i n Pengumpulan

w . data adalah
puskesmas di

ww
wilayah kerja

: / / kabupaten/kota
melakukan entry

ht tps data sasaran

jdih.kemkes.go.id
- 248 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
balita dan ibu
2 -t
hamil serta data
02
pengukuran
melalui Sistemn - 2
hu
Informasi Gizi

- t a
Terpadu, rerata

- 1 3
setiap bulan
mencapai

m or minimal 60%
sasaran ibu

- n o hamil dan balita

e s Pengolahan dan

n k analisis data

m e adalah

er
puskesmas di
wilayah kerja

5 /p kabupaten/kota

2/0 melakukan
konfirmasi dan

0 2 identifikasi
/ 2 penyebab

o m masalah gizi

a .c pada seluruh
balita gizi buruk

a n
u ly Diseminasi
informasi adalah

a m puskesmas di
wilayah kerja

a i n Kabupaten/Kota

w . melakukan
penyusunan

: / / ww rencana kegiatan
berdasarkan

tps
hasil surveilans

ht
jdih.kemkes.go.id
- 249 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
gizi dan diupload
2 -t
kedalam sistem
0 2
setiap triwulan
n - 2
Persentase N/A 10 20 Puskesmas
h u Puskesmas mampu tatalaksana
puskesmas mampu
tata laksana gizi
mampu
- t a
melakukan
gizi buruk dibagi jumlah seluruh
puskesmas dikali 100%
buruk pada balita
- 1 3
tatalaksana gizi

o r buruk pada
balita dengan
o m kriteria:

s - n Mempunyai Tim

ke Asuhan Gizi

e n terlatih, terdiri

erm
dari dokter,
bidan/perawat,

5 /p dan tenaga gizi

2/0 Memiliki SOP


tatalaksana gizi
0 2 buruk pada
/ 2 balita

Persentase bayi usia 37,3


o m 40 45 Bayi umur 0 Bayi usia kurang dari 6 bulan
kurang dari 6 bulan
mendapat ASI
na.c sampai 5 bulan
29 hari yang
mendapat ASI Eksklusif dibagi
seluruh bayi usia kurang dari 6
eksklusif
ly a hanya diberi ASI bulan dikali 100%

m u saja tanpa
makanan atau

i n a cairan lain

. a kecuali obat,

ww vitamin dan
mineral.

: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 250 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
c) Kegiatan Penyehatan Lingkungan 158.610 597.052
2 -t Direktorat

-2 02 Kesehatan
Lingkungan
Meningkatnya u n
penyehatan dan
t a h
pengawasan kualitas
lingkungan
- 13-
Persentase 23,79 40 50 o r Desa/kelurahan Jumlah desa/kelurahan yang
desa/kelurahan
om yang seluruh telah terverifikasi SBS dibagi
dengan Stop Buang
air besar s - n penduduknya
tidak lagi
jumlah seluruh desa/kelurahan
dikali 100%
Sembarangan (SBS)
k e melakukan

e n praktek buang

erm air besar


sembarangan

5 /p dibuktikan

/0
melalui proses

2 2 verifikasi
Jumlah
Kabupaten/Kota
N/A
/ 2 0
110 220 Kabupaten/Kota
dengan kriteria :
Jumlah Kabupaten/Kota yang
telah memenuhi kriteria
Sehat (KKS)
o m Melaksanakan 4
penyelenggaraan

a.c
Kabupaten/Kota Sehat
tatanan yaitu

a n pemukiman,

u ly sarana dan
prasarana

a m umum,

a i n masyarakat sehat
yang mandiri dan

w . ketahanan

w w pangan, kawasan
pendidikan dan
: / / kawasan pasar

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 251 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Memiliki SK Tim
2 -t
Pembina KKS
0 2
Memiliki SK
n - 2
Forum dan
h u
- t a
rencana kerja

- 1 3
laporan hasil

o r verifikasi oleh tim


pembina tingkat

o m provinsi
Persentase sarana air 19,93 60 64
s - n Sarana air Jumlah sarana air minum yang
minum yang
ke minum yang diawasi/diperiksa kualitas air
diawasi/diperiksa
kualitas air e n dilakukan
tinjauan
minumnya dibagi seluruh sarana
air minum dikali 100

erm
minumnya sesuai dokumen RPAM
standar

5 /p (Rencana
Pengamanan Air

2/0 Minum), inspeksi


kesehatan
0 2 lingkungan dan
/ 2 diperiksa

o m kualitas air

a .c minumnya oleh
Dinas Kesehatan
a n Kabupaten/Kota.

u
Jumlah fasyankes ly 33,7 2.600 3.000 Fasyankes Jumlah kumulatif Fasyankes (RS
yang memiliki
a m (rumah sakit dan dan Puskesmas) yang telah

a i n
pengelolaan limbah
medis sesuai standar
Puskesmas) yang
telah melakukan
melaksanakan pengelolaan
limbah medis sesuai standar.

w . pemilahan,

ww
pewadahan,
pengangkutan
: / / yang memenuhi

ht tps syarat

jdih.kemkes.go.id
- 252 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
penyimpanan
2 -t
sementara B3 di
0 2
tempat
penyimpanan n - 2
hu
sementara B3

- t a
(TPSB3) yang

- 1 3
berizin serta
telah melakukan

m or pengolahan
secara mandiri

- n o sesuai

e s persyaratan atau

n k berizin dan atau


bekerjasama

m e dengan jasa

/p er pengolah limbah
B3 yang berizin
Presentase Tempat 26,41 38
/0 5
44 TPP yang Jumlah TPP yang memenuhi
Pengelolaan Pangan
2 2 memenuhi syarat syarat kesehatan berdasarkan
(TPP) yang memenuhi
syarat sesuai standar
/ 2 0 kesehatan adalah
TPP yang
hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai standar

o m dilaksanaan dalam kurun waktu 1 tahun

a .c pengawasan
melalui inspeksi
dibanding jumlah TPP dikali
100%

a n Kesehatan

u ly Lingkungan dan
memenuhi syarat

a m sesuai standar

a i n
Persentase Tempat 61,3 55 60 Tempat dan Jumlah Tempat dan Fasilitas

w .
dan Fasilitas Umum Fasilitas Umum Umum yang dilaporkan hasil

ww
(TFU) yang dilakukan (pasar, sekolah, pengawasannya oleh Kabupaten
pengawasan sesuai Puskesmas) Kota berdasarkan Inspeksi

: / / standar yang dilakukan Kesehatan Lingkungan minimal

ht tps pengawasan oleh 1 kali dalam setahun dibagi

jdih.kemkes.go.id
- 253 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kabupaten/kota
2 -t
jumlah tempat dan fasilitas
dengan cara
0 2
umum dikali 100%
melakukan
Inspeksi n - 2 TFU prioritas adalah pasar,
Kesehatan
hu sekolah, dan Puskesmas

- t a
Lingkungan

- 1 3
minimal 1 kali
dalam kurun

m or waktu setahun.
d) Kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga
55.318
- n o126.780 Direktorat
Kesehatan
e s Kerja, dan

n k Olahraga

Meningkatnya upaya
m e
kesehatan kerja dan
olahraga
/p er
Jumlah N/A 308
/0 5
334 Kabupaten/kota Jumlah kumulatif
kabupaten/kota yang
22 yang kabupaten/kota yang
melaksanakan
kesehatan kerja / 20 melaksanakan
kesehatan kerja
melaksanakan kesehatan kerja

.c om meliputi:
Minimal 60%
n a Puskesmas di

ly a wilayah kerjanya

mu melaksanakan
kesehatan kerja

i n a Tersedianya
. a surat keputusan
w (SK) atau surat

: / / ww edaran (SE) yang


mendukung

tps
pelaksanaan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 254 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
upaya kesehatan
2 -t
kerja ditempat
0 2
kerja
n - 2
Pembinaan
h u
- t a
kesehatan kerja
di sektor formal

- 1 3
or
Jumlah N/A 308 334 Kabupaten/kota Jumlah kumulatif
kabupaten/kota yang yang kabupaten/kota yang
melaksanakan
o m melaksanakan melaksanakan kesehatan
kesehatan olahraga
s - n kesehatan
olahraga adalah
olahraga

k e kabupaten/kota

e n yang minimal

erm 60% puskesmas


di wilayah

5 /p kerjanya
melaksanakan

2/0 kesehatan olah

0 2 raga yaitu

/ 2 melaksanakan
kegiatan:
o m
a.c
Pengukuran
kebugaran
a n ASN/anak

u ly sekolah/jamaah
haji

a m
a i n Pembinaan
kelompok

w . olahraga pada

w w masyarakat ibu
hamil, lansia,

: / / kelompok

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 255 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
olahraga
2 -t
masyarakat
0 2
Pengukuran
n - 2
kebugaran
hu
- t a
jasmani pekerja
tingkat kab/kota

- 1 3
or
e) Kegiatan Promosi Kesehatan dan 169.190 836.933 Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Promosi

om Kesehatan

s - n dan
Pemberdaya

k e an

e n Masyarakat

Meningkatnya
erm
pelaksanaan promosi
kesehatan dan
5 /p
pemberdayaan kepada
masyarakat 2/0
0 2
Persentase N/A
/ 230 35 Kabupaten/kota Jumlah Kabupaten/Kota yang
kabupaten/kota yang
menerapkan
o m yang
menerapkan
menerapkan kebijakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat dibagi
kebijakan gerakan
a .c kebijakan total kab/kota dikalikan 100%
masyarakat hidup
a n Germas dengan
sehat
u ly kriteria :
Memiliki

i n am kebijakan
Germas sesuai
. a dengan Inpres

ww No.1 Tahun 2017


(melaksanakan 5

: / / w kluster germas)

tps
dan atau

ht
jdih.kemkes.go.id
- 256 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kebijakan
2 -t
berwawasan
0 2
kesehatan
n - 2
Melaksanakan
h u
- t a
penggerakkan
masyarakat

- 1 3
dalam

m or mendukung 5
kluster Germas

- n o minimal 3 kali
setahun, dengan
e s melibatkan lintas

n k sektor,

m e pendidikan

er
(sekolah), Upaya
Kesehatan

5 /p Bersumberdaya

2/0 Masyarakat
(UKBM) dan atau

0 2 mitra potensial
Persentase 46,1 / 251 70 Kabupaten/kota Jumlah Kabupaten/Kota yang
kabupaten/kota
o m yang melaksanakan pembinaan
melaksanakan
a .c melaksanakan posyandu aktif sesuai kriteria
pembinaan posyandu
a n pembinaan dibagi jumlah kab./Kota dikali
aktif

u ly Posyandu Aktif
dengan kriteria:
100%

a m Memiliki Pokjanal

a i n yang disahkan

w . melalui
keputusan

: / / ww Bupati/walikota
Melakukan

ht tps pertemuan

jdih.kemkes.go.id
- 257 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Pokjanal
2 -t
Posyandu
0 2
minimal 2 kali
setahun n - 2
h u
- t a
Melakukan
peningkatan

- 1 3
kapasitas bagi

m or petugas
Puskesmas dan

- n o kader

s Memiliki sistim

n ke pelaporan

e kegiatan

erm
Posyandu
5)Posyandu aktif

5 /p minimal 50%
2) Program Dukungan Manajemen
pada Direktorat Jenderal 2/0 164.178 171.686 Direktorat
Jenderal
Kesehatan Masyarakat
0 2 Kesehatan
/ 2 Masyarakat

Meningkatnya
o m
koordinasi
a .c
pelaksanaan tugas,
a n
pembinaan
u ly
dan
pemberian dukungan
manajemen
a m
a i n
Kementerian
Kesehatan

w .
Nilai Reformasi 77,43 78,06 78,69 Nilai Reformasi Menggunakan hasil penilaian

: / / ww Birokrasi Kementerian
Kesehatan
Reformasi
Birokrasi di
dari Kementerian PAN dan RB

tps
Kementerian

ht
jdih.kemkes.go.id
- 258 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kesehatan
2 -t
adalah hasil
02
penilaian dari
n
Kementerian PAN- 2
hu
dan RB terkait

- t a
pelaksanaan 8

- 1 3
area perubahan
pada Reformasi

m or Birokrasi di
Kementerian

- n o Kesehatan
a) Kegiatan Dukungan Manajemen
e s
164.178 171.686 Sekretariat
dan Pelaksanaan Program
n k Direktorat

m e Jenderal

er
Kesehatan
Masyarakat

5 /p
Meningkatnya 2/0
dukungan manajemen
0 2
dan pelaksanaan
/ 2
tugas teknis lainnya
o m
Nilai Reformasi N/A
a .c 56,5 57,5 Hasil penilaian Hasil PMPRB lingkup Direktorat
Birokrasi di lingkup
a n mandiri terkait Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat
Kesehatan
u y
Jenderal
l pelaksanaan 8
area perubahan
dibagi nilai maksimal unit eselon
I dikali 100%
Masyarakat
a m pada Reformasi

a i n Birokrasi di
lingkup
(N/36,30) x100%

w . Direktorat

ww
Jenderal
Kesehatan
: / / Masyarakat

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 259 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator

2 -t
0 2
Persentase kinerja N/A 80 82,5 Persentase
n - 2 Menggunakan hasil penilaian
RKAKL pada lingkup
Direktorat Jenderal
t
Program hu
kinerja RKA-K/L
a
kinerja dari SMART DJA
Kementerian Keuangan untuk
Kesehatan
3 -
pembinaan masing masing satker
Masyarakat
r- 1
Kesehatan

m o Masyarakat yang
efektif dan efisien

- n o adalah hasil

e s penilaian kinerja
RKA KL dengan
n k menngunakan

m e tools aplikasi

/p er SMART DJA
Kementerian

/0 5 Keuangan

22
1) Program Pencegahan Dan 2.172.464 2.744.813 Direktorat

20
Pengendalian Penyakit pada Jenderal
Direktorat Jenderal Pencegahan
/ Pencegahan

om
Dan Pengendalian Penyakit dan
Pengendalia

a .c n Penyakit
Menurunnya penyakita n
menular, ly
penyakit
u
tidak memular, serta
a
meningkatnya m
i n
kesehatan jiwa
a
w .
Persentase Orang 18 40 45 Perbandingan (jumlah kumulatif ODHA yang

ww
Dengan HIV-AIDS dari jumlah sedang mendapat ART pada

: / / yang menjalani Terapi kumulatif ODHA akhir tahun kalender) dibagi

tps
ARV (ODHA on ART) yang sedang

ht
jdih.kemkes.go.id
- 260 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
mendapat ART
2 -t
(jumlah estimasi ODHA yang
pada akhir tahun
0 2
ada) dikali 100%
kalender
n
terhadap jumlah - 2
h u
estimasi ODHA

- t a
yang ada
Persentase angka 85 90 90
- 1 3
Jumlah semua Jumlah semua kasus TBC yang
keberhasilan
pengobatan TBC (TBC
m or kasus TBC yang
sembuh dan
sembuh dan pengobatan lengkap
dibagi semua kasus TBC yang
succes rate)
- n o pengobatan
lengkap diantara
diobati dan dilaporkan

e s semua kasus

n k TBC yang diobati

m e dan dilaporkan

Jumlah
kabupaten/kota yang
285 325 345
/p er Jumlah
Kabupaten/ kota
Jumlah Kumulatif kabupaten/
kota yang sudah lolos hasil
mencapai eliminasi
/0 5 yang sudah assessmen eliminasi Malaria dan
malaria
2 2 mendapatkan
sertifikat
mendapat sertifikat eliminasi
malaria

/ 2 0 eliminasi
Jumlah 382
o m 416 436 Jumlah Kab/kota Jumlah kasus terdaftar pada
kabupaten/kota
dengan eliminasi a .c yang telah
memenuhi
suatu saat tertentu per 10.000
dibagi dengan jumlah penduduk
kusta
a n kriteria eliminasi pada tahun yang sama

u ly (Angka Prevalensi
< 1/ 10.000
a m penduduk)

a i n
w .
Jumlah
kabupaten/kota
38 80 93 Jumlah Kab/kota
endemis yang
Kumulatif Jumlah Kab/kota
endemis yang telah lulus survei

ww
endemis filariasis yang telah lulus evaluasi Penularan (Transmission
mencapai eliminasi survei evaluasi Assesment Survey) tahap kedua
: / / Penularan

ht tps (Transmission

jdih.kemkes.go.id
- 261 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Assesment
2 -t
Survey) tahap
02
kedua
n - 2
Jumlah 40 50 100 u
Kabupaten/kota
h Kumulatif dari penjumlahan IKK
kabupaten/kota yang
melakukan
yang
- t a
menerapkan
terkait rokok

pencegahan perokok
- 1 3
pelarangan akses
usia < 18 tahun
o r tembakau pada
anak usia < 18
o m tahun

Jumlah 17 52 129 s - n Kab/kota yang Kumulatif dari penjumlahan IKK


kabupaten/kota yang
ke melakukan terkait deteksi dini
melakukan
e n program

erm
pencegahan dan pencegahan dan
pengendalian PTM pengendalian

5 /p PTM sesuai

/0
standar

2
02
Persentase 60 79,3 83,8 Kab/Kota yang Jumlah Kab/Kota yang mencapai
kabupaten/kota yang dapat melakukan cakupan imunisasi dasar
mencapai 80% / 2 imunisasi dasar lengkap ≥80% dibagi jumlah
imunisasi dasar
lengkap anak usia 0-
.com lengkap minimal
80% pada anak
Kab/Kota di seluruh Indonesia
pada tahun yang sama dikali
11 bulan
n a usia 0-11 bulan 100%
Jumlah
ly a 407 330 380 20% Puskesmas Kumulatif jumlah kab/kota yang

mu
kabupaten/kota yang
melaksanakan deteksi
di suatu
Kab/kota yang
menyelenggarakan upaya deteksi
dini masalah kesehatan jiwa dan
dini
i n a masalah melakukan penyalahgunaan Napza

. a
kesehatan jiwa dan deteksi dini

w penyalahgunaan masalah

ww
napza kesehatan jiwa
dan Napza,
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 262 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dengan kegiatan
2 -t
antara lain :
02
Penemuan kasus
n - 2
u
secara dini /
h
- t a
Deteksi dini
masalah keswa

- 1 3
dan Napza antara

m or lain : gangguan
Depresi dan

- n o Cemas,
Gangguan
e s Psikotik,

n k Penyalahgunaan

m e Napza (Alkohol

er
dan Zat
Psikoaktif

5 /p lainnya),

2/0 Masalah Keswa


lainnya

0 2
/ 2 Konseling /
Pendampingan

o m penderita

a .c gangguan jiwa

a n dan napza antara

u ly lain: gangguan
depresi dan

a m cemas, gangguan
psikotik,

a i n penyalahgunaan

w . napza (alkohol
dan zat psikoaktif

: / / ww lainnya),dan
masalah keswa

tps
lainnya memiliki

ht
jdih.kemkes.go.id
- 263 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
tenaga kesehatan
2 -t
terlatih (dokter
0 2
dan perawat)
n - 2
Persentase N/A 56 65 Persentase
h u Jumlah Kab/Kota yang
kabupaten/kota yang
mempunyai kapasitas - t a
Kab/Kota yang
mempunyai
mempunyai kelengkapan laporan
kewaspadaan dini minimal 90%,
dalam pencegahan
- 1 3
kelengkapan ketepatan minimal 80%, dan
dan
KKM
pengendalian
o r laporan
kewaspadaan
respon alert < 24 jam minimal
80% dibagi jumlah Kab/Kota di
o m dini minimal seluruh Indonesia pada tahun

s - n 90%, ketepatan sama dikali 100%

k e minimal 80%,

e n dan respon alert


< 24 jam minimal

erm
80%

Jumlah N/A 42
/p
172
5
Jumlah Jumlah Kab/Kota yang mencapai

/0
kabupaten/kota yang Kab/Kota yang eradikasi Frambusia atau
mencapai eliminasi
penyakit infeksi tropis 2 2 mencapai
eradikasi
eliminasi Schistosomiasis dibagi
jumlah Kab/Kota di seleruh
terabaikan
/ 2 0 Frambusia atau
eliminasi
Indonesia pada tahun sama
dikalo 100%
o m Schistosomiasis
a) Kegiatan Surveilans dan Karantina a .c 271.303 327.508 Direktorat
Kesehatan
a n Surveilans

u ly dan
Karantina
a m Kesehatan

a i n
w .
Bayi usia 0-11 bulan

: / / ww yang
imunisasi
mendapat
dasar

tps
lengkap

ht
jdih.kemkes.go.id
- 264 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase bayi usia 91,3 92,9 93,6 Persentase anak
2 -t
(Jumlah anak yang mendapat
0-11 bulan yang usia 0 sampai 11
0 2
satu dosis imunisasi Hepatitis B;
mendapat imunisasi
dasar lengkap
bulan yang
mendapat satun - 2 satu dosis imunisasi BCG; tiga
dosis imunisasi DPT-HB-Hib;
h u
dosis imunisasi empat dosis imunisasi polio oral

- t a
Hepatitis B, satu dan satu dosis imunisasi IPV;

- 1 3
dosis imunisasi
BCG, tiga dosis
dan satu dosis imunisasi campak
rubella dalam kurun waktu satu

m or imunisasi DPT-
HB-Hib , empat
tahun) dibagi (Jumlah seluruh
bayi selama kurun waktu yang

- n o dosis imunisasi sama) dikali 100%

e s polio oral dan

n k satu dosis
imunisasi IPV,

m e dan satu dosis

/p er imunisasi
campak rubella

/0 5 dalam kurun
waktu satu
2 2 tahun
Persentase anak usia 72,2
/ 2 0
76,4 81 Persentase anak (Jumlah anak usia 18-24 bulan
18-24 bulan yang
o m usia 18-24 bulan yang mendapat imunisasi
mendapat imunisasi
lanjutan campak
a .c yang mendapat
imunisasi
Campak Rubella lanjutan) dibagi
(Jumlah seluruh anak usia 18-
rubella
a n Campak Rubella 24 bulan selama kurun waktu

u ly lanjutan, dalam
kurun waktu
yang sama) dikali 100%

a m satu tahun

a i n
Persentase bayi usia 72,6 92,9 93,6 Persentase anak (Jumlah anak yang mendapat

w .
0-11 bulan yang usia 0 sampai 11 satu dosis imunisasi Hepatitis B;

ww
mendapat imunisasi bulan yang satu dosis imunisasi BCG; tiga
dasar lengkap di mendapat satu dosis imunisasi DPT-HB-Hib;

: / / dosis imunisasi empat dosis imunisasi polio oral

ht tps Hepatitis B, satu dan satu dosis imunisasi IPV;

jdih.kemkes.go.id
- 265 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Papua dan Papua dosis imunisasi
2 -t
dan satu dosis imunisasi campak
Barat BCG, tiga dosis
02
rubella dalam kurun waktu satu
imunisasi DPT-
n
HB-Hib , empat - 2tahun di Papua dan Papua Barat)
dibagi (Jumlah seluruh bayi
hu
dosis imunisasi selama kurun waktu yang sama

- t a
polio oral dan di Papua dan Papua Barat)

- 1 3
satu dosis
imunisasi IPV,
dikali100%

m or dan satu dosis


imunisasi

- n o campak rubella

e s dalam kurun

n k waktu satu
tahun di Papua

m e dan Papua Barat


Persentase 106 20 40 er Kabupaten/Kota Jumlah Kabupaten/Kota yang
kabupaten/kota yang
memiliki
/0 5/p yang memiliki
bandar udara
memiliki bandar udara dan/atau
pelabuhan dan/atau PLBDN
pelabuhan/bandar
2 2 dan/atau yang melakukan deteksi,

20
udara/PLBDN yang pelabuhan pencegahan dan respons
mempunyai kapasitas
/ dan/atau PLBDN terhadap Kedaruratan Kesehatan
sesuai standar dalam
pencegaham dan
.com yang melakukan
deteksi,
Masyarakat dibagi Jumlah
seluruh Kabupaten/Kota yang
pengendalian
n a pencegahan dan memiliki bandar udara dan/atau
kedaruratan

ly a
kesehatan masyarakat
respons
terhadap
pelabuhan dan/atau PLBDN
dikalikan 100%

mu Kedaruratan

i n a Kesehatan
Masyarakat
. a
Persentase 52 60 65 Jumlah kab/kota (Jumlah kab/kota yang
w
ww
kabupaten/kota yang yang merespon merespons alert ≥ 80% dibagi
merespon peringatan alert ≥ 80% jumlah seluruh kab/kota) dikali

: / / dibandingkan 100%

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 266 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dini KLB (alert dengan seluruh
2 -t
systems) minimal 80% kab/kota
0 2
Persentase 280 5 10
n
Jumlah kab/kota- 2 Jumlah kab/kota yang
kabupaten/kota yang u
yang melakukan
h melakukan pemetaan risiko
memiliki peta risiko
penyakit infeksi - a
pemetaan risiko
t
penyakit infeksi
penyakit infeksi emerging ≥ 2x
dalam setahun dibagi jumlah
emerging
- 1 3
emerging kab/kota di Indonesia pada

m or minimal 2x
dalam setahun
tahun yang sama dikali 100%

- n o dibandingkan
dengan jumlah
e s kab/kota di

n k Indonesia pada

m e tahun yang

er
sama,

5 /p dinyatakan
dalam persen

/0
22
b) Kegiatan Pencegahan dan 163.207 360.061 Direktorat
Pengendalian Penyakit Tular Vektor Pencegahan
dan Zoonotik
/ 20 dan
Pengendalia

.com n Penyakit
Tular Vektor
n a dan Zoonotik

ly a
Meningkatnya
m u
n a
pencegahan
i dan
a
pengendalian penyakit
.
w tular vektor dan

ww
zoonotik

: / / Jumlah 453 466 475 Jumlah Jumlah Kumulatif kab/ Kota

tps
kabupaten/kota yang Kabupaten/ kota dengan API<1 per 1000

ht
jdih.kemkes.go.id
- 267 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
mencapai API dengan angka
2 -t
penduduk. Perhitungan API =
<1/1.000 penduduk insidens malaria
0 2
Jumlah kasus dibagi Jumlah
< 1 per 1000
penduduk n - 2 Penduduk dikali 1000

h u
Jumlah
kabupaten/kota
98 136 190
- t a
Jumlah Kab/kota
endemis yang
Kumulatif jumlah Kab/kota
endemis yang telah
endemis filariasis
- 1 3
telah melaksanakan POPM filariasis
berhasil menurunkan
angka mikrofilaria
m or melaksanakan
POPM filariasis
selama minimal 5 tahun dan
berhasil menurunkan angka
<1%
- n o selama minimal 5
tahun dan
mikrofilaria <1%

e s berhasil

n k menurunkan

m e angka

er
mikrofilaria <1%

Jumlah 36 55 73
5 /p Capaian Kinerja kumulatif jumlah kab/kota yang

/0
kabupaten/kota yang pemerintah memiliki minimal 20%
memiliki
puskesmas
≥ 20%
rujukan 2 2 daerah kab/kota
yang memiliki
puskesmas yang berfungsi
sebagai rabies center
Rabies Center (RC)
/ 2 0 minimal 20%
puskesmas yang
o m berfungsi sebagai

a .c rabies center

a n dalam kurun

u ly waktu satu
tahun

a
persentase m 80,93 70 75 kabupaten/kota jumlah kab/kota yang

a i n
kabupaten/kota yang yang mempunyai mempunyai IR DBD < 49 per

w .
mempunyai IR DBD <
49 per 100.000
insidens rate (IR)
DBD kurang dari
100.000 dalam kurun waktu 1
tahun dibagi jumlah kab/kota di

: / / ww penduduk atau sama


dengan 49 per
Indonesia dikalikan 100 %

tps
100.000

ht
jdih.kemkes.go.id
- 268 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
penduduk dalam
2 -t
kurun waktu
0 2
satu tahun
n - 2
Jumlah 0 40 80 Jumlah
h u Jumlah Puskesmas yang
kabupaten/kota yang
memiliki 25% - a
Puskesmas yang
t
melakukan
melaksanakan surveilans jentik
aedes dan/atau jentik anopheles
puskesmas yang
- 1 3
surveilans vektor secara rutin setiap bulan sekali
melaksanakan
surveilans vector o r
o m
Jumlah desa endemis 9 11 15
s - n Jumlah desa Kumulatif jumlah desa endemis
schistosomiasis yang
k e endemis schistosomiasis yang berhasil
mencapai eliminasi
e n schistosomiasis
yang berhasil
menurunkan prevalensi pada
manusia menjadi 0%

/p erm menurunkan
prevalensi pada

/0 5 manusia menjadi
0%

2 2
c) Kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular
/ 2 0 529.896 721.633 Direktorat
Pencegahan
Langsung
o m dan

a .c Pengendalia
n Penyakit

a n Menular

u ly Langsung
Menurunnya
kesakitana m
angka
dan

a i n
kecacatan akibat

w .
penyakit
langsung
menular

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 269 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Cakupan penemuan 67 80 85 Jumlah semua
2 -t
Jumlah semua kasus TBC yang
dan pengobatan TBC kasus TBC yang
0 2
diobati dan dilaporkan dibagi
(TBC
coverage)
treatment diobati dan
dilaporkan n - 2 perkiraan insiden TBC.

diantara
hu
- t a
perkiraan

- 1 3
insiden TBC.
Proporsi kasus kusta
baru tanpa cacat
85,19 87 88

m or Persentase
Jumlah Penderita
Jumlah kasus kusta baru tanpa
cacat (cacat tingkat 0) dibagi

- n o Kusta baru tanpa


cacat (cacat
dengan total kasus kusta baru
pada periode tertentu dalam
e s tingkat 0) di persentase

n k antara total

m e Penderita Kusta

er
baru yang
ditemukan di

5 /p suatu wilayah

2/0 dalam periode


waktu satu
0 2 tahun

Persentase ODHA 70 / 2
77 80 Perbandingan (jumlah ODHA yang baru
baru ditemukan yang
o m dari jumlah ditemukan dan memulai ART
memulai pengobatan
a .c ODHA yang baru selama satu tahun kalender)
ARV
a n ditemukan dan dibagi (jumlah ODHA yang baru

u ly memulai ART
selama satu
ditemukan pada tahun kalender
yang sama) dikali 100%

a m tahun kalender

a i n terhadap jumlah
ODHA yang baru

w . ditemukan pada

ww
tahun kalender
yang sama

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 270 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase 54,67 50 52 Persentase
2 -t
Jumlah kabupaten / kota yang
kabupaten/kota yang kabupaten/kota
0 2
minimal 50% puskesmasnya
50% puskesmasnya
melaksanakan
yang minimal
n -
50% dari seluruh
2 melakukan tatalaksana
pneumonia balita sesuai standar
tatalaksana
h u
puskesmas yang dibagi dengan jumlah seluruh
pneumonia sesuai
- t a
ada diwilayahnya kabupaten kota pada tahun yang
standar
- 1 3
melaksanakan
standar
sama

m or pneumonia balita
Persentase
kabupaten/kota yang
60 51 58
- n o Jumlah kab/kota
yang 80%
Jumlah Kabupaten / Kota yang
80% Puskesmasnya
80% puskesmasnya
e s Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana diare
melaksanakan
n k melaksanakan sesuai standar dibagi jumlah
tatalaksana diare
m e tatalaksana diare seluruh kab/kota dikali 100%

er
sesuai standar sesuai standar
yaitu setiap

5 /p penderita diare

2/0 balita diberikan


oralit dan zinc
0 2
Persentase
kabupaten/kota yang
70%
/ 2
85 90 Jumlah
Kabupaten /
Jumlah Kabupaten / Kota yang
melaksanakan Deteksi Dini
melaksanakan deteksi
o m Kota yang Hepatitis B dan atau C pada Ibu
dini hepatitis B dan
a .c melaksanakan hamil dan kelompok risiko tinggi
atau C pada populasi
a n Deteksi Dini lainnya di bagi jumlah seluruh
berisiko

u ly Hepatitis B dan
atau C pada Ibu
kab/kota dikali 100%

a m hamil dan

a i n kelompok risiko
tinggi lainnya

w . (seperti: Tenaga

ww
Kesehatan,
Pelajar/Mahasis

: / / wa, Sekolah

ht tps Kesehatan/Keper

jdih.kemkes.go.id
- 271 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
awatan/
2 -t
Kebidanan/
0 2
Kedokteran/
Laboratorium/ n - 2
h
WPS/ Waria/ u
- t a
LSL/ODHA,

- 1 3
WBP, pasangan
dengan Hepatitis

m or B atau C,
keluarga dekat,

- n o pasien klinik

e s IMS) di antara

n k jumlah seluruh
kab/kota

m e
er
Jumlah 0 42 172 Kab/kota yang Jumlah Kab/kota yang
kabupaten/kota telah memenuhi melaporkan nol kasus
dengan eradikasi
5 /p kriteria eradikasi
frambusia
2/0 (nol kasus)

d) Kegiatan Pencegahan dan


0 2 221.600 244.700 Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak
/ 2 Pencegahan
Menular
o m dan

a .c Pengendalia
n Penyakit
a n Tidak

u ly Menular

Menurunnya
a mangka

a i n
kesakitan dan

w .
kematian
penyakit
akibat
tidak

ww
menular;

: / / Meningkatnya
pencegahan dan

ht tps penanggulangan

jdih.kemkes.go.id
- 272 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
penyakit tidak
2 -t
menular
0 2
n - 2
Jumlah 17 52 129 u
Kab/kota yang
h Jumlah kab/kota yang memiliki
kabupaten/kota yang
t a
menyelenggaraka
- cakupan deteksi dini faktor
melakukan deteksi
dini faktor risiko PTM
- 1 3
n deteksi dini
faktor risiko
risiko PTM minimal 80% populasi
usia 15 tahun ke atas
≥ 80% populasi usia ≥
15 tahun
m or meliputi TD,
GDs, IMT dan

- n o lingkar perut
paling kurang
e s pada 80%

n k populasi usia 15

m e tahun ke atas di

Jumlah 238 324


/p
374
er UKBM dan FKTP
Kabupaten/Kota Jumlah kabupaten/kota yang
kabupaten/kota yang
/0 5 yang memiliki menerapkan peraturan Kawasan
menerapkan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) 2 2 Peraturan daerah
KTR dan
Tanpa Rokok (KTR) di 7 Tatanan

/ 2 0 menerapkan

o m secara optimal di
7 tatanan

a .c (fasyankes,

a n sekolah, tempat

u ly ibadah, tempat
kerja, fasilitas

a m umum, angkutan

a i n umum, dan
tempat bermain

w . anak)

: / / ww Jumlah
kabupaten/kota yang
50 50 100 Kab/kota yang
menyelenggaraka
Jumlah kab/kota yang memiliki
paling kurang 40% dokter

tps
menyelenggarakan n konseling UBM praktik mandiri,klinik pratama

ht
jdih.kemkes.go.id
- 273 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
layanan Upaya di paling kurang
2 -t
dan Puskesmas yang melakukan
Berhenti Merokok 40 % di dokter
0 2
layanan UBM
(UBM) praktik
n
mandiri,klinik - 2
h
pratama danu
- t a
Puskesmas

- 1 3
dengan tenaga
terlatih.
Jumlah N/A 103 205 or Kab/kota yang Jumlah kab/kota yang memiliki
kabupaten/kota yang
melakukan pelayanan
- n om menyelenggaraka
n Pelayanan
paling kurang 80% Puskesmas
melaksanakan PANDU PTM
terpadu (Pandu) PTM
e s Terpadu dan sesuai standar
di ≥ 80% puskesmas
n k pasien rujuk
e balik (PRB) PTM

erm
sesuai standar
paling kurang di

5 /p 80 % puskesmas

/0
22
Jumlah N/A 155 206 Kab/kota yang Jumlah kab/kota yang memiliki
kabupaten/kota yang menyelenggaraka cakupan deteksi dini gangguan
melaksanakan deteksi
dini gangguan indera / 20 n deteksi dini
gangguan
penglihatan dan pendengaran
pada minimal 40% populasi
pada ≥ 40% populasi
.com penglihatan dan
gangguan
n a pendengaran

ly a paling kurang

m u pada 40 %
populasi

i
Jumlah n a N/A 283 309 Kabupaten/kota Jumlah kabupaten/kota yang
. a
kabupaten/kota yang yang memiliki cakupan deteksi dini
w melakukan deteksi menyelenggaraka kanker payudara paling kurang

: / / ww dini penyakit kanker


di ≥ 80% populasi usia
n deteksi dini
kanker payudara
80% populasi wanita usia 30-50
tahun atau wanita yang memiliki

tps
30-50 tahun dan kanker riwayat sexual aktif

ht
jdih.kemkes.go.id
- 274 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
serviks paling
2 -t
kurang pada 80%
0 2
populasi wanita
n -
usia 30-50 tahun
2
hu
atau wanita yang

- t a
memiliki riwayat

- 1 3
sexual aktif
e) Kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Masalah Kesehatan
96.455
or
103.109

m
Direktorat
Pencegahan
Jiwa dan Napza
- n o dan
Pengendalia
e s n Masalah

n k Kesehatan

m e Jiwa dan

er
Napza

Meningkatnya
5 /p
/0
pencegahan dan
pengendalian masalah
kesehatan jiwa dan 2 2
napza
/ 2 0
Persentase ODGJ 36,8
o m 45 60 Penderita Jumlah ODGJ berat yang
berat yang
mendapatkan layanan a .c Schizophrenia
dan Psikotik
dilayani di bagi target nasional (
450.000 jiwa)
a n Akut yang

u ly dilayani di
fasyankes
a m
a i n
Penyalahguna napza 9.405 9.500 10.000 jumlah jumlah kumulatif penyalahguna

w .
yang mendapatkan
pelayanan rehabilitasi
penyalahguna
Napza yang
Napza yang mendapatkan
layanan rehabilitasi medis di

ww
medis datang secara IPWL
sukarela ke
: / / IPWL, kasus

ht tps pembantaran dan

jdih.kemkes.go.id
- 275 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kasus putusan
2 -t
pengadilan yang
0 2
mendapatkan
pelayanan di n - 2
IPWL
hu
Presentase penderita 9 10 20 - t a
Penderita Depresi Jumlah penderita depresi usia >
depresi pada
- 1 3
usia > 15 tahun 15 tahun yang dilayani dibagi
penduduk ≥ 15 tahun
yang mendapat
m or yang
mendapatkan
jumlah penderita Depresi usia >
15 tahun secara nasional
layanan
- n o layanan di
fasyankes
berdasarkan Riskesdas 2018
dikali 100%
e s berupa:

n k 1. promosi

m e kesehatan

er
2. deteksi dini,
dan/atau

5 /p 3. penanganan

2/0 awal serta


rujukan.
0 2 Diagnosis depresi
/ 2 berdasarkan ICD

o m X ditegakkan bila

a .c terdapat minimal
2 gejala utama

a n dan 2 gejala

u ly tambahan. Gejala
utama adalah

a m mood depresi,

a i n hilang

w . minat/semangat,
mudah

ww
lelah/hilang

: / / tenaga. Gejala

tps
tambahan antara

ht
jdih.kemkes.go.id
- 276 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
lain konsentrasi
2 -t
menurun, harga
02
diri turun, rasa
n
bersalah, pesimis - 2
h
melihat masau
- t a
depan, ide bunuh

- 1 3
diri atau
menyakiti diri

m or sendiri, pola
tidur berubah

- n o dan nafsu makan

e s menurun.
Presentase penderita 9 10 20
n k Penderita Jumlah penderita gangguan
gangguan mental
m e Gangguan mental mnetal emosional usia > 15

er
emosional pada emosional usia > tahun yang dilayani dibagi
penduduk ≥ 15 tahun 15 tahun yang jumlah penderita Depresi usia >
yang mendapat
5 /p mendapatkan 15 tahun secara nasional
layanan
2/0 layanan di
fasyankes
berdasarkan Riskesdas 2018
dikali 100%
0 2 berupa:
/ 2 promosi
o m kesehatan

a .c deteksi dini,
a n dan/atau

u ly penanganan awal

a m serta rujukan

f)
a i n
Kegiatan Dukungan Pelayanan 789.195 868.114 Kantor

w .
Kekarantinaan di Pintu Masuk
Negara dan Wilayah
Kesehatan
Pelabuhan

: / / ww Meningkatnya
Pelayanan

tp s kekarantinaan di

h t
jdih.kemkes.go.id
- 277 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pintu masuk negara
2 -t
dan wilayah
0 2
Persentase faktor N/A 86 89 Faktor risiko
n - 2 (Jumlah parameter faktor risiko
risiko penyakit di
pintu masuk yang
t a hu
penyakit yang
dikendalikan di
yang diperiksa yang memenuhi
syarat dibagi jumlah semua
dikendalikan
3 -
pintu masuk faktor risiko yang diperiksa)

r- 1
adalah faktor dikali 100%

m o risiko yang dapat


menimbulkan

- n o permasalahan

e s kekarantinaan
kesehatan yang
n k terdiri dari :

m e Faktor risiko

/p er pada alat angkut


dan isinya, faktor

/0 5 risiko lingkungan
darat, air, udara,

2 2 limbah, dan

/ 2 0 faktor risiko pada


tempat-tempat

o m umum.

a .c Pengendalian
faktor risiko
a n dilakukan

u ly dengan
melakukan
a m pemeriksaan

a i n semua faktor

w . risiko agar tetap


dalam batas

: / / ww aman sesuai
ambang batas

tps
yang ditentukan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 278 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
9) Dukungan Pelayanan Surveilans 100.808 119.688
2 -t Balai Teknik
dan Laboratorium Kesehatan
Masyarakat untuk Pencegahan dan
-2 02 Kesehatan
Lingkungan
Pengendalian Penyakit
u n Pengendalia

t a h n Penyakit

Meningkatnya
- 13-
pelayanan surveilans
dan laboratorium o r
kesehatan Masyarakat
om
Persentase N/A 80 85
s - n Rekomendasi (Jumlah rekomendasi hasil
rekomendasi hasil
k e kajian surveilans pelaksanaan kajian surveilans
surveilans faktor
risiko dan penyakit e n faktor risiko
penyakit yang
faktor risiko penyakit dan
pemeriksaan laboratorium yang
berbasis laboratorium
erm berbasis digunakan oleh Ditjen P2P
yang dimanfaatkan

5 /p laboratorium
adalah
sebagai bahan pertimbangan
upaya deteksi dini, pencegahan,

2/0 rekomendasi dari


B/BTKLPP ke
dan respon kejadian penyakit)
dibagi jumlah pelaksanaan
0 2 Ditjen P2P kajian surveilans faktor risiko
/ 2 tentang hasil penyakit dan pemeriksaan

o m surveilans faktor laboratorium yang dilakukan)

a .c risiko penyakit
yang digunakan
dikali 100%

a n sebagai upaya

u ly deteksi dini
pencegahan dan

a m respon kejadian

a i n penyakit.

w . Surveilans faktor
risiko yang

: / / ww dilakukan
meliputi penyakit

tps
yang menjadi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 279 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
target sasaran
2 -t
dalam RPJMN &
02
RENSTRA 2020-
2024 dan n - 2
hu
penyakit lain

- t a
yang dapat

- 1 3menimbulkan
wabah.
2) Program Dukungan Manajemen 1.058.611 or
1.069.791 Direktorat
pada Direktorat Jenderal
Pencegahan Dan Pengendalian
- n om Jenderal
Pencegahan
Penyakit
e s dan

n k Pengendalia
e n Penyakit

Meningkatnya
koordinasi
/p erm
pelaksanaan tugas,
/0 5
pembinaan dan
pemberian dukungan 2 2
manajemen
Kementerian / 2 0
Kesehatan
o m
Nilai Reformasi a .c
77,43 78,06 78,69 Nilai Reformasi Menggunakan hasil penilaian
a
Birokrasi Kementerian n Birokrasi di dari Kementerian PAN dan RB
Kesehatan
u ly Kementerian
Kesehatan
a m adalah hasil

a i n penilaian dari

w . Kementerian PAN
dan RB terkait

: / / ww pelaksanaan 8
area perubahan

tps
pada Reformasi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 280 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Birokrasi di
2 -t
Kementerian
0 2
Kesehatan
n - 2
a) Kegiatan Dukungan Manajemen 1.058.611 1.069.791
h u Sekretariat
dan Pelaksanaan Program
- t a Direktorat
Jenderal

- 1 3 Pencegahan

o r dan
Pengendalia
o m n Penyakit

Meningkatnya s - n
dukungan manajemen
ke
dan pelaksanaan
e n
erm
tugas teknis lainnya

5/p
Nilai Reformasi N/A 58 59 Hasil penilaian Hasil PMPRB lingkup Ditjen
Birokrasi di lingkup mandiri terkait Pencegahan dan Pengendalian
Direktorat Jenderal
2 /0 pelaksanaan 8 Penyakit dibagi nilai maksimal
Pencegahan dan
2 area perubahan unit eselon I dikali 100%
Pengendalian Penyakit
/ 20 pada Reformasi
Birokrasi di
(N/36,30) x100%

.com lingkup Ditjen


Pencegahan dan

n a Pengendalian

ly a Penyakit
Persentase
mu
kinerja
RKAKL pada lingkup
N/A 85 88 Persentase
kinerja RKA-K/L
Menggunakan hasil penilaian
kinerja dari SMART DJA

i n a
Direktorat Jenderal Program Kementerian Keuangan untuk

. a
Pencegahan dan Pencegahan dan masing masing satker

w Pengendalian Penyakit Pengendalian

ww
Penyakit yang
efektif dan efisien
: / / adalah hasil

ht tps penilaian kinerja

jdih.kemkes.go.id
- 281 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
RKA KL dengan
2 -t
menggunakan
0 2
tools aplikasi
SMART DJA n - 2
h
Kementerianu
- t
Keuangana
1) Program Pelayanan Kesehatan & 422.644 477.018
- 1 3 Direktorat
JKN pada Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
m or Jenderal
Pelayanan

- n o Kesehatan

Meningkatnya akses
e s
pelayanan kesehatan
n k
dasar dan rujukan
yang berkualitas bagi
m e
masyarakat
/p er
Persentase
Kesehatan
Fasilitas
Tingkat
45 46
/0 5
60 Puskesmas dan
klinik pratama
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠
𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑛𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
Pertama (FKTP) sesuai
2 2 yang memenuhi =
𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑥 100%
standar
/ 2 0 standar
akreditasi
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠
𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑛𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎𝑚𝑎
(𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑒𝑙𝑖𝑛𝑒 = 16.536)

o m
a.c
Persentase rumah 70 80 85 Persentase RS Jumlah kumulatif
sakit terakreditasi yang RS yang terakreditasi x 100%

an terakreditasi oleh

uly
Lembaga Jumlah seluruh RS yang
Independen teregistrasi di Kementerian

i n am Penyelenggara
Akreditasi yang
Kesehatan

. a ditetapkan oleh

ww Kementerian
Kesehatan

: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 282 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
a) Kegiatan Pembinaan Fasilitas 260.507 266.700
2 -t Direktorat
Pelayanan Kesehatan

-2 02 Fasilitas
Pelayanan

u n Kesehatan
Meningkatnya
t a h
kualitas fasilitas
pelayanan kesehatan
- 13-
Persentase FKTP yang 41 75 83 o r Persentase Jumlah SPA Puskesmas + Klinik
memenuhi Sarana,
om Puskesmas dan Pratama dengan SPA lebih besar
Prasarana dan Alat
(SPA) sesuai standar s - n Klinik Pratama
yang memiliki
sama dengan 60% sesuai data
ASPAK dibagi Jumlah total
k e SPA sesuai Puskesmas + Klinik Pratama

e n standar (dengan data tahun 2020).

erm PKM = 10060


Klinik = 7000
Persentase RS milik 75 80
5
85/p Persentase RSUD Perhitungan persentase jumlah
Pemerintah Daerah
2/0 yang memiliki RSUD yang memiliki SPA lebih
yang memenuhi
Sarana Prasarana dan
0 2 SPA sesuai
standar
besar sama dengan 60%
kelengkapan ASPAK
Alat (SPA) sesuai / 2
standar
o m
Jumlah Rumah Sakit 1
a .c 2 2 Jumlah RS UPT Jumlah RS UPT Vertikal di
UPT Vertikal di
a n Vertikal di Wilayah Timur yang
kawasan timur
Indonesia yang
u ly Wilayah Timur
yang
didirikan/dibangun (akumulasi)

dikembangkan
a m didirikan/dibang

a i n un dan

w . dilengkapi
peralatan

ww
kesehatannya
sehingga dapat
: / / beroperasional

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 283 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
sebagaimana
2 -t
mestinya
02
Jumlah rencana 0 1 1 Jumlah rencana
n - 2Jumlah rencana induk nasional
induk nasional
pengembangan
t a hu
induk nasional
pengembangan
pengembangan fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah
fasilitas pelayanan
3 -
fasilitas disusun
kesehatan
r- 1
pelayanan

m o kesehatan baik
untuk pelayanan

- n o Primer maupun

e s Rujukan yang
telah disusun
n k
Jumlah RSUD di
Daerah Tertinggal,
0 7 14
m e Jumlah RSUD di
Kabupaten/Kota
Jumlah RSUD di
Kabupaten/Kota Perbatasan
Terpencil, Perbatasan,
Kepulauan (DTTPK) /p er Perbatasan yang
dilakukan
yang dilakukan
rehabilitasi/renovasi/pembangu
yang dibina
/0 5 rehabilitasi/reno nan baru sebagian (akumulasi)

2 2 vasi/pembangun

Jumlah puskesmas 564 / 2 0


300 300
an baru sebagian
Jumlah Jumlah Puskesmas DTPK yang
Daerah Tertinggal,
o m Puskesmas DTPK melaksanakan pembangunan
Perbatasan,
a .c yang Puskesmas
Kepulauan (DTPK)
yang ditingkatkan a n ditingkatkan SPA
nya sesuai

u l
SPA sesuai standar
termasuk pemenuhan
y standar

a
1 puskesmas 1m
i n
Kecamatan
a
w .
Jumlah unit 6 17 22 RMC yang RMC yang dibentuk oleh Dinkes

ww
pemeliharaan fasilitas dibentuk oleh Provinsi/ Kabupaten/Kota

: / / kesehatan Dinkes (akumulasi)

tps
regional/regional

ht
jdih.kemkes.go.id
- 284 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
maintanance center Provinsi/Kabupat
2 -t
yang dikembangkan en/Kota
0 2
dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/k n - 2
ota
h u
Persentase RS 70 100 100 - t a
14 RS Rujukan Perhitungan Presentasi RSU
Rujukan dan RS
- 1 3
Nasional melalui Rujukan Nasional non Vertikal
Vertikal yang
ditingkatkan sarana
m or ketetapan
Menkes
dan RSUPT Vertikal yang telah
meningkatkan SPA nya sesuai
prasarananya
- n o (Kepmenkes No.
HK.
standar (tidak kumulatif)
- RSU Rujukan Nasional non
e s 02.02/MENKES/ Vertikal = 4

n k 390/2014) dan - RS UPT Vertikal = 34

m e Rumah sakit UPT

er
Vertikal yang
mendapatkan

5 /p dana APBN /DAK

2/0 dan ditunjukkan


adanya
0 2 peningkatan
/ 2 kualitas sarana

o m prasarananya

a .c (tidak kumulatif)

Jumlah RS UPT
n 0 6 6 Jumlah Rumah Jumlah Rumah sakit UPT
Vertikal yang
mendapatkan
u lya sakit UPT
Vertikal yang
Vertikal yang mendapatkan dana
PHLN dan ditunjukkan adanya

a m
peningkatan sarana mendapatkan peningkatan kualitas sarana

a i n
prasarana dana PHLN dan
ditunjukkan
prasarananya (tidak kumulatif)

w . adanya

w w peningkatan
kualitas sarana

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 285 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
prasarananya
2 -t
(tidak kumulatif)
0 2
Jumlah Balai 21 22 26
n
BPFK /Institusi - 2 jumlah BPFK /Institusi Penguji
Pengujian Fasilitas
Kesehatan/Institusi
t a hu
Penguji yang
memiliki izin
yang memiliki izin operasional
dan sertifikasi akreditasi minimal
Penguji Fasilitas
3 -
operasional dan 3 parameter dasar (akumulasi)
Kesehatan yang
r- 1 sertifikasi
mampu memberikan
pelayanan sesuai
m o akreditasi
minimal 3
standar
- n o parameter dasar

e s
Persentase fasyankes 0 - 45
n k Persentase Jumlah fasyankes lainnya (UTD
lainnya yang
m e Fasyankes + Labkes) milik pemerintah yang
memenuhi Sarana
Prasarana dan Alat
/p er lainnya (UTD dan
Labkes) milik
memiliki kelengkapan SPA lebih
besar sama dengan 60% dari
(SPA) sesuai standar
/0 5 pemerintah yang
memiliki SPA
standar dibagi dengan jumlah
total fasyankes lainnya (UTD +

2 2 sesuai standar Labkes) milik pemerintah

/ 2 0 -> UTD = 3
-> Labkes = 245

o m
a.c
b) Kegiatan Pembinaan Pelayanan 39.275 47.311 Direktorat
Kesehatan Primer Pelayanan

a n Kesehatan

u ly Primer

dan kualitasa m
Meningkatnya akses

a i n
pelayanan kesehatan

w .
dasar

w w Jumlah Pelayanan 0 18 51 Jumlah Jumlah kumulatif PKB yang

: / / Kesehatan Bergerak pelaksanaan PKB dilaksanakan sesuai standar di

tps
(PKB) yang dilakukan sesuai

ht
jdih.kemkes.go.id
- 286 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
di daerah terpencil Permenkes
2 -t
akhir tahun berjalan pada
dan sangat terpencil Nomor 90 tahun
0 2
kabupaten/kota
sesuai standar 2015 tentang
n
Penyelenggaraan- 2
Pelayanan
h u
- t a
Kesehatan di

- 1 3
Fasilitas
Pelayanan

m or Kesehatan
Kawasan

- n o Terpencil dan

e s Sangat Terpencil,

n k serta Pedoman
Peningkatan

m e Akses Pelayanan

/p er Kesehatan di
Daerah

/0 5 Tertinggal,
Perbatasan, dan
2 2 Kepulauan

/ 2 0 (DTPK) yaitu:
1. PKB

o m dilaksanakan di

a .c wilayah

a n Puskesmas
terpencil dan

u ly sangat terpencil

a m yang
membutuhkan

a i n PKB dengan

w . prioritas di
kawasan sangat

: / / ww terpencil; dan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 287 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
2. Frekuensi PKB
2 -t
minimal 4 kali di
0 2
wilayah yang
sama, dalam n - 2
h u
tahun berjalan.
Jumlah 0 105 200 - t
Jumlah
a Jumlah kumulatif
kabupaten/kota yang
- 1 3
kabupaten/kota kabupaten/kota yang
telah melaksanakan
PIS-PK dengan 100%
m or yang
melaksanakan
melaksanakan Program
Indonesia Sehat dengan
intervensi keluarga
- n o Program
Indonesia Sehat
Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
dengan cakupan kunjungan
e s dengan keluarga dan intervensi 100%

n k Pendekatan keluarga di wilayahnya, pada

m e Keluarga (PIS-PK) akhir tahun berjalan

er
dengan cakupan
kunjungan

5 /p keluarga dan

2/0 intervensi 100%


keluarga di
0 2 wilayahnya, pada
/ 2 akhir tahun

o m berjalan

Persentase FKTP 20
a .c 40 50 Adalah (Jumlah Puskesmas yang
dengan rasio rujukan
a n persentase bekerjasama dengan BPJS
non
kurang dari
u ly
spesialistik
sama
Puskesmas yang
bekerjasama
Kesehatan dan melaksanakan
PKBK dengan Rasio Rujukan
dengan 2%
a m dengan BPJS Rawat Jalan Kasus Non

a i n Kesehatan dan
melaksanakan
Spesialistik kurang dari sama
dengan 2% pada akhir tahun

w . PKBK berjalan dibagi dengan Jumlah

ww
(Pembiayaan seluruh Puskesmas yang
Kapitasi Berbasis bekerjasama dengan BPJS

: / / Kinerja) dengan Kesehatan dan melaksanakan

ht tps Rasio Rujukan

jdih.kemkes.go.id
- 288 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Rawat Jalan
2 -t
PKBK pada akhir tahun berjalan)
Kasus Non
0 2
dikali 100%

-
Spesialistik ≤ 2%
n
pada akhir tahun
2
berjalan.
hu
- t a
Yang dimaksud

- 1 3
Rasio Rujukan
Non Spesialistik

m or adalah Rasio
Rujukan Rawat

- n o Jalan Kasus Non

e s Spesialistik,

n k yaitu: Jumlah
rujukan rawat

m e jalan kasus non

/p er spesialistik yang
termasuk

/0 5 kompetensi FKTP
dibandingkan
2 2 dengan total

/ 2 0 kasus rujukan di
rawat jalan dikali

o m 100% di akhir

a .c tahun berjalan.

a n Rujukan kasus
non spesialistik

u ly dengan kriteria

a m TACC tidak
diperhitungkan

a i n dalam jumlah

w . rujukan rawat
jalan kasus non

: / / ww spesialistik

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 289 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Persentase puskesmas 30 50 60 Persentase
2 -t
Jumlah Puskesmas dengan
dengan pelayanan Puskesmas
02
pelayanan kesehatan gigi &
kesehatan gigi dan
mulut yang optimal
dengan
pelayanan n - 2mulut yang optimal pada akhir
tahun berjalan dibagi dengan
hu
kesehatan gigi jumlah seluruh Puskesmas

- t a
dan mulut diakhir tahun berjalan, dikali

- 1 3
optimal pada
akhir tahun
100%

m or berjalan.
Puskesmas

- n o dengan

e s pelayanan

n k kesehatan gigi
dan mulut yang

m e optimal yaitu

/p er Puskesmas yang:

/0 5 Memiliki SDM,
sarana,

2 2 prasarana dan

/ 2 0 alat sesuai
standar

o m Melaksanakan

na.c Program UKGS


sesuai standar

ly a di 75% SD/MI

m u dalam wilayah
kerja Puskesmas

i n a Melaksanakan
. a program UKGM

ww di 60%
desa/kelurahan

: / / w dalam wilayah

tps
kerja puskesmas

ht
jdih.kemkes.go.id
- 290 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Melaksanakan
2 -t
pelayanan kuratif
0 2
kesehatan gigi
dan mulut n - 2
h u
sesuai standar
Persentase 0 15 30 - t a
Persentase Jumlah kumulatif
kabupaten/kota yang
- 1 3
kumulatif kabupaten/kota yang memiliki
memiliki puskesmas
sebagai percontohan
m or kabupaten/kota
yang memiliki
Puskesmas sebagai Percontohan
yang telah menerapkan SISRUTE
dan telah menerapkan
Sistem Rujukan
- n o Puskesmas
sebagai
dibagi dengan jumlah seluruh
kabupaten/kota, dan dikali
Terpadu (SISRUTE)
e s Percontohan dan 100% persen, di tahun berjalan

n k telah

m e menerapkan

er
SISRUTE sesuai
ketentuan yang

5 /p berlaku

/0
22
Persentase 19 50 60 Adalah Jumlah kumulatif Kab/Kota
kabupaten/kota yang persentase yang melakukan pembinaan
melakukan
pembinaan praktik / 20 Kab/Kota yang
melakukan
tempat praktik mandiri dokter
dan atau dokter gigi pada akhir
mandiri dokter atau
dokter gigi sesuai .c om pembinaan
tempat praktik
tahun berjalan dibagi Jumlah
seluruh Kab/Kota di Indonesia
standar
n a mandiri dokter dikali 100%

ly a dan atau dokter

mu gigi dari segi


standar SDM,

i n a Sarana,

. a Prasarana dan
Alat Kesehatan,
w
ww
agar dapat sesuai
standar, pada

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 291 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
akhir tahun
2 -t
berjalan
0 2
n - 2
Jumlah puskesmas 29 50 138 Jumlah hu Jumlah kumulatif Puskesmas
yang
- t a
Puskesmas yang: yang menyelenggarakan
menyelenggarakan
- 1 3
1. Memiliki pelayanan kedokteran keluarga

or
pelayanan kedokteran dokter dengan layanan primer pada akhir tahun
keluarga layanan kompetensi berjalan
primer
o m kedokteran

s - n keluarga layanan
primer
k e
e n 2. Memiliki
sarana prasarana

erm dan alat

5 /p kesehatan untuk
menunjang

2/0 pelayanan sesuai


kompetensi
0 2
Persentase 0
/ 2 20 50 Persentase Jumlah kumulatif Kab/Kota
kabupaten/kota yang
melaksanakan o m Kab/Kota yang
melakukan
yang melakukan pembinaan dan
Bimtek terhadap klinik di
pembinaan dan
a .c pembinaan dan wilayah kerjanya agar sesuai
bimbingan teknis
a n Bimtek terhadap dengan standar pada akhir
terhadap klinik di
u ly
wilayah kerjanya agar
klinik di wilayah
kerjanya agar
tahun berjalan dikalikan 100%

a m
sesuai dengan standar sesuai dengan

a i n standar pada
akhir tahun

w . berjalan

ww
Kabupaten/kota
melaksanakan
: / / pembinaan dan

ht tps bimtek secara

jdih.kemkes.go.id
- 292 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
rutin, sehingga
2 -t
didapat jumlah
02
riil klinik yang
ada di wilayahn - 2
kerjanya,
h u
- t a
melakukan

- 1 3bimtek agar
seluruh klinik

m or tersebut dapat
memenuhi

- n o standar
Jumlah UTD yang 0 42 126
e s Jumlah UTD Jumlah kumulatif UTD yang
mendapatkan
n k yang mendapatkan pembinaan sesuai
pembinaan sesuai
m e mendapatkan dengan standar pelayanan

er
standar pelayanan pembinaan transfusi darah di akhir tahun
transfusi darah sesuai dengan berjalan

5 /p Permenkes No.

2/0 91 Tahun 2015


tentang Standar
0 2 Pelayanan
/ 2 Transfusi Darah

c) Kegiatan Pembinaan Pelayanan


o m 69.121 76.033 Direktorat
Kesehatan Rujukan
n a.c Pelayanan
Kesehatan

ly a Rujukan

u
Meningkatnya akses
m
dan
i n a
kualitas
pelayanan kesehatan
. a
rujukan

wwPersentase rumah 45 RS 20 40 Persentase Jumlah kumulatif Rumah Sakit

: / / w sakit
menerapkan
yang
Rekam
Rujukan
Nasional/R
Rumah Sakit
Rujukan,
Rujukan, Rumah Sakit Kelas A
dan RS Kelas B dan RS Prioritas

ht tps ujukan Rumah Sakit KIA yang menerapkan Rekam

jdih.kemkes.go.id
- 293 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Medis Elektronik Provinsi/R Kelas A dan RS
2 -t
Medis Elektronik (RME) pada
(RME) terintegrasi ujukan Kelas B dan RS
0 2
minimal 3 dari 6 unit layanan
Regional
(8%)
Prioritas KIA
yang n - 2 yaitu pendaftaran, rawat jalan,
IGD, rawat inap, pelayanan
h
menerapkan u penunjang dan farmasi serta

- t a
Rekam Medis tersedianya Resume Medis

- 1 3
Elektronik (RME)
pada minimal 3
Elektronik yang terintegrasi
dengan SISRUTE dibagi seluruh

m or dari 6 unit
layanan yaitu
jumlah Rumah Sakit Rujukan,
Rumah Sakit Kelas A dan RS

- n o pendaftaran, Kelas B dan RS Prioritas KIA (N=

e s rawat jalan, IGD, 575) dikali 100%

n k rawat inap,
pelayanan

m e penunjang dan

/p er farmasi serta
tersedianya

/0 5 Resume Medis
Elektronik yang
2 2 terintegrasi

/ 2 0 dengan SISRUTE,
n = 575 RS

o m
a.c
Jumlah fasyankes 23% RS 67 134 Jumlah fasilitas Jumlah kumulatif fasilitas
yang diampu dalam Pengampu pelayanan pelayanan kesehatan diampu
melaksanakan
a n
Telemedicin kesehatan yang mampu melakukan
telemedicine
u ly e
(30 RS
Diampu yang
mampu
konsultasi jarak jauh dalam
penegakan diagnosis dan/atau

a m Rujukan melakukan tindakan medis melalui fasilitas

a i n Provinsi konsultasi jarak telemedicine pada akhir tahun

w . dan
Rujukan
jauh dalam
penegakan
berjalan.

w w Regional) diagnosis

: / / dan/atau

tps
tindakan medis

ht
jdih.kemkes.go.id
- 294 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
melalui fasilitas
2 -t
telemedicine.
02
Jumlah provinsi yang 0 34 34 Jumlah
n - 2Jumlah kumulatif provinsi yang
menerapkan Sistem
Rujukan Terintegrasi
kumulatif

t a hu
provinsi yang
memiliki lebih dari atau sama
dengan 65% kab/kota yang
(SISRUTE)
3 -
memiliki lebih memiliki 60% Fasyankesnya

r- 1
dari atau sama yang telah menerapkan sistem

m o dengan 65%
kab/kota yang
rujukan terintegrasi (SISRUTE)
pada akhir tahun berjalan

- n o memiliki 60%

e s Fasyankesnya
yang telah
n k menerapkan

m e sistem rujukan

/p er terintegrasi
(SISRUTE)

Jumlah RS yang 0 66
/0 5
132 Jumlah RS yang Jumlah kumulatif RS yang
Melaksanakan respon
2 2 melaksanakan melaksanakan operasi Sectio
time
operasi
pelayanan
Sectio
/ 2 0 operasi Sectio
Caesaria darurat
Caesaria darurat dengan waktu
tanggap ≤ 30 menit sebesar 60%
Caesaria darurat
dalam waktu ≤ 30 o m dengan waktu
tanggap ≤ 30
dengan kriteria inklusi:

a.c
RS Umum Publik kelas A dan B
menit menit sebesar

a n 60%
serta RSIA kelas A, B, C

u ly dengan kriteria
inklusi:
SC darurat dengan status
kesehatan fisik pre operasi ASA 1

a m RS Umum Publik
dan 2

a i n kelas A dan B
pada akhir tahun berjalan

w . serta RSIA kelas


A, B, C

w w
: / / SC darurat
dengan status

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 295 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kesehatan fisik
2 -t
pre operasi ASA 1
0 2
dan 2
n - 2
Persentase RS Kelas A 0 20 40 u
Persentase RS
h Jumlah kumulatif RS kelas A
dan B yang telah
melakukan surveilans - t a
kelas A dan B
Pendidikan yang
dan B Pendidikan yang telah
melakukan surveilans AMR
AMR sesuai standar
- 1 3
telah melakukan Sesuai standar dibagi total

o r surveilans AMR
Sesuai standar.
jumlah RS kelas A dan RS Kelas
B Pendidikan dikali 100%
o m
s - n RS kelas A
adalah RS Umum

ke dan Khusus Ibu

e n anak, paru,

erm
infeksi, jantung,
kanker, ortopedi

5 /p kelas A

2/0 RS kelas B
Pendidikan
0 2 adalah dan RSU
/ 2 kelas B yang

o m telah ditetapkan

a .c menjadi RS
Pendidikan
a n utama dari

u ly Fakultas
Kedokteran oleh

a m Menteri

a i n Kesehatan

w . surveilans AMR

ww
sesuai standar
adalah surveilans

: / / AMR sesuai

ht tps standar yang

jdih.kemkes.go.id
- 296 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
telah ditetapkan
2 -t
oleh Kementerian
0 2
Kesehatan
n - 2
u
Denominator 82
h
- t a
RS (Kelas A 34
RS, Kelas B

- 1 3
Pendidikan 48

Persentase RS 40 RS (24%) 70 75 m or RS)


Persentase Jumlah kumulatif RS Rujukan
Rujukan dan RS
- n o kumulatif RS dan RS Vertikal yang sesuai
Vertikal dengan
e s Rujukan dan RS standar kelas RS, RS Pendidikan,
pelayanan sesuai
n k Vertikal yang Akreditasi dan layanan unggulan
standar

m e sesuai standar
kelas RS, RS
pada tahun berjalan dibagi
dengan jumlah seluruh RS

/p er Pendidikan,
Akreditasi dan
Rujukan dan RS Vertikal dikali
100%

/0 5 layanan
unggulan.
2 2
/ 2 0 Rujukan
Nasional : RS

o m yang sesuai

a .c standar kelas A,
RS Pendidikan,
a n akreditasi

u ly internasional dan
memiliki layanan

a m unggulan

a i n Rujukan Provinsi

w . : RS yang sesuai

ww
standar kelas A,
RS Pendidikan,

: / / akreditasi

ht tps paripurna dan

jdih.kemkes.go.id
- 297 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
memiliki layanan
2 -t
unggulan
0 2
n -
Rujukan Regional 2
u
: RS yang sesuai
h
- t a
standar kelas B,
RS Pendidikan,

- 1 3
akreditasi utama

m or dan memiliki
layanan

- n o unggulan

s RS Vertikal : RS

n ke yang sesuai

e standar kelas A,

erm
RS Pendidikan,
akreditasi

5 /p paripurna dan
memiliki layanan

2/0 unggulan

0 2 Denominator :

/ 2 167 RS (144 RS
Rujukan dan 23

o m RS Vertikal Non

a .c Rujukan

a n Nasional)

Pemerintah u ly
Persentase RS milik
dengan
0 70 75 Persentase
kumulatif RS
Jumlah kumulatif RS umum dan
khusus milik Pemda dengan
pelayanan
a msesuai umum dan standar pelayanan dan SDM

a i
standarn khusus milik yang sesuai kelas pada tahun

w . Pemerintah
Daerah Provinsi,
berjalan dibagi dengan jumlah
total 760 RS Pemerintah Daerah

: / / ww PemKab, PemKot
dengan standar
dikali 100%

tps
pelayanan dan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 298 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
SDM yang sesuai
2 -t
kelasnya.
0 2
Denominator :
760 RS n - 2
h
Pemerintah u
- t a
(Kepemilikan

- 1 3
Provinsi dan
Kabupaten/Kota)
Jumlah 184 250 305 or Jumlah Jumlah kumulatif
kabupaten/kota yang
mengimplementasika
- n om Kabupaten/Kota
yang
kabupaten/kota yang
mengimplementasikan PSC 119
n Public Safety Center
e s mengimplementa di tahun berjalan
(PSC) 119
n k sikan Public
e Safety Center

erm
(PSC) 119

Jumlah RS yang 51 RS 20 40
5 /p RS yang Jumlah kumulatif RS yang

/0
menyelenggarakan menyelenggaraka menyelenggarakan pendidikan
pendidikan dan
ditetapkan sebagai RS 2 2 n pendidikan
kedokteran dan
kedokteran dan ditetapkan
statusnya sebagai RS pendidikan
Pendidikan
/ 2 0 ditetapkan
statusnya
pada tahun berjalan

o m sebagai RS

a .c pendidikan
Jumlah RS kelas A
a n
0 16 32 Jumlah RS kelas Jumlah kumulatif RS kelas A
dan B Pendidikan
yang u ly
memiliki
A dan B
Pendidikan yang
dan B Pendidikan yang telah
memilki pedoman antibiotik RS
a m
pedoman antibiotic RS telah memilki dan menerapkan sesuai standar
dan
a i n menerapkan pedoman yang telah ditetapkan

w .
sesuai standar antibiotik RS dan
menerapkan
Kementerian Kesehatan pada
tahun berjalan.

: / / ww sesuai standar
yang telah

tps
ditetapkan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 299 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kementerian
2 -t
Kesehatan.
02
RS kelas A
n - 2
u
adalah RS Umum
h
- t a
dan Khusus Ibu
anak, paru,

- 1 3
infeksi, jantung,

m or kanker, ortopedi
kelas A

- n o RS kelas B

e s Pendidikan

n k adalah dan RSU

m e kelas B yang
telah ditetapkan

/p er menjadi RS
Pendidikan

/0 5 utama dari
Fakultas
2 2 Kedokteran oleh

/ 2 0 Menteri
Kesehatan

o m
a.c
Pedoman
antibiotik adalah

a n pedoman

u ly penggunaan
antibiotik sesuai

a m dengan standar

a i n yang telah

w . ditetapkan oleh
Kementerian

w w Kesehatan

: / / Target 82 RS

ht tps (Kelas A 34 RS,

jdih.kemkes.go.id
- 300 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kelas B
2 -t
Pendidikan 48
0 2
RS)
n - 2
Persentase rumah 0 20 40 RS yang
h u Jumlah kumulatif RS yang
sakit yang terintegrasi
pelayanan - t a
memberikan
pelayanan
memberikan pelayanan
kegawatdaruratan yang sudah
kegawatdaruratannya
- 1 3
kegawatdarurata terintegrasi dengan pelayanan
dengan NCC/PSC 119
o r n yang sudah
terintegrasi
NCC atau PSC 119 pada tahun
berjalan
o m dengan

s - n pelayanan NCC

k e atau PSC 119

Persentase RS yang - 40 50
e n Persentase RSU Jumlah RSU Kelas A, RSU Kelas

erm
melakukan Kelas A, Kelas B B, dan RSIA yang melaporkan
pencatatan dan dan RSIA yang kematian ibu dibagi Jumlah RSU
pelaporan kematian
5 /p melakukan Kelas A, RSU Kelas B, dan RSIA

/0
Ibu pelaporan pada tahun baseline dikali 100%

2 2 kematian ibu Tahun baseline = tahun 2019


Jumlah RSU Kelas A, RSU Kelas

/ 2 0 B, dan RSIA = 750 RS


d) Kegiatan Mutu dan Akreditasi
o m 36.431 37.524 Direktorat
Pelayanan Kesehatan
a .c Mutu dan
Akreditasi
a n Pelayanan

u ly Kesehatan

m
Meningkatnya fasilitas
a
a i n
pelayanan kesehatan

w .
yang
persyaratan
memenuhi
survei

ww
akreditasi

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 301 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jumlah fasilitas 16.536 4.478 4.009 Jumlah
2 -t
Jumlah Puskesmas dan Klinik
pelayanan kesehatan Puskesmas dan
0 2
Pratama yang mendapatkan
tingkat pertama yang
memenuhi
Klinik Pratama
yang n - 2 rekomendasi survei akreditasi
dari Direktorat yang bertanggung
persyaratan survei
h
mendapatkanu jawab pada bidang mutu dan
akreditasi
- t a
rekomendasi dari akreditasi (Direktorat Mutu dan

- 1 3
Direktorat yang
bertanggung
Akreditasi Pelayanan Kesehatan)
pada tahun berjalan

m or jawab pada
bidang mutu dan

- n o akreditasi

e s (Direktorat Mutu

n k dan Akreditasi
Pelayanan

m e Kesehatan)

/p er setelah
memenuhi

/0 5 persyaratan
untuk disurvei
2 2 akreditasi oleh

/ 2 0 lembaga
independen

o m penyelenggara

a .c akreditasi sesuai

a n dengan
peraturan

u ly perundang-

a m undangan yang
berlaku

a i n
w .
Jumlah fasilitas
pelayanan kesehatan
2.313 RS 1.028 851 Jumlah RS dan
Klinik Utama
Jumlah RS dan Klinik Utama
yang mendapatkan rekomendasi

ww
rujukan yang yang survei akreditasi dari Direktorat

: / / memenuhi mendapatkan yang bertanggung jawab pada

tps
rekomendasi dari bidang mutu dan akreditasi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 302 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
persyaratan survei Direktorat yang
2 -t
(Direktorat Mutu dan Akreditasi
akreditasi bertanggung
0 2
Pelayanan Kesehatan) pada
jawab pada
n
bidang mutu dan- 2 tahun berjalan

h
akreditasi u
- t a
(Direktorat Mutu

- 1 3
dan Akreditasi
Pelayanan

m or Kesehatan)
setelah

- n o memenuhi

e s persyaratan

n k untuk disurvei
akreditasi oleh

m e lembaga

/p er independen
penyelenggara

/0 5 akreditasi sesuai
dengan
2 2 peraturan

/ 2 0 perundang-
undangan yang

o m berlaku
Jumlah fasilitas
a .c
1.692 151 228 Jumlah Jumlah Laboratorium Kesehatan
pelayanan kesehatan
a n Laboratorium dan UTD yang mendapatkan

persyaratan u ly
Lain yang memenuhi
survei
Kesehatan dan
UTD yang
rekomendasi survei akreditasi
dari Direktorat yang bertanggung

a
akreditasi m mendapatkan jawab pada bidang mutu dan

a i n rekomendasi dari akreditasi (Direktorat Mutu dan

w . Direktorat yang
bertanggung
Akreditasi Pelayanan Kesehatan)
pada tahun berjalan

ww
jawab pada

: / / bidang mutu dan

tps
akreditasi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 303 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
(Direktorat Mutu
2 -t
dan Akreditasi
0 2
Pelayanan
Kesehatan) n - 2
setelah
h u
- t a
memenuhi

- 1 3
persyaratan
untuk disurvei

m or akreditasi oleh
lembaga

- n o independen

e s penyelenggara

n k akreditasi sesuai
dengan

m e peraturan

/p er perundang-
undangan yang

/0 5 berlaku
Persentase fasyankes 0 20 2 40 Jumlah Fasilitas Persentase Fasyankes
melakukan
pengukuran mutu
/ 2 02 Pelayanan
Kesehatan
melakukan pengukuran mutu
pelayanan kesehatan = Jumlah
pelayanan Kesehatan

.c om (Rumah Sakit,
Puskesmas,
Fasyankes yang telah melakukan
pengukuran mutu melalui

n a Laboratorium Sistem Informasi

ly a Kesehatan, dan
Unit Transfusi
/ Jumlah seluruh Fasyankes
yang teregister/terdata di

mu Darah (UTD)) Kementeriaan Kesehatan pada

i n a yang sudah
melakukan
tahun 2018 x 100%
- Jumlah seluruh Puskesmas
. a pengukuran yang teregistrasi di Kementerian
w mutu pelayanan Kesehatan dan Klinik Pratama

ww
kesehatan serta yang Bekerja sama dengan

: / / melaporkan hasil BPJS per 31 Des 2018 (16.536

tps
pengukuran FKTP)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 304 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
mutu pelayanan
2 -t
- Jumlah seluruh Rumah Sakit
kesehatan
02
dan Klinik Utama yang
tersebut kepada
Kementerian n - 2teregistrasi di Kementerian
Kesehatan per 31 Des 2018
hu
Kesehatan secara (2.772 Fasyankes rujukan)

- t
berkalaa - Jumlah seluruh Laboratorium

- 1 3 dan UTD yang teregistrasi


terdata di Kementerian

m or Kesehatan per 31 Des 2018


(1.691 fasyankes lain)
e) Kegiatan Pembinaan Pelayanan 17.310
- n o 49.450 Direktorat
Kesehatan Tradisional
e s Pelayanan

n k Kesehatan

m e Tradisional

Meningkatnya akses
pelayanan kesehatan
/p er
tradisional yang
/0 5
berkualitas
2 2
Jumlah
yang
puskesmas 50
/ 2 0
175 250 Jumlah
Puskesmas yang
Jumlah kumulatif Puskesmas
yang menyelenggarakan
menyelenggarakan
o m menyelenggaraka pelayanan kesehatan tradisional
kegiatan pelayanan
kesehatan tradisional a .c n kegiatan
pelayanan
sesuai dengan kriteria

a n kesehatan

u ly tradisional yang
memenuhi
a m kriteria:

a i n a. Melakukan

w . pelayanan
kesehatan

: / / ww tradisional
b. Melakukan

ht tps pembinaan

jdih.kemkes.go.id
- 305 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kelompok asuhan
2 -t
mandiri
02
kesehatan
tradisional n - 2
hu
- t a
c. Melakukan
pendataan

- 1 3
penyehat

m or tradisional
d. Memiliki RTH

- n o dalam bentuk

e s Taman Obat

n k Keluarga (TOGA)
Jumlah RS 4 10 15
m e Jumlah Rumah Jumlah kumulatif Rumah sakit

er
pemerintah yang sakit pemerintah pemerintah yang
menyelenggarakan
kegiatan pelayanan
5 /p yang
menyelenggaraka
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional dan
kesehatan tradisional
integrasi 2/0 n pelayanan
kesehatan
memiliki Ruang Terbuka Hijau
untuk taman obat sebagai media
0 2 tradisional dan edukasi
/ 2 memiliki Ruang

o m Terbuka Hijau

a .c untuk taman
obat sebagai
a n media edukasi

u ly
Jumlah griya sehat di - 4 11 Jumlah Griya Jumlah kumulatif Griya Sehat di

a m
kabupaten/kota Sehat di Kabupaten/Kota

a i n Kabupaten/Kota
2)
pada w .
Program Dukungan
Direktorat
Manajemen
Jenderal
16.167.779 19.216.175 Direktorat
Jenderal

: / / ww
Pelayanan Kesehatan Pelayanan
Kesehatan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 306 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya
2 -t
koordinasi
02
pelaksanaan
pembinaan
tugas,
dan n - 2
pemberian dukungan
hu
manajemen
- t a
Kementerian
Kesehatan
- 1 3
Nilai Reformasi 77,43 78,06 78,69 or Nilai Reformasi Menggunakan hasil penilaian
Birokrasi Kementerian
Kesehatan
- n om Reformasi
Birokrasi di
dari Kementerian PAN dan RB

e s Kementerian

n k Kesehatan
e adalah hasil

erm
penilaian dari
Kementerian PAN

5 /p dan RB terkait

2/0 pelaksanaan 8
area perubahan
0 2 pada Reformasi
/ 2 Birokrasi di

o m Kementerian

a .c Kesehatan

a) Kegiatan Dukungan Manajemen


n 16.167.779 19.216.175 Sekretariat
dan Pelaksanaan Program

u lya Ditjen
Pelayanan

a m Kesehatan

i n
meningkatnya
a
w .
dukungan manajemen
dan pelaksanaan

w w tugas teknis lainnya

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 307 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Nilai Reformasi N/A 50 51 Hasil penilaian
2 -t
Hasil PMPRB lingkup Direktorat
Birokrasi di lingkup mandiri terkait
0 2
Jenderal Pelayanan Kesehatan
Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
pelaksanaan 8
area perubahan n - 2 dibagi nilai maksimal unit eselon
I dikali 100%
h u
pada Reformasi

- t a
Birokrasi di
(N/36,30) x100%

- 1 3
lingkup
Direktorat

m or Jenderal
Pelayanan

- n o Kesehatan
Persentase kinerja N/A 80 82,5
e s Persentase Menggunakan hasil penilaian
RKAKL pada lingkup
n k kinerja RKA-K/L kinerja dari SMART DJA
Direktorat Jenderal
m e Program Kementerian Keuangan untuk

er
Pelayanan Kesehatan Pembinaan masing-masing satker
Pelayanan

5 /p Kesehatan yang

2/0 efektif dan efisien


adalah hasil
0 2 penilaian kinerja
/ 2 RKA-KL dengan

o m menggunakan

a .c tools aplikasi
SMART DJA

a n Kementerian

u ly Keuangan
1)

n am
Program Pelayanan Kesehatan &
JKN pada Direktorat Jenderal
i
3.126.749 5.555.078 Direktorat
Jenderal

. a
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kefarmasian
dan Alat

ww Kesehatan

: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 308 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya akses,
2 -t
kemandirian dan
0 2
mutu sediaan farmasi
dan alat kesehatan n - 2
h u
Persentase
kabupaten/kota
79,18 77 79
- t a
Persentase
kabupaten/kota
Jumlah Kabupaten/Kota yang
memiliki minimal 85% obat
dengan ketersediaan
- 1 3
yang memiliki esensial dibagi dengan jumlah
obat esensial

m or ketersediaan
minimal 85% dari
kabupaten/kota yang melapor
dikali 100%.

- n o 40 item obat
indikator pada
e s saat dilakukan

n k pemantauan.

Persentase alat 90 91 92
m e Persentase alat Jumlah produk alat kesehatan
kesehatan memenuhi
syarat
/p er kesehatan yang
memenuhi
yang memenuhi syarat dibagi
dengan jumlah produk alat

/0 5 standar melalui kesehatan yang diawasi dikali

2 2 kegiatan
Sampling
100%.

/ 2 0 Pengujian dan
Pengawasan
o m Penandaan yang

a .c dilakukan oleh

a n Pusat dan

u ly
Persentase puskesmas 91,63 90 95
Daerah (Dekon)
Persentase Jumlah puskesmas yang

i n am
dengan ketersediaan
vaksin IDL (Imunisasi
puskesmas yang
memiliki vaksin
memiliki vaksin IDL dibagi
jumlah Puskesmas yang melapor
. a
Dasar Lengkap) IDL terdiri dari dikali 100%.

ww Vaksin Hepatitis
B, Vaksin BCG,

: / / w Vaksin DPT-HB-

tps
HIB, Vaksin

ht
jdih.kemkes.go.id
- 309 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Polio, Vaksin
2 -t
Campak/Campak
0 2
Rubella pada
n
saat dilakukan - 2
h
pemantauan.u
Persentase jenis 0 15 30 - t a
Proporsi jumlah Jumlah kumulatif jenis bahan
bahan baku sediaan
- 1 3kumulatif jenis baku yang diproduksi di dalam
farmasi
diproduksi dalam
yang

m or bahan baku
sediaan farmasi
negeri pada tahun berjalan
dibandingkan dengan target
Negeri
- n o yang diproduksi
di dalam negeri,
tahun 2024 dikali 100%.

e s terhadap

n k produksi 30 jenis

m e bahan baku

er
sediaan farmasi
sampai dengan

5 /p tahun 2024.

/0
22
Persentase alat 33,33 55 66 Proporsi jumlah Jumlah kumulatif jenis alat
Kesehatan yang kumulatif jenis kesehatan yang dapat diproduksi
diproduksi
negeri
dalam
/ 20 alat kesehatan
yang dapat
di dalam negeri pada tahun
berjalan dibandingkan dengan

.c om diproduksi di
dalam negeri,
target tahun 2024 dikali 100%.

n a terhadap rencana

ly a aksi produksi 63

m u jenis alat
kesehatan

i n a sampai dengan

. a tahun 2024
a) w
Kegiatan Peningkatan Pelayanan 36.701 40.968 Direktorat

: / / ww
Kefarmasian Pelayanan
Kefarmasian

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 310 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya rumah
2 -t
sakit dengan
0 2
penggunaan obat
sesuai FORNAS n - 2
hu
Persentase rumah
sakit dengan
65,53 70 75
- t a
Rumah Sakit
yang melayani
Perhitungan indikator dilakukan
dalam 2 tahap yaitu:
penggunaan obat
- 1 3
pasien JKN

or
Perhitungan Persentase
sesuai FORNAS menggunakan
kesesuaian dengan Fornas di RS:
item obat sesuai
o m ketentuan dalam Jumlah item obat yang sesuai

s - n Fornas >80% dengan Fornas di FKRTL dibagi

k e dengan jumlah total item obat

e n yang tersedia di FKRTL dikali


100%.

erm Keterangan :

5 /p • Jumlah item obat yang sesuai

2/0 dengan Fornas di FKRTL adalah


jumlah item obat yang
0 2 digunakan di rumah sakit yang
/ 2 sesuai Fornas untuk pasien JKN

o m • Jumlah total item obat yang

na.c tersedia di FKRTL adalah jumlah


total item obat yang digunakan di

ly a rumah sakit untuk pasien JKN

m u Perhitungan Persentase Rumah

i n a Sakit dengan penggunaan obat


sesuai dengan Fornas:
. a
ww Jumlah Rumah Sakit dengan
persentase kesesuaian dengan

: / / w Fornas ≥80% dibagi dengan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 311 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator

2 -t
jumlah RS yang dipantau dikali

0 2
100%.

Meningkatnya
n - 2
pelaksanaan
hu
pelayanan
- t a
kefarmasian
standar
sesuai

- 1 3
Persentase fasyankes 31,94 50 55 or Fasilitas Jumlah Fasyankes yang
yang melaksanakan
pelayanan
- n om Pelayanan
Kesehatan
melakukan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
kefarmasian sesuai
e s dengan Apoteker dibagi dengan jumlah Fasyankes
standar
n k yang melakukan dikali 100%.
e pengkajian dan

erm
pelayanan resep,
Pelayanan Keterangan :

5/p Informasi Obat


Jumlah Fasyankes yang

2/0
(PIO) dan
Melakukan Pelayanan
Konseling yang
2 Kefarmasian sesuai standar

20
terdokumentasi.
adalah jumlah Fasyankes dengan
/ apoteker yang melakukan

.c om pengkajian dan pelayanan resep,


PIO dan Konseling yang

n a terdokumentasi.

ly a Jumlah Fasyankes adalah

m u jumlah Fasyankes yang dipantau


oleh Direktorat Pelayanan

i n a Kefarmasian.
b) . a
Kegiatan Peningkatan Tata Kelola 2.975.715 5.379.247 Direktorat
w
Obat Publik dan Perbekalan Tata Kelola

: / / ww
Kesehatan Obat Publik
dan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 312 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator

2 -t Perbekalan

-2 02 Kesehatan

Meningkatnya
u n
jaminan ketersediaan
obat dan perbekalan
t a h
kesehatan dengan
dukungan
- 1 3-
peningkatan mutu
o r
pengelolaan logistik
obat dan perbekalan o m
kesehatan
s - n
Jumlah instalasi 5 6 27 k e Jumlah Instalasi Jumlah kumulatif Instalasi
farmasi
e n Farmasi Provinsi Farmasi Provinsi Kab/Kota yang
provinsi/kabupaten/k
ota yang menerapkan erm Kab/Kota yang
memenuhi
memenuhi persyaratan sistem
manajemen mutu dengan ruang
manajemen mutu
5 /p persyaratan lingkup minimal perencanaan,

2/0 sistem
manajemen mutu
penerimaan, penyimpanan, dan
distribusi.

0 2 dengan ruang

/ 2 lingkup minimal

o m perencanaan,
penerimaan,

a .c penyimpanan,

a n dan distribusi.
c)
dan Distribusi Kefarmasianu l
Kegiatan Peningkatan Produksiy 40.440 49.387 Direktorat
Produksi
a m dan

a i n Distribusi

w . Kefarmasian

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 313 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya
2 -t
kemampuan industri
0 2
sediaan farmasi
dalam produksi dan n - 2
distribusi.
hu
- t a
Persentase 65 67 69
- 1 3Persentase Menghitung pemenuhan obat e-
kemampuan industri
farmasi memenuhi
m or pemenuhan
produksi obat e-
katalog terpilih dari industri
farmasi penyedia e-katalog
kebutuhan rencana
kebutuhan obat
- n o katalog terpilih
oleh industri
dibandingkan dengan RKO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
e s farmasi penyedia dikali 100%.

n k e-katalog

m e terhadap rencana

er
kebutuhan obat
fasyankes
d) Kegiatan Peningkatan Penilaian 5 /p 40.033 42.910 Direktorat
Alat Kesehatan (Alkes) dan
2/0 Penilaian
Perbekalan Kesehatan Rumah
0 2 Alat
Tangga (PKRT)
/ 2 Kesehatan
(Alkes) dan
o m Perbekalan

a .c Kesehatan

a n Rumah

u ly Tangga
(PKRT)

a m
Meningkatnya alat
i n
kesehatan yang
a
w .
diproduksi di dalam
negeri (kumulatif)

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 314 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jumlah alat 21 35 42 Jumlah
2 -t
Dihitung jumlah kumulatif
kesehatan yang jenis/varian alat
0 2
jenis/varian alat kesehatan yang
diproduksi di dalam
negeri (kumulatif)
kesehatan yang
telah mampu n - 2 telah mampu diproduksi di
dalam negeri.
h u
diproduksi oleh

- t a
industri di dalam

- 1 3negeri
(kumulatif).
Meningkatnya
m or
penilaian pre market
alat kesehatan dan
- n o
PKRT tepat waktu
e s
sesuai good review
n k
practice
m e
Persentase penilaian
pre market Alat
89,09 90 92
/p er Persentase
permohonan
Jumlah permohonan yang selesai
dievaluasi sesuai dengan janji
Kesehatan (Alkes) dan
/0 5 yang selesai layanan dibagi jumlah
Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) 2 2 dievaluasi sesuai
dengan janji
permohonan masuk yang selesai
di evaluasi dikali 100%.
tepat waktu sesuai
good review practice / 2 0 layanan.

o m
a.c
e) Kegiatan Peningkatan Pengawasan 33.860 42.566 Direktorat
Alat Kesehatan (Alkes) dan Pengawasan
Perbekalan Kesehatan Rumah
a n Alat
Tangga (PKRT)
u ly Kesehatan
(Alkes) dan
a m Perbekalan

a i n Kesehatan

w . Rumah
Tangga

w w (PKRT)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 315 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya sarana
2 -t
produksi alat
0 2
kesehatan (alkes) dan
Perbekalan Kesehatan n - 2
Rumah Tangga (PKRT)
hu
yang menindaklanjuti
- t a
hasil temuan tepat
waktu
- 1 3
Persentase sarana 70 75 80 or Persentase Jumlah sarana produksi alat
produksi alkes dan
PKRT yang
- n om sarana produksi
Alkes dan PKRT
kesehatan dan PKRT yang
menindaklanjuti hasil temuan
menindaklanjuti hasil
e s yang critical major dibagi jumlah
temuan tepat waktu
n k menindaklanjuti sarana produksi alat kesehatan
e hasil temuan dan PKRT dengan temuan critical

erm
critical major major dikali 100%.
selama 14 hari

5 /p setelah

2/0 peringatan keras


diterima.
0 2
Meningkatnya produk
alat kesehatan (alkes) / 2
dan Perbekalan
o m
Kesehatan Rumah
a .c
Tangga (PKRT) yang
a n
memenuhi ketentuan

u ly
penandaan dan telah
diuji
a m
a i n
Persentase penandaan 79 80 82 Persentase Alat Jumlah alat kesehatan dan PKRT

w .
alat kesehatan dan
PKRT beredar yang
Kesehatan dan
PKRT yang
yang memenuhi ketentuan
penandaan dibagi jumlah produk

: / / ww memenuhi ketentuan memenuhi


ketentuan
alat kesehatan dan PKRT yang
diawasi penandaannya dikali

tps
penandaan yang 100%.

ht
jdih.kemkes.go.id
- 316 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
didapat melalui
2 -t
kegiatan
02
sampling,
pengawasan n - 2
h
penandaan, u
- t a
inspeksi dan

- 1 3
Audit.
2) Program Dukungan Manajemen
Pada Direktorat Jenderal
126.869
or
133.878

m
Direktorat
Jenderal
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
- n o Kefarmasian
dan Alat
e s Kesehatan

n k
Meningkatnya
koordinasi
m e
pelaksanaan tugas,
pembinaan dan
/p er
pemberian dukungan
/0 5
manajemen
Kementerian 2 2
Kesehatan
/ 2 0
Nilai Reformasi 77,43
o m 78,06 78,69 Nilai Reformasi Menggunakan hasil penilaian
Birokrasi Kementerian
Kesehatan a .c Reformasi
Birokrasi di
dari Kementerian PAN dan RB

a n Kementerian

u ly Kesehatan
adalah hasil
a m penilaian dari

a i n Kementerian PAN

w . dan RB terkait
pelaksanaan 8

: / / ww area perubahan
pada Reformasi

tps
Birokrasi di

ht
jdih.kemkes.go.id
- 317 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kementerian
2 -t
Kesehatan
0 2
n - 2
a) Kegiatan Dukungan Manajemen 126.869 133.878
h u Sekretariat
dan Pelaksanaan Program
- t a Direktorat
Jenderal

- 1 3 Kefarmasian

o r dan
Kesehatan
Alat

o m
Meningkatnya
dukungan manajemen
s - n
dan pelaksanaan
k e
tugas teknis lainnya.
e n
erm
Nilai Reformasi 96,04 80 82 Hasil penilaian Hasil PMPRB lingkup Direktorat
Birokrasi di lingkup mandiri terkait Jenderal Kefarmasian dan Alat
Ditjen Kefarmasian
5 /p pelaksanaan 8 Kesehatan dibagi nilai maksimal
dan Alat Kesehatan
2/0 area perubahan
pada Reformasi
unit eselon I dikali 100%

0 2 Birokrasi di
(N/36,30) x100%

/ 2 lingkup

o m Direktorat

a .c Jenderal
Kefarmasian dan

a n Alat Kesehatan

Persentase
u ly 90,27 90 92 Persentase Jumlah SK PAK yang diterbitkan
penyelesaian
a m permohonan PAK sesuai janji layanan dibagi

a i n
Penilaian Angka
Kredit (PAK) apoteker
yang selesai
dievaluasi dan
jumlah usulan PAK dengan
dokumen lengkap dikali 100%.

w .
dan asisten apoteker diterbitkan SK

ww
sesuai janji layanan PAK, sesuai janji
layanan.

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 318 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator

2 -t
02
n - 2
1) Program Riset & Inovasi Iptek 582.658 995.397 hu Badan
pada Badan Penelitian dan
- t a Penelitian
Pengembangan Kesehatan
- 1 3 dan

or
Pengembang
an

om Kesehatan
Meningkatnya
s - n
kualitas penelitian,
k e
pengembangan
pemanfaatannya
dan
e n
untuk masukan
erm
kebijakan
kesehatan
program

5 /p
/0
22
Jumlah hasil Riset 1 1 1 Jumlah laporan Menghitung jumlah laporan
Kesehatan Nasional Riskesnas yang Riskesnas dibuktikan dengan
(Riskesnas)
/ 20 ditulis adanya laporan nasional

om
berdasarkan Riskesnas
hasil litbang

a .c (sesuai dengan

a n Roadmap Badan

u l
Jumlah rekomendasi
y 42 29 29
Litbangkes)
Jumlah dokumen Menghitung jumlah dokumen

i n am
kebijakan berbasis
penelitian dan
rekomendasi
kebijakan yang
rekomendasi kebijakan yang
ditulis berdasarkan hasil litbang
. a
pengembangan ditulis kesehatan baik Rekomendasi

wwkesehatan yang
diadvokasikan ke
berdasarkan
hasil litbang
terencana atau rekomendasi
langsung yang disampaikan

: / / w pengelola program dalam forum atau pertemuan

tps
kesehatan dan atau kepada pengelola program dan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 319 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pemangku kesehatan yang
2 -t
atau pemangku kepentingan
kepentingan berupa:
0 2
yang dibuktikan dengan adanya
1.Rekomendasi
n - 2 dokumen rekomendasi kebijakan
dan laporan forum/pertemuan
hu
terencana yaitu
sesuai dengan pedoman

- a
rekomendasi
t
yang dihasilkan
rekomendasi kebijakan

- 1 3
pada tahun
(Menghitung target/baseline
berdasarkan perhitungan

m or sebelumnya,
2.Rekomendasi
rekomendasi sesuai isu strategis
yang telah diadvokasikan)

- n o langsung yaitu
rekomendasi
e s yang dihasilkan

n k pada tahun

m e berjalan sesuai

er
dengan
permintaan

5 /p stakeholder

2 /0 yang
disampaikan

0 2 dalam forum
/ 2 atau

o m pertemuan

a .c kepada
pengelola

a n program dan

u ly atau pemangku
kepentingan

a m
a i n
Jumlah rekomendasi
kebijakan hasil
N/A 6 6 Jumlah
rekomendasi
Jumlah rekomendasi kebijakan
yang dihasilkan dari hasil sintesa

w .
penelitian dan kebijakan yang satu atau beberapa penelitian

ww
pengembangan dihasilkan dari dan pengembangan di bidang
kesehatan yang hasil sintesa satu Kesehatan yang telah

: / / atau beberapa diadvokasikan dan dimanfaatkan

ht tps penelitian dan oleh pengelola program dan atau

jdih.kemkes.go.id
- 320 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
dimanfaatkan untuk pengembangan di
2 -t
pemangku kepentingan,
perbaikan kebijakan bidang kesehatan
0 2
dibuktikan dengan dokumen
yang telah
diadvokasikann - 2 kebijakan pemangku
kepentingan
dan
hu
- t a
dimanfaatkan

- 1 3
oleh pengelola
program dan

m or atau pemangku
kepentingan
Jumlah hasil 9 29 29
- n o Jumlah hasil Menghitung jumlah hasil
penelitian yang
e s litbangkes yang litbangkes yang mendapatkan
didaftarkan Kekayaan
n k telah mendapat rekomendasi/persetujuan sentra
Intelektual (KI)
m e rekomendasi/ KI dan sertifikat pendaftaran dari

er
persetujuan Direktorat Jenderal KI
Sentra Kekayaan Kementerian Hukum dan HAM

5 /p Intelektual (KI) atau Kementerian/ Lembaga

2/0 Badan
Litbangkes dan
terkait

0 2 didaftarkan ke
/ 2 Direktorat

o m Jenderal KI

a .c Kementerian
Hukum dan HAM

a n atau

u ly Kementerian/
Lembaga terkait

a m
a)

a i n
Kegiatan Penelitian dan
Pengembangan Biomedis dan
155.444 350.325 Pusat
Penelitian

w .
Teknologi Dasar Kesehatan dan

ww
Pengembang
an Biomedis

: / / dan

ht tps Teknologi

jdih.kemkes.go.id
- 321 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator

2 -t Dasar

-2 02 Kesehatan

Meningkatnya
u n
penelitian
pengembangan
dan
di
t a h
bidang biomedis dan
teknologi dasar
- 13-
kesehatan
o r
Jumlah rekomendasi 8 16 16
o m Jumlah dokumen Menghitung jumlah dokumen
kebijakan yang
s - n rekomendasi rekomendasi kebijakan yang
dihasilkan
penelitian
dari
dan k e kebijakan yang
dihasilkan dari
ditulis berdasarkan hasil sintesa
satu atau beberapa penelitian
pengembangan di
e n hasil sintesis dan pengembangan di bidang
bidang biomedis, life
science, dan teknologi erm satu atau
beberapa
biomedis, life science, dan
teknologi dasar kesehatan
dasar kesehatan
5 /p penelitian dan sebagai bahan yang akan

2 /0 pengembangan di
bidang biomedis,
diadvokasikan oleh Badan
Litbangkes sesuai dengan

0 2 life science, dan pedoman rekomendasi kebijakan

/ 2 teknologi dasar

o m kesehatan
sebagai bahan

a .c yang akan

a n diadvokasikan

u ly oleh Badan
Litbangkes
Jumlah a m hasil N/A 3 4 Jumlah hasil Menghitung jumlah hasil

a i n
penelitian dan penelitian dan penelitian dan pengembangan di

w .
pengembangan
science
life
bidang
pengembagan life
science yang
bidang life science berupa produk
inovasi berupa obat/obat herbal

: / / ww kesehatan menghasilkan
produk inovasi
terstandar/vaksin/alat
kesehatan/metode diagnostik

tps
berupa obat/obat

ht
jdih.kemkes.go.id
- 322 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
herbal
2 -t
yang mendukung kemandirian
terstandar/
0 2
bahan baku
vaksin/alat
n
kesehatan/metod - 2
hu
e diagnostik
Jumlah hasil 2 1 1 - t a
laporan hasil Menghitung jumlah laporan
penelitian dan
- 1 3
pemeriksaan Riskesnas yang ditulis
pengembangan
biomedis dan gizi
m or spesimen
biomedis dan gizi
berdasarkan hasil litbang
kesehatan, dibuktikan dengan
masyarakat pada Riset
Kesehatan Nasional
- n o masyarakat pada
Riset Kesehatan
adanya laporan nasional
biomedis dan atau gizi
e s Nasional masyarakat

n k
Jumlah
penelitian
hasil
dan
9 17

m e
18 Jumlah hasil
penelitian dan
Menghitung jumlah hasil
penelitian dan pengembangan di
pengembangan
bidang biomedis dan
di
/p er pengembangan di
bidang biomedis
bidang biomedis dan teknologi
dasar kesehatan berupa
teknologi dasar
/0 5 dan teknologi produk/informasi/data yang
kesehatan
2 2 dasar kesehatan
berupa
mendukung isu strategis
kesehatan per tahun

/ 2 0 produk/informasi
/data yang
o m mendukung isu

a .c strategis

a n kesehatan
Jumlah publikasi
u ly
karya tulis ilmiah di
44 48 49 Jumlah karya
tulis ilmiah hasil
Menghitung jumlah karya tulis
ilmiah hasil penelitian dan
a m
bidang biomedis dan penelitian dan pengembangan di bidang

a i n
teknologi dasar pengembangan di biomedis dan teknologi dasar

w .
kesehatan yang
dimuat di media cetak
bidang biomedis
dan teknologi
kesehatan yang terbit dalam
jurnal terindeks

: / / ww dan atau elektronik


nasional dan
dasar kesehatan
yang terbit dalam
global/terakreditasi nasional dan
atau buku/bagian dari buku

tps
internasional jurnal terindeks ilmiah yang diterbitkan oleh

ht
jdih.kemkes.go.id
- 323 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
global/
2 -t
penerbit internasional/nasional
terakreditasi
0 2
berstatus sebagai badan hukum
nasional dan
atau n - 2 penerbit /publishing house dan
atau anggota IKAPI sesuai
hu
buku/bagian dari dengan Perka LIPI Nomor 14

- t a
buku ilmiah yang Tahun 2018 ditulis oleh peneliti

- 1 3
diterbitkan oleh
penerbit
Badan Litbangkes sebagai
penulis pertama (first author)

m or internasional/
nasional

- n o berstatus sebagai

e s badan hukum

n k penerbit
/publishing house

m e dan atau anggota

/p er IKAPI
b) Kegiatan Penelitian dan
Pengembangan Upaya Kesehatan
/0 5 168.696 275.549 Pusat
Penelitian
Masyarakat
2 2 dan

/ 2 0 Pengembang
an Upaya

o m Kesehatan

a .c Masyarakat
Meningkatnya
a n
penelitian dan

u
pengembangan di ly
bidang upaya
a m
a i n
kesehatan
masyarakat

w .
Jumlah rekomendasi 42 21 21 Jumlah dokumen Menghitung jumlah dokumen

: / / ww kebijakan yang
dihasilkan dari
rekomendasi
kebijakan yang
rekomendasi kebijakan yang
ditulis berdasarkan hasil sintesa

tps
penelitian dan dihasilkan dari satu atau beberapa penelitian

ht
jdih.kemkes.go.id
- 324 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pengembangan di hasil sintesa satu
2 -t
dan pengembangan di bidang
bidang upaya atau beberapa
0 2
upaya kesehatan masyarakat
kesehatan
masyarakat
penelitian dan
n
pengembangan di - 2 sebagai bahan yang akan
diadvokasikan oleh Badan
hu
bidang upaya Litbangkes sesuai dengan

- t a
kesehatan pedoman rekomendasi kebijakan

- 1 3
masyarakat
sebagai bahan

m or yang akan
diadvokasikan

- n o oleh Badan

e s Litbangkes
Jumlah riset evaluasi N/A 1 1
n k laporan hasil Menghitung jumlah laporan hasil
intervensi kesehatan
m e riset evaluasi riset evaluasi intervensi

er
prioritas terkait upaya intervensi kesehatan prioritas terkait upaya
kesehatan kesehatan kesehatan masyarakat berupa
masyarakat
5 /p prioritas terkait informasi/data tentang

2 /0 upaya kesehatan
masyarakat
pelaksanaan intervensi.

0 2 berupa
/ 2 informasi/data

o m tentang

a .c pelaksanaan
intervensi.

a n
Jumlah hasil Riset

u l
Kesehatan Nasionaly 7 1 1 Jumlah laporan
Riskesnas yang
Menghitung jumlah laporan
Riskesnas, dibuktikan dengan

a m
(Riskesnas) pada ditulis adanya laporan Regional atau

a i n
wilayah II berdasarkan
hasil litbang
Provinsi Wilayah II (wilayah II:
Provinsi Sumatera Utara,

w . (sesuai dengan Sumatera Selatan, Bengkulu,

ww
Roadmap Riset Lampung, Jawa Barat, Banten,
Nasional Badan Maluku)

: / / Litbangkes) pada

ht tps wilayah II

jdih.kemkes.go.id
- 325 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
(wilayah II:
2 -t
Provinsi
0 2
Sumatera Utara,
Sumatera n - 2
Selatan,
h u
- t a
Bengkulu,

- 1 3
Lampung, Jawa
Barat, Banten,

m or Maluku)
Jumlah hasil Riset
Kesehatan Nasional
6 1 1
- n o Jumlah laporan
Riskesnas yang
Menghitung jumlah laporan
Riskesnas, dibuktikan dengan
(Riskesnas) pada
e s ditulis adanya laporan Regional atau
wilayah V
n k berdasarkan Provinsi Wilayah V (Wilayah V:

m e hasil litbang Provinsi Bangka Belitung,

er
(sesuai dengan Kalimantan Barat, Kalimantan
Roadmap Riset Selatan, Sulawesi Tenggara,

5 /p Nasional Badan Gorontalo, Papua Barat)

2 /0 Litbangkes) pada
wilayah V
0 2 (Wilayah V:
/ 2 Provinsi Bangka

o m Belitung,

a .c Kalimantan
Barat,

a n Kalimantan

u ly Selatan, Sulawesi
Tenggara,

a m Gorontalo, Papua

a i n Barat)

w .
Jumlah hasil 19 24 26 Jumlah hasil Menghitung jumlah hasil

ww
penelitian dan penelitian dan penelitian dan pengembangan di
pengembangan di pengembangan di bidang upaya kesehatan

: / / bidang upaya bidang upaya masyarakat berupa

ht tps kesehatan produk/informasi/data yang

jdih.kemkes.go.id
- 326 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
kesehatan masyarakat
2 -t
mendukung isu strategis
masyarakat berupa
0 2
kesehatan per tahun
produk/informasi
/data yang n - 2
h u
mendukung isu

- t a
strategis

- 1 3
kesehatan
Jumlah publikasi
karya tulis ilmiah di
121 60 60

m or Jumlah karya
tulis ilmiah hasil
Menghitung jumlah karya tulis
ilmiah hasil penelitian dan
bidang upaya
kesehatan
- n o penelitian dan
pengembangan di
pengembangan di bidang upaya
kesehatan masyarakat yang
masyarakat yang
e s bidang upaya terbit dalam jurnal terindeks
dimuat di media cetak
n k kesehatan global/terakreditasi nasional dan
dan atau elektronik
m e masyarakat yang atau buku/bagian dari buku

er
nasional dan terbit dalam ilmiah yang diterbitkan oleh
internasional jurnal terindeks penerbit internasional/nasional

5 /p global/terakredit berstatus sebagai badan hukum

2/0 asi nasional dan


atau
penerbit /publishing house dan
atau anggota IKAPI sesuai
0 2 buku/bagian dari dengan Perka LIPI Nomor 14
/ 2 buku ilmiah yang Tahun 2018 ditulis oleh peneliti

o m diterbitkan oleh Badan Litbangkes sebagai

a .c penerbit
internasional/na
penulis pertama (first author)

a n sional berstatus

u ly sebagai badan
hukum penerbit

a m /publishing house

a i n dan atau anggota

w . IKAPI

ww
c) Kegiatan Penelitian dan 143.530 216.633 Pusat
Pengembangan Sumber Daya dan Penelitian

: / /
Pelayanan Kesehatan dan

ht tps Pengembang

jdih.kemkes.go.id
- 327 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator

2 -t an Sumber

-2 02 Daya dan
Pelayanan

u n Kesehatan
Meningkatnya
t a h
penelitian dan
pengembangan di
- 13-
bidang sumber daya
dan pelayanan o r
kesehatan
o m
Jumlah rekomendasi 16 16 19 s - n Jumlah dokumen Menghitung jumlah dokumen
kebijakan yang
n ke rekomendasi rekomendasi kebijakan yang
dihasilkan dari
e kebijakan yang ditulis berdasarkan hasil sintesa

erm
penelitian dan dihasilkan dari satu atau beberapa penelitian
pengembangan di hasil sintesa satu dan pengembangan di bidang
bidang sumber daya
5 /p atau beberapa sumber daya dan pelayanan

/0
dan pelayanan penelitian dan kesehatan sebagai bahan yang
kesehatan
2 2 pengembangan di
bidang sumber
akan diadvokasikan oleh Badan
Litbangkes sesuai dengan

/ 2 0 daya dan
pelayanan
pedoman rekomendasi kebijakan

o m kesehatan

a .c sebagai bahan

a n yang akan

u ly diadvokasikan
oleh Badan

a m Litbangkes

a i n
Jumlah riset evaluasi N/A 1 1 Jumlah Menghitung jumlah rancangan

w .
intervensi kesehatan
prioritas terkait
rancangan
kebijakan untuk
kebijakan atau lampiran
rancangan peraturan perundang-

: / / ww sumber daya dan


pelayanan kesehatan
bahan rancangan
peraturan
undangan atau narasi/naskah
asupan kebijakan dari hasil

tps
yang dilaksanakan Menteri litbang bidang Sumber Daya dan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 328 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kesehatan atau
2 -t
Pelayanan Kesehatan (SDPK)
lampiran
0 2
serta produk obat/vaksin/alkes
rancangan
peraturan n - 2 siap produksi massal dari hasil
riset klinik, yang sudah
perundang-
h u diadvokasikan pada Kemenkes

- t a
undangan/ atau mitra industri strategis

- 1 3
naskah
akademik/
kesehatan

m or naskah urgensi
atau narasi/

- n o naskah asupan

e s kebijakan berupa

n k antara lain
pokok-pokok

m e hasil riset, policy

/p er brief, kertas
kebijakan, telaah

/0 5 staf dan fact


sheets dari hasil
2 2 litbang bidang

/ 2 0 Sumber Daya
dan Pelayanan

o m Kesehatan

a .c (SDPK), serta

a n produk
obat/vaksin/alke

u ly s siap produksi

a m massal dari hasil


riset klinik, yang

a i n sudah

w . diadvokasikan
pada Kemenkes

: / / ww atau mitra

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 329 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
industri strategis
2 -t
kesehatan
0 2
Jumlah hasil Riset 7 1 1 Jumlah laporan n - 2 Menghitung jumlah laporan
Kesehatan Nasional
t a hu
Riskesnas yang Riskesnas, dibuktikan dengan
(Riskesnas) pada
wilayah I 3 -
ditulis
berdasarkan
adanya laporan Regional atau
Provinsi Wilayah I (wilayah I:

r- 1
hasil litbang Provinsi Aceh, Riau, Jakarta,

m o (sesuai dengan
Roadmap Riset
Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi

- n o Nasional Badan Selatan)

e s Litbangkes) pada

n k wilayah I (wilayah

m e I: Provinsi Aceh,
Riau, Jakarta,

/p er Yogyakarta, Jawa
Tengah, Nusa

/0 5 Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan)
2 2
Jumlah hasil Riset
Kesehatan Nasional
/ 2 0
7 1 1 Jumlah laporan
Riskesnas yang
Menghitung jumlah laporan
Riskesnas, dibuktikan dengan
(Riskesnas) pada
o m ditulis adanya laporan Regional atau
wilayah IV
a .c berdasarkan
hasil litbang
Provinsi Wilayah IV (Wilayah IV:
Provinsi Jambi, Kepulauan Riau,
a n (sesuai dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan

u ly Roadmap Riset
Nasional Badan
Timur, Kalimantan Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi

a m Litbangkes) pada Barat)

a i n wilayah IV

w . (Wilayah IV:
Provinsi Jambi,

: / / ww Kepulauan Riau,
Kalimantan

tps
Tengah,

ht
jdih.kemkes.go.id
- 330 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kalimantan
2 -t
Timur,
0 2
Kalimantan
n
Utara, Sulawesi - 2
hu
Tengah, Sulawesi

-
Barat)t a
Jumlah hasil 12 13 15
- 1 3
Jumlah hasil Menghitung jumlah hasil
penelitian dan
pengembangan di
m or penelitian dan
pengembangan di
penelitian dan pengembangan di
bidang sumber daya dan
bidang sumber daya
dan pelayanan
- n o bidang sumber
daya dan
pelayanan kesehatan berupa
produk/informasi/data yang
kesehatan
e s pelayanan mendukung isu strategis

n k kesehatan kesehatan per tahun

m e berupa

er
produk/informasi
/data yang

5 /p mendukung isu

2/0 strategis
kesehatan
0 2
Jumlah publikasi
karya tulis ilmiah di
42
/ 2 52 52 Jumlah karya
tulis ilmiah hasil
Menghitung jumlah karya tulis
ilmiah hasil penelitian dan
bidang sumber daya
o m penelitian dan pengembangan di bidang sumber
dan pelayanan
a .c pengembangan di daya dan pelayanan kesehatan
kesehatan yang
a n bidang sumber yang terbit dalam jurnal

u ly
dimuat di media cetak
dan atau elektronik
daya dan
pelayanan
terindeks global/terakreditasi
nasional dan atau buku/bagian
nasional dan
a m kesehatan yang dari buku ilmiah yang

a i n
internasional terbit dalam
jurnal terindeks
diterbitkan oleh penerbit
internasional/nasional berstatus

w . global/terakredit sebagai badan hukum penerbit

ww
asi nasional dan /publishing house dan atau
atau buku anggota IKAPI sesuai dengan

: / / /bagian dari Perka LIPI Nomor 14 Tahun 2018

ht tps buku ilmiah yang ditulis oleh peneliti Badan

jdih.kemkes.go.id
- 331 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
diterbitkan oleh
2 -t
Litbangkes sebagai penulis
penerbit
0 2
pertama (first author)
internasional/na
n
sional berstatus- 2
hu
sebagai badan

- t a
hukum penerbit

- 1 3
/publishing house
dan atau anggota

m or IKAPI
d) Kegiatan Penelitian dan
Pengembangan Humaniora dan
114.988
- n o
152.890 Pusat
Penelitian
Manajemen Kesehatan
e s dan

n k Pengembang

m e an

er
Humaniora
dan

5 /p Manajemen

2/0 Kesehatan

Meningkatnya
0 2
penelitian dan
pengembangan di / 2
bidang humaniora
o m
dan manajemen
a .c
kesehatan
a n
kebijakan yangu ly
Jumlah rekomendasi 13 14 14 Jumlah dokumen
rekomendasi
Menghitung jumlah dokumen
rekomendasi kebijakan yang
a m
dihasilkan dari kebijakan yang ditulis berdasarkan hasil sintesa

a i n
penelitian dan dihasilkan dari satu atau beberapa penelitian

w .
pengembangan di
bidang humaniora
hasil sintesa satu
atau beberapa
dan pengembangan di bidang
humaniora dan manajemen

: / / ww dan manajemen
kesehatan
penelitian dan
pengembangan di
kesehatan sebagai bahan yang
akan diadvokasikan oleh Badan

tps
bidang

ht
jdih.kemkes.go.id
- 332 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
humaniora dan
2 -t
Litbangkes sesuai dengan
manajemen
0 2
pedoman rekomendasi kebijakan
kesehatan
sebagai bahann - 2
yang akan
h u
- t a
diadvokasikan

- 1 3
oleh Badan
Litbangkes
Jumlah N/A 5 8 or Pencatatan Menghitung jumlah kumulatif
kabupaten/kota yang
menerapkan sistem
- n om kelahiran,
kematian dan
kab/kota yang
mengimplementasikan
pencatatan kelahiran,
e s penyebab penguatan pencatatan kelahiran,
kematian, dan
n k kematian kematian dan penyebab
penyebab kematian e maternal dan kematian dibagi dengan jumlah

erm
dalam mendukung neonatal yang target yang telah ditetapkan
Pencatatan Sipil dan mendukung
Statistik Hayati
5 /p Pencatatan Sipil
(PS2H)
2 /0 dan Statistik
Hayati (PS2H)
0 2
Jumlah rekomendasi
penguatan sistem / 2
N/A 2 1 Pengembangan
sistem
Jumlah desain/model yang
dihasilkan pertahun dibagi
pencatatan data rutin
o m pencatatan dan dengan jumlah target yang telah
program kesehatan
a .c pengumpulan ditetapkan

a n data rutin yang

u ly telah ada dalam


mendukung arah

a m kebijakan dan

a i n strategis
pembangunan

w . kesehatan

: / / ww Jumlah hasil Riset


Kesehatan Nasional
7 1 1 Jumlah laporan
Riskesnas yang
Menghitung jumlah laporan
Riskesnas, dibuktikan dengan

tps
ditulis adanya laporan Regional atau

ht
jdih.kemkes.go.id
- 333 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
(Riskesnas) pada berdasarkan
2 -t
Provinsi Wilayah III (provinsi
wilayah III hasil litbang
0 2
Sumatera Barat, Jawa Timur,
(sesuai dengan
Roadmap Riset n - 2 Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Utara, Maluku Utara,
hu
Nasional Badan Papua)

- t a
Litbangkes) pada

- 1 3
wilayah III
(provinsi

m or Sumatera Barat,
Jawa Timur, Bali,

- n o Nusa Tenggara

e s Barat, Sulawesi

n k Utara, Maluku
Utara, Papua)

m e
er
Jumlah hasil 4 8 9 Jumlah hasil Menghitung jumlah hasil
penelitian dan penelitian dan penelitian dan pengembangan di
pengembangan di
5 /p pengembangan di bidang humaniora dan
bidang humaniora
dan manajemen 2 /0 bidang
humaniora dan
manajemen kesehatan berupa
produk/informasi/data yang
kesehatan
0 2 manajemen mendukung isu strategis
/ 2 kesehatan kesehatan per tahun

o m berupa produk/

a .c informasi/data
yang mendukung

a n isu strategis

u ly kesehatan

i n am
Jumlah publikasi
karya tulis ilmiah di
46 42 42 Jumlah karya
tulis ilmiah hasil
Menghitung jumlah karya tulis
ilmiah di bidang humaniora dan

. a
bidang humaniora
dan manajemen
penelitian dan
pengembangan di
manajemen kesehatan yang
terbit dalam jurnal terindeks

wwkesehatan yang bidang global/terakreditasi nasional dan

: / / w dimuat di media cetak


dan atau elektronik
humaniora dan
manajemen
atau buku/bagian dari buku
ilmiah yang diterbitkan oleh

ht tps kesehatan yang penerbit internasional/nasional

jdih.kemkes.go.id
- 334 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
nasional dan terbit dalam
2 -t
berstatus sebagai badan hukum
internasional jurnal terindeks
0 2
penerbit/ publishing house dan

n -
global/terakredit
asi nasional dan
2 atau anggota IKAPI sesuai
dengan Perka LIPI Nomor 14
atau
hu Tahun 2018 ditulis oleh peneliti

- t a
buku/bagian dari Badan Litbangkes sebagai

- 1 3
buku ilmiah yang
diterbitkan oleh
penulis pertama (first author)

m or penerbit
internasional/na

- n o sional berstatus

e s sebagai badan

n k hukum
penerbit/publishi

m e ng house dan

/p er atau anggota
IKAPI

2). Program Dukungan Manajemen


/0 5 155.497 198.021 Badan
pada Badan Penelitian Dan
2 2 Penelitian
Pengembangan Kesehatan
/ 2 0 dan
Pengembang

o m an

a .c Kesehatan
Meningkatnya
a n
koordinasi

u
pelaksanaan tugas,ly
pembinaan dan
a m
a i n
pemberian dukungan
manajemen

w .
Kementerian

ww
Kesehatan

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 335 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Nilai Reformasi 77,43 78,06 78,69 Nilai Reformasi
2 -t
Menggunakan hasil penilaian
Birokrasi Kementerian Reformasi
0 2
dari Kementerian PAN dan RB
Kesehatan Birokrasi di
Kementerian n - 2
Kesehatan
hu
- t a
adalah hasil

- 1 3
penilaian dari
Kementerian PAN

m or dan RB terkait
pelaksanaan 8

- n o area perubahan

e s pada Reformasi

n k Birokrasi di
Kementerian

m e Kesehatan
a) Kegiatan Dukungan Manajemen er 155.497 198.021 Sekretariat
dan Dukungan Pelaksanaan
Program
/0 5/p Badan
Penelitian

2 2 dan

20
Pengembang
/ an

Meningkatnya .com Kesehatan

dukungan manajemen
n a
dan pelaksanaan
ly a
u
tugas teknis lainnya
m
i n a
Jumlah laporan 4 5 5 Tersedianya Menghitung jumlah laporan
. a
dukungan manajemen dokumen untuk manajemen Riset Nasional, Riset
w teknis penelitian dan dukungan Iptek Kesehatan, Riset

: / / ww pengembangan
kesehatan
manajemen
teknis penelitian
pembinaan, Riset pembinaan
kesehatan daerah dan Riset

tps
dan Kontijensi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 336 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pengembangan
2 -t
kesehatan pada
0 2
pelaksanaan
n
manajemen Riset- 2
hu
Nasional, Riset

- t a
Iptek Kesehatan,

- 1 3
Riset pembinaan,
Riset pembinaan

m or kesehatan daerah
dan Riset

- n o Kontijensi
Jumlah laporan 5 5 5
e s Tersedianya Menghitung jumlah laporan hasil
dukungan manajemen
n k dokumen hasil pelaksanaan kegiatan dalam
penelitian dan
m e pelaksanaan bidang Program dan Informasi;

er
pengembangan kegiatan dalam Umum, Dokumentasi dan
kesehatan bidang Program Jejaring; Keuangan dan Barang

5 /p dan Informasi; Milik Negara (BMN); Hukum,

2 /0 Umum,
Dokumentasi dan
Organisasi dan Kepegawaian;
serta Manajemen Komisi
0 2 Jejaring;
/ 2 Keuangan dan

o m Barang Milik

a .c Negara (BMN);
Hukum,

a n Organisasi dan

u ly Kepegawaian;
serta Manajemen

a m Komisi

a i n
Nilai Reformasi 56,09 57 58 Hasil penilaian Hasil PMPRB lingkup Badan

w .
Birokrasi di lingkup mandiri terkait Penelitian dan Pengembangan

ww
Badan Penelitian dan pelaksanaan 8 Kesehatan dibagi nilai maksimal
Pengembangan area perubahan unit eselon I dikali 100%

: / / Kesehatan pada Reformasi

tps
(N/36,30) x100%
Birokrasi di

ht
jdih.kemkes.go.id
- 337 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
lingkup Badan
2 -t
Penelitian dan
0 2
Pengembangan
Kesehatan n - 2
h u
1) Program Pendidikan & Pelatihan
Vokasi Pada Badan PPSDM
2.054.748 2.674.446
- t a Badan
PPSDM
Kesehatan
- 1 3 Kesehatan
Meningkatnya
Pemenuhan SDM m or
Kesehatan sesuai
- n o
standar
e s
Jumlah SDM 10.1728 36.070 27.272
n k Jumlah SDM Jumlah SDM Kesehatan yang
Kesehatan yang
m e Kesehatan yang mendapat sertifikat pada
ditingkatkan
kompetensinya
/p er telah
ditingkatkan
pelatihan teknis kesehatan,
fungsional kesehatan,

/0 5 kompetensi
(Nakes dan Non
manajemen kesehatan dan
manajemen non kesehatan

2 2 Nakes) internsip.
a) Kegiatan Pelatihan Sumber Daya
/ 2 0 238.798 340.050 Pusat
Manusia Kesehatan
o m Pelatihan
SDM

a .c Kesehatan
Pelatihan teknis a n
ly
kesehatan, fungsional
kesehatan, u
a m
manajemen kesehatan
i n
dan manajemen non
a
w .
kesehatan
terakreditasi

: / / ww Jumlah SDM
Kesehatan yang
66.732 24.070 15.272 Jumlah sertifikat
yang diterbitkan
Menghitung jumlah sertifikat
yang diterbitkan untuk peserta

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 338 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
mendapat sertifikat untuk peserta
2 -t
Pelatihan Teknis Kesehatan,
pada pelatihan teknis pelatihan yang
0 2
Fungsional kesehatan,
kesehatan, fungsional
kesehatan,
telah mengikuti
n -
Pelatihan Teknis
2 manajemen kesehatan dan
manajemen non kesehatan
manajemen kesehatan
h
Kesehatan, u terakreditasi
dan manajemen non
- t a
Fungsional
kesehatan
terakreditasi
- 1 3
kesehatan,
manajemen

m or kesehatan dan
manajemen non

- n o kesehatan

e s terakreditasi
Jumlah NSPK terkait N/A 15 20
n k Jumlah Menghitung jumlah dokumen
pelatihan bidang
m e dokumen Norma, Norma, Standar, Prosedur dan

er
kesehatan yang telah Standar, Kriteria (NSPK) terkait pelatihan
disusun Prosedur dan bidang kesehatan yang disusun

5 /p Kriteria (NSPK) yaitu NSPK

2/0 terkait pelatihan


bidang kesehatan
pengkajian/pemetaan kebutuhan
pelatihan, pengembangan
0 2 yang disusun pelatihan, penyelenggaraan
/ 2 yaitu NSPK pelatihan, evaluasi pasca

o m pengkajian/ pelatihan, pengendalian mutu

a .c pemetaan
kebutuhan
pelatihan yang terdiri dari
akreditasi pelatihan dan

a n pelatihan, akreditasi institusi

u ly pengembangan
pelatihan,
penyelenggara pelatihan.

a m penyelenggaraan

a i n pelatihan,

w . evaluasi pasca
pelatihan,

ww
pengendalian

: / / mutu pelatihan

tps
yang terdiri dari

ht
jdih.kemkes.go.id
- 339 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
akreditasi
2 -t
pelatihan dan
02
akreditasi
institusi n - 2
hu
penyelenggara

- t a
pelatihan.
b) Kegiatan Pendidikan SDM 65.950 101.519
- 1 3 Pusat
Kesehatan

m or Pendidikan
SDM

- n o Kesehatan

Penyediaan bantuan
e s
biaya pendidikan
n k
diutamakan pada
daerah bermasalah
m e
kesehatan dan DTPK
/p er
Jumlah penerima
afirmasi bantuan
N/A 0
/0 5 500 Jumlah penerima
bantuan biaya
Jumlah peserta penerima
bantuan biaya pendidikan
biaya pendidikan
2 2 pendidikan afirmasi diutamakan pada
diutamakan pada
daerah bermasalah / 2 0 afirmasi
diutamakan pada
daerah bermasalah kesehatan
dan DTPK
kesehatan dan DTPK
o m daerah

a .c bermasalah
kesehatan dan
a n DTPK

u l
Penyesuaian prodi
y
dan lembaga
a m
a i n
pendidikan SDM

w .
Kesehatan

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 340 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jumlah Prodi dan N/A 52 104 Jumlah prodi
2 -t
Jumlah prodi dan atau lembaga
lembaga Pendidikan dan atau
0 2
pendidikan bidang kesehatan
SDM Kesehatan yang
disesuaikan dengan
lembaga
pendidikan n - 2 yang disesuaikan baik secara
kuantitas dan kualitas dengan
kebutuhan program
hu
bidang kesehatan kebutuhan program
pembangunan
- t a
yang disesuaikan pembangunan kesehatan.
kesehatan*
(kumulatif)
- 1 3
baik secara
kuantitas dan
Penyesuaian secara kuantitas
berupa penambahan (jumlah dan

m or kualitas dengan
kebutuhan
jenis) program studi, pembatasan
kuota penerimaan mahasiswa

- n o program baru, pembatasan pembukaan

e s pembangunan program studi baru, serta

n k kesehatan penutupan program studi yang


sudah jenuh, disesuaikan

m e dengan kebutuhan program

/p er pembangunan kesehatan.
Penyesuaian secara kualitas

/0 5 dilakukan dengan cara


mendorong perguruan tinggi
2 2 bidang kesehatan dan program

/ 2 0 studi di dalamnya untuk


meningkatkan status

o m akreditasinya khususnya untuk

a .c mencapai akreditasi unggul;

a n pengembangan Pusat Unggulan


Ipteks Poltekkes Kemenkes (PUI-

u ly PK), pengembangan kelas

a m Internasional; dan perluasan


kerjasama dengan mitra di dalam

a i n dan di luar negeri


c) w .
Kegiatan Pembinaan dan 1.135.383 1.532.877 Sekretariat

ww
Pengelolaan Pendidikan Tinggi Badan

: / / PPSDM

tps
Kesehatan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 341 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Pendidikan tenaga
2 -t
kesehatan di
0 2
Poltekkes Kemenkes
RI n - 2
h u
Jumlah mahasiswa
aktif yang dididik di
95.481 103.922 95.000 Jumlah
- t a
mahasiswa/
Menghitung Mahasiswa Tk.I, II
dan III dan IV yang masih aktif
Poltekkes
- 1 3
peserta didik Kuliah di 38 Poltekkes disertai
Kementerian
Kesehatan RI
m or yang mengikuti
kuliah Tk.I, II
dengan SK Peserta Didik

- n o dan III dan IV di


38 Poltekkes
e s Kemenkes RI

n k
Jumlah
kesehatan
tenaga
lulusan
N/A 0 500

m e Jumlah tenaga
kesehatan
Menghitung Tenaga Kesehatan
lulusan Poltekkes Kemenkes RI
Poltekkes
Kementerian
/p er lulusan Poltekkes
Kemenkes RI
yang telah bekerja dan
didayagunakan di Fasyankes
Kesehatan RI yang
/0 5 yang telah (PNS, PPPK, BLU, penugasan
didayagunakan di
fasyankes pemerintah 2 2 bekerja dan di
dayagunakan di
khusus, dan pola lainnya)

/ 2 0 Fasyankes
pemerintah baik
o m yang sudah PNS,

a .c PPPK maupun

a n pegawai BLU,

u ly penugasan
khusus, dan pola

a m lainnya
d)
a i n
Kegiatan Pelaksanaan Internship 614.617 700.000 Pusat

w .
Tenaga Kesehatan Perencanaan
dan

: / / ww Pendayagun
aan SDM

tps
Kesehatan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 342 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Terlaksananya
2 -t
Internsip dokter
0 2
Jumlah dokter yang 11.127 12.000 12.000 Proses
n - 2 Nilai absolut dari lulusan dokter
melaksanakan pemantapan
h u dari Fakultas Kedokteran yang
internsip
- t
dokter
a
mutu profesi akan melaksanakan Internsip

- 1 3
dan dokter gigi

m or untuk
menerapkan

- n o kompetensi yang
diperoleh selama
e s pendidikan,

n k secara

m e terintegrasi,

er
komprehensif,
mandiri, serta

5 /p menggunakan

2/0 pendekatan
kedokteran
0 2 keluarga, dalam
/ 2 rangka

o m pemahiran dan

a .c penyelarasan
antara hasil

a n pendidikan

u ly dengan praktik di
lapangan

a m
2)

a i n
Program Pelayanan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
459.242 537.901 Badan
PPSDM

w .
pada Badan Pengembangan dan Kesehatan

ww
Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 343 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Meningkatnya
2 -t
Pemenuhan SDM
0 2
Kesehatan sesuai
standar n - 2
hu
Persentase
puskesmas tanpa
12 6 0
- t a
Puskesmas yang
teregistrasi yang
Jumlah Puskesmas tanpa tenaga
dokter dibagi dengan Total
dokter
- 1 3
tidak memiliki Puskesmas Teregistrasi dikali

m or tenaga dokter
baik ber status
100%

- n o ASN atau Non


ASN baik
e s ditempatkan oleh

n k Pemerintah Pusat

m e atau Pemerintah

er
Daerah
sebagaimana

5 /p terdata dalam

2 /0 Sistem Informasi
SDM Kesehatan
0 2
Persentase
puskesmas dengan
40
/ 2 35 47 Jumlah
Puskesmas yang
Jumlah Puskesmas yang
terpenuhi 9 jenis Nakes (minimal
jenis tenaga
o m teregistrasi yang 1) dibagi Total Puskesmas
kesehatan sesuai
a .c telah terpenuhi Teregistrasi dikali 100%
standar
a n (9 jenis) tenaga

u ly kesehatan
(dokter, dokter

a m gigi, perawat,

a i n bidan, tenaga
promosi

w . kesehatan dan

ww
ilmu perilaku,
tenaga sanitasi

: / / lingkungan,

ht tps nutrisionis,

jdih.kemkes.go.id
- 344 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
tenaga apoteker
2 -t
dan/atau tenaga
0 2
teknis
n -
kefarmasian, ahli
2
teknologi
hu
- t a
laboratorium

- 1 3
medik) sesuai
standar (minimal

m or 1) sebagaimana
terdata dalam

- n o Sistem Informasi

e s SDM Kesehatan

n k
Persentase RSUD 61,63 70
m e
75 Jumlah RSUD Jumlah RSUD Kabupaten/Kota
kabupaten/kota yang
memiliki 4 dokter
/p er Kabupaten/Kota
yang telah
yang telah terpenuhi 4 spesialis
dasar dan 3 spesialis lainnya
spesialis dasar dan 3
dokter spesialis /0 5 terpenuhi 4
dokter spesialis
dibagi jumlah RSUD Kab/Kota
dikali 100%
lainnya
2 2 dasar (obgyn,

/ 2 0 anak, penyakit
dalam dan
o m bedah) dan 3

a .c spesialis lainnya

a n
a)
u l
Kegiatan Peningkatan Mutu SDMy 289.798 239.393 Pusat
Kesehatan
a m Peningkatan

a i n Mutu SDM
Kesehatan

w .
Terselenggaranya

: / / ww peningkatan mutu
SDM Kesehatan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 345 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jumlah dokter/dokter 2.572 2.020 1.885 Dokter, Dokter
2 -t
Jumlah peserta lanjutan dan
gigi/dokter Gigi, Dokter
0 2
baru penerima Program bantuan
spesialis/dokter gigi
spesialis yang Gigi Spesialisn -
Spesialis, Dokter 2 pendidikan dokter spesialis-
subspesialis dan dokter gigi
ditingkatkan
h u
yang mengikuti spesialis-subspesialis tahun
kualifikasinya melalui
- t a
program bantuan berjalan
program bantuan
pendidikan dokter
- 1 3
Pendidikan
Dokter Spesialis-
spesialis-subspesialis
dan dokter gigi
m or Subspesialis dan
Dokter Gigi
spesialis-subspesialis
- n o Spesialis-

e s Subspesialis
Jumlah SDM 3.974 3.479 2.692
n k SDM Kesehatan Jumlah peserta lanjutan dan
Kesehatan yang
m e yang mengikuti baru penerima program bantuan

er
ditingkatkan tugas belajar tugas belajar SDMK tahun
kualifikasinya melalui sesuai dengan berjalan
program tugas belajar
5 /p ketentuan
SDM Kesehatan
2 /0 peraturan
perundang-
0 2 undangan per
/ 2 tahun

o m
SDM Kesehatan yang a .c N/A 100 20.250 SDM Kesehatan Jumlah SDM Kesehatan yang
tersertifikasi
a n yang mengikuti mendapat sertifikat kompetensi
kompetensi
u ly proses sertifikasi
kompetensi
dari lembaga sertifikasi dan
jumlah pejabat fungsional

a m melalui uji kesehatan yang mendapatkan

a i n kompetensi nomor sertifikat uji kompetensi

w . sesuai dengan
Standar
Jabatan Fungsional Kesehatan
sesuai dengan peraturan

: / / ww kompetensi kerja
(SKKNI, SKKK,
perundangan yang berlaku per
tahun

tps
SKKI) atau

ht
jdih.kemkes.go.id
- 346 -

ml
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
standar
2 -t
kompetensi
02
jabatan
fungsional n - 2
hu
kesehatan atau

- t a
sesuai ketentuan

- 1 3
peraturan
perundangan dan

m or dilakukan oleh
lembaga

- n o sertifikasi atau

e s instansi

n k pemerintah
penyelenggara uji

m e sesuai ketentuan

/p er peraturan
perundangan

/0 5 yang berlaku

2 2
b) Kegiatan Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kesehatan / 2 0 140.960 200.655 Pusat
Perencanaan
o m dan

a .c Pendayagun

a n aan SDM

Meningkatnya u ly Kesehatan

a m
perencanaan dan
i n
pendayagunaan SDM
a
w .
Kesehatan

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 347 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Jumlah kumulatif 3.228 5.928 7.250 Jumlah
2 -t
Penjumlahan/akumulasi tenaga
penempatan baru dan kumulatif tenaga
0 2
kesehatan yang baru
pemulangan tenaga
kesehatan pada
kesehatan yang
baru n - 2 ditempatkan dan tenaga
kesehatan yang purna (berakhir
penugasan khusus
hu
ditempatkan dan masa tugasnya), pada

- t a
peserta yang penugasan khusus secara tim,

- 1 3
berakhir masa
tugasnya, pada
secara individu dan penugasan
khusus secara tim serta individu

m or penugasan
khusus secara
di Papua, Papua Barat

- n o tim, individu dan

e s penugasan

n k khusus secara
tim serta individu

m e di Papua, Papua

/p er Barat

Jumlah calon dokter 490 100 /0 5 100 Jumlah peserta Penjumlahan/Akumulasi peserta
spesialis pada
22 Calon Dokter Calon Dokter Spesialis yang
penugasan khusus
calon dokter spesialis / 20 Spesialis yang
baru
ditempatkan pada Penugasan
Khusus Calon Dokter Spesialis
(residen)
.com ditempatkan
pada Penugasan
(Residen)

n a Khusus Calon

ly a Dokter Spesialis

m u (Residen)

i n a
. a
Jumlah dokter 1.169 700 700 Jumlah lulusan Nilai absolut dokter spesialis

w spesialis yang di pendidikan yang didayagunakan di RS

ww
dayagunakan dokter spesialis pemerintah dalam satu tahun
yang
: / / didayagunakan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 348 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
di rumah sakit
2 -t
pemerintah
0 2
n - 2
Jumlah dokter pasca N/A 0 400
h u
Jumlah Dokter Nilai komulatif jumlah dokter
internsip yang
- t a
Pasca Internsip pasca internsip yang
didayagunakan
- 1 3
yang didayagunakan setiap tahun

or
didayagunakan
melalui

o m penugasan

s - n khusus

k e
Jumlah dokumen 6 39
e
39 n Jumlah dokumen Nilai absolut jumlah dokumen
perencanaan
kebutuhan SDM
erm kebijakan teknis
perencanaan
terkait perencanaan dan
pengembangan SDMK yang
Kesehatan
5 /p kebutuhan dan hasilkan setiap tahunnya

2 /0 perencanaan
pengembangan

0 2 SDMK yang

/ 2 dihasilkan dan
dapat digunakan
o m sebagai dasar

a .c pengelolaan

a n SDMK

u ly
Jumlah
a m N/A 350 370 Pendayagunaan Menghitung jumlah SDM

a i n
pendayagunaan dalam migrasi Kesehatan Indonesia yang

w .
SDMK luar negeri internasional
untuk SDMK
didayagunakan ke luar negeri
dan SDMK WNA yang

ww
Indonesia ke luar didayagunakan di Indonesia

: / / negeri dan SDMK

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 349 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
WNA ke
2 -t
Indonesia
0 2
n - 2
c) Kegiatan Registrasi, Standardisasi, 28.484 97.853
h u Sekretariat Konsil Tenaga
Pembinaan dan Pengawasan
- t a Kesehatan Indonesia
Tenaga Kesehatan
- 1 3
Terselenggaranya
fasilitasi registrasi, m or
standardisasi,
- n o
pembinaan dan
e s
pengawasan tenaga
n k
kesehatan

m e
Jumlah tenaga 285.242 150.000
/p er
155.000 Jumlah tenaga Menghitung jumlah STR tenaga
kesehatan teregistrasi
/0 5 kesehatan yang kesehatan yang diterbitkan

2 2 teregistrasi yang
dibuktikan
selama 1 (satu) tahun

/ 2 0 dengan terbitnya

o m Surat Tanda
Registrasi (STR)

a .c
a n
Jumlah NSPK terkait
Konsil Tenaga u ly N/A 5 11 Rancangan
Norma, Standar,
Menghitung jumlah rancangan
NSPK terkait Konsil Tenaga

a m
Kesehatan Indonesia Prosedur, dan Kesehatan Indonesia yang

a i n Kriteria (NSPK) disusun selama 1 (satu) tahun

w . yang disusun
terkait tugas,

ww
fungsi, dan

: / / wewenang Konsil
Tenaga

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 350 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Kesehatan
2 -t
Indonesia, Konsil
0 2
masing-masing
Tenaga n - 2
h u
Kesehatan dan

- t a
Sekretariat

- 1 3
Konsil Tenaga
Kesehatan

m or Indonesia

- n o
3) Program Dukungan Manajemen
s
1.845.963 3.117.214 Badan PPSDM
Pada Badan Pengembangan Dan
n ke
Pemberdayaan Sumber Daya
e
erm
Manusia Kesehatan

5 /p
Meningkatnya
koordinasi
2 /0
pelaksanaan tugas,
0 2
pembinaan dan
pemberian dukungan / 2
manajemen
o m
Kementerian
a .c
Kesehatan
a n
u ly
a m
Nilai Reformasi 77,43 78,06 79,32 Nilai Reformasi Menggunakan hasil penilaian

a i n
Birokrasi Kementerian Birokrasi di dari Kementerian PAN dan RB

w .
Kesehatan Kementerian
Kesehatan

ww
adalah hasil

: / / penilaian dari
Kementerian PAN

ht tps dan RB terkait

jdih.kemkes.go.id
- 351 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
pelaksanaan 8
2 -t
area perubahan
0 2
pada Reformasi
Birokrasi di n - 2
h
Kementerianu
- t a
Kesehatan

- 1 3
a) Kegiatan Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Program
1.811.969 or
3.035.998
m
Sekretariat Badan PPSDM
Kesehatan

- n o
e s
Meningkatnya
n k
dukungan manajemen
dan pelaksanaan
m e
tugas teknis lainnya
/p er
Nilai Reformasi N/A 56
/0 5 58 Hasil penilaian Hasil PMPRB lingkup Badan
Birokrasi di lingkup
Badan Pengembangan 2 2 mandiri terkait
pelaksanaan 8
PPSDM Kesehatan dibagi nilai
maksimal unit eselon I dikali
dan Pemberdayaan
Sumber Daya / 2 0 area perubahan
pada Reformasi
100%

Manusia Kesehatan
o m Birokrasi di
(N/36,30) x100%

a .c lingkup Badan

a n PPSDM

u ly Kesehatan

a m
a i n
Persentase kinerja
RKAKL pada lingkup
N/A 80 82 Persentase
kinerja RKA-K/L
Menggunakan hasil penilaian
kinerja dari SMART DJA

w .
Badan Pengembangan Program Kementerian Keuangan untuk

ww
dan Pemberdayaan Pengembangan masing-masing satker
SDM Kesehatan Pemberdayaan
: / / SDM Kesehatan

ht tps yang efektif dan

jdih.kemkes.go.id
- 352 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
efisien adalah
2 -t
hasil penilaian
0 2
kinerja RKA KL
dengan n - 2
h
menggunakanu
- t a
tools aplikasi

- 1 3SMART DJA
Kementerian

m or Keuangan

- n o
Tersedianya data dan
e s
informasi tenaga
n k
kesehatan yang ter-
update secara berkala
m e
/p er
Jumlah dokumen 35 35
/0 5 35 Dokumen data Merekap dokumen data
data dan informasi
tenaga kesehatan 2 2 tenaga kesehatan
yang sudah ter-
informasi tenaga kesehatan yang
sudah ter- update secara
yang ter-update
secara berkala / 2 0 update setiap
tahun dan
berjenjang dan telah divalidasi
yang berasal dari seluruh
o m dimonitor secara provinsi

a .c berkala secara

a n berjenjang dan

u ly telah divalidasi
dari seluruh

a m provinsi melalui

a i n SI SDMK

w .
ww
b) Kegiatan Tata Kelola SDM 33.994 81.216

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 353 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
Pelatihan bagi ASN
2 -t
Kementerian
0 2
Kesehatan
terakreditasi n - 2
h u
- t a
Jumlah SDM N/A 3.100 3.280 33.994 34.078
- 3
Jumlah sertifikat
1 Menghitung jumlah sertifikat Pusat
Kementerian
Kesehatan yang o r yang diterbitkan
untuk peserta
yang diterbitkan untuk peserta
pelatihan penjenjangan
Pendidikan
dan
mendapat sertifikat
o m pelatihan terakreditasi untuk SDM Pelatihan
pada pelatihan
terakreditasi
s - n penjenjangan
terakreditasi
Kementerian Kesehatan SDMK

k e untuk SDM

e n Kementerian

erm
Kesehatan

5 /p
Peningkatan
kualifikasi pendidikan
2 /0
bagi Aparatur Sipil
0 2
Negara di
Kementerian / 2
Kesehatan
o m
a .c
a n
Jumlah SDM
Kesehatan
u ly N/A - 1.068 0 47.138 SDM Kesehatan
Kementerian
Jumlah peserta lanjutan dan
baru penerima Program Bantuan
Pusat
Peningkatan
Kementerian
a m Kesehatan yang Tugas Belajar SDMK Mutu SDMK

a i n
Kesehatan yang mengikuti tugas Kementerian Kesehatan tahun

w .
ditingkatkan
kualifikasinya
belajar sesuai
dengan
berjalan

ww
ketentuan

: / / peraturan
perundang-

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 354 -

m l
Sasaran Program Target Alokasi (juta rupiah) . h t
Program/ (Outcome)/ Sasaran Definisi
n g Unit
No
Kegiatan Kegiatan
Baseline
Operasional
t a
Cara Perhitungan Organisasi

en
2020 2021 2020 2021 Pelaksana
(Output)/Indikator
undangan per
2 -t
tahun
02
n - 2
hu
- t a
- 1 3
m or
B. Matriks Indikator Kinerja Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2022-2024
- n o
e s
Sasaran Program
n k
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
m e
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
er
5/p
2022 2023 2024 2022 2023 2024

2 /0
2 Direktorat
I Program: Kesehatan Masyarakat
/ 20 1.693.102 1.967.154 2.040.438
Jenderal
Kesehatan

.com Masyarakat

A Sasaran Program: Terwujudnya


n a Direktorat
peningkatan kesehatan masyarakat

l
melalui pendekatan promotif dany a Jenderal
Kesehatan
preventif pada setiap siklus
m
kehidupan yang didukung oleh
u Masyarakat

i n a
peningkatan tata kelola kesehatan
masyarakat
. a
1 w
Persentase kabupaten/kota 50 75 100

: / / ww
yang melaksanakan intervensi
kesehatan keluarga

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 355 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2 Persentase ibu bersalin di 91 93 95 2 2
faskes (Pf)
- 2 0
3 Persentase ibu hamil Kurang 13 11.5 10
u n
Energi Kronik
t a h
4 Persentase bayi usia kurang 50 55 60
3 -
dari 6 bulan mendapatkan
- 1
ASI eksklusif
mor
5 Persentase balita yang
dipantau pertumbuhan dan
75 85
-
100
n o
perkembangannya
es
6 Persentase kabupaten/kota 40 65 n k 90
yang menerapkan kebijakan
m e
Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas)
/p er
7 Puskesmas dengan tata kelola
/0 5 50 60 70
kesehatan masyarakat yang
22
baik
/ 20
om
1 Kegiatan: Promosi Kesehatan dan 254.319 261.946 269.804 Direktorat
Pemberdayaan Kesehatan Promosi

a .c Kesehatan dan

a n Pemberdayaan

u ly Kesehatan

am
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi
upaya edukasi dan pemberdayaan
i n
masyarakat bidang kesehatan
a
melalui UKBM
w .
1)
w w
Persentase kabupaten/kota 75 80 85

: / / dengan minimal 80%

tps
posyandu aktif *(I.A.5)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 356 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2 Kegiatan: Pembinaan Gizi dan Kesehatan 1.300.542 1.339.559 2 2
1.379.745 Direktorat Gizi
Ibu dan Anak
- 2 0 dan Kesehatan

u n Ibu dan Anak


a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi
t ah
gizi dan kesehatan ibu dan anak
3 -
1) Persentase ibu hamil yang 60 80 100
r- 1
mendapatkan pemeriksaan
kehamilan 6 kali (ANC 6x)
mo
*(I.A.2)
- n o
2) Persentase bayi yang 91 93
es 95
mendapatkan pelayanan
n k
kesehatan *(I.A.4)
m e
3) Persentase puskesmas yang
melaksanakan pembinaan ke
70

/p er 80 90

sekolah 4 kali setahun *(I.A.6)


/0 5
4) Persentase remaja putri yang 2 54 75 90
mengkonsumsi tablet tambah
darah *(I.A.3)
/ 2 02
3 Kegiatan: Pembinaan Kesehatan Usia
om 51.340 52.880 54.466 Direktorat
Produktif dan Lanjut Usia
na.c Kesehatan Usia
Produktif dan

ly a Lanjut Usia

a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya


m u 34 provinsi

usia
i n a
kesehatan usia produktif dan lanjut

. a
1)
ww
Persentase puskesmas yang
melaksanakan pelayanan
70 80 90

: / / w
kesehatan reproduksi bagi
calon pengantin *(I.A.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 357 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Persentase lansia yang 70 80 90 2 2
mendapatkan pelayanan
- 2 0
kesehatan *(I.A.1)
u n
3) Persentase puskesmas yang 50 70 90
t a h
meningkatkan aktifitas fisik
3 -
*(I.A.6)
- 1
4 Kegiatan: Pembinaan Tata Kelola
Kesehatan Masyarakat
m or 55.204 56.860 58.566 Direktorat Tata
Kelola Kesehatan

- n o Masyarakat
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi
es
tata kelola kesehatan masyarakat
n k
1) Persentase puskesmas yang 40
m e 60 90
menerapkan BLUD *(I.A.7)

/p er
2) Persentase puskesmas yang
melakukan perencanaan /0 5 70 80 90

tingkat puskesmas melalui


2 2
lokakarya mini *(I.A.7)
/ 2 0
3) Persentase puskesmas yang
o m 50 60 70
melaksanakan pemantauan
wilayah kerja *(I.A.7)
a .c
a n
5 Kegiatan: Penyehatan Lingkungan
u ly 31.697 Direktorat
Penyehatan

a m Lingkungan
a
i n
Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
a 34 provinsi
.
kualitas lingkungan
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 358 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Persentase desa/kelurahan 60 2 2
dengan Stop Buang air besar
- 2 0
Sembarangan (SBS) *(I.A.6)
u n
t a h
2) Persentase sarana air minum
yang diawasi/diperiksa
68
3 -
- 1
or
kualitas air minumnya sesuai
standar *( I.A.6)

o m
6 Kegiatan: Pembinaan Kesehatan Jiwa
s - n 52.049 53.611 Direktorat

k e Kesehatan Jiwa
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
upaya kesehatan jiwa masyarakat
34 provinsi
e n
1) Persentase penduduk usia ≥ erm 60 90
15 tahun dengan risiko
masalah kesehatan jiwa yang
/05/p
mendapatkan skrining *(I.A.1)
2 2
2) Persentase penyandang
gangguan jiwa yang / 20 60 90

memperoleh layanan di
fasyankes *(I.A.1)
.com
n a
lya
7 Kegiatan: Penguatan Kesehatan 203.860 224.246 Biro Perencanaan
Masyarakat di Provinsi dan Anggaran
a Sasaran Kegiatan: Menguatnya
m u 34 provinsi

n a
pelaksanaan program kesehatan
i
a
masyarakat di provinsi
.
ww
: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 359 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Jumlah provinsi yang 34 34 2 2
melakukan penguatan
- 2 0
kabupaten/kota dalam
u n
pelayanan kesehatan ibu,
anak dan gizi *(I.A.2)
t a h
3 -
- 1 Direktorat

or
Jenderal
Program: Pencegahan dan Pengendalian
II 2.678.191 3.169.111 3.797.332 Pencegahan dan

om
Penyakit
Pengendalian

s - n Penyakit

e
nk
A Sasaran Program: Meningkatnya Direktorat
upaya pencegahan penyakit Jenderal

m e Pencegahan dan

/p er Pengendalian
Penyakit
1 Persentase kabupaten/kota
/0 5 75 85 95
yang mencapai target
2 2
imunisasi rutin

/ 2 0
B Sasaran Program: Menurunnya
o m Direktorat
Infeksi penyakit HIV
a .c Jenderal

an Pencegahan dan
Pengendalian

u ly Penyakit
1 Persentase cakupan
a m 45 50 60

i n
penemuan dan pengobatan
a
.
kasus HIV (ODHA on ART)
w
C
/ / ww
Sasaran Program: Menurunnya
Insiden TBC
:
Direktorat
Jenderal

tps
Pencegahan dan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 360 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2 2 Pengendalian

- 2 0 Penyakit

u n
1 Cakupan penemuan dan 90 90 90
t ah
pengobatan kasus TBC
3 -
D Sasaran Program: Meningkatnya
kabupaten/ kota yang mencapai r- 1 Direktorat
Jenderal
eliminasi malaria
mo Pencegahan dan

- n o Pengendalian
Penyakit
es
1 Jumlah kabupaten/kota yang 484 495
n k 500
mencapai API < 1/1000
penduduk
m e
er
5/p
E Sasaran Program: Meningkatnya Direktorat
kabupaten/kota yang mencapai Jenderal
eliminasi kusta
2 /0 Pencegahan dan

2 Pengendalian

/ 20 Penyakit

om
1 Proporsi kasus kusta baru 89 90 90
tanpa cacat

a .c
F Sasaran Program: Meningkatnya
pencegahan dan pengendalian a n Direktorat
Jenderal
penyakit menular
u ly Pencegahan dan
Pengendalian
a m Penyakit

a i n
1
w .
Persentase pengobatan
penyakit menular pada Balita
50 70 90

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 361 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2 Persentase skrining penyakit 95 100 100 2 2
menular pada kelompok
- 2 0
berisiko
u n
3 Jumlah kabupaten/kota yang
t a h
mencapai eliminasi penyakit 166 236 316
3 -
tropis terabaikan
- 1
G Sasaran Program: Tidak
meningkatnya prevalensi obesitas
mor Direktorat
Jenderal
pada penduduk usia > 18 tahun
- n o Pencegahan dan

es Pengendalian

n k Penyakit
1 Jumlah kabupaten/kota yang 514
m e
514 514

er
melakukan deteksi dini faktor
risiko PTM
H Sasaran Program: Menurunnya 5 /p Direktorat
persentase merokok penduduk usia
2/0 Jenderal
10-18 tahun
0 2 Pencegahan dan

/ 2 Pengendalian
Penyakit

o m
a.c
1 Jumlah kabupaten/kota yang 43 63 90
melakukan pengendalian
faktor risiko
a n
ly
mu
I Sasaran Program: Meningkatnya Direktorat
jumlah kabupaten/kota sehat Jenderal

i n a Pencegahan dan

w .a Pengendalian
Penyakit

w w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 362 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1 Persentase kabupaten/kota 65 80 2 2
yang memenuhi kualitas
- 2 0
kesehatan lingkungan
u n
t a h
J Sasaran Program: Meningkatnya
3 - Direktorat
kemampuan surveilans berbasis
- 1 Jenderal

or
laboratorium Pencegahan dan
Pengendalian

o m Penyakit
1 Persentase kabupaten/kota 39 58
s - n
100
yang memiliki laboratorium
kesehatan masyarakat dengan
n ke
kemampuan surveilans e
2 Persentase fasyankes yang 60 erm 90 100
telah terintegrasi dalam
sistem informasi surveillans
/05/p
berbasis digital
2 2
K Sasaran Program: Meningkatnya
pengelolaan kedaruratan kesehatan / 20 Sekretariat
Jenderal
masyarakat
.com
1 Jumlah provinsi yang sudah
n a 34 34
memiliki Tim Penanganan
Bencana dan Kedaruratan
ly a
u
Kesehatan Masyarakat sesuai
m
standar dan rutin

i n a
melaksanakan latihan
. a
minimal 1 tahun sekali
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 363 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2 Jumlah provinsi yang sudah 34 34 2 2
memiliki tenaga cadangan
- 2 0
yang terlatih untuk
u n
penanganan bencana dan
kedaruratan kesehatan
t a h
masyarakat sesuai standar
3 -
- 1
or
1 Kegiatan: Pengelolaan Imunisasi 158.694 174.563 192.019 Direktorat
Pengelolaan

o m Imunisasi

a Sasaran Kegiatan: meningkatnya 34 provinsi


s - n
cakupan imunisasi dasar lengkap
k e
dan antigen baru
e n
1) Persentase bayi usia 0-11
bulan yang mendapat
90
erm 100 100

Imunisasi Dasar Lengkap


5 /p
(IDL) *(II.A.1)
2/0
2) Persentase imunisasi dasar
0 2 71 75 90
lengkap pada anak usia 12-23
bulan *(II.A.1) / 2
o m
3) Persentase bayi usia 0-11
a .c 90 100 100
bulan yang mendapat antigen
a n
baru *(II.A.1)
u ly
4)
a m
Persentase anak usia 12-24 90 100 100

a i n
bulan yang mendapat

w .
imunisasi lanjutan baduta
*(II.A.1)

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 364 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
5) Persentase anak yang 70 80 90 2 2
mendapatkan imunisasi
- 2 0
lanjutan lengkap di usia
u n
sekolah dasar *(II.A.1)

t a h
6) Persentase wanita usia subur 60 80 100
3 -
yang memiliki status
- 1
or
imunisasi T2+ *(II.A.1)

2 Kegiatan: Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Menular
- n om
1.563.675 1.619.296 1.840.594 Direktorat
Pencegahan dan

e s Pengendalian

n k Penyakit Menular
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi e
erm
Penemuan dan pengobatan kasus
HIV
1) Persentase orang dengan 5 /p
80 85 90
risiko terinfeksi virus yang
2/0
melemahkan sistem
0 2
kekebalan tubuh manusia
yang mendapatkan skrining / 2
HIV *(II.B.1)
o m
2) Persentase Orang dengan HIV a .c 85 90 90
(ODHIV) baru ditemukan
a n
mendapatkan pengobatan
ART *(II.B.1) u ly
a m
b
a i n
Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
penemuan dan pengobatan kasus
34 provinsi

TBC
w .
1)

: / / ww
Angka keberhasilan
pengobatan TBC *(II.C.1)
0,9 0,9 0,9

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 365 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
c Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi 2 2
jumlah kabupaten/kota dengan API
- 2 0
< 1/1000 penduduk
u n
1) Jumlah kabupaten/kota yang 374 394 414
t a h
mencapai Positivity Rate (PR) <
3 -
5% *(II.D.1)
- 1
d Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
proporsi kasus kusta baru tanpa
34 provinsi
mor
cacat
- n o
1) Persentase penderita kusta 90 90
es 90
yang menyelesaikan
n k
pengobatan kusta tepat waktu
m e
er
*(II.E.1)
e Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
Pencegahan dan pengendalian
34 provinsi
5 /p
penyakit menular
2/0
1) Persentase pengobatan kasus
0 2 50 70 95
pneumonia sesuai standar
/ 2
*(II.F.1)
o m
2) Persentase pengobatan kasus
a .c 50 70 85
diare sesuai standar *(II.F.1)
a n
3) Persentase kabupaten/kota
u
yang melaksanakan deteksi
ly 95 100 100

a m
dini Hepatitis B dan C pada
i n
populasi berisiko *(II.F.2)
a
4)
w .
Persentase pasien sifilis yang 75 85 90

ww
diobati *(II.F.2)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 366 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
5) Jumlah desa endemis 19 24 28 2 2
schitomiasis yang mencapai
- 2 0
eliminasi *(II.F.3)
u n
6) Jumlah kabupaten/kota 211 236 261
t a h
eliminasi rabies *(II.F.3)
3 -
7) Persentase kabupaten/kota 80 85 95
- 1
dengan Insiden Rate (IR) DBD
≤ 10 per 100.000 peduduk
mor
*(II.F.3)
- n o
8) Jumlah kabupaten/kota 207 220
es 236
endemis filariasis berhasil
n k
menurunkan angka
m e
er
mikrofilaria < 1% *(II.F.3)
9) Jumlah kabupaten/kota
endemis filariasis yang 5 /p
106 150 190

mencapai eliminasi *(II.F.3)


2/0
3 Kegiatan: Pencegahan dan pengendalian
0 2 108.164 141.736 172.894 Direktorat
Penyakit Tidak Menular (PTM)
/ 2 Pencegahan dan

o m Pengendalian

a .c Penyakit Tidak
Menular
a n
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
jumlah kabupaten/ kota yang
u ly 34 provinsi

melakukan deteksi dini faktor


a m
risiko PTM
a i n
1)
w .
Persentase penduduk sesuai
kelompok usia yang dilakukan
45 70 90

: / / ww
skrining PTM prioritas *(II.G.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 367 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi 2 2
jumlah kabupaten/kota yang
- 2 0
melakukan Pengendalian faktor
u n
risiko PTM

t a h
1) Jumlah kabupaten/kota yang 308 411 514
3 -
melakukan pelayanan terpadu
- 1
or
(Pandu) PTM di ≥ 80%
puskesmas *(II.H.1)

o m
2) Persentase penyandang
hipertensi yang tekanan
43 63

s - n
90

darahnya terkendali di
k e
puskesmas/FKTP *(II.H.1)
e n
3) Persentase penyandang
diabetes melitus yang gula
36
erm 58 90

darahnya terkendali di
5 /p
puskesmas/FKTP *(II.H.1)
2/0
4) Jumlah kabupaten/kota yang
0 2 424 474 514
menerapkan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) *(II.H.1) / 2
o m
a.c
5) Jumlah kabupaten/kota yang 175 275 350
melakukan pelayanan Upaya
Berhenti Merokok *(II.H.1)
a n
ly
mu
4 Kegiatan : Penyehatan Lingkungan 115.621 135.163 Direktorat
Penyehatan

i n a Lingkungan

a
w .a
Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
Kualitas lingkungan
34 provinsi

w w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 368 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Persentase desa/kelurahan 70 90 2 2
dengan Stop Buang air besar
- 2 0
Sembarangan (SBS) *(II.I.1)
u n
2) Persentase sarana air minum 72 76
t a h
yang diawasi/diperiksa
3 -
kualitas air minumnya sesuai
- 1
standar *(II.I.1)

m or
5 Kegiatan: Surveilans dan Kekarantinaan
Kesehatan
- n o 433.979 637.509 950.027 Direktorat
Surveilans

e s Kekarantinaan

n k Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: meningkatnya 34 provinsi
m e
jumlah dan kemampuan
pemeriksaan spesimen labkesmas
/p er
1) Jumlah labkesmas
/0 5 200 300 514
kabupaten/kota yang
2 2
melaksanakan pemeriksaan
spesimen penyakit menular
/ 2 0
*(II.J.1)
o m
2) Jumlah provinsi yang
a .c 15 25 34
memiliki labkesmas rujukan
spesimen penyakit berpotensi a n
KLB/wabah *(II.J.1)
u ly
3)
a m
Jumlah labkesmas dan KKP 266 376 599

i n
yang bisa mendeteksi
a
w .
peringatan dini dan merespon
emerging diseases, new

ww
emerging diseases, re-

: / / emerging diseases (alert digital

tps
systems) *(II.J.1)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 369 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi 2 2
jumlah Labkesmas, FKTP dan RS
- 2 0
yang melaporkan hasil surveilans
u n
1) Persentase labkesmas yang 60 90 100
t a h
terintegrasi dan melaporkan
3 -
hasil surveilans ke sistem
- 1
or
informasi Kemenkes *(II.J.2)

2) Persentase puskesmas dan 60 90 100


o m
klinik yang terintegrasi dan
melaporkan hasil surveilans
s - n
ke sistem informasi Kemenkes
k e
*(II.J.2)
e n
3) Persentase RS yang
terintegrasi dan melaporkan
60
erm 90 100

hasil surveilans ke sistem


5 /p
informasi Kemenkes *(II.J.2)
2/0
6 Kegiatan : Dukungan Pelayanan
0 2 164.809 171.897 177.214 Kantor Kesehatan
Kekarantinaan di Pintu Masuk Negara
dan Wilayah / 2 Pelabuhan

o m
a.c
a Sasaran kegiatan : Meningkatnya 51 KKP
Pelayanan kekarantinaan di pintu
masuk negara dan wilayah
a n
ly
mu
1) Persentase faktor risiko 93 97 100
penyakit dipintu masuk yang

n a
dikendalikan *(II.J.1)
i
7
w .a
Kegiatan : Dukungan Pelayanan
Surveilans dan Laboratorium Kesehatan
198.340 209.359 220.378 Balai Teknik
Kesehatan

w w
Masyarakat untuk Pencegahan dan Lingkungan

/ /
Pengendalian Penyakit
: Pengendalian

tps
Penyakit

ht
jdih.kemkes.go.id
- 370 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya 10 BTKLPP 2 2
pelayanan surveilans dan lab
- 2 0
kesehatan masyarakat
u n
1) Persentase rekomendasi hasil 90 95 100
t a h
surveilans faktor risiko
3 -
penyakit berbasis
- 1
or
laboratorium yang
dimanfaatkan *(II.J.1)

om
8 Kegiatan: Pembinaan Kesehatan Jiwa
s - n 50.531 Direktorat
Kesehatan Jiwa
k e
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
upaya kesehatan jiwa masyarakat
34 provinsi
e n
1) Persentase penduduk usia ≥ 30
erm
15 tahun dengan risiko
5 /p
masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining
2/0
*(II.G.1)
0 2
2) Persentase penyandang / 2 30
gangguan jiwa yang
o m
memperoleh layanan di
puskesmas *( II.G.1) a .c
a n
3) Jumlah
napza yang u ly
penyalahgunaan
mendapatkan
10.500

m
pelayanan rehabilitasi medis
a
*( II.G.1)
a i n
9
w .
Kegiatan: Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji 12.481 13.729 Pusat Kesehatan
Haji
a
: / /
Sasaran ww
Kegiatan: Terkelolanya 34 provinsi dan Arab

tps
pelayanan Kesehatan haji saudi

ht
jdih.kemkes.go.id
- 371 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Persentase jemaah haji yang 100 100 2 2
mendapatkan pemeriksaan
- 2 0
kesehatan sesuai standar
u n
*(II.J.2)

t a h
10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis Kesehatan
3 - 76.070 83.678 Pusat Krisis

- 1 Kesehatan

a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya


upaya pengelolaan krisis kesehatan
34 Provinsi dan
kabupaten/kota
m or
di provinsi dan kabupaten/kota terdampak krisis
- n o
1) Jumlah provinsi yang memiliki 34
es
34
Tim Manajemen Krisis
n k
Kesehatan dalam mendukung
m e
er
ketahanan kesehatan *(II.K.1)

2) Persentase penanganan krisis


5 /p 100 100
kesehatan yang ditanggulangi
oleh kabupaten/kota dalam 1
2/0
tahun *(II.K.1)
0 2
/ 2
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
o m
Kabupaten/kota
upaya pengelolaan krisis kesehatan
.c
yang telah memiliki
a
di kabupaten/kota
a n tim
kegawatdaruratan

u ly medis
1) Persentase
a m Tim 75 100

i n
Kegawatdaruratan
a
Medis

w .
terintegrasi dan terlatih di
kabupaten/kota dalam

ww
mendukung ketahanan

: / / kesehatan *(II.K.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 372 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
11 Kegiatan: Penguatan Pencegahan dan 185.141 2 2
203.655 Biro Perencanaan
Pengendalian Penyakit di Provinsi
- 2 0 dan Anggaran
a Sasaran Kegiatan: Menguatnya 34 provinsi
u n
pelaksanaan program pencegahan
t ah
dan pengendalian penyakit di
3 -
provinsi
r- 1
1) Jumlah
melakukan
provinsi yang
penguatan
34 34
m o
kabupaten/kota dalam
- n o
pelaksanaan deteksi dini
es
faktor risiko PTM *(II.F.2)
n k
2) Jumlah provinsi yang
m e
34 34

er
melakukan penguatan
kabupaten/kota dalam
pelaksanaan percepatan
5 /p
penemuan kasus penyakit
menular *(II.F.2)
2/0
0 2
/ 2 Ditjen Yankes,
Ditjen Farmalkes,
III Program: Pelayanan Kesehatan dan JKN
o m 54.577.454 55.481.156 56.355.900 Ditjen Nakes,

n a.c Ditjen Kesmas,


BKPK dan Setjen

A Sasaran Program: Meningkatnya


ly a Direktorat

a mu
akses pelayanan kesehatan dasar
yang berkualitas bagi masyarakat
Jenderal
Pelayanan
i n Kesehatan
1
w .a
Persentase kecamatan dengan 68 85 100
SPA
w w puskesmas
memenuhi standar
yang

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 373 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
B Sasaran Program: Meningkatnya 2 2 Direktorat
mutu pelayanan kesehatan primer
- 2 0 Jenderal

u n Pelayanan

t ah Kesehatan
1 Persentase FKTP terakreditasi 80 90 100
3 -
C Sasaran Program: Meningkatnya
r- 1 Direktorat
peran fasilitas pelayanan kesehatan
primer milik swasta dalam m o Jenderal
Pelayanan
pelayanan program prioritas bagi
- n o Kesehatan
masyarakat
es
1 Persentase puskesmas yang 20 60
n k 80
melakukan kolaborasi dengan
m e
FKTP lain dalam mendukung
pelaksanaan program prioritas
/p er
D Sasaran Program: Meningkatnya
/0 5 Direktorat
kualitas Sarana, Prasarana, dan Alat
(SPA) fasilitas pelayanan kesehatan 2 2 Jenderal
Pelayanan
rujukan
/ 2 0 Kesehatan
1 Persentase fasyankes rujukan
o m 90 95 100
milik pemerintah
memenuhi Sarana Prasarana
yang
a .c
a
dan Alat (SPA) sesuai standar n
E u
Sasaran Program : Meningkatnya ly Direktorat

a m
pelaporan audit medis 9 penyakit Jenderal

a i n
prioritas di rumah sakit Pelayanan

1 w .
Persentase RS yang 10 50 100
Kesehatan

: / / ww
melaporkan audit medis pada
9 penyakit prioritas
(kum)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 374 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
F Sasaran Program: Meningkatnya 2 2 Direktorat
akses terhadap fasilitas pelayanan
- 2 0 Jenderal
kesehatan rujukan strata 4
u n Pelayanan

t ah Kesehatan
1 Jumlah RS rujukan nasional
3 -
sesuai standar 42 42 42
r- 1
G Sasaran Program: Terselenggaranya
pelayanan strata 4 di RS Vertikal
m o Direktorat
Jenderal
secara optimal
- n o Pelayanan

es Kesehatan
1 Persentase RS Vertikal BLU 7 7
n k 7
yang masuk strata 4
m e
er
5/p
H Sasaran Program: Terselenggaranya Direktorat
layanan 9 penyakit prioritas di Jenderal
rumah sakit pendidikan
2 /0 Pelayanan

2 Kesehatan

1 Jumlah rumah sakit


/ 20 34 70 135

om
penyelenggara pendidikan (kum)
yang mempunyai kompetensi
rujukan 9 layanan prioritas
a .c
I Sasaran Program: Meningkatnya a n Direktorat

u l
mutu pelayanan kesehatan rujukany Jenderal
Pelayanan
a m Kesehatan

a i n
1
w .
Persentase fasyankes rujukan
yang memenuhi standar mutu
60 75 90 (kum)

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 375 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
J Sasaran Program: Menurunnya 2 2 Direktorat
jumlah pasien WNI yang berobat ke
- 2 0 Jenderal
luar negeri
u n Pelayanan

t ah Kesehatan
1 Persentase pasien WNI di 5 20 10 2
3 -
provinsi (Riau, Sumatera
Utara, Aceh, Kepulauan Riau
r- 1
dan Kalimantan Barat) yang
mo
berobat ke luar negeri

- n o
K Sasaran Program: Terselenggaranya
s Direktorat
pelayanan Center of Excellence di RS
Vertikal secara optimal n ke Jenderal
Pelayanan
e Kesehatan
1 Jumlah RS Vertikal yang 12 erm 24 34 (kum)
memiliki layanan unggulan
internasional
/05/p
L Sasaran Program: Tersedianya Hubs
2 2 Direktorat
untuk mendukung
kesehatan terintegrasi
pelayanan
/ 20 Jenderal
Pelayanan

.com Kesehatan
1 Persentase Pengembangan
n a 20 75 100
Hubs Biomedical
a
Genome-
based Science Initiative
ly
m u
M
i n a
Sasaran Program: Meningkatnya
ketersediaan obat dan penggunaan
Direktorat
Jenderal
obat .
esensial a di pelayanan Kefarmasian dan
kesehatan w Alkes

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 376 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1 Persentase puskesmas dengan 92 94 96 2 2
ketersediaan obat esensial
- 2 0
u n
2 Persentase rumah sakit 85 88 92
t a h
dengan penggunaan obat
esensial untuk penanganan 9 3 -
penyakit prioritas - 1
N Sasaran Program: Meningkatnya mor Direktorat
produksi dan penggunaan bahan
- n o Jenderal
baku obat, alat kesehatan, alat
es Kefarmasian dan
diagnostik, vaksin dalam negeri
n k Alkes
1 Jumlah 10 terbesar bahan 10
m e
14 20

er
baku obat yang diproduksi
dalam negeri

5 /p
2 Jumlah 10 terbesar obat yang
menggunakan bahan baku
2/0 10 14 20

obat yang diproduksi dalam


0 2
negeri
/ 2
3 Jumlah alat kesehatan dan
o m 5 11 17
alat diagnostik 10 terbesar
yang diproduksi dalam negeri a .c
a n
4 Jumlah alat kesehatan dan
u ly
alat diagnostik yang memiliki
862 1293 2155

m
sertifikat TKDN di atas 50%
a
5
a i n
Jumlah vaksin program yang 8 12 17
.
diproduksi dalam negeri
w
ww
6 Jumlah vaksin yang memiliki 12 17 23

: / /TKDN di atas 70%

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 377 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
7 Jumlah vaksin produksi dalam 15 16 18 2 2
negeri yang mendapat PQ
- 2 0
WHO
u n
8 Jumlah pemanfaatan hasil 0 3 3
t a h
bioteknologi kesehatan untuk
3 -
preventif dan kuratif
- 1
O Sasaran Program: Meningkatnya
mutu alat kesehatan di peredaran
m or Direktorat
Jenderal

- n o Kefarmasian dan

es Alkes
1 Persentase alat kesehatan 93 94
n k 95
yang memenuhi syarat
m e
er
5/p
P Sasaran Program: Terpenuhinya Badan Kebijakan
pembiayaan kesehatan pada Pembangunan
kegiatan promotif dan preventif
2 /0 Kesehatan
dalam mencapai UHC
2
1 Persentase penduduk berisiko
/ 20 30 60 100

om
yang mendapatkan layanan
skrining kesehatan

a .c
2 Persentase kabupaten/kota
yang memenuhi pembiayaan a n 25 50 75

ly
kegiatan promotif preventif
pada SPM u
a m
3 Persentase
a i n
kabupaten/kota 25 50 100
yang
w . melaksanakan
Kerjasama Pemerintah Swasta

ww
(KPS) bidang kesehatan

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 378 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
Q Sasaran Program: Meningkatnya 2 2 Direktorat
pemenuhan SDMK sesuai standar
- 2 0 Jenderal Tenaga

u n Kesehatan
1 Persentase puskesmas dengan 100 100 100
t ah
dokter
3 -
2 Persentase puskesmas dengan 65 71 83
r- 1
9 jenis tenaga kesehatan
sesuai standar
m o
3 Persentase RSUD 80 85 90
- n o
kabupaten/kota yang memiliki
es
4 dokter spesialis dasar dan 3
n k
dokter spesialis lainnya
m e
4 Persentase
Uji
Penyelenggaraan
Kompetensi Jabatan
25

/p er 60 100

Fungsional Kesehatan yang


terakreditasi /0 5
2 2
1 Kegiatan: Pembinaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan / 2 0 1.347.868 1.348.953 1.350.388 Direktorat
Fasilitas

o m Pelayanan

a .c Kesehatan

a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya n 34 provinsi


kualitas
kesehatan
fasilitas pelayanan
u lya
1) a m
Pembangunan puskesmas di 60 116 171
i n
setiap kecamatan *(III.A.1)
a (kum)
2)
w
Jumlah . kecamatan yang 4930 6130 7230

w w
memiliki puskesmas sesuai (kum)

: / / standar *(III.A.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 379 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya RS dan Labkes Milik 2 2
fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah
- 2 0
rujukan yang memenuhi standar
u n
1) Jumlah provinsi yang Sarana, 10 22 34 (kum)
t a h
Prasarana, dan Alkes (SPA) di
3 -
Rumah Sakit wilayahnya
- 1
or
memenuhi standar untuk
melakukan pelayanan 9
penyakit prioritas *(III.D.1)
o m
2) Jumlah RS UPT Vertikal yang 2 3
s -4n
dibangun
dikembangkan
baru dan
untuk n ke
mendukung pelayanan 9 e
penyakit prioritas *(III.D.1)

/p erm
3) Persentase fasyankes rujukan
yang melakukan pengujian
/0 540 60 100

dan kalibrasi alat kesehatan


2 2
*(III.D.1)
/ 2 0
c Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
m
RS Vertikal
o
penggunaan alat
produksi dalam negeri
kesehatan

a .c
a n
1) Persentase penggunaan alat

u
kesehatan dalam negeri di 34ly 35 55 75

RS vertikal *(III.N4)
a m
2 Kegiatan: Pembinaan
a i
Mutun Pelayanan 8.920 10.258 11.797 Direktorat Mutu
Kesehatan
w . Pelayanan
Kesehatan

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 380 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi 2 2
akses terhadap fasilitas pelayanan
- 2 0
kesehatan primer yang berkualitas
u n
1) Persentase puskesmas 53 68 100
t a h
terakreditasi *(III.B.1)
3 -
2) Persentase klinik pratama 5 50 100
- 1
terakreditasi *(III.B.1)
m or
3) Persentase Tempat Praktik 30 60 100
- n o
Mandiri Dokter/Drg (TMPD)
es
yang melakukan pengukuran
n k
INM (Indikator Nasional Mutu)
pelayanan kesehatan *(III.B.1)
m e
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya RS, Labkes, UTD
/p er
distribusi Fasyankes rujukan yang
bermutu
Milik Pemerintah
dan Swasta
/0 5
1) Persentase RS yang 2 2 90 95 100
terakreditasi *(III.I.1)
/ 2 0 (kum)
2) Persentase laboratorium
o m 70 85 100
kesehatan yang terakreditasi
*(III.I.1) a .c
a n
3) Persentase UTD
terakreditasi *(III.I.1) u ly
yang 0 30 100

4) a m
Persentase fasyankes rujukan 60 80 100

a i n
yang mencapai target Indikator (kum)

w .
Nasional Mutu (INM)
pelayanan kesehatan *(III.I.1)

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 381 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
5) Persentase fasyankes rujukan 60 80 100 2 2
yang melaporkan Insiden (kum)
- 2 0
Keselamatan Pasien (IKP) di
u n
fasyankes rujukan *(III.I.1)

t a h
3 Kegiatan: Pembinaan Tata Kelola
3 - Direktorat Tata
Pelayanan Kesehatan
- 1
30.115 31.892 33.721 Kelola Pelayanan

or
Kesehatan

a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya RS BLU milik Ditjen


om
Tata Kelola Badan Layanan Umum
Rumah Sakit
Yankes

s - n
1) Persentase RS BLU yang 50 75 k e
100
kinerja pelayanan dan e n
keuangannya baik *(III.G.1)
erm
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
jumlah RS pendidikan yang bekerja
Rumah sakit
pemerintah dan 5 /p
sama dengan FK/FKG rumah sakit daerah
2/0
1) Jumlah RS Pendidikan yang
0 2 40 82 140
berjejaring dalam program
/ 2
Academic Health System (AHS)
o m
*(III.H.1)
a .c
c Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
n RS pemerintah,
akses terhadap Rumah Sakit dengan
layanan unggulan internasional
u lya RSUD
provinsi/Kabupaten/

a m kota, RS Swasta, RS

a i n TNI/Polri
1) Jumlah
w .
mengembangkan
RS yang
program
150 250 300
(kum)
w
kerja sama dengan Luar Negeri
w
: / / (LN) *(III.K.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 382 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
d Sasaran Kegiatan: Tersedianya Pusat dan daerah 2 2
sistem dan data pelayanan
- 2 0
Kesehatan terintegrasi
u n
1) Jumlah hWGS yang dapat 2.000 6.000 6.000
t a h
dihasilkan sebagai peta
3 -
genome *(III.L.1)
- 1
4 Kegiatan: Pembinaan
Kesehatan Primer
Pelayanan
m or25.165 28.200 31.000 Direktorat
Pelayanan

- n o Kesehatan Primer
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi es
kolaborasi Puskesmas dan
n k
Fasyankes Primer lainnya dalam
m e
pemberian pelayanan

1) Persentase kabupaten/kota /p
25
er 50 100
yang melaksanakan
/0 5
redistribusi kepesertaan dari
puskesmas ke FKTP swasta 2 2
*(III.C.1)
/ 2 0
5 Kegiatan: Pembinaan Pelayanan
o m 62.000 62.300 62.620 Direktorat
Kesehatan Rujukan
a .c Pelayanan

a n Kesehatan
Rujukan
a Sasaran Kegiatan: u
Meningkatnya ly 34 provinsi
m
kepatuhan pelaporan audit medik
a
i n
pada 9 layanan penyakit prioritas di
a
.
rumah sakit yang diampu
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 383 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Presentase rumah sakit yang 10 50 100 2 2
diampu dalam jejaring
- 2 0
pengampuan yang melaporkan
u n
audit medis pada 9 layanan
prioritas setiap tahun *(III.E.1)
t a h
3 -
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya RS Vertikal
- 1
or
pelaporan audit medik di rumah
sakit vertikal

o m
1) Presentase rumah sakit
vertikal yang melaporkan audit
40 80 100

s - n
medis pada 9 layanan prioritas
k e
setiap 6 bulan *(III.E.1)
e n
c Sasaran Kegiatan: Meningkatnya RS pemerintah, RS
erm
ketersediaan fasyankes rujukan
dengan pelayanan strata 3
daerah, RS Swasta,
RS TNI/Polri (n=406
5 /p
RS)
2/0
1) Persentase fasyankes rujukan
0 2 40 80 100
di seluruh provinsi yang
ditingkatkan dari RS strata / 2 (kum)

madya ke strata utama


o m
*(III.F.1)
a .c
d Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
a n RS pemerintah/
jumlah RS utama yang naik
kompetensinya menjadi paripurna u ly vertikal, RSUD
provinsi/Kabupaten/
a m Kota, RS TNI/Polri

a i n (n=106 RS)
1)
w .
Jumlah RS yang dengan 10 40 60 (kum)

ww
kompetensi strata 4 pada 9

: / / penyakit prioritas *(III.H.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 384 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
e Sasaran Kegiatan: Terselenggaranya Rumah sakit diampu 2 2
layanan 9 penyakit prioritas pada RS yang berada di 34
- 2 0
yang diampu provinsi (n:908 RS)
u n
1) Jumlah provinsi yang memiliki 15 25 34 (kum)
t a h
RS yang diampu dalam
3 -
penyelenggaraan pelayanan 9
- 1
or
penyakit prioritas nasional
(Jantung, Kanker, DM-ginjal-
hati, Stroke/Otak, KIA, TB,
o m
Penyakit Infeksi) *(III.H.1)
s - n
f Sasaran Kegiatan: Menurunnya Riau, Kepri,
k e
jumlah pasien WNI yang berobat ke
Malaysia dan Singapore
Sumatera Utara,
Aceh, Kalimantan e n
Barat
erm
1) Persentase penurunan pasien
5-/p 10 20 (kum)
WNI yang dirawat ke Malaysia
dan Singapore *(III.J.1) 2/0
0 2
g Sasaran Kegiatan: Pengembangan
Hubs Biomedical Genome-based
2
Pusat dan daerah
/
Science Initiative
o m
1) Persentase Hubs BGSI yang a .c 75 100 100
melakukan
a
kegiatan n
pengembangan
ly
layanan
u
berbasis genomic *(III.L.1)
a m
6 Kegiatan: Penanggulangan
a i n 31.892 33.721 Direktorat
Penyalahgunaan Napza
a w .
Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 provinsi
Kesehatan Jiwa

upaya
/ / ww penanggulangan
penyalahgunaan napza
:
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 385 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Jumlah penyalahgunaan 11.000 11.500 2 2
napza yang mendapatkan
- 2 0
pelayanan rehabilitasi medis
u n
*(III.I.1)

t a h
7 Kegiatan: Peningkatan Pengelolaan dan 13.879.651
3 - 4.015.438 4.155.979 Direktorat
Pelayanan Kefarmasian
- 1 Pengelolaan dan

or
Pelayanan
Kefarmasian

om
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
puskesmas yang melaksanakan
34 provinsi

s - n
pelayanan kefarmasian dalam
k e
penguatan layanan primer
e n
1) Persentase puskesmas yang
melaksanakan pelayanan
60
erm70 90

kefarmasian sesuai standar


5 /p
*(III.M.1)
2/0
b Sasaran Kegiatan: Meningkatnya RS 34 provinsi
0 2
yang melaksanakan
kefarmasian dalam
pelayanan
penguatan / 2
layanan rujukan
o m
1) Persentase rumah sakit
a .c 80 85 90
dengan penggunaan obat
a n
penyakit prioritas u ly
esensial untuk penanganan 9
sesuai
FORNAS *(III.M.2)
a m
c
a i n
Sasaran Kegiatan: Implementasi

w .
farmakogenomika dalam

ww
penyusunan daftar obat pelayanan
kesehatan JKN
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 386 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Jumlah keputusan pemilihan 2 4 2 2
obat dalam FORNAS yang
- 2 0
dilakukan berbasis
u n
farmakogenomika *(III.N.8)

t a h
8 Kegiatan: Peningkatan Ketahanan 82.132
3 - 85.007 87.982 Direktorat
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
- 1 Ketahanan

or
Kefarmasian dan
Alat Kesehatan

om
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
produksi bahan baku obat kimia,
Pusat

s - n
bahan baku obat produk biologi dan
k e
bahan baku produk fitofarmaka
dalam negeri e n
1) Jumlah bahan baku obat 6 erm 8 10
kimia terbesar by value yang
dikembangkan dan diproduksi
/05/p
dalam negeri *(III.N.1)
2 2
2) Jumlah bahan baku obat
produk biologi terbesar yang / 20 4 6 10

dikembangkan dan diproduksi


di dalam negeri *(III.N.1)
.com
n a
lya
3) Jumlah bahan baku obat 11 22 27
fitofarmaka terbesar yang
u
dikembangkan dan diproduksi
m
i n a
di dalam negeri *(III.N.1)
b
a
Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
. Pusat

ww
alat kesehatan dan alat diagnostik
hasil inovasi atau joint venture

: / / w
produksi dalam negeri

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 387 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Jumlah 10 terbesar alat 5 11 17 2 2
kesehatan dan alat diagnostik
- 2 0
yang diproduksi di dalam
u n
negeri *(III.N.3)

t a h
c Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Pusat
3 -
alat kesehatan dalam negeri di
- 1
or
peredaran dan penggunaannya di
pelayanan kesehatan

om
1) Persentase jumlah produk
alkes pada e-katalog yang
10 15 25

s - n
telah memiliki sertifikat TKDN
k e
di atas 50% *(III.N4)
e n
d Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
vaksin program dan platform vaksin
Pusat
erm
baru yang diproduksi dalam negeri
5 /p
1) Jumlah 14 antigen vaksin /0 7 10 14
program yang dikembangkan
22
dan diproduksi dalam negeri
*(III.N.5) / 20
om
a.c
2) Jumlah platform vaksin baru 1 2 3
yang dikembangkan dan
diproduksi dalam negeri
a n
*(III.N.5)
u ly
e Sasaran Kegiatan:
m
Meningkatnya
a Pusat

a i n
penggunaan bahan baku vaksin
produksi dalam negeri pada vaksin
program
w .
1)
w w
Jumlah vaksin program 11 14 18

: / / dengan TKDN di atas 70%

tps
*(III.N.6)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 388 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
f Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Pusat 2 2
vaksin program produksi dalam
- 2 0
negeri yang mendapat pengakuan
u n
dunia internasional

t a h
1) Jumlah vaksin program yang 15 16 18
3 -
mendapat PQ WHO *(III.N.7)
- 1
g Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
pemanfaatan Biomedical Genome-
Pusat dan daerah
m or
based Science Initiative dalam
- n o
pengembangan produk diagnostik,
es
terapeutik, dan vaksin
n k
1) Jumlah diagnostik, terapeutik,
m
2e 5

er
dan vaksin yang
pengembangannya difasilitasi
dalam Biomedical Genome-
5 /p
based
*(III.N.8)
Science Initiative
2/0
0 2
9 Kegiatan: Peningkatan
Distribusi Kefarmasian
Produksi dan
/ 2 31.198 32.290 33.420 Direktorat
Produksi dan
o m Distribusi

a .c Kefarmasian

n
lya
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Pusat
penggunaan bahan baku obat
u
produksi dalam negeri pada produk
m
obat dan fitofarmaka
i n a
1)
a
Jumlah 10 item obat terbesar
. 10 14 20

ww
di FORNAS yang melebihi
TKDN di atas 50% *(III.N.2)

: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 389 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Jumlah 10 fitofarmaka 6 9 10 2 2
terbesar di Formularium
- 2 0
Fitofarmaka yang memiliki
u n
TKDN di atas 50% *(III.N.2)

t a h
3) Persentase kepatuhan sarana 70 75 90
3 -
produksi kefarmasian dalam
- 1
or
memproduksi obat JKN sesuai
RKO *(III.N.2)

om
4) Persentase fasilitas pelayanan
kesehatan yang menggunakan
50 80 100

s - n
obat dengan TKDN di atas 50%
k e
*(III.N.2)
e n
10 Kegiatan: Peningkatan Produksi
Distribusi Alat Kesehatan dan PKRT
dan
erm 36.104 37.368 38.676 Direktorat
Produksi dan

5 /p Distribusi Alat

2/0 Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Pusat
0 2
pengawasan pre market alat
kesehatan dan PKRT sesuai Good / 2
Review Practice
o m
1) Persentase penilaian izin edar
a .c 94 96 98
Alat Kesehatan
a
(Alkes), n
diagnostik invitro
u
Perbekalan Kesehatan Rumah
lydan

a m
Tangga (PKRT) sesuai janji

i n
layanan *(III.O.1)
a
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 390 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Persentase kesesuaian 86 88 90 2 2
permohonan perizinan pre
- 2 0
market Alat Kesehatan (Alkes),
u n
diagnostik invitro
Perbekalan Kesehatan Rumah
dan

t a h
Tangga (PKRT) terhadap
3 -
persyaratan yang ditetapkan
- 1
*(III.O.1)

m or
11 Kegiatan: Peningkatan Pengawasan Alat
Kesehatan dan PKRT
- n o 32.004 33.124 34.284 Direktorat
Pengawasan Alat
es Kesehatan

n k
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
pengawasan sarana dan produk alat
34 Provinsi

m e
kesehatan dan PKRT
/p er
1) Persentase alat kesehatan
kelas C dan D yang diawasi
/0 550 70 90

*(III.O.1)
2 2
2) Persentase sarana produksi
/ 2 0 30 60 90
alat kesehatan yang
tersertifikasi CPAKB *(III.O.1) o m
3) Persentase sarana distribusi a .c 30 60 90
alat kesehatan a
yang n
ly
tersertifikasi CDAKB *(III.O.1)
u
12
a m
Kegiatan: Penguatan Pelayanan Kesehatan 34 provinsi 40.925 45.018 Biro Perencanaan
di Provinsi
a i n dan Anggaran
a Sasaran .
Kegiatan:
w Menguatnya
pelaksanaan program pelayanan

: / / ww
kesehatan di provinsi

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 391 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Jumlah provinsi yang 34 34 2 2
melakukan penguatan
- 2 0
kabupaten/kota dalam
u n
pelayanan kesehatan
(termasuk penyediaan BMHP,
t a h
SDM) *(III.B.1)
3 -
- 1
or
13 Kegiatan Pelaksanaan Teknis Pembiayaan 24.892 26.136 27.443 Pusat Kebijakan
dan Jaminan Kesehatan Pembiayaan dan

om Desentralisasi

s - n Kesehatan

a Sasaran Kegiatan : Terlaksananya Pusat dan daerah


k e
penyiapan implementasi
pembiayaan dan jaminan kesehatan e n
1) Persentase peserta JKN yang 30 erm 60 100
berisiko yang mendapatkan
layanan skrining kesehatan
/05/p
*(III.P.1)
2 2
2) Persentase belanja kesehatan
promotif preventif dalam JKN / 20 10 12 15

*(III.P.1)
.com
3) Persentase provinsi dan
n a 50 75 100
kabupaten/kota
menghasilkan
ly a
yang
rekomendasi
dari hasil u
perhitungan
m
District
i
Healtha
Provincial Health Account/
n Account
. a
(PHA/DHA) *(III.P.2)
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 392 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
4) Persentase kabupaten/kota 50 75 100 2 2
yang memberikan insentif
- 2 0
pelaksanaan Upaya
u n
Kesehatan Masyarakat (UKM)
bersumber APBD murni
t a h
*(III.P.2)
3 -
- 1
5) Persentase asuransi kesehatan
swasta yang bekerjasama
50 75 100

m or
dengan
*(III.P.3)
BPJS Kesehatan

- n o
es
6) Persentase kabupaten/kota
yang melakukan kemitraan
50 75
n k 100

pembiayaan pemerintah dan


m e
swasta dalam penanganan 9
penyakit prioritas *(III.P.3)
/p er
7) Persentase kabupaten/kota
/0 550 75 100
yang melakukan kemitraan
2 2
pembiayaan pemerintah dan
swasta dalam upaya skrining
/ 2 0
14 penyakit *(III.P.3)
o m
14 Kegiatan: Pembiayaan JKN/KIS
a .c 52.800.000 53.472.000 54.192.000 Biro Keuangan

a n dan BMN
a Sasaran Kegiatan:
pembiayaan JKN/KIS
ly
Menguatnya
u 34 Provinsi

a m
1) Jumlah
a i n
penduduk
menjadi peserta PBI melalui
yang 110 111,4 112,9

w .
JKN/KIS (juta jiwa) *(III.P.1)

15

: / / ww
Kegiatan: Pengembangan Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan
28.803 Biro Keuangan
dan BMN

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 393 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
a Sasaran Kegiatan: Menguatnya Pusat dan daerah 2 2
pengembangan pembiayaan jaminan
- 2 0
kesehatan
u n
1) Jumlah advokasi dan 17 kali
t a h
sosialisasi pembiayaan
3 -
kesehatan *(III.P.1)
- 1
16 Kegiatan: Dukungan
Jaminan Kesehatan
Pelaksanaan
m or 11.934 12.530 Biro Keuangan
dan BMN
a Sasaran Kegiatan: Menguatnya Pusat
- n o
dukungan pelaksanaan jaminan
es
kesehatan
n k
1) Jumlah dokumen dukungan
m e
12 12
pembayaranjaminan
kesehatan *(III.P.1)
/p er
dokume
n
dokume
n
17 Kegiatan Jaminan Persalinan
/0 5 72.000 Direktorat Gizi

2 2 dan KIA
a Sasaran Kegiatan: Menguatnya
pembiayaan Jaminan Persalinan
2 0
34 Provinsi
/
o m
a.c
1) Jumlah ibu hamil yang 24.000
menerima jaminan persalinan
*(III.P.1)
a n
ly
mu
18 Kegiatan: Pendayagunaan Tenaga 128.456 177.787 213.492 Direktorat
Kesehatan Pendayagunaan

i n a Tenaga Kesehatan
a
w .a
Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
pendayagunaan tenaga kesehatan
Puskesmas, RS Milik
Pemerintah/

w w Pemerintah Daerah,

: / / TNI/Polri, BUMN

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 394 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Persentase puskesmas yang 100 100 100 2 2
sudah memiliki minimal satu
- 2 0
dokter *(III.Q.1)
u n
2) Persentase puskesmas yang 40 50 60
t a h
sudah dilengkapi sarana
3 -
pelayanan gigi memiliki
- 1
minimal satu dokter gigi
*(III.Q.1)
m or
3) Persentase puskesmas dengan 60 80 90
- n o
SDM Kesehatan sesuai
es
standar *(III.Q.2)
n k
4) Persentase dokter spesialis 100
m e
100 100
Lulusan Luar Negeri (LLN)
yang kompeten mengikuti
/p er
program adaptasi *(III.Q.3)
/0 5
5) Jumlah lulusan dokter
2 500 600 700
spesialis yang didayagunakan
*(III.Q.3)
/ 2 02
19 Kegiatan: Perencanaan Tenaga Kesehatan
om 23.182 27.334 30.067 Direktorat

n a.c Perencanaan
Tanaga Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
ly a Kabupaten/kota dan
perencanaan tenaga kesehatan

a mu provinsi seluruh
Indonesia

i n
1) Persentase

w .a
kabupaten/kota
provinsi dan
yang
100 100 100

w
menyusun rencana kebutuhan
w
tenaga kesehatan yang
: / / berkualitas *(III.Q.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 395 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
20 Kegiatan: Registrasi, Standardisasi, 43.201 57.839 2 2
61.129 Set KKI
Pembinaan, dan Pengawasan dokter /
- 2 0
dokter gigi
u n
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Pusat dan daerah
t ah
registrasi, standardisasi, pembinaan
3 -
dan pengawasan dokter dan dokter
gigi
r- 1
1) Persentase STR dokter dan 95 100 100
m o
dokter gigi yang diterbitkan
- n o
sesuai janji layanan *(III.Q.2)
es
21 Kegiatan: Registrasi, Standardisasi,
n k 58.168 93.759 103.135 Set KTKI
Pembinaan, dan Pengawasan Keprofesian
m e
er
tenaga Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
registrasi, standardisasi, pembinaan
Pusat dan daerah
5 /p
dan pengawasan keprofesian tenaga
2/0
kesehatan
0 2
1) Persentase STR tenaga
/ 2 95 100 100
kesehatan yang diterbitkan
o m
tepat waktu sesuai janji
layanan *(III.Q.2)
a .c
a n
22 Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
perlindungan Tenaga Kesehatan
u ly 61.615 61.615 61.615 Direktorat
Pembinaan

a m Pengawasan

a i n Tenaga Kesehatan

a
pembinaan, w .
Sasaran Kegiatan: Terlaksananya
pengawasan dan
Pusat dan daerah

: / / ww
perlindungan tenaga kesehatan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 396 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Persentase Penyelenggaraan 25 60 100 2 2
Uji Kompetensi Jabatan
- 2 0
Fungsional Kesehatan sesuai
u n
standar
*(III.Q.4)
t a h
3 -
- 1 Direktorat

or
IV Program: Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2.908.336 3.379.176 3.185.110 Jenderal Tenaga
Kesehatan

om
A Sasaran Program : Meningkatnya
ketersediaan SDMK sesuai standar
s - n Direktorat
Jenderal Tenaga

k e Kesehatan
1 Jumlah SDMK yang 18.600 e
28.000 n 37.600
ditingkatkan kompetensinya
untuk mendukung sistem erm
ketahanan kesehatan
5 /p
2 Jumlah SDMK yang /0
20.000 25.000 30.000
ditingkatkan kompetensinya
22
sesuai dengan 9 penyakit
prioritas / 20
om
a.c
1 Kegiatan: Penyediaan dan Peningkatan 352.204 466.426 528777 Direktorat
Kualifikasi Tenaga Kesehatan Penyediaan

a n Tenaga Kesehatan
ly
mu
a Sasaran Kegiatan: Terlaksananya Pusat dan Daerah
penyediaan dan peningkatan (34 Provinsi),

n a
kualifikasi tenaga kesehatan
i Utamanya DTPK,

w .a DBK dan daerah


yang

w w direkomendasikan,
Poltekkes

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 397 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Jumlah calon dokter dari 500 800 900 2 2
daerah prioritas yang
- 2 0
menerima beasiswa
u n
pendidikan *(IV.A.2)

t a h
2) Persentase daerah prioritas 50 80 100
3 -
yang memperoleh program
- 1
or
beasiswa pendidikan dokter
*(IV.A.2)

om
3) Jumlah tenaga kesehatan di
daerah prioritas yang
1.314 1.500 1.500

s - n
menerima beasiswa
k e
pendidikan *(IV.A.2)
e n
4) Persentase daerah prioritas
yang memperoleh program
70
erm80 90

beasiswa pendidikan SDM


5 /p
Kesehatan *(IV.A.2)
2/0
5) Jumlah SDM Kesehatan yang
0 2 1.400 1.760 1.660
ditingkatkan kompetensinya
melalui beasiswa jalur / 2
pendidikan *(IV.A.2)
o m
6) Persentase dokter spesialis
a .c 100 100 100
penerima beasiswa yang
a n
ly
ditempatkan sesuai perjanjian
penempatan *(IV.A.2) u
a m
7)
a i n
Jumlah Perguruan Tinggi yang 30 50 70

w .
melaksanakan program AHS
*(IV.A.2)
2 Kegiatan:

: / / ww
Pembinaan dan Pengelolaan
Pendidikan Tinggi
2.022.558 2.224.813 2.447.294 Direktorat
Penyediaan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 398 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2 2 Tenaga Kesehatan

- 2 0 (Poltekes)

u n
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Pusat dan 38
t ah
pembinaan dan
pendidikan tinggi
pengelolaan
di Poltekkes
Poltekkes Kemenkes
3 -
Kemkes
r- 1
1) Persentase lulusan Poltekkes 40 45 50
m o
Kemenkes yang diterima
sebagai tenaga kesehatan di
- n o
puskesmas *(IV.A.2)
es
n k
3 Kegiatan: Pelaksanaan Internsip Tenaga
m e 533.574 630.485 674.619 Direktorat
Kesehatan

/p er Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: Terlaksananya 34 Provinsi
/0 5
internsip tenaga kesehatan
2 2
1) Persentase dokter internsip
yang kompeten dalam / 2 0 98 98 98

melaksanakan program
o m
prioritas
Kesehatan di
Kementerian
Fasyankes a .c
*(IV.A.2)
a n
4 Kegiatan: Peningkatan Mutu
u ly
Tenaga 384.643 520.288 658.027 Direktorat
Kesehatan
a m Peningkatan Mutu

a i n Tenaga Kesehatan
a
w .
Sasaran Kegiatan: Terlaksananya
peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pusat, UPT, dan
Institusi

: / / ww Penyelenggara

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 399 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
Pelatihan di 34 2 2
provinsi
- 2 0
u n
1) Jumlah tenaga kesehatan di 16.000 24.000 32000
t a h
Puskesmas
surveilans
yang terlatih
epidemiologi
(kum)
3 -
*(IV.A.1) - 1
2) Jumlah tenaga kesehatan di 600 1.000 1600
m or
dinkes Kabupaten kota yang
terlatih surveilans
(kum)
- n o
epidemiologi *(IV.A.1)
es
n k
3) Jumlah tenaga laboratorium di
Labkesmas yang terlatih
2.000

m e
3.000 4000
(kum)
surveilans
*(IV.A.1)
epidemiologi
/p er
4) Jumlah SDMK yang
/0 5
20.000 25.000 30.000
ditingkatkan kompetensinya
22
sesuai dengan 9 penyakit
prioritas *(IV.A.2) / 20
5) Persentase institusi om 35 50 90
penyelenggara
bidang kesehatan
pelatihan
yang n a.c
terakreditasi *(IV.A.2)
ly a
5 Kegiatan: Peningkatan Kualitas
m u SDM 57.452 63.197 Biro Perencanaan
Kesehatan di Provinsi
i n a dan Anggaran
a Sasaran
.
Kegiatan: aMenguatnya 34 Provinsi

ww
pelaksanaan program peningkatan
kualitas SDM kesehatan di provinsi

: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 400 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Jumlah provinsi yang 34 34 2 2
melakukan peningkatan
- 2 0
kualitas SDM kabupaten/kota
u n
melalui pelatihan *(IV.A.2)

t a h
Program Kebijakan Pembangunan
3 - Badan Kebijakan
V
Kesehatan
- 1
97.511 102.386 88.405 Pembangunan

or
Kesehatan

A Sasaran Program : Meningkatnya


kebijakan kesehatan berbasis bukti
- n om Badan Kebijakan
Pembangunan

e s Kesehatan
1 Persentase kebijakan teknis 100 100
n k 100
dalam penguatan berbagai e
erm
skema pembiayaan kesehatan
yang efektif dan efisien
2 Jumlah pedoman dalam 51/p
menyusun kebijakan
2/0
3 Persentase kebijakan
0 2 20 40 100
Kementerian Kesehatan
/ 2
berbasis kajian dan bukti
o m
4 Terbangunnya tatakelola
a .c 1 1 1
kerjasama internasional yang
a n
1 Kegiatan
efektif

Penguatan Tata u
Kelola
ly 43.324 45.490 47.765 Sekretariat Badan
Pelaksanaan Transformasi Kesehatan
i n am Kebijakan
Pembangunan
. a Kesehatan
a
ww
Sasaran kegiatan Meningkatnya Pusat
tata
: / / wkelola
transformasi kesehatan
pelaksanaan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 401 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Persentase implementasi 10 90 100 2 2
penyusunan kebijakan yang
- 2 0
sesuai dengan
u n
regulasi/pedoman *(V.A.2)

t a h
2 Kegiatan Perumusan Kebijakan Upaya 132830
3 - 138422 145343 Pusat Kebijakan
Kesehatan
- 1 Upaya Kesehatan

a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya


kebijakan upaya kesehatan berbasis
Pusat dan daerah
m or
bukti
- n o
1) Persentase keputusan atau 50 75
es
100
peraturan di atas peraturan
n k
Menteri yang disusun berbasis
m e
er
kajian dan bukti *(V.A.3)
2) Persentase keputusan atau
peraturan Menteri yang 5 /p
50 75 100

disusun berbasis kajian dan


2/0
bukti *(V.A.3)
0 2
3) Persentase keputusan atau
/ 2 50 75 100
peraturan di bawah peraturan
o m
Menteri yang disusun berbasis
kajian dan bukti *(V.A.3)
a .c
a n
4) Persentase
kesehatan yang
u ly
kebijakan
disusun
50 80 100

berdasarkan
a m
rekomendasi

a i n
kebijakan dibidang Upaya
Kesehatan*(V.A.3)

5) w .
Persentase kabupaten/kota 25 50 100

: / / ww
yang mengadopsi kebijakan
transformasi kesehatan

tps
*(V.A.3)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 402 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
3 Kegiatan Perumusan Kebijakan Sistem 465809 489099 2 2
513554 Pusat Kebijakan
Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya
- 2 0 Sistem Ketahanan
Kesehatan
u n Kesehatan dan

t ah Sumber Daya
Kesehatan

3 -
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
kebijakan sistem ketahanan
Pusat
r- 1
kesehatan dan sumber daya
m o
kesehatan berbasis bukti

- n o
1) Persentase keputusan atau 50 75
s
100
peraturan di atas peraturan
Menteri yang disusun berbasis
n ke
kajian dan bukti *(V.A.3) e
2) Persentase keputusan atau 50 erm 75 100
peraturan Menteri yang
disusun berbasis kajian dan
/05/p
bukti *(V.A.3)
2 2
3) Persentase keputusan atau
peraturan di bawah peraturan / 20 50 75 100

Menteri yang disusun berbasis


kajian dan bukti *(V.A.3)
.com
n a
lya
4) Persentase kebijakan 50 80 100
kesehatan yang disusun
berdasarkan u
rekomendasi
m
i n a
kebijakan dibidang Sistem
Ketahanan Kesehatan dan
Sumber
. a
Daya Kesehatan
w
*(V.A.3)
w
: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 403 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
5) Persentase kabupaten/kota 25 50 100 2 2
yang mengadopsi kebijakan
- 2 0
transformasi kesehatan
u n
*(V.A.3)

t a h
4 Kegiatan: Perumusan Kebijakan 17.326
3 - 18.192 19.102 Pusat Kebijakan
Pembiayaan Jaminan, dan Desentralisasi
- 1 Pembiayaan dan

or
Kesehatan Desentralisasi
Kesehatan

om
a Sasaran Kegiatan : Tersedianya
bahan kebijakan teknis pembiayaan
Pusat

s - n
dan jaminan kesehatan
k e
1) Annual review tarif INA-CBGs 2 2e n 2
dan NHA (T- 1) *(V.A.1)
erm
2) Annual utilization review untuk
5 /p
20 20 20
20 penyakit berbiaya tertinggi
2/0
*(V.A.1)
0 2
3) Annual review terhadap HTA
/ 2 1 1 1
dan rencana implementasinya
o m
*(V.A.1)

a .c
b Meningkatnya
pembiayaan, jaminan
kebijakan
dan a n Pusat

u
desentralisasi kesehatan berbasisly
bukti
a m
1)
a i n
Persentase keputusan atau 50 75 100

w .
peraturan di atas peraturan
Menteri yang disusun berbasis

ww
kajian dan bukti *(V.A.3)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 404 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Persentase keputusan atau 50 75 100 2 2
peraturan Menteri yang
- 2 0
disusun berbasis kajian dan
u n
bukti *(V.A.3)

t a h
3) Persentase keputusan atau 50 75 100
3 -
peraturan di bawah peraturan
- 1
or
Menteri yang disusun berbasis
kajian dan bukti *(V.A.3)

om
4) Persentase
kesehatan yang
kebijakan
disusun
50 80 100

s - n
berdasarkan rekomendasi
k e
kebijakan
Pembiayaan
di bidang
Jaminan e n
Kesehatan dan Desentralisasi
erm
Kesehatan *(V.A.3)
5 /p
5) Persentase kabupaten/kota
yang mengadopsi kebijakan 2/0 25 50 100

transformasi kesehatan
0 2
*(V.A.3)
/ 2
5 Kegiatan Perumusan Kebijakan Kesehatan
o m 36.861 38.704 40.640 Pusat Kebijakan
Global dan Teknologi Kesehatan
n a.c Kesehatan Global
dan Teknologi

ly a Kesehatan
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
m u Pusat

i n a
kebijakan kesehatan global dan
teknologi kesehatan berbasis bukti
. a
1)
ww
Tersusunnya
pengelolaan
blueprint
kerjasama
1 1 1

: / / w
internasional berdasarkan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 405 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
kriteria negara dan lembaga 2 2
*(V.A.4)
- 2 0
u n
t a h
2) Jumlah dokumen kerjasama 10 10 10
3 -
internasional, termasuk
- 1
perjanjian dan prakarsa hasil
diplomasi kesehatan *(V.A.4)
m or
3) Persentase keputusan atau 50 75 100
- n o
peraturan di atas peraturan
es
Menteri yang disusun berbasis
n k
kajian dan bukti *(V.A.3)
m e
4) Persentase keputusan atau
peraturan Menteri yang
50
/p er 75 100

disusun berbasis kajian dan


/0 5
bukti *(V.A.3)
2 2
5) Persentase keputusan atau
peraturan di bawah peraturan / 2 0 50 75 100

Menteri yang disusun berbasis


o m
kajian dan bukti *(V.A.3)
a .c
a n
6) Persentase
u ly
kebijakan 50 80 100
kesehatan yang
a m
disusun
berdasarkan
a i n rekomendasi

Global.
kebijakan dibidang Kesehatan

w dan Teknologi

ww
Kesehatan *(V.A.3)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 406 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
7) Persentase kabupaten/kota 25 50 100 2 2
yang mengadopsi kebijakan
- 2 0
transformasi kesehatan
u n
*(V.A.3)

t a h
VI Program Dukungan Manajemen
3
4.210.371 - 4.481.326 5.046.810
Seluruh Unit

- 1 Utama/Eselon 1

A Sasaran
sistem
Program:
dan data
Tersedianya
pelayanan
m or Sekretariat
Jenderal
kesehatan terintegrasi dan
- n o
bermanfaat dalam mendukung
es
perumusan kebijakan
n k
1 Jumlah sistem data kesehatan 100 e
200
m
300

er
Indonesia yang terstandar dan
terintegrasi

2 Jumlah integrasi platform 5 /p


8.000 30.000 60.000
aplikasi dari sistem kesehatan
2/0
Indonesia
0 2
3 Persentase fasilitas pelayanan
/ 2 2 5 10
kesehatan dengan
o m
kematangan digital (Digital
Maturity) tingkat 7
a .c
a n
4
produk inovasi
u ly
Jumlah kebijakan tata kelola
teknologi
10 20 35

m
kesehatan yang ditetapkan
a
dan digunakan
a i n
5
w .
Jumlah data biospesimen yang
tersedia dan dimanfaatkan
750 3.875 10.000

: / / ww
pada platform Biobank dalam
Biomedical Genome-based

tps
Science Initiative

ht
jdih.kemkes.go.id
- 407 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
B Sasaran Program : Meningkatnya 2 2 Sekretariat
koordinasi pelaksanaan tugas,
- 2 0 Jenderal
pembinaan dan pemberian
u n
dukungan manajemen Kementerian
Kesehatan
t ah
3 -
1 Nilai Reformasi Birokrasi 94 96 98
r- 1
2 Nilai Kinerja Anggaran 90 93 95
mo
3 Opini Badan Pemeriksa 4 4
-
4
n o
Keuangan
Keuangan
atas Laporan
es
n k
C Sasaran Program: Meningkatnya
Akuntabilitas Kinerja dan
m e Inspektorat
Jenderal
Pengelolaan Keuangan Bersih dan
Efektif serta Meningkatnya /p er
Efektivitas Pengendalian Intern
/0 5
Pemerintah
2 2
1 Nilai Integritas Organisasi
/ 2 0 81 86 91

o m
a.c
2 Nilai Maturitas SPIP 3 (nilai 3 (nilai 3 (nilai
Terintegrasi rata-rata rata-rata rata-rata

a n 3,0) 3,25) 3,5)

ly
mu
D Sasaran Program: Meningkatnya Sekretariat
pengelolaan kedaruratan kesehatan Jenderal
masyarakat
i n a
w .a
w w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 408 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1 Jumlah provinsi yang sudah 34 2 2
memiliki Tim Penanganan
- 2 0
Bencana dan Kedaruratan
u n
Kesehatan Masyarakat sesuai
standar dan rutin
t a h
melaksanakan latihan minimal
3 -
1 tahun sekali
- 1
2 Jumlah provinsi yang sudah 34
m or
memliki tenaga cadangan yang
terlatih untuk penanganan
- n o
bencana dan kedaruratan
es
kesehatan masyarakat sesuai
n k
standar
m e
1 Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi
Kesehatan
/p er 790.319 976.471 1.238.405 Pusat Data dan
Teknologi

/0 5 Informasi
a Sasaran Kegiatan : Tersedianya Pusat dan daerah
2 2
sistem
kesehatan
dan data pelayanan
terintegrasi dan
/ 2 0
bermanfaat dalam mendukung
o m
perumusan kebijakan
a .c
1) Persentase indikator
n 50 75 100
pembangunan kesehatan yang

u
diukur dan dianalisa dengan lya (kum)

pemanfaatan
*(VI.A.1)
data
a m rutin

a i n
2)
w .
Jumlah sistem data kesehatan 100 200 300
yang

w w terintegrasi
terstandar *(VI.A.1)
dan (kum)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 409 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
b Sasaran Kegiatan : Tersedianya Pusat dan daerah 2 2
platform aplikasi kesehatan yang
- 2 0
terintegrasi dan bermanfaat dalam
u n
mendukung perumusan kebijakan

t a h
1) Persentase fasilitas pelayanan 20 60 100
3 -
kesehatan yang menggunakan
- 1
sistem informasi terintegrasi
sesuai arsitektur Sistem
m or
Informasi Kesehatan *(VI.A.2)

- n o
2) Persentase penyelesaian 80 90
s
100
permasalahan aplikasi
kesehatan milik Kementerian n ke
Kesehatan yang disampaikan e
melalui helpdesk
kesehatan *(VI.A.2)
aplikasi

/p erm
c Sasaran Kegiatan : Meningkatnya Pusat dan daerah
/0 5
Kematangan Digital (Digital Maturity)
2 2
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1) Persentase fasilitas pelayanan / 2 0 2 5 10
kesehatan yang memenuhi
o m
kematangan digital (digital
a .c
maturity) tingkat 7 *(VI.A.3)
a n
2)
kesehatan yang memenuhiu ly
Persentase fasilitas pelayanan 20 60 100

a m
kematangan digital (digital
i n
maturity) tingkat 3 *(VI.A.3)
a
d w .
Sasaran Kegiatan : Terbangunnya Pusat
tata

: / /
informasiww
kelola sistem
kesehatan
teknologi
untuk

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 410 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
mendukung sistem dan data 2 2
pelayanan kesehatan
- 2 0
1) Jumlah kebijakan tata kelola 10 20 35
u n
produk teknologi kesehatan
t a h
*(VI.A.4)
3 -
2) Persentase konsultasi 5 10 15
- 1
masyarakat
memanfaatkan layanan primer
yang
m or
melalui telemedisin *(VI.A.4)
- n o
es
e Sasaran Kegiatan : Penguatan
Ekosistem bioteknologi kesehatan
Pusat dan daerah
n k
yang terintegrasi (Biomedical
m e
Genome-based Science Initiative)
1) Persentase sistem teknologi /p
50
er100 100
nformasi untuk biobank,
/0 5
bioregistry, dan bioinformatics
2 2
yang terstandar dan
terintegrasi *(VI.A.5)
/ 2 0
o m
a.c
2 Kegiatan Pengelolaan Organisasi dan 42.737 48.364 54.294 Biro Organisasi
Sumber Daya Manusia Kementerian dan SDM
Kesehatan
a n
ly
mu
a Sasaran Kegiatan : Terwujudnya Pusat
Penerapan Sistem Merit dalam
Manajemen ASN a
Kementerian
i n
Kesehatan
1) w .a
Nilai penerapan sistem merit 340 360 380
w
Kemenkes *(VI.B.1)
w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 411 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Jumlah produk organisasi dan 24 20 20 2 2
tata laksana yang disusun dan
- 2 0
diimplementasikan *(VI.B.1)
u n
3) Nilai Indeks Profesionalitas 63 68 71
t a h
ASN *(VI.B.1)
3 -
3 Kegiatan: Perumusan produk hukum dan
- 1
14.788 15527 16304 Biro Hukum
advokasi hukum
m or
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
kualitas produk hukum dan
Pusat
- n o
pelaksanaan advokasi hukum
es
1) Jumlah produk hukum bidang 125 125 n k 125
kesehatan yang disusun dan
m e
disebarluaskan *(VI.B.1)

/p er
2) Persentase permasalahan,
perkara hukum dan advokasi
/0 5
100 100 100

hukum lain bidang kesehatan


2 2
yang ditangani
ditindaklanjuti *(VI.B.1)
dan
/ 2 0
4 Kegiatan: Pengelolaan Komunikasi dan
o m 44.461 47300 49450 Biro Komunikasi
Pelayanan Publik
n a.c dan Pelayanan
Publik
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya ly a Pusat

dan pelayanan publik


a mu
pengelolaan publikasi komunikasi

i n
1)

w .a
Indeks kepuasan masyarakat
terhadap pengelolaan berita
82 83 83

w
dan publikasi *(VI.B.1)
w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 412 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Jumlah UPT Kemenkes dengan 30 37 40 2 2
kategori baik dalam
- 2 0
pelaksanaan standar interaksi
u n
pelayanan *(VI.B.1)

t a h
5 Kegiatan: Pengelolaan Pengadaan 20.450
3 - 22902 27482 Biro Pengadaan
Barang/Jasa
- 1 Barang/Jasa

a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya


Kinerja Pengadaan Barang/Jasa di
Pusat
m or
lingkungan Kementerian Kesehatan
- n o
sesuai dengan ketentuan yang
es
berlaku
n k
1) Persentase tingkat 65
m e
85 100

er
kematangan UKPBJ *(VI.B.1)

6 Kegiatan: Harmonisasi Sistem dan Strategi


5 /p 23.767 26.144 28.758 Pusat Sistem dan
Kesehatan
2/0 Strategi
Kesehatan
0 2
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
kualitas analisis dan harmonisasi
2
Pusat
/
sistem dan strategi program
o m
Kementerian Kesehatan
a .c
1)
a
Persentase program prioritas n 70 80 90
ly
Kemenkes tercapai *(VI.B.1)
u
7 Kegiatan: Pengelolaan
a m
Ketatausahaan 43.819 45.353 46.940 Biro Umum
Kementerian
a i n
a
pelayanan w .
Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
dan pengelolaan
Pusat

: / / ww
ketatausahaan Kementerian dalam

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 413 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
mendukung terciptanya Good 2 2
Governance
- 2 0
1) Presentase unit kerja dengan 40 70 100
u n
pengelolaan arsip sesuai
t a h
standar *(VI.B.1)
3 -
2) Nilai Reformasi Birokrasi 35 35,5 36
- 1
Sekretariat Jenderal *(VI.B.1)
m or
8 Kegiatan:
Aparatur
Pengembangan
Sipil Negara
Kompetensi
Kementerian
- n o 12.190 13.409 14.649 Pusat
Pengembangan
Kesehatan
es Kompetensi ASN
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya Pusat n k
kualitas aparatur sipil negara
m e
Kementerian
standar
Kesehatan sesuai

/p er
1) Jumlah ASN Kementerian
/0 5
5.059 6.000 6.000
Kesehatan yang ditingkatkan
2 2
kompetensinya *(VI.B.1)
/ 2 0
9 Kegiatan: Peningkatan Kesehatan Jemaah
o m 11.347 Pusat Kesehatan
Haji
a .c Haji
a Sasaran Kegiatan: Terkelolanya n
34 provinsi dan Arab
pelayanan kesehatan haji
u lya saudi
1)
mendapatkan a m
Persentase jemaah haji yang
pemeriksaan
100

kesehatan i n
sesuai
a standar
*(VI.B.1)
w .
10
w w
Kegiatan:Perencanaan dan Penganggaran 33.447 35454 37581 Biro Perencanaan

: / /
Program Pembangunan Kesehatan dan Anggaran

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 414 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya Pusat 2 2
kualitas perencanaan dan
- 2 0
penganggaran program
u n
pembangunan kesehatan

t a h
1) Persentase kabupaten/kota 50 75 100
3 -
dengan IPKM dibawah rata-
- 1
or
rata nasional yang telah
melakukan perbaikan tata
kelola program kesehatan
om
(kumulatif) *(VI.B.2)
s - n
2) Nilai kinerja penganggaran 93 94
k e95
Sekretariat Jenderal *(VI.B.2)
e n
11 Kegiatan:Pembinaan Pengelolaan
erm 57.531 57629 58206 Biro Keuangan
Administrasi Keuangan dan Barang Milik
Negara
5 /p dan Barang Milik
Negara
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya Pusat
2/0
Kualitas Pengelolaan Keuangan dan
0 2
Barang Milik Negara (BMN) di
/ 2
lingkungan Kementerian Kesehatan
o m
sesuai ketentuan

a .c
1) Persentase satker kantor pusat
dan kantor daerah dengan a n 80 90 100

nilai Indikator
u ly
Kinerja

>=80 *(VI.B.3) a m
Pelaksanaan Anggaran (IKPA)

a i n
2)
w .
Persentase Nilai Barang Milik
Negara (BMN) yang telah
100 100 100

ww
diusulkan Penetapan Status

: / / Penggunaan (PSP) sesuai

tps
ketentuan *(VI.B.3)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 415 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
12 Kegiatan Dukungan Manajemen 69.883 74.076 2 2
78.520 Sekretariat
Pelaksanaan Program di Inspektorat
- 2 0 Inspektorat
Jenderal
u n Jenderal
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya Pusat
t ah
dukungan manajemen dan
3 -
pelaksanaan tugas teknis lainnya
r- 1
1) Nilai Reformasi Birokrasi
Inspektorat Jenderal *(VI.B.1)
35 35,5 36
m o
2) Nilai kinerja penganggaran 93 94 95
- n o
Inspektorat Jenderal *(VI.B.2)
es
n k
13 Kegiatan: Dukungan Manajemen
m e 146.750 150.712 154.805 Sekretariat
Pelaksanaan Program di
Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat
/p er Direktorat
Jenderal

/0 5 Kesehatan

2 2 Masyarakat
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
dukungan manajemen dan / 2 0
Pusat

pelaksanaan tugas teknis lainnya


o m
1) Nilai Reformasi Birokrasi
a .c 35 35,5 36
Direktorat Jenderal Kesehatan
a n
2)
Masyarakat *(VI.B.1)
u
Nilai kinerja penganggaran
ly 85 87,5 90

i n
Masyarakat *(VI.B.2)
am
Direktorat Jenderal Kesehatan

. a
ww
: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 416 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
14 Kegiatan: Dukungan Manajemen 146.153 162.858 2 2
181.668 Sekretariat
Pelaksanaan Program di Direktorat
- 2 0 Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
u n Jenderal
Penyakit

t ah Pencegahan dan
Pengendalian

3 - Penyakit
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya Pusat
r- 1
dukungan manajemen dan
m o
pelaksanaan tugas teknis lainnya

- n o
1) Nilai Reformasi Birokrasi 35,3 35,5
s
36
Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian
n ke
Penyakit *(VI.B.1) e
2) Nilai kinerja penganggaran /p
86
erm90 91
Direktorat Jenderal
/0 5
Pencegahan dan Pengendalian
2 2
Penyakit *(VI.B.2)

/ 2 0
15 Kegiatan: Dukungan Manajemen
o m 222.029 233.130 244.787 Sekretariat
Pelaksanaan Program di
Jenderal Pelayanan Kesehatan
Direktorat
a .c Direktorat
Jenderal

a n Pelayanan

u ly Kesehatan

am
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya Pusat
dukungan manajemen

a i n dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya
1) Nilaiw .
Reformasi Birokrasi 34 34,5 35
w
Direktorat Jenderal Pelayanan
w
: / / Kesehatan *(VI.B.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 417 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Nilai kinerja penganggaran 85 90 92 2 2
Direktorat Jenderal Pelayanan
- 2 0
Kesehatan *(VI.B.2)
u n
16 Kegiatan: Dukungan Manajemen 99.009
t a h
102.568 107.157 Sekretariat
Pelaksanaan Program di Direktorat
3 - Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
- 1 Jenderal

or
Kefarmasian dan
Alat Kesehatan

om
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
dukungan manajemen dan
Pusat

s - n
pelaksanaan tugas teknis lainnya
k e
1) Nilai Reformasi Birokrasi 84 e
86 n 88
Direktorat
Kefarmasian dan
Jenderal
Alat erm
Kesehatan *(VI.B.1)
5 /p
2) Nilai kinerja penganggaran /0 89 90 91
Direktorat Jenderal
22
Kefarmasian dan
Kesehatan *(VI.B.2)
Alat
/ 20
17 Kegiatan: Dukungan Manajemen .com 1.892.784 2.155.332 2.370.865 Sekretariat
Pelaksanaan Program di Direktorat
n a Direktorat
Jenderal Tenaga Kesehatan
ly a Jenderal Tenaga

m u Kesehatan

a
dukungan
i n
manajemen
a
Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
dan
Pusat

. a
pelaksanaan tugas teknis lainnya
w
ww
1) Nilai Reformasi Birokrasi 35 35,5 36
Direktorat Jenderal Tenaga
: / / Kesehatan *(VI.B.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 418 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
t Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Nilai kinerja penganggaran 93 94 95 2 2
Direktorat Jenderal Tenaga
- 2 0
Kesehatan *(VI.B.2)
u n
18 Kegiatan: Tata Kelola SDM 62.585
t a h
68.921 76.638 Sekretariat

3 - Direktorat

- 1 Jenderal Tenaga

or
Kesehatan

a Sasaran Kegiatan: Pelatihan dan Pusat


om
peningkatan kualifikasi bagi ASN di
Kemenkes
s - n
1) Jumlah SDM Kementerian 5.059 k e
Kesehatan yang mendapat e n
sertifikat pada
terakreditasi *(VI.B.1)
pelatihan
erm
2) Jumlah SDM Kesehatan 5 /p
923 1.530 1.590
Kementerian Kesehatan yang
2/0
ditingkatkan kualifikasinya
0 2
*(VI.B.1)
/ 2
19 Kegiatan: Dukungan Manajemen
o m 387.159 406.518 426.843 Sekretariat Badan
Pelaksanaan Program di Badan Kebijakan
Pembangunan Kesehatan
a .c Kebijakan
Pembangunan

a n Kesehatan
a Sasaran Kegiatan : Meningkatnya
u ly Pusat
dukungan manajemen
a m dan

a i n
pelaksanaan tugas teknis lainnya

1) Nilai
w
Badan
. Reformasi Birokrasi
Kebijakan
35,5 35,8 36,1

: / / ww
Pembangunan
*(VI.B.1)
Kesehatan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 419 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
2) Nilai kinerja penganggaran 89 90 91 2 2
Badan Kebijakan
- 2 0
Pembangunan Kesehatan
u n
*(VI.B.2)

t a h
20 Kegiatan: Peningkatan Pengawasan 1.123
3 - 1.190 1.262 Inspektorat I-IV
Internal atas Penerapan Tata Kelola -
- 1
or
Manajemen Risiko dan Pengendalian
Internal

om
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya
transparansi dan akuntabilitas tata
Pusat

s - n
kelola pemerintahan serta
k e
tercapainya sasaran Reformasi
Birokrasi lingkup unit kerja binaan e n
Inspektorat I, II, III, dan IV
erm
1) Nilai integritas unit utama
5 /p
81 86 91
lingkup binaan Inspektorat I
*(VI.C.1)
2/0
0 2
2) Nilai integritas unit utama
lingkup binaan Inspektorat II / 2 81 86 91

*(VI.C.1)
o m
3) Nilai integritas unit utama
a .c 81 86 91
lingkup binaan Inspektorat III
a n
*(VI.C.1)
u ly
4)

n am
Nilai integritas unit utama
lingkup binaan Inspektorat IV
i
81 86 91

*(VI.C.1)
. a
ww
: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 420 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
5) Persentase unit kerja Kantor 20 40 60 2 2
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
- 2 0
(KD) di lingkup binaan
u n
Inspektorat I yang memiliki
Agent of Change/ASN
t a h
tersertifikasi Penyuluh
3 -
Antikorupsi dan/atau Ahli
- 1
Pembangun Integritas *(VI.C.1)

m or
6) Persentase unit kerja Kantor
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
20 40 60

- n o
(KD) di lingkup binaan
es
Inspektorat II yang memiliki
n k
Agent of
tersertifikasi
Change/ASN
Penyuluh
m e
Antikorupsi dan/atau Ahli
Pembangun Integritas *(VI.C.1) /p er
7) Persentase unit kerja Kantor /0 520 40 60
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
22
(KD) di lingkup binaan
Inspektorat III yang memiliki / 20
Agent of
tersertifikasi
Change/ASN
Penyuluh
.com
Antikorupsi dan/atau Ahli
n a
ly a
Pembangun Integritas *(VI.C.1)

m u
i n a
. a
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 421 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
8) Persentase unit kerja Kantor 20 40 60 2 2
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
- 2 0
(KD) di lingkup binaan
u n
Inspektorat IV yang memiliki
Agent of Change/ASN
t a h
tersertifikasi Penyuluh
3 -
Antikorupsi dan/atau Ahli
- 1
Pembangun Integritas *(VI.C.1)

m or
9) Persentase unit kerja Kantor
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
50 60 70

- n o
(KD) di lingkup binaan
es
Inspektorat I yang
n k
menerapkan budaya
korupsi *(VI.C.1)
anti
m e
er
5/p
10) Persentase unit kerja Kantor 50 60 70
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
(KD) di lingkup binaan
2 /0
Inspektorat II yang
2
menerapkan budaya
korupsi *(VI.C.1)
anti
/ 20
om
a.c
11) Persentase unit kerja Kantor 50 60 70
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
(KD) di lingkup binaan
a n
Inspektorat
menerapkan
III
budaya
yang
u ly
anti
korupsi *(VI.C.1)
a m
a i n
w .
w w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 422 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
ng
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n a
Unit Organisasi
tPelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
12) Persentase unit kerja Kantor 50 60 70 2 2
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
- 2 0
(KD) di lingkup binaan
u n
Inspektorat
menerapkan
IV
budaya
yang
anti
t a h
korupsi *(VI.C.1)
3 -
- 1
21 Kegiatan: Peningkatan Pengawasan
melalui Audit Investigasi dan Penanganan
m or 3.527 3738 3.962 Inspektorat
Investigasi
Pengaduan Masyarakat
- n o
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Pusat
es
penanganan pengaduan masyarakat
n k
yang berindikasi kerugian negara
m e
1) Persentase unit kerja Kantor
Pusat (KP) dan/atau Kantor
25

/p er 35 50

Daerah (KD) yang memperoleh


predikat WBK dan WBBM /0 5
nasional *(VI.C.1)
2 2
22 Kegiatan: Peningkatan Pengawasan
/ 2 0 15.358 16.280 17.257 Inspektorat I-IV
Internal atas Penerapan Tata Kelola -
o m
Manajemen Risiko dan Pengendalian
Internal
a .c
a n
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya

u l
transparansi dan akuntabilitas tatay Pusat

kelola
tercapainya
pemerintahan
sasaran a m serta
Reformasi

a i n
Birokrasi lingkup unit kerja binaan
.
Inspektorat I, II, III, dan IV
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 423 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
1) Persentase unit kerja Kantor 25 50 75 2 2
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
- 2 0
(KD) di lingkup binaan
u n
Inspektorat
mengimplementasikan
I yang

t a h
manajemen risiko yang
3 -
terdefinisi *(VI.C.2)
- 1
2) Persentase unit kerja Kantor 25 50 75
m or
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
(KD) di lingkup binaan
- n o
Inspektorat II yang
es
mengimplementasikan
n k
manajemen risiko yang
m e
er
terdefinisi *(VI.C.2)

3) Persentase unit kerja Kantor


Pusat (KP) dan Kantor Daerah 5 /p
25 50 75

(KD) di lingkup binaan


2/0
Inspektorat III yang
0 2
mengimplementasikan
manajemen risiko yang / 2
terdefinisi *(VI.C.2)
o m
4) Persentase unit kerja Kantor a .c 25 50 75
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
a n
(KD) di
Inspektorat
lingkup
IV u ly
binaan
yang

a
mengimplementasikan m
manajemen
a i n risiko yang
.
terdefinisi *(VI.C.2)
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 424 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
5) Persentase unit kerja Kantor 25 50 75 2 2
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
- 2 0
(KD) di lingkup binaan
u n
Inspektorat I yang memiliki
maturitas SPIP yang terdefinisi
t a h
*(VI.C.2)
3 -
- 1
6) Persentase unit kerja Kantor
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
25 50 75

m or
(KD) di lingkup binaan
Inspektorat II yang memiliki
- n o
maturitas SPIP yang terdefinisi
es
*(VI.C.2)
n k
7) Persentase unit kerja Kantor 25
m e
50 75
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
(KD) di lingkup binaan
/p er
Inspektorat III yang memiliki
maturitas SPIP yang terdefinisi /0 5
*(VI.C.2)
2 2
8) Persentase unit kerja Kantor
/ 2 0 25 50 75
Pusat (KP) dan Kantor Daerah
o m
(KD) di lingkup binaan
Inspektorat IV yang memiliki a .c
a
maturitas SPIP yang terdefinisi n
*(VI.C.2)
u ly
9)
a m
Persentase SPI yang efektif di 50 75

*(VI.C.2)
a i n
lingkup binaan Inspektorat I

10) w .
Persentase SPI yang efektif di 50 75

: / / ww
lingkup binaan Inspektorat IV
*(VI.C.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 425 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
11) Persentase SKI yang efektif di 50 75 2 2
lingkup binaan Inspektorat I
- 2 0
*(VI.C.2)
u n
12) Persentase SKI yang efektif di 50 75
t a h
lingkup binaan Inspektorat II
3 -
*(VI.C.2)
- 1
13) Persentase SKI yang efektif di
lingkup binaan Inspektorat III
50 75
m or
*(VI.C.2)
- n o
14) Persentase SKI yang efektif di 50
es
75
lingkup binaan Inspektorat IV
n k
*(VI.C.2)
m e
23 Kegiatan: Pengelolaa Krisis Kesehatan

/p er 69.155 Pusat Krisis


Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: Meningkatnya 34 Provinsi dan
/0 5
upaya pengelolaan krisis kesehatan kabupaten/kota
2 2
di provinsi dan kabupaten/kota
1) Jumlah provinsi yang memiliki / 0
terdampak krisis
2 34
Tim Manajemen Krisis
o m
Kesehatan dalam mendukung
a .c
ketahanan kesehatan
a n
2)
*(VI.D.1)

u ly
Persentase penanganan krisis 100

i n am
kesehatan yang ditanggulangi
oleh kabupaten/kota dalam 1
. a
tahun *( VI.D.1)
b
ww
Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Kabupaten/kota

: / / w
upaya pengelolaan krisis kesehatan
di kabupaten/kota
yang telah memiliki
tim

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 426 -

m l
. h t
Sasaran Program Target Alokasi (dalam juta rupiah)
n g
Program/
Kegiatan
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi
n t a
Unit Organisasi
Pelaksana
(Output)/Indikator
2022 2023 2024 2022 2023 2024
-t e
kegawatdaruratan 2 2
medis
- 2 0
u n
1) Persentase Tim 25
t a h
Kegawatdaruratan Medis
terintegrasi dan terlatih di 3 -
kabupaten/kota dalam
- 1
mendukung
kesehatan *( VI.D.2)
ketahanan
m or
- n o
es
n k
Catatan: Kode (I.A.1) adalah: m e
− I: Menunjukkan Nama Program /p er
− A: Menunjukkan Sasaran Program /0 5
2 2
− 1: Menunjukkan Indikator Kinerja Program (IKP)
/ 2 0
o m
a .c
a n
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 427 -

m l
C. Matriks Indikator dengan Definisi Operasional dan Cara Perhitungan . h t
n g
Tujuan/Sasaran
n t a
Strategis/Program/Sasaran
Program/Kegiatan/Sasaran
Definisi Operasional
(DO)
Cara Perhitungan
-t e
Kegiatan/Indikator
2 2
1. Tujuan: Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Primer yang Komprehensif dan Berkualitas serta Penguatan Pemberdayaan Masyarakat
- 2 0
1.1. Sasaran: Menguatnya promotif u n
preventif di FKTP melalui UKBM
t a h
dan pendekatan keluarga
3 -
- 1
1.1.1 Persentase kabupaten/kota
yang melaksanakan SPM
Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan
pelayanan SPM bidang kesehatan dengan capaian dalam or
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan SPM
m
bidang kesehatan dengan capaian dalam kategori minimal tuntas
kategori minimal tuntas pratama.
- n o
pratama dibagi jumlah kabupaten/kota dikali 100
Tuntas pratama adalah pencapaian SPM dengan mutu
e s
k
layanan dasar nilainya sama dengan 70 sampai dengan 79.
n
1.1.2 AKI (per 100.000 kelahiran Kematian ibu adalah kematian perempuan selama
m e Jumlah kematian ibu di bagi jumlah lahir hidup dikali 100.000

er
hidup) kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan (tanpa memandang usia gestasi), akibat semua
/p
sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan
5
2 /0
atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera atau kejadian insidental.

0 2
1.1.3 AKB (per
hidup)
1.000 kelahiran
2
Banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai umur 1
/
tahun pada waktu tertentu per 1.000 kelahiran hidup pada
Jumlah kematian bayi dibagi jumlah lahir hidup dikali 1.000

o m
periode waktu yang sama.

1.1.4 Prevalensi stunting (pendek a .c


Persentase anak umur 0 - 59 bulan dengan kategori status Jumlah balita pendek dibagi jumlah balita diukur panjang atau tinggi
dan sangat pendek)
a n
gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut Umur badan dikali 100

u ly
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-
score kurang dari -2 SD

a m
1.1.5
i n
Wasting (kurus dan sangat
a
Persentase anak umur 0 - 59 bulan dengan kategori status Jumlah balita gizi kurang dibagi jumlah balita diukur berat badan dan

w .
kurus) pada balita (%) gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut
Panjang/Tinggi Badan (BB/TB) memiliki Z-score kurang dari
panjang/tinggi badan dikali 100

ww
-2 SD

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 428 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1.1.6 Insidensi HIV (per 100.000
penduduk yang tidak
Jumlah infeksi baru HIV yang terjadi pada populasi berumur
di atas 15 tahun selama periode waktu tertentu. Angka ini 2 2
Jumlah infeksi baru HIV yang terjadi pada populasi berumur di atas
15 tahun, dibagi jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun yang
terinfeksi HIV) menggambarkan jumlah infeksi baru yang terjadi di
2 0
belum terkena infeksi HIV (population at risk), dalam kurun waktu
-
populasi, baik pada orang yang menyadari tertular maupun
yang tidak menyadarinya, dan tidak hanya yang datang ke (AEM) u n
tertentu, dikali 1000. Sumber data melalui AIDS Epidemic Modeling

pelayanan kesehatan dan dilaporkan ke program


t a h
3 -
1.1.7 Insidensi Tuberculosis (per Insidensi Tuberkulosis adalah jumlah kasus TBC (termasuk
1
Jumlah semua kasus TBC pada waktu tertentu dibagi jumlah
-
100.000 penduduk) kasus TBC pada orang yang hidup dengan HIV) yang muncul
selama periode waktu tertentu per 100.000 penduduk or
penduduk pada periode waktu yang sama kemudian dikali 100.000.
Data dapat diperoleh dari laporan tahunan WHO Global Report, survei
m
nasional prevalensi TB, dan study inventory.
1.1.8 Kabupaten/kota yang Kabupaten/Kota yang memenuhi tiga kriteria utama yaitu :
- n o
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria
mencapai eliminasi malaria
s
API kurang dari 1 Per 1000 penduduk, Positivity Rate kurang
e
tiga tahun berturut-turut serta memenuhi beberapa n k
dari 5% dan tidak ada penularan setempat malaria selama

prasyarat yang lainnya


m e
er
5/p
1.1.9 Kabupaten/kota yang Kabupaten/kota yang telah mencapai angka prevalensi Jumlah kabupaten/kota yang telah mencapai angka prevalensi
mencapai eliminasi kusta kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk pada tahun kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk pada tahun tertentu
tertentu
2 /0
2
20
1.1.10 Indeks pengendalian Indeks penyakit menular scistomiasis, rabies, DBD, Penghitungan komposit dengan formulasi indeks melalui pembobotan
penyakit menular
/
filariasis, malaria dan kusta yang besarannya berkisar menggunakan USG dari desa yang eliminasi scistomiasis,

om
antara 0-1 kabupaten/kota eliminasi rabies, kabupaten/kota dengan insidens
DBD ≤ 10 per 100.000 peduduk, kabupaten/kota eliminas filariasis,

a .c kabupaten/kota eliminasi malaria dan kabupaten/kota eliminasi

an kusta

1.1.11 Jumlah kabupaten/ kota


u ly
Kabupaten/kota yang melaksanakan seluruh tatanan, Jumlah kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria
sehat
a m memiliki SK Tim Pembina, Memiliki SK forum, rencana kerja
dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim pembina
penyelenggaraan kabupaten/kota Sehat

a i n tingkat provinsi

1.1.12 Prevalensi w .
obesitas pada Kasus obesitas pada penduduk usia > 18 tahun dengan Jumlah penduduk usia > 18 tahun dengan IMT >27 dibagi dengan

: / / ww
penduduk usia > 18 tahun kategori IMT >27 pada periode tertentu total peduduk usia > 18 tahun di kali 100 pada periode tertentu

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 429 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1.1.13 Persentase merokok
penduduk usia 10-18 tahun Persentase merokok pada penduduk usia 10-18 tahun
2
Persentase merokok pada penduduk usia 10-18 tahun berdasarkan
hasil Riskesdas 2
- 2 0
1.2. Sasaran: Terpenuhinya sarana,
prasarana, obat, BMHP, dan alat u n
kesehatan pelayanan kesehatan
t a h
primer
3 -
- 1
1.2.1 Persentase kabupaten/kota
dengan Sarana, Prasarana, Persentase kabupaten/kota dengan rata - rata pemenuhan or
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki rata-rata pemenuhan Sarana,
m
Alat Kesehatan (SPA)
Puskesmas yang memenuhi
Sarana, Prasarana, Alat Kesehatan (SPA) puskesmas
diwilayahnya minimal 60% sesuai dengan data ASPAK
- n o
Prasarana, Alat Kesehatan (SPA) puskesmas di wilayahnya minimal
60% dibagi jumlah kabupaten/kota dikali 100
standar
e s
n k
1.2.2 Persentase kabupaten/kota
dengan puskesmas yang
m e
Persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 80% Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 80% puskesmas

er
puskesmas dengan ketersediaan minimal 80% dari 40 item dengan ketersediaan minimal 80% dari 40 item obat indikator dibagi
memiliki ketersediaan obat
obat indikator pada saat dilakukan pemantauan jumlah kabupaten/kota yang melapor dikali seratus persen
sesuai standar
5 /p
1.3. Sasaran: Menguatnya tata kelola
2 /0
manajemen pelayanan dan
kolaborasi publik-swasta
0 2
/ 2
1.3.1 Persentase FKTP
m
Persentase FKTP yang memiliki sertifikat akreditasi yang
o Jumlah kumulatif FKTP (puskesmas dan klinik pratama) yang
terakreditasi (%)
a .c
masih berlaku pada tahun berjalan memiliki sertifikat akeditasi yang masih berlaku pada tahun berjalan
dibagi jumlah FKTP yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan dikali

a n 100

1.3.2 Persentase klinik pratama u ly


Persentase klinik pratama dan praktik mandiri dokter yang Jumlah klinik pratama dan praktik mandiri dokter yang bekerjasama
dan praktek mandiri dokter
a m telah melakukan jejaring dengan puskesmas dan melakukan dengan BPJS dan berjejaring dengan puskesmas yang telah
yang melakukan pelayanan
program prioritas
a i n pelayanan program prioritas nasional. Program prioritas
nasional yang dimaksud yang terdiri atas (TB , Hipertensi
melakukan pelayanan TB, Hipertensi dan DM dibagi jumlah seluruh
klinik pratama dan praktik mandiri dokter yang bekerjasama dengan

w . dan DM). Klinik pratama dan praktik mandiri dokter adalah


yang telah bekerjasama dengan BPJS sampai Desember
BPJS dikali seratus persen.

: / / ww 2021

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 430 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2. Tujuan: Tersedianya Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
2 2
2.1. Sasaran: Terpenuhinya sarana
- 2 0
prasarana, alat kesehatan, obat,
dan bahan medis habis pakai u n
(BMHP) pelayanan kesehatan
t a h
rujukan
3 -
- 1
2.1.1 Persentase

yang memenuhi
fasyankes
rujukan milik pemerintah
Sarana
Persentase rumah sakit dan laboratorium kesehatan
pemerintah yang sudah memiliki izin operasional yang
memiliki SPA sesuai standar
or
Perhitungan persentase jumlah rumah sakit dan laboratorium
kesehatan pemerintah memiliki izin operasional yang memiliki SPA
m
minimal 60% kelengkapan ASPAK dibagi jumlah rumah sakit
Prasarana dan Alat (SPA)
- n o
pemerintah memiliki izin operasional.
sesuai standar
es
2.2. Sasaran: Menguatnya tata kelola n k
manajemen dan pelayanan
m e
spesialistik

/p er
2.2.1 Persentase penurunan
jumlah kematian di rumah rumah sakit lebih dari 48 jam
/0 5
Jumlah kematian yang terjadi pada pasien rawat inap di Jumlah kematian pada pasien yang dirawat lebih 48 jam dalam jangka
waktu 1 bulan dibagi jumlah pasien keluar rawat inap (hidup+mati)
sakit
2 2 dalam waktu 1 bulan dikali 100

2.3. Sasaran: Menguatnya dan


/ 2 0
terdistribusinya mutu RS,
layanan unggulan, dan o m
pengembangan layanan lain
a .c
a n
2.3.1 Persentase kepuasan pasien
di fasyankes rujukan
u ly
Persentase kepuasan pasien di fasyankes rujukan Jumlah kumulatif pernyataan kepuasan pasien àtas pelayanan
fasyankes rujukan pada tahun berjalan dibagi jumlah pasien yang

a m mengikuti survei kepuasan pada pelayanan rumah sakit dikali 100

2.3.2 i n
Jumlah rumah sakit yang
a
w
internasional
.
memiliki layanan unggulan
Jumlah rumah sakit vertikal yang memiliki minimal 1
layanan unggulan setara internasional
Jumlah rumah sakit vertikal yang memiliki minimal 1 layanan
unggulan setara internasional

3.
/ / ww
Tujuan: Terciptanya Sistem Ketahanan Kesehatan yang Tangguh
:
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 431 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3.1. Sasaran: Menguatnya produksi
alat kesehatan, bahan baku obat, 2 2
obat, obat tradisional dan vaksin
- 2 0
dalam negeri
u n
3.1.1 Jumlah bahan baku obat dan Jumlah kumulatif bahan baku obat dan obat terbesar by
a h
Jumlah bahan baku obat dan obat terbesar by value yang
t
obat 10 terbesar yang value yang dikembangkan dan diproduksi dalam negeri -
dikembangkan dan diproduksi dalam negeri setiap tahun yang
3
diproduksi dalam negeri
1
dihitung secara kumulatif
-
3.1.2 Jumlah alat kesehatan 10 Jumlah kumulatif alat kesehatan 10 terbesar by volume dan or
Jumlah alat kesehatan 10 terbesar by volume dan by value yang telah
m
terbesar by volume dan value
yang diproduksi dalam negeri
by value yang telah mampu diproduksi di dalam negeri

- n o
mampu diproduksi di dalam negeri yang dihitung secara kumulatif
setiap tahun

e s
3.1.3 Jumlah vaksin 10 terbesar
yang diproduksi di dalam dan diproduksi dalam negeri n k
Jumlah kumulatif vaksin 10 terbesar yang dikembangkan
Jumlah vaksin 10 terbesar yang dikembangkan dan diproduksi dalam
negeri
m e negeri setiap tahun yang dihitung secara kumulatif

3.2. Sasaran: Menguatnya surveilans


/p er
yang adekuat
/0 5
3.2.1 Persentase kabupaten/kota 2
Kabupaten/kota yang melakukan: Jumlah kabupaten/kota yang melakukan dan mencapai 3 target
yang melakukan respons
KLB/wabah (PE,
/ 2 02
1. Deteksi dini dan respon penyakit potensial KLB/wabah
(penemuan suspek, tracing, pemeriksaan lab, isolasi
upaya dibawah ini:
1. Deteksi dini dan respon penyakit potensial KLB/wabah/KKM :

om
pemeriksaan laboratorium, dan karantina) Kabupaten/kota/pintu masuk melakukan respon sinyal yang
tatalaksana kasus) 2. Pemetaan risiko penyakit infeksi emerging dan muncul pada SKDR minimal 80%

a .c
3. Surveilans/pengendalian vektor 2. Pemetaan risiko penyakit infeksi emerging : Kabupaten/kota yang

an melakukan pemetaan risiko untuk sekurangnya 3 penyakit

u ly emerging (re/new emerging) yang sudah di tentukan


3. Pengendalian vektor : Kabupaten/kota yang memiliki minimal

a m 25% puskesmasnya melakukan surveilans/pengendalian vektor


dibagi dengan Jumlah seluruh kabupaten/kota (514) di kali 100

a i n
w . Kabupaten/kota yang masuk dalam perhitungan pencapaian adalah
yang memenuhi semua target upaya 1, 2, 3, jika salah satu

ww
target/upaya tidak terpenuhi maka kabupaten/kota terkait tidak

: / / masuk dalam perhitungan pencapaian.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 432 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3.3. Sasaran: Menguatnya sistem
penanganan bencana dan 2 2
kedaruratan kesehatan
- 2 0
3.3.1 Persentase provinsi yang u n
- Jumlah provinsi yang memiliki Tim Manajemen Krisis Kesehatan,
sudah memiliki sistem
- Provinsi yang memiliki Tim Penanganan Bencana dan
a h
ditunjukkan melalui SK Tim yang ditandatangani oleh Kepala
t
penanganan bencana dan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat sesuai standar; dan
- Provinsi yang memiliki tenaga cadangan terlatih untuk -
Dinas Kesehatan Provinsi
3
kedaruratan kesehatan
penanganan bencana dan kedaruratan kesehatan 1
- Jumlah provinsi yang mempunyai Tim Kegawatdaruratan Medis
-
masyarakat sesuai standar
masyarakat sesuai standar
or
dan/atau relawan kesehatan yang sudah dilakukan pelatihan
penanganan bencana dan kedaruratan kesehatan masyarakat dan
m
didata melalui dashboard registrasi pemerintah pusat

- n o
4. Tujuan: Terciptanya Sistem Pembiayaan Kesehatan yang Efektif, Efisien dan Berkeadilan
e s
4.1. Sasaran: Terpenuhinya n k
pembiayaan kesehatan yang
m e
berkeadilan pada kegiatan
promotif dan preventif
/p er
4.1.1 Persentase cakupan
/0 5
Persentase cakupan kelompok berisiko peserta JKN sedang Penghitungan dilakukan melalui 2 tahap:
kelompok berisiko yang 2
dan berat yang mendapatkan layanan skrining kesehatan.
2 1. Menghitung cakupan 14 layanan skrining, dengan cara sebagai
mendapatkan
skrining kesehatan
layanan
/ 2 0
Cakupan kelompok berisiko peserta JKN adalah kelompok
sasaran berdasarkan usia pada 14 layanan skrining.
berikut:
Jumlah cakupan pada setiap kelompok berisiko sedang dan berat

Kesehatan o m
Sumber data layanan skrining didapatkan dari BPJS yang mendapatkan layanan skrining kesehatan dibagi total
populasi berisiko dikali 100.

a .c
Adapun 14 layanan skrining sebagai berikut: 2. Menghitung Rerata cakupan 14 layanan skrining, dengan cara

an
1. Hipotiroid kongenital sebagai berikut:

u ly
2. Anemia
3. Tuberkulosis
4. Hepatitis
Total cakupan 14 layanan skrining dibagi 14

a m 5. Diabetes Melitus

a i n 6. Hipertensi

w . 7. Jantung
8. Stroke

ww
9. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

: / / 10. Thalasemia
11. Kanker payudara

ht tps 12. Kanker leher rahim

jdih.kemkes.go.id
- 433 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
13. Kanker paru
14. Kanker usus 2 2
Layanan skrining dilakukan sesuai dengan Petunjuk Teknis
- 2 0
Skrining.
u n
4.2. Sasaran: Menguatnya
t a h
pembiayaan kesehatan nasional
3 -
secara efektif, efisien dan
- 1
berkeadilan untuk mencapai
Universal Health Coverage (UHC)
m or
4.2.1 Proporsi Out Of Pocket (OOP)
Proporsi Out Of Pocket (OOP) terhadap total belanja
- n o
terhadap total belanja
s Jumlah belanja Out Of Pocket (OOP) dibagi total belanja kesehatan

ke
kesehatan yang dihasilkan dari produksi National Health
kesehatan dikali 100, berdasarkan National Health Account (NHA) Tahun-1
Account (NHA) Tahun-1
5. Tujuan: Terpenuhinya SDM Kesehatan yang Kompeten dan Berkeadilan e n
5.1. Sasaran: Meningkatnya
/p erm
pemenuhan dan pemerataan
SDM Kesehatan yang berkualitas
/0 5
2 2
5.1.1 Persentase faskes
SDM Kesehatan
dengan
sesuai
/ 2 0
Faskes teregistrasi dan laik operasional dengan 9 jenis
tenaga kesehatan untuk puskesmas, dan 4 jenis dokter
Jumlah puskesmas dengan 9 jenis tenaga kesehatan dan RSUD
kabupaten/kota dengan 4 jenis dokter spesialis dasar dan 3 dokter
standar
o m
spesialis dasar dan 3 jenis dokter spesialis lainnya sesuai
standar untuk RSUD kabupaten/kota baik ASN atau Non
spesialis lainnya yang teregistrasi dan laik operasional dibagi total
puskesmas dan RSUD kabupaten/kota teregistrasi dan laik

a .c
ASN yang ditempatkan secara tetap maupun sementara oleh operasional dikali 100
n
pemerintah pusat atau pemerintah daerah sebagaimana
a
u ly
terdata dalam Sistem Informasi SDM Kesehatan

5.2. Sasaran: Meningkatnya


kompetensi dan sistem a m
pendidikan pelatihan SDM
a i n
Kesehatan
w .
5.2.1
SDM
: / / ww
Persentase faskes
Kesehatan
dengan
yang
Persentase faskes yang SDMK nya telah ditingkatkan
kompetensinya tentang 9 jenis penyakit prioritas
Jumlah faskes yang SDMK nya sudah ditingkatkan kompetensinya
tentang 9 jenis penyakit prioritas dibagi total Faskes yang telah

tps
ditetapkan sebagai lokus dikali 100

ht
jdih.kemkes.go.id
- 434 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
ditingkatkan
kompetensinya
sesuai
2 2
- 2 0
5.3. Sasaran: Meningkatnya sistem
pembinaan jabatan fungsional u n
dan karir SDM Kesehatan
t a h
3 -
5.3.1 Persentase faskes dengan Persentase fasilitas kesehatan instansi pemerintah yang
1
Jumlah fasilitas kesehatan instansi pemerintah pusat dan daerah
-
SDM Kesehatan tersertifikasi memiliki pejabat fungsional kesehatan tersertifikasi
or
yang mempunyai jabatan fungsional kesehatan yang tersertifikasi
dibagi jumlah faskes instansi pemerintah pengguna JF Kesehatan
m
- n o
dikali 100

6. Tujuan: Terbangunnya Tata Kelola, Inovasi, dan Teknologi Kesehatan yang Berkualitas dan Efektif
e s
n k
6.1. Sasaran: Meningkatnya sistem
pelayanan kesehatan dalam
m e
ekosistem teknologi kesehatan
yang terintegrasi dan transparan
/p er
dalam mendukung kebijakan
kesehatan berbasis bukti
/0 5
2 2
6.1.1 Jumlah fasilitas kesehatan
yang mengimplementasikan
/ 2 0
- Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi target
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang belum
Persentase fasilitas kesehatan yang menggunakan sistem informasi
terintegrasi, melakukan pertukaran data dengan sistem kementerian
sistem data dan aplikasi
m
terintegrasi atau tidak mempunyai sistem informasi
o
kesehatan, menyediakan variabel sesuai indikator pembangunan
kesehatan Indonesia faskes.

a .c
- Sistem fasilitas pelayanan kesehatan terintegrasi dengan
kesehatan

n
sistem di pusat (Kementerian Kesehatan)
a
u ly
- Sistem tersebut menyediakan variabel sesuai indikator
pembangunan kesehatan.

6.1.2 a
Jumlah sistem bioteknologi m Jumlah produk bioteknologi kesehatan yang digunakan di fasilitas
i n
kesehatan terstandar dan
a
- Produk bioteknologi kesehatan yang digunakan di fasilitas
pelayanan kesehatan dan berbasis dataset genomik, serta dapat
terintegrasi
w .
diimplementasikan
yang
pelayanan kesehatan.
- Produk bioteknologi kesehatan tersebut berbasis dataset dimanfaatkan dan dikelola oleh SDM Bioteknologi Kesehatan yang
kompeten dan memadai.

ww
genomik.

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 435 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
- Produk bioteknologi kesehatan dapat dimanfaatkan dan
2 2
dikelola oleh SDM Bioteknologi Kesehatan yang kompeten
dan memadai.
- 2 0
u n
6.2. Sasaran: Meningkatnya
t a h
kebijakan kesehatan berbasis
bukti
3 -
- 1
6.2.1 Persentase kebijakan yang
berkualitas dan dapat
Persentase dari nilai maksimal indeks kualitas kebijakan
Kementerian Kesehatan.
m or
Nilai indeks kualitas kebijakan (IKK) capaian dibagi Nilai IKK
maksimal (100) dikali 100
diimplementasikan Nilai indeks kualitas kebijakan menggunakan tools untuk
menilai indeks kebijakan Kementerian PAN dan RB sesuai
- n o
dengan SE Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
e s
22/K.1.HKM.02.2/2021 Tentang Pedoman Pengukuran
n k
Kualitas Kebijakan
m e
6.3. Sasaran: Meningkatnya tata
kelola pemerintahan yang baik
/p er
/0 5
22
6.3.1 Indeks capaian tata kelola Tata Kelola Kementerian Kesehatan yang baik dibuktikan 1. Nilai atau capaian masing indikator = realisasi dibandingkan
Kemenkes yang baik dengan nilai atau capaian atas pengelolaan sumber daya target kali 100

/ 20
Kementerian Kesehatan, dengan menggunakan indikator:
1. Nilai Reformasi Birokrasi
2. Indeks capaian tata kelola = jumlah nilai atau capaian masing-
masing indikator yang diperoleh dibagi total jumlah indikator

.c om
2. Nilai Kinerja Anggaran
3. Indeks Integritas Organisasi
a
4. Laporan Keuangan
n
ly a
5. SAKIP
6. Persentase capaian award kehumasan Kemenkes)

m u7. Indeks capaian adalah nilai konversi dari rata-rata dari


capaian (realisasi dibandingkan target kali 100)

i n a
I
. a
Program: Kesehatan Masyarakat

A Sasaran w Program:

: / / ww
Terwujudnya
kesehatan
peningkatan
masyarakat

tps
melalui pendekatan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 436 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
promotif dan preventif pada
2 2
setiap siklus kehidupan
yang didukung oleh
- 2 0
peningkatan tata kelola
u n
kesehatan masyarakat
t a h
1 Persentase Persentase kabupaten/kota yang telah mencapai target -
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan intervensi keluarga
3
kabupaten/kota yang indikator kesehatan keluarga (minimal 4 dari 7 indikator
1
dibagi total seluruh kabupaten/kota dikali 100
-
melaksanakan
intervensi kesehatan
berikut: capaian ANC 6x, persalinan di fasilitas kesehatan,
bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan, balita yang
m or
keluarga dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, puskesmas
melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi untuk calon
- n o
pengantin, lansia mendapatkan pelayanan kesehatan, dan
e s
k
usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
n
mendapatkan skrining)
m e
2 Persentase ibu
bersalin di faskes (Pf)
/p
oleh tenaga kesehatan adalah ibu bersaliner
1. Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan
yang
Jumlah ibu yang melakukan persalinan di faskes dibagi total sasaran
ibu bersalin dikali 100

/0 5
mendapatkan pertolongan persalinan oleh penolong
persalinan oleh tim minimal 2 (dua) orang terdiri dari :
− 2 2
dokter dan bidan atau
− / 2 0
2 orang bidan, atau

o m
bidan dan perawat

a .c
2.Fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar adalah
a n
puskesmas, jejaring dan jaringannya serta Rumah Sakit

u ly
sesuai standar persalinan antara lain :

am
a. Standar persalinan normal mengacu pada Asuhan
Persalinan Normal (APN)

a i n
w . b. Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku
Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan

w w Kesehatan Dasar dan Rujukan atau pedoman terakhir


yang berlaku

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 437 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3.Pada kurun waktu tertentu adalah kurun waktu pelaporan
(1 bulan, 3 bulan, 1 tahun)" 2 2
- 2 0
u n
t a h
3 -
- 1
m or
- n o
e s
n k
m e
/p er
/0 5
3 Persentase ibu hamil 2
Proporsi ibu hamil yang diukur Lingkar Lengan Atasnya Jumlah ibu hamil dengan hasil ukur pita LILA < 23,5 cm dibagi jumlah
Kurang Energi Kronik
/ 2 02
(LiLA) menggunakan pita LiLA dengan hasil ukur kurang
dari 23,5 cm terhadap jumlah ibu hamil yang diukur LiLA-
ibu hamil yang di ukur dikali 100

4 Persentase bayi usia


om
nya pada periode tertentu dikali 100

.c
Persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif Jumlah bayi kurang dari 6 bulan dengan ASI Ekslusif dibagi sasaran
kurang dari 6 bulan
n a
adalah bayi usia 0 bulan 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja bayi usia kurang dari 6 bulan dikali 100
mendapatkan ASI
y a
tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan
l
eksklusif

m umineral berdasarkan recall 24 jam.

i n a
. a
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 438 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
5 Persentase balita Persentase balita usia 0-59 bulan yang ditimbang sedikitnya
2
Jumlah balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
2
yang
pertumbuhan
dipantau
dan
8 kali dalam satu tahun, diukur panjang badan atau tinggi
badannya sedikitnya 2 kali dalam satu tahun dan dipantau
dibagi sasaran balita dikali 100

- 2 0
perkembangannya perkembangan sedikitnya 2 kali dalam satu tahun.
u n
Pemantauan perkembangan menggunakan ceklis Buku KIA
atau KPSP atau instrument baku lainnya.
t a h
3 -
- 1
6 Persentase
kabupaten/kota yang
Kabupaten/kota menerapkan Germas bila memiliki
regulasi terkait Germas, dan melaksanakan 2 dari 3
or
Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi
m
total kabupaten/kota dikali 100
menerapkan kegiatan berikut:
- n o
kebijakan Gerakan 1. Melaksanakan kampanye Germas tema prioritas
e s
Masyarakat
Sehat (Germas)
Hidup
k
2. Memiliki kegiatan skrining kesehatan di tempat kerja
n
3. Memiliki kegiatan pembinaan kesehatan tradisional

m e
7 Puskesmas dengan Puskesmas yang menyelenggarakan
/p er
perencanaan, Jumlah puskesmas dengan tata kelola kesehatan masyarakat yang
tata kelola kesehatan 5
pelaksanaan, dan pemantauan evaluasi secara rutin, oleh
/0
baik di bagi jumlah sasaran puskesmas dikali 100
masyarakat
baik
yang
2
tenaga puskesmas dan jaringannya
2
1 Kegiatan: Promosi Kesehatan
/ 2 0
dan Pemberdayaan Kesehatan
o m
a Sasaran Kegiatan:
a .c
Meningkatnya upaya
an
edukasi dan pemberdayaan
masyarakat bidang
u ly
kesehatan melalui UKBM
a m
1) Persentase
a i n Posyandu dikatakan aktif jika: Jumlah kabupaten/kota dengan minimal 80% posyandu aktif dibagi

w .
kabupaten/kota
dengan minimal 80%
1. Melakukan kegiatan rutin posyandu (pelayanan
total seluruh kabupaten/kota dikali 100

ww
kesehatan ibu hamil/balita/remaja/usia
posyandu aktif

: / / *(I.A.5)
produktif/lansia) 1 kali dalam satu sebulan minimal 8
kali per tahun

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 439 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2. Memberikan pelayanan kesehatan minimal untuk ibu
2 2
hamil dan atau balita dan atau remaja
3. Memiliki minimal 5 orang kader - 2 0
u n
2 Kegiatan: Pembinaan Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak t a h
3 -
a Sasaran Kegiatan:
- 1
Meningkatnya gizi
kesehatan ibu dan anak
dan

m or
1) Persentase ibu hamil Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
- n o
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan 6 kali
yang mendapatkan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 6x dengan
e s (ANC 6x) di bagi sasaran ibu hamil dikali 100
pemeriksaan
k
distribusi waktu 1x pada trimester 1, 2x pada trimester ke
n
kehamilan 6
(ANC 6x) *(I.A.2)
kali
e
2, 3x pada trimester ke 3, dengan diperiksa oleh dokter

m
minimal 1x pada trimester 1 dan minimal 1x pada trimester

sama
/p er
3 di suatu wilayah kerja kurun waktu dalam 1 tahun yang

/0 5
2 2
/ 2 0
o m
a .c
an
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 440 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Persentase bayi yang 1. Kunjungan neonatal adalah bayi baru lahir usia 0 - 28
2
Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan dibagi sasaran
2
mendapatkan
pelayanan kesehatan
hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48
bayi dikali 100

- 2 0
*(I.A.4) jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7, dan 1 kali pada hari
u n
ke 8 – hari ke 28 setelah lahir di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu
t a h
3 -
2. Pelayanan neonatal esensial sesuai standar meliputi :
- 1
a. Standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali
selama periode neonatal, dengan ketentuan :
m or
• Kunjungan neonatal 1 (KN 1) : 6-48 Jam
- n o
• Kunjungan neonatal 2 (KN 2) : 3-7 hari
e s
• Kunjungan neonatal 3 (KN 3) : 8-28 hari
n k
e
b. Standar kualitas adalah Pelayanan neonatal esensial
m
er
setelah lahir (6 jam-28 hari), meliputi :

5 /p
• Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI ekslusif
•Memeriksa kesehatan dengan pendekatan MTBM
/0
•Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di
2
2
fasyankes atau belum mendapatkan injeksi vitamin K1
0
/ 2
•Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <24 jam
yang lahir tidak ditolong oleh tenaga Kesehatan

o m
•Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
3) Persentase
a .c
Puskesmas melaksanakan pembinaan ke sekolah di Jumlah puskesmas yang melaksanakan pembinaan ke sekolah 4 kali
puskesmas yang
a n
wilayahnya sebanyak 4 kali/ tahun untuk mengaktifkan setahun dibagi total sasaran puskesmas dikali 100
melaksanakan
pembinaan ke u ly
trias UKS (pemeriksaan kesehatan peserta didik,
pengawasan lingkungan sehat, melaksanakan edukasi
sekolah 4
a m
kali kesehatan di sekolah secara rutin)

i n
setahun *(I.A.6)
a
4)
w .
Persentase remaja Persentase remaja putri siswi SMP dan SMA sederajat yang Jumlah remaja putri yang mengkonsumsi tablet tambah darah dibagi

ww
putri yang mengkonsumsi tablet TTD sesuai standar dibagi jumlah total sasaran dikali 100
mengkonsumsi tablet siswi SMP dan SMA sederajat yang menerima TTD dikali 100

: / / tambah darah *(I.A.3)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 441 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3 Kegiatan: Pembinaan Kesehatan
2 2
Usia Produktif dan Lanjut Usia
a Sasaran Kegiatan: - 2 0
Meningkatnya kesehatan
u n
usia produktif dan lanjut
t a h
usia
3 -
1) Persentase Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan : - 1
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan
puskesmas
melaksanakan
yang
1. Konseling/Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
100 m or
reproduksi bagi calon pengantin dibagi total sasaran puskesmas dikali

pelayanan kesehatan
kesehatan reproduksi calon pengantin; dan
- n o
reproduksi bagi calon 2. Skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal
es
pengantin *(I.A.2) pemeriksaan status gizi meliputi :
k
(penentuan
n
m e
IMT/pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLa) dan tanda
anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

/p er
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau
bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi)

2) Persentase lansia
/0 5
Lansia yang berumur 60 tahun ke atas yang dibina/yang Jumlah puskesmas yang meningkatkan aktifitas fisik dibagi total
yang mendapatkan 2
mendapat pelayanan kesehatan/diskrining kesehatannya
2 puskesmas dikali 100
pelayanan kesehatan
*(I.A.1)
/ 2 0
minimal 1 kali dalam kurun waktu 1 tahun

3) Persentase
o m
Puskesmas yang mampu membina kebugaran jasmani Jumlah puskesmas yang meningkatkan aktifitas fisik dibagi total
puskesmas
meningkatkan
yang minimal
n a.c sasaran anak usia sekolah (sekolah
madrasah/pesantren) dan usia produktif (OPD/calon
puskesmas dikali 100

aktifitas fisik *(I.A.6)


ly a
jamaah haji/kelompok olahraga)
4 Kegiatan: Pembinaan Tata Kelola
m u
Kesehatan Masyarakat
i n a
a Sasaran
. a
Kegiatan:

ww
Meningkatnya tata kelola
kesehatan masyarakat

: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 442 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase Persentase puskesmas yang memenuhi persyaratan
2
Jumlah puskesmas yang menerapkan BLUD dibagi total jumlah
2
puskesmas
menerapkan
yang
BLUD
penetapan BLUD yaitu
1. Kriteria substantif
- 2 0
puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan) dikali 100

*(I.A.7) 2. Kriteria teknis


u n
3. Kriteria administratif
t a h
2) Persentase Puskesmas yang melakukan perencanaan tingkat -
Jumlah puskesmas yang melakukan perencanaan puskesmas melalui
3
puskesmas yang puskesmas melalui lokakarya mini sehingga menghasilkan
1
lokakarya mini dibagi seluruh puskesmas dikali 100
-
melakukan
perencanaan tingkat
RUK dan RPK

m or
puskesmas melalui
lokakarya mini
- n o
*(I.A.7)
es
3) Persentase n k
Puskesmas yang melakukan pelaporan indikator puskesmas Jumlah puskesmas yang melaksanakan pemantauan wilayah dibagi
puskesmas yang setiap bulan
m e jumlah seluruh puskesmas dikali 100
melaksanakan
pemantauan wilayah
/p er
kerja *(I.A.7)
/0 5
5 Kegiatan: Penyehatan
2 2
Lingkungan
a Sasaran Kegiatan: / 2 0
Meningkatnya kualitas
o m
lingkungan
a .c
1) Persentase
a n
Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Jumlah desa/kelurahan yang telah terverifikasi SBS dibagi jumlah
desa/kelurahan
dengan Stop Buang u ly
Sembarangan (SBS) didefinisikan sebagai desa/kelurahan
yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktik
desa/kelurahan di wilayah dan pada periode yang sama dikali 100

air
a
besarm buang air besar sembarangan melalui proses verifikasi.
i n
Sembarangan (SBS)
a
.
*(I.A.6)
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 443 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Persentase sarana air Persentase sarana air minum yang telah dilakukan
2
Jumlah sarana air minum yang diawasi yang memenuhi syarat
2
minum
diawasi/diperiksa
yang pengawasan eksternal oleh dinas kesehatan dengan
melakukan verifikasi atas pengawasan internal yang
- 2
tersebut (total sarana) dikali 1000
kualitas air aman dibagi jumlah sarana air minum yang ada di wilayah

kualitas air memenuhi kualitas air minum aman (yang dikuatkan


u n
minumnya sesuai
standar *( I.A.6)
dengan hasil pengujian kualitas air minum fisik, kimia,
mikrobiologi)
t a h
3 -
6 Kegiatan: Pembinaan Kesehatan
- 1
Jiwa
a Sasaran Kegiatan: m or
Meningkatnya upaya
- n o
kesehatan jiwa masyarakat
e s
1) Persentase penduduk
n k
Penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan Penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa,
usia ≥ 15 tahun e
jiwa, yang dilakukan skrining dengan menggunakan
m
yang dilakukan skrining dibagi Jumlah proyeksi penduduk ≥ 15 tahun

er
dengan risiko instrumen SDQ (untuk usia 15-18 tahun) dan/ atau SRQ- dengan risiko masalah kesehatan jiwa dikali 100
masalah kesehatan
jiwa yang
5 /p
20 (usia diatas 18 tahun), dan/ atau ASSIST, yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan/ atau guru terlatih.
mendapatkan
skrining *(I.A.1) 2 /0
0 2
2) Persentase
penyandang / 2
Persentase penyandang gangguan depresi, ansietas, dan
skizofrenia yang memperoleh layanan di fasyankes dengan
Penyandang gangguan jiwa (depresi/ ansietas/ skizofrenia) yang
mendapat layanan dibagi Jumlah estimasi penyandang gangguan jiwa
gangguan jiwa yang
o m
kriteria:sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan (depresi/ ansietas/ skizofrenia) berdasarkan Riskesdas terbaru dikali
memperoleh layanan .c
Diagnosis Ganguan Jiwa Edisi III (1981) Nakes (UU No. 36
a 100
di fasyankes *(I.A.1)
n
Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan terlatih Membuat
a
7 Kegiatan: Penguatan Kesehatan u y
pencatatan dan pelaporan
l
Masyarakat di Provinsi
a m
a i n
a Sasaran

w
Menguatnya . Kegiatan:
pelaksanaan

ww
program kesehatan

: / /
masyarakat di provinsi

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 444 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Jumlah provinsi yang Provinsi yang melakukan penguatan kabupaten/kota dalam
2
Jumlah provinsi yang melakukan penguatan kabupaten/kota dalam
2
melakukan
penguatan
pelayanan kesehatan ibu, anak dan gizi
0
pelayanan kesehatan ibu, anak dan gizi dalam kurun waktu 1 tahun

- 2
kabupaten/kota
u n
dalam pelayanan
kesehatan ibu, anak
t a h
dan gizi *(I.A.2)
3 -
- 1
II
Program: Pencegahan
Pengendalian Penyakit
dan

m or
A Sasaran Program:
- n o
Meningkatnya upaya
e s
pencegahan penyakit
n k
1 Persentase e
Jumlah kabupaten/kota yang minimal 2 indikator kegiatan
m
Jumlah kabupaten/kota yang minimal 2 indikator kegiatan mencapai

er
kabupaten/kota yang mencapai target (cakupan IDL, cakupan antigen baru, target (cakupan IDL, cakupan antigen baru, cakupan imunisasi lanjut
mencapai
imunisasi rutin
target

5 /p
cakupan imunisasi lanjut Baduta, imunisasi lanjutan
lengkap di usia sekolah dan cakupan WUS yang memiliki
Baduta, imunisasi lanjutan lengkap di usia sekolah dan cakupan WUS
yang memiliki status T2+) dibagi dengan jumlah kabupaten/ kota di
status T2+)
2 /0 kali 100
B Sasaran Program:
0 2
Menurunnya
penyakit HIV
Infeksi
/ 2
o m
a.c
1 Persentase cakupan Jumlah total orang dengan HIV yang ditemukan masuk Jumlah total orang dengan HIV yang ditemukan masuk dalam layanan
penemuan dan dalam layanan tes dan pengobatan yang masih tes dan pengobatan yang masih mendapatkan pengobatan Anti Retro
pengobatan kasus
a n
mendapatkan pengobatan Anti Retro Virus (ART). Angka ini Virus (ART) diibagi jumlah orang dengan HIV yang ditemukan dalam
HIV (ODHA on ART)
u ly
menggambarkan temuan kasus HIV disuatu wilayah pada
waktu tertentu dan mendapatkan penanganan
kurun waktu tertentu di kali 100

a m
C Sasaran
n
Program:
a i
1
.
Menurunnya Insiden TBC

w
Cakupan penemuan Persentase semua kasus TBC ditemukan dan diobati yang Jumlah semua kasus TBC ditemukan dan diobati yang dilaporkan

w w
dan pengobatan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua kasus TBC dibagi dengan perkiraan jumlah semua kasus TBC (insiden) dikali

: / / kasus TBC (insiden)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 445 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2
100. Data semua kasus TBC diperoleh dari Aplikasi Sistem Informasi
2
Tuberkulosis (SITB)

- 2 0
D Sasaran Program:
u n
Meningkatnya kabupaten/
t a h
kota yang
eliminasi malaria
mencapai
3 -
- 1
1 Jumlah
kabupaten/kota yang
Kabupaten/kota dengan angka insiden malaria < 1 per 1000
penduduk or
Jumlah kabupaten/kota dengan jumlah kasus positif yang

m
terkonfirmasi laboratorium dalam satu tahun di satu wilayah
mencapai API <
- n o
dibandingkan dengan jumlah penduduk berisiko pada tahun yang
1/1000 penduduk
e s sama dikali 1000
E Sasaran Program:
n k
Meningkatnya
kabupaten/kota yang
m e
mencapai eliminasi kusta
/p er
1 Proporsi kasus kusta
baru tanpa cacat /0 5
Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat (cacat tingkat 0) di
antara total kasus baru yang ditemukan di suatu wilayah
Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat (cacat tingkat 0) di antara total
kasus baru yang ditemukan di suatu wilayah dalam periode waktu 1

2 2
dalam periode waktu 1 (satu) tahun. (satu) tahun.
F Sasaran Program:
/ 2 0
Meningkatnya pencegahan
o m
dan pengendalian penyakit
menular
a .c
a n
1 Persentase
pengobatan penyakit
u ly
Persentase kasus pneumonia balita yang ditemukan dan
diberikan pengobatan antibiotik dan kasus diare balita yang
Persentase kasus pneumonia balita yang diberikan antibiotik =
Jumlah kasus pneumonia balita yang diobati dengan antibiotik dibagi
menular pada Balita
a m diberikan oralit dan zinc dengan total kasus pneumonia balita yang ditemukan di FKTP dikali
100

a i n
w . - Persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan zinc = Jumlah
kasus diare balita yang diberi oralit dan zinc dibagi dengan jumlah

ww
total kasus diare balita yang ditemukan di FKTP dikali 100

: / / - Persentase pengobatan penyakit menular pada balita adalah rerata

ht tps dari persentase kasus pneumonia pada balita yang diberikan

jdih.kemkes.go.id
- 446 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2
antibiotik dan persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan
2
zinc dibagi 2

- 2 0
2 Persentase skrining Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini
u n
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini Hepatitis B
penyakit menular Hepatitis B dan atau Hepatitis C pada populasi berisiko h
dan atau Hepatitis C pada salah satu populasi berisiko (Ibu hamil,
t a
pada
berisiko
kelompok
-
tenaga kesehatan, WBP, Penasun, ODHA, pasien HD, dll) dibagi
3
jumlah kabupaten/kota di seluruh Indonesia kali 100
- 1
3 Jumlah
kabupaten/kota yang
Jumlah kabupaten/kota yang telah mencapai eradikasi
frambusia dan atau eliminasi penyakit tropik terabaikan or
Jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eradikasi frambusia

m
dan atau eliminasi penyakit tropik terabaikan (filariasis atau rabies).
mencapai eliminasi (filariasis atau rabies).
- n o
penyakit
terabaikan
tropis
e s
n k
G Sasaran Program: Tidak
meningkatnya prevalensi
m e
obesitas pada penduduk
usia > 18 tahun /p er
1 Jumlah /0 5
Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini faktor Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini
kabupaten/kota yang risiko PTM
22 faktor risiko PTM
melakukan deteksi
dini faktor risiko PTM / 20
H Sasaran Program:
.c om
Menurunnya persentase
n a
merokok penduduk usia 10-
18 tahun
ly a
u
am
1 Jumlah Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pengendalian Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melakukan pengendalian
kabupaten/kota yang faktor risiko PTM (hipertensi, diabetes dan konsumsi faktor risiko PTM (hipertensi, diabetes dan konsumsi merokok)
melakukan
a i n merokok)

w
risiko
.
pengendalian faktor

w w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 447 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
I Sasaran Program:
2 2
Meningkatnya jumlah
kabupaten/kota sehat
- 2 0
1 Persentase Kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesling yaitu
u n
Jumlah kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan
kabupaten/kota yang kabupaten/kota yang:
a h
lingkungan dibagi dengan jumlah kabupaten/kota dikali 100
t
memenuhi kualitas
1. 50% Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar
3 -
kesehatan
- 1
lingkungan 2. 65% Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar
m or
3. 68% sarana air minum dengan kualitas air minum sesuai
- n o
standar
e s
n k
4. 60% desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
5. 40% RS melaksanakan penyelenggaraan
m ekesehatan
lingkungan

/p er
J Sasaran Program:
Meningkatnya kemampuan
/0 5
surveilans berbasis
2 2
laboratorium
/ 2 0
1 Persentase
kabupaten/kota yang
o m
Presentase provinsi yang 80% kabupaten/kotanya telah
memiliki labkesmas dan mempunyai kemampuan surveilans
Jumlah provinsi dengan 80% kabupaten/kota yang telah memiliki
labkesmas dan mempunyai kemampuan surveilans epidemiologi
memiliki
a .c
epidemiologi (kemampuan alam mendeteksi dan dibagi seluruh provinsi dikali 100
laboratorium
n
mengendalikan penyakit potensi KLB/ wabah/ KKM)
a
kesehatan
masyarakat dengan
u ly
kemampuan
a m
surveilans
a i n
2
w
yang
.
Persentase fasyankes
telah
Persentase fasyankes yang meliputi laboratorium kesehatan
masyarakat, puskesmas, klinik dan rumah sakit yang telah
Jumlah labkesmas, puskesmas, klinik dan rumah sakit yang
terintegrasi sistem surveilans dibagi jumlah seluruh labkesmas,

: / / ww
terintegrasi
sistem
dalam
informasi
terintegrasi dalam sistem informasi surveilans berbasis
digital
puskesmas, klinik dan rumah sakit dikali 100

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 448 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
surveillans berbasis
2 2
K Sasaran
digital
Program: - 2 0
Meningkatnya pengelolaan
u n
kedaruratan kesehatan
t a h
masyarakat
3 -
1 Jumlah provinsi yang Dinas Kesehatan Provinsi membentuk Tim Manajemen - 1
Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang memiliki Tim Manajemen
sudah memiliki Tim
Penanganan Bencana
Krisis Kesehatan sesuai standar dan mendapatkan pelatihan
minimal 1 kali dalam 1 tahun. Jenis pelatihan yang m or
Krisis Kesehatan, ditunjukkan melalui SK Tim yang ditanda tangan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kedaruratan diberikan antara lain manajemen krisis kesehatan dan/atau
- n o
Kesehatan penyusunan peta respon dan/atau penyusunan rencana
e s
Masyarakat sesuai
standar dan rutin k
kontingensi dan/atau manajemen logistik dan/atau sistem
n
informasi pengelolaan krisis kesehatan dan/atau table top
melaksanakan exercise dan/atau simulasi.
m e
latihan minimal 1
tahun sekali
/p er
2 Jumlah provinsi yang
/0 5
Provinsi yang memiliki Tim Kegawatdaruratan Medis Jumlah provinsi dengan Tim Kegawatdaruratan Medis dan/atau
sudah memliki 2
dan/atau relawan kesehatan terlatih penanganan bencana
2 relawan kesehatan yang ada yang dapat dilihat melalui dashboard
tenaga cadangan
yang terlatih untuk
/ 2 0
dan kedaruratan kesehatan sesuai standar (Pedoman Tim
Kegawatdaruratan Medis).
registrasi pemerintah pusat

penanganan bencana
m
Tim Kegawatdaruratan Medis dan/atau relawan kesehatan
o
dan kedaruratan
kesehatan .c
yang ada di setiap provinsi melakukan registrasi ke
a
pemerintah pusat.
masyarakat sesuai
a n
Jenis Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan klinis dan
standar
u ly
non klinis.
Pelatihan klinis antara lain: BLS dan/atau BCLS dan/atau

a m ACLS dan/atau BTLS dan/atau BSS dan/atau ATLS

a i n dan/atau PHTLS dan/atau PTC dan/atau PPGD dan/atau

w . Disaster Wound Care.


Pelataihan non klinis antara lain: Manajemen krisis

: / / ww kesehatan dan/atau Rapid Health Assessment (RHA)


dan/atau safer access (safety and security) dan/atau

tps
manajemen perjalanan dan/atau medical waste

ht
jdih.kemkes.go.id
- 449 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
management dan/atau (manajemen pembuangan limbah
2 2
medis) dan/atau Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) dan/atau defensive driving dan/atau manajemen
- 2 0
logistik dan/atau penanganan korban massal.
u n
1 Kegiatan: Pengelolaan Imunisasi
t a h
a Sasaran Kegiatan: 3 -
- 1
or
meningkatnya cakupan
imunisasi dasar lengkap
dan antigen baru
o m
1) Persentase bayi usia Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi
s - nJumlah bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
0-11 bulan yang
e
dasar lengkap meliputi 1 dosis Hepatitis B pada usia 0-7
k yang terdiri dari: satu dosis Imunisasi Hepatitis B, satu dosis
mendapat Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL) e n
hari, 1 dosis BCG, 4 dosis Polio tetes (bOPV), 1 dosis Polio
suntik (IPV), 3 dosis DPT-HB-Hib, serta 1 dosis Campak
imunisasi BCG, empat dosis imunisasi Polio oral, satu dosis imunisasi
IPV, tiga dosis imunisasi DPT-HB-Hib, dan satu dosis imunisasi
*(II.A.1)
erm
Rubela (MR) di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun Campak Rubella dalam kurun waktu satu tahun dibagi 95% jumlah

5 /p bayi usia 0-11 bulan selama kurun waktu yang sama, dikali 100.

2) Persentase imunisasi
dasar lengkap pada
2 /0
Persentase anak usia 12-23 bulan yang sudah mendapat
imunisasi dasar lengkap meliputi:
Jumlah anak usia 12-23 bulan yang sudah mendapatkan imunisasi
dasar lengkap berdasarkan hasil survei dibagi 95% jumlah anak usia
anak usia 12-23 2
a. 1 dosis Hepatitis B pada usia 0-7 hari,
0 12-23 bulan pada tahun survei dikali 100
bulan *(II.A.1) b. 1 dosis BCG,
/ 2
o m
c. 4 dosis Polio tetes (bOPV),
d. 1 dosis Polio suntik (IPV),

a .c
e. 3 dosis DPT-HB-Hib
n
f. 1 dosis Campak Rubela (MR)
a
u ly
berdasarkan hasil survei

am
3) Persentase bayi usia Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar PCV
0-11
mendapat
bulan

a i n yang
antigen
dasar antigen baru, meliputi imunisasi PCV dan imunisasi
rotavirus sesuai dosis jenis vaksin yang digunakan dalam
dosis terakhir dalam kurun waktu satu tahun, ditambah jumlah bayi
usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar rotavirus dosis

w .
baru *(II.A.1) kurun waktu satu tahun terakhir dalam kurun waktu satu tahun, dibagi 80% (jumlah seluruh

w w bayi usia 0-11 bulan yang menjadi sasaran introduksi imunisasi PCV
dalam kurun waktu yang sama, ditambah jumlah seluruh bayi usia 0-

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 450 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2
11 bulan yang menjadi sasaran introduksi imunisasi rotavirus dalam
2
kurun waktu yang sama) dikali 100

- 2 0
u n
t a h
3 -
- 1
4) Persentase anak usia
12-24 bulan yang
Persentase anak usia 12-24 bulan yang sudah mendapat
imunisasi lanjutan baduta (bayi usia di bawah 2 tahun) or
Jumlah anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan
baduta (bayi usia di bawah 2 tahun) meliputi 1 dosis imunisasi DPT-
m
mendapat imunisasi
lanjutan baduta
meliputi 1 dosis imunisasi DPT-HB-HiB serta 1 dosis
imunisasi Campak Rubela di satu wilayah dalam kurun
- n o
HB-HiB serta 1 dosis imunisasi Campak Rubela di satu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun, dibagi 90% jumlah anak usia 18-24 bulan
*(II.A.1) waktu 1 tahun
e s dalam kurun waktu yang sama, dikali 100

n k
5) Persentase anak yang
mendapatkan
Persentase anak
(SD)/MI/?sederajat
usia kelas 6
e
Sekolah

m
yang sudah mendapat imunisasi
Dasar Jumlah anak usia kelas 6 SD yang mendapat imunisasi lanjutan
lengkap yaitu: satu dosis imunisasi DT, satu dosis imunisasi MR, dua
imunisasi
lengkap
lanjutan
di usia
/p er
lanjutan lengkap meliputi: 1 dosis imunisasi Difteri Tetanus
(DT), 1 dosis imunisasi Campak Rubela (MR), 2 dosis
dosis Td dalam kurun waktu satu tahun dibagi jumlah anak usia kelas
6 SD/MI/Sederajat selama kurun waktu yang sama dikali 100
sekolah dasar 5
imunisasi Td di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun
/0
*(II.A.1)
2 2
6) Persentase
usia subur
wanita
yang dengan T5. / 2 0
TT2+ : Ibu hamil yang telah mempunyai status T2 sampai Jumlah ibu hamil yang sudah memiliki status imunisasi T2+
(berdasarkan hasil skrining maupun pemberian selama masa
memiliki status m
Persentase ibu hamil yang sudah memiliki status imunisasi
o kehamilan) dalam kurun waktu satu tahun, dibagi jumlah ibu hamil
imunisasi
*(II.A.1)
T2+
.c
T2+ di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun
a
selama kurun waktu yang sama, dikali 100

a n
2 Kegiatan: Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular
u ly
a Sasaran
a
Kegiatan: m
Meningkatnya i n
Penemuan
a
.
dan pengobatan kasus HIV
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 451 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase orang Jumlah orang dengan risiko (Ibu hamil, pasien IMS, pasien
2
Jumlah orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan
2
dengan risiko
terinfeksi virus yang
TBC, WPS, LSL, Penasun, WBP dan waria) , terinfeksi virus
yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia yang
- 2 0
sistem kekebalan tubuh manusia yang mendapatkan skrining HIV
dibagi target skrining orang yang berisiko yang ditetapkan oleh
melemahkan sistem mendapatkan skrining HIV. n
Kabupaten/kota dan atau kementerian kesehatan pada waktu
u
kekebalan
manusia
tubuh
yang
Angka ini menggambarkan orang yang berisiko mengetahui
status terinfeksi HIV secara dini.
tertentu di kali 100.
t a h
Jika target skrining kementerian berbeda dengan yang ditetapkan
mendapatkan
3 -
kabupaten/kota, maka yang akan digunakan adalah target dari
skrining HIV *(II.B.1)
- 1
kabupaten/kota
2) Persentase Orang Jumlah orang dengan HIV yang baru ditemukan masuk or
Jumlah orang dengan HIV yang baru ditemukan masuk dalam
m
dengan HIV (ODHIV)
baru ditemukan
dalam layanan tes dan pengobatan yang memulai terapi
Antiretro virus (ART). Angka ini menggambarkan temuan
- o
layanan tes dan pengobatan yang memulai terapi Antiretro virus (ART)
n
dibagi jumlah orang dengan HIV yang baru ditemukan masuk dalam
mendapatkan kasus HIV disuatu wilayah pada waktu tertentu.
e s layanan tes dan pengobatan dalam kurun waktu tertentu di kali 100
pengobatan ART
n k
*(II.B.1)
m e
b Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
penemuan
/p er
dan pengobatan kasus TBC
/0 5
1) Angka keberhasilan 2
Persentase semua kasus TBC yang sembuh dan pengobatan Jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap dibagi
pengobatan
*(II.C.1)
TBC
dilaporkan
/ 2 02
lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan dikali 100.
Angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua

.c om kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus. Data


keberhasilan pengobatan TBC diperoleh dari Aplikasi Sistem Informasi
n a Tuberkulosis (SITB)
c Sasaran Kegiatan:
ly a
Meningkatnya jumlah
m u
kabupaten/ kota dengan
API < 1/1000 penduduk
i n a
. a
1)
w
Jumlah Kabupaten/kota dengan jumlah kasus malaria positif yang Jumlah kabupaten/kota dengan jumlah kasus positif malaria

ww
kabupatn/kota yang terkonfirmasi dibandingkan dengan jumlah total dibandingkan dengan total jumlah pemeriksaan (positif dan negatif)
mencapai Positivity pemeriksaan yang dinyatakan dalam persentase baik menggunakan RDT atau mikroskop dikali 100
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 452 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Rate (PR) < 5%
2 2
*(II.D.1)

- 2 0
d Sasaran Kegiatan:
Meningkatnya proporsi u n
kasus kusta baru tanpa
t a h
cacat
3 -
- 1
or
1) Persentase penderita Jumlah penderita baru kusta (PB/MB) dari periode kohort 1 Jumlah penderita kusta baru yang telah RFT rate (PB menyelesaikan
kusta yang (satu) tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan pengobatan 6 dosis dalam waktu 6-9 bulan dan MB menyelesaikan
menyelesaikan tepat waktu (PB menyelesaikan 6 dosis dalam waktu 6-9 m
pengobatan 12 dosis dalam waktu 12-18 bulan) dibagi seluruh
o
pengobatan kusta
tepat waktu *(II.E.1)
bulan/MB menyelesaikan 12 dosis dalam waktu 12-18
bulan) dinyatakan dalam persentase
s - npenderita baru pada periode kohort tahun yang sama di kali 100

k e
e Sasaran Kegiatan:
Meningkatnya Pencegahan e n
dan pengendalian penyakit
erm
menular

5 /p
1) Persentase
pengobatan kasus
2 /0
Persentase kasus pneumonia balita yang ditemukan dan
diberikan pengobatan antibiotik
Jumlah kasus balita pneumonia yang diberi pengobatan antibiotik
dibagi seluruh kasus pneumonia pada balita yang berkunjung ke
pneumonia sesuai
0 2 fasyankes dikali 100
standar *(II.F.1)
/ 2
2) Persentase m
Persentase balita diare yang mendapat tatalaksana standar
o Jumlah balita diare yang diobati sesuai standar dibagi seluruh balita
pengobatan kasus
diare sesuai standar .c
dengan pemberian oralit dan zinc
a
diare yang berkunjung ke fasyankes dikali 100

*(II.F.1)
an
3) Persentase
u ly
Jumlah kabupaten/kota yang salah satu fasyankesnya Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini Hepatitis B
kabupaten/kota yang
a m melaksanakan deteksi diniHepatitis B dan atau Hepatitis C dan atau Hepatitis C pada salah satu populasi berisiko, yaitu ibu
melaksanakan
a i n pada populasi berisiko hamil.tenaga kesehatan, WBP, Penasun, ODHA, Pasien HD,dll) dibagi

w .
deteksi dini Hepatitis
B dan C pada
jumlah kabupaten/kota di seluruh Indonesia dikali 100

ww
populasi berisiko

: / / *(II.F.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 453 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
4) Persentase pasien Jumlah pasien sifilis yang mendapatkan pengobatan sesuai
2
Jumlah pasien sifilis yang mendapatkan pengobatan sesuai dengan
2
sifilis yang
*(II.F.2)
diobati dengan standar. Angka ini menggambarkan penemuan dan
pemutusan penularan sifilif pada kelompok yang berisiko waktu tertentu dikali 100
- 2 0
standar.dibagi jumlah pasien sifilis yang ditemukan pada periode

terinfeksi sifilis
u n
5) Jumlah desa Jumlah desa endemis schistosomiasis yang berhasil
a h
Jumlah kumulatif desa endemis schistosomiasis yang berhasil
t
endemis schitomiasis menurunkan prevalensi pada manusia menjadi 0% -
menurunkan prevalensi pada manusia menjadi 0%
3
yang mencapai
- 1
6)
eliminasi *(II.F.3)
Jumlah Jumlah Kabupaten/Kota yang tidak ditemukan kasus m or
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang tidak ditemukan kasus
kabupaten/kota kematian pada manusia dan spesimen hewan positif rabies
- n o
kematian pada manusia dan spesimen hewan positif rabies dalam
eliminasi rabies dalam kurun waktu dua tahun terakhir
e s kurun waktu dua tahun terakhir
*(II.F.3)
n k
7) Persentase e
Persentase kabupaten/kota yang mempunyai IR DBD ≤ 10
m
Kabupaten/kota yang mempunyai IR DBD ≤ 10 per 100.000 penduduk

er
kabupaten/kota per 100.000 penduduk dibagi jumlah kabupaten/ kota yang ada dikali 100
dengan Insiden Rate
(IR) DBD ≤ 10 per
5 /p
100.000
*(II.F.3)
peduduk
2 /0
0 2
8) Jumlah
kabupaten/kota / 2
Jumlah kabupaten/kota endemis yang telah melaksanakan
POPM filariasis selama minimal 5 tahun dan berhasil
Jumlah kumulatif kabupaten/kota endemis yang telah melaksanakan
POPM filariasis selama minimal 5 tahun dan berhasil menurunkan
endemis filariasis
o m
menurunkan angka mikrofilaria <1% angka mikrofilaria <1%
berhasil
a .c
menurunkan angka
an
mikrofilaria < 1%
*(II.F.3)
u ly
9) Jumlah
a m Jumlah kabupaten/kota endemis yang telah lulus survei Jumlah kumulatif kabupaten/kota edemis yang telah lulus survei

a i
kabupaten/kota n evaluasi penularan (Transmission Assesment Survey) tahap evaluasi penularan (Transmission Assesment Survey) tahap kedua

w .
endemis filariasis
yang mencapai
kedua

: / / ww
eliminasi *(II.F.3)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 454 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3 Kegiatan: Pencegahan dan
2 2
pengendalian Penyakit
Menular (PTM)
Tidak

- 2 0
a Sasaran Kegiatan:
u n
Meningkatnya jumlah
t a h
kabupaten/ kota yang
3 -
melakukan deteksi dini
- 1
faktor risiko PTM
1) Persentase penduduk Persentase penduduk sesuai kelompok sasaran yang m or
Rerata persentase yang dihitung dengan cara : menjumlahkan
sesuai kelompok usia mendapatkan skrining PTM Prioritas yaitu Hipertensi, DM,
- n o
persentase masing-masing skrining dibagi dengan 9.
yang dilakukan
s
Obesitas, Stroke, Jantung, PPOK, Kanker Payudara, Kanker
e Persentase masing-masing skrining dihitung dengan jumlah sasaran
skrining
prioritas *(II.G.1)
PTM Leher Rahim, Katarak dan Kelainan Refraksi, Tuli
n k
Kongenital, dan Otitis Media Supurative Kronis (OMSK)
yang mendapatkan skrining (Hipertensi, DM, Obesitas, Stroke,
Jantung, PPOK, Kanker Payudara, Kanker Leher Rahim, Kelainan

m e Refraksi, dan/atau Otitis Media Supurative Kronis (OMSK) dalam 1

/p er tahun dibagi jumlah sasaran masing-masing jenis skrining dikali 100.


Rerata persentase yang dihitung dengan cara : menjumlahkan

/0 5 persentase masing-masing skrining dibagi dengan 9

b Sasaran Kegiatan:
2 2
Meningkatnya
kabupaten/kota
jumlah
yang / 2 0
melakukan Pengendalian
o m
faktor risiko PTM
a .c
n
lya
1) Jumlah Persentase kabupaten/kota yang minimal 80% Jumlah kabupaten/kota yang minimal 80% puskesmasnya
kabupaten/kota yang puskesmasnya melaksanakan Pelayanan Terpadu PTM melaksanakan Pelayanan Terpadu PTM (PANDU PTM) dalam 1 tahun
melakukan
pelayanan terpadu m u (PANDU PTM) dibagi dengan total kabupaten/kota dikali 100

i n
(Pandu) PTM di ≥ 80%a
. a
puskesmas *(II.H.1)
2)
ww
Persentase Hipertensi terkendali jika tekanan darah Sistole <140mmHg Jumlah penyandang hipertensi yang tekanan sistol dan diastol turun

: / / w
penyandang
hipertensi yang
dan diastole <90 mmHg dari pemeriksaan sebelumnya dalam kurun waktu 1 tahun minimal 3
kali (3 bulan) dibagi seluruh penyandang hipertensi dikali 100

tps
tekanan darahnya

ht
jdih.kemkes.go.id
- 455 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
terkendali di
2 2
puskesmas/FKTP
*(II.H.1)
- 2 0
3) Persentase Persentase peyandang diabetes melitus yang gula darah
u n
Jumlah penyandang diabetes melitus yang gula darah puasa <126
penyandang diabetes puasa < 126 mg/dl atau gula darah 2 jam pp nya < 200
a h
mg/dl atau gula darah 2 jam pp nya <200 mg/dl sebanyak minimal 3
t
melitus yang gula mg/dl sebanyak minimal 3 kali (3 bulan) atau HbA1c <7% -
kali (3 bulan) atau HbA1c <7% minimal 1 kali dalam kurun waktu 1
3
darahnya terkendali minimal 1 kali dalam kurun waktu 1 tahun
1
tahun dibagi jumlah seluruh penyandang diabetes melitus dikali 100
-
di puskesmas/FKTP
*(II.H.1)
m or
4) Jumlah Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Peraturan Daerah
- n o
Jumlah kumulatif kabupaten/kota memiliki Peraturan Daerah
kabupaten/kota yang tentang Kawasan Tanpa Rokok dan atau menerapkan
es tentang Kawasan Tanpa Rokok dan atau terdapat lebih dari 40%
menerapkan
Kawasan Tanpa
Kawasan Tanpa Rokok dilebih dari 40% tatanan.
n k tatanan yang memenuhi indikator Penerapan KTR (3 dari 7 tatanan)

Rokok (KTR) *(II.H.1)


m e
er
5/p
5) Jumlah Jumlah kabupaten/kota yang memiliki lebih dari 40% Jumlah kumulatif kabupaten/kota dengan lebih dari 40% Puskesmas
kabupaten/kota yang puskesmas yang menyelenggarakan Layanan Upaya yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti Merokok
melakukan
pelayanan Upaya
Berhenti Merokok
2 /0
2
Berhenti
*(II.H.1)
Merokok
/ 20
4 Kegiatan:
Lingkungan
Penyehatan
.c om
n a
a Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
Kualitas
ly a
lingkungan
m u
1) Persentase
i n a Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Jumlah desa/kelurahan yang telah terverifikasi SBS dibagi jumlah

. a
desa/kelurahan Sembarangan (SBS) didefinisikan sebagai desa/kelurahan desa/kelurahan di wilayah dan pada periode yang sama dikali 100

w
dengan Stop Buang yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktik

ww
air besar buang air besar sembarangan melalui proses verifikasi.

: / / Sembarangan (SBS)
*(II.I.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 456 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Persentase sarana air Persentase sarana air minum yang telah dilakukan
2
Jumlah sarana air minum yang diawasi yang memenuhi syarat
2
minum
diawasi/diperiksa
yang pengawasan eksternal oleh dinas kesehatan dengan
melakukan verifikasi atas pengawasan internal yang
- 2
tersebut (total sarana) dikali 1000
kualitas air aman dibagi jumlah sarana air minum yang ada di wilayah

kualitas air memenuhi kualitas air minum aman (yang dikuatkan


u n
minumnya
standar *(II.I.1)
sesuai dengan hasil pengujian kualitas air minum fisik, kimia,
mikrobiologi)
t a h
3 -
5 Kegiatan: Surveilans dan
- 1
Kekarantinaan Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: m or
meningkatnya jumlah dan
- n o
kemampuan pemeriksaan
e s
spesimen labkesmas
n k
1) Jumlah labkesmas e
Unit yang melaksanakan fungsi labkesmas minimal mampu
m
Jumlah unit yang melaksanakan fungsi labkesmas minimal mampu

er
kabupaten/kota yang melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab
melaksanakan
pemeriksaan serologi, biologi molekuler
5 /p
penyebab penyakit berdasarkan metode mikroskopis,
sederhana, dan
penyakit berdasarkan metode mikroskopis, serologi, biologi molekuler
sederhana, dan pengepakan/pengiriman spesimen
specimen penyakit
menular *(II.J.1)
pengepakan/pengiriman spesimen
2 /0
0 2
2) Jumlah provinsi yang
memiliki labkesmas / 2
Provinsi yang memiliki labkesmas
penyakit berpotensi KLB/wabah
rujukan spesimen Jumlah unit yang ditetapkan dan melaksanakan fungsi rujukan
labkesmas yang mampu melakukan deteksi dan identifikasi
rujukan spesimen
o m organisme penyebab penyakit berdasarkan metode mikroskopis,
penyakit berpotensi
a .c serologi, biakan, uji kepekaan obat, biologi molekuler, dan
KLB/wabah *(II.J.1)
an pengepakan/pengiriman spesimen
3) Jumlah labkesmas
dan KKP yang bisa
ly
Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini
u
dan merespon emerging diseases, new emerging diseases, re-
Jumlah unit yang ditetapkan dan melaksanakan fungsi labkesmas
rujukan regional di wilayah dan pintu masuk domestik dan
mendeteksi
a m emerging diseases (alert digital systems) internasional, yang melakukan deteksi, dan respon peringatan dini
i n
peringatan dini dan
a emerging diseases, new emerging diseases, re-emerging diseases serta

w .
merespon emerging
diseases, new
faktor risiko KKM (penyakit, nubika, bioterorism, dan pangan) yang
tertangkap dalam alert digital system

: / / ww
emerging diseases,
re-emerging diseases

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 457 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
(alert digital systems)
2 2
*(II.J.1)

- 2 0
b Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
jumlah u n
Labkesmas, FKTP dan RS
t a h
yang melaporkan hasil
3 -
surveilans
- 1
1) Persentase
labkesmas yang
Unit yang melaksanakan fungsi labkesmas yang memiliki
sistem informasi laboratorium baik manual atau digital, dan m or
Jumlah unit yang melaksanakan fungsi labkesmas yang memiliki
sistem informasi laboratorium baik manual atau digital, dan
terintegrasi dan terintegrasi dengan sistem informasi Kemenkes
- n o
terintegrasi dengan sistem informasi Kemenkes dibagi Jumlah
melaporkan hasil
e s labkesmas dikali 100
surveilans ke sistem
n k
informasi Kemenkes
*(II.J.2)
m e
er
5/p
2) Persentase Laboratorium Puskesmas dan laboratorium klinik yang Jumlah laboratorium puskesmas dan laboratorium klinik yang
puskesmas dan melaksanakan fungsi labkesmas yang memiliki sistem melaksanakan fungsi labkesmas yang memiliki sistem informasi
klinik
terintegrasi
yang
dan 2 /0
informasi laboratorium baik manual atau digital, dan
terintegrasi dengan sistem informasi Kemenkes.
laboratorium baik manual atau digital, dan terintegrasi dengan sistem
informasi Kemenkes dibagi Jumlah Laboratorium Puskesmas dan
2
melaporkan hasil
surveilans ke sistem
/ 20 laboratorium klinik dikali 100

informasi Kemenkes
*(II.J.2)
.c om
3) Persentase RS yang
n a
Laboratorium RS yang melaksanakan fungsi labkesmas Jumlah laboratorium RS yang melaksanakan fungsi labkesmas yang
terintegrasi
melaporkan
dan
hasil
u lya
yang memiliki sistem informasi laboratorium baik manual
atau digital, dan terintegrasi dengan sistem informasi
memiliki sistem informasi laboratorium baik manual atau digital, dan
terintegrasi dengan sistem informasi Kemenkes dibagi jumlah
surveilans ke sistem
a m Kemenkes. laboratorium RS dikali 100

*(II.J.2)
a i n
informasi Kemenkes

6 w .
Kegiatan: Dukungan Pelayanan
w
Kekarantinaan di Pintu Masuk
w
/ /
Negara dan Wilayah
:
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 458 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
a Sasaran kegiatan :
2 2
Meningkatnya
kekarantinaan
Pelayanan
di pintu
- 2 0
masuk negara dan wilayah
u n
1) Persentase faktor Faktor risiko yang dikendalikan berdasarkan temuan pada
a h
Jumlah faktor risiko yang dikendalikan pada orang, alat angkut,
t
risiko penyakit pemeriksaan orang, alat angkut, barang dan lingkungan -
barang dan lingkungan dibagi jumlah faktor risiko yang ditemukan
3
dipintu masuk yang dalam satu tahun.
1
pada 100 pemeriksaan orang, alat angkut, barang dan lingkungan
-
7
dikendalikan *(II.J.1)
Kegiatan: Dukungan Pelayanan m or
dikali 100

Surveilans dan Laboratorium


- n o
Kesehatan Masyarakat untuk
e s
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit n k
m e
er
a Sasaran Kegiatan :
Meningkatnya
surveilans
pelayanan
dan lab
5 /p
kesehatan masyarakat
2 /0
1) Persentase 2
Rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau kajian/Survei
0 Jumlah rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau kajian/survei
rekomendasi
surveilans
hasil
faktor / 2
faktor risiko kesehatan berbasis laboratorium baik
surveilans epidemiologi, surveilans faktor risiko penyakit,
faktor risiko kesehatan berbasis laboratorium yang dilaksanakan/
ditindaklajuti oleh B/BTKLPP dan stakeholder terkait sampai dengan
risiko penyakit
o m
kajian/survei penyakit dan faktor risiko penyakit, 3 tahun sejak rekomendasi dikeluarkan dibagi Jumlah rekomendasi
berbasis .c
pengembangan pengujian dan kendali mutu laboratorium
a hasil kegiatan 100 surveilans atau kajian/survei faktor risiko
laboratorium yang
n
oleh B/BTKLPP yang ditindaklanjuti/ dilaksanakan oleh
a kesehatan berbasis laboratorium yang disampaikan kepada
dimanfaatkan
*(II.J.1)
u ly
B/BTKLPP dan stakeholder terkait dalam periode 3 tahun
terakhir.
stakeholder terkait selama 3 tahun terakhir di kali 100

8 Kegiatan: Pembinaan Kesehatan


a m
Jiwa
a i n
a Sasaran
w . Kegiatan:

ww
Meningkatnya upaya

: / /
kesehatan jiwa masyarakat

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 459 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase penduduk Penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah
2
Jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan
2
usia ≥ 15 tahun
dengan risiko
kesehatan jiwa, yang dilakukan skrining dengan
menggunakan instrumen SDQ (untuk usia 15-18 tahun)
- 0
jiwa, yang dilakukan skrining dibagi jumlah proyeksi penduduk ≥ 15
2
tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa dikali 100
masalah kesehatan dan/ atau SRQ-20 (usia diatas 18 tahun), dan/ atau ASSIST,
u n
jiwa
mendapatkan
yang yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/ atau guru
terlatih.
t a h
skrining *(II.G.1)
3 -
- 1
2) Persentase
penyandang
Persentase penyandang gangguan depresi, ansietas, dan
skizofrenia yang memperoleh layanan di puskesmas dengan or
Jumlah penyandang gangguan jiwa (depresi/ ansietas/ skizofrenia)
yang mendapat layanan dibagi jumlah estimasi penyandang gangguan
m
gangguan jiwa yang
memperoleh layanan
kriteria:
sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
- n o
jiwa (depresi/ ansietas/ skizofrenia) berdasarkan Riskesdas terbaru
dikali 100
di puskesmas Ganguan Jiwa Edisi III
e s
(1981)
*( II.G.1) Nakes (UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
n k
terlatih
m e
er
Membuat pencatatan dan pelaporan
*Baseline: Data 2021: 302.441, 62% (skizofrenia & psikotik
akut), 0,42% (Depresi)
5 /p
3) Jumlah /0
Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara
penyalahgunaan
22
secara sukarela dan/ atau pembantaran, dan/ atau kasus sukarela dan/ atau pembantaran, dan/ atau kasus putusan
napza
mendapatkan
yang
/ 20
putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan
rehabilitasi medis rawat jalan dan/ atau rawat inap di IPWL
pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat
jalan dan/ atau rawat inap di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor).
pelayanan rehabiltasi
medis *( II.G.1)
om
(Institusi Penerima Wajib Lapor).
.c
n a
9 Kegiatan: Peningkatan
Kesehatan Jemaah Haji
ly a
a Sasaran
m
Kegiatan:
u
Terkelolanya
n a
pelayanan
i
Kesehatan haji
. a
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 460 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase jemaah Jemaah haji yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan
2
Jumlah jemaah haji yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan
2
haji
mendapatkan
yang sejak dari puskesmas, embarkasi, hingga Arab Saudi sesuai
Petunjuk Teknis Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan 100
- 2 0
sesuai standar dibagi jumlah kuota haji pada tahun berjalan di kali

pemeriksaan Haji (Petunjuk Teknis Permenkes Nomor 15 Tahun 2016


u n
kesehatan sesuai
standar *(II.J.2)
Tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji)
t a h
3 -
10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis
- 1
Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: m or
Meningkatnya upaya
- n o
pengelolaan krisis
e s
kesehatan di provinsi dan
kabupaten/kota n k
m e
er
1) Jumlah provinsi yang − Dinas Kesehatan Provinsi membentuk Tim Manajemen Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang memiliki Tim Managemen
memiliki
Manajemen
Tim
Krisis
Krisis Kesehatan

5 /p Krisis Kesehatan

/0
− Tim Manajemen Krisis Kesehatan secara ex officio
Kesehatan dalam
mendukung
2 2
diketuai oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
ketahanan kesehatan
*(II.K.1)

/ 2 0
Tim Manajemen Krisis Kesehatan mendapatkan
minimal 1 kali pelatihan terkait manajemen bencana
2) Persentase −
o m
Persentase jumlah semua kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan sumber daya
penanganan
kesehatan
krisis
yang
na.c
mengalami krisis kesehatan dan mendapatkan
dukungan sumber daya dalam upaya penanggulangan
dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan dibagi jumlah seluruh
kabupaten/kota yang mengalami krisis kesehatan dikali 100
ditanggulangi oleh
ly a
krisis kesehatan
kabupaten/kota
dalam 1 tahun
m u − Dukungan sumber daya dapat berupa sumber daya
*(II.K.1)
i n a manusia, sarana, prasarana, peralatan, obat dan atau
perbekalan kesehatan lainnya.
. a
b
w
Sasaran Kegiatan:
w
Meningkatnya upaya

/ w
pengelolaan krisis
: /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 461 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
kesehatan di
2 2
kabupaten/kota
1) Persentase Tim − Persentase jumlah semua kabupaten/kota yang - 2 0
Jumlah kabupaten/kota yang telah membentuk, melatih dan
Kegawatdaruratan mengalami krisis kesehatan dan mendapatkan
u n
meregistrasi Tim Kegawatdaruratan Medis dibagi jumlah seluruh
Medis terintegrasi dukungan sumber daya dalam upaya penanggulangan
a h
kabupaten/kota dikali 100
t
dan terlatih di krisis kesehatan
3 -
kabupaten/kota
− Dukungan sumber daya dapat berupa sumber daya
- 1
dalam mendukung
ketahanan kesehatan
manusia, sarana, prasarana, peralatan, obat dan atau
perbekalan kesehatan lainnya.
m or
*(II.K.2)
- n o
11 Kegiatan: Penguatan
e s
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit di Provinsi n k
m e
er
a Sasaran Kegiatan:
Menguatnya pelaksanaan
program pencegahan dan
5 /p
pengendalian penyakit di
provinsi 2 /0
0 2
1) Jumlah provinsi yang
melakukan / 2
Provinsi yang melakukan penguatan kabupaten/kota dalam
pelaksanaan deteksi dini faktor risiko PTM
Jumlah provinsi yang melakukan pendampingan ke kabupaten/kota
untuk pelaksanaan deteksi dini faktor risiko PTM minimal 1 kali per
penguatan
o m kabupaten/kota per tahun
kabupaten/kota
a .c
dalam pelaksanaan
an
deteksi dini faktor
risiko PTM *(II.F.2)
u ly
2)
a
Jumlah provinsi yang m Provinsi yang melakukan penguatan kabupaten/kota dalam Jumlah provinsi yang melakukan penguatan kabupaten/kota dalam
melakukan
a i n pelaksanaan percepatan penemuan kasus penyakit menular pelaksanaan percepatan penemuan kasus penyakit menular dalam

w .
penguatan
kabupaten/kota
kurun waktu 1 tahun

: / / ww
dalam pelaksanaan
percepatan

tps
penemuan kasus

ht
jdih.kemkes.go.id
- 462 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
penyakit menular
2 2
*(II.F.2)
Program: Pelayanan Kesehatan - 2 0
III
dan JKN
u n
t a h
A Sasaran
Meningkatnya
Program:
akses 3 -
pelayanan kesehatan dasar - 1
yang berkualitas
masyarakat
bagi
m or
1 Persentase Persentase Kecamatan dengan rata-rata pemenuhan SPA
- n o
Jumlah kecamatan dengan rata-rata pemenuhan Sarana, Prasarana,
kecamatan dengan
e
puskesmas diwilayahnya minimal 60% sesuai dengan data s Alat Kesehatan (SPA) puskesmas minimal 60% berdasarkan data
SPA puskesmas yang ASPAK
n k ASPAK dibagi total jumlah kecamatan dikali 100
memenuhi standar
m e
B Sasaran
Meningkatnya
Program:
mutu
/p er
pelayanan kesehatan
/0 5
primer
2 2
1 Persentase
terakreditasi
FKTP
/ 2 0
Persentase FKTP yang memiliki sertifikat akreditasi yang
masih berlaku pada tahun berjalan.
Jumlah kumulatif FKTP (puskesmas dan klinik pratama) yang telah
memiliki sertifikat akreditasi yang masih berlaku pada tahun berjalan

o m dibagi jumlah FKTP yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan


C Sasaran Program:
a .c
Meningkatnya peran
an
fasilitas
kesehatan primer
pelayanan
milik
u ly
swasta dalam pelayanan
a m
program prioritas
a i n
bagi
masyarakat
1 w .
Persentase Puskesmas di kawasan perkotaan yang membina dan Jumlah kumulatif puskesmas di kawasan perkotaan yang telah

: / / ww
puskesmas
melakukan
yang memiliki perjanjian kerjasama dengan FKTP lain (klinik
pratama, praktik mandiri dokter atau tenaga kesehatan
memiliki perjanjian kerjasama dengan FKTP lain (klinik pratama,
praktik mandiri dokter atau tenaga kesehatan lainnya) dalam

tps
kolaborasi dengan lainnya) dibawah pengawasan dinas kesehatan kabupaten mendukung program prioritas nasional (TB, Hipertensi dan DM) pada

ht
jdih.kemkes.go.id
- 463 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
FKTP lain dalam kota. klinik pratama dan praktik mandiri dokter adalah
2
akhir tahun berjalan dibagi dengan jumlah semua puskesmas di
2
mendukung
pelaksanaan program
yang telah bekerjasama dengan BPJS sampai Desember
2021
kawasan perkotaan dikali 100

- 2 0
prioritas
u n
D Sasaran Program:
t a h
Meningkatnya kualitas
3 -
Sarana, Prasarana, dan Alat
- 1
(SPA) fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan
m or
1 Persentase fasyankes Persentase rumah sakit dan labkes pemerintah yang sudah
- n o
Jumlah rumah sakit dan labkes pemerintah memiliki izin operasional
rujukan milik
s
memiliki izin operasional yang memiliki SPA sesuai standar
e yang memiliki SPA minimal 60% kelengkapan ASPAK dibagi jumlah
pemerintah
memenuhi
yang
Sarana n k rumah sakit pemerintah yang memiliki izin operasional dikali 100

Prasarana dan Alat


m e
(SPA) sesuai standar

/p er
E Sasaran
Meningkatnya
Program
pelaporan
:

/0 5
audit medis 9 penyakit
2 2
prioritas di rumah sakit
1 Persentase RS yang / 2 0
Persentase rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 Jumlah rumah sakit penyelenggara salah satu dari 9 layanan prioritas
melaporkan audit
o m
layanan prioritas yang melaporkan audit medis yang melaporkan audit medik dibagi total jumlah rumah sakit
medis pada 9
a .c penyelenggara salah satu dari 9 layanan prioritas dikali 100
penyakit prioritas
an
F Sasaran
Meningkatnya
Program:
akses u ly
a
terhadap fasilitas pelayanan m
i n
kesehatan rujukan strata 4
a
1
w .
Jumlah RS rujukan Jumlah rumah sakit yang ditetapkan menjadi RS rujukan Jumlah rumah sakit yang ditetapkan menjadi RS rujukan nasional

ww
nasional sesuai nasional

: / / standar

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 464 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
G Sasaran Program:
2 2
Terselenggaranya
pelayanan strata 4 di RS
- 2 0
Vertikal secara optimal
u n
1 Persentase RS Jumlah RS Vertikal BLU di lingkup Ditjen Pelayanan
a h
Jumlah RS Vertikal BLU di lingkup Ditjen Pelayanan Kesehatan
t
Vertikal BLU yang Kesehatan dengan kompetensi strata 4 (paripurna) yang -
dengan kompetensi strata 4 (Paripurna) yang menjadi pengampu
3
masuk strata 4 menjadi pengampu pelayanan 9 penyakit prioritas
1
pelayanan 9 penyakit prioritas dibagi jumlah seluruh RS Vertikal BLU
-
or
dikali 100

m
H Sasaran Program:
Terselenggaranya layanan 9
- n o
penyakit prioritas di rumah
e s
sakit pendidikan
n k
1 Jumlah rumah sakit Jumlah RS pemerintah pusat, pemerintah daerah
m e Jumlah RS pemerintah pusat, pemerintah daerah
penyelenggara
pendidikan yang
/p er
provinsi/kabupaten/kota, TNI/POLRI dan/atau swasta
yang sudah ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan di
provinsi/kabupaten/kota, TNI/POLRI dan/atau swasta yang sudah
ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan di 34 provinsi yang
mempunyai 5
34 provinsi yang menyelenggarakan minimal satu dari 9
/0
menyelenggarakan minimal satu dari 9 layanan penyakit prioritas
kompetensi rujukan
9 layanan prioritas
layanan penyakit prioritas
2 2
I Sasaran Program: / 2 0
Meningkatnya mutu
o m
pelayanan
rujukan
kesehatan
a .c
an
1 Persentase fasyankes
rujukan yang
u ly
Persentase fasyankes rujukan yang memenuhi standar
mutu pelayanan kesehatan, meliputi : registrasi, perijinan
Jumlah kumulatif fasyankes rujukan yang memenuhi standar mutu
pelayanan kesehatan dibagi jumlah fasyankes rujukan yang
memenuhi standar
a m akreditasi, mencapai target INM, melakukan pelaporan IKP teregistrasi di Kementerian Kesehatan dikali 100
mutu
a i n
J Sasaran
w . Program:
Menurunnya jumlah pasien

: /
negeri ww
WNI yang berobat ke luar
/
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 465 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1 Persentase pasien Persentase pasien WNI yang berobat ke Malaysia dan
2
Jumlah WNI yang berobat di Malaysia dan Singapura yang berasal dari
2
WNI di 5 provinsi
(Riau, Sumatera
Singapura dari 5 provinsi, yaitu: Provinsi Riau, Sumatera
Utara, Aceh, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat
- 0
5 provinsi pada tahun berjalan dibagi jumlah WNI yang berkunjung ke
2
Malaysia dan Singapura dari 5 provinsi pada tahun berjalan dikali 100
Utara, Aceh,
u n
Kepulauan Riau dan
Kalimantan Barat)
t a h
yang berobat ke luar
3 -
negeri
- 1
K Sasaran Program:
m or
Terselenggaranya
pelayanan Center of
- n o
Excellence di RS Vertikal
e s
secara optimal
n k
1 Jumlah RS Vertikal
m e
Jumlah RS Vertikal yang memiliki minimal 1 layanan Jumlah RS Vertikal yang memiliki minimal 1 layanan unggulan setara
yang
layanan
memiliki
unggulan
unggulan setara internasional

/p er internasional

internasional
/0 5
L Sasaran Program:
2 2
Tersedianya sistem dan
data pelayanan kesehatan
/ 2 0
terintegrasi
o m
1 Persentase − .c
Hubs merupakan suatu jejaring kemitraan yang terdiri
a Hubs yang memenuhi standar dibagi dengan target Hubs dikali 100
Pengembangan Hubs
n
dari beberapa rumah sakit dan pemangku kepentingan
a
Biomedical Genome-
based Science
u
− lyterkait yang mengelola pengumpulan dataset genomik
Standar ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
Initiative
a m − Sampai dengan tahun 2024 ditargetkan terbentuk 6

a i n (enam) Hubs dengan fokus pelayanan kesehatan


diantaranya: penuaan dini dan nutrisi, diabetes

w . mellitus, penyakit menular, otak dan sistem saraf,


kanker, dan penyakit langka.
M Sasaran
/ / ww Program:
Meningkatnya ketersediaan
:
tps
obat dan penggunaan obat

ht
jdih.kemkes.go.id
- 466 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
esensial di pelayanan
2 2
kesehatan
1 Persentase Persentase puskesmas yang memiliki ketersediaan minimal - 2 0
Jumlah puskesmas yang memiliki obat esensial dibagi jumlah
puskesmas dengan 80% dari 40 item obat indikator pada saat dilakukan
u n
Puskesmas yang melapor dikali 100
ketersediaan obat pemantauan
t a h
esensial
3 -
2 Persentase rumah − Rumah sakit dengan penggunaan obat esensial untuk - 1
Perhitungan indikator dilakukan dalam 2 tahap yaitu:
sakit
penggunaan
dengan
obat
penanganan 9 penyakit prioritas adalah rumah sakit
yang menggunakan obat sesuai DOEN untuk pelayanan m or
esensial untuk 9 penyakit prioritas nasional > 85%.
- n o
1) Perhitungan persentase Penggunaan obat esensial penyakit
prioritas sesuai DOEN:
penanganan 9
− Dalam hal ini, sasaran indikator adalah rumah sakit
e s Jumlah item obat yang digunakan untuk penyakit prioritas di RS
penyakit prioritas
yang melayani penanganan 9 penyakit prioritas
n k yang sesuai dengan DOEN dibagi jumlah item obat yang

m e
nasional, yaitu: Diabetes Melitus, stroke, hepar, ginjal, digunakan untuk penyakit prioritas di RS dikali 100

er
kardiovaskuler, kanker, TB, Maternal Neonatal, dan
2) Perhitungan persentase RS dengan penggunaan obat esensial
Infeksi Emerging.
− 5 /p
Obat sesuai DOEN adalah obat yang digunakan dengan
untuk 9 penyakit prioritas:
Jumlah RS dengan penggunaan obat esensial untuk penyakit

2 /0
mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional dan prioritas sesuai DOEN lebih besar sama dengan 85% dibagi

0 2
sesuai dengan ketentuan yang tercantum didalamnya jumlah RS yang melapor dikali 100
N Sasaran Program: / 2
Meningkatnya produksi dan
o m
penggunaan bahan baku
obat, alat kesehatan, alat a .c
diagnostik, vaksin dalam
an
negeri
u ly
1 Jumlah 10 terbesar
a m Jumlah kumulatif bahan baku obat kimia dan produk Jumlah bahan baku obat kimia dan produk biologi terbesar by value
bahan baku obat
yang
a i n
diproduksi
biologi terbesar by value yang dikembangkan dan diproduksi
dalam negeri
yang dikembangkan dan diproduksi dalam negeri setiap tahun yang
dihitung secara kumulatif

w .
dalam negeri

: /
2
/ ww
Jumlah 10 terbesar
obat yang
Jumlah kumulatif obat 10 terbesar yang menggunakan
bahan baku obat yang dikembangkan dan diproduksi dalam
Jumlah obat 10 terbesar yang menggunakan bahan baku obat yang
dikembangkan dan diproduksi dalam negeri setiap tahun yang

tps
menggunakan bahan negeri dihitung secara kumulatif

ht
jdih.kemkes.go.id
- 467 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
baku obat yang
2 2
diproduksi
negeri
dalam

- 2 0
3 Jumlah alat Jumlah kumulatif alat kesehatan dan alat diagnostik 10
u n
Jumlah alat kesehatan dan alat diagnostik 10 terbesar yang telah
kesehatan dan alat terbesar yang telah mampu diproduksi di dalam negeri
a h
mampu diproduksi di dalam negeri yang dihitung secara kumulatif
t
diagnostik 10 setiap tahun
3 -
terbesar yang
- 1
diproduksi
negeri
dalam

m or
4 Jumlah alat Jumlah kumulatif alat kesehatan dan alat diagnostik yang
- n o
Jumlah alat kesehatan dan alat diagnostik yang tayang pada e-katalog
kesehatan dan alat tayang pada e-katalog alkes LKPP yang telah memiliki
e s alkes LKPP yang telah memiliki sertifikat TKDN diatas 50% yang
diagnostik
memiliki
yang
sertifikat
sertifikat TKDN diatas 50%
n k dihitung secara kumulatif setiap tahun

TKDN di atas 50%


m e
er
5/p
5 Jumlah vaksin Jumlah kumulatif vaksin program yang dikembangkan dan Jumlah vaksin program yang dikembangkan dan diproduksi dalam
program yang diproduksi dalam negeri negeri setiap tahun yang dihitung secara kumulatif
diproduksi
negeri
dalam
2 /0
2
6 Jumlah vaksin yang
memiliki TKDN di / 20
Jumlah kumulatif vaksin yang memiliki TKDN di atas 70% Jumlah vaksin yang memiliki TKDN di atas 70% setiap tahun yang
dihitung secara kumulatif
atas 70%
.c om
7 Jumlah vaksin a
Jumlah kumulatif vaksin produksi dalam negeri yang
n Jumlah vaksin produksi dalam negeri yang mendapat PQ WHO setiap
produksi
negeri
dalam
yang
ly a
mendapat PQ WHO tahun yang dihitung secara kumulatif

mendapat PQ WHO
m u
8
i n
Jumlah pemanfaatan a − Bioteknologi Kesehatan atau yang disebut Genomic Jumlah genomic services yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan

.
hasil
a
bioteknologi services merupakan layanan kesehatan berbasis data

w
kesehatan untuk genomik biomedis untuk tujuan preventif dan kuratif

ww
preventif dan kuratif − Bentuk genomic services terdiri dari layanan diagnostik,
terapeutik, dan prognosis yang dikembangkan dalam

: / / Biomedical Genome-based Science Initiative

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 468 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
− Genomic services ditetapkan oleh Kementerian
2 2
Kesehatan

- 2 0
O Sasaran Program:
Meningkatnya mutu alat u n
kesehatan di peredaran
t a h
1 Persentase alat Persentase alat kesehatan yang memenuhi standar melalui 3 -
Jumlah produk alat kesehatan yang diuji dan memenuhi syarat dibagi
- 1
or
kesehatan yang kegiatan sampling pengujian dan pengawasan penandaan jumlah produk alat kesehatan yang diuji dikali 100
memenuhi syarat yang dilakukan oleh pusat dan daerah (dekonsentrasi)
P Sasaran Program:
o m
Terpenuhinya pembiayaan
s - n
kesehatan pada kegiatan
k e
promotif dan preventif
dalam mencapai UHC e n
1 Persentase penduduk
erm
Persentase penduduk berisiko merupakan sasaran peserta Jumlah penduduk sasaran peserta JKN berisiko yang mendapatkan
berisiko yang
/p
JKN yang berisiko yang mendapatkan layanan skrining
5
layanan skrining kesehatan dibagi total jumlah penduduk yang
mendapatkan
layanan skrining
kesehatan

2 /0 menjadi sasaran peserta JKN dikali 100

kesehatan
0 2
2 Persentase / 2
Persentase kabupaten/kota yang sudah memenuhi 12 Jumlah kabupaten/kota yang sudah memenuhi 12 layanan SPM
kabupaten/kota yang m
layanan SPM sesuai perhitungan Sistem Costing Biaya
o sesuai perhitungan SISCOBIKES dibagi total jumlah kabupaten/kota
memenuhi
pembiayaan kegiatan a .c
Kesehatan (SISCOBIKES) dikali 100

promotif preventif
an
pada SPM
u ly
3 Persentase
a m Persentase kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah Jumlah kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah yang

a i n
kabupaten/kota yang yang melaksanakan Kerja sama Pemerintah Swasta (KPS) melaksanakan Kerja sama Pemerintah Swasta (KPS) sesuai pedoman

w .
melaksanakan
Kerjasama
sesuai pedoman kemitraan pemerintah swasta Kementerian
Kesehatan
kemitraan pemerintah swasta Kementerian Kesehatan dibagi total
kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah dikali 100

ww
Pemerintah Swasta

: / / (KPS)
kesehatan
bidang

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 469 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Q Sasaran Program:
2 2
Meningkatnya pemenuhan
SDMK sesuai standar
- 2 0
1 Persentase Puskesmas yang teregistrasi dan laik operasional yang
u n
Jumlah puskesmas dengan tenaga dokter atau dokter internsip dibagi
puskesmas dengan memiliki tenaga dokter baik ditempatkan secara tetap atau
a h
dengan Total Puskesmas Teregistrasi dan laik operasional dikali 100
t
dokter sementara oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
3 -
sebagaimana terdata dalam Sistem Informasi SDM
- 1
2 Persentase
Kesehatan

Jumlah puskesmas yang teregistrasi dan layak operasional m or


Jumlah puskesmas yang terpenuhi 9 jenis Nakes dibagi total
puskesmas dengan 9 yang telah terpenuhi (9 jenis) tenaga kesehatan yaitu:
- n o
puskesmas teregistrasi dan laik operasional dikali 100
jenis tenaga dokter, dokter internsip, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga
e s
kesehatan sesuai promosi kesehatan dan ilmu perilaku, tenaga sanitasi
n k
standar
e
lingkungan, nutrisionis, tenaga apoteker dan/atau tenaga

m
teknis kefarmasian, ahli teknologi laboratorium medik

/p er
sesuai standar (minimal 1 orang per jenis nakes), baik
berstatus ASN atau Non ASN yang ditempatkan secara tetap
5
maupun sementara oleh pemerintah pusat atau pemerintah
/0
Kesehatan 2 2
daerah sebagaimana terdata dalam Sistem Informasi SDM

3 Persentase RSUD / 2 0
Jumlah RSUD kabupaten/kota yang teregistrasi dan laik Jumlah RSUD kabupaten/kota yang teregistrasi dan laik operasional
kabupaten/kota yang m
operasional yang telah terpenuhi 4 jenis dokter spesialis
o yang telah terpenuhi 4 jenis spesialis dasar dan 3 jenis spesialis
memiliki 4 dokter
spesialis dasar dan 3 .c
dasar (obgyn, anak, penyakit dalam dan bedah) dan 3 jenis
a
spesialis lainnya (anestesi, patologi klinik dan radiologi) baik
lainnya dibagi jumlah RSUD kabupaten/kota dikali 100

dokter spesialis
a n
ditempatkan secara tetap atau sementara
lainnya
u ly
4 Persentase
a m Persentase instansi penyelenggaraan Uji Kompetensi Jumlah instansi penyelenggara Uji Kompetensi JF Kesehatan yang

a i n
Penyelenggaraan Uji
Kompetensi Jabatan
Jabatan Fungsional Kesehatan yang memenuhi unsur
penilaian akreditasi
memenuhi unsur penilaian akreditasi dibandingkan jumlah instansi
pemerintah pengguna yang sudah menyelenggarakan Uji Kompetensi

w .
Fungsional JF Kesehatan (Kementerian/Lembaga, provinsi, kabupaten/kota,

ww
Kesehatan yang RS/Faskes UPT vertikal Kemkes) dikali 100
terakreditasi
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 470 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1 Kegiatan: Pembinaan Fasilitas
2 2
Pelayanan Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: - 2 0
Meningkatnya kualitas
u n
fasilitas pelayanan
t a h
kesehatan
3 -
1) Pembangunan Jumlah Puskesmas yang sudah terbangun di kecamatan - 1
Jumlah total kumulatif puskesmas yang terbangun pada kecamatan
puskesmas di setiap
kecamatan *(III.A.1)
tanpa puskesmas
or
tanpa puskesmas
m
2) Jumlah kecamatan Jumlah kecamatan dengan rata-rata pemenuhan SPA
- n o
Jumlah kecamatan dengan rata-rata pemenuhan SPA puskesmas
yang memiliki puskesmas diwilayahnya minimal 60% sesuai dengan data
e s minimal 60% berdasarkan data ASPAK
puskesmas sesuai ASPAK
n k
standar *(III.A.1)
m e
b Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
fasilitas
/p er
pelayanan kesehatan
/0 5
rujukan yang
standar
memenuhi
2 2
1) Jumlah provinsi yang / 2 0
Jumlah provinsi yang Sarana, Prasarana, dan Alkes (SPA) di Jumlah kumulatif provinsi yang Sarana, Prasarana, dan Alkes (SPA)
Sarana, Prasarana, m
rumah sakit dan labkes pemerintah wilayahnya memenuhi
o di rumah sakit dan labkes pemerintah wilayahnya memenuhi standar
dan Alkes (SPA) di
Rumah Sakit a .c
standar untuk melakukan pelayanan 9 penyakit prioritas:
kardiovaskuler, stroke, kanker, tuberculosis, kesehatan ibu
untuk melakukan pelayanan 9 penyakit prioritas: kardiovaskuler,
stroke, kanker, tuberculosis, kesehatan ibu dan anak, penyakit infeksi
wilayahnya
an
dan anak, penyakit infeksi emerging, Diabetes Melitus, emerging, Diabetes Melitus, ginjal, dan hepar.
memenuhi
untuk
standar
melakukan
ly
ginjal, dan hepar.
u
a
pelayanan 9 penyakit m
i n
prioritas *(III.D.1)
a
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 471 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Jumlah RS UPT Jumlah kumulatif RS UPT Vertikal yang dibangun baru dan
2
Jumlah RS UPT Vertikal yang dibangun baru dan dikembangkan
2
Vertikal
dibangun baru dan
yang dikembangkan untuk mendukung pelayanan 9 penyakit
prioritas (Nusa Tenggara Timur, Papua, Jawa Timur, dan 0
untuk mendukung pelayanan 9 penyakit prioritas

- 2
dikembangkan untuk Sulawesi Selatan)
u n
mendukung
pelayanan 9 penyakit
t a h
prioritas *(III.D.1)
3 -
- 1
3) Persentase fasyankes
rujukan yang
Persentase rumah sakit dan labkes pemerintah yang
melakukan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan or
Jumlah rumah sakit dan labkes pemerintah yang melakukan
pengujian dan kalibrasi alat kesehatan dibagi jumlah rumah sakit dan
m
melakukan pengujian
dan kalibrasi alat
- n o
labkes pemerintah dikali 100

kesehatan *(III.D.1)
e s
n k
c Sasaran Kegiatan:
Meningkatnya penggunaan
m e
alat kesehatan produksi
dalam negeri
/p er
1) Persentase
/0 5
Persentase jumlah alat kesehatan dengan sertifikat AKD Jumlah alat kesehatan dengan sertifikat AKD yang dibeli tahun
penggunaan alat
22
yang digunakan di 34 RS Vertikal berjalan di 34 RS vertikal di bagi dengan jumlah total alat kesehatan
kesehatan
negeri di 34 RS
dalam
/ 20 yang dibeli pada tahun berjalan dikali 100

vertikal *(III.N4)

.c om
2 Kegiatan: Pembinaan
Pelayanan Kesehatan
Mutu
n a
a Sasaran Kegiatan: ly a
Meningkatnya akses
m u
kesehatan primer i a
terhadap fasilitas pelayanan
n
yang
berkualitas . a
w
ww
1) Persentase Persentase puskesmas yang memiliki sertifikat akreditasi Jumlah kumulatif puskesmas yang telah mendapatkan sertifikat

: / / puskesmas
terakreditasi *(III.B.1)
yang masih berlaku pada tahun berjalan akeditasi yang masih berlaku pada tahun berjalan dibagi jumlah
puskesmas yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan dikali 100

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 472 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Persentase klinik Persentase klinik pratama yang memiliki sertifikat akreditasi
2
Jumlah kumulatif klinik pratama yang memiliki sertifikat akeditasi
2
pratama terakreditasi
*(III.B.1)
yang masih berlaku pada tahun berjalan.

- 2 0
yang masih berlaku pada tahun berjalan dibagi jumlah klinik pratama
yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan dikali 100

u n
3) Persentase Tempat Persentase Tempat Praktik Mandiri Dokter/Drg (TMPD) yang
a h
Jumlah Tempat Praktik Mandiri Dokter/Drg (TMPD) yang melakukan
t
Praktik Mandiri melakukan pengukuran INM (Indikator Nasional Mutu)
-
pengukuran INM (Indikator Nasional Mutu) pelayanan kesehatan
3
Dokter/Drg (TMPD) pelayanan kesehatan secara lengkap dan berkala
1
secara lengkap dan berkala dibagi jumlah seluruh Tempat Praktik
-
yang
pengukuran
melakukan
INM
INM TPMD meliputi :
⚫ Kepuasan pasien di tempat praktik mandiri dokter dan
or
Mandiri Dokter/Drg (TMPD) yang teregister di Kementeriaan
Kesehatan dikali 100
m
(Indikator
Mutu)
Nasional
pelayanan
dokter gigi
- n o
kesehatan *(III.B.1) ⚫ Kepatuhan penyediaan penyediaan sarana dan
e s
k
prasarana kebersihan tangan di tempat praktik mandiri
n
dokter dan dokter gigi
m e

/p
kontrol ke tempat praktik mandiri dokterer
Kepatuhan kunjungan pasien hipertensi sesuai jadwal


/0 5
Penurunan skor Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)
2
pasien di tempat praktik mandiri dokter gigi
2
b Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
distribusi / 2 0
Fasyankes rujukan yang
o m
bermutu
a .c
n
lya
1) Persentase RS yang Persentase RS yang memiliki sertifikat akreditasi yang masih Jumlah RS yang memiliki sertifikat akeditasi yang masih berlaku pada
terakreditasi *(III.I.1) berlaku pada tahun berjalan tahun berjalan dibagi jumlah RS yang teregistrasi di Kementerian

m u Kesehatan dikali 100


2) Persentase
i n a Persentase laboratorium kesehatan yang memiliki sertifikat Jumlah laboratorium kesehatan yang memiliki sertifikat akeditasi
laboratorium
kesehatan . a yang
akreditasi yang masih berlaku pada tahun berjalan yang masih berlaku pada tahun berjalan dibagi jumlah laboratorium
kesehatan yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan dikali 100

ww
terakreditasi *(III.I.1)

: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 473 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3) Persentase UTD yang Persentase Unit Transfusi Darah (UTD) yang memiliki
2
Jumlah UTD yang memiliki sertifikat akreditasi yang masih berlaku
2
terakreditasi *(III.I.1) sertifikat akreditasi yang masih berlaku pada tahun berjalan
0
pada tahun berjalan dibagi jumlah UTD yang teregistrasi di

- 2
Kementerian Kesehatan dikali 100
4) Persentase fasyankes Persentase fasyankes rujukan (RS, Labkes dan UTD) yang
u n
Jumlah fasyankes rujukan (RS, Labkes dan UTD) yang mencapai
rujukan yang mencapai target minimal 80% indikator dari seluruh INM
a h
target minimal 80% indikator dari seluruh INM yang wajib diukur di
t
mencapai target yang wajib diukur di fasyankes tersebut yang didapat dari -
fasyankes tersebut dibagi jumlah seluruh fasyankes rujukan yang
3
Indikator Nasional laporan yang lengkap dan berkala.
1
teregister di Kementerian Kesehatan dikali 100
-
Mutu (INM)
pelayanan kesehatan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit meliputi :
m or
*(III.I.1) • Kepatuhan Identifikasi Pasien
• Waktu tanggap pelayanan SC Emergensi
- n o
• Waktu tunggu rawat jalan
e s
• Penundaan operasi elektif
n k
• Kepatuhan waktu visit dokter penanggung jawab
m e
er
pelayanan
• Pelaporan hasil kritis laboratorium
/p
• Kepatuhan penggunaan formularium nasional
5
• Kepatuhan kebersihan tangan
2 /0
• Kepatuhan terhadap clinical pathway

0 2
• Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh

/ 2
• Kepuasan pasien dan keluarga
m
• Kecepatan waktu tanggap complain
o
.c
• Kepatuhan Penggunaan APD
a
a n
Indikator Nasional Mutu Laboratorium Kesehatan meliputi :

ly
• Kepatuhan identifikasi pasien/sampel spesimen
u
• Kepatuhan kebersihan tangan

a m • Kepatuhan penggunaan APD

a i n • Kepatuhan pelaporan hasil kritis

w . • Pengulangan hasil
• Kejadian sampel/spesimen yang hilang

ww
• Kepuasan Pengguna Layanan (KPL)

: / /
tps
Indikator Nasional Mutu UTD meliputi :

ht
jdih.kemkes.go.id
- 474 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
• Pemenuhan kebutuhan darah oleh UTD
2 2
• Donasi darah dari sukarela
• Kepatuhan kebersihan tangan
- 2 0
• Kepatuhan pengunaan APD
u n
• Suhu penyimpanan darah sesuai standar
• Hasil pemeriksaan golongan darah pendonor yang
t a h
berbeda dengan uji konfirmasi golongan darah
3 -
• Darah yang dikembalikan ke UTD
- 1
• Kepuasan pelanggan
m or
5) Persentase fasyankes
rujukan yang
Persentase fasyankes rujukan (RS, Labkes & UTD) yang
melaporkan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di fasyankes
- n o
Jumlah fasyankes rujukan (RS, Labkes & UTD) yang melaporkan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di fasyankes rujukan secara lengkap
melaporkan Insiden rujukan secara lengkap dan berkala
es dan berkala dibagi jumlah seluruh fasyankes rujukan yang teregister
Keselamatan Pasien
n k di Kementerian Kesehatan dikali 100
(IKP) di fasyankes
m e
er
rujukan *(III.I.1)
3 Kegiatan: Pembinaan Tata Kelola
Pelayanan Kesehatan 5 /p
a Sasaran Kegiatan: 2 /0
Meningkatnya Tata Kelola
0 2
Badan Layanan Umum
/ 2
Rumah Sakit
o m
1) Persentase RS BLU .c
Jumlah RS BLU yang memenuhi nilai cash ratio antara 180
a Jumlah RS BLU yang memenuhi nilai cash ratio antara 180 - 360%
yang kinerja -
an 360% dan POBO minimal 65% dan POBO minimal 65% dibagi jumlah seluruh RS BLU pada tahun
pelayanan
keuangannya
dan
baik
u
RM y
Kriteria ekslusi : anggaran yang bersumber dari PHLN dan
l yang bersifat mandatory.
berjalan dikali 100

*(III.G.1)
a m Persentase POBO adalah persentase Pendapatan

a i n Operasional BLU dibandingkan dengan Belanja Operasional


BLU
b Sasaran w . Kegiatan:

: / ww
Meningkatnya jumlah RS
/
pendidikan yang bekerja

tps
sama dengan FK/FKG

ht
jdih.kemkes.go.id
- 475 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Jumlah RS Jumlah RS Pendidikan milik pemerintah dan pemerintah
2
Jumlah RS Pendidikan milik pemerintah/pemerintah daerah yang
2
Pendidikan
berjejaring
yang
dalam
daerah yang melaksanakan jejaring dengan FK/FKG

- 2 0
telah mendapatkan penetapan dari Menteri Kesehatan sebagai rumah
sakit pendidikan dan berjejaring dengan FK/FKG
program Academic
u n
Health System (AHS)
*(III.H.1)
t a h
3 -
c Sasaran Kegiatan:
- 1
Meningkatnya
terhadap Rumah
akses
Sakit
m or
dengan layanan unggulan
internasional
- n o
es
1) Jumlah
mengembangkan
RS yang Jumlah rumah sakit pemerintah pusat dan daerah,
n k
TNI/Polri, swasta yang mengembangkan program kerja
Jumlah rumah sakit pemerintah pusat dan daerah, TNI/Polri, swasta
yang mengembangkan program kerja sama dengan LN
program kerja sama sama dengan LN
m e
dengan Luar Negeri
(LN) *(III.K.1)
/p er
d Sasaran Kegiatan :
/0 5
Tersedianya sistem dan
2 2
data pelayanan Kesehatan
terintegrasi
/ 2 0
1) Jumlah hWGS yang
o m
hWGS (human Whole Genome Sequencing) adalah Jumlah pembacaan hWGS yang dapat dihasilkan sebagai peta genome
dapat dihasilkan
sebagai peta genome
na.c
Pengurutan seluruh genom manusia secara lengkap atau
mendekati lengkap, yang menyediakan data genomika
*(III.L.1)
ly a
secara detail untuk memahami kompleksitas genom dan
keunikannya

m u
4 Kegiatan: Pembinaan Pelayanan
i n a
Kesehatan Primer
. a
a Sasaran
ww
Meningkatnya
Kegiatan:
kolaborasi
/ w
Puskesmas dan Fasyankes
: /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 476 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Primer lainnya dalam
2 2
pemberian pelayanan
1) Persentase persentase kabupaten/kota yang telah melaksanakan - 2 0
Jumlah kabupaten kota yang telah melaksanakan redistribusi
kabupaten/kota yang redistribusi kepesertaan dari puskesmas ke klinik pratama
u n
kepersertaan dari satu atau lebih puskesmas ke klinik pratama atau
melaksanakan atau praktek mandiri dokter yang telah bekerjasama dengan
a h
paraktek mandiri yang telah bekerjasama dengan BPJS dibagi dengan
t
redistribusi BPJS sesuai ketentuan yang berlaku -
jumlah kabupaten kota yang memenuhi ketentuan untuk dilakukan
3
kepesertaan dari
1
redistribusi kepersertaan dikali 100
-
puskesmas ke FKTP
swasta *(III.C.1)
m or
5 Kegiatan: Pembinaan Pelayanan
- n o
Kesehatan Rujukan
e s
a Sasaran Kegiatan:
n k
Meningkatnya kepatuhan
m e
er
pelaporan audit medik pada
9 layanan penyakit prioritas
di rumah sakit yang diampu
5 /p
/0
22
1) Presentase rumah Persentase rumah sakit diampu di 34 provinsi yang Jumlah rumah sakit yang diampu yang melaporkan audit medis 9
sakit yang diampu melaporkan audit medis dari 9 penyakit prioritas sesuai penyakit prioritas dibagi jumlah rumah sakit yang diampu dikali 100
dalam
pengampuan
jejaring
yang / 20
dengan jejaring pengampuanya, antara lain: kardiovaskuler,
stroke, kanker, tuberculosis, kesehatan ibu dan anak,
melaporkan audit
medis pada 9 layanan
om
penyakit infeksi emerging, Diabetes Melitus, ginjal, dan
hepar. .c
prioritas setiap tahun
n a
*(III.E.1)
ly a
b Sasaran Kegiatan:
m u
Meningkatnya
i n a
pelaporan
audit medik di rumah sakit
vertikal . a
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 477 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Presentase rumah Persentase rumah sakit vertikal yang melaporkan audit
2
Jumlah rumah sakit vertikal yang melaporkan audit medis dibagi
2
sakit vertikal yang
melaporkan audit
medis dari 9 penyakit prioritas yang diampu atau sesuai
kekhususan pelayanan
rumlah RS vertikal dikali 100

- 2 0
medis pada 9 layanan
u n
prioritas setiap 6
bulan *(III.E.1)
t a h
3 -
c Sasaran Kegiatan:
- 1
Meningkatnya ketersediaan
fasyankes rujukan dengan
m or
pelayanan strata 3
- n o
1) Persentase fasyankes Persentase rumah sakit strata madya yang ditingkatkan
s Jumlah RS strata madya yang ditingkatkan menjadi strata utama
rujukan di seluruh
provinsi yang
menjadi strata utama
n ke pada 9 layanan prioritas dibagi jumlah total RS strata madya (406 RS)
dikali 100
e
erm
ditingkatkan dari RS
strata madya ke
strata utama *(III.F.1)
5 /p
d Sasaran Kegiatan:
Meningkatnya jumlah RS 2 /0
utama yang naik
0 2
kompetensinya menjadi
/ 2
paripurna
o m
1) Jumlah RS yang .c
Jumlah rumah sakit dengan strata utama yang ditingkatkan
a Jumlah rumah sakit dengan strata utama yang ditingkatkan menjadi
dengan kompetensi
n
menjadi paripurna pada salah satu layanan penyakit
a paripurna pada salah satu layanan penyakit prioritas di 34 provinsi
strata
penyakit
4 pada 9
prioritas
u ly
prioritas di 34 provinsi

*(III.H.1)
a m
e Sasaran
i n
Kegiatan:
a
w .
Terselenggaranya layanan 9
penyakit prioritas pada RS

: / / ww
yang diampu

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 478 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Jumlah provinsi yang Jumlah provinsi yang menyelenggarakan minimal 9 layanan
2
Jumlah provinsi yang menyelenggarakan minimal 9 layanan prioritas
2
memiliki RS yang
diampu dalam
prioritas rumah sakit strata dasar/pratama/madya layanan
prioritas
- 2 0
rumah sakit strata dasar/pratama/madya layanan prioritas

penyelenggaraan
u n
pelayanan 9 penyakit
prioritas nasional
t a h
(Jantung, Kanker,
3 -
DM-ginjal-hati,
- 1
Stroke/Otak, KIA,
TB, Penyakit Infeksi)
m or
*(III.H.1)
- n o
f Sasaran Kegiatan:
e s
Menurunnya jumlah pasien
n k
WNI yang berobat ke
m e
er
Malaysia dan Singapore
1) Persentase
penurunan pasien 5 /p
Persentase penurunan pasien WNI yang berobat ke Malaysia
dan Singapura di 5 provinsi: Riau, Kepri, Sumatera Utara,
Jumlah WNI yang berobat di Malaysia dan Singapura yang berasal dari
5 provinsi pada tahun sebelumnya - Jumlah WNI yang berobat di
WNI yang dirawat ke Aceh dan Kalimantan Barat
2 /0 Malaysia dan Singapura yang berasal dari 5 provinsi pada tahun
Malaysia dan
0 2 berjalan dibagi jumlah WNI yang berobat di Malaysia dan Singapura
Singapore *(III.J.1)
/ 2 yang berasal dari 5 provinsi pada tahun sebelumnya dikali 100
g Sasaran Kegiatan:
o m
Pengembangan
Biomedical Genome-based
Hubs
a .c
Science Initiative
an
u ly
am
1) Persentase Hubs - Hubs: Rumah Sakit yang menyelenggarakan penguatan Hubs yang memenuhi standar dibagi dengan target Hubs dikali 100
BGSI

a i n
melakukan kegiatan
yang dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis
genomika pada bidang-bidang tertentu

w .
pengembangan - BGSI: kegiatan registri pasien dengan penyakit tertentu,

w w
layanan berbasis
genomic *(III.L.1)
mengatur penyimpanan spesimen (biobanking) dan
pengorganisasian pengelolaan pemeriksaan Human Whole

: / / Genome Sequencing (hWGS) di Indonesia, serta

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 479 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
pengorganisasian pengembangan kedokteran presisi
2 2
(precision medicine)

- 2 0
6 Kegiatan: Penanggulangan
u n
Penyalahgunaan Napza
t a h
a Sasaran Kegiatan:
3 -
Meningkatnya upaya
- 1
penanggulangan
penyalahgunaan napza
m or
1) Jumlah Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang
- n o
Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara
penyalahgunaan secara sukarela dan/ atau pembantaran, dan/ atau kasus
e s sukarela dan/atau pembantaran, dan/atau kasus putusan
napza yang putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan
n k pengadilan dan/atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat
mendapatkan
pelayanan rehabiltasi (Institusi Penerima Wajib Lapor).
m e
rehabilitasi medis rawat jalan dan/ atau rawat inap di IPWL jalan dan/atau rawat inap di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor).

medis *(III.I.1)

/p er
7 Kegiatan:
Pengelolaan dan
Peningkatan
Pelayanan
/0 5
Kefarmasian
2 2
a Sasaran Kegiatan:
Meningkatnya puskesmas / 2 0
yang melaksanakan
o m
pelayanan kefarmasian
a .c
dalam penguatan layanan
an
primer

1) Persentase u ly
Puskesmas yang memiliki SOP pengelolaan obat, pengkajian Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
puskesmas
melaksanakan
i n am
yang dan pelayanan resep dan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
yang terdokumentasi
sesuai standar dibagi jumlah puskesmas yang dipantau dikali 100

pelayanan . a
ww
kefarmasian sesuai
standar *(III.M.1)
b : / /
Sasaran
w Kegiatan:

ht tps Meningkatnya RS yang

jdih.kemkes.go.id
- 480 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
melaksanakan pelayanan
2 2
kefarmasian dalam
penguatan layanan rujukan
- 2 0
1) Persentase rumah − Rumah sakit dengan penggunaan obat esensial untuk
u n
Perhitungan indikator dilakukan dalam 2 tahap yaitu:
sakit dengan penanganan 9 penyakit prioritas sesuai Formularium
1) t a h
Perhitungan % penggunaan obat esensial penyakit prioritas
penggunaan obat Nasional adalah rumah sakit yang menggunakan obat
sesuai
3 - Fornas:
esensial untuk sesuai Fornas untuk pelayanan 9 penyakit prioritas
- 1
Jumlah item obat yang digunakan untuk penyakit prioritas di RS
penanganan
penyakit
9
prioritas −
nasional > 80%.
Dalam hal ini, sasaran indikator adalah rumah sakit
m or
yang sesuai dengan FORNAS dibagi jumlah item obat yang
digunakan untuk penyakit prioitas di RS dikali 100
sesuai
*(III.M.2)
FORNAS yang melayani pasien JKN untuk penanganan 9
penyakit prioritas nasional, yaitu: Diabetes Melitus,
- n o
2) Perhitungan % rumah sakit dengan penggunaan obat esensial
e
stroke, hepar, ginjal, kardiovaskuler, kanker, TB, s penyakit prioritas sesuai Fornas:
maternal neonatal, dan infeksi emerging.
n k Jumlah RS dengan penggunaan obat esensial untuk penyakit
− e
Obat sesuai Fornas adalah obat yang digunakan
m
prioritas sesuai FORNAS >80% dibagi jumlah RS yang melapor

er
dengan mengacu pada Formularium Nasional dan dikali 100
sesuai dengan ketentuan yang tercantum didalamnya
c Sasaran Kegiatan:
5 /p
Implementasi
farmakogenomika dalam 2 /0
penyusunan daftar obat
0 2
pelayanan kesehatan JKN
/ 2
1) Jumlah keputusan
o m
Keputusan pemilihan obat dalam FORNAS adalah Jumlah kumulatif keputusan pemilihan obat dalam FORNAS yang
pemilihan obat dalam
FORNAS yang
n a.c
keputusan yang dibuat untuk menentukan obat yang masuk
dalam Formularium Nasional
dilakukan berbasis farmakogenomika

dilakukan berbasis
ly a
mu
farmakogenomika Farmakogenomika adalah pendekatan di bidang farmasi
*(III.N.8) yang menggabungkan farmakologi (ilmu obat-obatan) dan

i n a genomika (studi tentang genome dan fungsinya) untuk

w .a mengembangkan obat yang efektif dan aman yang dapat


diresepkan berdasarkan susunan genetik seseorang
8 Kegiatan:
w wPeningkatan

/ /
Ketahanan Kefarmasian dan Alat
:
tps
Kesehatan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 481 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
a Sasaran Kegiatan:
2 2
Meningkatnya produksi
bahan baku obat kimia,
- 2 0
bahan baku obat produk
u n
biologi dan bahan baku
produk fitofarmaka dalam
t a h
negeri
3 -
- 1
1) Jumlah bahan baku
obat kimia terbesar
Jumlah kumulatif bahan baku obat kimia terbesar by value
yang dikembangkan dan diproduksi dalam negeri or
Jumlah bahan baku obat kimia terbesar by value yang dikembangkan
dan diproduksi dalam negeri setiap tahun yang dihitung secara
m
by value
dikembangkan dan
yang
- n o
kumulatif

diproduksi dalam
e s
negeri *(III.N.1)
n k
2) Jumlah bahan baku
m e
Jumlah kumulatif bahan baku obat produk biologi terbesar Jumlah bahan baku obat produk biologi terbesar yang dikembangkan
obat produk biologi
terbesar yang
/p er
yang dikembangkan dan diproduksi dalam negeri dan diproduksi dalam negeri setiap tahun yang dihitung secara
kumulatif
dikembangkan dan
diproduksi di dalam /0 5
negeri *(III.N.1)
2 2
3) Jumlah bahan baku
/ 2 0
Jumlah kumulatif bahan baku fitofarmaka terbesar yang Jumlah bahan baku fitofarmaka terbesar yang dikembangkan dan
obat fitofarmaka
m
dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri
o diproduksi di dalam negeri setiap tahun yang dihitung secara
terbesar
dikembangkan dan
yang
a .c kumulatif

diproduksi di dalam
an
negeri *(III.N.1)
u ly
b Sasaran Kegiatan:
a m
Meningkatnya
kesehatan dan
a i n alat
alat

w .
diagnostik hasil inovasi

ww
atau joint venture produksi
dalam negeri
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 482 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Jumlah 10 terbesar Jumlah kumulatif alat kesehatan dan alat kesehatan
2
Jumlah alat kesehatan dan alat kesehatan diagnostik yang
2
alat kesehatan dan
alat diagnostik yang
diagnostik yang merupakan hasil pengembangan inovasi
(berdasarkan data riset alat kesehatan atau data pengajuan
- 2 0
merupakan hasil pengembangan inovasi (berdasarkan data riset alat
kesehatan atau data pengajuan rekomendasi uji klinik) atau
diproduksi di dalam rekomendasi uji klinik) atau pengembangan joint venture n
pengembangan joint venture yang diproduksi di dalam negeri yang
u
negeri *(III.N.3) yang diproduksi di dalam negeri
h
dihitung secara kumulatif setiap tahun
t a
c Sasaran Kegiatan:
3 -
Meningkatnya alat
- 1
kesehatan dalam negeri di
peredaran dan
m or
penggunaannya
pelayanan kesehatan
di
- n o
e s
1) Persentase jumlah
produk alkes pada e- n
tayang pada e-katalog alkes LKPP yang telah memilikik
Persentase jumlah produk alat kesehatan dalam negeri yang Jumlah produk alkes yang tayang pada e-katalog alkes LKPP yang
telah memiliki sertifikat TKDN diatas 50% dibagi Jumlah produk alkes
katalog yang telah sertifikat TKDN di atas 50%
m e dalam negeri yang tayang pada e-katalog alkes LKPP dikali 100
memiliki sertifikat
TKDN di atas 50%
/p er
*(III.N4)
/0 5
d Sasaran Kegiatan:
2 2
Meningkatnya
program dan
vaksin
platform
/ 2 0
vaksin baru yang
o m
diproduksi dalam negeri
a .c
1) Jumlah 14 antigen
n
Jumlah kumulatif 14 antigen vaksin program yang Jumlah 14 antigen vaksin program yang dikembangkan dan
vaksin program yang
dikembangkan dan
u lya
dikembangkan dan diproduksi dalam negeri serta
tersertifikasi halal
diproduksi dalam negeri serta tersertifikasi halal setiap tahun yang
dihitung secara kumulatif
diproduksi
m
dalam
a
a i n
negeri *(III.N.5)
2) Jumlah
w . platform
vaksin baru yang
Jumlah kumulatif platform vaksin baru yang dikembangkan
dan diproduksi dalam negeri
Jumlah platform vaksin baru yang dikembangkan dan diproduksi
dalam negeri setiap tahun yang dihitung secara kumulatif
w
dikembangkan dan
w
: / / diproduksi dalam

tps
negeri *(III.N.5)

ht
jdih.kemkes.go.id
- 483 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
e Sasaran Kegiatan:
2 2
Meningkatnya penggunaan
bahan baku vaksin
- 2 0
produksi dalam negeri pada
u n
vaksin program
t a h
1) Jumlah vaksin Jumlah kumulatif vaksin program dengan TKDN di atas 70% -
Jumlah vaksin program dengan TKDN di atas 70% setiap tahun yang
3
program dengan
1
dihitung secara kumulatif
-
TKDN di atas 70%
*(III.N.6)
m or
f Sasaran Kegiatan:
- n o
Meningkatnya vaksin
e s
program produksi dalam
negeri yang mendapat n k
pengakuan dunia
m e
internasional

/p er
1) Jumlah
program
vaksin
yang
/0 5
Jumlah kumulatif vaksin program yang mendapat PQ WHO Jumlah vaksin program yang mendapat PQ WHO setiap tahun yang
dihitung secara kumulatif
mendapat PQ WHO
2 2
g Sasaran
*(III.N.7)
Kegiatan: / 2 0
Meningkatnya pemanfaatan
o m
Biomedical Genome-based
a .c
Science Initiative dalam
an
pengembangan produk
diagnostik, terapeutik, dan
u ly
vaksin
a m
1)
a i n
Jumlah diagnostik, Produk diagnostic/terapeutik/vaksin yang Jumlah kumulatif produk diagnostic/terapeutik/vaksin yang

w .
terapeutik,
vaksin
dan
yang
pengembangannya difasilitasi dalam Biomedical Genome-
based Science Initiative
pengembangannya difasilitasi dalam Biomedical Genome-based
Science Initiative

: / / ww
pengembangannya
difasilitasi dalam

tps
Biomedical Genome-

ht
jdih.kemkes.go.id
- 484 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
based Science
2 2
Initiative *(III.N.8)

- 2 0
9 Kegiatan: Peningkatan Produksi
dan Distribusi Kefarmasian u n
t a h
a Sasaran Kegiatan:
Meningkatnya penggunaan 3 -
- 1
or
bahan baku obat produksi
dalam negeri pada produk
obat dan fitofarmaka
o m
1) Jumlah 10 item obat Jumlah kumulatif 10 item obat terbesar di FORNAS yang
s - nJumlah kumulatif 10 item obat terbesar di FORNAS yang melebihi
terbesar di FORNAS melebihi TKDN di atas 50%
k e TKDN di atas 50%
yang melebihi TKDN
di atas 50% *(III.N.2) e n
2) Jumlah 10
erm
Jumlah kumulatif 10 fitofarmaka terbesar di Formularium Jumlah kumulatif 10 fitofarmaka terbesar di Formularium
fitofarmaka terbesar
/p
Fitofarmaka yang memiliki TKDN di atas 50%
5 Fitofarmaka yang memiliki TKDN di atas 50%
di Formularium
Fitofarmaka yang
2 /0
memiliki TKDN di
0 2
atas 50% *(III.N.2)
/ 2
3) Persentase m
Persentase produksi obat JKN terpilih dari industri farmasi
o Rerata jumlah produksi obat JKN tertentu dibagi jumlah RKO obat
kepatuhan
produksi
sarana
.c
penyedia e-katalog sesuai RKO
a
JKN tertentu dikali 100

kefarmasian dalam
an
memproduksi
JKN sesuai
obat
RKO u ly
*(III.N.2)
a m
a i n
4)

w .
Persentase fasilitas
pelayanan kesehatan
Persentase fasilitas pelayanan kesehatan RS Vertikal yang
menggunakan minimal 50% item obat dengan TKDN di atas
Jumlah RS Vertikal yang menggunakan minimal 50% item obat
dengan TKDN di atas 50% dibagi jumlah RS Vertikal dikali 100

ww
yang menggunakan 50%

: / / obat dengan TKDN di


atas 50% *(III.N.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 485 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
10 Kegiatan: Peningkatan Produksi
2 2
dan Distribusi Alat Kesehatan
dan PKRT
- 2 0
a Sasaran Kegiatan:
u n
Meningkatnya pengawasan
t a h
pre market alat kesehatan
3 -
dan PKRT sesuai Good
- 1
Review Practice
1) Persentase penilaian Persentase permohonan yang selesai dievaluasi sesuai m or
Jumlah permohonan yang selesai dievaluasi sesuai dengan janji
izin edar Alat dengan janji layanan (jangka waktu penilaian dan verifikasi
- n o
layanan dibagi jumlah permohonan masuk yang selesai dievaluasi
Kesehatan (Alkes), persyaratan administrasi dan teknis untuk alat kesehatan,
e s dikali 100
diagnostik invitro dan
Perbekalan
alat kesehatan diagnostik in vitro dan PKRT)
n k
Kesehatan Rumah
m e
Tangga (PKRT) sesuai
janji layanan
/p er
*(III.O.1)
/0 5
2) Persentase 2
Persentase permohonan perizinan yang terbit sesuai dengan Jumlah permohonan yang disetujui dibagi jumlah permohonan yang
kesesuaian
permohonan
/ 2 02
persyaratan yang ditetapkan masuk dikali 100

perizinan pre market


Alat Kesehatan
.c om
(Alkes), diagnostik
n a
invitro
Perbekalan
dan
ly a
Kesehatan Rumah
m u
Tangga

i n a
(PKRT)
terhadap persyaratan
yang
. a
ditetapkan
w
*(III.O.1)

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 486 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
11 Kegiatan: Peningkatan
2 2
Pengawasan Alat Kesehatan dan
PKRT
- 2 0
a Sasaran Kegiatan:
u n
Meningkatnya pengawasan
t a h
sarana dan produk alat
3 -
kesehatan dan PKRT
- 1
1) Persentase alat
kesehatan kelas C
Jumlah alat kesehatan berpotensi menimbulkan KTD
(kegagalan fungsi, kecacatan, dan kematian) yang diawasi
or
Jumlah alat kesehatan berpotensi menimbulkan KTD yang diawasi
m
dibagi total alat kesehatan kelas C dan D dikali 100
dan D yang diawasi dari total alat kesehatan kelas C (Medium-High Risk) dan D
- n o
*(III.O.1) (High Risk)
e s
2) Persentase sarana
n k
Persentase Sarana Produksi yang memiliki sertifikat CPAKB Jumlah sarana produksi alat kesehatan yang memiliki sertifikat
produksi alat (Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik)
m e CPAKB dibagi jumlah sarana produksi alat kesehatan pemilik izin
kesehatan yang
tersertifikasi CPAKB
/p er edar dikali 100

*(III.O.1)

/0 5
22
3) Persentase sarana Persentase sarana distribusi yang memiliki sertifikat CDAKB Jumlah sarana distribusi alat kesehatan yang memiliki sertifikat
distribusi alat (Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik) CDAKB dibagi jumlah sarana distribusi pemilik izin edar dikali 100
kesehatan yang
tersertifikasi CDAKB / 20
*(III.O.1)
.c om
12 Kegiatan: Penguatan Pelayanan
n a
Kesehatan di Provinsi
ly a
a Sasaran
Menguatnya
Kegiatan:
pelaksanaan m u
program
n a
pelayanan
i
. a
kesehatan di provinsi

w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 487 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Jumlah provinsi yang Provinsi yang melakukan penguatan kabupaten/kota dalam
2
Jumlah provinsi yang melakukan penguatan kabupaten/kota dalam
2
melakukan
penguatan
pelayanan kesehatan (termasuk penyediaan BMHP, SDM)
kurun waktu 1 tahun
- 2 0
pelayanan kesehatan (termasuk penyediaan BMHP, SDM) dalam

kabupaten/kota
u n
dalam pelayanan
kesehatan (termasuk
t a h
penyediaan BMHP,
3 -
SDM) *(III.B.1)
- 1
13 Kegiatan Pelaksanaan Teknis
m or
Pembiayaan
Kesehatan
dan Jaminan
- n o
e s
a Sasaran Kegiatan
Terlaksananya penyiapan
:
n k
implementasi pembiayaan
m e
dan jaminan kesehatan

/p er
1) Persentase peserta
JKN yang berisiko layanan skrining kesehatan
/0 5
Persentase peserta JKN berisiko sedang dan tinggi pada 14 Jumlah peserta JKN berisiko sedang dan tinggi pada 14 layanan
skrining kesehatan dibagi jumlah sasaran peserta JKN berisiko pada
yang mendapatkan
2 2 14 layanan skrining dikali 100
layanan skrining
kesehatan *(III.P.1)
/ 2 0
2) Persentase belanja
o m
Persentase belanja kesehatan promotif preventif program Jumlah belanja kesehatan promotif preventif program JKN dibagi total
kesehatan promotif
preventif dalam JKN
na.c
JKN. Sumber data dari NHA belanja kesehatan JKN dikali 100

*(III.P.1)
ly a
3) Persentase provinsi
m u Persentase seluruh provinsi dan persentase Terdapat 3 tahap dalam menghitung capaian indikator, yaitu:
dan kabupaten/kota
i n
yang menghasilkan
a kabupaten/kota yang menghasilkan rekomendasi dari hasil
perhitungan PHA dan hasil perhitungan DHA pada provinsi
1. Jumlah provinsi yang menghasilkan rekomendasi dari hasil

.
rekomendasi a dari dan kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi dan
perhitungan PHA dibagi total provinsi dengan kapasitas fiskal tinggi

ww
hasil
Provincial
perhitungan
Health
sedang
dan sedang yang sudah melakukan perhitungan PHA dikali 100;

: / / w
Account/ District
2. Jumlah kabupaten/kota yang sudah menghasilkan rekomendasi
dari hasil perhitungan DHA dibagi total kabupaten/kota dengan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 488 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Health Account
2 2
kapasitas fiskal tinggi dan sedang yang sudah melakukan
(PHA/DHA) *(III.P.2) perhitungan DHA dikali 100

- 2 0
u n
3. Rerata dari persentase provinsi yang menghasilkan PHA dan
persentase kabupaten/kota yang menghasilkan DHA dibagi 2

t a h
4) Persentase Persentase kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi Jumlah
-
kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi yang
3
kabupaten/kota yang yang memberikan insentif pelaksanaan Upaya Kesehatan
1
memberikan insentif pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat
-
memberikan insentif
pelaksanaan Upaya
Masyarakat (UKM) bersumber APBD murni
or
(UKM) bersumber APBD murni dibagi total kabupaten/kota kapasitas
fiskal tinggi dikali 100
m
Kesehatan
Masyarakat (UKM)
- n o
bersumber APBD
e s
murni *(III.P.2)
n k
5) Persentase asuransi e
Persentase asuransi swasta dengan produk kesehatan yang
m Jumlah asuransi swasta dengan produk kesehatan yang bekerja sama
kesehatan
yang
swasta
bekerjasama
/p er
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk penyediaan
manfaat tambahan (on top). Sumber data dari OJK
dengan BPJS Kesehatan untuk penyediaan manfaat tambahan (on
top) dibagi total asuransi swasta yang menjual produk kesehatan
dengan BPJS
Kesehatan *(III.P.3) /0 5 dikali 100

2 2
6) Persentase
kabupaten/kota yang
/ 2 0
Persentase kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi
yang melakukan kemitraan pembiayaan pemerintah dan
Jumlah kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi yang
melakukan kemitraan pembiayaan pemerintah dan swasta dalam
melakukan
m
swasta dalam penanganan 9 penyakit prioritas
o
penanganan 9 penyakit prioritas dibagi total kabupaten/kota dengan
kemitraan
pembiayaan
a .c kapasitas fiskal tinggi dikali 100

pemerintah dan
an
swasta
penanganan
dalam
9 u ly
penyakit
a
prioritas m
*(III.P.3)
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 489 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
7) Persentase Presentase kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal sedang
2
Jumlah kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal sedang dan tinggi
2
kabupaten/kota yang
melakukan
dan tinggi yang melakukan kemitraan pembiayaan
pemerintah dan swasta dalam upaya skrining 14 penyakit
- 2 0
yang melakukan kemitraan pembiayaan pemerintah dan swasta
dalam upaya skrining 14 penyakit dibagi total kabupaten/kota dengan
kemitraan n
kapasitas fiskal sedang dan tinggi dikali 100
u
pembiayaan
pemerintah dan
t a h
swasta dalam upaya
3 -
skrining 14 penyakit
- 1
*(III.P.3)
m or
14 Kegiatan: Pembiayaan JKN/KIS
- n o
a Sasaran Kegiatan:
e s
Menguatnya
JKN/KIS
pembiayaan
n k
m e
1) Jumlah penduduk
yang menjadi peserta
/p er
Jumlah penduduk tidak atau kurang mampu yang
menerima bantuan iuran untul jaminan kesehatan. Data
Jumlah penduduk yang menerima bantuan iuran PBI, sesuai dengan
penetapan Menteri Sosial
PBI melalui JKN/KIS
(juta jiwa) *(III.P.1) /0 5
penduduk tidak atau kurang mampu ditetapkan oleh
Kementerian Sosial dalam Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS)
2 2
15 Kegiatan: Pengembangan
/ 2 0
Pembiayaan dan Jaminan
o m
Kesehatan
a .c
a Sasaran Kegiatan:
an
Menguatnya pengembangan
pembiayaan jaminan
u ly
kesehatan
a m
1)
i n
Jumlah advokasi dan
a Jumlah pelaksanaan advokasi dan sosialisasi tentang Jumlah absolut pelaksanaan advokasi dan sosialisasi tentang

w .
sosialisasi
pembiayaan
pembiayaan dan jaminan kesehatan kepada lintas sektor,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat luas
pembiayaan dan jaminan kesehatan kepada lintas sektor, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat luas dalam 1 tahun

: / / ww
kesehatan *(III.P.1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 490 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
16 Kegiatan: Dukungan
2 2
Pelaksanaan
Kesehatan
Jaminan

- 2 0
a Sasaran Kegiatan:
u n
Menguatnya dukungan
t a h
pelaksanaan jaminan
3 -
kesehatan
- 1
1) Jumlah
dukungan
dokumen Jumlah dokumen yang diverifikasi dan dipergunakan untuk
pembayaran klaim iuran jaminan kesehatan
or
Jumlah dokumen tagihan klaim jaminan kesehatan yang sudah
m
diverifikasi dan dipergunakan sebagai dasar pembayaran klaim iuran
pembayaran jaminan
- n o
jaminan kesehatan dalam 1 tahun
kesehatan *(III.P.1)
e s
17 Kegiatan Jaminan Persalinan
n k
a Sasaran Kegiatan:
m e
Menguatnya pembiayaan
Jaminan Persalinan
/p er
1) Jumlah ibu hamil
/0 5
Jumlah ibu hamil fakir miskin yang tidak punya jaminan Jumlah ibu hamil fakir miskin yang tidak punya jaminan yang
yang menerima
22
yang mendapatkan jaminan persalinan mendapatkan jaminan persalinan dalam kurun waktu 1 tahun
jaminan
*(III.P.1)
persalinan
/ 20
18 Kegiatan: Pendayagunaan
.c om
Tenaga Kesehatan
n a
a Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
ly a
pendayagunaan tenaga
m u
kesehatan
i n a
1)
.
Persentase a Persentase pemenuhan puskesmas teregistrasi yang laik Jumlah puskesmas teregistasi yang laik operasional yang belum
w
puskesmas yang operasional yang belum memiliki dokter yang dipenuhi memiliki dokter yang dipenuhi melalui dokter pendayagunaan paska

ww
sudah memiliki melalui dokter pendayagunaan paska internsip, CPNS/PNS, internsip, CPNS/PNS, PPPK, BLUD, dan pendayagunaan lainnya pada

: / / minimal satu dokter PPPK, BLUD, dan pendayagunaan lainnya pada tahun tahun berjalan, dibagi dengan jumlah puskesmas teregistrasi yang

tps
*(III.Q.1) berjalan laik operasional tanpa dokter dikali dengan 100

ht
jdih.kemkes.go.id
- 491 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Persentase Persentase pemenuhan puskesmas teregistrasi yang laik
2
Jumlah penambahan puskesmas teregistrasi yang laik operasional
2
puskesmas
sudah
yang
dilengkapi
operasional yang sudah dilengkapi dengan sarana pelayanan
gigi yang belum memiliki dokter gigi yang dipenuhi melalui
- 2 0
yang sudah dilengkapi sarana pelayanan gigi yang belum memiliki
dokter gigi yang dipenuhi dokter gigi melalui CPNS/PNS, P3K, BLUD
sarana pelayanan gigi dokter gigi CPNS/PNS, P3K, BLUD dan pendayagunaan n
dan pendayagunaan lainnya pada tahun berjalan DIBAGI dengan
u
memiliki
satu
minimal
dokter gigi
lainnya
t a h
jumlah puskesmas yang sudah dilengkapi sarana pelayanan gigi yang
belum memiliki doker gigi dikali 100
*(III.Q.1)
3 -
- 1
3) Persentase
puskesmas dengan
Persentase puskesmas teregistrasi yang laik operasional
yang memiliki 9 nakes (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, or
Jumlah puskesmas teregistrasi yang laik operasional yang memiliki
9 jenis nakes dan 2 tenaga pendukung yang ditempatkan melalui
m
SDM
sesuai
Kesehatan
standar
Kesmas/Promkes, Kesling, tenaga kefarmasian, gizi, dan
ATLM) dan 2 tenaga pendukung (pengelola keuangan dan
- n o
CPNS/PNS, PPPK, BLUD, dan pendayagunaan lainnya pada tahun
berjalan dibagi dengan total puskesmas teregistrasi yang laik
*(III.Q.2) tenaga IT) melalui CPNS/PNS, PPPK, BLUD, dan
e s operasional dikali 100
pendayagunaan lainnya pada tahun berjalan
n k
4) Persentase dokter
m e
Persentase dokter spesialis WNI LLN yang ditempatkan di Jumlah dokter spesialis WNI LLN yang ditempatkan di fasyankes
spesialis Lulusan
Luar Negeri (LLN)
/p er
fasyankes sebagai peserta adaptasi terhadap total dokter
spesialis WNI LLN yang telah mengikuti penilaian
sebagai peserta adaptasi dibagi total dokter spesialis WNI LLN yang
telah mengikuti penilaian kompetensi pra adaptasi dikali 100
yang
mengikuti
kompeten
program
kompetensi pra adaptasi
/0 5
adaptasi *(III.Q.3)
2 2
5) Jumlah lulusan
/ 2 0
Jumlah lulusan pendidikan dokter spesialis penerima Jumlah absolut lulusan pendidikan dokter spesialis penerima
dokter spesialis yang
o m
bantuan biaya pendidikan tidak langsung maupun bantuan biaya pendidikan tidak langsung maupun penerima bantuan
didayagunakan
*(III.Q.3) a .c
penerima bantuan biaya pendidikan langsung yang
didayagunakan di RS pemerintah
biaya pendidikan langsung yang didayagunakan di RS pemerintah tiap
tahun
an
19 Kegiatan: Perencanaan Tenaga
Kesehatan u ly
a Sasaran Kegiatan:a m
a i
Meningkatnya perencanaann
.
tenaga kesehatan
w
ww
1) Persentase provinsi Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang menyusun Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang menyusun rencana

: / / dan kabupaten/kota rencana kebutuhan tenaga kesehatan dan dimanfaatkan kebutuhan tenaga kesehatan dan dimanfaatkan dalam pemenuhan

tps
yang menyusun dalam pemenuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah sesuai

ht
jdih.kemkes.go.id
- 492 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
rencana kebutuhan kesehatan pemerintah sesuai kriteria setiap tahunnya,
2
kriteria setiap tahun dibagi jumlah total keseluruhan provinsi dan
2
tenaga
yang
kesehatan
berkualitas
mengacu pada kebijakan perencanaan kebutuhan dan
pemenuhan nakes yang berlaku
- 2 0
kabupaten/kota di indonesia dikali 100

*(III.Q.2)
u n
20 Kegiatan: Registrasi,
t a h
Standardisasi, Pembinaan, dan
3 -
Pengawasan dokter/dokter gigi
- 1
a Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
registrasi, m or
standardisasi, pembinaan
- n o
dan pengawasan dokter dan
e s
dokter gigi
n k
1) Persentase STR e
Persentase STR dokter dan dokter gigi yang diterbitkan
m
Jumlah STR yang diterbitkan tepat waktu dibagi jumlah permohonan

er
dokter dan dokter gigi maksimal 14 hari kerja setelah dokter/dokter gigi membayar STR yang sudah dibayar dikali 100
yang diterbitkan
sesuai janji layanan
5 /p
*(III.Q.2)
2 /0
21 Kegiatan: Registrasi,
0 2
Standardisasi, Pembinaan, dan
Pengawasan Keprofesian tenaga / 2
Kesehatan
o m
a Sasaran Kegiatan: a .c
Meningkatnya registrasi,
an
standardisasi, pembinaan
dan pengawasan u ly
keprofesian
a
tenaga m
kesehatan
a i n
1)
w .
Persentase STR Persentase STR tenaga kesehatan yang diterbitkan tepat Jumlah penerbitan STR yang permohonannya langsung diterima

ww
tenaga kesehatan waktu sesuai janji layanan setiap tahun tepat waktu dibagi jumlah seluruh penerbitan STR yang

: / / yang diterbitkan
tepat waktu sesuai
permohonannya langsung diterima dikali 100

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 493 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
janji layanan
2 2
22 Kegiatan
*(III.Q.2)
Pembinaan, - 2 0
Pengawasan dan perlindungan
u n
Tenaga Kesehatan
t a h
a Sasaran Kegiatan: 3 -
Terlaksananya pembinaan, - 1
pengawasan
perlindungan
dan
tenaga m or
kesehatan
- n o
1) Persentase Persentase instansi penyelenggaraan uji kompetensi JF
e s Jumlah instansi penyelenggara uji kompetensi JF Kesehatan yang
Penyelenggaraan Uji Kesehatan sesuai standar
n k memenuhi standar (tim penyelenggara, tim penguji, dan materi uji)
Kompetensi Jabatan
m e dibandingkan jumlah instansi pengguna JF Kesehatan yang sudah

er
Fungsional menyelenggarakan uji kompetensi (Kementerian/Lembaga, provinsi,
Kesehatan
standar
sesuai

5 /p kabupaten/kota, RS/faskes UPT Vertikal Kemkes) dikali 100

*(III.Q.4)
2 /0
IV
Program: Pendidikan dan
0 2
Pelatihan Vokasi
/ 2
A Sasaran Program :
o m
Meningkatnya ketersediaan
SDMK sesuai standar a .c
a n
1 Jumlah SDMK yang
ditingkatkan
u ly
Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas, SDM kesehatan di
dinas kesehatan kabupaten/kota, tenaga laboratorium di
Jumlah absolut tenaga kesehatan secara kumulatif di puskesmas,
SDM kesehatan di dinas kesehatan kabupaten/kota, tenaga
kompetensinya
a m labkesmas yang telah mengikuti pelatihan terakreditasi yang laboratorium di labkesmas, yang mendapat sertifikat pada pelatihan
untuk
a i n
mendukung didalamnya terdapat materi survailans dan atau materi terakreditasi yang didalamnya terdapat materi survailans dan atau

w .
sistem
kesehatan
ketahanan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data hingga
penyajian informasi
materi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data hingga
penyajian informasi

:
2
/ / ww
Jumlah SDMK yang
ditingkatkan
Jumlah SDMK yang ditingkatkan kompetensinya melalui
pelatihan bidang kesehatan sesuai dengan 9 penyakit
Jumlah absolut SDMK yang telah mengikuti pelatihan bidang
kesehatan sesuai dengan 9 penyakit prioritas

tps
kompetensinya

ht
jdih.kemkes.go.id
- 494 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
sesuai dengan 9 prioritas (jantung, kanker, DM-ginjal-hati, stroke/otak, KIA,
2 2
1 Kegiatan:
penyakit prioritas
Penyediaan dan
TB, penyakit infeksi)

- 2 0
Peningkatan Kualifikasi Tenaga
u n
Kesehatan
t a h
a Sasaran Kegiatan: 3 -
Terlaksananya penyediaan - 1
dan peningkatan kualifikasi
tenaga kesehatan m or
1) Jumlah calon dokter Jumlah penerima afirmasi bantuan biaya pendidikan dokter
- n o
Jumlah absolut penerima afirmasi bantuan biaya pendidikan dokter
dari daerah prioritas dan dokter gigi yang akan ditempatkan di DTPK, DBK dan
e s dan dokter gigi yang akan ditempatkan di DTPK, DBK dan daerah
yang menerima daerah yang direkomendasikan per tahun
n k yang direkomendasikan sesuai kebutuhan per tahun
beasiswa pendidikan
m e
er
*(IV.A.2)
2) Persentase daerah
/p
Persentase DTPK, DBK, dan daerah yang direkomendasikan
5
Jumlah DTPK, DBK, dan daerah yang direkomendasikan yang diberi
prioritas yang
memperoleh program
2 /0
yang diberi bantuan biaya pendidikan dokter,dokter gigi,
dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dokter sub spesialis,
bantuan biaya pendidikan dokter,dokter gigi, dokter spesialis, dokter
gigi spesialis, dokter sub spesialis, dokter gigi sub spesialis , dibagi
beasiswa pendidikan 2
dokter gigi sub spesialis per tahun
0 dengan jumlah keseluruhan DTPK,DBK, dan daerah yang
dokter *(IV.A.2)
/ 2 direkomendasikan pada tahun berjalan dikali 100
3) Jumlah tenaga m
Jumlah calon tenaga kesehatan (7 jenis Nakes : bidan,
o Jumlah calon tenaga kesehatan (7 jenis nakes : bidan, perawat, gizi,
kesehatan di daerah
prioritas yang a .c
perawat, gizi, sanitarian, Promkes, farmasi, ATLM) yang
menerima bantuan biaya Pendidikan di Poltekkes Kemenkes
sanitarian, Promkes, farmasi, ATLM) yang menerima bantuan biaya
Pendidikan di Poltekkes Kemenkes berdasarkan SK Dirjen Nakes
menerima beasiswa
a n
pendidikan *(IV.A.2)
u ly
4) Persentase
m
daerah
a Jumlah DTPK, DBK, dan daerah yang direkomendasikan Jumlah DTPK, DBK dan daerah yang direkomendasikan yang sesuai
prioritas
a i nyang sesuai sasaran yang menerima program tugas belajar SDM sasaran yang menerima program tugas belajar SDM kesehatan

w .
memperoleh program
beasiswa pendidikan
kesehatan dibandingkan dengan jumlah seluruh DTPK, DBK
dan daerah yang direkomendasikan sesuai sasaran
dibandingkan dengan jumlah seluruh DTPK, DBK dan daerah yang
direkomendasikan sesuai sasaran pada tahun yang sama dikali 100

ww
SDM Kesehatan

: / / *(IV.A.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 495 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
5) Jumlah SDM Jumlah SDMK PNS yang ditingkatkan kualifikasinya melalui
2
Jumlah SDMK PNS yang ditingkatkan kualifikasinya melalui program
2
Kesehatan
ditingkatkan
yang program tugas belajar SDM kesehatan sesuai kebutuhan
0
tugas belajar SDM kesehatan per tahun

- 2
kompetensinya
u n
melalui
jalur
beasiswa
pendidikan
t a h
*(IV.A.2)
3 -
- 1
6) Persentase
spesialis
dokter
penerima
Persentase dokter penerima bantuan Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PPDS)/Program Pendidikan Dokter Gigi
Jumlah
or dokter penerima bantuan Program Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS)/Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS)
m
beasiswa yang
ditempatkan sesuai
Spesialis (PPDGS) yang telah selesai pendidikan yang
dikembalikan untuk menjalankan masa pengabdian sesuai
- n o
yang telah selesai pendidikan yang dikembalikan untuk menjalankan
masa pengabdian sesuai perjanjian penempatan atau sesuai
perjanjian perjanjian penempatan atau sesuai kebutuhan per tahun
e s kebutuhan dibagi jumlah dokter penerima bantuan PPDS/PPDGS
penempatan *(IV.A.2)
n k yang telah selesai Pendidikan pada tahun berjalan dikali 100

7) Jumlah Perguruan
m e
Jumlah perguruan tinggi yang FK nya berjejaring dengan Jumlah Perguruan Tinggi yang direkomendasikan oleh Tim AHS
Tinggi
melaksanakan
yang
lainnya dalam pelaksanaan AHS
/p er
Rumah Sakit Pendidikan, wahana lainnya dan atau institusi untuk melaksanakan AHS

program
*(IV.A.2)
AHS
/0 5
2 2
2 Kegiatan: Pembinaan dan
Pengelolaan Pendidikan Tinggi
/ 2 0
a Sasaran Kegiatan:
o m
Meningkatnya pembinaan
a .c
dan pengelolaan pendidikan
an
tinggi di Poltekkes Kemkes
1) Persentase lulusan u ly
Jumlah lulusan 7 jenis (bidan, perawat, gizi, sanitarian, Jumlah lulusan 7 jenis (bidan, perawat, gizi, sanitarian, Promkes,
Poltekkes Kemenkes
i n am
yang diterima sebagai
Promkes, farmasi, ATLM) Poltekkes Kemenkes yang
didayagunakan di puskesmas yang belum memiliki jenis
farmasi, ATLM) Poltekkes Kemenkes yang didayagunakan di
puskesmas yang belum memiliki jenis nakes sesuai standar melalui
. a
tenaga kesehatan di nakes sesuai standar melalui mekanisme CPNS, P3K, NS, mekanisme CPNS, P3K, NS, kerjasama dan mekanisme lain yang

ww
puskesmas *(IV.A.2) kerjasama dan mekanisme lain yang memungkinkan
dibandingkan dengan jumlah 7 jenis lulusan Poltekkes
memungkinkan dibagi dengan jumlah 7 jenis lulusan Poltekkes
Kemenkes pada satu tahun sebelumnya (t-1) dikali 100

: / / w Kemenkes pada satu tahun sebelumnya (t-1)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 496 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3 Kegiatan: Pelaksanaan Internsip
2 2
Tenaga Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: - 2 0
Terlaksananya internsip
u n
tenaga kesehatan
t a h
1) Persentase dokter Persentase dokter dan dokter gigi internsip yang memenuhi 3 -
Jumlah dokter dan dokter gigi Internsip yang telah memenuhi target
internsip yang target kinerja sesuai dengan program prioritas Kemenkes - 1
kinerja sesuai dengan program prioritas Kemkes dibagi dengan
kompeten
melaksanakan
dalam
or
Jumlah Dokter dan dokter gigi Internsip yang diberangkatkan pada
m
tahun sebelumnya dikali 100
program prioritas
- n o
Kementerian
e s
Kesehatan
Fasyankes *(IV.A.2)
di
n k
m e
er
4 Kegiatan: Peningkatan Mutu
Tenaga Kesehatan

5 /p
a Sasaran Kegiatan:
Terlaksananya peningkatan
2 /0
mutu tenaga kesehatan
0 2
1) Jumlah tenaga / 2
Jumlah tenaga Kesehatan di Puskesmas yang telah Jumlah kumulatif tenaga kesehatan di puskesmas yang mendapat
kesehatan di m
mengikuti pelatihan terakreditasi yang didalamnya terdapat
o sertifikat pada pelatihan terakreditasi yang didalamnya terdapat
puskesmas
terlatih
yang
surveilans a .c
materi survailans dan atau materi pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data hingga penyajian informasi
materi survailans dan atau materi pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data hingga penyajian informasi
epidemiologi *(IV.A.1)
an
2) Jumlah tenaga
u ly
Jumlah SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Jumlah kumulatif SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan
kesehatan di dinkes
a m Kabupaten/Kota yang telah mengikuti pelatihan Kabupaten/Kota yang mendapat sertifikat pada pelatihan
kabupaten/
a i n kota terakreditasi yang didalamnya terdapat materi survailans terakreditasi yang didalamnya terdapat materi survailans dan atau
yang

w .
surveilans
terlatih dan atau materi pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data hingga penyajian informasi
materi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data hingga
penyajian informasi

ww
epidemiologi *(IV.A.1)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 497 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3) Jumlah tenaga Jumlah tenaga Laboratorium di Laboratorium Kesehatan
2
Jumlah kumulatif tenaga laboratorium di Labkesmas yang mendapat
2
laboratorium
Labkesmas
di
yang
Masyarakat (Labkesmas) yang telah mengikuti pelatihan
terakreditasi yang didalamnya terdapat materi survailans
- 2 0
sertifikat pada pelatihan terakreditasi yang didalamnya terdapat
materi survailans dan atau materi pengumpulan data, pengolahan
terlatih surveilans dan atau materi pengumpulan data, pengolahan data, n
data, analisis data hingga penyajian informasi
u
epidemiologi *(IV.A.1) analisis data hingga penyajian informasi
t a h
4) Jumlah SDMK yang Jumlah SDMK yang ditingkatkan kompetensinya melalui -
Jumlah SDMK yang telah mengikuti pelatihan bidang kesehatan
3
ditingkatkan pelatihan bidang Kesehatan sesuai dengan 9 penyakit
1
sesuai dengan 9 penyakit prioritas
-
kompetensinya
sesuai dengan 9
prioritas (Jantung, Kanker, DM-ginjal-hati, Stroke/Otak,
KIA, TB, Penyakit Infeksi)
m or
penyakit
*(IV.A.2)
prioritas
- n o
e s
5) Persentase institusi
penyelenggara n k
Persentase jumlah institusi penyelenggara pelatihan bidang
kesehatan yang terakreditasi, baik melalui penilaian awal
Jumlah institusi penyelenggara pelatihan bidang kesehatan yang
terakreditasi, baik melalui penilaian akreditasi awal maupun
pelatihan bidang maupun reakreditasi, terhadap
m
jumlah e institusi reakreditasi dibagi jumlah institusi penyelenggara pelatihan yang yang
kesehatan yang
terakreditasi *(IV.A.2) er
penyelenggara pelatihan yang mengusulkan akreditasi

/p
mengusulkan akreditasi, dikalikan 100

5 Kegiatan: Peningkatan Kualitas


/0 5
SDM Kesehatan di Provinsi
2 2
a Sasaran
Menguatnya
Kegiatan:
pelaksanaan / 2 0
program peningkatan
o m
kualitas SDM kesehatan di
a .c
provinsi
an
1) Jumlah provinsi yang
melakukan u ly
Provinsi yang melakukan peningkatan
kabupaten/kota melalui pelatihan
kualitas SDM Jumlah provinsi yang melakukan peningkatan kualitas
kabupaten/kota melalui pelatihan dala kurun waktu 1 tahun
SDM

a
peningkatan kualitas m
SDM
a i n
w .
kabupaten/kota
melalui pelatihan

: / / ww
*(IV.A.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 498 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
V
Program Kebijakan
2 2
Pembangunan Kesehatan

A Sasaran Program : - 2 0
Meningkatnya kebijakan
u n
kesehatan berbasis bukti
t a h
1 Persentase kebijakan Persentase kebijakan teknis (berupa PP, Perpres, Perda, 3 -
Jumlah kebijakan (PP, Perpres, Perda, Permenkes, Kepmenkes,
teknis dalam Permenkes, Kepmenkes, Edaran Menkes, Edaran Eselon 1, - 1
Edaran Menkes, Edaran Eselon 1, dll) dalam penguatan berbagai
penguatan berbagai
skema pembiayaan
dll) dalam penguatan berbagai skema pembiayaan
kesehatan yang efektif dan efisien m or
skema pembiayaan kesehatan yang efektif dan efisien dibagi total
jumlah rancangan kebijakan teknis dikali 100
kesehatan yang
- n o
efektif dan efisien
e s
2 Jumlah pedoman
n k
Jumlah pedoman terkait standardisasi formulasi kebijakan Jumlah pedoman terkait dengan standardisasi formulasi kebijakan
dalam menyusun e
yang dipakai oleh stakeholder dalam penyusunan kebijakan
m
yang dipakai oleh stakeholder dalam penyusunan kebijakan dalam

er
kebijakan satu tahun anggaran
3 Persentase kebijakan
/p
Persentase kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh
5
Jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kementerian
Kesehatan berbasis hasil kajian
2 /0
Kementerian Kesehatan yang dirumuskan dari rekomendasi Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) yang dirumuskan dari
rekomendasi hasil kajian dibagi dengan total jumlah kebijakan atau
kajian dan bukti
0 2 regulasi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan pada tahun

/ 2 sebelumnya (T-1) dikali 100


4 Terbangunnya m
Tersusunnya dan terimplementasinya dokumen blueprint
o Jumlah dokumen blueprint pengelolaan kerja sama kesehatan global
tatakelola kerjasama
internasional yang a .c
pengelolaan kerja sama kesehatan global tahun 2022 1
blueprint, 2023-2024 Annual Review Blueprint
yang disusun dan diimplementasikan.

efektif
an
u ly
1 Kegiatan Penguatan Tata Kelola
a m
Pelaksanaan Transformasi
a i n
Kesehatan

a Sasaran w . kegiatan

: / / ww
Meningkatnya tata kelola

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 499 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
pelaksanaan transformasi
2 2
kesehatan
1) Persentase Persentase kebijakan/regulasi (Permenkes, Kepmenkes, SK - 2 0
Jumlah kebijakan/regulasi (Permenkes, Kepmenkes, SK Menkes,
implementasi Menkes, Perka/Perdirjen, SE) yang sudah mengacu
u n
Perka/Perdirjen, SE) yang sudah mengacu pedoman standarisasi
penyusunan pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan oleh
a h
proses formulasi kebijakan dibagi jumlah kebijakan yang dihasilkan
t
kebijakan yang pengambil kebijakan -
oleh pengambil kebijakan pada tahun sebelumnya (T-1) dikali 100
3
sesuai dengan
- 1
regulasi/pedoman
*(V.A.2)
m or
2 Kegiatan Perumusan Kebijakan
- n o
Upaya Kesehatan
e s
a Sasaran Kegiatan :
n k
Meningkatnya kebijakan
m e
er
upaya kesehatan berbasis
bukti

5 /p
1) Persentase
keputusan atau
2 /0
Persentase keputusan atau peraturan di atas peraturan
Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan
Jumlah keputusan atau peraturan di atas menteri yang disusun
sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan (pedoman
peraturan di atas 2
formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi
0 standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh keputusan
peraturan
yang
Menteri
disusun
kebijakan)
/ 2 atau peraturan diatas menteri pada tahun yang sama dikali 100

berbasis kajian dan


o m
bukti *(V.A.3)
a .c
2) Persentase
an
Persentase keputusan atau peraturan Menteri yang disusun Jumlah keputusan atau peraturan Menteri yang disusun sesuai
keputusan
peraturan
atau
Menteri u ly
sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan)
dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan (pedoman
standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh keputusan
yang
a m
disusun atau peraturan Menteri pada tahun yang sama dikali 100
i n
berbasis kajian dan
a
.
bukti *(V.A.3)
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 500 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3) Persentase Persentase keputusan atau peraturan di bawah peraturan
2
Jumlah keputusan atau peraturan di bawah peraturan Menteri yang
2
keputusan
peraturan di bawah
atau Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan
formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi
- 2 0
disusun sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh
peraturan Menteri kebijakan) n
keputusan atau peraturan dibawah peraturan Menteri pada tahun
u
yang disusun
berbasis kajian dan
yang sama dikali 100
t a h
bukti *(V.A.3)
3 -
- 1
4) Persentase kebijakan
kesehatan yang
Persentase kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan yang dirumuskan dari rekomendasi or
Jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) yang dirumuskan dari
m
disusun berdasarkan
rekomendasi
hasil kajian yang dihasilkan BKPK
- n o
rekomendasi hasil kajian yang dihasilkan BKPK dibagi dengan total
jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan Kementerian
kebijakan dibidang
e s Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) dikali 100
Upaya
n k
Kesehatan*(V.A.3)
m e
5) Persentase
kabupaten/kota yang
/p er
Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan
transformasi kesehatan pada satu tahun anggaran
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan transformasi
kesehatan dibagi seluruh kabupaten/kota dikali 100
mengadopsi
kebijakan /0 5
transformasi
2 2
kesehatan *(V.A.3)
/ 2 0
3 Kegiatan Perumusan Kebijakan
o m
Sistem Ketahanan Kesehatan
dan Sumber Daya Kesehatan
a .c
an
a Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan
kebijakan
:

u ly
sistem ketahanan
a m
a i n
kesehatan dan sumber daya
kesehatan berbasis bukti

w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 501 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase Persentase keputusan atau peraturan di atas peraturan
2
Jumlah keputusan atau peraturan di atas peraturan menteri yang
2
keputusan
peraturan di atas
atau Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan
formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi
- 2 0
disusun sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh
peraturan Menteri kebijakan) n
keputusan atau peraturan diatas menteri pada tahun yang sama
u
yang disusun
berbasis kajian dan
dikali 100
t a h
bukti *(V.A.3)
3 -
- 1
2) Persentase
keputusan atau
Persentase keputusan atau peraturan Menteri yang disusun
sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan or
Jumlah keputusan atau peraturan Menteri yang disusun sesuai
dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan (pedoman
m
peraturan
yang
Menteri
disusun
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan)
- n o
standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh keputusan
atau peraturan Menteri pada tahun yang sama dikali 100
berbasis kajian dan
e s
bukti *(V.A.3)
n k
3) Persentase
m e
Persentase keputusan atau peraturan di bawah peraturan Jumlah keputusan atau peraturan di bawah peraturan Menteri yang
keputusan
peraturan di bawah
atau

/p er
Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan
formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi
disusun sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh
peraturan
yang
Menteri
disusun
kebijakan)
/0 5 keputusan atau peraturan dibawah peraturan Menteri pada tahun
yang sama dikali 100
berbasis kajian dan
2 2
bukti *(V.A.3)
/ 2 0
4) Persentase kebijakan
m
Persentase kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh
o Jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian
kesehatan yang
disusun berdasarkan
a .c
Kementerian Kesehatan yang dirumuskan dari rekomendasi
hasil kajian yang dihasilkan BKPK
Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) yang dirumuskan dari
rekomendasi hasil kajian yang dihasilkan BKPK dibagi dengan total
rekomendasi
an jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan Kementerian
kebijakan
Sistem
dibidang
Ketahanan u ly Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) dikali 100

Kesehatan
a
dan m
Sumber
a i nDaya
.
Kesehatan *(V.A.3)
w
ww
5) Persentase Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan transformasi
kabupaten/kota yang transformasi kesehatan pada satu tahun anggaran kesehatan dibagi seluruh kabupaten/kota dikali 100
: / / mengadopsi

ht tps kebijakan

jdih.kemkes.go.id
- 502 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
transformasi
2 2
kesehatan *(V.A.3)

- 2 0
4 Kegiatan: Perumusan Kebijakan
u n
Pembiayaan Jaminan, dan
t a h
Desentralisasi Kesehatan
3 -
a Sasaran Kegiatan : - 1
Tersedianya
kebijakan
bahan
teknis m or
pembiayaan dan jaminan
- n o
kesehatan
e s
1) Annual review tarif
n k
Dihasilkannya dokumen annual review tarif INA-CBGs dan Jumlah dokumen yang dihasilkan dari annual review tarif INA-CBGs
INA-CBGs dan NHA
m e
NHA tahun sebelumnya (T- 1) paling lambat September pada dan NHA tahun sebelumnya (T- 1) paling lambat September pada

er
(T- 1) *(V.A.1) tahun berjalan tahun berjalan

2) Annual utilization
5 /p
Dihasilkannya dokumen annual utilization review untuk 20 Jumlah dokumen yang dihasilkan dari annual utilization review untuk
review
penyakit
untuk
berbiaya
20
tahun berjalan
2 /0
penyakit berbiaya tertinggi paling lambat September pada 20 penyakit berbiaya tertinggi paling lambat September pada tahun
berjalan
tertinggi *(V.A.1)
0 2
3) Annual review / 2
Dihasilkannya dokumen annual review teknologi kesehatan Jumlah dokumen yang dihasilkan dari annual review teknologi
terhadap HTA dan m
(berupa alkes, obat, prosedur, diagnostik, dll) yang
o kesehatan (berupa alkes, obat, prosedur, diagnostik, dll) yang
rencana
implementasinya a .c
dihasilkan melalui Health Technology Assessment (HTA) dan
rencana implementasinya paling lambat September pada
dihasilkan melalui Health Technology Assessment (HTA) dan rencana
implementasinya paling lambat September pada tahun berjalan
*(V.A.1)
an
tahun berjalan
b Meningkatnya kebijakan
u ly
pembiayaan, jaminan dan
a m
desentralisasi
n
kesehatan
a i
.
berbasis bukti

w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 503 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase Persentase keputusan atau peraturan di atas peraturan
2
Jumlah keputusan atau peraturan di atas peraturan menteri yang
2
keputusan
peraturan di atas
atau Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan
formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi
- 2 0
disusun sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh
peraturan Menteri kebijakan) n
keputusan atau peraturan diatas menteri pada tahun yang sama
u
yang disusun
berbasis kajian dan
dikali 100
t a h
bukti *(V.A.3)
3 -
- 1
2) Persentase
keputusan atau
Persentase keputusan atau peraturan Menteri yang disusun
sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan or
Jumlah keputusan atau peraturan Menteri yang disusun sesuai
dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan (pedoman
m
peraturan
yang
Menteri
disusun
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan)
- n o
standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh keputusan
atau peraturan Menteri pada tahun yang sama dikali 100
berbasis kajian dan
e s
bukti *(V.A.3)
n k
3) Persentase
m e
Persentase keputusan atau peraturan di bawah peraturan Jumlah keputusan atau peraturan di bawah peraturan Menteri yang
keputusan
peraturan di bawah
atau

/p er
Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan
formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi
disusun sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
(pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh
peraturan
yang
Menteri
disusun
kebijakan)
/0 5 keputusan atau peraturan dibawah peraturan Menteri pada tahun
yang sama dikali 100
berbasis kajian dan
2 2
bukti *(V.A.3)
/ 2 0
4) Persentase kebijakan
m
Persentase kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh
o Jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian
kesehatan yang
disusun berdasarkan
a .c
Kementerian Kesehatan yang dirumuskan dari rekomendasi
hasil kajian yang dihasilkan BKPK
Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) yang dirumuskan dari
rekomendasi hasil kajian yang dihasilkan BKPK dibagi dengan total
rekomendasi
an jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan Kementerian
kebijakan di bidang
Pembiayaan Jaminan u ly Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) dikali 100

Kesehatan
a
dan m
i
Desentralisasi
a n
.
Kesehatan *(V.A.3)
w
ww
5) Persentase Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan transformasi
kabupaten/kota yang transformasi kesehatan pada satu tahun anggaran kesehatan dibagi seluruh kabupaten/kota dikali 100
: / / mengadopsi

ht tps kebijakan

jdih.kemkes.go.id
- 504 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
transformasi
2 2
5
kesehatan *(V.A.3)
Kegiatan Perumusan Kebijakan - 2 0
Kesehatan Global dan Teknologi
u n
Kesehatan
t a h
a Sasaran Kegiatan : 3 -
Meningkatnya kebijakan - 1
kesehatan global dan
teknologi kesehatan m or
berbasis bukti
- n o
1) Tersusunnya
e
Dokumen blueprint pengelolaan kerja sama kesehatan global s Jumlah dokumen blueprint pengelolaan kerja sama internasional
blueprint pengelolaan berdasarkan kriteria negara dan lembaga
n k berdasarkan kriteria negara dan lembaga. Target tahun 2022: 1
kerjasama
m e Blueprint; 2023-2024: Annual Review Blueprint)

er
internasional
berdasarkan kriteria
negara dan lembaga
5 /p
*(V.A.4)
2 /0
2) Jumlah dokumen 2
Dokumen kerja sama internasional bidang kesehatan,
0 Jumlah dokumen kerja sama internasional bidang kesehatan,
kerjasama
internasional, / 2
termasuk perjanjian dan prakarsa Indonesia hasil diplomasi
kesehatan, antara Kementerian Kesehatan RI dengan
termasuk perjanjian dan prakarsa Indonesia hasil diplomasi
kesehatan, antara Kementerian Kesehatan RI dengan Kementerian
termasuk perjanjian Kementerian
o m
Kesehatan negara mitra, organisasi Kesehatan negara mitra, organisasi internasional atau organisasi non-
dan prakarsa hasil .c
internasional atau organisasi non-pemerintah asing lainnya
a pemerintah asing lainnya berupa MoU, resolution, joint statement,
diplomasi kesehatan
n
berupa MoU, resolution, joint statement, concept note, grant
a concept note, grant agreement, regulation, technical arrangement, record
*(V.A.4)

u ly
agreement, regulation, technical arrangement, record of
discussion, mutual recognition arrangement atau dokumen
of discussion, mutual recognition arrangement atau dokumen yang
dipersamakan dalam 1 tahun

a m yang dipersamakan

3) Persentase
a i n Persentase keputusan atau peraturan di atas peraturan Jumlah keputusan atau peraturan di atas peraturan menteri yang

w .
keputusan atau Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan disusun sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan

ww
peraturan di atas formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi (pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh
peraturan Menteri kebijakan) keputusan atau peraturan diatas menteri pada tahun yang sama

: / / yang disusun dikali 100

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 505 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
berbasis kajian dan
2 2
4)
bukti *(V.A.3)
Persentase Persentase keputusan atau peraturan Menteri yang disusun - 2 0
Jumlah keputusan atau peraturan Menteri yang disusun sesuai
keputusan atau sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
u n
dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan (pedoman
peraturan Menteri (pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan)
a h
standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh keputusan
t
yang disusun -
atau peraturan Menteri pada tahun yang sama dikali 100
3
berbasis kajian dan
- 1
5)
bukti *(V.A.3)
Persentase Persentase keputusan atau peraturan di bawah peraturan m or
Jumlah keputusan atau peraturan di bawah peraturan Menteri yang
keputusan atau Menteri yang disusun sesuai dengan kaidah penyusunan
- n o
disusun sesuai dengan kaidah penyusunan formulasi kebijakan
peraturan di bawah
s
formulasi kebijakan (pedoman standarisasi proses formulasi
e (pedoman standarisasi proses formulasi kebijakan) dibagi seluruh
peraturan
yang
Menteri
disusun
kebijakan)
n k keputusan atau peraturan di bawah peraturan Menteri pada tahun
yang sama dikali 100
berbasis kajian dan
m e
bukti *(V.A.3)

/p er
6) Persentase kebijakan
kesehatan yang
/0 5
Persentase kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan yang dirumuskan dari rekomendasi
Jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) yang dirumuskan dari
disusun berdasarkan 2
hasil kajian yang dihasilkan BKPK
2 rekomendasi hasil kajian yang dihasilkan BKPK dibagi dengan total
rekomendasi
kebijakan dibidang
/ 2 0 jumlah kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan Kementerian
Kesehatan pada tahun sebelumnya (T-1) dikali seratus persen
Kesehatan Global
o m
dan Teknologi
Kesehatan *(V.A.3)
a .c
an
7) Persentase
kabupaten/kota yang
u ly
Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan
transformasi kesehatan pada satu tahun anggaran
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan transformasi
kesehatan dibagi seluruh kabupaten/kota dikali 100
mengadopsi
a m
kebijakan

a
transformasi i n
w .
kesehatan *(V.A.3)
VI
A
: /
Sasaran
ww
Program Dukungan Manajemen
/ Program:

ht tps Tersedianya sistem dan

jdih.kemkes.go.id
- 506 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
data pelayanan kesehatan
2 2
terintegrasi
bermanfaat
dan
dalam
- 2 0
mendukung perumusan
u n
kebijakan
t a h
1 Jumlah sistem data − Jumlah sistem data kesehatan yang sudah melakukan -
Jumlah sistem data kesehatan yang sudah melakukan pertukaran
3
kesehatan Indonesia pertukaran data dengan sistem di Pusat (Kementerian
1
data dengan sistem kementerian kesehatan dan menyediakan variabel
-
yang terstandar dan
terintegrasi

Kesehatan).
Sistem tersebut menyediakan variabel sesuai indikator
m or
sesuai indikator pembangunan kesehatan.

pembangunan kesehatan.
- n o

e
Angka capaian merupakan angka kumulatif dari tahun s
sebelumnya.
n k
2 Jumlah integrasi −
m e
Fasilitas kesehatan yang menjadi target yaitu Jumlah fasilitas kesehatan yang menggunakan sistem informasi
platform aplikasi dari
sistem kesehatan
/p er
puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek, laboratorium
yang belum terintegrasi atau tidak mempunyai sistem
terintegrasi sesuai Arsitektur Sistem Informasi Kesehatan yang
datanya terdapat pada sistem di pusat.
Indonesia informasi faskes.
/0 5
− 2
Angka capaian merupakan angka kumulatif dari tahun
2
sebelumnya.
/ 2 0
o m
a .c
an
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 507 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
3 Persentase fasilitas − Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi target
2
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dengan kematangan digital
2
pelayanan kesehatan
dengan kematangan
yaitu puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek,
laboratorium 100
- 2 0
tingkat 7 dibagi dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dikali

digital (Digital
− Fasilitas pelayanan kesehatan dinilai tingkat
u n
Maturity) tingkat 7
kematangan digital (digital maturity) mengacu pada
t a h
HIMSS Electronic Medical Records Adoption Model
3 -
(EMRAM)
- 1
− Fasilitas pelayanan kesehatan dinilai berada pada
kematangan digital pada tingkat 7, bila :
m or
a. Telah menerapkan Tata Kelola Data Rekam
- n o
Medisnya berbasis elektronik secara penuh. Data
es
rekam medis juga telah mampu dihasilkan oleh
n k
e
perangkat2 medis yang digunakan (mis. gambar,
m
er
hasil tes)

sistem kesehatan 5 /p
b. Menerapkan pertukaran informasi kesehatan antar

2 /0
c. Menjamin keberlangsungan sistem dengan secara
0 2
berkala menguji seandainya terjadi bencana
− / 2
Denominator indikator ini sejumlah 60.000 fasilitas
o m
pelayanan kesehatan
4 Jumlah kebijakan −
a .c
Kebijakan tata kelola produk inovasi teknologi Jumlah kebijakan tata kelola produk inovasi teknologi
tata kelola produk
an
kesehatan yang ditetapkan. kesehatan yang ditetapkan dan digunakan dalam
inovasi
kesehatan
teknologi
yang u
− lyKebijakan dapat berupa KMK, SE, SK, PKS atau pengembangan dan implementasi produk inovasi teknologi
ditetapkan
a
dan m lainnya. kesehatan
digunakan
a i n − Kebijakan digunakan dalam pengembangan dan

w . implementasi produk inovasi teknologi kesehatan

ww
− Angka capaian merupakan angka kumulatif.

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 508 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
5 Jumlah data − Data biospesimen adalah dataset biospesimen yang
tercatat dan dikelola dalam biobank, milik pasien yang 2 2
Jumlah data biospesimen yang tersedia dan dimanfaatkan pada
biospesimen
tersedia
yang
dan datanya tercatat dalam bioregistry dan dimanfaatkan
- 2 0
platform biobank dalam Biomedical Genome-based Science Initiative.

dimanfaatkan pada melalui bioinformatics dalam Biomedical Genome-based


Science Initiative u n
platform
dalam
Biobank
Biomedical − Biomedical Genome-based Science Initiative adalah
t a h
Genome-based suatu insiatif dari Kementerian Kesehatan untuk
3 -
Science Initiative
mendukung program pelayanan kesehatan berbasis
- 1

data genomik.
Ekosistem bioteknologi kesehatan terdiri dari 6 (enam)
m or
Hubs yang merupakan jejaring kolaborasi antar-rumah
sakit dan pemangku kepentingan terkait dengan fokus
- n o
pelayanan kesehatan diantaranya penuaan dini dan
e s
sistem saraf, kanker, dan penyakit langka. n k
nutrisi, diabetes mellitus, penyakit menular, otak dan

B Sasaran Program :
m e
Meningkatnya koordinasi
pelaksanaan tugas,
/p er
pembinaan
pemberian
dan
dukungan /0 5
manajemen Kementerian
2 2
Kesehatan
/ 2 0
1 Nilai Reformasi
m
Hasil penilaian reformasi birokrasi di lingkup Kementerian
o
Indeks nilai RB Kementerian Kesehatan berdasarkan hasil penilaian
Birokrasi
.c
Kesehatan pada tahun berjalan
a
mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai

an
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 509 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2 Nilai Kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui
2
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,
2
Anggaran perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari: 1. Aspek
- 2 0
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPKRPD),
aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi SMART
Implementasi yang memperhitungkan realisasi Anggaran, Kemenkeu
u n
konsistensi antara RPD dan RPK, Efisiensi dan capaian
keluaran yang ditargetkan di dalam RKA KL secara tahunan
t a h
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
3 -
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
- 1
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam Renja K/L dan
m or
Renstra K/L secara tahunan 3. Aspek Konteks yang
- n o
memperhitungkan relevansi, kejelasan,
s
keterukuran
e
informasi kinerja dengan dinamika masalah yang coba
dipecahkan melalui intervensi program
n k
m e
er
3 Opini Badan Opini Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Perhitungan dilaksanakan secara tahunan (n-1) sesuai dengan Opini
Pemeriksa Keuangan Kesehatan yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan ketentuan
atas Laporan /p
(BPK) atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan
5 indeks sebagai berikut : Indeks 1 = Tidak Memberikan Pendapatan
Keuangan
2 /0
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat
kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi
(Disclaimer) Indeks 2 = Tidak Wajar Indeks 3 = Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) Indeks 4 = Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) /
pemerintahan,
0 2
kecukupan pengungkapan (adequate Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP)

/ 2
disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-
m
undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern
o
C Sasaran Program:
a .c
Meningkatnya
a n
Akuntabilitas Kinerja dan
Pengelolaan Keuangan
u ly
Bersih dan Efektif serta
Meningkatnya Efektivitasa m
Pengendalian
a i n
Intern
Pemerintah
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 510 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1 Nilai Integritas Nilai Integritas Organisasi adalah nilai komposit dari hasil
2
Hasil Survei Penilaian Integritas oleh Tim Pelaksana SPI secara
2
Organisasi survei penilaian integritas berdasarkan pedoman Survei
Penilaian Integritas (SPI) yang diterbitkan KPK yang
- 2 0
swakelola dan/atau oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan
(Litbang) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dilakukan terhadap institusi Kementerian Kesehatan RI
u n
untuk memetakan dan memonitor risiko korupsi
t a h
2 Nilai Maturitas SPIP Tingkat Maturitas SPIP adalah hasil penilaian BPKP -
Hasil Penilaian Maturitas SPIP Terintegrasi Kementerian Kesehatan
3
Terintegrasi terhadap maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian oleh BPKP
- 1
Intern Pemerintah (SPIP), maturitas Manajemen Risiko dan
Indeks Efektifitas Pengendalian Korupsi (IEPK) di
m or
Kementerian Kesehatan berdasarkan pedoman
penyelenggaraan SPIP Terintegrasi yang diterbitkan oleh
- n o
BPKP di Lingkungan Kementerian Kesehatan
e s
D Sasaran Program: n k
Meningkatnya
m e
pengelolaan kedaruratan
kesehatan masyarakat
/p er
1 Jumlah provinsi yang
/0 5
Dinas Kesehatan Provinsi membentuk Tim Manajemen Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang memiliki Tim Manajemen
sudah memiliki Tim 2
Krisis Kesehatan sesuai standar dan mendapatkan pelatihan
2 Krisis Kesehatan, ditunjukkan melalui SK Tim yang ditanda tangan
Penanganan Bencana
dan Kedaruratan
/ 2 0
minimal 1 kali dalam 1 tahun. Jenis pelatihan yang
diberikan antara lain manajemen krisis kesehatan dan/atau
oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Kesehatan
m
penyusunan peta respons dan/atau penyusunan rencana
o
Masyarakat sesuai
standar dan rutin .c
kontingensi dan/atau manajemen logistik dan/atau sistem
a
informasi pengelolaan krisis kesehatan dan/atau table top
melaksanakan
a n
exercise dan/atau simulasi.
latihan minimal 1
tahun sekali u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 511 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2 Jumlah provinsi yang Provinsi yang memiliki Tim Kegawatdaruratan Medis
2
Jumlah provinsi dengan Tim Kegawatdaruratan Medis dan/atau
2
sudah
tenaga
memliki
cadangan
dan/atau relawan kesehatan terlatih penanganan bencana
dan kedaruratan kesehatan sesuai standar (Pedoman Tim registrasi pemerintah pusat
- 2 0
relawan kesehatan yang ada yang dapat dilihat melalui dashboard

yang terlatih untuk Kegawatdaruratan Medis).


u n
penanganan bencana
dan kedaruratan
Tim Kegawatdaruratan Medis dan/atau relawan kesehatan
yang ada di setiap provinsi melakukan registrasi ke
t a h
kesehatan pemerintah pusat.
3 -
masyarakat sesuai Jenis Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan klinis dan
- 1
standar non klinis.
Pelatihan klinis antara lain: BLS dan/atau BCLS dan/atau
m or
ACLS dan/atau BTLS dan/atau BSS dan/atau ATLS
- n o
dan/atau PHTLS dan/atau PTC dan/atau PPGD dan/atau
e s
Disaster Wound Care.
Pelatihan non klinis antara lain: Manajemen krisisn k
e
kesehatan dan/atau Rapid Health Assessment (RHA)
m
/p
manajemen perjalanan dan/atau medical wasteer
dan/atau safer access (safety and security) dan/atau

/0 5
management dan/atau (manajemen pembuangan limbah
medis) dan/atau Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2 2
(PPI) dan/atau defensive driving dan/atau manajemen

2 0
logistik dan/atau penanganan korban massal.
/
1 Kegiatan Pengelolaan Data dan
o m
Informasi Kesehatan
a .c
a Sasaran Kegiatan :
a n
Tersedianya sistem dan
data pelayanan kesehatan
u ly
terintegrasi dan
a m
bermanfaat

a
mendukung perumusani n
dalam

kebijakan
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 512 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase indikator − Indikator pembangunan kesehatan yang berasal dari
2 2
Jumlah indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data
rutin dan berkualitas baik yang terdapat pada sistem big data
pembangunan
kesehatan yang
data rutin dengan kualitas data baik, yang merupakan
sumber data bagi program dalam memantau capaian 2 0
kesehatan dibagi jumlah seluruh indikator pembangunan kesehatan
-
diukur dan dianalisa kinerja.
u n
yang diusulkan diukur dengan data rutin dikali 100.
dengan pemanfaatan
data rutin *(VI.A.1)
− Indikator pembangunan kesehatan terdiri atas
t a h
indikator keluarga sehat, SPM kesehatan, Sustainable
3 -
Development Goals (SDGs), RPJMN dan pandemi.
- 1
− Analisa kolaboratif dan perhitungan indikator
dilakukan menggunakan metode analisa data sains
m or
2) Jumlah sistem data
melalui sistem big data kesehatan.
Suatu sistem informasi baik di pusat dan daerah dinyatakan - n o
Jumlah sistem data kesehatan yang terintegrasi dan terstandar.
s
kesehatan
terintegrasi
yang
dan
n
kesehatan tersebut terdapat pada sistem di pusat dan ke
telah terintegrasi bila data yang bersumber dari sistem data

terstandar *(VI.A.1) e
menggunakan standar yang diakui seperti Fast Healthcare

(HL7).
/p erm
Interoperability Resources (FHIR) dan Health Level Seven


/0 5
Sistem informasi yang dimaksud adalah sistem
informasi milik
2 2
kementerian kesehatan, milik
pemerintah seperti BPJS, dan milik swasta seperti
2 0
sistem terkait data IOT kesehatan.
/

m
Angka capaian merupakan angka kumulatif dari tahun
o
sebelumnya.
b Sasaran Kegiatan :
a .c
Tersedianya platform
a n
aplikasi kesehatan yang
terintegrasi dan
u ly
bermanfaat dalam
a m
mendukung perumusan
a i n
kebijakan
1) w .
Persentase fasilitas − Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi target Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi target dibagi

: / / ww
pelayanan kesehatan
yang menggunakan
yaitu puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek,
laboratorium yang belum terintegrasi atau tidak
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dikali 100

tps
sistem informasi mempunyai sistem informasi faskes.

ht
jdih.kemkes.go.id
- 513 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
terintegrasi sesuai − Baseline data untuk fasilitas pelayanan kesehatan
2 2
arsitektur Sistem
Informasi Kesehatan
(puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek, laboratorium)
yaitu 62.053 (sumber data Profil Kesehatan Indonesia
- 2 0
*(VI.A.2) tahun 2020).
u n
− Denominator indikator ini sejumlah 60.000 fasilitas
pelayanan kesehatan
t a h
2) Persentase − Persentase penyelesaian permasalahan aplikasi
3 -
Jumlah permasalahan yang diselesaikan dibagi seluruh jumlah
penyelesaian kesehatan milik Kementerian Kesehatan yang
- 1
permasalahan yang disampaikan dikali 100
permasalahan
aplikasi kesehatan −
disampaikan melalui Helpdesk Aplikasi Kesehatan.
Permasalahan yang tercatat di sistem CRM.
m or
milik Kementerian
- n o
Kesehatan yang
e s
disampaikan melalui
helpdesk aplikasi n k
kesehatan *(VI.A.2)
m e
c Sasaran Kegiatan :
/p er
Meningkatnya
Kematangan Digital
/0 5
(Digital Maturity) Fasilitas
2 2
Pelayanan Kesehatan
/ 2 0
o m
a .c
an
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 514 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase fasilitas − Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi target
2
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dengan kematangan digital
2
pelayanan kesehatan
yang memenuhi
yaitu puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek,
laboratorium 100
- 0
tingkat 7 dibagi dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dikali
2
kematangan digital − Fasilitas pelayanan kesehatan dinilai tingkat
u n
(digital maturity)
tingkat 7 *(VI.A.3)
kematangan digital (digital maturity) mengacu pada
HIMSS Electronic Medical Records Adoption Model
t a h
(EMRAM)
3 -
− Fasilitas pelayanan kesehatan dinilai berada pada
- 1
kematangan digital pada tingkat 7, bila :
a. Telah menerapkan Tata Kelola Data Rekam Medisnya
m or
berbasis elektronik secara penuh. Data rekam medis
- n o
juga telah mampu dihasilkan oleh perangkat medis
e s
yang digunakan (mis. gambar, hasil tes)
n k
b. Menerapkan pertukaran informasi kesehatan antar
sistem kesehatan
m e
/p er
c. Menjamin keberlangsungan sistem dengan secara
berkala menguji seandainya terjadi bencana
− 5
Denominator indikator ini sejumlah 60.000 fasilitas
pelayanan kesehatan /0
2) Persentase fasilitas −
2 2
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi target Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dengan kematangan digital
pelayanan kesehatan
yang memenuhi laboratorium / 2 0
yaitu puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek, tingkat 3 dibagi dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dikali
100
kematangan digital − Fasilitas
o mpelayanan kesehatan dinilai tingkat
(digital maturity)
.c
kematangan digital (digital maturity) mengacu pada
a
tingkat 3 *(VI.A.3)
n
HIMSS Electronic Medical Records Adoption Model
a
u
− ly(EMRAM)
Fasilitas pelayanan kesehatan dinilai berada pada

a m kematangan digital pada tingkat 3, bila :


a. Penyediaan perangkat elektronik di tempat layanan

a i n kesehatan, sehingga catatan rekam medis langsung

w . tersimpan

ww
b. Dokter menyimpan rekam medis secara online, dan
dapat segera menyediakan resep pengobatan.

: / / − Denominator indikator ini sejumlah 60.000 fasilitas

ht tps pelayanan kesehatan

jdih.kemkes.go.id
- 515 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
d Sasaran Kegiatan :
2 2
Terbangunnya tata kelola
sistem teknologi informasi
- 2 0
kesehatan untuk
u n
mendukung sistem dan
data pelayanan kesehatan
t a h
3 -
1) Jumlah kebijakan − Kebijakan tata kelola produk inovasi teknologi
1
Jumlah kebijakan tata kelola produk inovasi teknologi kesehatan yang
-
tata kelola produk
teknologi kesehatan
kesehatan yang ditetapkan, dapat berupa KMK, SE, SK,
PKS atau lainnya.
m or
ditetapkan.

*(VI.A.4) − SK/PKS termasuk kebijakan tata kelola secara khusus


di masing-masing pengembang produk inovasi.
- n o
− Angka capaian merupakan angka kumulatif.
e s
n k
2) Persentase − e
Inovasi teknologi kesehatan yang dimaksud adalah
m Jumlah konsultasi masyarakat yang tercatat pada platform layanan
konsultasi
masyarakat yang −
pelayanan kesehatan telemedisin

/p er
Masyarakat yang mengakses platform layanan
telemedisin dibagi dengan jumlah kunjungan ke FKTP dikali 100

memanfaatkan
layanan primer −
kesehatan telemedisin.
/0 5
Layanan kesehatan telemedisin yang dimaksud yaitu
melalui telemedisin
2 2
telemedisin milik Kementerian Kesehatan atau swasta
*(VI.A.4)
2 0
yang didukung secara resmi oleh Kementerian
Kesehatan /
− Layanan
o m
telemedisin yang dimaksud layanan
.c
konsultasi kesehatan jarak jauh dan terintegrasi
a
− a n
dengan platform data kesehatan nasional.
Baseline jumlah kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

u ly Tingkat Pertama (FKTP)


e Sasaran Kegiatan :
Penguatan Ekosistem a m
a i n
bioteknologi kesehatan
.
yang terintegrasi
w
ww
(Biomedical Genome-
based Science Initiative)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 516 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase sistem − Biobank adalah suatu fasilitas yang mengumpulkan,
2
Sistem teknologi informasi untuk biobank, bioregistry, dan
2
teknologi informasi
untuk biobank,
membuat katalog, dan menyimpan sampel bahan
biologis (biospesimen) untuk mendukung program dan dengan 100
- 2 0
bioinformatics yang terpenuhi dibagi dengan jumlah Hubs dikali

bioregistry, dan kegiatan Biomedical Genome-based Science Initiative.


u n
bioinformatics yang
terstandar dan
− Bioregistry adalah repositori data terstruktur dan
terintegrasi yang terdiri atas dataset demografi pasien,
t a h
terintegrasi *(VI.A.5) clinical report, dan dataset spesifik terkait penyakit
3 -
tertentu yang termasuk dalam program Biomedical
- 1

Genome-based Science Initiative.
Bioinformatics adalah perangkat analisis yang terdiri
m or
dari beragam algoritma perangkat lunak untuk
- n o
memproses data genomik (sekuensing)
e s
dan

analisis downstream lainnya. n k


menghasilkan varian sekuens beranotasi atau beragam


m e
Sistem teknologi informasi untuk biobank, bioregistry,

/p er
dan bioinformatics merupakan sistem informasi yang
saling terintegrasi dalam rangka mendukung kegiatan

− /0 5
Biomedical Genome-based Science Initiative.
Sebagai denominator yaitu Hubs yang ditetapkan oleh
2
Kementerian Kesehatan. 2

2 0
Hubs adalah suatu jejaring kemitraan yang terdiri dari
/
beberapa rumah sakit dan pemangku kepentingan

o m
terkait yang mengelola data dan layanan berbasis
.c
genomik.
a

an
Sampai dengan tahun 2024 ditargetkan terbentuk 6
(enam) Hubs dengan fokus pelayanan kesehatan

u lydiantaranya penuaan dini dan nutrisi, diabetes

a m mellitus, penyakit menular, otak dan sistem saraf,


kanker, dan penyakit langka.
2
a i n
Kegiatan Pengelolaan Organisasi

w .
dan Sumber Daya Manusia
Kementerian Kesehatan
a
: / /
Sasaranww Kegiatan :

tps
Terwujudnya Penerapan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 517 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Sistem Merit dalam
2 2
Manajemen ASN
Kementerian Kesehatan
- 2 0
1) Nilai penerapan Hasil penilaian mandiri untuk mengukur sistem merit dalam
u n
Total penjumlahan dari nilai capaian masing-masing Aspek dikali
sistem merit manajemen ASN berdasarkan 8 (delapan) aspek penilaian
a h
bobot masing - masing Aspek yang dilakukan secara mandiri
t
Kemenkes *(VI.B.1) sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu: perencanaan
3 -
kebutuhan, pengadaan, pengembangan karier, promosi dan
mutasi, manajemen kinerja, penggajian penghargaan dan r- 1
disiplin, perlindungan dan pelayanan dan sistem informasi
m o
2) Jumlah produk Jumlah produk layanan organisasi, ketatalaksanaan, dan
- n o
Jumlah total dokumen organisasi, ketalaksanaan, dan analisis
organisasi dan tata
s
analisis jabatan, serta reformasi birokrasi yang disusun dan
e jabatan (Dokumen Organisasi dan Tata Kerja, Kriteria Klasifikasi, SOP
laksana yang diimplementasikan
n k dan Proses Bisnis, dokumen Informasi Jabatan, Evaluasi Jabatan dan
disusun dan
e Peta Jabatan, dll) serta dokumen Reformasi Birokrasi

erm
diimplementasikan
*(VI.B.1)

3) Nilai Indeks
5 /p
Hasil penilaian mandiri untuk mengukur indeks Total Penjumlahan dari nilai capaian masing-masing dimensi dikali
Profesionalitas ASN
*(VI.B.1) 2 /0
profesionalitas ASN berdasarkan 4 (empat) dimensi penilaian
sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu: kualifikasi,
bobot masing - masing dimensi yang dilakukan secara mandiri

0 2
kompetensi, kinerja dan disiplin
3 Kegiatan: Perumusan produk / 2
hukum dan advokasi hukum
o m
a Sasaran Kegiatan : a .c
Meningkatnya kualitas
a n
produk hukum
pelaksanaan
dan
advokasi u ly
hukum
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 518 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Jumlah produk Jumlah RUU, RPP, R.Perpres/R.Inpres, Permenkes yang
2
Jumlah UU, PP, Perpres/Inpres, Permenkes yang telah diundangkan
2
hukum
kesehatan
bidang
yang
telah diundangkan atau ditetapkan dan disebarluaskan,
Permenkes, Kepmenkes dan produk hukum lainnya yang
- 2 0
atau ditetapkan dan disebarluaskan dalam satu tahun anggaran +
jumlah Kepmenkes dan produk hukum lainnya yang bersifat
disusun dan bersifat mengatur yang telah ditetapkan dan strategis untuk n
mengatur yang telah ditetapkan dan strategis untuk disebarluaskan
u
disebarluaskan
*(VI.B.1)
disebarluaskan, serta MoU dan PKS yang ditangani dan
diimplementasikan
t a h
dalam satu tahun anggaran + MoU dan PKS yang ditangani dan
diimplementasikan dalam satu tahun anggaran
3 -
2) Persentase Presentase penanganan permasalahan, perkara hukum,
1
prosentase penanganan permasalahan di luar pengadilan + perkara
-
permasalahan,
perkara hukum dan
dan advokasi Kekayaan Intelektual, serta fasilitasi
pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan or
hukum dari tingkat pertama sampai dengan pelaksanaan eksekusi +
advokasi Kekayaan Intelektual + laporan fasilitasi pengawasan dan
m
advokasi hukum lain
bidang kesehatan
- n o
penyidikan bidang kesehatan dari target sebanyak 210

yang ditangani dan


e s
ditindaklanjuti
n k
*(VI.B.1)
m e
4 Kegiatan:
Komunikasi dan
Pengelolaan
Pelayanan
/p er
Publik
/0 5
a Sasaran Kegiatan :
2 2
Meningkatnya
pengelolaan publikasi
/ 2 0
komunikasi dan
o m
pelayanan publik
a .c
1) Indeks kepuasan
n
Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data dan informasi Pengukuran melalui survei dengan nilai IKM kategori Baik sesuai
masyarakat terhadap
pengelolaan berita
u lya
tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari
hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas
dengan Permenpan Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara
dan publikasi
a m pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan Pelayanan Publik
*(VI.B.1)
a i n informasi (berita/publikasi) kesehatan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan

w . antara harapan dan kebutuhannya

w w
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 519 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Jumlah UPT Kategori Baik adalah jumlah UPT Kemenkes yang telah
2
Melakukan penilaian melalui survei dengan angka sange standar
2
Kemenkes dengan
kategori baik dalam
menerapkan interaksi pelayanan publik sesuai Permenkes
No. 33 Tahun 2019 Tentang Panduan Perilaku Interaksi
- 2 0
penilaian sebagai berikut : 91-100 Prima; 81-90 sangat baik; 71-80
Baik; 61-70 Cukup; 51-60 Kurang; 0-50 Buruk
pelaksanaan standar pelayanan publik di lingkungan Kementerian Kesehatan dan
u n
interaksi pelayanan
*(VI.B.1)
memperoleh angka penilaian diatas 70
t a h
3 -
5 Kegiatan: Pengelolaan
- 1
Pengadaan Barang/Jasa
a Sasaran Kegiatan : m or
Meningkatnya Kinerja
- n o
Pengadaan Barang/Jasa
e s
di
Kementerian
lingkungan
Kesehatan n k
sesuai dengan ketentuan
m e
yang berlaku

/p er
1) Persentase
kematangan
tingkat
UKPBJ
/0 5
Pengukuran tingkat kematangan UKPBJ terdiri atas 4
domain yaitu Proses, Kelembagaan, SDM dan Sistem
Jumlah variabel yang tercapai dibagi dengan jumlah varibel yang
harus dicapai dikali 100
*(VI.B.1) 2
Informasi yang didetailkan lagi ke dalam 9 variabel,
2
yaitu:
/ 2 0
1. Manajemen Pengadaan
m
2. Manajemen Penyedia
o
a .c
3. Manajemen Kinerja
4. Manajemen Risiko

an
5. Pengorganisasian,
ly
6. Tugas & Fungsi
u
7. Perencanaan SDM

a m 8. Pengembangan SDM

a i n 9. Sistem Informasi
6
w .
Kegiatan: Harmonisasi Sistem

ww
dan Strategi Kesehatan
a
: / /
Sasaran Kegiatan :

tps
Meningkatnya kualitas

ht
jdih.kemkes.go.id
- 520 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
analisis dan harmonisasi
2 2
sistem
program
dan strategi
Kementerian
- 2 0
Kesehatan
u n
1) Persentase program Persentase Program Prioritas Menteri Kesehatan yang
a h
Jumlah Program Prioritas Menteri Kesehatan yang mencapai target
t
prioritas Kemenkes mencapai target yang diketahui dari Laporan Kinerja / -
dibagi dengan Jumlah Program Prioritas yang ditetapkan Menteri
3
tercapai *(VI.B.1) LAKIP / Laporan Tahunan Kementerian Kesehatan
1
Kesehatan dikali 100
-
7 Kegiatan: Pengelolaan
Ketatausahaan Kementerian m or
a Sasaran Kegiatan :
- n o
Meningkatnya pelayanan
e s
dan pengelolaan
n k
ketatausahaan
m e
er
Kementerian dalam
mendukung terciptanya
Good Governance
5 /p
/0
22
1) Presentase unit kerja 1. Unit kerja yang dimaksud adalah Unit Kerja Pusat dan Unit kerja dengan nilai pengawasan kearsipan internal menggunakan
dengan pengelolaan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan; instrumen Audit Sistem Kearsipan Internal (ASKI) > 70 (Perka Nomor
arsip sesuai standar
*(VI.B.1)
2.
20
Pengelolaan arsip sesuai standar adalah terlaksananya
/
tertib arsip di unit kerja dan UPT sesuai standar nilai
6 Tahun 2019 Tentang Pengawasan Kearsipan) dibagi total unit kerja
dikali 100
om
pengawasan BB (Sangat Baik)
.c
2) Nilai Reformasi a
Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada
n Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri
Birokrasi Sekretariat
Jenderal *(VI.B.1)
ly a
tahun berjalan. pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai

8 Kegiatan: Pengembangan
m u
Kompetensi Aparatur
n
Sipil
i a
a
Negara Kementerian Kesehatan
.
a Sasaran w Kegiatan :

: / / ww
Meningkatnya
aparatur sipil
kualitas
negara

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 521 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Kementerian Kesehatan
2 2
sesuai standar
1) Jumlah ASN Jumlah ASN Kemenkes yang diberikan: - 2 0
Jumlah ASN Kemenkes yang mendapat sertifikat kelulusan dari
Kementerian 1. Pelatihan baik klasikal maupun non klasikal yang
u n
lembaga pelatihan yang terakreditasi ditambah jumlah ASN Kemenkes
Kesehatan yang mendapatkan sertifikat kelulusan dari Lembaga
a h
yang mendapat rekognisi pembelajaran
t
ditingkatkan terakreditasi; (PP 11 Tahun 2017, Per LAN 5 Tahun
3 -
kompetensinya 2018) dan/atau
- 1
*(VI.B.1) 2. Program pengembangan kompetensi yang
mendapatkan rekognisi pembelajaran dari unit yang
m or
9 Kegiatan: Peningkatan
memiliki kewenangan pengembangan kompetensi ASN
- n o
Kesehatan Jemaah Haji
e s
n k
a Sasaran
Terkelolanya
Kegiatan:
pelayanan
m e
kesehatan haji

/p er
1) Persentase
haji
jemaah
yang
/0 5
Jemaah haji yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan
sejak dari puskesmas, embarkasi, hingga Arab Saudi sesuai
Jumlah jemaah haji yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan
sesuai standar dibagi jumlah kuota haji pada tahun berjalan di kali
mendapatkan 2
Petunjuk Teknis Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan
2 100
pemeriksaan
kesehatan sesuai / 0
Haji (Petunjuk Teknis Permenkes Nomor 15 Tahun 2016
2
Tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji)
standar *(VI.B.1)
o m
10 Kegiatan:Perencanaan dan
a .c
Penganggaran Program
an
Pembangunan Kesehatan
a Sasaran Kegiatan : u ly
Meningkatnya kualitas
a m
perencanaan
a i n
dan

w .
penganggaran program
pembangunan kesehatan

: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 522 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase Persentase kabupaten/kota dengan IPKM dibawah rata-rata
2
Jumlah kabupaten/kota dengan IPKM dibawah rata-rata nasional
2
kabupaten/kota
dengan IPKM
nasional berdasarkan IPKM tahun 2018 yang menyusun
rencana kerja bidang kesehatan sesuai Permendagri No. 86
- 0
yang menyusun rencana kerja bidang kesehatan sesuai Permendagri
2
No. 86/2017 dibagi jumlah kabupaten/kota dengan IPKM dibawah
dibawah rata-rata / 2017 (kumulatif) n
rata-rata nasional dikali 100 persen
u
nasional yang telah
melakukan
t a h
perbaikan tata kelola
3 -
program kesehatan
- 1
(kumulatif) *(VI.B.2)
m or
2) Nilai
penganggaran
kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui
perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
- n o
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
e s RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi
*(VI.B.2) 1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi
n k SMART Kementerian Keuangan
e
anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi
m
er
dan capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-
K/L secara tahunan
/p
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
5
2 /0
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator

0 2
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA
/ 2
K/L dan Renstra K/L secara tahunan
m
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
o
a .c
kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan
dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui

an
intervensi program
11 Kegiatan:Pembinaan
Pengelolaan Administrasi u ly
Keuangan dan Barang Milik
a m
Negara
a i n
a Sasaran
w .Kegiatan :

ww
Meningkatnya Kualitas
Pengelolaan Keuangan

: / /
dan Barang Milik Negara

ht tps (BMN) di lingkungan

jdih.kemkes.go.id
- 523 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Kementerian Kesehatan
2 2
sesuai ketentuan
1) Persentase satker Persentase satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah diluar - 2 0
Jumlah satker kantor pusat dan kantor daerah dengan nilai Indikator
kantor pusat dan Badan Layanan Umum dengan Nilai Indikator Kinerja
u n
Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)>=80 dibagi jumlah satker
kantor daerah Pelaksanaan Anggaran (IKPA)>=80
a h
Kantor Pusat dan Kantor Daerah dikali 100
t
dengan nilai
3 -
Indikator Kinerja
- 1
Pelaksanaan
Anggaran (IKPA) >=80
m or
*(VI.B.3)
- n o
2) Persentase Nilai Persentase Nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah
s Total nilai barang milik negara (BMN) pada 1 (satu) tahun sebelumnya
Barang Milik Negara
(BMN) yang telah n ke
diusulkan penetapan status penggunaan (PSP) berdasarkan
realisasi belanja modal yang tercatat pada aplikasi e-rekon
yang telah diusulkan penetapan status penggunaan (PSP) dibagi total
nilai realisasi belanja modal pada aplikasi e-rekon & LK pada 1 (satu)
e
erm
diusulkan Penetapan & LK yang diperoleh 1 (satu) tahun sebelum tahun berjalan tahun sebelum nya dikali 100
Status Penggunaan
(PSP) sesuai
ketentuan *(VI.B.3) 5 /p
12 Kegiatan Dukungan Manajemen 2 /0
Pelaksanaan Program di
0 2
Inspektorat Jenderal
/ 2
a Sasaran Kegiatan :
o m
Meningkatnya dukungan
a .c
manajemen dan
an
pelaksanaan tugas teknis
lainnya
u ly
1) Nilai
a
Reformasim Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri

a i n
Birokrasi Inspektorat tahun berjalan. pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai
.
Jenderal *(VI.B.1)
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 524 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Nilai kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui
2
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,
2
penganggaran
Inspektorat Jenderal
perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
- 2 0
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-
RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi
*(VI.B.2) 1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi SMART Kementerian Keuangan
u n
anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan
capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-K/L
t a h
secara tahunan
3 -
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
- 1
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
m or
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA K/L
- n o
dan RENSTRA K/L secara tahunan
e s
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengann k
e
dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui
m
13 Kegiatan: Dukungan
intervensi program

/p er
Manajemen Pelaksanaan
Program di Direktorat Jenderal /0 5
Kesehatan Masyarakat
2 2
a Sasaran Kegiatan :
/ 2 0
Meningkatnya dukungan
o m
manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis
a .c
lainnya
a n
1) Nilai Reformasi
u ly
Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri
Birokrasi Direktorat
a m tahun berjalan. pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai

a i n
Jenderal Kesehatan
Masyarakat *(VI.B.1)
2) w .
Nilai kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,

: / / ww
penganggaran
Direktorat Jenderal
perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-
RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi

tps
SMART Kementerian Keuangan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 525 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Kesehatan 1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi
2 2
Masyarakat *(VI.B.2) anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan
capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-K/L
- 2 0
secara tahunan
u n
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
t a h
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
3 -
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam Renja K/L
- 1
dan Renstra K/L secara tahunan
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
m or
kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan
- n o
dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui
e s
14 Kegiatan: Dukungan
intervensi program
n k
Manajemen Pelaksanaan
m e
Program di Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian
/p er
Penyakit
/0 5
a Sasaran Kegiatan :
2 2
Meningkatnya dukungan
manajemen dan
/ 2 0
pelaksanaan tugas teknis
o m
lainnya
a .c
1) Nilai Reformasi
n
Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri
Birokrasi Direktorat
Jenderal Pencegahan
u lya
tahun berjalan. pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai

dan Pengendalian
a m
a i n
Penyakit *(VI.B.1)

2) Nilai
w .
penganggaran
kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui
perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-

w w
Direktorat Jenderal Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari : RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi

: / / Pencegahan dan 1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi SMART Kementerian Keuangan

tps
anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 526 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Pengendalian capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-K/L
2 2
Penyakit *(VI.B.2) secara tahunan
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
- 2 0
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
u n
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA K/L
t a h
dan RENSTRA K/L secara tahunan
3 -
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
- 1
kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan
dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui
m or
intervensi program
- n o
15 Kegiatan: Dukungan
e s
Manajemen Pelaksanaan
Program di Direktorat Jenderal n k
Pelayanan Kesehatan
m e
a Sasaran Kegiatan :
/p er
Meningkatnya dukungan
manajemen dan
/0 5
pelaksanaan tugas teknis
2 2
lainnya
1) Nilai Reformasi / 2 0
Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri
Birokrasi Direktorat
o
tahun berjalan. m pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai
Jenderal Pelayanan
a .c
Kesehatan *(VI.B.1)
a n
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 527 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Nilai kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui
2
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,
2
penganggaran
Direktorat Jenderal
perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
- 2 0
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-
RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi
Pelayanan Kesehatan 1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi SMART Kementerian Keuangan
u n
*(VI.B.2) anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan
capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-K/L
t a h
secara tahunan
3 -
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
- 1
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
m or
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam Renja K/L
- n o
dan Renstra K/L secara tahunan
e s
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengann k
e
dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui
m
16 Kegiatan: Dukungan
intervensi program

/p er
Manajemen Pelaksanaan
Program di Direktorat Jenderal /0 5
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2 2
a Sasaran Kegiatan :
/ 2 0
Meningkatnya dukungan
o m
manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis
a .c
lainnya
a n
1) Nilai Reformasi
u ly
Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri
Birokrasi Direktorat
a m tahun berjalan. pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai
Jenderal

a i n
Kefarmasian dan Alat
.
Kesehatan *(VI.B.1)
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 528 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Nilai kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui
2
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,
2
penganggaran
Direktorat Jenderal
perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
- 2 0
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-
RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi
Kefarmasian dan Alat 1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi SMART Kementerian Keuangan
u n
Kesehatan *(VI.B.2) anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi
dan capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-
t a h
K/L secara tahunan
3 -
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
- 1
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
m or
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA
- n o
K/L dan RENSTRA K/L secara tahunan
e s
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
n
kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan k
e
dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui
m
17 Kegiatan: Dukungan
intervensi program

/p er
Manajemen Pelaksanaan
Program di Direktorat Jenderal /0 5
Tenaga Kesehatan
2 2
a Sasaran Kegiatan :
/ 2 0
Meningkatnya dukungan
o m
manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis
a .c
lainnya
an
1) Nilai Reformasi
u ly
Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri
Birokrasi Direktorat
a m tahun berjalan. pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai
Jenderal

a i n
Tenaga
Kesehatan *(VI.B.1)
2) w .
Nilai kinerja Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,

: / / ww
penganggaran
Direktorat Jenderal
perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART
Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-
RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi

tps
SMART Kementerian Keuangan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 529 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Tenaga Kesehatan 1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi
2 2
*(VI.B.2) anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan
capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-K/L
- 2 0
secara tahunan
u n
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
t a h
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
3 -
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam Renja K/L
- 1
dan Renstra K/L secara tahunan
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
m or
kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan
- n o
dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui
e s
18 Kegiatan: Tata Kelola SDM
intervensi program
n k
m e
er
a Sasaran Kegiatan:
Pelatihan dan
peningkatan kualifikasi
5 /p
bagi ASN di Kemenkes
2 /0
1) Jumlah SDM 2
Jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya melalui
0 Menghitung jumlah ASN Kemenkes yang telah mengikuti pelatihan
Kementerian
Kesehatan yang / 2
pelatihan terakreditasi terakreditasi

mendapat sertifikat
o m
pada pelatihan
a .c
terakreditasi *(VI.B.1)
an
2) Jumlah
Kesehatan
SDM
u ly
Jumlah SDMK PNS Kemenkesyang ditingkatkan
kualifikasinya melalui program tugas belajar SDM
Jumlah SDMK PNS Kemenkes yang ditingkatkan kualifikasinya
melalui program tugas belajar SDM Kesehatan per tahun
Kementerian
a m Kesehatan sesuai kebutuhan
Kesehatan
a i nyang

w .
ditingkatkan
kualifikasinya

19
: / / ww
*(VI.B.1)
Kegiatan: Dukungan

tps
Manajemen Pelaksanaan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 530 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
Program di Badan Kebijakan
2 2
Pembangunan Kesehatan
a Sasaran Kegiatan : - 2 0
Meningkatnya dukungan
u n
manajemen dan
t a h
pelaksanaan tugas teknis
3 -
lainnya
- 1
1) Nilai
Birokrasi
Reformasi
Badan
Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada
tahun berjalan.
or
Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri
m
pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai
Kebijakan
- n o
Pembangunan
e s
Kesehatan *(VI.B.1)
n k
2) Nilai kinerja e
Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui
m
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi,

er
penganggaran Badan perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-
Kebijakan
Pembangunan
5 /p
Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi
RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi
SMART Kementerian Keuangan
Kesehatan *(VI.B.2)
/0
anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan
2
capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-K/L
secara tahunan
0 2
/ 2
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian
m
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran
o
a .c
Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA K/L
an
dan RENSTRA K/L secara tahunan
ly
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi,
u kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan

a m dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui

a i n intervensi program
20 .
Kegiatan: Peningkatan
w
Pengawasan Internal atas

/ ww
Penerapan Tata Kelola -
/
Manajemen Risiko dan
:
tps
Pengendalian Internal

ht
jdih.kemkes.go.id
- 531 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
a Sasaran Kegiatan:
2 2
Meningkatnya
transparansi dan
- 2 0
akuntabilitas tata kelola
u n
pemerintahan
tercapainya
serta
sasaran
t a h
Reformasi Birokrasi
3 -
lingkup unit kerja binaan
- 1
Inspektorat I, II, III, dan IV
m or
1) Nilai integritas unit
utama lingkup
Nilai Integritas Organisasi adalah nilai komposit dari hasil
survei penilaian integritas berdasarkan pedoman SPI yang
- n o
Hasil Survei Penilaian Integritas oleh Tim Pelaksana SPI secara
swakelola dan/atau Pihak Ketiga
binaan Inspektorat I diterbitkan KPK yang dilakukan terhadap Unit Utama di
e s
*(VI.C.1) Lingkup Binaan Inspektorat I
n k
2) Nilai integritas unit
m e
Nilai Integritas Organisasi adalah nilai komposit dari hasil Hasil Survei Penilaian Integritas oleh Tim Pelaksana SPI secara
utama lingkup
binaan Inspektorat II
/p er
survei penilaian integritas berdasarkan pedoman SPI yang
diterbitkan KPK yang dilakukan terhadap Unit Utama di
swakelola dan/atau Pihak Ketiga

*(VI.C.1) Lingkup Binaan Inspektorat II


/0 5
3) Nilai integritas unit 2
Nilai Integritas Organisasi adalah nilai komposit dari hasil Hasil Survei Penilaian Integritas oleh Tim Pelaksana SPI secara
utama lingkup
binaan Inspektorat III
/ 2 02
survei penilaian integritas berdasarkan pedoman SPI yang
diterbitkan KPK yang dilakukan terhadap Unit Utama di
swakelola dan/atau Pihak Ketiga

4)
*(VI.C.1)
Nilai integritas unit
om
Lingkup Binaan Inspektorat III

.c
Nilai Integritas Organisasi adalah nilai komposit dari hasil Hasil Survei Penilaian Integritas oleh Tim Pelaksana SPI secara
utama lingkup
n a
survei penilaian integritas berdasarkan pedoman SPI yang swakelola dan/atau Pihak Ketiga
binaan Inspektorat IV
y a
diterbitkan KPK yang dilakukan terhadap Unit Utama di
l
*(VI.C.1)
m u
Lingkup Binaan Inspektorat IV
5)
i n
Kantor Pusat (KP)
a
Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki Agent of
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
(KD) di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki Agent of
. a
dan Kantor Daerah Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli
w
(KD) di lingkup Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

: / / ww
binaan Inspektorat I
yang memiliki Agent
Korupsi (KPK) dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor
Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat I dikali 100

tps
of Change/ASN

ht
jdih.kemkes.go.id
- 532 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
tersertifikasi
2 2
Penyuluh
Antikorupsi
- 2 0
dan/atau Ahli
u n
Pembangun
Integritas *(VI.C.1)
t a h
3 -
6) Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
1
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
-
Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki Agent of
Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau or
(KD) di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki Agent of
Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli
m
(KD) di lingkup
binaan Inspektorat II
Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK)
- n o
Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor
yang memiliki Agent
e s Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat II dikali 100
of Change/ASN
n k
tersertifikasi
m e
er
Penyuluh
Antikorupsi
dan/atau Ahli
5 /p
Pembangun
Integritas *(VI.C.1) 2 /0
0 2
7) Persentase unit kerja
Kantor Pusat (KP) / 2
Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki Agent of
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
(KD) di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki Agent of
dan Kantor Daerah
o m
Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli
(KD) di lingkup
.c
Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan
a Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
binaan Inspektorat III
n
Korupsi (KPK)
a dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor
yang memiliki Agent
of Change/ASN
u ly Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat III dikali 100

tersertifikasi
a m
Penyuluh
Antikorupsi
a i n
w .
dan/atau Ahli

ww
Pembangun
Integritas *(VI.C.1)

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 533 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
8) Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
2
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
2
Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki Agent of
Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau
- 2 0
(KD) di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki Agent of
Change/ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli
(KD) di lingkup Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan n
Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
u
binaan Inspektorat IV
yang memiliki Agent
Korupsi (KPK)
t a h
dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor
Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat IV dikali 100
of Change/ASN
3 -
tersertifikasi
- 1
Penyuluh
Antikorupsi
m or
dan/atau Ahli
- n o
Pembangun
e s
Integritas *(VI.C.1)
n k
9) Persentase unit kerja e
Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
m
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah

er
Kantor Pusat (KP) lingkup binaan Inspektorat I dengan Agent of Change (KD) di lingkup binaan Inspektorat I dengan Agent of Change
dan Kantor Daerah (AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait (AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait Integritas, Indeks
(KD) di lingkup /p
Integritas, Indeks Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan
5 Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan penerapan proses perizinan
binaan Inspektorat I
yang menerapkan
penerapan proses
2 /0
perizinan berintegritas, serta
mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil Penilaian Tim
berintegritas, serta mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil
Penilaian Tim Penilai Internal (TPI) dibagi dengan jumlah seluruh Unit
budaya anti korupsi
0
Penilai Internal (TPI)2 Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan
*(VI.C.1)
/ 2 Inspektorat I dikali 100

1 Persentase unit kerja


o m
Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
0) Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
na.c
lingkup binaan Inspektorat II dengan Agent of Change
(AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait
(KD) di lingkup binaan Inspektorat II dengan Agent of Change
(AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait Integritas, Indeks
(KD) di lingkup
ly a
Integritas, Indeks Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan penerapan proses perizinan
binaan Inspektorat II
yang menerapkan
m u penerapan proses perizinan berintegritas, serta
mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil Penilaian Tim
berintegritas, serta mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil
Penilaian Tim Penilai Internal (TPI) dibagi dengan jumlah seluruh Unit
budaya anti korupsi
i n a Penilai Internal (TPI) Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan
*(VI.C.1)
. a Inspektorat II dikali 100

ww
: / / w
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 534 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1 Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
2
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
2
1) Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
lingkup binaan Inspektorat III dengan Agent of Change
(AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait
- 2 0
(KD) di lingkup binaan Inspektorat III dengan Agent of Change
(AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait Integritas, Indeks
(KD) di lingkup Integritas, Indeks Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan n
Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan penerapan proses perizinan
u
binaan Inspektorat III
yang menerapkan
penerapan proses perizinan berintegritas, serta
mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil Penilaian Tim
h
berintegritas, serta mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil
t a
Penilaian Tim Penilai Internal (TPI) dibagi dengan jumlah seluruh Unit
budaya anti korupsi Penilai Internal (TPI)
3 -
Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan
*(VI.C.1)
- 1
Inspektorat III dikali 100

1 Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
m or
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
2) Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
lingkup binaan Inspektorat IV dengan Agent of Change
(AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait - n o
(KD) di lingkup binaan Inspektorat IV dengan Agent of Change
(AoC)/ASN yang tersertifikasi dan berinovasi terkait Integritas, Indeks
(KD) di lingkup Integritas, Indeks Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan e s Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) dan penerapan proses perizinan
binaan Inspektorat IV penerapan proses perizinan berintegritas,
n k
serta berintegritas, serta mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil
yang menerapkan e
mendapatkan predikat WBK Kemenkes hasil Penilaian Tim
m Penilaian Tim Penilai Internal (TPI) dibagi dengan jumlah seluruh Unit
budaya anti korupsi
*(VI.C.1)
Penilai Internal (TPI)

/p er Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan
Inspektorat IV dikali 100

21 Kegiatan: Peningkatan
/0 5
Pengawasan melalui Audit
2 2
Investigasi dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat
/ 2 0
a Sasaran Kegiatan:
o m
Meningkatnya
a .c
penanganan pengaduan
an
masyarakat
berindikasi
yang
kerugian
u ly
negara
a m
1)
i n
Persentase unit kerja
a Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan/atau Kantor Daerah (KD) Jumlah Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan/atau Kantor Daerah (KD)

w .
Kantor Pusat (KP)
dan/atau Kantor
yang memperoleh predikat WBK dan WBBM Nasional adalah
Kantor Pusat (KP) dan/atau Kantor Daerah (KD) yang telah
yang memperoleh predikat WBK dan WBBM Nasional dibagi dengan
jumlah Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan/atau Kantor Daerah (KD)

: / / ww
Daerah (KD) yang
memperoleh predikat
dinilai oleh Tim Penilai Nasional (TPN) KemenPAN/RB untuk
memperoleh predikat WBK dan WBBM Nasional
yang diusulkan ke Tim Penilai Nasional (TPN) KemenPAN/RB dikali
100

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 535 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
WBK dan WBBM
2 2
22 Kegiatan:
nasional *(VI.C.1)
Peningkatan - 2 0
Pengawasan Internal atas
u n
Penerapan Tata Kelola -
t a h
Manajemen Risiko dan
3 -
Pengendalian Internal
- 1
a Sasaran
Meningkatnya
Kegiatan:
m or
transparansi dan
- n o
akuntabilitas tata kelola
e s
pemerintahan
tercapainya
serta
sasaran n k
Reformasi Birokrasi
m e
lingkup unit kerja binaan
Inspektorat I, II, III, dan IV
/p er
1) Persentase unit kerja
/0 5
Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
Kantor Pusat (KP) 2
mengimplementasikan Manajemen Risiko adalah Unit Kerja
2 (KD) di lingkup binaan Inspektorat I yang mengimplementasikan
dan Kantor Daerah
(KD) di lingkup
/ 0
Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
2
Inspektorat I yang menyelenggarakan Proses Manajemen
Manajemen Risiko dengan maturitas minimal level 3 dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Unit
binaan Inspektorat I
m
Risiko dengan Maturitas minimal Level 3 berdasarkan
o Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
yang
mengimplementasika
a .c
Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku yang diperoleh
dari hasil evaluasi oleh Inspektorat lainnya
Inspektorat I dikali 100

n manajemen risiko
an
yang
*(VI.C.2)
terdefinisi
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 536 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
2) Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang
2
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
2
Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
mengimplementasikan Manajemen Risiko adalah Unit Kerja
Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
- 2 0
(KD) di lingkup binaan Inspektorat II yang mengimplementasikan
Manajemen Risiko dengan maturitas minimal level 3 dalam
(KD) di lingkup Inspektorat II yang menyelenggarakan Proses Manajemen n
pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Unit
u
binaan Inspektorat II
yang
Risiko dengan Maturitas minimal Level 3 berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku yang diperoleh
t a h
Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
Inspektorat II dikali 100
mengimplementasika dari hasil evaluasi oleh Inspektorat lainnya
3 -
n manajemen risiko
- 1
yang
*(VI.C.2)
terdefinisi
m or
3) Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang
- n o
Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
Kantor Pusat (KP) mengimplementasikan Manajemen Risiko adalah Unit Kerja
e s (KD) di lingkup binaan Inspektorat III yang mengimplementasikan
dan Kantor Daerah k
Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
n Manajemen Risiko dengan maturitas minimal level 3 dalam
(KD) di lingkup e
Inspektorat III yang menyelenggarakan Proses Manajemen
m
pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Unit

er
binaan Inspektorat III Risiko dengan Maturitas minimal Level 3 berdasarkan Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
yang Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku yang diperoleh Inspektorat III dikali 100
mengimplementasika /p
dari hasil evaluasi oleh Inspektorat lainnya
5
n manajemen risiko
yang terdefinisi
2 /0
*(VI.C.2)
0 2
4) Persentase unit kerja / 2
Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah
Kantor Pusat (KP)
o m
mengimplementasikan Manajemen Risiko adalah Unit Kerja (KD) di lingkup binaan Inspektorat IV yang mengimplementasikan
dan Kantor Daerah
.c
Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
a Manajemen Risiko dengan maturitas minimal level 3 dalam
(KD) di lingkup
n
Inspektorat IV yang menyelenggarakan Proses Manajemen
a
pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Unit
binaan Inspektorat IV
yang
u ly
Risiko dengan Maturitas minimal Level 3 berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku yang diperoleh
Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan
Inspektorat IV dikali 100
mengimplementasika
a
n manajemen risiko m dari hasil evaluasi oleh Inspektorat lainnya

yang
a i n
terdefinisi
.
*(VI.C.2)
w
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 537 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
5) Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
2
Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri oleh
2
Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki nilai maturitas
SPIP minimal level 3 yang diukur dari penilaian mandiri
- 2 0
APIP Kementerian Kesehatan terhadap Unit Kerja Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat I minimal Level
(KD) di lingkup maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern n
3 dibagi dengan seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor
u
binaan Inspektorat I
yang memiliki
Pemerintah (SPIP) yang dilakukan oleh Inspektorat lainnya
t a h
Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat I dikali 100

maturitas SPIP yang


3 -
terdefinisi *(VI.C.2)
- 1
6) Persentase unit kerja Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di or
Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri oleh
m
Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki nilai maturitas
SPIP minimal level 3 yang diukur dari penilaian mandiri
- n o
APIP Kementerian Kesehatan terhadap Unit Kerja Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat II minimal Level
(KD) di lingkup maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
e s 3 dibagi dengan seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor
binaan Inspektorat II k
Pemerintah (SPIP) yang dilakukan oleh Inspektorat lainnya
n Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat II dikali 100
yang memiliki
m e
er
maturitas SPIP yang
terdefinisi *(VI.C.2)
7) Persentase unit kerja 5 /p
Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri oleh
Kantor Pusat (KP) /0
lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki nilai maturitas
2 APIP Kementerian Kesehatan terhadap Unit Kerja Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
2
SPIP minimal level 3 yang diukur dari penilaian mandiri
0 dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat III minimal
(KD) di lingkup
binaan Inspektorat III / 2
maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) yang dilakukan oleh Inspektorat lainnya
Level 3 dibagi dengan seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor
Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat III dikali 100
yang memiliki
o m
maturitas SPIP yang
a .c
terdefinisi *(VI.C.2)
a n
8) Persentase unit kerja
Kantor Pusat (KP) u ly
Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di
lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki nilai maturitas
Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri oleh
APIP Kementerian Kesehatan terhadap Unit Kerja Kantor Pusat (KP)
dan Kantor Daerah
a m SPIP minimal level 3 yang diukur dari penilaian mandiri dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat IV minimal
(KD) di
a i nlingkup maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Level 3 dibagi dengan seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor

w
yang
.
binaan Inspektorat IV
memiliki
Pemerintah (SPIP) yang dilakukan oleh Inspektorat lainnya Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat IV dikali 100

ww
maturitas SPIP yang

: / / terdefinisi *(VI.C.2)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 538 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
9) Persentase SPI yang Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang efektif adalah
2
Persentase SPI yang efektif diperoleh dari hasil penilaian Indeks SPI di
2
efektif di lingkup
binaan Inspektorat I
persentase tingkat efektivitas pelaksanaan tata kelola,
manajemen risiko dan pengendalian intern dalam binaan Inspektorat I dikali 100
- 2 0
Unit Kerja binaan Inspektorat I dibagi jumlah seluruh SPI di lingkup

*(VI.C.2) pelaksanaan tugas fungsi SPI di Unit Kerjanya mulai


u n
tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan yang
diperoleh dari hasil penilaian oleh Inspektorat lainnya
t a h
3 -
10) Persentase SPI yang Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang efektif adalah
1
Persentase SPI yang efektif diperoleh dari hasil penilaian Indeks SPI di
-
efektif di lingkup
binaan Inspektorat IV
persentase tingkat efektivitas pelaksanaan tata kelola,
manajemen risiko dan pengendalian intern dalam or
Unit Kerja binaan Inspektorat IV dibagi jumlah seluruh SPI di lingkup
binaan Inspektorat IV dikali 100
m
*(VI.C.2) pelaksanaan tugas fungsi SPI di Unit Kerjanya mulai
tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan yang
- n o
e s
diperoleh dari hasil penilaian oleh Inspektorat lainnya
11) Persentase SKI yang n
Satuan Kepatuhan Intern (SKI) yang efektif adalahk Persentase SKI yang efektif diperoleh dari hasil penilaian SKI di Unit
efektif di lingkup
m e
persentase tingkat efektivitas pelaksanaan tata kelola, Kerja binaan Inspektorat I dibagi jumlah keseluruhan SKI yang dinilai
binaan Inspektorat I
*(VI.C.2)
/p er
manajemen risiko dan pengendalian intern dalam
pelaksanaan tugas fungsi SKI di Unit Kerjanya mulai
dikali 100

/0 5
tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan yang
diperoleh dari hasil penilaian oleh Inspektorat lainnya
2 2
12) Persentase SKI yang
efektif di lingkup
/ 2 0
Satuan Kepatuhan Intern (SKI) yang efektif adalah
persentase tingkat efektivitas pelaksanaan tata kelola,
Persentase SKI yang efektif diperoleh dari hasil penilaian SKI di Unit
Kerja binaan Inspektorat II dibagi jumlah keseluruhan SKI yang dinilai
binaan Inspektorat II
m
manajemen risiko dan pengendalian intern dalam
o dikali 100
*(VI.C.2)
.c
pelaksanaan tugas fungsi SKI di Unit Kerjanya mulai
a
tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan yang

an
diperoleh dari hasil penilaian oleh Inspektorat lainnya
13) Persentase SKI yang
u ly
Satuan Kepatuhan Intern (SKI) yang efektif adalah Persentase SKI yang efektif diperoleh dari hasil penilaian SKI di Unit
efektif di lingkup
a m persentase tingkat efektivitas pelaksanaan tata kelola, Kerja binaan Inspektorat III dibagi jumlah keseluruhan SKI yang

*(VI.C.2)
a i n
binaan Inspektorat III manajemen risiko dan pengendalian intern dalam
pelaksanaan tugas fungsi SKI di Unit Kerjanya mulai
dinilai dikali 100

w . tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan yang

ww
diperoleh dari hasil penilaian oleh Inspektorat lainnya

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 539 -

m l
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional n g
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
14) Persentase SKI yang Satuan Kepatuhan Intern (SKI) yang efektif adalah
2
Persentase SKI yang efektif diperoleh dari hasil penilaian SKI di Unit
2
efektif di lingkup
binaan Inspektorat IV
persentase tingkat efektivitas pelaksanaan tata kelola,
manajemen risiko dan pengendalian intern dalam dinilai dikali 100
- 2 0
Kerja binaan Inspektorat IV dibagi jumlah keseluruhan SKI yang

*(VI.C.2) pelaksanaan tugas fungsi SKI di Unit Kerjanya mulai


u n
tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan yang
diperoleh dari hasil penilaian oleh Inspektorat lainnya
t a h
3 -
23 Kegiatan: Pengelolaa Krisis
- 1
Kesehatan
a Sasaran Kegiatan: m or
Meningkatnya upaya
- n o
pengelolaan krisis
e s
kesehatan di provinsi dan
kabupaten/kota n k
m e
er
1) Jumlah provinsi yang − Dinas Kesehatan Provinsi membentuk Tim Manajemen Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang memiliki Tim Managemen
Krisis Kesehatan
memiliki
Manajemen
Tim
Krisis − /p
Tim Manajemen Krisis Kesehatan secara ex officio
5
Krisis Kesehatan

Kesehatan
mendukung
dalam

2 /0
diketuai oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Tim Manajemen Krisis Kesehatan mendapatkan
ketahanan kesehatan
0 2
minimal 1 kali pelatihan terkait manajemen bencana
*(VI.D.1)
/ 2
2) Persentase −
o m
Persentase jumlah semua kabupaten/kota yang Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan sumber daya
penanganan
kesehatan
krisis
yang
n a.c
mengalami krisis kesehatan dan mendapatkan
dukungan sumber daya dalam upaya penanggulangan
dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan dibagi jumlah seluruh
kabupaten/kota yang mengalami krisis kesehatan dikali 100
ditanggulangi oleh
ly a
krisis kesehatan

mu
kabupaten/kota − Dukungan sumber daya dapat berupa sumber daya
dalam 1 tahun manusia, sarana, prasarana, peralatan, obat dan atau
*( VI.D.1)
i n a perbekalan kesehatan lainnya.
b Sasaran
w
Meningkatnya
.a
Kegiatan:
upaya

w w
pengelolaan krisis

: / /
kesehatan di

tps
kabupaten/kota

ht
jdih.kemkes.go.id
- 540 -

ml
. h t
Tujuan/Sasaran
Strategis/Program/Sasaran Definisi Operasional ng
Program/Kegiatan/Sasaran (DO)
Cara Perhitungan
n t a
Kegiatan/Indikator
-t e
1) Persentase Tim − Persentase jumlah semua kabupaten/kota yang
2
Jumlah kabupaten/kota yang telah membentuk, melatih dan
2
Kegawatdaruratan
Medis terintegrasi
mengalami krisis kesehatan dan mendapatkan
dukungan sumber daya dalam upaya penanggulangan kabupaten/kota dikali 100
- 0
meregistrasi Tim Kegawatdaruratan Medis dibagi jumlah seluruh
2
dan terlatih di krisis kesehatan
u n
kabupaten/kota
dalam mendukung
− Dukungan sumber daya dapat berupa sumber daya
t a h
ketahanan kesehatan
manusia, sarana, prasarana, peralatan, obat dan atau
3 -
*( VI.D.2)
perbekalan kesehatan lainnya.
- 1
m or
- n o
e s
n k
m e
/p er
/0 5
2 2
/ 2 0
o m
a .c
an
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 541 -

m l
D. Kerangka Regulasi . h t
n g
No Arah Kerangka Regulasi
an/atau Kebutuhan
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait
t a
Target Penyelesaian
n
Regulasi
-t e
1. Revisi Undang-Undang Penyusunan RUU Revisi UU 40 Tahun 2004 Badan Kebijakan Setneg, Kementerian 22 2022-2024
Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN dilakukan dalam rangka Pembangunan Keuangan, DJSN, BPJS
- 2 0
tentang Sistem Jaminan
harmonisasi dengan prinsip, azas, dan tujuan
dalam jaminan sosial serta menyesuaikan
Kesehatan Kesehatan,
PMK,
u n
Kemenko
Kemendagri,
Sosial Nasional
dengan kebutuhan transformasi system
a
Kemenkumham,
t h
pembiayaan Kesehatan.
3 -
Kemenaker.

r- 1
Beberapa materi muatan teknis terkait dengan
Kesehatan yang perlu dituangkan dalam revisi m o
sebagai berikut:
- n o
e s
1. Manfaat: n k
• Penjelasan manfaat Jaminan Kesehatan
m e
berbasis kebutuhan dasar peserta
• Amanat mengatur lebih lanjut dalam
/p er
Peraturan Presiden untuk:
/0
- Perumusan manfaat berbasis KDK5
2
- Menyusun detail daftar pelayanan yang
2
/ 2 0
dijamin dalam program JKN sesuai
kebutuhan dasar Kesehatan

o m
a .c
2. Urun Biaya dan selisih biaya yang memuat
usulan perbaikan:
a n
• Untuk jenis pelayanan yang dapat

u ly
menimbulkan penyalahgunaan dan tidak
sesuai indikasi medis maka peserta

a m dikenakan urun biaya

a i n • Pengaturan tambahan untuk penanganan

w . fraud dan amanat kepada Presiden untuk


mengatur lebih lanjut

ww
• Potensi Moral Hazard

: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 542 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
3. Tarif
-t e
Memperbaiki pengaturan terkait tarif bahwa
penetapan standar dilaksanakan oleh 2 2
Pemerintah dan peran BPJS Kesehatan sebagai
- 2 0
active purchase
u n
4. Pengembangan sistem pelayanan kesehatan
Memperbaiki pengaturan menjadi Badan
t a h
Penyelenggara Jaminan Sosial mengembangkan
3 -
sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem
- 1
pembayaran pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas jaminan
m or
kesehatan
- n o
5. Iuran
Penambahan pengaturan penghitungan iuran e s
secara aktuaria oleh pemerintah dengan
n k
dukungan data dan informasi dari BPJS
m e
Kesehatan,penetapan iuran, dan perlu

/p
ditetapkan periode peninjauan ulang penetapan
iuran oleh pemerintah.
er
6. Kelembagaan dan Peran /0 5
Pemangku
Kepentingan
2 2
• Pengaturan
/ 2
Bertanggungjawab atas :
0
pemerintah daerah untuk

m
- Penyediaan fasilitas Kesehatan meliputi :
o
a .c
pemenuhan kebutuhan sarana prasarana,
SDM Kesehatan, obat dan BMHP

a n
- Pengembangan sistem pelayanan

u ly
Kesehatan sesuai dengan Kebutuhan
peserta di suatu Daerah

a m - Pemanfaatan data penyelenggaraan

a i n Jaminan Sosial di wilayahnya


• Peran K/L sesuai tugas dan fungsinya

w . 7. Kompensasi

ww
Pengaturan pemberian kompensasi oleh
BPJS Kesehatan dihapus.

: / / • Penguatan pengaturan tanggungjawab

tps
Pemda untuk menjamin akses peserta

ht
jdih.kemkes.go.id
- 543 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
termasuk penyediaan fasilitas Kesehatan
-t e
dan kompensasi yang harus diberikan oleh
pemerintah daerah kepada peserta apabila 2 2
tidak dapat menyediakan fasilitas kesehatan
- 2 0
8. Pengaturan pemanfaatan
penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan
data
u n
dalam rangka interoperabilitas baik di tingkat
t a h
pusat maupun daerah termasuk integrasi
data kepesertaan jaminan sosial Kesehatan 3 -
- 1
or
dan jaminan sosial ketenagakerjaan.

2. Revisi Undang-Undang Beberapa substansi dalam Undang-Undang


o
Direktorat Jenderal m Kementerian 2022-2024
Nomor 29 Tahun 2004 Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
-
Tenaga Kesehatan
s n Ristekdikti,
tentang
Kedokteran
Praktik Kedokteran perlu disesuaikan
perkembangan hukum khususnya putusan
dengan
k e Kementerian
Keuangan,
Mahkamah Konstitusi dan terbitnya peraturan
e n Kementerian Hukum
perundang-undangan terbaru, antara lain UU No
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, UU
erm dan HAM, Kementerian
Sekretariat Negara,
No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 5 /p Kementerian PANRB

/0
2014 tentang ASN dan Peraturan Pemerintah
2
2
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS.
0
/ 2
Beberapa substansi yang diatur sebagai upaya
dukukangan terhadap dukungan transformasi
o m
bidang kesehatan, antara lain:
a.
a .c
Kemudahan dalam proses registrasi dan

a n
perizinan bagi dokter/dokter gigi yang akan

u ly
berpraktik, termasuk dokter/dokter gigi
yang sedang menjalankan pendidikan

a m
b. Pengelolaan dokter pendidik klinis

a i n c. Penggunaan teknologi informasi


komunikasi dalam pelayanan kesehatan
dan

w . d. pemenuhan dokter/dokter gigi di fasyankes

ww
Dengan regulasi tersebut tercipta kemudahan

: / / dalam proses registrasi dan perizinan.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 544 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
3. Revisi Undang-Undang ▪ RUU tentang Wabah disusun untuk Direktorat Jenderal MenkoPMK,
-t e 2020 - 2023
Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit
menggantikan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
MenkoPolhukam,
Kemendagri, 2 2
Menular Menular, yang sudah tidak sesuai dengan Kemenkeu,
- 2 0
perkembangan dan kebutuhan hukum dalam
upaya penanggulangan wabah. UU Nomor 4
KemenHAN,
KemenkumHAM,
u n
Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Kementan,
t a h
Menular perlu diganti karena UU tersebut
belum mengatur penanggulangan wabah
BNPB.
3 -
- 1
or
secara komprehensif mulai dari prawabah,
saat wabah, dan pascawabah. Selain itu
belum diatur kriteria yang jelas terkait
o m
penetapan dan pencabutan status wabah
disuatu daerah, serta tanggung jawab
s - n
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
k e
pada saat terjadi wabah. Selanjutnya
ketentuan pidana dalam UU Nomor 4 Tahun e n
1984 tentang Wabah Penyakit Menular juga
perlu disesuaikan dengan perkembangan erm
hukum pidana saat ini.
5 /p
▪ RUU tentang Wabah diharapkan dapat
2 /0
melindungi masyarakat Indonesia dari
2
ancaman penyakit yang dapat menimbulkan
0
/ 2
wabah dan mencegah masuk dan keluarnya
penyakit potensial wabah dari dan ke wilayah

o m
Indonesia, mengingat Indonesia sebagai

a .c
negara kepulauan juga dikenal merupakan
daerah endemis penyakit menular yang
a
potensialn wabah serta dinamika

u ly
kependudukan,
strategis dan
perubahan
perubahan
lingkungan
iklim juga

a m berdampak terhadap pola penyebaran

a i n penyakit menular termasuk penyakit

w . menular potensial wabah yang diperkirakan


semakin meningkat intensitasnya.

ww
4. Rancangan Peraturan Pelaksanaan Pasal 55 Ayat (2) UU Nomor 36 Direktorat Jenderal Kemendagri, Kemen 2022-2023
Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni Pelayanan Kesehatan PAN dan RB,
: / /
Pemerintah tentang
pemerintah wajib menetapkan standar mutu KemenkumHAM

tps
pelayanan kesehatan. Lebih lanjut melalui

ht
jdih.kemkes.go.id
- 545 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Standar Mutu Pelayanan pengaturan tersebut diharapkan masyarakat
-t e
Kesehatan
menerima pelayanan kesehatan dengan baik
2 2
- 2 0
5. Rancangan Peraturan 1. RPP tentang Kesehatan Sekolah disusun Direktorat Jenderal Kemendikbud, n 2021- 2023
Pemerintah
Kesehatan Sekolah
tentang sebagai amanah Pasal 79 UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Kesehatan Masyarakat
hu
Kemenag, Kemendagri,
t a
BNN, KemenPPA, Polri,
2. Urgensi penyusunan RPP tersebut sebagai BPOM,
3 - Kemensos,
berikut:
- 1
Kemkominfo,
r
1. Upaya kesehatan sekolah merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan
m o Bappenas.

dengan pendekatan promotif, preventif,


kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu, - n o
terintregasi dan berkesinambungan. e s
2. Pelaksanaan upaya kesehatan sekolah
n k
dilakukan melalui kegiatan yang
m e
diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan
/p er
hidup sehat
5
peserta didik dalam
/0
lingkungan hidup sehat sehingga peserta
2
didik dapat belajar, tumbuh, dan
2
/ 2 0
berkembang sehingga menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas.
m
3. Penyusunan RPP ini juga mendukung PP
o
a .c
pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja. Selain itu juga menjadi indikator

a n
dalam penyelenggaraan kab/kota sehat,

ly
yaitu indikator pelayanan kesehatan anak
u
usia sekolah dan remaja, serta indikator

a m jumlah layanan kesehatan usia sekolah dan

6. Rancangan
a i n
Peraturan
remaja.
1. RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UU Direktorat Jenderal Menko PMK, 2020-2023
Pemerintah
w . tentang
Peraturan Pelaksanaan UU
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan disusun sebagai amanah Pasal 10
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
MenkoPolhukam,
Kemendagri,

: /
tentang/ ww
Nomor 6 Tahun 2018
Kekarantinaan
ayat (4), Pasal 11 ayat (3), Pasal 14 ayat (2),
Pasal 48 ayat (6), dan Pasal 60 Undang-
Kemenkeu,
KemenHAN,

tps
Kesehatan KemenkumHAM,

ht
jdih.kemkes.go.id
- 546 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kementan, Kemenhub,
-t e
Kekarantinaan Kesehatan.
2. Urgensi penyusunan RPP ini sebagai berikut:
Kemen Kelautan dan
Perikanan, Kemenlu, 2 2
1. untuk memberikan penguatan dalam BNPT, BNPB, Bapeten,
- 2 0
upaya cegah tangkal penyakit dan/atau
faktor risiko kesehatan masyarakat baik
BNPP.
u n
di pintu masuk dan di wilayah.
t a h
2. Memberikan kejelasan dalam
3 -
penanggulangan kedaruratan kesehatan
- 1
masyarakat
meningkatnya
mengingat
berbagai
semakin
ancaman
m or
penyakit dan/atau kejadian
berpotensi menyebabkan kedaruratan
yang
- n o
kesehatan masyarakat yang meresahkan
e s
dunia (Public Health Emergency of
n k
International Concern/PHEIC).
m e
er
7. Revisi Peraturan Penyusunan RPP tentang Perubahan atas Direktorat Jenderal Setkab, Kemendag, 2020-2023
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Kesehatan Masyarakat Kemenkeu,
Pemerintah Nomor 109
tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
5 /p Kemendagri,
Tahun 2012 tentang
Kesehatan dilatarbelakangi oleh:
2 /0
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kemkominfo, BPOM,
Kemenkoperekonomia,
Pengamanan Bahan yang
1. 2
Meningkatnya konsumsi rokok pada
0 KemenPPA,
Mengandung Zat Adiktif
2
kelompok rentan. Industri rokok menyasar
/ KemenkoPMK,
Kementan,
berupa Produk Tembakau
o m
perokok remaja bersama dengan perokok
perempuan, keduanya menjadi peluang Kemenperin, Setneg,
bagi Kesehatan
.c
pasar yang dibidik menggunakan iklan yang
a Kemenkumham,

n
masif dan rokok yang memberi kesan aman.
a
Kementerian Koperasi
dan UKM, Kemensos,

u y
Pergeseran minat masyarakat dari rokok
l
buatan tangan menjadi rokok buatan mesin
Kemendikbud,
Bappenas, Kemenaker.

a m selama tahun 2005-2013 disertai dengan

a i n meningkatnya iklan dan promosi berbagai


merek rokok “light” “mild” telah

w . meningkatkan jumlah perokok pemula

ww
remaja usia 10-14 tahun 2x lipat dari 1,9
juta menjadi 3,9 juta selama 2001-2013.
: / / Demikian pula perokok perempuan naik

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 547 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
dari 1,3% menjadi 6,7% di tahun yang sama
-t e
2.
(SKRT 2001, Riskesdas 2013).
Survei yang dilakukan PPK UI tahun 2018 2 2
di Jakarta dan Depok untuk mengevaluasi
- 2 0
efektifitas luas gambar 40% dan
u n
membandingkannya dengan luas 75% dan
90% yang diukur dengan 5 variabel gambar.
t a h
Dari rata-rata skor ke lima variable, luas
3 -
gambar 40% selalu mendapat skor terendah
- 1
(6,89), luas 75% (7,09%) dan luas 90%
(7,29%). Luas gambar 75%secara signifikan
m or
lebih menakutkan, lebih dapat dipercaya,
- n o
lebih membuat orang berpikir bahaya rokok
dan dianggap lebih efektif daripada luas e s
40%; Walaupun skor dari semua variabel
n k
untuk luas 90% lebih tinggi daripada 40%
m e
tetapi
bermakna.
perbedaannya tidak
er
terlalu

/p
3. Survei TCSC IAKMI, Desember 2017
/0 5
tentang “Opini Publik Mengenai Efektifitas

2 2
Ukuran Peringatan Kesehatan di Bungkus

desa/kelurahan / 2 0
Rokok pada 5.234 responden di 279
dari 16 kab/kota
m
memberikan gambaran tentang pendapat
o
a .c
masyarakat terkait perbedaan luas gambar
yang dinilai dengan 5 variabel gambar.
a n
Seluruh responden melihat ketiga jenis luas

u ly
gambar sekaligus: 90%-75%-45% dan
memberikan pendapatnya. Secara umum,
a m masyarakat berpendapat luas gambar 90%

a i n adalah yang paling efektif dibandingkan

w . dengan luas 75% dan 40% untuk semua


variabel gambar. Secara keseluruhan,

: / / ww sebanyak 89% responden mendukung


pemerintah untuk meningkatkan ukuran

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 548 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
peringatan kesehatan bergambar di
-t e
bungkus rokok jadi 90%.
4. Berdasarkan kajian dan hasil penelitian 2 2
tersebut, diusulkan untuk melakukan
- 2 0
perubahan terhadap ketentuan mengenai:
u n
a. Pengaturan atau pelarangan rokok
elektronik, yang di dalamnya memuat
t a h
penjelasan lingkup rokok elektronik,
3 -
larangan impor, distribusi, dan/atau
- 1
konsumsi, dan pengenaan sanksi
administratif.
m or
b. Pembesaran gambar dan tulisan
- n o
peringatan kesehatan pada kemasan
produk tembakau (PHW) sebesar 90%, e s
atau persentasenya diturunkan dengan
n k
usulan yang lebih moderat.
m e
c. Ketentuan pengendalian sponsor produk

/p
tembakau berupa larangan setiap oranger
5
memberikan sponsor produk tembakau.
/0
8. Rancangan 2
Peraturan ▪ RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor Direktorat Jenderal KemenkoPMK, 2020-2022
Pemerintah tentang
Peraturan Pelaksanaan UU
/ 2 02
18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
disusun berdasarkan amanah Pasal 151
Kesehatan Masyarakat Kemendagri,
Kemenkeu,

om
Nomor 18 Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 KemenkumHAM,
tentang Kesehatan Jiwa tentang Kesehatan, serta Pasal 9, Pasal 16, Kemensos, KemenPPA,

a .c
Pasal 24, Pasal 32, dan Pasal 59 Undang- Kemendikbud,

a n
Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa.
Kemenaker.

ly
▪ Urgensi penyusunan RPP ini yaitu untuk
u
meningkatkan dan menjamin pemenuhan hak
a m
setiap orang untuk memperoleh upaya

a i n kesehatan jiwa khususnya bagi Orang dengan

w . Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang dengan


Gangguan Jiwa (ODGJ). Secara sosial masih

ww
terdapat stigma di masyarakat sehingga

: / / keluarga menyembunyikan keberadaan


anggota keluarga yang menderita gangguan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 549 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
jiwa. Hal ini menyebabkan terbatasnya akses
-t e

ODMK dan ODGJ terhadap layanan kesehatan.
Upaya Kesehatan Jiwa akan dapat 2 2
dilaksanakan secara terintegrasi,
- 2 0
komprehensif, dan berkesinambungan
sepanjang siklus kehidupan manusia. RPP ini
u n
juga disusun untuk menguraikan koordinasi
t a h
antar kementerian dan lembaga dalam
pelaksanaan upaya Kesehatan Jiwa di 3 -
- 1
or
masyarakat.
9. Rancangan Peraturan ▪ Pelaksanaan Pasal 69 ayat (3) UU Nomor 36 Direktorat Jenderal Kementerian 2022-2023
Pemerintah tentang Bedah Tahun 2009 tentang Kesehatan m
Pelayanan Kesehatan
o Ristekdikti,
Plastik dan Rekonstruksi ▪ Melalui pengaturan bedah plastik dan
rekonstruksi dapat memberikan kepastian
s - n Kementerian
Keuangan,
hukum dalam pelayanan bedah plastik serta
k e Kementerian Hukum


menjamin mutu dan keselamatan pasien.
Beberapa substansi yang diatur dalam RPP e n dan HAM, Kementerian
Sekretariat Negara,
tersebut meliputi:
a. Tanggung jawab pemerintah pusat dan erm
pemda
5 /p
b.
/0
Penyelenggaraan bedah plastik estetik dan
rekonstruksi
2
2
c. Bedah plastik yang merubah identitas
0
▪ / 2
d. Fasyankes pelaksana bedah plastik
Pembinaan dan Pengawasan
10. Rancangan Peraturan ▪
o m
RPP disusun dalam rangka pemenuhan Badan Kebijakan Kemenkeu, Bappenas, 2021-2022
Pemerintah tentang
Pembiayaan Kesehatan
n a.c
amanat UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan bab XV mengenai Pembiayaan
Pembangunan
Kesehatan
Kemendagri,
Kemendes, BPS, BPJS


ly a
Kesehatan pada pasal 170-173.
Adanya kekosongan regulasi dalam UU 36 yang

m umenjadi sumber referensi utama pembiayaan

i n a▪
Kesehatan
Diperlukan ketegasan dan kejelasan dari
. a bentuk atau jenis alokasi pemanfaatan

ww ▪
pembiayaan Kesehatan
Belum dipetakan berbagai sumber pembiayaan

: / / w Kesehatan dan dibutuhkan sinkronisasi antar


regulasi baik pusat, daerah dalam kebijakan

ht tps pembiayaan Kesehatan

jdih.kemkes.go.id
- 550 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
▪ Perlunya kejelasan dalam metode evaluasi dan
-t e
11. Rancangan
monitoring pembiayaan Kesehatan.
Peraturan Melaksanakan ketentuan Pasal 68 ayat (2) UU Direktorat Jenderal Kementerian Hukum 22 2022-2023
Pemerintah tentang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pelayanan Kesehatan dan HAM, Kementerian
- 2 0
Implan Obat Sekretariat
BPOM, BKKBN. n
Negara,
u
t
Direktorat ahJenderal
3 -
Kefarmasian dan Alat

- 1
Kesehatan
r
12. Rancangan Peraturan Merupakan amanat Pasal 20, Pasal 26, Pasal 39, Direktorat Jenderal o Kementerian Hukum 2022-2024
Pemerintah tentang
Pelaksanaan UU No. 5
Pasal 49, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 56
ayat (3) UU No. 5 Tahun 1997 tentang Kesehatan
- nom
Kefarmasian dan Alat dan HAM, Kementerian
Keuangan,
Tahun 1997 tentang Psikotropika, yang mengamanatkan untuk
e s
Direktorat Jenderal
Kementerian
Psikotropika mengatur mengenai ekspor atau impor
psikotropika, transito psikotropika, rehabilitasi, k
Pencegahan dan
n
Sekretariat
BPOM, dan BNN
Negara,

pembinaan dan pengawasan, pemusnahan, e


Pengendalian Penyakit

13. Rancangan Peraturan


peran serta masyarakat, dan kewenangan PPNS.

/p
Melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (2) UU
erm Direktorat Jenderal Kementerian 2022-2023
Pemerintah tentang
Subsidi atau Bantuan
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
/0 5
mengenai subsidi atau bantuan Pemerintah dan
Pelayanan Kesehatan Keuangan,
Kementerian Dalam
Pemerintah dan
2 2
pemerintah daerah untuk pembiayaan rumah Negeri, Kementerian
pemerintah daerah untuk
Pembiayaan Rumah Sakit
sakit
/ 2 0 Hukum
Kementerian
dan HAM,

o m
Substansi yang diatur meliputi:
Sekretariat Negara
a.
.c
manfaat pemberian subsidi bagi rumah sakit
a
yang dirasakan masyarakat
b.
a n
pemberian bantuan untuk pembiayaan

c. u ly
rumah sakit
Bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah

a m Daerah untuk pembiayaan rumah sakit

a i n dipergunakan untuk baiaya operasional

w . d.
pelayanan rumah sakit
Persyaratan rumah sakit untuk

ww
mendapatkan subsidi atau bantuan
pemerintah

: / / e. Laporan terkait pengunaan subsidi atau

tps
bantuan pemerintah

ht
jdih.kemkes.go.id
- 551 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
f. Monitoring dan evaluasi.
-t e
2
02
14. Rancangan Peraturan Melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (3) UU Direktorat Jenderal Kementerian 2022-2023
Pemerintah tentang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pelayanan Kesehatan Keuangan,
Insentif Pajak
Substansi yang diatur antara lain:
Kementerian
Negeri, n -2
Dalam
Kementerian
a. Insentif pajak bagi RS publik dan RS Hukum
h
danu HAM,
t a
Kementerian
3-
Pendidikan
b. Jenis Insentif pajak yang diberikan Sekretariat Negara, dan

- 1
Biro Keuangan dan
r
15. Rancangan Peraturan 1. Merupakan revisi PP No. 26 Tahun 1977 Biro Organisasi danm o BMN
Kementerian Dalam 2022 - 2024
Pemerintah tentang tentang Pengujian Kesehatan Pegawai Negeri
n o
Sumber Daya Manusia
- Negeri, Badan
Pengujian Kesehatan bagi Sipil Dan Tenaga-Tenaga Lainnya Yang
e s Kepegawaian Negara,
Pegawai Aparatur Sipil
Negara 2.
Bekerja Pada Negara Republik Indonesia
Revisi RPP disusun dalam rangka:
n k Kementerian PAN dan
RB, Kemenkeu, Kesjaor
a. meningkatkan kualitas ASN dalam
m e
menjalankan
perannya
tugas,
secara
fungsi,

/p
dan
berdayaguna, er
/0 5
berhasilguna, dan berkelanjutan, perlu
dilakukan pengujian kesehatan untuk
2
menjamin dan memelihara kesehatan
2
b. penyesuaian
/ 2 0
jasmani dan rohani ASN
dengan peraturan
perundang-undangan yang telah banyak
o m
mengalami perubahan seperti UU Pemda

a .c
(Desentralisasi untuk pembiayaan

a n
pengujian Kesehatan), UU ASN (pegujian
Kesehatan sebagai syarat pengangkatan

u lykepegawaian)
c. penyesuaian pejabat yang menetapkan
a m PPK.

a i n
16. Rancangan
Presiden
w .
Peraturan ▪ Rancangan Perpres dibutuhkan dalam rangka
tentang mewujudkan kabupaten/kota yang bersih,
Direktorat Jenderal
Pencegahan dan
Kemkes, Kemen PUPR,
Kemen.LHK,
2021 - 2023

ww
Penyelenggaraan nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh Pengendalian Penyakit Kemenpora,

: / /
Kabupaten/Kota Sehat penduduknya. Untuk mewujudkan
kabupaten/kota sehat dibutuhkan adanya
Kemenhub, Kementan,
Kemendikbud,

ht tps kerjasama antar kementerian dan lembaga. KemenParekraf, Polri,

jdih.kemkes.go.id
- 552 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
1. Kabupaten/kota sehat telah dilakukan Kemenakertrans,
-t e
sejak tahun 2005 dengan melakukan
penilaian di berbagai tatanan yang
Kemendes,
Perindustrian,
Kemen
2 2
melibatkan masyarakat sehingga Kemensos, Kemen
- 2 0
diharapkan dapat membangun ESDM,
PPPA,
u n
danKemen
perekonomian
kabupaten/kota.
masyarakat di

t a h
2. Kabupaten/Kota Sehat juga selaras dengan
3 -
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
- 1
2014 tentang Kesehatan Lingkungan,
dimana dalam peraturan tersebut
m or
memerintahkan untuk mewujudkan
- n o
mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, e s
maupun sosial, yang memungkinkan setiap
n k
orang mencapai derajat kesehatan yang
m e
setinggi-tingginya.
▪ Sebelumnya telah ditetapkan dasar hukum
/p er
/0
Peraturan Bersama antara Menteri Dalam 5
penyelenggaraan kabupaten kota sehat, yaitu

2
Negeri dan Menteri Kesehatan. Namun
2
/ 2 0
Peraturan Bersama tersebut kurang mampu
laksana untuk penyelenggaraan kabupaten

tinggi yang m
kota sehat. Sehingga perlu aturan yang lebih
o dapat mengorganisir

a .c
kementerian/lembaga terkait seperti
Kementerian
a n Pariwisata, Kementerian

u ly
Perhubungan dan Kementerian lainnya dalam
penyelenggaraan kabupaten kota sehat.

am
17. Rancangan Peraturan ▪ Penyusunan RPerpres berdasarkan amanah Direktorat Jenderal Kementerian Agama, 2021- 2022
Presiden tentang Pasal 142 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor Kefarmasian dan Alat Kementerian Hukum

a i
Sertifikasi Halal Obat, n 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kesehatan dan HAM, Kementerian

Kesehatan w .
Produk Biologi dan Alat Bidang Jaminan Produk Halal.
▪ Mengatur khusus tentang sertifikasi halal dan
Sekretariat
Sekretariat
Negara,
Kabinet,

w w cara pembuatan obat, produk biologi dan alat BPOM, dan BPJPH

: / / Kesehatan yang halal, serta penahapan


pemberlakuan kewajiban sertifikasi halal

ht tps produk biologi dan alat Kesehatan kelas D.

jdih.kemkes.go.id
- 553 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
▪ Memberikan kepastian hukum bagi
-t e
masyarakat dalam mendapatkan obat, produk
biologi, dan alat kesehatan yang halal. 2 2
18. Rancangan Peraturan Rperpres ini merupakan jabaran fungsi dari Direktorat Jenderal Kemenko PMK,
- 2 0 2023-2024
Presiden tentang
Penanggulangan Penyakit
kekuasaan Presiden dalam melaksanakan
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan
Pencehagahan dan
Pengendalian Penyakit
Kemendagri,
u n
Kemensos, Bappenas,
Tidak Menular untuk mengatur suatu kebutuhan mendesak KemenPPPA,
t a h
secara sosiologis dan teknis berbasis data
-
Kemenkumham,
3
epidemiologis bahwa PTM semakin meningkat,
1
Kemendikbud,
-
or
menimbulkan beban dan menghalangi Kemendag
pembangunan nasional lainnya yang
memerlukan pengaturan segera
o m
19. Rancangan Peraturan Disusun dalam rangka mendukung
- n
Direktorat Jenderal
s Kemendagri, 2022-2023
Presiden
Percepatan
tentang
Pemerataan
optimalisasi penyebaran tenaga kesehatan
hingga ke DTPK yang substansinya meliputi k e
Tenaga Kesehatan Kemenkeu,
Kemenkumham,
Tenaga Kesehatan di antara lain strategi percepatan pemaerataan,
e n Setneg, Bappenas,
Kabupaten/Kota distribusi nakes, termasuk di dalamnya
rekruitmen staf, pelatihan, pengawasan
erm Kemendikbud Ristek.

5
peran masing-masing stakeholder sesuai/p
pegawai, dan pemberian insentif, pembagian

/0
peran, pengambangan karir, dan pembinaan
2

dan pengawasan
0 2
20. Rancangan / 2
Peraturan 1. Revisi dilakukan sebagaimana amanah UU Badan Kebijakan Setneg, Kementerian 2022
Presiden tentang m
SJSN terkait penjelasan teknis manfaat JKN,
o Pembangunan Keuangan, DJSN, BPJS
Perubahan Perpres No 82
Tahun 2018 tentang
a .c
kelas pelayanan, koordinasi penyelenggara
jaminan, dan urun biaya yang telah disusun.
Kesehatan Kesehatan,
PMK,
Kemenko
Kemendagri,
Jaminan Kesehatan
a n
2. Revisi juga dilakukan untuk menuangkan Kemenkumham

ly
pengaturan manfaat JKN yang berdasarkan
u
kebutuhan dasar kesehatan dan kelas Rawat

a m
Inap Standar

a i n 3. Manfaat JKN berbasis Kebutuhan Dasar


Kesehatan yang dituangkan terkait

w . penjelasan pengaturan manfaat yang dijamin


dan tidak dijamin serta kriteria manfaat yang

: / / ww dilakukan urun biaya maupun selisih biaya

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 554 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
1. Penjelasan juga mengenai kepesertaan yang
-t e
melingkupi besaran iuran serta hak dan
kewajiban tiap tiap segmen peserta 2 2
2. Penjelasan lebih lanjut terkait mekanisme
- 2 0
kendali mutu dan biaya serta monev dan
kontribusi daerah
u n
t a h
21. Rancangan Peraturan ▪ Untuk mewujudkan SDM yang unggul, hal Direktorat Jenderal
3 -
Kementerian Dalam 2022-2024
Presiden tentang yang perlu dilakukan ialah membuat calon Kesehatan Masyarakat
- 1
Negeri,
r BKKBN,
Percepatan Penurunan
Angka Kematian Ibu dan
ibu dan calon bayi sehat sehingga dapat
tumbuh kembang dengan optimal hingga siap
m o BAPENAS,
PMK,
Kemenko
KemenPUPR,
Angka Kematian Bayi menjadi ibu, baik secara fisik maupun
mental.
- n o Kemenhub, KemenPPA,
Kemensos, BPJS,
▪ lndonesia masih tinggi Angka Kematian lbu
e s Ditjen Yankes, Ditjen
dan Angka Kematian Bayi dibanding negara
n k P2P
ASEAN lainnya, sehingga diperlukan upaya
e
erm
percepatan penurunan Angka Kematian lbu
dan Angka Kematian Bayi.

5 /p
Diperlukan pengaturan peran dari seluruh pihak
dalam menekan angka kematian ibu dan angka
/0
kematian bayi, program dan strategi untuk
2
0 2
mencegah kematian ibu dan bayi dan cakupan
data yang akurat terhadap angka kematian ibu
dan bayi.
/ 2
22. Rancangan Peraturan
o m
Merupakan amanat Pasal 14 ayat (7), Pasal 16 Direktorat Jenderal Kemenpan RB, 2022-2023
Menteri Kesehatan tentang
Pelaksanaan PP Nomor 67
n a.c
ayat (2), Pasal 38 ayat (3), Pasal 40 sampai
Pasal48, Pasal 74 ayat (3) dan Pasal 84 PP Nomor
Tenaga Kesehatan Kemendagri, Badan
Kepegawaian Negara,
Tahun 2019
Pengelolaan
tentang
Tenaga ly a
67 2019 tenang Pegnelolaan tenaga kesehatan,
dan untuk mendukung pemerataan tenaga
dan kemendagri,
Kemendikbud Ristek,
Kesehatan u
kesehatan, pemenuhan kebutuha pelayanan
m Kemenkeu

i n akesehatan serta peningkatan akses masyaraat


terhadap pelayanan kesehatan
. a Substansi meliputi, pembinaan teknis, sumpah

ww janji profesi nakes, pemindahtugasan nakes,

: / / w pelatihan tenaga kesehatan.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 555 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
23. Revisi Peraturan Menteri Mengacu pada Perpres 82 Tahun 2018 tentang Badan Kebijakan Akademisi, Organisasi
-t e 2022-2024
Kesehatan
tahun
Nomor
2017
51
tentang
Jaminan Kesehatan untuk kendali mutu dan
kendali biaya di mana salah satunya adalah
Pembangunan
Kesehatan
Profesi, Komite PTK,
dan Instansi terkait 2 2
Pedoman Penilaian penilaian teknologi Kesehatan, telah disusun lainnya.
- 2 0
Teknologi Kesehatan regulasi sebagai petunjuk pelaksanaan
assessment dan appraisal penilaian teknologi
u n
kesehatan.
t a h
Revisi pedoman/petunjuk perlu dilakukan
dengan pertimbangan bahwa metode HTA 3 -
- 1
or
berkembang dan aplikasinya semakin beragam.
24. Rancangan Peraturan Merupakan amanat Peraturan Pemerintah Direktorat Jenderal Kemendikbudristek, 2022
Menteri Kesehatan
Nomor 52 Tahun 2017 tentang Peraturan Tenaga Kesehatan
o m Kementerian Hukum

tentang Penyelenggaraan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2013 tentang Pendidikan Kedokteran serta
s - n dan HAM, Kementerian
Sekretariat Kabinet,
Internsip Dokter dan
untuk memantapkan mutu profesi dokter dan
k e Kementerian Dalam

Dokter Gigi
dokter gigi yang baru lulus program studi
pendidikan kedokteran berbasis kompetensi. e n Negeri

erm
25. Rancangan Peraturan
5
Merupakan amanat Undang-Undang Nomor 36/p Direktur Jenderal KemenPANRB, 2022
Menteri Kesehatan
2 /0
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Pasal
3 ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun
Tenaga Kesehatan Kementerian Hukum
dan HAM, Kementerian
tentang Tugas, Fungsi, 2
2017 tentang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
0 Sekretariat Kabinet
dan Kewenangan KTKI / 2
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 86 Tahun 2019 tentang
o m
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 90
.c
Tahun 2017 tentang Konsil Tenaga Kesehatan
a
a n
Indonesia serta untuk memberikan pedoman
dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan
ly
wewenang KTKI
u
26. Rancangan Peraturan
a mRancangan Permenkes disusun untuk Direktur Jenderal Kemendikbudristek, 2022-2023
Menteri
tentang
Kesehatan
Pendayagunaan
a i n memberikan pelindungan kepada penerima
pelayanan kesehatan serta untuk menjaga
Tenaga Kesehatan Kementerian,
Ketenagakerjaan,

w .
Tenaga Kesehatan WNA kualitas mutu dalam penyelenggaraan pekerjaan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan warga
Kementerian
Negeri
Luar

: / / ww negara asing
Kementerian Hukum
dan HAM, Kementerian

ht tps Dalam Negeri,

jdih.kemkes.go.id
- 556 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Kementerian Pemuda
-t e
dan Olahraga, BNPB,
kemenkeu, 22
27. Rancangan Peraturan Disusun dalam rangka evaluasi kemampuan dan Direktorat Jenderal Kemendikbudristek,
- 2 0 2022
Menteri Kesehatan
tentang Program Adaptasi
untuk pemenuhan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan melalui pemerataan
Tenaga Kesehatan Kemendagri,
institusi
u n KKI,
Pendidikan
Dokter Spesialis WNI dokter spesialis di seluruh wilayah Indonesia kedokteran,
t a h dan
Lulusan Luar Negeri dalam bentuk pendayagunaan dokter spesialis di
-
intitusi terkait.
3
rumah sakit bagi warga negara Indonesia lulusan
- 1
or
luar negeri.
Ruang lingkup Program Adaptasi Dokter
Spesialis Warga Negara Indonesia Lulusan Luar
o m
Negeri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan meliputi:
s - n
a. Penyelenggaraan Adaptasi Dokter Spesialis
k e
WNI LLN;
e n
b. Tugas Komite Bersama Adaptasi;
erm
c.
/p
Perencanaan penempatan Dokter Spesialis
WNI LLN;
5
d.
2 /0
Penilaian Kompetensi PraAdaptasi;
e.
0 2
Penempatan Adaptasi Dokter Spesialis WNI
LLN; dan
/ 2
f.
o m
Hak dan Kewajiban Peserta Adaptasi dan
Pendamping.
a .c
28. Rancangan Peraturan Untuk n
menjamin penyelenggaraan upaya Direktorat Jenderal Kemenaker, 2022-2023
Menteri Kesehatan
tentang Penyelenggaraan
u lya
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga Indonesia
lulusan luar negeri (TK WNI LLN) dan tenaga
Tenaga Kesehatan Kemendikbudristek,
Rumah Sakit
evaluasi Kompetensi
a m
kesehatan warga negara asing (TK WNA) perlu
Tenaga Kesehatan Warga

a i n
Negara Indonesia Lulusan
mengatur mengenai tata cara proses evaluasi
kompetensi bagi tenaga kesehatan.

w .
Luar Negeri dan Tenaga
Kesehatan Warga Negara
Memberikan legalitas hukum bagi TK WNI LLN
Asing
w w dan TK WNA dan terjamin standar

: / / kompetensinya dalam menjalankan praktik

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 557 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
29. Rancangan Peraturan Disusun dalam rangka Pemenuhan kebutuhan Direktorat Jenderal Kementerian
-t e 2022-2023
Menteri
tentang
Kesehatan
Pendayagunaan
tenaga kesehatan melalui pemanfaatan penerima
beasiswa bantuan Pendidikan untuk ditugaskan
Tenaga Kesehatan Pendidikan,
Kebudayaan, dan 2 2
Tenaga Kesehatan kepada fasilitas pelayanan kesehatan di daerah Ristek, Kementerian
- 2 0
yang membutuhkan. Keuangan,
Kementerian
u n
Dalam
▪ Substansi meliputi perencanaan kebutuhan,
formasi penugasan, pola penempatan nakes,
Negeri
t a h
mekanisme seleksi, besaran insentif, Monev,
3 -
dan binwas
- 1
30. Rancangan
Menteri
Peraturan
Kesehatan
▪ Rancangan Permenkes disusun sebagai
upaya memberikan tunjangan sesuai dengan
Biro Organisai dan
Sumber Daya Manusia
m orBiro Perencanaan dan
Anggaran, Biro Umum,
2022-2023

tentang
Pemberian
Pelaksanaan
Tunjangan ▪
kinerja pegawai
Pemberian reward bagi pegawai
- n o KemenPANRB,
Kemenkeu,
Kinerja Bagi Pegawai di ▪ Rancangan disusun sebagai salah satu
e s KemenkumHAM, BKN
Lingkungan Kementerian bentuk penyesuaian sistem manajemen
n k
Kesehatan kinerja
m e
31. Rancangan
Menteri
Peraturan
Kesehatan
Rancangan Permenkes disusun
menyesuaikan dengan kebijakan pelayanan
untuk

/p erDirektorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
Kemendagri,
KemenPAN dan RB
2022

tentang Sentra Penapisan


dan Pengembangan
/0 5
kesehatan tradisional sebagaimana diatur dalam
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Penyehatan Tradisional
2
dan PP Nomor 103 Tahun 2014 tentang
2
/ 0
Pelayanan Kesehatan Tradisional, meningkatkan
2
upaya penapisan kesehatan tradisional untuk
menjamin manfaat dan keamanannya serta tidak
o m
bertentangan dengan norma agama dan
kebudayaan
a .c
masyarakat, serta menggali

a n
kesehatan tradisional yang merupakan kearifan
lokal pada setiap daerah.
32. Rancangan Peraturan u ly
Rancangan Permenkes disusun untuk Direktorat Jenderal Kementerian Dalam 2022
Menteri Kesehatan
a m
memberikan panduan dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan Negeri
tentang
Penyelenggaraan
a i n
Pedoman pelayanan keperawatan masyarakat
puskesmas sebagai bagian dari kegiatan di
di

w .
Keperawatan Masyarakat puskesmas dan untuk mengintegrasikan

ww
di Puskesmas pelayanan puskesmas dengan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

: / / (PIS-PK)

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 558 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
33. Rancangan Peraturan Rancangan Permenkes disusun untuk Direktorat Jenderal BAPETEN
-t e 2022-2023
Menteri
tentang
Kesehatan
Pelayanan
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dimana radiologi
Pelayanan Kesehatan
2 2
Radiologi menjadi cabang ilmu tersendiri yang terpisah
- 2 0
dari ilmu kedokteran nuklir dan radioterapi
sehingga diperlukan pengaturan khusus agar
u n
penyelenggaraan pelayanan radiologi efektif dan
t a h
efisien serta memenuhi kebutuhan peningkatan
akses pelayanan kesehatan dengan 3 -
- 1
or
memanfaatkan modalitas yang menggunakan
sumber radiasi pengion dan nonpengion.
Substansi meliputi:
o m
a. Modalitas dalam pelayanan radiologi
s - n
b. Fasyankes penyelenggaraan radiologi k e
c. Tingkatan kemampuan pelayanan radiologi e n
d. Pelaksanaan pelayanan radiologi
erm
5 /p
/0
22
34. Rancangan Peraturan Permenkes Nomor 12 Tahun 2020 tentang Direktorat Jenderal Kementerian Dalam 2022
Menteri Kesehatan Akreditasi Rumah Sakit merupakan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Negeri, Kementerian
Akreditasi Rumah Sakit
/ 20
Pasal 40 ayat (4) UU Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Bahwa ketentuan
keuangan

.c om
akreditasi rumah sakit dalam UU Nomor 44
Tahun 2009 diubah melalui UU Nomor 5 Tahun
a
2021 tentang Cipta Kerja dan lebih lanjut diatur
n
l a
dalam PP Nomor 47 Tahun 2021 tentang
y
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan,
u
dengan demikian terhadap Permenkes Nomor 12
m
i n a Tahun 2020 perlu dilakukan penyesuaian.

. a Substansi pengaturan dalam RPMK meliputi:

w a. Penyelenggaraan akreditasi mencakup

ww
lembaga independen penyelenggara rumah
sakit dan kegiatan akreditasi

: / / b. Kewajiban pemerintah pusat dan pemerintah

ht tps daerah dalam penyelenggaraan akreditasi

jdih.kemkes.go.id
- 559 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
c. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
-t e
akreditasi
2 2
35. Rancangan Peraturan Rancangan Permenkes disusun dalam rangka Direktorat Jenderal Kementerian -
Dalam 2 0 2022
Menteri Kesehatan meningkatkan dan mempertahankan mutu Pelayanan Kesehatan Negeri,
u n
Kementerian
tentang Akreditasi pelayanan kesehatan di puskesmas, klinik, keuangan
t a h
Puskesmas, klinik,
Laboratorium Kesehatan,
laboratorium kesehatan, dan unit transfusi
darah sehingga dapat memberikan pelayanan 3 -
dan Unit Transfusi darah kesehatan yang bertanggung jawab, aman, dan - 1
bermutu kepada pasien/masyarakat
m or
Substansi pengaturan dalam RPMK meliputi:
a. Penyelenggaraan akreditasi mencakup
- n o
ketentuan jangka waktu penyelenggaraan
e s
akreditasi, lembaga/instansi yang terlibat
n k
dalam pelaksanaan akreditasi,
mengenai kegiatan akreditasi,
uraian
m e
b. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
akreditasi /p er
/0 5
36. Rancangan Peraturan ▪
2 2
Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Direktorat Jenderal Kementerian 2021-2022
Menteri Kesehatan tentang
Pelayanan Kesehatan / 2 0
Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Kerja, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Kesehatan Masyarakat Ketenagakerjaan, BPJS

Penyakit Akibat Kerja


m
56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
o
a .c
Pelayanan Penyakit Akibat Kerja perlu
disesuaikan dengan perkembangan ilmu
n
pengetahuan dan kebutuhan hukum.
a
u ly
▪ bahwa untuk terlaksananya pemenuhan hak
setiap pekerja terhadap risiko gangguan

a m kesehatan yang disebabkan oleh proses kerja,

a i n lingkungan kerja, dan perilaku kerja pekerja,


diperlukan pelayanan kesehatan penyakit

w . akibat kerja yang optimal. Oleh karena itu,


diperlukan pedoman pelayanan kesehatan

37.
: / /
Rancangan ww Peraturan
penyakit akibat kerja.
▪ Bahwa sesuai dengan amanat Pasal 5 ayat (3) Direktorat Jenderal Kemenaker, BP2PMI 2022-2024

tps
Menteri Kesehatan tentang PP 59 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kesehatan Masyarakat

ht
jdih.kemkes.go.id
- 560 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Pemeriksaan Kesehatan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia,
-t e
dan Psikologi Calon
Pekerja Migran Indonesia
Menteri Kesehatan perlu mengatur
pemeriksaan kesehatan dan psikologi calon 2 2
pekerja migran Indonesia.
- 2 0
▪ Mendukung perlindungan Calon PMI melalui
pemeriksaan kesehatan dan psikologi
u n
▪ untuk memastikan Calon PMI sehat dan layak
t a h
kerja sesuai dengan penempatan di negara
penerima calon PMI 3 -
- 1
or
▪ Diperlukan standar pemeriksaan kesehatan
dan psikologi yang diakui oleh negara
penempatan calon PMI Untuk memastikan
o m
PMI yang kembali ke Indonesia sehat secara
fisik, mental dan psikologis
s - n
38. Rancangan Peraturan ▪ Bahwa sesuai dengan amanat Pasal 11 PP 33 e
Direktorat Jenderal
k KemenPPA, Kemenag, 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang
Pemberian ASI Eksklusif
Tahun 2012 tentang Pemberian Asi Ekslusif,
Menteri Kesehatan perlu mengatur Pemberian e n
Kesehatan Masyarakat MUI, Kemendagri

dari Pendonor ASI ASI Eksklusif dari Pendonor ASI.


▪ Pendonor ASI dan Penerima Donor ASI erm
▪ Unit Donor ASI Penerapan /p
sistem
5
manajemen;
a. Standar Unit Donor ASI; dan
2 /0
2
b. Penyelenggaraan Donor ASI pada Unit
0
Donor ASI.
/
▪ Tugas dan tanggung jawab2
o m
▪ Pemberdayaan masyarakat
▪ Pembiayaan
a .c
▪ Pembinaan dan pengawasan
Sanksi
a n
39. Rancangan Peraturan ▪
u ly
Standar dan upaya dalam membudayakan Direktorat Jenderal Kemenpora, 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang
a m masyarakat untuk olahraga melalui ativitas Kesehatan Masyarakat Kemenaker,
Kesehatan Olahraga

a i n fisik, latihan fisik dan olahraga yang sesuai


dengan standar
Kemendibud,
Kemenparekraf.

w . ▪ standar kesehatan olahraga pada event


keolahragaan
40. Rancangan
/ / ww Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
:
▪ bahwa sesuai dengan amanat dari Peraturan
Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang
Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Kemenaker,
Kemendagri.
BP2PMI, 2022-2024

tps
Standar Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja. Menteri Kesehatan perlu

ht
jdih.kemkes.go.id
- 561 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
dalam Upaya Pencegahan mengatur standar kesehatan kerja dalam
-t e
Penyakit,
Peningkatan,
Upaya
Upaya
upaya pencegahan penyakit, upaya
peningkatan, upaya penanganan penyakit, 2 2
Penanganan Penyakit, dan dan upaya pemulihan kesehatan.
- 2 0
Upaya Pemulihan ▪ Dalam pengaturan tersebut diatur bagaimana
pekerja menjadi pekerja yang sehat dan
u n
Kesehatan
produktif sehingga dapat bekerja secara
t a h

efektif.
Apabila pekerja mengalami terkena penyakit 3 -
- 1
or
akibat kerja atau kecelakaan akibat kerja
maka dilakukan penanganan pekerja sakit
sesuai dengan standar tanpa merugikan
o m
41. Rancangan Peraturan ▪
pekerja
Bahwa sesuai dengan amanat Pasal 5 ayat (3)
s - n
Direktorat Jenderal Kemenkumham, 2021-2022
Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Terapi
PP Nomor 25 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika,
n ke
Kesehatan Masyarakat Kemensos,
Kemendagri
BNN,

Rumatan Metadona Menteri Kesehatan mengatur standar sarana e


erm
dan pelayanan rehabilitasi medis bagi
pecandu narkotika.

5 /p
Pengaturan rehabilitasi medis bagi pecandu

2 /0
narkotika berupa terapi rumatan metadona,
yang sebelumnya diatur dengan Peraturan
2
Menteri Kesehatan Nomor 57 Tahun 2013
0
/ 2
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Terapi Rumatan Metadona perlu disesuaikan
dengan
o m
perkembangan teknis

a .c
penyelenggaraan, kebutuhan program dan
perkembangan hukum.
42. Rancangan Peraturan ▪ a n
Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Direktorat Jenderal KemenPAN RB, 2021-2022
Menteri Kesehatan tentang
Hari dan Jam Kerja pada u ly
Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995
tentang Hari Kerja di Lingkungan Lembaga
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Kemenkeu

Kantor Kesehatan
a m Pemerintah, Menteri Kesehatan setelah
Pelabuhan
a i n mendapat persetujuan dari Menteri

w . Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi, berwenang menetapkan

ww
hari dan jam kerja tersendiri untuk
kepentingan pemberian pelayanan kepada
: / / masyarakat.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 562 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
▪ Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai unit
-t e
pelaksana teknis di lingkungan Kementerian
Kesehatan menyelenggarakan pelayanan 2 2
kekarantinaan kesehatan selama 24 (dua
- 2 0
puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari
seminggu kepada masyarakat dalam rangka
u n
pelaksanaan tugas dan fungsi untuk
t a h
mencegah masuk dan keluarnya penyakit,
khususnya kedaruratan kesehatan 3 -
- 1
or
masyarakat. Sehingga, perlu diatur mengenai
hari dan jam kerja di KKP.
43. Rancangan Peraturan ▪ Penanggulangan malaria telah diatur dalam Direktorat Jenderal
o m Kementerian Dalam 2021-2022
Menteri Kesehatan tentang
Penanggulangan Malaria
beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut:
Pencegahan dan
s - n
Pengendalian Penyakit
Negeri, Bappenas,
KLHK, KemendesPDT
a. Permenkes Nomor 5 Tahun 2013 tentang
k e dan Transmigrasi.
Tata Laksana Malaria;
b. Kepmenkes Nomor e n
293/Menkes/SK/VI/2009
Eliminasi Malaria; er
tentang m
c. Keputusan Menteri /p
Kesehatan
5
042/Menkes/SK/I/2007
Pedoman
2
penyelenggaraan/0 tentang
Sistem
kewaspadaan
0 2
Dini (SKD) dan

/ 2
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB) Penyakit Malaria;
o m
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

a .c
049/Menkes/SK/I/2007 Tahun 2007
tentang Pedoman Penemuan Penderita
a n
Malaria; dan

u ly
e. Keputusan menteri Kesehatan Nomor
275/Menkes/SK/III/2007 tentang

a m Pedoman Surveilans Malaria.

a i n ▪ Bahwa peraturan perundang-undangan

w . tersebut diatas sudah tidak sesuai dengan


perkembangan teknis penyelenggaraan dan

ww
kebutuhan program malaria, dan
perkembangan hukum sehingga perlu
: / / diganti.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 563 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
44. Rancangan Peraturan Rancangan Permenkes merupakan amanat pasal Direktorat Jenderal KLHK, KemenPUPR,
-t e 2021-2023
Menteri Kesehatan tentang
Peraturan Pelaksanaan
4 PP No. 66/2014 tentang Kesling
▪ Menyusun standar baku kesehatan
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Kemendagri,
Kemenparekraf, 2 2
Peraturan Pelaksana lingkungan dan persayaratan kesehatan Kemenhub, Kementan.
- 2 0
Nomor 66 Tahun 2014
tentang Kesehatan
media tanah, berupa standar parameter fisik.
kimia dan biologi di Permukiman, tempat
u n
Lingkungan kerja, tempat rekreasi dan tempat fasilitas
t a h
umum
Menyusun tata cara pembinaan dan pengawasan 3 -
- 1
or
standar baku mutu kesehata lingkungan dan
persyaratan kesehatan media tanah
45. Rancangan Peraturan Rancangan Permenkes diperlukan sebagai dasar
o
Direktorat Jenderalm Kemendagri, 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang hukum penanggulangan penyakit tular vektor
-
Pencegahan dan
s n Kemendikbud,
Penanggulangan Demam
Berdarah Dengue
dan zoonotik dalam mencapai target program
berupa reduksi, eliminasi, atau eradikasi k e
Pengendalian Penyakit Kemenko
Kemendes
PMK,
PDT dan
penyakit tular vektor dan zoonotik di Indonesia.
e n Transmigrasi
Selain itu Rancangan Permenkes merupakan
pengaturan lebih teknis sebagai tindak lanjut
erm
Pasal 44 Permenkes Nomor 82 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Penyakit Menular 5 /p
46. Rancangan Peraturan ▪
2 /0
Rancangan Permenkes merupakan amanah Direktorat Jenderal Kemenko PMK, 2021-2022
Menteri Kesehatan tentang
Kekarantinaan Kesehatan
Di Pintu Masuk Dan / 2 02
Pasal 15 ayat (4), Pasal 17, Pasal 19, Pasal
20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24,
Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 30 ayat (4),
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
KemenkoPolhukam
Kemendagri,
Kemenkeu,
,

Wilayah
.c om
Pasal 47, Pasal 70, Pasal 82 ayat (4), Pasal
83 ayat (3), serta Pasal 35 ayat (5), Pasal 49
KemenHAN,
KemenkumHAM,
n a
sampai Pasal 60, UndangUndang Nomor 6 Kementan, Kemenhub,

ly a
Tahun
Kesehatan
2018 tentang Kekarantinaan Kemen Kelautan dan
Perikanan, Kemenlu,

m▪
uPenyelenggaraan kekarantinaan kesehatan
KemenBUMN

i n a di pintu masuk dan di wilayah:

. a ▪ Tindakan kekarantinaan kesehatan, Tata


w laksana pengawasan Kekarantinaan

ww
Kesehatan, Dokumen karantina kesehatan,

: / / Pembinaan dan pengawasan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 564 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
-t e
47. Revisi Peraturan Menteri Adanya perkembangan dalam kebijakan untuk Direktorat Jenderal Kemendagri,
2 2
2021-2022
Kesehatan Nomor 21
pencapaian target global 90-90-90, sehingga
terdapat beberapa kebijakan penanggulangan
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Kemensos,
Kemenkumham,
- 2 0
Tahun 2013 tentang HIV dan AIDS yang perlu direvisi sesuai dengan n
Kemenag, Kemeko PMK
u
Penanggulangan HIV AIDS
rekomendasi WHO
t a h
3 -
- 1
48. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
Penanggulangan Rabies
Rancangan Permenkes diperlukan sebagai dasar
hukum penanggulangan penyakit tular vektor
dan zoonotik dalam mencapai target program
Direktorat Jenderal
Pencegahan dan
m
Pengendalian Penyakit
or
Kementan, BNPB,
Kemenpar, Kemoninfo,
TNI/POLRI, Kemenhub,
2021-2022

berupa reduksi, eliminasi, atau eradikasi


- n o Kemenko PMK, KLHK
penyakit tular vektor dan zoonotik di Indonesia.
e s
Selain itu Rancangan Permenkes merupakan
pengaturan lebih teknis sebagai tindak lanjut
n k
Pasal 44 Permenkes Nomor 82 Tahun 2014
m e
49. Rancangan Peraturan
tentang Penanggulangan Penyakit Menular
Rancangan Permenkes merupakan amanah
/p er Direktorat Jenderal Kemenko PMK, 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang
Pejabat Karantina 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan /0 5
Pasal 75 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Kemendagri,
Kemenkeu,
Kesehatan
2 2 KemenHAN, ,

/ 2 0 KemenPANRB
50. Rancangan Permenkes
tentang Penyelenggaraan

o m
bahwa sesuai dengan amanat Pasal 8 ayat (5)
dari Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun
Direktorat Jenderal
Pencegahan dan
Kemendagri,
KemenPUPR,
2022-2024

Sanatorium
a .c
2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Pengendalian Penyakit Bappenas,
Menteri
a n Kesehatan perlu mengatur Kementerian Desa, PDT

u ly
Penyelenggaraan Sanatorium.
▪ Dalam pengaturan tersebut diatur bagaimana
dan Transmigrasi

a m menyelenggarakan pelayanan untuk pasien


TBC di sanatorium, sebagai salah satu

a i n strategi dalam upaya penanggulangan TBC.

w . Sanatorium merupakan fasilitas untuk program


layanan kuratif dan rehabilitatif medis dan sosial

: / / ww dalam jangka waktu tertentu yang dilaksanakan


secara komprehensif bagi pasien TBC yang

tps
memenuhi kriteria

ht
jdih.kemkes.go.id
- 565 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
51. Rancangan Permenkes ▪ Rancangan Permenkes tentang Pemeriksaan Direktorat Jenderal Kemenaker,
-t e 2022-2024
Pedoman Pemeriksaan
Kesehatan Jiwa Untuk
Kesehatan Jiwa untuk Kepentingan
Pekerjaan atau Jabatan Tertentu disusun
Kesehatan Masyarakat Kemendagri,
Kemensos. 2 2
Kepentingan Pekerjaan untuk melaksanakan amanat Pasal 74 ayat
- 2 0
dan Jabatan Tertentu (5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa
u n
▪ Bahwa untuk melaksanakan suatu fungsi
t a h
pada pekerjaan atau jabatan tertentu
diperlukan kondisi kesehatan yang 3 -
- 1
or
paripurna. Kondisi kesehatan yang
paripurna tersebut bukan hanya bebas dari
penyakit fisik dan dari penyakit atau
o m
gangguan jiwa/mental saja tetapi
memungkinkan seseorang hidup produktif
s - n
baik secara sosial dan ekonomi.
k e
▪ Bahwa untuk menjamin
jiwa/mental yang cakap untuk suatu
kondisi
e n
pekerjaan atau jabatan tertentu diperlukan
pemeriksaan/penilaian yang menyeluruh erm
/p
dari aspek-aspek kesehatan jiwa yaitu
5
2 /0
kecerdasan, kepribadian, adanya potensi
psikopatologi dan/atau potensi khusus
lainnya.
0 2
/ 2
52. Regulasi yang mengatur
o m
Dibutuhkan regulasi yang dapat memperkuat Direktorat Jenderal KemenPUPR, 2022-2024
standardisasi sumber daya
Kantor Kesehatan
a .c
dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) melalui penyediaan
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Kemenkumham,
Bappenas,
Pelabuhan n
sumber daya yang memadai dan pembentukan
a KemenpanRB

u ly
instalasi.
Pengaturan standardisasi sumber daya KKP yang

i n am
sebelumnya diatur dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1314/Menkes/SK/IX/2010
. a tentang Pedoman Standardisasi Sumber Daya

ww Manusia, Sarana dan Prasarana di Lingkungan


Kantor Kesehatan Pelabuhan perlu disesuaikan

: / / w dengan kebutuhan teknis dan perkembangan


hukum.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 566 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Kebutuhan regulasi antara lain mencakup, tetapi
-t e
tidak terbatas pada pengaturan standar minimal
sumber daya di KKP berupa: 2 2
a. sumber daya manusia;
- 2 0
b. sarana, prasarana dan instalasi
u n
53. Regulasi yang mendukung
Screening, Pengendalian
▪ Semakin tingginya penderita penyakit tidak
menular di Indonesia sehingga dibutuhkan
Direktorat Jenderal
Pencegahan dan
Kemenko PMK,
t a h
Kemenag, Kemendagri,
2023-2024

Faktor Risiko, surveilans regulasi penanggulangan dengan Pengendalian Penyakit


3 -
Kemen PPPA,
PTM mengedepankan upaya pencegahan dan
- 1
Kemendes, Kemendikti,


pengendalian.
Kebutuhan regulasi antara lain mencakup,
m or
Kemendiknas,
Kemenkeu, Kementan,
tetapi tidak terbatas pada pengaturan:
GGL, Obesitas, Thalasemia, Germas,
- n o Kemenpora,
KemenKKP,
Cerdik, Screening Posbindu PTM
e s KemenPUPR,
▪ Regulasi diperlukan untuk terlaksananya
n k Kementerian
program pengendalian obesitas dalam
rangka penanggulangan penyakit tidak
m e Perdagangan
Kementerian
menular dan sebagai dukungan untuk
mendorong percepatan program dan
/p er Perindustrian
Kementerian
pembiayaan di pusat dan daerah.
/0
a. Adanya risiko penyakit tidak menular
5 Pariwisata
Kementerian

2 2
terutama hipertensi, diabetes, stroke, dan Perekonomian dan

/ 2 0
serangan jantung yang salah satunya
disebabkan oleh asupan gula, garam, dan
Ekonomi Kreatif

m
lemak yang berlebih, sehingga masyarakat
o
a .c
perlu diedukasi melalui pencantuman
informasi kandungan gula, garam, dan
n
lemak, serta pesan kesehatan untuk pangan
a
54. Regulasi terkait jejaring ▪
u y
olahan dan pangan siap saji.
l
Regulasi diperlukan dalam rangka penataan Direktorat Jenderal Bappenas, 2022-2024
laboratorium di bidang
a m UPT Bidang Labkesmas mengintegrasikan Pencegahan dan Kemendagri, BRIN,

Pencegahan
a i n
dan
UPT laboratorium, termasuk UPT eks Badan
Litbangkes untuk memperkuat sistem
Pengendalian Penyakit Kementan

w .
Pengendalian Penyakit
ketahanan kesehatan pada aspek real time
surveilans berbasis laboratorium

: / / ww ▪ Regulasi diperlukan daam


memperkuat sistem ketahanan kesehatan
rangka

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 567 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
pada aspek real time surveilans berbasis
-t e
55. Regulasi yang mendukung
laboratorium
Rancangan Permenkes diperlukan untuk Direktorat Jenderal Kemenko PMK, 22 2023-2024
Pengendalian Masalah mendukung Pengendalian Masalah Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kemendikbud,
- 2 0
un
Kesehatan Jiwa dan Jiwa dan Pencegaha Penyalahgunaan Napza. Kemenkominfo, BNN,
Pencegahan Kemensos
Penyalahgunaan Napza
Kebutuhan regulasi antara lain mencakup, tetapi
tidak terbatas pada pengaturan:
t a h
a. program penanggulangan dampak buruk
- 1 3-
penyalahgunaan NAPZA bagi komunitas
tertentu, o r
b. manajeman upaya kesehatan jiwa dan Napza
o m
secara komprehensif sebagai acuan bagi
provinsi, kab/kota dan puskesmas/FKTP,
s - n
c. masalah kesehatan jiwa pada anak sehingga
k e
menciptakan
berkualitas,
generasi
serta
penerus
mendukung
yang
tumbuh e n
kembang anak lebih baik, dan
erm
5 /p
mengendalikan adiksi pornografi dan game on
line sehingga menciptakan generasi penerus
yang berkualitas
2 /0
56. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang 0
Lanjut Usia tahun 2015-2019
2
Melanjutkan Rencana Aksi Nasional Kesehatan Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Bappenas 2021-2022

Rencana Aksi Nasional / 2


Kesehatan Lansia 2020-
tahun 2016-2019. o m
Merupakan kesinambungan dari RAN lansia
2024
.c
Menentukan dan menyelesaikan target setiap
a
n
tahunnya baik untuk nasional maupun sebagai
a
u y
pedoman atau acuan untuk daerah
l
pengaturan agar lansia di Indonesia dapat hidup
sehat, bugar dan mandiri sehingga dapat
a m
menjalankan fungsi sosialnya secara optimal dan

a i n tidak menjadi beban pembiayaan kesehatan

w .
57. Rancangan
Tata
: / / ww Permenkes
Cara
Rancangan Permenkes disusun untuk
melaksanakan amanat Pasal 12 ayat (3) dan
Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat
Kemenkumham,
Kementan, Setkab,
2021-2022

tps
Penyelenggaraan Produksi Kesehatan BNN, BRIN, BPOM

ht
jdih.kemkes.go.id
- 568 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
dan/atau Penggunaan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Badan Kebijakan
-t e
Narkotika
dalam
Golongan
Produksi
I
serta
Tahun 2009 tentang Narkotika. Pembangunan
Kesehatan 2 2
Pemanfaatan Narkotika
Subtansi terkait penyelenggaraan produksi
narkotika golongan 1 dan/atau penggunaan
- 2 0
untuk Pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan
narkotika golongan 1 dalam proses produksi
u n
Teknologi
untuk kepentingan pengembangan iptek
t a h
Izin memperoleh, menanam, menyimpan dan
3 -
menggunakan narkotika untuk kepentingan
- 1
or
iptek
Pencatatan dan pelaporan serta pembinaan dan
pengawasan o m
58. Rancangan Peraturan Sesuai Amanah Undang-Undang Nomor 36 s - n
Direktorat Jenderal Kementerian Hukum 2022-2023
Menteri Kesehatan tentang
Pengelolaan Sediaan
tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 36 ayat (1)
menyatakan bahwa pemerintah menjamin n ke
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
dan HAM, Kementerian
Dalam Negeri, Setkab,
Farmasi dan Alat ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan e BPOM, Pemda Provinsi
Kesehatan Pada Instalasi
Farmasi Pemerintah
perbekalan kesehatan, terutama obat esensial.

/p
Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaanerm dan Kabupaten/Kota

/0 5
perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan
dasar masyarakat akan perbekalan kesehatan
2
terpenuhi. Pasal 39 menyatakan bahwa
2
/ 2 0
ketentuan mengenai perbekalan kesehatan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

m
- Pedoman terkait pengelolaan obat yang
o
a .c
eksisting saat ini yaitu Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1426/MENKES/SK/XI/2002
a n
tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan
ly
Perbekalan Kesehatan dan Keputusan Menteri
u
Kesehatan Nomor 1121/MENKES/SK/XII/2008

a m
tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik

a i n dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan


Kesehatan Dasar. Pedoman tersebut perlu

w . dimutakhirkan sesuai dengan perkembangan

ww
kondisi terkini.

: / / Substansi pengaturan:

tps
- Jenis Instalasi Farmasi Pemerintah

ht
jdih.kemkes.go.id
- 569 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
- Tugas Instalasi Farmasi Pemerintah
-t e
- Fungsi pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang diselenggarakan oleh 22
Instalasi Farmasi Pemerintah
- 2 0
- Kriteria Instalasi Farmasi Pemerintah yang
meliputi lokasi, bangunan, prasarana,
u n
peralatan, sumber daya manusia
t a h
- Tata cara pengelolaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan 3 -
- 1
or
- Penerapan sistem manajemen mutu di
Instalasi Farmasi Pemerintah
- Pendanaan
o m
- Pembinaan dan pengawasan
- Ketentuan peralihan
s - n
59. Rancangan Peraturan - Merupakan pelaksanaan UU 44/2009 e
Direktorat Jenderal
k Kementerian Hukum 2022
Menteri Kesehatan tentang
Standar Pelayanan
tentang Rumah Sakit, PP 5/2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha e n
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
dan
BPOM
HAM, Setkab,

Kefarmasian di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian
Berbasis Risiko, PP 51/2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian erm
/p
- Simplifikasi dari Permenkes No. 72/2016,
5
Permenkes No. 73/2016,
2 /0Permenkes
74/2016, dan Permenkes 33/2021, serta
2
menambahkan substansi mengenai standar
0
/ 2
pelayanan kefarmasian di Toko Obat
- Substansi yang diatur:
o m
a. Pengelolaan sediaan farmasi dan alkes dan

a .c
pelayanan farmasi
b. Pencatatan dan pelaporan
a n
c. Pembinaan dan pengawasan
60. Rancangan
u ly
Peraturan ▪ Digunakan sebagai acuan Pembuatan Obat, Direktorat Jenderal Kementerian Agama, 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang
a m
Produk Biologi, dan Alat Kesehatan yang Halal Kefarmasian dan Alat Kementerian Hukum

a i n
Cara Pembuatan Obat, ▪ Cara pembuatan yang halal mencakup;
Produk Biologi, dan Alat penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan,
Kesehatan dan HAM, Kementerian
Sekretariat Negara,

w .
Kesehatan yang Halal dan pengemasan yang merupakan bagian dari
proses pembuatan yang halal
Sekretariat Kabinet,
BPOM, dan BPJPH

: / / ww ▪ Cara pembuatan yang halal bertujuan


menjamin kehalalan Obat, Produk Biologi, dan

tps
Alat Kesehatan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 570 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Kriteria cara pembuatan yang halal terdiri atas;
-t e
komitmen dan tanggungjawab, bahan, proses,
produk, serta pemantauan dan evaluasi. 2 2
61. Rancangan Peraturan Tujuan penyusunan RPermenkes adalah Badan Kebijakan Kemendagri,
- 2 0 2021-2022
Menteri Kesehatan tentang memobilisasi sumber daya untuk mencapai Pembangunan n
Kemenkeu, Bapennas
u
Kemitraan Pemerintah dan
Swasta di Bidang Non-
target pembangunan Kesehatan dan pemenuhan
layanan Kesehatan yang berkualitas.
Kesehatan
t a h
infrastruktur Kesehatan
3 -
Pengaturan Pola kemitraan meliputi:
- 1
1. Kerjasama jasa melalui:

m or
a. Kerjasama
filantropi
tanggung jawab sosial dan

- n o
b. Kerjasama operasional dan jasa lainnya
e s
n k
2. Kerjasama Manajemen melalui:

m e
er
a. Kerjasama operasional
b. Kerjasama Non Operasional
5 /p
2 /0
62. Regulasi terkait Struktur
Organisasi Kementerian 0 2 Biro Organisasi dan
Sumber Daya Manusa
Kesehatan yang mampu / 2
mendukung tercapainya
o m
Sasaran Pokok RPJMN
2020-2024 Bidang
a .c
Kesehatan dan Sasaran
a n
Strategis
Kementerian
Renstra
Kesehatan
u ly
2020-2024
a m
63.
a i
Regulasi yang mendukungn Regulasi ini dibutuhkan dalam pelaksanaan Direktorat Jenderal Menko PMK, 2020-2024

pengendalian w .
peningkatan pengelolaan
penyakit
penanggulangan penyakit menular, baik yang
berpotensi menimbulkan wabah maupun
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
MenkoPolhukam,
Kemendagri,

ww
serta kedaruratan kedaruratan kesehatan masyarakat, melalui Kemenkeu,

: / /
kesehatan masyarakat upaya pencegahan,
pemberantasan
pengendalian,
penyakit menular
dan
guna
KemenHAN,
KemenkumHAM,

ht tps mencegah atau menurunkan angka kesakitan, Kementan, Kemendes,

jdih.kemkes.go.id
- 571 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
kematian, dan kecacatan, serta mencapai target KLHK, Kemensos,
-t e
program berupa reduksi, eliminasi, atau
eradikasi penyakit menular. Regulasi yang akan
KemenPUPR,
Kemendikbud, TNI 2 2
disusun merupakan pengaturan lebih teknis Polri, Kemenhub,
- 2 0
sebagai tindak lanjut Pasal 44 Permenkes Nomor
82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Perikanan,
u n
Kemen Kelautan dan

Penyakit Menular Kementerian


t a h
Kebutuhan regulasi antara lain mencakup, tetapi
3 -
perindustrian
Perdagangan,
dan
tidak terbatas pada pengaturan:
- 1
or
Kemenhub
a. Kegiatan penanggulangan penyakit menular,
Kementerian sosial,
meliputi promosi kesehatan, surveilans
kesehatan, penemuan kasus, penanganan
- nom BPJS, Kementerian
Tenaga Kerja dan
kasus, dan pemberian kekebalan
(imunisasi); e s Transmigrasi,
b. Jenis penyakit menular mencakup penyakit
n k Kementerian Agama,
menular langsung (seperti hepatitis, PD3I, e Kementerian Riset dan

erm
Teknologi, Kementerian
tuberkulosis, penyakit infeksi emerging,
Perhubungan, BNPB,
infeksi saluran pencernaan) dan penyakit
/p
tular vektor dan binatang pembawa penyakit
5
Kemendagri,
Kemensos,
leptosprisosis, dan antraks)
2 /0
(seperti filariasis, schistosomiasis, taeniasis,
Kemendiknas,

0 2 Bappenas, KLHK,
Kemkominfo,
/ 2 Kementerian Tenaga

o m Kerja dan Transmigrasi


64. Rancangan Peraturan
.c
Sebagai pelaksanaan PP Nomor 93 Tahun 2015
a Direkorat Jenderal Kementerian 2022
Menteri Kesehatan tentang
Pelaksanaan PP Rumah a n
tentang Rumah Sakit Pendidikan Pasal 8, Pasal
12, Pasal 17, dan Pasal 21.
Pelayanan Kesehatan Pendidikan dan
Kebudayaan dan
Sakit Pendidikan
u ly
Substansi yang diatur meliputi:
Ristek, Kementerian
Keuangan, Ditjen
a m
a. jenis rumah sakit Pendidikan Tenaga Kesehatan

a i n b. fungsi rumah sakit Pendidikan

w . c. jumlah mahasiswa, jumlah dan variasi jenis


kasus penyakit

ww
d. jejaring rumah sakit Pendidikan

: / / e. persyaratan, standar dan tata cara penetapan


f. integrasi fungsional dan struktural

ht tps g. rasio mahasiswa dan dokter pendidik klinis

jdih.kemkes.go.id
- 572 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
h. insentif residen
-t e
i. sanksi administratif
2 2
- 2 0
65. Rancangan Peraturan Melaksanakan ketentuan Pasal 42 ayat (3) UU Direktorat Pelayanan
n
Kemendagri, BPJS 2022-2023
Menteri Kesehatan tentang
Sistem Rujukan Pelayanan
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan
Pasal 55 ayat (8) Peraturan Presiden Nomor 82
Kesehatan
hu
Kesehatan,

t a
Kesehatan Perorangan Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
3 -
(revisi Permenkes Nomor
001 Tahun 2012)
Substansi yang diatur meliputi:
r- 1
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan
m o
b. Penyelenggaraan Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan - n o
e s
c. Tanggung jawab pemerintah pusat dan
n k
pemerintah daerah

m e
er
d. Pendanaan
e. Pembinaan dan pengawasan
5 /p
2 /0
66. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang 0 2
untuk perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu sesuai
Direktorat Pelayanan
Kesehatan
BPJS Kesehatan,
Kemkominfo,
2022

Rekam Medis / 2
dengan standar serta kebutuhan kesehatan
m
pasien, perlu dilakukan penyelenggaraan rekam
o
digital dalam .c
medis. Seiring dengan perkembangan teknologi
a masyarakat mengakibatkan

a n
transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan

ly
sehingga rekam medis perlu diselenggarakan
u
secara elektronik dengan prinsip keamanan dan

a m
kerahasiaan data dan informasi.

a i n Selain itu R.Permenkes ini juga untuk

w . melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3), UU

ww
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
dan Pasal 72 Undang-Undang No. 36 Tahun

: / / 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 573 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Substansi yang diatur meliputi:
-t e
a. penyelenggaraan rekam medis 2 2
b. rekam medis elektronik
- 2 0
c. jangka waktu penyimpanan
u n
d. pembinaan dan pengawasan
t a h
3 -
- 1
67. Regulasi yang mendukung Pembentukan regulasi ditujukan untuk Direktorat Jenderalm or
Kementerian Dalam 2022-2024
peningkatan akses dan peningkatan akses dan mutu pelayanan
n o
Pelayanan Kesehatan
- Negeri, Kementerian
mutu
kesehatan
pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat
e s
Direktorat Jenderal
Komunikasi
Informatika,
dan
pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat k
Kesehatan Masyarakat
n Kementerian Desa, PDT
lanjutan, sehingga terjadi keadilan dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan, baik antar
m e dan Transmigrasi,

er
Kemendikbudristek
wilayah, antar kelas sosial ekonomi, dan antara
penduduk desa dan kota
5 /p
68. Regulasi yang mendorong
peningkatan ketahanan
Dibutuhkan dukungan regulasi yang dapat
memperkuat ketahanan dan mempercepat
2 /0 Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat
Kementerian
Perindustrian,
2022-2024

dan kemandirian
0 2
kemandirian kefarmasian dan alat kesehatan Kesehatan Kemenristek Dikti,
kefarmasian dan alat
/ 2
mengingat masih tingginya impor penggunaan Kemenkumham,
kesehatan
o m
produk maupun bahan baku produk di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan.
Setkab, BRIN, BPOM,
dan LKPP

a .c
Kebutuhan regulasi antara lain mencakup,
a n
namun tidak terbatas pada:

u ly
a. pengaturan mengenai ketahanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan
a m
b. rencana aksi pengembangan industri farmasi

a i n dan alat kesehatan

w . c. upaya peningkatan penggunaan


pemanfaatan bahan baku obat, obat
dan

ww
tradisional (fitofarmaka), dan alat kesehatan

: / / dalam negeri

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 574 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
d. kebijakan dalam rangka mendukung
-t e
pelaksanaan TKDN di bidang kefarmasian
dan alat kesehatan 2 2
e. pemenuhan kebutuhan vaksin produksi
- 2 0
dalam negeri
u n
69. Regulasi yang mendorong
peningkatan akses dan
Dibutuhkan dukungan regulasi yang dapat
meningkatkan akses masyarakat terhadap
Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat
t a h
Kementerian Hukum
dan HAM, Setkab, dan
2022-2024

mutu kefarmasian dan alat sediaan farmasi dan alat kesehatan yang aman, Kesehatan
3 -BPOM
kesehatan berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan
- 1
terjangkau, serta meningkatkan mutu sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
m or
Kebutuhan regulasi antara lain mencakup,
- n o
namun tidak terbatas pada:
e s
a. kebijakan yang mendukung akses terhadap
n k
obat sesuai formularium nasional di Rumah
Sakit
m e
b. kebijakan terkait peningkatan mutu dan
keamanan sediaan farmasi dan
/p er
alat
kesehatan
/0 5
c. Pengembangan formularium nasional sebagai
2 2
acuan dalam penggunaan obat sebagai

/ 2 0
kendali mutu dan kendali biaya pada
pelayanan kesehatan dalam sistem Jaminan
Kesehatan Nasional
o m
70. Regulasi yang mendorong
a .c
d. Kebijakan terkait formularium fitofarmaka
Adanya kebutuhan kebijakan yang dapat Direktorat Jenderal Kementerian Hukum 2022-2024
pengembangan bahan
a n
meningkatkan pelaksanaan pengembangan Kefarmasian dan Alat dan HAM, Setkab,
baku dan produk di bidang
kefarmasian dan alat u ly
bahan baku dan produk di bidang kefarmasian
dan alat kesehatan, ilmu pengetahuan dan
Kesehatan Kementerian
Perindustrian,
kesehatan
a m
teknologi serta pemenuhan kebutuhan Kemenristek Dikti,

a i n pelayanan kesehatan. Kementerian Agama,


Kementerian

w . Kebutuhan regulasi antara lain mencakup,


namun tidak terbatas pada:
Investasi/BKPM, BRIN,
BPOM, dan BPJPH

: / / ww a. Percepatan pengembangan, hilirisasi riset,


dan pemanfaatan hasil riset bahan baku,

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 575 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
obat, obat tradisional (fitofarmaka), dan alat
-t e
kesehatan
b. kebijakan Roadmap vaksin halal 22
c. kebijakan terkait uji klinik alat kesehatan
- 2 0
d. kebijakan peningkatan dan perluasan
investasi melalui kerja sama antara industri
u n
farmasi dan alat kesehatan dalam negeri
t a h
dengan mitra global
3 -
71. Regulasi terkait Dibutuhkan dukungan regulasi yang dapat Direktorat Jenderal
- 1
Kementerian Hukum 2022-2024

or
perencanaan, pengadaan, mendukung pelaksanaan perencanaan, Kefarmasian dan Alat dan HAM, Setkab,
dan pendistribusian Pengadaan, dan Pendistribusian Sediaan Kesehatan LKPP, dan BPOM
sediaan farmasi dan alat Farmasi dan Alat Kesehatan secara efektif dan
o m
kesehatan efisien.
s - n
Kebutuhan regulasi antara lain mencakup,
k e
namun tidak terbatas pada:
a. Kebijakan mengenai rencana kebutuhan obat e n
dan alat kesehatan
b. Kebijakan mengenai pasar obat dan alat erm
kesehatan
5 /p
72. Regulasi terkait
pengembangan kebijakan
2 /0
Disparitas pelayanan kesehatan karena kondisi
geografis sehingga dibutuhkan regulasi untuk
Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
Kementerian
Negeri,
Dalam
Kementerian
2022-2023

khusus untuk pelayanan


0 2
meningkatkan akses pelayanan kesehatan
Direktorat Jenderal
Kominikasi dan
kesehatan di daerah
terpencil, sangat terpencil / 2
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (telemedicine, sistem rujukan
Tenaga Kesehatan
Informatika,
Kementerian Desa, PDT
dan daerah dengan
o m
terintegrasi, rekam medis elektronik), artificial Direktorat Jenderal dan Transmigrasi,
karakteristik
tertentu
geografis
(kepulauan)
n a.c
intelegence, pelayanan kesehatan bergerak,
kebijakan untuk mendayagunakan tenaga
Kesehatan Masyarakat Kemenristek Dikti

termasuk sistem rujukan,


pola pembiayaan, dan
ly a
kesehatan pada daerah terpencil, sangat
terpencil dan daerah dengan karakteristik
kelembagaan. u
geografis tertentu (kepulauan), dan strategi
m
i n apelayanan kesehatan yang melibatkan lintas
sektor terkait untuk mendukung infrastruktur
. a dan akses lainnya.

ww
73.
:
Kesehatan/ / w
Revisi Peraturan Menteri RPermenkes disusun dalam rangka:
Nomor 39 a. Mengakomodir rekomendasi LHP BPK agar
Biro Keuangan dan
Barang Milik Negara
Kementerian
Keuangan, BPK, Itjen
2022-2023

tp s
tentang Pedoman meremelakukan revisi atas Permenkes Nomor dan unit teknis lainnya

h t
jdih.kemkes.go.id
- 576 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Akuntansi dan 39 tentang Pedoman Akuntansi dan di lingkungan
-t e
Penyusunan
Keuangan
Laporan
Kementerian
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan 2 2
Kesehatan b. Penyesuaian terhadap peraturan perundang-
- 2 0
undangan terbaru mengenai Penyusunan
LKKL yaitu PMK Nomor 234 Tahun 2020
u n
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
t a h
c.
Pusat
Menjamin kualitas Laporan Keuangan 3 -
- 1
or
Kementerian Kesehatan agar sesuai dengan
Sistem Pengendalian Intern yang memadai
dan Standar Akuntansi Pemerintah
o m
74. Revisi Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 15
• UU No 8 th 2019 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah.
s - n
Pusat Kesehatan Haji •

Kemenag
Dit. Kesjaor
2022

Tahun 2016 tentang • RPP tentang Koordinasi Penyelenggaraan


k e • Ditjen P2P
Istithaah

Ibadah Haji
Perubahan Substansi Tahapan Pemeriksaan e n •

Dinkes Provinsi
Dinkes Kab/Kota
kesehatan haji khususnya pemeriksaan
erm

tahap pertama.

5 /p
Pembinaan kesehatan jemaah menyesuaikan

bersifat global
2 /0
situasi perkembangan penyakit menular yang

75. Revisi Peraturan Menteri •


0 2
UU No 8 th 2019 tentang Penyelenggaraan Pusat Kesehatan Haji • Kemenag 2022
Kesehatan Nomor 62
/ 2
Ibadah Haji dan Umrah. • Ditjen P2P
Tahun 2016
Penyelenggaraan
tentang •
m
RPP tentang Koordinasi Penyelenggaraan
o • Ditjen Kesmas
Kesehatan Haji
Ibadah Haji

a .c •

Dinkes Provinsi
Dinkes Kab/Kota
n
Akan difokuskan untuk penyelenggaraan
a
76. Revisi Peraturan Menteri • u ly
kesehatan haji di Indonesia
UU No 8 th 2019 tentang Penyelenggaraan Pusat Kesehatan Haji • Kemenag 2022-2023
Kesehatan Nomor 3 Tahun

i n
2018 tentang Rekrutmen • am Ibadah Haji dan Umrah.
System Rekrutmen dimana adanya Aplikasi
• Dinkes Provinsi
• Dinkes Kab/Kota
. a
Panitia Penyelenggaraan Daftarin, terkait Juknis online petugas

ww
Ibadah Haji Arab Saudi
Bidang Kesehatan, Tim •
kesehatan haji.
Penyamaan persepsi terkait disusunnya SK

: / / w
Kesehatan Haji Indonesia,
Dan Tenaga Pendukung
Tim Rekrutmen dimana diharapkan
ditetapkan oleh Kepala Pusat Kesehatan Haji.

tps
Kesehatan Dalam

ht
jdih.kemkes.go.id
- 577 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Penyelenggaraan
-t e
Kesehatan Haji
22
77. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
1. Rancangan Permenkes merupakan
Kebijakan manajemen satu data yang
Pusat Data dan
Teknologi Informasi
Bappenas,
BPOM,
BKKBN,
- 2
BPJS
0 2021-2022

Penyelenggaraan Satu disusun untuk mendukung pelaksanaan Kesehatan,


u nBPS,
Data Bidang Kesehatan
Melalui Sistem Informasi
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi serta
mendukung penguatan Satu Data bidang
Kemkominfo,
t
Kemendagri,a h
Kesehatan Kesehatan melalui sistem informasi
3 -
Sekretariat Satu Data
kesehatan
- 1
Indonesia, Seluruh unit
2. Substansi pengaturan meliputi:
a. Data Kesehatan
mor di Kemenkes termasuk
UPT, Dinkes,
b. informasi Kesehatan
c. indikator Kesehatan,
- n o Fasyankes

d. Penyelenggara satu data Kesehatan


e s
e. Penyelenggaraan satu data Kesehatan
n k
m e
78. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
1. Kebijakan arsitektur SPBE dan rencana
SPBE (Penerapan TIK) di Kemenkes
/p er Pusat Data dan
Teknologi Informasi
KemenpanRB, BSSN,
Kemkominfo, K/L
2022-2023

Penerapan
Pemerintahan
Sistem
Berbasis
2. Merupakan pendukung

/0 5
penerapan
transformasi digital di sektor Kesehatan
terkait,
seluruh
DTO
unit
dan
di
Elektronik Untuk
2 2
3. Lingkup pengaturan SPBE mencakup: Kemenkes termasuk
Mendukung
Transformasi
Strategi
Digital
b. layanan
/ 2 0
a. sistem manajemen internal;
administrasi
berbasis elektronik;
pemerintahan
UPT,
Fasyankes
Dinkes,

Kesehatan
o m
c. layanan publik berbasis elektronik;
.c
d. layanan interoperabilitas
a
e. menjadi
a n dasar hukum dalam
pengembangan platform IHS (Indonesia

u ly
Health Services) yang berdasar pada 6
prinsip, yaitu:
a m
a i n 1) Platform Berbasis Layanan dan

w . 2)
Proses Bisnis
Standarisasi Arsitektur dan

ww
Spesifikasi

: / / 3) Kolaborasi Ekosistem
Industri Kesehatan
Pelaku

tp s 4) Open API Berbasis Microservices

h t
jdih.kemkes.go.id
- 578 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
5) Kepatuhan melalui Keterpaduan
-t e
6) Manfaat Imbal Balik melalui
Kemudahan Layanan dan Informasi 2 2
Terintegrasi
- 2 0
u n
79. Rancangan Peraturan 1. Rancangan Permenkes disusun untuk Pusat Data dan
t
Kemkominfo,a h BSSN, 2022-2023
Menteri Kesehatan tentang mendukung terciptanya ekosistem digital di Teknologi Informasi
3
BRIN, - Universitas,
Inovasi Pelayanan bidang kesehatan melalui regulatory
- 1
seluruh unit utama di
Kesehatan Digital sandbox dan pelaksanaan pengawasan
inovasi pelayanan kesehatan digital yang
m orlingkungan Kemenkes,
Fasyankes, pelaku

2.
saat ini tersebar di masyarakat
Materi utama yang diatur terkait mekanisme
- n o industri di bidang
kesehatan (start up).
pendaftaran dan pengawasan inovasi
e s
pelayanan Kesehatan dari sisi teknologi.
n k
3. Tim/Pokja yang melakukan pengawasan,
penyelenggara inovasi pelayanan Kesehatan
m e
yang wajib mengikuti mendaftar dan
diawasi.
/per
/0 5
1.
2
Merupakan turunan dari UU Nomor 43 Biro Umum ANRI 2022 - 2023

/ 2 02
Tahun 2009 tentang Kearsipan, PP Nomor 28

om
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-

.c
undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang
a
Rancangan Peraturan
n
Kearsipan, dan Peraturan Kepala Arsip

lya
Menteri Kesehatan tentang
80. Nasional RI Nomor 06 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Kearsipan di
Lingkungan Kemenkes
m u Pedoman Perlindungan, Pengamanan dan

i n a Penyelamatan Dokumen / Arsip Vital Negara.

. a 2. Merupakan simplifikasi dari beberapa

ww peraturan terkait kearsipan di lingkungan

: / / w Kementerian Kesehatan, antara lain:

tp s
h t
jdih.kemkes.go.id
- 579 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
a. Permenkes 21/2018 tentang Pedoman
-t e
Tata Kearsipan Dinamis di Lingkungan
2 2
Kementerian Kesehatan;
- 2 0
b. Permenkes 14/2017 tentang Tata
u n
Naskah Dinas di Lingkungan
t a h
Kementerian Kesehatan;
3 -
- 1
or
c. Permenkes 77/2016 Tentang Sistem
Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip;
o m
d. Kepmenkes Nomor

s - n
HK.01.07/Menkes/175/2018 Tentang
k e
Jadwal Retensi Arsip;
e n
e. Kepmenkes
HK.02.02/Menkes/377/2016
Nomor
Tentangerm
5
Pola Klasifikasi Arsip dan Kode Unit/p
Pengolah.
2 /0
3.
0 2
Pedoman tata kearsipan dinamis merupakan
acuan dalam / 2
penyelengaraan kearsipan

o m
a.c
dinamis, dimulai dari penciptaan,
penggunaan, pemeliharaan sampai

ly an
penyusutan sesuai dengan pedoman ANRI

m u
yang disesuaikan dengan organisasi

i n a kementerian Kesehatan.

w.a 4. Dengan adanya perubahan kebijakan dalam


kearsipan dari ANRI maupun dalam OTK

w w Kementerian serta perlunya penyempurnaan

: / /
tp s materi kearsipan terkait arsip terjaga, alih

h t
jdih.kemkes.go.id
- 580 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
media dan arsip elektronik, pengawasan
-t e
kearsipan serta penambahan informasi
2 2
sesuai situasi penyesuaian dalam Tata
- 2 0
Naskah Dinas (TND), unit pengolah, sampai
u n
kewenangan yang berubah, serta adanya
t a h
perubahan kearsipan dan adanya
3 -
- 1
or
transformasi digital dalam kearsipan.
5. Selain itu, dalam rancangan peraturan juga
o m
terdapat penjelasan mengenai pengawasan

s - n
kearsipan internal yang dilakukan dengan
k e
menggunakan instrumen Audit Sistem
e n
Kearsipan Eksternal (ASKE) dan Audit Sistem
Kearsipan Internal (ASKI) yang digunakan erm
sebagai alat ukur standar
5 /p
pengelolaan
kearsipan/ penyelenggaraan kearsipan.
2/0
6.
0 2
Substansi yang akan diatur meliputi:
a. / 2
Penyelenggaraan kearsipan;

o m
b.
c. a .c
Pengurusan surat;
Pemberkasan arsip aktif;
a n
u
d.
l
e.
y Penataan arsip inaktif;
Program arsip vital;

i n am f. Penyusutan Arsip;

. a g. Pengawasan Kearsipan;

ww h. Pengelolaan Arsip Terjaga;

: / / w i. Alih media Arsip dan watermark pada

tp s hasil digitalisasi arsip;

h t
jdih.kemkes.go.id
- 581 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
j. Pengelolaan Arsip Elektronik;
-t e
k. Pengelolaan Arsip Audio Visual
22
l. Pembinaan Kearsipan
- 2 0
81. Regulasi yang mendukung program transformasi Pusat Krisis Kesehatan BNPB, Kemensos n 2021-2022
Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
kesehatan melalui upaya penguatan ketahanan
kesehatan (health security) dibutuhkan untuk
t ahu
Setjen, Ditjen Yankes,
Pengelolaan Krisis Peningkatan kualitas pelayanan dan
3 -
Ditjen P2P, Ditjen
Kesehatan pelindungan kesehatan kepada masyarakat
khususnya dalam menghadapi bencana. r- 1
Kesmas,
Farmalkes,
Ditjen

Pengelolaan krisis kesehatan perlu manajemen


m o Litbangkes
BPPSDMK
dan
secara keseluruhan, mulai tahap pra krisis,
darurat krisis, dan pasca krisis kesehatan.
- n o
e s
82. Rancangan Peraturan Program kegiatan DAK Bidang Kesehatan akan
n k
Biro Perencanaan dan Bappenas, 2020-2024
Menteri Kesehatan tentang membantu mewujudkan Sumber Daya Manusia
m eAnggaran Kementerian
Petunjuk Tenis
Penggunaan Dana Alokasi
(SDM) yang berkualitas, terutama membangun
SDM yang sehat melalui:
/p er Keuangan,
Kementerian Dalam
Khusus Non Fisik Bidang
Kesehatan
1.
2. /0
Peningkatan efektifitas program JKN
5
Upaya peningkatan promotive dan preventif
Negeri, dan unit teknis
terkait di lingkungan
3.
2 2
Penguatan kebijakan afirmasi kepada
Kemenkes

/ 2 0
daerah tertinggal, terluar dan terpencil
untuk mengejar ketertinggalan kuantitas
m
dan kualitas layanan publik
o
4.
.c
Penguatan integrated program based
a
transfer yang terintegrasi antar berbagai

a n
jenis transfer dan belanja K/L, utamanya

u ly
untuk pengentasan stunting, program
lndonesia, bersih dan sehat, peningkatan

a m ekonomi kreatif

a i n 5. Pengalokasian dan pengaturan TKDD yang


mendorong kinerja belanja daerah secara

w . efektif dan efisien, memegang prinsip value


for money dan sinergi antar belania pusat

: / / ww dan daerah, pengurangan kesenjangan


layanan publik dasar antar daerah

tps
sinkronisasi perencanaan DAK

ht
jdih.kemkes.go.id
- 582 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
6. Pengalokasian dengan berbasis data dan
-t e
biaya satuan yang
kebutuhan riil daerah.
mencerminkan
22
7. Berorientasi untuk meningkatkan kinerja
- 2 0
dan pencapaian output
8. Perlu melakukan revisi Peraturan Menteri
u n
Kesehatan Petunjuk Operasional DAK Non
t a h
fisik setiap tahunnya disesuaikan dengan
kebijakan strategis program kesehatan; 3 -
- 1
or
serta memberikan panduan bagi
pemerintah daerah dalam melaksanakan
DAK Non fisik Bidang Kesehatan
om
Dasar hukum : UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU Nomor 25 Tahun
s - n
2004 tentang Sistem Perencanaan
k e
Pembangunan, UU Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara e n
Pemerintah Pusat Dan Daerah, UU Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU erm
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, PP
5 /p
Nomor 55 Tahun 2005
/0
tentang Dana
2
Perimbangan, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
2
Pengelolaan Keuangan Daerah, PP Nomor 17
0
Tahun 2017
2
tentang Sinkronisasi Proses
/
Perencanaan dan Penganggaran dan Permenkeu

o m
Nomor 50 Tahun 2017 tentang Dana Transfer
Daerah dan Desa.
a .c
83. Rancangan Peraturan n
Program kegiatan DAK akan membantu Biro Perencanaan dan Bappenas, 2020-2024
Menteri Kesehatan tentang
Petunjuk Operasional
u lya
mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas:
Anggaran Kementerian
Keuangan,
Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Fisik Bidang a m
1. Terutama membangun SDM yang sehat
Kementerian Dalam
Negeri, dan unit teknis

ain
dalam upaya peningkatan promotif dan
Kesehatan terkait di lingkungan

w . 2.
preventif
Peningkatan efektifitas program JKN
Kemenkes

ww
3. Penguatan kebijakan afirmasi kepada daerah

: / / tertinggal, terluar dan terpencil untuk


mengejar ketertinggalan kuantitas dan

ht tps kualitas layanan publik

jdih.kemkes.go.id
- 583 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
4. Penguatan integrasi program based transfer
-t e
yang terintegrasi antar berbagai jenis
transfer dan belanja KL, utamanya untuk 2 2
Pengentasan stunting, program lndonesia,
- 2 0
bersih dan sehat, peningkatan ekonomi
kreatif
u n
5. Pengalokaslan dan pengaturan TKDD yang
t a h
mendorong kinerja belanja Daerah secara
efektif dan efisien, memegang prinsip value 3 -
- 1
or
for money dan sinergi antar belanja pusat
dan daerah dan pengurangan kesenjangan
layanan publik dasar antar daerah
o m
sinkronisasi perencanaan DAK
6. Pengalokasian dengan berbasis data dan
s - n
biaya satuan yang mencerminkan
k e
kebutuhan riil daerah.
7. Berorientasi untuk meningkatkan kinerja e n
dan pencapaian output
8. Perlu melakukan revisi Peraturan Menteri erm
/p
Kesehatan Petunjuk Operasional DAK fisik
5
setiap tahunnya
/0
disesuaikan
2
dengan
kebijakan strategis program kesehatan; serta
2
memberikan panduan bagi pemerintah
0
Bidang Kesehatan / 2
daerah dalam melaksanakan DAK Fisik

o m
Dasar hukum : UU Nomor 17 Tahun 2003

2004 .c
tentang Keuangan Negara, UU Nomor 25 Tahun
a
tentang Sistem Perencanaan
a n
Pembangunan, UU Nomor 33 Tahun 2004
tentang
u ly Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat Dan Daerah, UU Nomor 23
antara

a m
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU

a i n Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, PP

w . Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang

ww
Pengelolaan Keuangan Daerah, PP Nomor 17
Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses

: / / Perencanaan dan Penganggaran dan Permenkeu

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 584 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Nomor 50 Tahun 2017 tentang Dana Transfer
-t e
Daerah dan Desa.
22
84. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Biro Perencanaan dan
Anggaran
Bappenas,
Kementerian - 2 0 2020-2024

Pedoman Penggunaan Sistem Perencanaan Pembangunan, UU Nomor Keuangan,


u n
Dana Dekonsentrasi 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Kementerian
t a h Dalam
Kementerian Kesehatan antara Pemerintah Pusat Dan Daerah, UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, -
Negeri, dan unit teknis
3
terkait di lingkungan
- 1
or
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, PP Kemenkes
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan, PP Nomor 17 Tahun 2017
om
tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan
Penganggaran dan Permenkeu Nomor
s - n
156/PMK.07/2008 tentang Pedoman
k e
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana
Tugas Pembantuan e n
85. Revisi Peraturan Menteri Prioritas program kesehatan RPJMN dan Renstra
erm Biro Perencanaan dan Bappenas, 2022-2024
Kesehatan
Tahun
Nomor
2017
48
tentang
Kemenkes
tergantung
kinerja
pada
indikatornya
kinerja daerah
5 /p
sangat
dalam
Anggaran Kementerian
Keuangan,
Pedoman Perencanaan
/0
melaksanakan program kesehatan. Keterbatasan
2 Kementerian Dalam
dan Penganggaran Bidang
Kesehatan
0 2
rentang kendali dan sumberdaya Kemenkes
untuk melaksanakan pembinaan teknis bidang
Negeri, dan unit teknis
terkait di lingkungan
/ 2
kesehatan kepada seluruh wilayah Indonesia. Kemenkes
m
Perlu penguatan Dinas Kesehatan Provinsi
o
a .c
perangkat Gubernur wakil pemerintah pusat
(wakil Kemenkes) dalam bimwasdal program
n
kesehatan kab/kota dalam wilayah provinsi.
a
u ly
Sehingga perlu melakukan revisi Permenkes 48
Tahun 2017 tentang Pedoman Perencanaan dan

a m
Penganggaran
mengintegrasikan
Bidang Kesehatan,
fungsi
dengan
perencanaan,

a i n penganggaran, pembinaan, pengawasan,

w . pengendalian, monitoring, pengendalian dan


evaluasi kinerja anggaran dalam satu regulasi

: / / ww guna optimalitas tata kelola pembangunan


kesehatan 2020-2024. Merujuk UU Nomor 25

tps
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 585 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
Pembangunan Nasional, UU Nomor 23 Tahun
-t e
2014 tentang pemerintah daerah, PP Nomor 33
Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Tugas dan 2 2
Wewenang GWPP.
- 2 0
u n
t a h
3 -
- 1
m or
86. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
Pencapaian target prioritas program Kesehatan
yang telah ditetapkan RPJMN sangat tergantung Anggaran
- n o
Biro Perencanaan dan Kementerian
Negeri, Bappenas
Dalam 2022-2023

Petunjuk Teknis pada pelaksanaan program Kesehatan di daerah.


e s
Penyusunan Rencana Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan selaku
n k
Kerja Dinas Kesehatan kementerian teknis yang bertanggung jawab
terhadap pencapaian target pembangunan
m e
nasional bidang kesehatan tersebut perlu

/p
melakukan penguatan dinas kesehatan dalam er
/0 5
melakukan penyusunan rencana kerja dan
anggaran, sehingga rencana kerja yang disusun
2
sesuai atau menjawab permasalahan Kesehatan
2
di daerah.
/ 2 0
Kemendagri telah menetapkan Permendagri

o m
nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara

a .c
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
a n
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
ly
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan
u
Rencana Pembangunan Jangka Menengah

a m
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana

a i n Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana

w . Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan


Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Di dalam

ww
Permendagri tersebut telah mengatur
sistematika penyusunan rencana kerja, namun

: / / masih bersifat umum. Kementerian Kesehatan

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 586 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
perlu membuat petunjuk teknis untuk
-t e
penyusunan rencana kerja bidang kesehatan.
2 2
87. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
1. Rancangan Permenkes disusun untuk
menyesuaikan dengan perubahan
Biro Organisasi dan
Sumber Daya Manusia
KemenpanRB, BKN
- 2 0 2022-2023

Sistem Manajemen Kinerja pengaturan Penilaian Kinerja PNS yang


u n
bagi Pegawai
Lingkungan Kemenkes.
di sebelumnya diatur dengan PP Nomor 46
Tahun 2011 diubah dengan PP No. 30 Tahun
t a h
2019
3 -
2. Urgensi perubahan:
- 1
a. konsep penilaian PNS dari Penilaian
Prestasi Kerja PNS menjadi Kinerja PNS
m or
b. penilaian kinerja dilakukan dalam
Sistem Manajemen Kinerja PNS
- n o
c. penyusunan SKP yang semula
e s
didasarkan pada rencana kerja tahunan
n k
instansi
perencanaan
menjadi
strategis
berdasarkan
Instansi
m e
Pemerintah, Perjanjian
Organisasi dan Tata Kerja, Uraian er
Kinerja,
/p
/0 5
Jabatan dan/atau SKP Atasan Langsung
d. aspek perilaku kerja yang semula terdiri
2 2
atas Orientasi Pelayanan, Integritas,

Kepemimpinan / 0
Komitmen, Disiplin, Kerja sama dan
2 menjadi Orientasi
m
Pelayanan, Komitmen, Inisiatif Kerja,
o
a .c
Kerja sama dan Kepemimpinan
e. perubahan cara penilaian

a n
f. menindaklanjuti PerMenPAN Nomor 6

u lyTahun 2022
g. Permenkes 1 Tahun 2019 sudah tidak

a m relevan dengan kondisi peraturan saat

a i n ini seperti belum adanya pengaturan


mengenai penilaian kinerja PPPK

88. Rancangan w .Peraturan 2. RPermenkes disusun dalam rangka Biro Komunikasi Kemkominfo, BNPB, 2023

: /
Pedoman/ ww
Menteri Kesehatan tentang
Komunikasi
Mendukung transformasi Kesehatan Pilar
ketahanan Kesehatan.
dan Pelayanan
Masyarakat

tps
Risiko Bidang Kesehatan

ht
jdih.kemkes.go.id
- 587 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
3. RPermenkes mengatur mengenai Prinsip,
-t e
Manajemen, Perencanaan strategi,
pendekatan, rencana implementasi, dan 22
monitoring dan evaluasi Komunikasi risiko
- 2 0
bidang kesehatan
u n
89. Rancangan Peraturan Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18 Biro Organisasi dan Sekretariat
t a h Ditjen 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan Sumber Daya Yankes
3 -
Klasifikasi Rumah Sakit Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 Manusia
- 1
Asdep Kelembagaan

or
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian dan Tata Laksana
Kesehatan Pasal 267 dan 268 yang Bidang Kesejahteraan
mengamanatkan pembentukan UPT dalam
o m Rakyat Kementerian
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis
Kementerian. Penataan UPT RS ditujukan
s - n PAN dan RB
Deputi SDM Aparatur
untuk mempercepat pengembangan layanan RS
k e Kementerian PAN dan
sebagai pusat unggulan sekaligus wahana
pendidikan bidang kesehatan. e n RB
Kementerian Keuangan
90. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18
Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan ermBiro Organisasi dan
Sumber Daya
Sekretariat
Yankes
Ditjen 2022-2024

Organisasi dan Tata Kerja Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022
5 /p Manusia Asdep Kelembagaan
Rumah Sakit
Kesehatan Pasal 267 dan
2 /0
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
268 yang
dan Tata Laksana
Bidang Kesejahteraan

0 2
mengamanatkan pembentukan UPT dalam Rakyat Kementerian

/ 2
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis
Kementerian. Penataan UPT RS ditujukan untuk
PAN dan
Deputi SDM Aparatur
RB

o m
mempercepat pengembangan layanan RS sebagai Kementerian PAN dan

a .c
pusat unggulan sekaligus wahana pendidikan RB

an
bidang kesehatan. Kementerian Keuangan

91. Rancangan Peraturan


Menteri Kesehatan tentang u ly
Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18
Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan
Biro Organisasi dan
Sumber Daya
Sekretariat Ditjen P2P
Sekretariat Ditjen
2022-2024

Klasifikasi Balai
a m
Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 Manusia Yankes
Laboratorium Kesehatan
a i n tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sekretariat BKPK

w . Kesehatan Pasal 267 dan


mengamanatkan pembentukan UPT dalam
268 yang Asdep
dan
Kelembagaan
Tata Laksana

ww
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis Bidang Kesejahteraan
Kementerian. Rakyat Kementerian
: / / Penataan UPT Bidang Labkesmas PAN dan RB

ht tps mengintegrasikan UPT laboratorium, termasuk

jdih.kemkes.go.id
- 588 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
UPT eks Badan Litbangkes untuk memperkuat
-t e
sistem ketahanan kesehatan pada aspek real
time surveilans berbasis laboratorium 22
- 2 0
92. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang
Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18
Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan
Biro Organisasi dan
Sumber Daya Sekretariat
u n
Sekretariat Ditjen P2P
Ditjen
2022-2024

Organisasi dan Tata Kerja Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 Manusia Yankes
t a h
Balai Laboratorium tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
-
Sekretariat
3 BKPK
Kesehatan Kesehatan Pasal 267 dan 268 yang
- 1
Asdep Kelembagaan

or
mengamanatkan pembentukan UPT dalam dan Tata Laksana
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis Bidang Kesejahteraan
Kementerian.
o m Rakyat Kementerian
Penataan UPT Bidang Labkesmas
mengintegrasikan UPT laboratorium, termasuk
s - n PAN dan RB

UPT eks Badan Litbangkes untuk memperkuat


k e
sistem ketahanan kesehatan pada aspek real
time surveilans berbasis laboratorium e n
93. Rancangan Peraturan Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18 erm Biro Organisasi dan Sekretariat Ditjen 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang
Organisasi dan Tata Kerja
Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan

/0
Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 5/p Sumber Daya
Manusia
Kesmas
Sekretariat BKPK
Balai
Kesehatan
Laboratorium
Klasifikasi Kesehatan Pasal 267 2
dan 2
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
268 yang
Asdep
dan
Kelembagaan
Tata Laksana
Balai
Masyarakat
Kesehatan
/ 20
mengamanatkan pembentukan UPT dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis
Bidang Kesejahteraan
Rakyat Kementerian
Kementerian.
.c om
Penataan UPT Bidang Kesehatan Masyarakat
PAN dan RB

n a
mengintegrasikan UPT yang memberikan

ly a
layanan UKM, termasuk didalamnya kesehatan
tradisional dan kesehatan olahraga.
u
Dengan penataan, diharapkan UPT menjadi
m
i n a pusat rujukan kesehatan masyarakat, termasuk
rujukan kesehatan tradisional yang
. a diselenggarakan oleh fasyankes dan UKBM.
w Selain itu, dengan penguatan upaya kesehatan

ww
tradisional diharapkan mempercepat ketahanan
kefarmasian dalam negeri dengan penggunaan
: / / fitofarmaka

ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 589 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
94. Rancangan Peraturan Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18 Biro Organisasi dan Sekretariat Ditjen
-t e 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang
tentang Organisasi dan
Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan
Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022
Sumber Daya
Manusia
Kesmas
Sekretariat BKPK 2 2
Tata Kerja Balai tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Asdep Kelembagaan
- 2 0
Kesehatan Masyarakat Kesehatan Pasal 267 dan
mengamanatkan pembentukan UPT dalam
268 yang dan Tata
n
Laksana
u
Bidang Kesejahteraan
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis Rakyat
t a h
Kementerian
Kementerian.
Penataan UPT Bidang Kesehatan Masyarakat
-
PAN dan RB
3
- 1
or
mengintegrasikan UPT yang memberikan
layanan UKM, termasuk didalamnya kesehatan
tradisional dan kesehatan olahraga.
o m
Dengan penataan, diharapkan UPT menjadi
pusat rujukan kesehatan masyarakat, termasuk
s - n
rujukan kesehatan tradisional yang
k e
diselenggarakan oleh fasyankes dan UKBM.
Selain itu, dengan penguatan upaya kesehatan e n
tradisional diharapkan mempercepat ketahanan
kefarmasian dalam negeri dengan penggunaan erm
fitofarmaka
5 /p
/0
22
95. Rancangan Peraturan Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18 Biro Organisasi dan Sekretariat Ditjen 2022-2024
Menteri Kesehatan tentang Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan Sumber Daya Nakes
Organisasi dan Tata Kerja
Politeknik Kesehatan / 20
Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Manusia Asdep
dan
Kelembagaan
Tata Laksana
Kesehatan Pasal
.c om267 dan
mengamanatkan pembentukan UPT dalam
268 yang Bidang Kesejahteraan
Rakyat Kementerian

n a
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis PAN dan RB

ly a
Kementerian.
Penataan UPT Poltekkes memperkuat fungsi
u
pengelolaan tenaga kesehatan cadangan sebagai
m
i n a antisipasi terhadap situasi khusus seperti
pandemi

. a
96. Rancangan
w Peraturan Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18 Biro Organisasi dan Sekretariat Ditjen 2022-2024

ww
Menteri Kesehatan tentang Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan Sumber Daya Nakes
Organisasi dan Tata Kerja Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 Manusia Asdep Kelembagaan
: / /
Balai Pelatihan Kesehatan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian dan Tata Laksana

ht tps Kesehatan Pasal 267 dan 268 yang Bidang Kesejahteraan

jdih.kemkes.go.id
- 590 -

m l
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h t
Target Penyelesaian
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
mengamanatkan pembentukan UPT dalam Rakyat Kementerian
-t e
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis
Kementerian.
PAN dan RB
2 2
Penataan UPT Bidang Pelatihan Kesehatan
- 2 0
memperluas fungsi terkait penilaian kompetensi
dan potensi, penyelenggaraan peningkatan
u n
kompetensi SDM kesehatan
t a h
3 -
97. Rancangan Peraturan Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18 Biro Organisasi dan
- 1
Sekretariat Ditjen 2022-2024

or
Menteri Kesehatan tentang Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan Sumber Daya Yankes
Klasifikasi Balai Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 Manusia Asdep Kelembagaan
Pengamanan Fasilitas tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
o m dan Tata Laksana
Kesehatan Kesehatan Pasal 267 dan
mengamanatkan pembentukan UPT dalam
268 yang
s - n Bidang Kesejahteraan
Rakyat Kementerian
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis
k e PAN dan RB
Kementerian.
Penataan UPT bidang pengamanan fasilitas e n
kesehatan dilakukan untuk mendukung
penguatan layanan primer dan rujukan, erm
sekaligus memperkuat kemandirian
5 /p alat

alat kesehatan
2 /0
kesehatan dalam negeri melalui fungsi sertifikasi

0 2
98. Rancangan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang / 2
Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18
Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan
Biro Organisasi dan
Sumber Daya
Sekretariat
Yankes
Ditjen 2022-2024

Organisasi dan Tata Kerja


o m
Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 Manusia Asdep Kelembagaan
Balai Pengamanan
a .c
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian dan Tata Laksana
Fasilitas Kesehatan Kesehatan
a n Pasal 267 dan
mengamanatkan pembentukan UPT dalam
268 yang Bidang Kesejahteraan
Rakyat Kementerian

u ly
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis
Kementerian.
PAN dan RB

a m
Penataan UPT bidang pengamanan fasilitas

a i n kesehatan dilakukan untuk mendukung

w . penguatan layanan primer dan rujukan,


sekaligus memperkuat kemandirian alat

ww
kesehatan dalam negeri melalui fungsi sertifikasi
alat kesehatan
: / /
ht tps
jdih.kemkes.go.id
- 591 -

ml
No Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penanggungjawab Unit/Instansi Terkait . h
Target Penyelesaian
t
an/atau Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
n g
Regulasi
n t a
99. Rancangan Peraturan Sebagai pedoman pembayaran tunjangan kinerja Biro Organisasi dan Seluruh Unit kerja
-t e 2022
Menteri Kesehatan tentang
Pemberian Tunjangan
pegawai kantor pusat Sumber Daya
Manusia
Kantor Pusat
Kementerian PANRB 2 2
Kinerja Kementerian
- 2 0
100.
Kesehatan
Rancangan Peraturan Dibentuk berdasarkan amanat Perpres no.18 Biro Organisasi dan
u
Kementerian PANRBn 2022-2023
Menteri Kesehatan tentang Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan Sumber Daya
t a h
Organisasi dan Tata Kerja Pasal 35 dan Permenkes no.5 Tahun 2022 Manusia
3 -
Balai Karantina Kesehatan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Pasal 267 dan 268 yang
r- 1
mengamanatkan pembentukan UPT dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis m o
Kementerian.
- no
Penataan UPK untuk memperkuat fungsi cegah
tangkal terutama di pintu masuk negara e s
sebagaimana amanat UU No 6 Tahun 2018
n k
tentang Karantina Kesehatan dan IHR 2005 e
/p erm
/0 5
2 2
/ 2 0
o m
a .c
a n
u ly
a m
a i n
w .
: / / ww
ht tps
jdih.kemkes.go.id
BAB V
PENUTUP

l
tm
g.h
Renstra Kementerian Kesehatan 2020 – 2024 merupakan perubahan dari

tan
Renstra yang sudah disusun sebelumnya. Renstra ini merupakan dokumen
perencanaan Kementerian Kesehatan untuk periode kerja hingga 2024 yang

n
-te
memuat gagasan dan konsep transformasi kesehatan yang terdiri dari

22
transformasi layanan primer, layanan rujukan, ketahanan kesehatan,

-20
pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan dan teknologi kesehatan.
Renstra Kementerian Kesehatan digunakan sebagai acuan dalam

un
penyusunan rencana kerja dan anggaran serta pengukuran kinerja setiap unit

ah
kerja di dalam lingkungan Kementerian Kesehatan. Kerangka Regulasi dan

3-t
Kerangka Kelembagaan di dalam Renstra ini akan menjadi panduan dalam

r-1
penjabaran transformasi kesehatan pada sistem regulasi dan organisasi
Kementerian Kesehatan hingga 2024. mo
no
es-
e nk

MENTERI KESEHATAN
rm

REPUBLIK INDONESIA,
/pe
/05

ttd.
22

BUDI G. SADIKIN
20
m/
.co
na
lya
mu
na
.ai
ww
//w
ps:
htt

jdih.kemkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai