Anda di halaman 1dari 80

PENEGAKAN HUKUM PERDA KOTA PEKANBARU NO 8 TAHUN 2014

TENTANG PENYEDIAAN WADAH PENAMPUNGAN SAMPAH


SESUAI JENIS SAMPAH PADA DINAS LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEBERSIHAN KOTA PEKANBARU

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Riau

WAHYU RIZKY NASUTION


NIM. 190701172

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU

2023
PERNYATAAN ORIGINALITAS

Nama : Wahyu Rizky Nasution


NIM : 190701172
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : Hukum
Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1)
Jenis Karya : Ilmiah
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi karya tulis ini dengan judul:
Penegakan Hukum Perda Kota Pekanbaru Tentang Penyediaan Wadah
Penampungan Sampah Sesuai Jenis Sampah Pada Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru
Ini merupakan hasil karya sendiri kecuali kutipan (baik secara langsung
maupun tidak langsung), saya ambil dari berbagai sumber dan disebutkan
sumbernya. Secara ilmiah saya bertanggung jawab atas kebenaran dan fakta
skripsi ini

Pekanbaru, 30 Agustus 2021


Saya yang menyatakan,

Wahyu Rizky Nasution


NIM. 190701172
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Kami yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pembimbing I dan Pembimbing
II, dengan ini menyetujui bahwa Skripsi berjudul “Penegakan Hukum Perda Kota
Pekanbaru No 8 Tahun 2014 Tentang Penyediaan Wadah Penampungan Sampah
Sesuai Jenis Sampah pada Dinas Lingkunga Hidup dan Kebersihan Kota
Pekanbaru” yang ditulis oleh:
Nama : Wahyu Rizky Nasution
NIM : 190701172
Program studi : Ilmu Hukum

Diajukan dalam Seminar Hasil pada Program Sarjana (S1) Fakultas Hukum
Universitas Muhamadiyah Riau,

TIM PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II

Aksar, S.H., M.H Miftahur Rachman, Sh.,Mkn


NIDN.1010096801 NIDN.1018029501

KETUA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Umar Dinata, S.H., M.H


NIDN. 1010058704
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI TUGAS AKHIR

Nama : Wahyu Rizky Nasution

NIM : 190701172

Program Studi : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1)

Jenis Karya : Ilmiah

Judul : Penegakan Hukum Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014


Tentang Penyediaan Wadah Penampungan Sampah Sesuai
Jenis Sampah pada Dinas Lingkunga Hidup dan
Kebersihan Kota Pekanbaru

No Nama Dosen Penguji Jabatan Tanda Tangan


1 AKSAR S.H,.M.H Ketua
NIDN. 1010096801
2 RAJA DESRIL, S.H., M.H Penguji 1
NIDN.1015128602
3 UMAR DINATA, S.H., M.H Penguji 2
NIDN. 1010058704

Telah diuji tanggal ………………………2023

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Ilmu Hukum

Umar Dinata, S.H., M.H


NIDN. 1010058704
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
atas setiap rahmat, hidayah dan taufiknya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah menuntun kita semua hingga saat ini dan semoga
kita mendapatkan pertolongannya di Yaumul Mahsyar kelak. Amiin.
Skripsi ini berjudul “Penegakan Hukum Perda Kota Pekanbaru Tentang
Penyediaan Wadah Penampungan Sampah Sesuai Jenis Sampah Pada Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru” yang disusun guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum dari
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Riau.
Penulis menyadari masih terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan
dalam penulisan skripsi ini, semoga kedepannya penulis dapat lebih memperbaiki
karya ilmiah penulis, baik dari segi substansi maupun metodologi penulisan. Atas
karunia Allah SWT Penulis mendapat banyak doa, semangat, motivasi, saran, dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu
pada kesempatan ini, izinkan penulis menyebutkan beberapa nama, dengan setulus
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Saidul Amin, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Riau.
2. Bapak Raja Desril, S.H., M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Riau.
3. Bapak Dr. Saut Maruli Tua Manik,S.Hi,S.H.,M.H selaku Dosen Wakil
Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Riau.
4. Bapak Umar Dinata, S.H., M.H selaku Kaprodi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Riau.
5. Bapak Pembimbing Aksar, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing I,
sekaligus Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan,
nasehat, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Pembimbing Miftahur Rachman, Sh.,Mkn selaku Pembimbing II,
yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Raja Desril, S.H., M.H selaku Dosen Penguji I yang telah memberi
semangat, nasehat, motivasi, saran selama mengerjakan skripsi ini.
8. Bapak Umar Dinata, S.H., M.H selaku Dosen Penguji II yang telah memberi
semangat, nasehat, motivasi, saran selama mengerjakan skripsi ini.
9. Bapak atau Ibu Dosen serta Staf Pegawai Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Riau yang telah memberikan pengetahuan yang bermanfaat
selama saya melakukan perkuliahan.
10. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah alm. M. Chairil Nasution Dan Mama Sri
Turmini yang telah memberikan kasih sayang yang paling tulus, doa yang
tiada henti, dukungan serta nasihat dalam pencapaian cita-citaku.
Terimakasih kepada Ayah dan Mama yang selalu berjuang untuk kehidupan
saya, teruntuk Mama Sehat selalu dan hiduplah lebih lama lagi, Mama harus
selalu ada dalam setiap pencapaian saya.
11. Saudara tersayang Winda Sustiya, S.H, Ningrum Julianty S.Pd.,terimakasih
untuk segala kasih sayang, support, dan do’a selama ini.
12. Saudara tak sedara Roki Marli Putra, Anggi Saputra, Andre Tri Putra,
Kurnia Okto Sweta, Rahmi Safitri, Atika Puri Arifa yang selalu
menyemangati dan memotivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
Saya ucapkan ribuan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan dan saudara
yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu atas segala dukungannya dalam
penulisan skripsi ini.

Pekanbaru, 30 Agustus 2023


Hormat Saya,

Wahyu Rizky Nasution


NIM: 190701172
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas


Muhammadiyah Riau:

Nama : Wahyu Rizky Nasution


NIM : 190701172

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Muhammadiyah Riau karya ilmiah saya yang berjudul:

Penegakan Hukum Perda Kota Pekanbaru Tentang Penyediaan Wadah


Penampungan Sampah Sesuai Jenis Sampah Pada Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya


memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Riau hak untuk menyimpan
mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatasdan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun meminta royality kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Pekanbaru, 30 Agustus 2023


Saya yang menyatakan,

Wahyu Rizky Nasution


NIM:190701172
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA DAN ORIGINALITAS

Dengan Ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Penegakan
Hukum Perda Kota Pekanbaru Tentang Penyediaan Wadah Penampungan Sampah
Sesuai Jenis Sampah Pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pekanbaru adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun Kepada Perguruan Tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau sudah
diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka dibagian akhir Skripsi.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis kepada Universitas
Muhammadiyah Riau.

Pekanbaru, 30 Agustus 2023


Saya yang menyatakan,

Wahyu Rizky Nasution


NIM: 190701172
Penegakan Hukum Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014 Tentang Penyediaan
Wadah Penampungan Sampah Sesuai Jenis Sampah pada Dinas Lingkunga Hidup
dan Kebersihan Kota Pekanbaru
Wahyu Rizky Nasution
E-mail: wahyurizkynasution123@gmail.com
Fakultas Hukum – Universitas Muhammadiyah Riau
ABSTRAK

Masalah sampah memang menjadi suatu permasalahan yang sangat rumit bagi
setiap kawasan ataupun daerah daerah yang berkembang terutama di daerah
kawan perkotaan terutama di kota pekanbaru, peraturan daerah kota pekanbaru
nomor 8 tahun 2014 tentang penegelolaan sampah pasal 9 ayat (2) huruf a
mengatur tentang penyediaan wadah penampungan sampah sesuai jenis sampah di
depan bangunan tempat tinggal ataupun tempat usaha, yang menjadi fokus dalam
penulisan ini yaitu: bagaimana penegakan hukum peneydiaan wadah
penampungan sampah sesuai dengan jenis sampah pada dinas lingkungan hidup
kota pekanbaru, kemudian apa yang menjadi faktor penghambat penegakan
hukum penyediaan penampungaan sampah sesuai jenis sampah pada dinas
lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian diskriptif kualitatif. Yang
dimana metode ini menggambarkan secara sistematis mengenaifakta-fakta atau
fenomena yang ada dilapangan. Setelah dilakukan penelitian penulis dapat
menyimpulkan penegakan hukum yang dilakukan dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru belum berjalan dengan baik, dapat dilihat dari hanya
beberapa kali DLHK melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang
penyediaan wadah penampungan yang harus dibagi sesuai dengan jenis
sampahnya, yang mengakibatkan masih banyaknya warga yang belum mengetahui
tentang peraturan tersebut. Kemudian terdapat 5 faktor yang penjadi penghambat
bagi dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru untuk menegakan
hukum tersebut yaitu: faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana dan
fasilitas, faktor masyarakat dan faktor budaya.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Pengelolaan Sampah, Penyediaan Wadah


Penampungan Sampah Sesuai Jenis Sampah.
Law Enforcement of Pekanbaru City Regional Regulation No. 8 of 2014 Concerning
Provision of Trash Storage Containers According to the Type of Waste at the
Pekanbaru City Environment and Sanitation Service

Wahyu Rizky Nasution


E-mail: wahyurizkynasution123@gmail.com
Faculty of law – Universitas of Muhammadiyah Riau

ABSTRACT

The waste problem has indeed become a very complicated problem for every area
or region that is developing, especially in urban friendly areas, especially in
Pekanbaru City, Pekanbaru City Regional Regulation number 8 of 2014
concerning waste management Article 9 paragraph (2) letter a regulates the
provision of containers Garbage storage according to the type of waste in front of
residential buildings or places of business, which is the focus of this writing,
namely: how to enforce the law on the provision of waste storage containers
according to the type of waste at the Pekanbaru City Environmental Service, then
what are the inhibiting factors for law enforcement in providing shelter? waste
according to the type of waste at the environmental and sanitation department of
Pekanbaru City. The research method used in this study is a qualitative
descriptive research method. Which is where this method describes systematically
the facts or phenomena that exist in the field. After doing the research, the authors
can conclude that law enforcement by the environmental and sanitation services
in Pekanbaru City has not gone well, it can be seen from only a few times that the
DLHK has conducted outreach to the community regarding the provision of
storage containers which must be divided according to the type of waste, which
has resulted in many residents who do not know about these rules. Then there are
5 factors that become obstacles for the environmental and cleaning services of
Pekanbaru City to uphold the law, namely: legal factors, law enforcement factors,
facilities and facilities factors, community factors and cultural factors.

.Keywords: law enforcement, waste management, provision of waste storage containers


according to the type of waste
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………...i

PERNYATAAN ORIGINALITAS.....................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI TUGAS AKHIR................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................................viii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI


SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA DAN ORIGINALITAS.......................ix

ABSTRAK..............................................................................................................x

ABSTRACT...........................................................................................................xi

DAFTAR ISI........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................................9

D. Tinjauan Pustaka...........................................................................................10

E. Teori..............................................................................................................12

F. Metode Penelitian.........................................................................................16

G. SISTEMATIKA PENULISAN....................................................................19

BAB II TINJAUAN UMUM DAN GAMBARAN UMUM..............................21

A. Konsep Penegakan Hukum..........................................................................................21

B. Gambaran Dinas Lingkungan Hidup Dan kebersihan Kota Pekanbaru. Error!


Bookmark not defined.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................37


A. Penegakan Hukum penyediaan wadah Penampungan Sampah sesuai Jenis
Sampah Pada Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru
(DLHK) Menurut Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Sampah Di Kota Pekanbaru................................................................37

B. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Penyediaan Wadah Penampungan


Sampah Sesuai Jenis Sampahi Pada Dinas Lingkungan Hidup Dan
Kebersihan Kota Pekanbaru (DLHK) Berdasarkan Perda Kota Pekanbaru
No 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah Di Kota Pekanbaru.............44

BAB IV PENUTUP..............................................................................................56

A. Kesimpulan........................................................................................................................56

B. Saran....................................................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Daftar Wawancara................................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum di Indonesia pada dasarnya telah banyak perkembangan yang


mendasar dari awal, di mulai dari Negara Indonesia merdeka dan di
tetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), sampai pada
perbuhan UUD 1945 pasca reformasi tahun 1998 yang mana telah
mengalami 4 kali amandemen yang terjadi pada siding tahunan Mpr pada
tahun 1999 ,2000, 20001 dan 2002, inilah faktor yang menyebabkan cukup
banyak perbedaan yang terdapat dalam hukum sejak awal kemerdekaan.
Sistem hukum Indonesia merupakan sistem yang berlaku di Indonesia
sebagai sumber hukum bagi pengadilan, para hakim, untuk
memformulasikan putusan, dan juga pada saat yang sama meliputi nilainilai
atau ideal yang melandasinya. Setiap bangsa memiliki sistem hukumnya
sendiri, beserta sistem nilai yang melandasinya, termasuk Indonesia.1
Tata hukum yang berlaku di Indonesia merupakan hukum yang
berlaku dewasa ini di Indonesia yang sebagian berasal dari warisan kolonial
dan hukum yang ada setelah kemerdekaan. Hukum di Indonesia dari segi
tata hukum terdiri atas hukum-hukum yang berlaku sekarang ini, baik
hukum publik yang antara lain hukum tata usaha, hukum pidana, dan hukum
Tata hukum yang berlaku di Indonesia merupakan hukum yang berlaku
dewasa ini di Indonesia yang sebagian berasal dari warisan kolonial dan
hukum yang ada setelah kemerdekaan. Hukum di Indonesia dari segi tata
hukum terdiri atas hukum-hukum yang berlaku seka rang ini, baik hukum
publik yang antara lain hukum tata usaha, hukum pidana, dan hukum.2
Di Indonesia sendiri secara general terdapat empat jenis hukum di
Indonesia:
1. Hukum Pidana: Hukum pidana mengatur tindak pidana, sanksi yang
diberikan terhadap pelaku kejahatan, dan prosedur peradilan pidana.
Hukum pidana menentukan perbuatan yang dianggap melanggar
1
Titon Slamet , 2009, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, PT Alumni : hlm 19
2
Soedjono Dirdjosisworo, 2010,Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Press: hlm 41

1
2

hukum dan memberikan sanksi seperti hukuman penjara, denda, atau


sanksi lainnya.
2. Hukum Perdata: Hukum perdata mengatur hubungan antara individu
atau badan hukum dalam hal kepemilikan, kontrak, tanggung jawab,
ganti rugi, dan aspek hukum lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
sipil individu. Hukum perdata berlaku untuk masalah perdata antara
individu atau entitas hukum.
3. Hukum Tata Negara: Hukum tata negara mengatur struktur dan fungsi
negara, termasuk pembentukan lembaga-lembaga negara, pembagian
kekuasaan, hak dan kewajiban warga negara, serta mekanisme
perubahan konstitusi.
4. Hukum Administrasi Negara: Hukum administrasi negara mengatur
hubungan antara pemerintah dan individu atau badan hukum dalam
kegiatan administrasi negara, termasuk prosedur administrasi,
kepegawaian publik, pembuatan keputusan administratif, dan
tanggung jawab negara.
Meskipun empat jenis hukum ini merupakan kategori umum, Indonesia
juga memiliki jenis-jenis hukum lain yang lebih spesifik, seperti hukum
ketenagakerjaan, hukum lingkungan, hukum kontrak, dan hukum
internasional, yang memainkan peran penting dalam pengaturan sektorsektor
tertentu dan dalam hubungan dengan negara-negara lain.
Negara kesatuan republik Indonesia dibagi menjadi beberapa provinsi
provinsi, dan daerah provinsi dibagi menjadi beberapa kabupaten dan kota,
dan disetiap provinsi kabupaten dan kota memiliki pemerinthana yang mana
untuk menatur daerah tersebut. Pemerintah daerah berhak menetapkan
perturan daerah dan peraturan peraturan lain untuk mengatur otonomi dan
tugas pembantuan. Hubungan wewenang antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, diatur dengan undang
undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
Banyaknya peraturan yang diatur dalam pemerintahan daerah kabupaten
kota, guan untuk mengatur perekonomian dan perkembangan didaerah
tersebut. Yang mana Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-
3

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dimaksud


dengan Peraturan daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi dan/atau peraturan
daerah Kabupaten/kota. Salah satu perauran yang di atur dalam peraturan
daerah adalah masalah lingkungan hidup.3
Lingkungan hidup dan permasalahannya merupakan suatu hal yang
tengah dihadapi oleh umat manusia, baik dalam lingkup regional kedaerahan,
nasional juga global. Pembangunan, laju pertumbuhan pendu duk,
perkembangan teknologi, pola hidup serta konsumsi adalah rangkaian yang
dianggap menjadi penyebab konflik lingkungan tersebut. Bila disimak secara
menyeluruh pembangunan ternyata tak berdiri sendiri, sebab pada bahagian
lain aspek pertumbuhan ekonomi, meningkatnya jumlah penduduk termasuk
pola konsumsinya, serta kemajuan teknologi justru dipergunakan menjadi
indicator keberhasilan suatu pembangunan, tetapi pada sisi lain pula
menyebabkan konflik bagi lingkungan hidup.4
Sampah merupakan masalah kompleks yang sering dihadapi, baik oleh
negara maju maupun negara berkembang. Masalah sampah merupakan
masalah yang umum dan telah menjadi fenomena universal di berbagai
belahan dunia, sampah itu sendiri merupakan material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan masalah
yang harus dihadapi oleh masyarakat, karena sampah merupakan salah satu
wujud pencemaran lingkungan, dimana karena aktivitas manusia (faktor
eksternal) menyebabkan lingkungan hidup menjadi tercemar dan kotor.5
Pengelolaan sampah di Indonesia menjadi problem aktual seiring dengan
semakin meningkatnya taraf pertumbuhan penduduk yang berdampak pada
semakin banyak jumlah sampah yg dihasilkan. Beberapa penelitian
menganalisis penyebab dilema problem yang terjadi pada pengelolaan
sampah di Indonesia. Konflik yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di
Indonesia, antara lain kurangnya dasar aturan yg tegas, tempat pembuangan
sampah yg tak memadai, kurangnya perjuangan pada melakukan
pengomposan, dan kurangnya pengelolaan TPA dengan sistem yg sempurna.
3
Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4
Ashabul Kahfi, 2017, Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sampah, Jurisprudentie Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Volume 4 Nomor 1 Juni, hlm.13
5
Supriadi, 2005, Hukum lingkungan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika , hlm 4
4

Permasalahan pengelolaan sampah yg terdapat di Indonesia dilihat dari


beberapa indikator berikut, yaitu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan,
tingkat pelayanan pengelolaan sampah masih rendah, tempat pembuangan
sampah akhir yang terbatas jumlahnya, institusi pengelola sampah serta
persoalan biaya. Jumlah timbunan sampah yang mencapai 175.000 ton/hari
atau setara dengan 64 juta ton/tahun wajib dapat diolah dengan tepat supaya
jumlah timbunan tidak semakin meningkat.6
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa kota tahun
2012, pola pengelolaan sampah di Indonesia sebagai berikut: diangkut dan
ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (69%), dikubur (10%),
dikompos dan didaur ulang (7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola
(7%). Saat ini lebih dari 90% kabupaten/kota di Indonesia masih
menggunakan sistem open dumping, yaitu sampah dibuang begitu saja dalam
sebuah tempat pembuangan akhir tanpa dikelola.7
Sampah berdasarkan Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah (UU Pengelolaan Sampah) adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 8 Pasal 2 UU
Pengelolaan Sampah juga mengklasifikasikan sampah yaitu sampah rumah
tangga, sampah sejenis rumah tangga, dan sampah spesifik. Sedangkan
berdasarkan sifatnya sampah dapat dibedakan menjadi sampah organic dan
anorganik. Sampah merupakan salah satu permasalahayang sampai saat ini
masih menjadi problematika yang cukup serius terutama di daerah perkotaan.
Tingginya pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan ekonomi di daerah
perkotaan yang mengakibatkan semakin banyak timbulan sampah yang
dihasilkan. Selain tingginya angka pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
ekonomi faktor lain yang menyebabkan bertambahnya timbulan sampah
adalah perubahan pola hidup masyarakat. Adanya perubahan pola hidup
masyarakat yang sudah menuju era modern pada saat ini membuat

6
Rizqi Puteri Mahyudin, 2017, Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah Dan Dampak
Lingkungan di Tpa (Tempat Pemrosesan Akhir), Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, Volume 3
No.1 tahun, hlm. 67
7
Fitri, R. F., Ati, N. U., & Suyeno, S. 2019, Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam
Inovasi Pengelolaan Sampah Terpadu (Studi Kasus di Taman Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Randegan Kota Mojokerto). Respon Publik, hlm. 12-18
8
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
5

masyarakat melakukan banyak aktivitas yang memicu terciptanya berbagai


jenis sampah.
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati
yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudah diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahar organik. Termaksud sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (Selain kertas,
karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-
hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan
bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi: sampah logam dan
produkproduk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besar sampah anorganik tidak dapat
diurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable).
Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang la-ma.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol
gelas, tas platik, dan kaleng
Kata B3 merupakan akronim dari bahan beracun dan berbahaya, oleh
karena itu, pengertian limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu Bungan atau
limbah yang bersifat dan konsentrasinya mengandung zat yang berbahaya dan
beracun sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak
lingkungan, mengganggu Kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup
manusia serta organisme lainnya.
Dinamika pembangunan Kota Pekanbaru yang cukup pesat serta diiringi
oleh pertumbuhan penduduk yang demikian cepat telah membawa
konsekuensi pada peningkatan volume sampah olehmasyarakat. Pertumbuhan
penduduk, industri, investasi dan perdagangan yang pesat di Kota Pekanbaru
menghasilkan sampah domestik lebih kurang 1.100 ton per hari. Dengan
jumlah timbulan sampah sedemikian, maka kondisi lingkungan Kota
Pekanbaru, khususnya pemukiman masyarakat, masuk dalam kategori
permasalahan kebersihan yang kompleks. Artinya perlu penanganan yang
cepat, tepat, cermat, maju dan terarah dari Pemerintah Daerah melalui
6

kebijakan terkait, sehingga hak-hak masyarakat untuk mendapatkan


lingkungan yang baik dan sehat dapat diwujudkan.
Berdasarkan Pasal 9 UU Pengelolaan sampah tertulis bahwa dalam upaya
pengelolaan sampah, pemerintah Kabupaten/kota mempunyai wewenang
menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah berdasarkan
kebijakan nasional dan provinsi.9 Dalam rangka melakukan pengelolaan
sampah di Kota Pekanbaru, telah dikeluarkan Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah. Adapun tujuan Peraturan Daerah
Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah adalah
untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih,menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat,meningkatkan peran aktif
masyarakat dalam pengelolaan sampah di daerah, namun kondisi di lapangan
menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yamg tidak membuang sampah
di tempat seharusnya. Ini terbukti pada bulan Februari 2019 di beberapa titik
di Kota Pekanbaru masih terdapat beberapa tumpukan sampah yang dibuang
oleh masyarakat secara sembarangan.10
Bahkan tempat tempat wisata di Kota Pekanbaru masih banyak sampah
yang di buang tidak di tempatnya yang mana pemerintah Kota Pekanbaru
harus memperhatikan ini supaya tempat tepat umum di kota pekanbaru
Kembali bersih dan nyaman untuk di kunjungi, yang mana di atur dalam
Perda Kota Pekanbaru No.8 Tahun 2014 tentang pengelolaan sampah di
dalam pasal 66 (1) Larangan yang berbunyi :
Setiap orang dilarang :
a. Membuang smapah dijalan, taman, atau tempat umum.
b. Membuang sampah kesungai, kolam, drainase, daerah sepadan
sungai / drainase dan situ
c. Membuang sampah ke TPA tanpa izin.
d. Membakar sampa yang dihasilkan oleh rumah tangga yang tidak
sesuai dengan persyaratan teknis pengelolahan persampahan

9
Pasal 9 UU tentang Pengelolaan sampah
10
Riyan Nofitra, Pengelolaan Sampah Di Pekanbaru Disebut Belum Baik,
https://www.riauonline.co.id/riau/kotapekanbaru/read/2019/02/21/pengelolaan-sampah-di-
pekanbaru-belum-baik. diakses 31 juli 2023, Pukul 16:34
7

e. Membakar sampah selain dihasilkan oleh rumah tangga yang tidak


sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.
f. Membuang, menumpuk, menyimpan sampah di jalan, jalur hijau,
taman, kali, hutan, sungai, hutan lindung, fasilitas umum dantempat
lain sejenisnya
g. Membuang sampah dari kendaraan ketempat tempat yang dilarang
h. Membuang sampah diluar tempat/lokasi pembuangan sampah yang
telah di tetapkan.
i. Mengelolah sampah yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan
lingkungan.
j. Mengangkut sampah dengan alat tebuka;
k. Menggunakan ruang milik jalan atau ruang manfaat jalan sebagai
tempat TPS yang bersifat permanen.
l. Membuang sampah kedalam atau ke daerah sepadan waduk yang
merupakan sumber air bersih atau air minum atau merupakan
cadangan untuk sumber air bersih atau air minum daerah.
m. Membuang sampah ke hutan lindung11
Perda ini sangat jelas mengatur tentang pembuang sampah yang mana
nyatanya di Kota Pekanbaru masyarakat dan pemerintah daerah belum
merealisasikannya di lapangan, masih banyak masyarakat yang membuang
sampah kesungai, pinggir jalan dan lain sebaginya.
Perda Kota Pekanbaru No. 8 tahun 2014 juga mengatur tentang
pembagian jenis sampah yang mana sampah yang harus di buang berdasarkan
jenisnya. Bukan hanya pemerintah saja yang bertangguang jawab tentang
pengelolaan sampah akan tetapi masyarakat juga harus bertanggung jawab
tentang pengelolaan sampah, yang mana terdapat dalam pasal 9 (1) huruf b
“Memelihara dan menjaga lingkungan pekarangan tempat tinggal dan tempat
berusaha”. Kemudian dijelaskan lagi dalam pasal 9 (2) huruf a ”Menyediakan
wadah penampungan sampah di depan bangunan tempat tinggal atau tempat
berusaha atau di dalam kendaraan bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis
atau sifat sampah, yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah yang
11
Perda Kota Pekanbaru No.8 Tahun 2014 tentang pengelolaan sampah di dalam pasal 66
(1)
8

mengandung limbah B3”. Dalam pasal pasal 10 (1) dijelaskan “setiap


pengelola kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas solial dan fasilitas lainnya wajib
meneydiakan fasilitas pewadahan dan pemilihan sampah berdasarkan sifat/
jenis sampah”.12 seperti rumah sakit karena termasuk dari fasilitas umum,
guna untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih baik dirumah sakit
maupun di kota pekanbaru itu sendiri. Pasal 69 (2) menjelaskan sanksi
administrasi “ sanksi administrasi sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa: teguran tertulis, perhentian sementara kegiatan, penutupan lokasi,
pencabutan izin, paksaan pemerintah; dan/atau, uang paksa. 13 Sankasi dalam
undang undang No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah gugatan
perwakilan kelompok dalam pasal 35. Kemudian dapat di pidana dalam pasal
40.
Dinas lingkungan hidup dan kebersihan mempunyai peran dalam
lingkungan di kota pekanbaru sesuai dengan Perwako Kota Pekanbaru No
103 Tahun 2016 pasal 4 (1), kepala dinas (DLHK) dibantu oleh bidang
pengelolaan sampah di jelaskan dalam pasal 15 (1) Perwako No 103 Tahun
2016 “bidang pengelolaan sampah mempunyai tugas membantu sebagian
tugas kepala dinas dalam melaksanakan sub urusan pengelolaan sampah.”
Faktanya masih banyak ditemukan tempat pembungan sementara (TPS)
dibawah naungan dinas lingkungan hidup dan kebersihan (DLHK) masih
belum merealisasikan Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014 tentang
pengelolaan sampah sesuai jenis sampah.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti dan menulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Penegakan
Hukum Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014 Tentang Penyediaan
Wadah Penampungan Sampah Sesuai Jenis Sampah Pada Dinas
Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru”

B. Rumusan Masalah

12
Perda Kota Pekanbaru No. 8 Tahun 2014 Pasal 10 (1) tentang Pengelolaan Sampah
13
Perda Kota Pekanbaru No. 8 Tahun 2014 Pasal 69 (2) tentang Pengelolaan Sampah
9

Dengan memperhatikan masalah diatas maka yang dapat di ambil dan


dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi topik pembahasan
penelitian ini :
1. Bagaimana penegakan hukum penyediaan wadah penampungan sampah
sesuai jenis sampah pada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota
pekanbaru (DLHK) menurut Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Sampah di kota pekanbaru ?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat penegakan hukum penyediaan
wadah penampungan sampah sesuai jenis sampahi pada dinas lingkungan
hidup dan kebersihan kota pekanbaru (DLHK) berdasarkan Perda Kota
Pekanbaru No 8 Tahun 2014 tentang pengelolaan sampah di kota
pekanbaru ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebaga berikut :
a. Untuk mengetahui Bagaimana penegakan hukum penampungan sampah
sesuai jenis sampah pada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota
pekanbaru (DLHK) menurut Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Sampah di kota pekanbaru.
b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa yang menjadi faktor
penghambat penegakan hukum penyediaan wadah penampungan
sampah sesuai jenis sampahi pada dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru (DLHK) berdasarkan Perda Kota Pekanbaru
No 8 Tahun 2014 tentang pengelolaan sampah di kota pekanbaru.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai
penegakan hukum penampungan sampah sesuai jenis sampah pada
dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru (DLHK)
menurut Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Sampah di kota pekanbaru.
10

b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pemahaman serta


pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan yaitu untuk
memperkaya bahan bacaan dalam hal ilmu pengetahuan.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil-hasil


penelitian keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Serta menjadi
sebagai acuan, dan bukti bahwa judul ini belum pernah di teliti oleh peneliti
lain. Berikut penulis deskripsikan beberapa penelitian terdahulu yang
berterkaitan dengan penelitian ini:
1. Jurnal penelitian oleh Yudi Anugerah Purwadi yang berjudul Implementasi
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 08 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Sampah (Studi Tentang Forum Masyarakat Peduli Sampah),
penelitian ini membahas tentang bagaimana implementasi perda tersebut
dan faktor-faktor penghambat implementasi Pasal 40 Peraturan Daerah
Kota Pekanbaru Nomor 08 Tahun 2014 tentang Forum Masyarakat Peduli
Sampah. Dari penelitian ini diketahui bahwa perda ini merupakan
pedoman atau dasar dalam penanganan sampah oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Pekanbaru sedangkan untuk pasal 40 tentang Forum
Masyarakat Peduli Sampah belum terlaksanakan. Sedangkan penelitian
yang sekarang membahas tentang wadah penampungan sampah
berdasarkan jenis sampah dengan objek RS Tabrani,
Faktor-faktor penghambat dari pasal 40 itu sendiri karena kurangnya
sosialisasi dari Kepala Dinas kepada bawahannya yang mengakibatkan
terhambat juga sosialisasi kepada masyarakat .14
2. Skripsi oleh Margareta H dengan judul Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah
(Studi Kasus Peran Bank Sampah Bukit Hijau Berlian Di Kecamatan
Tampan), penelitian tersebut membahas bagaimana implementasi perda
tersebut dan faktor-faktor penghambat dari pelaksanaan perda tersebut.

14
Yudi Anugerah Purwadi, 2017, Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru
Nomor 08 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Tentang Forum Masyarakat Peduli
Sampah, Jurnal Penelitian Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau, hlm. 13
11

Hasil penelitian dari skripsi tersebut diketahui bahwa pelaksanaan perda


tersebut belum terlaksana dengan baik karena belum maksimalnya kinerja
DLHK Kota Pekanbaru dan juga Bank Sampah Bukit Hijau Berlian dalam
melakukan pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Tampan. 15
Sedangkan perbedaan dengan penenlitian sekarang membahas tentang
wadah penampungan sampah berdasarkan jenis sampah pada RS Tabrani.
3. Skripsi oleh Yodi Sundana yang berjudul Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir No.06 Tahun 2017
Tentang Pengelolaan Sampah. Skripsi ini membahas bagaimana
implementasi perda tersebut dan bagaimana tinjauan fiqih siyasah
mengenai pengelolaan sampah. Hasil dari penelitian ini adalah
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 06 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan Sampah berjalan cukup baik karena pemerintah sudah
melakukan beberapa upaya yang sesuai dengan peraturan daerah dalam
mengendalikan permasalahan sampah.Sedangkan perbedaan dengan
penenlitian sekarang membahas tentang wadah penampungan sampah
berdasarkan jenis sampah pada RS Tabrani.

E. Teori
1. Teori Penegakan Hukum
Pengertian penegakan hukum dapat juga diartikan penyelenggaraan
hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang yang
mempunyai kepentingan sesuai dengan kewenangannya masing-masing
menurut aturan hukum yang berlaku. Penegakan hukum pidana merupakan
satu kesatuan proses diawali dengan penyidikan, penangkapan, penahanan,
peradilan terdakwa dan diakhiri dengan pemasyarakatan terpidana.16
Tujuan daripada penegakan hukum yakni untuk mengatur masyarakat
agar damai dan adil dengan mengadakan keseimbangan antara

15
Margareta H, 2019, Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun
2014Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Peran Bank Sampah Bukit Hijau Berlian Di
Kecamatan Tampan),(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Ilmu Hukum, Uin Suska Riau,
hlm. 58
16
Harun M.Husen, 1990, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia, Rineka Cipta:
Jakarta, hlm. 58
12

kepentingan yang dilindungi, sehingga tiap-tiap anggota masyarakat


memperoleh sebanyak mungkin apa yang menjadi haknya.17
Di Indonesia sendiri penegakan hukum dilakukan oleh para penegak
hukum seperti polisi, jaksa, hakim maupun pengacara. Para penegak
hukum ini bertugas untuk menjaga hukum agar tetap dipatuhi oleh
masyarakat. Penegakan hukum berfungsi menjaga hukum dapat berjalan
efektif, mengatur masyarakat untuk menuju masyarakat yang lebih baik
lagi. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan atas
kekuasaan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bagian dari
negara hukum yang menjunjung tinggi hukum sebagai kedaulatan
tertinggi. Sebagai penegak hukum, pemerintah wajib menjaga dan
memelihara ketertiban yang ada di masyarakat dengan cara melakukan
penegakan hukum terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran-
pelanggaran hukum.
Makna inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang menjabarkan di dalam kaidah-
kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup.18
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah
yang mantap dan mengejawantahkan dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.19
Manusia pada pergaulan hidup mempunyai pandangan tertentu tentang
mana yang baik dan mana yang buruk, yang mana pandanganterebut
senantiasa terjadi karena ada pasangan pendapat, misalnya pasangan nilai
ketertiban dengan nilai ketentraman, pasangan nilai kepentingan umum
dengan nilai kepentingan pribadi. Dalam penegakan hukum pasangan nilai

17
RE. Baringbing, 2001, Catur Wangsa Simpul Mewujudkan Supremasi Hukum, Jakarta:
Pusat Kajian Informasi, hlm. 54
18
Sudarsono, 2004, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 5.
19
Soerjono Soekanto, 2005, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta:PT. Raja Grafindo, hlm. 5.
13

tersebut perlu di serasikan, seperti perlunya penyerasian antara nilai


ketertiban dan nilai ketentraman, Sebab ketertiban bertitik tolak antara
nilai keterkaitan dan nilai ketentraman bertitik tolak dengan nilai
kebebasan. Maka manusia memerlukan keterkaitan dan kebebasan untuk
mewujudkan yang serasi. Di dalam penegakan hukum pasangan nilai
tersebut perlu diserasikan, sebab nilai ketertiban bertitik tolak pada
keterikatan sedangkan nilai ketentraman titik tolaknya adalah kebebasan.20
Menyerasikan pasangan nilai tersebut dibutuhkan faktor-faktor yang
mendukung pelaksanaan keadilan agar mendapatkan perhatian secara
propersional yang seimbang dalam penanganannya, meskipun dalam
prakteknya tidak selalu mudah untuk dilakukan. Berdasarkan hal tersebut
menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa masalah penegakan
hukum sebenarnya terletak pada faktorfaktor yang mungkin
mempengaruhinya. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan keadilan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam tulisan ini dibatasi oleh Undang-
Undang yang mana bermula dari Undang-Undangnya itu sendiri yang
bermasalah disebabkan:
1) Tidak diikutinya azas-azas berlakunya Undang-Undang;
2) Ketidakjelasan arti kata-kata dalam Undang-Undang sehingga
mengakibatkan salahnya penafisran dan penerapannya. Adapun
ketidak jelasan dalam kata-kata yang terdapat dalam pasal-pasal
tertentu yang memiliki makna atau penafsiran yang sangat luas
sehingga dapat menimbulkan konflik dan hal tersebut sangat
mempengaruhi penegakan hukum terhadap sengketa di Indonesia.
b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menetapkan hukum, banyak penegakan hukum yang mengalami
kendala dalam tingkatan teknis operasional di masing-masing penegak
hukum dengan permasalahan penegakan hukum yang tidak berjalan
dengan semestinya hal tersebut dapat dilihat dari:
1) Rendahnya kualitas hakim, jaksa, polisi dan advokat.

20
Ibid, hlm. 6
14

2) Tidak diindahkannya prinsip the right man in the right place;


3) Rendahnya komitmen mereka terhadap penegakan hukum;
4) Tidak adanya mekanisme penegakan hukum yang terintegrasi, baik
dan modern;
5) Kuatnya pengaruh intervensi politik dan kekuasaan ke dalam dunia
caturwangsa, terutama ke badan kepolisian, kejaksaan dan
kehakiman;
6) Hal yang kuatnya tuduhan tentang adanya korupsi dan organized
crime antar anggota penegak hukum dengan tuduhan mafia
peradilan. Praktek penegakan hukum semakin sulit, karena kurang
lemahnya koordinasi diantara penegak hukum baik pada tataran
teroritis dan kaidah maupun dalam tingkat operasionalnya. Faktor
penting bagi pemberdayaan hukumkepada masyarakat adalah
koordinasi hukumnya. Dari kurang baiknya koordinasi antar penegak
hukum ini maka muncullah keinginan untuk mewujudkan
pendekatan hukum terpadu pada keadilan. Sehingga penegak hukum
tidak dapat menjalankan Undang-Undang sebagaimana yang telah
diamanatkan dan terhadap penegakan hukum tersebut berdampak
negative sehingga dapat menghambat cita-cita dari Negara Indonesia
sesuai dengan yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum tanpa
adanya sarana dan fasilitas maka penegakan hukum tidak akan berjalan
dengan lancer seperti tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil,
organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup
dan seterusnya, apabila tidak terpenuhi, maka akan sulit dilakukannya
penegakan hukum dan tercapainya tujuan. Dibutuhkannya tenaga
manusia yang berpendidikan tinggi dan berintelektual yang diartikan
sebagai para penegak hukum yang berkualitas yaitu mampu atau dapat
melayani serta mengayomi masyarakat sesuai dengan tugas dan
bidangnya masing- masing. Dan juga dibutuhkannya fasilitas
pendukung dari Sumber Daya Manusia dalam menjalankanprogram-
15

program pencegahan dan pemberantasan kejahatan seiring dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan, masyarakat memiliki peranan yang penting dalam
tercapainya hukum dibutuhkan pemikirannya ataupun sudut pandang
yang baik untuk tercapainya tujuan hukum.
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. Kebudayaan
menurut Soerjono Soekanto mempunyai fungsi yang sangat besar bagi
masyarakat dimana untuk mengatur supaya manusia dapat mengerti
bagaimana bertindak, berbuat, dan menentukan sikap ketika
berhubungan dengan orang lain. Kebudayaan mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan
konsepsi-konsepsi abstrakmengenai apa saja yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk. Sebenarnya, faktor kebudayaan memiliki
kesamaan dengan faktor masyarakat. Akan tetapi, didalam faktor
kebudayaan ini lebih ditekankan mengenai masalah sistem nilai-nilai
yang ada ditengah masyarakat. Dalam faktor masyarakat, dikatakan
bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap ketaatan aturan
masyarakat masih rendah. Disebakan adanya budaya kompromistis
yang sering terjadi di dalam masyarakat Indonesia. Nyatanya terdapat
kecenderungan budaya masyarakat untuk meloloskan diri dari aturan
yang berlaku-laku menjadi - jadi.
Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, Menurut Soerjono Soekanto, kelima
faktor trsebut saling berkaitan dengan eratnya, dan merupakan esensi dari
penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada efektivitas
penegakan hukum.
Tujuan utama penegakan hukum untuk mewujudkan adanya rasa
keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan dalam masyarakat. Dalam
proses tersebut maka harus mencerminkan aspek kepastian dan ketertiban
hukum.
16

F. Metode Penelitian

Istilah metode penelitian terdiri dari dua kata, yaitu kata metode dan kata
penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang
berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode penelitian adalah cara
melakukan sesuatu dengan menggunakan secara seksama untuk mencapai
suatu tujuan dengan cara mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisa
sampai menyusun laporan Secara umum metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiahq untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.21
Metodologi yang berarti jalan, namun demikian menurut kebiasaan metode
dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan suatu tipe yang
dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.22

1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian empiris. Jenis
penelitian ini adalah jenis penelitian yang melihat hukum dalam realitanya
dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum dalam masyarakat.
2. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di Rumah Sakit
Tabrani Kota Pekanbaru. Dimana alasan dipilih lokasi ini adalah karena
masih belum terlaksana dengan baik mengenai Penyediaan Wadah
Penampungan Sampah Berdasarkan Jenis Sampah Organik Dan An
Organik Di Rumah Sakit Tabrani Kota Pekanbaru Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah.
3. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekumpulan objek yang hendak diteliti.
Sehubungan dengan judul penelitian yang dijadikan sebagai populasi dari
penelitian ini adalah :
1. Kepala dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru

21
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : CV. Alfabeta, hlm. 3
22
Soerjono Soekanto, 2012, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia
Press,hlm.5
17

2. Kepala bidang pengelolaan sampah dinas lingkungan hidup dan


kebersihan kota pekanbaru
3. Masyarakat

Table 1.1
Daftar Wawancara

No Kriteria Responden Populasi Sampel

1 Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Dinas 1 1


Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru

2 Masyarakat 10 5

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru

4. Sumber Data
a. Data Primer, Yaitu Data Yang Diperoleh Dari Masyarakat (Lapangan)
Yang Dilakukan Dengan Cara Wawancara Sesuai Dengan
Permasalahan Yaitu Tentang Penyediaan Wadah Penampungan Sampah
Berdasarkan Jenis Sampah Organik Dan An Organik Di Rumah Sakit
Tabrani Kota Pekanbaru Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Sampah.
b. Data Sekunder, Yaitu Data Yang Diperoleh Melalui Kepustakaan Yang
Bersifat Mendukung Data Primer, yakni berupa buku-buku (literatur),
makalah, jurnal, majalah, dokumen dan data-data dari internet yang
berkaitan dengan penelitian jurnal,dan peraturan
c. Data Tertier, Yaitu Data Yang Diperoleh Melalui Kamus, Ensiklopedia,
Dan Sejenisnya, Yang Berfungsi Untuk Mendukung Data Primer Dan
Data Sekunder.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggung-
jawabkan, sehingga dapat memberikan gambaran permasalahan secara
18

menyeluruh, maka dalam hal ini penulis menggunaan beberapa teknik


pengumpulan data yaitu:
1. Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
2. Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara terstruktur dan
non struktur. Wawancara terstruktur adalah metode wawancara dimana
sipewancara telah menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang
hendak disampaikan kepada responden sedangkan wawancara non
struktur adalah dengan metode wawancara dimana sipewancara bebas
menanyakan suatu hal kepada responden tanpa terikat dengan
daftardaftar pertanyaa.23
3. Kajian Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari
dan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.
6. Analisis Data
Dalam penelitian ini data dianalisis secara kualitatif artinya yaitu
uraian terhadap data yang diperoleh di analisis berdasarkan peraturan
perundang undangan, doktrin, peraturan peraturan perundang undangan,
teori teori hukum yang relevan dengan pokok permasalahan. Kemudian
dengan menganalisi data penelitian ini menggunakan analisis logika
deduktif yang memaparkan gambaran dari data yang diperoleh kemudian
dihubungkan satu sama lain serta menjelaskan satu hal yang diteliti dari
yang bersifat umum lalu menariknya menjadi kesimpulan yang sederhana.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat
D. Tinjauan Pustaka
E. Teori
F. Metode Penelitian

23
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
2019, Edisi III, hlm. 31.
19

G. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS


A. Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum
B. Tinjauan Dinas Lingakungan Hidup Dan Kebersihan
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penegakan hukum penyediaan wadah penampungan sampah
berdasarkan jenis sampah pada dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru (DLHK) menurut Perda Kota
Pekanbaru No 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah
di kota pekanbaru.
B. Faktor penghambat penegakan hukum penyediaan wadah
penampungan sampah berdasarkan jenis sampahi pada
dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru
(DLHK) berdasarkan Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun
2014 tentang pengelolaan sampah di kota pekanbaru.
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN GAMBARAN UMUM

A. Konsep Penegakan Hukum

1. Pengertian Penegakan Hukum


Penegakan hukum adalah proses melakukan upaya untuk menegakkan
atau benar-benar berfungsi norma hukum sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Dilihat dari subjeknya, penegakan hukum dapat dilakukan oleh
subjek yang luas dan juga dapat diartikan sebagai upaya penegakan
hukum yang melibatkan semua subjek.
Penegakan hukum dapat dimulai dengan mengkaji tentang apa yang
akan ditegakan. Hal tersebut bukan berarti melakukan pengkajian yang
tidak ada gunanya. Oleh karena itu untuk mendapatkan kejelasan
mengenai proses penegakan hukum sudah dimulai pada saat peraturan
hukumnya dibuat atau diciptakan. Penegakan hukum adalah proses untuk
mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.24
Secara konsepsional, maka inti dari penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang dijabarkan dalam
kaidah-kaidah yang benar dan tahap akhir, untuk menciptakan, memlihara,
dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Kaidah-kaidah tersebut
kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau sikap tindak
yang dianggap pantas, atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap tindak
tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
kedamaian. Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya
merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan
yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai
unsur penilaian pribadi. Atas dasar uraian tersebut dapatlah dikatakan
bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila
tidak ada keserasian antara “tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku.
Gangguan tersebut terjadi apabila adanya ketidakserasian antara nilai-nilai

24
Satjipto Raharjo,2009 Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta:
Genta Publishing, hlm. 24.

21
22

yang berpasangan, dan menjelma didalam kaidah-kaidah yang bersimpang


siur, dan pola perilaku tidak terarah yang menganggu kedamaian
pergaulan hidup.
Dalam era modernisasi dan globalisasi ini, penegakan hukum dapat
menjamin kepastia hukum, ketertiban dan perlindungan hukum jika
pelbagai aspek kehidupan hukum selalu menjaga keserasian,
keseimbangan, dankeselarasan antara moralitas sipil berdasarkan norma-
norma aktual dalam kehidupan masyarakat beradab. Penegakan hukum
perlu diperhatikan karena merupakan proses tindakan yang melibatkan
banyak pihak, termasuk masyarakat untuk mencapai tujuannya. 25 Berikut
adalah beberapa pandangan tentangpenegakan hukum:
a. Dalam bahasa Belanda penegakan hukum dikenal dengan istilah
rechtstoepassing atau rechtshandhaving dan dalam bahasa inggris
lawenforcement, yang mencakup definisi yang bersifat makro dan
mikro. Dalam arti makro, meliputi segala bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan dalam arti mikro,
hanya sebatas proses pemeriksaan di pengadilan termasuk proses
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pelaksanaan putusan pidana
yang berkekuatan hukum tetap.26
b. Menurut Satjipto Rahardjo pengertian penegakan hukum adalah cara
agar menciptakan keinginan hukum yakni gagasan-gagasan dari
embaga pembuat undang-undang yang dituangkan dalam peraturan-
peraturan hukum, yang akhirnya menjadi kenyataan.27
c. Penegakan hukum menurut Shant adalah upaya untuk menciptakan
gagasan dan rancangan hukum yang diinginkan publik menjadi
kenyataan. Penegakan hukum adalah prosedur multifaset.28
d. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penegakan hukum adalah suatu
aktivitas untuk menyelaraskan hubungan norma-norma yang
25
Yudi Krismen,Tomi Dasri,2019 Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Rajawali Pers,
Depok,hlm.13
26
Chaerudin dkk, 2008 Strategi Pencegahan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana
Korupsi, Refika Editama,Bandung,hlm.87.
27
John Kenedi, 2017 Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy): Dalam Sistem Penegakan
Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 205
28
Shant Dellyana,1988 Konsep Penegakan Hukum,Liberty,Yogyakarta,hlm,32
23

dituangkan dalam dalam perspektif aturan/nilai yang kongkret dan


sikap tindakan sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
membuat, memelihara, dan menjaga suatu kehidupan yang harmonis.
e. Otje Salman dan Anton F.Susanto berpendapat bahwa penegakan
hukum (law enforcement) harus dibangun atau didasarkan melalui
kesadaran hukum (law awareness) masyarakat.29
f. Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa penegakan hukum bisa
diartikan sebagai suatu upaya untuk menjalankan hukum sebagaimana
seharusnya, dan apabila terjadi pelanggaran maka hukum tersebut perlu
ditegakkan kembali agar dapat dilaksanakan kembali.30
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa penegakan hukum bukanlah
semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan walaupun di dalam
kenyataan di Indonesia kecenderungan demikian, sehingga pengertian law
enforcement begitu populer.Selain itu ada kecenderungan yang kuat untuk
mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan
hakim.31 Hukum adalah undang-undang dan sebagainya untuk mengatur
kehidupan sosial masyarakat atau tolok ukur (ketetapan) tentang peristiwa
atau keputusan tertentu (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim di
pengadilan (pemidanaan).32
Menurut Achmad Ali, hukum adalah seperangkat aturan atau tindakan
yang diatur dalam suatu sistem yang menentukan apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan manusia sebagai warga negara dalam kehidupan
sosialnya. Hukum itu berasal baik dari masyarakat itu sendiri maupun dari
sumber-sumber lain yang diakui berlaku oleh penguasa tertinggi dalam
masyarakat, dan benar-benar ditegakkan oleh anggota masyarakat secara
keseluruhan dalam kehidupan mereka.33

29
Otje Salman, Anton F.Susanto,2009 Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan Dan
MembukaKembali,PT Refika Aditama, Bandung,hlm.154
30
Abdulkadir Muhammad,2006 Etika Profesi Hukum, Citra aditya
Bakti,Bandung,hlm.115.
31
Soerjo no Soekanto,2008 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum,Jakarta: Raja Grafindo Persada,hlm. 5-8.
32
Departemen Pendidikan Nasional, 2007 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai
Pustaka, hlm.410.
33
Achmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia,hlm.30-31.
24

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar


kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan
hukum berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus
ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi
kenyataan. Dalam penegakan hukum ada 3 unsur yang harus diperhatikan,
yaitu kepastian hukum (techtssicherheit), kemanfaatan (zweekmassigkeit),
dan keadilan (gerechtigkeit).34
Keberadaan hukum adalah untuk ditaati, dilaksanakan dan
ditegakkan, dalam kaitannya dengan penegakan hukum, maka pelaksanaan
penegakan hukum merupakan fase penegakan kedaulatan atau dalam
penegakan kedaulatan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penegakan
hukum, karena keberhasilan penegakan hukum merupakan faktor utama
dalam mewujudkan dan membina kewenangan. negara dan pemerintahan
demi tegaknya kedaulatan negara. Pelaksanaan penegakan hukum pidana
dalam masyarakat harus memperhatikan beberapa hal sebagaimana
penegakan hukum pada umumnya, antara lain:
a. Manfaat dan kegunaan bagi masyarakat
b. Mencapai keadilan, artinya penerapan hukum harus
mempertimbangkan berbagai fakta dan keadaan secara proporsional;
c. Mengandung nilai-nilai keadilan, yaitu nilai-nilai yang dituangkan
dalam aturan-aturan yang kokoh dan terwujud, dan sikap tindakan
sebagai pencerminan nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara,
dan memelihara kehidupan sosial yang damai.
2. Faktor Penegakan Hukum
Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan
penetapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak
secara ketat diatur oleh kaidah hukum. 35 Teori penegakan hukum menurut
Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum
ditentukan 5 (lima) faktor, yaitu:
34
Sudikno Mertokusumo,1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:
Genta Publishing,hlm.134.
35
Soerjono Soekanto,1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta: Grafindo Persada,hlm.5.
25

a. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)


Berdasarkan teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan tiga macam
hal mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah. Hal ini diungkapkan
sebagai berikut;
1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya
didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau
terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan,
2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut
efektif. Artinya, kaidah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh
penguasa walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat atau
kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat.
3. Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita
hukum sebagai nilai positif yang tertinggi.
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
Di dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas
penegak hukum memainkan peran penting. Penegak hukum atau orang
yang bertugas menerapkan hukum mencakup ruang lingkup yang
sangat luas, penegak hukum atau orang bertugas menerapkan hukum
mencakup ruang lingkup yang sangat luas, sebab menyangkut petugas
pada strata atas, menengah, dan bawah. Artinya, di dalam
melaksanakan tugas-tugas penerapan hukum, petugas harus memiliki
suatu pedoman, diantaranya peraturan tertulis tertentu yang mencakup
ruang lingkup tugas-tugasnya. Kalau peraturan sudah baik, tetapi
kualitas penegak hukum rendah maka akan ada masalah. Demikian
pula sebaliknya, apabila peraturan buruk, sedangkan kualitas penegak
hukumnya baik, mungkin pula timbul masalah-masalah.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
Kepastian penanganan suatu perkara senantiasa tergantung pada
masukan sumber daya yang diberikan di dalam program- program
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana. Tidak mungkin
26

penegakan hukum akan berjalan dengan lancer tanpa adanya sarana


atau fasilitas tertentu yang ikut mendukung dalam pelaksanaanya.
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
Salah satu faktor yang menegakan suatu peraturan adalah warga
masyarakat. Peengakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan
untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat itu sendiri. Secara
langsung masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Pada
setiap tindak pidana atau usaha dalam rangka penegakan hukum, tidak
semuanya diterima masyarakat sebagai sikap tindak yang baik, ada
kalanya ketaatan terhadap hukum yang dilakukan dengan hanya
mengetengahkan sanksi-sanksi negative yang berwujud hukuman atau
penjatuhan pidana apabila dilanggar. Hal itu hanya menimbulkan
ketakutan masyarakat terhadap para penegak hukum semata atau
petugasnya saja.
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa.
Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang
sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara
peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka
akan semakin mudahlah dalam menegakannya. Penegakan hukum
dapat menjamin kepastian hukum, sebagai proses kegiatan yang
meliputi berbagai pihak ermasuk masyarakat dalam rangka pencapaian
tujuan adalah keharusan untuk melihat penegakan hukum pidana
sebagai suatu sistem peradilan pidana.36
3. Kelompok Yang Menegakkan Hukum
Penegakan hukum adalah masalah yang signifikan bagi masyarakat
Indonesia Penegakan hukum sebagai upaya seluruh kekuatan nasional

36
Ibid, hlm.8.
27

merupakan tugas kolektif seluruh komponen bangsa, dan juga merupakan


alat bahwa hukum hanya dapat dilaksanakan oleh kelompok-kelompok
tertentu, seperti:
a. Aparatur negara yang pada hakikatnya diberi tanggung jawab dan
diperintahkan untuk itu adalah polisi, jaksa dan hakim yang idealnya
disebut sebagai three musketeers atau tiga pendekar hukum dalam
dunia sistem hukum, memiliki fungsi penegakan hukum yang
berbeda-beda sifatnya tetapi mengarah pada terciptanya hukum yang
adil, tertib dan berguna bagi seluruh umat manusia. Dalam
masyarakat, polisi berfungsi sebagai regulator dan penyelenggara
penegakan hukum, sedangkan hakim berfungsi sebagai pemutus
hukum yang adil dan kejaksaan di sisi lain adalah lembaga negara
yang mengadili pelanggar hukum yang diusulkan oleh polisi.
b. Orang yang memiliki fungsi advokasi dan perantaraan bagi
masyarakat yang dikenal dengan pengacara, baik yang bekerja secara
individu maupun kolektif melalui lembaga-lembaga bantuan hukum
yang membimbing masyarakat yang tidak mengetahui hukum.
Sehingga ketika mereka pergi ke pengadilan, mereka diperlakukan
sebagai orang yang terhormat, memiliki hak dan kewajiban dan pada
akhirnya keputusan hakim akan didasarkan pada kebenaran, keadilan
yang manusiawi dan penghormatan manusia terhadap manusia.
c. Para eksekutif yang tersebar dalam berbagai tempat pengabdian mulai
dari aparatur pemerintah yang mempunyai berbagai peran dan
tanggung jawab hingga para pelaksana yang memegang kekuasaan
politik (legislatif).
d. Masyarakat pemakai jasa hukum yang kadangkala secara ironi
menjadi masyarakat pencari keadilan.37

B. Gambaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Berdasarkan Peraturan walikota Kota Pekanbaru Nomor 103


Tahun2016 Tentang kedudukan, struktur organisasi, tuags dan fungsi serta

37
Ilhami Bisri,2011 Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-prinsip & Implementasi Hukum di
Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta,hlm.130.
28

tata keja dinaslingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru 38.


Tugasnya adalah membantu Walikota Pekanbaru dalam melaksanakan
kewenangan otonomi di bidang persampahan, pertamanan, penghijauan,
lampu penerangan jalan umum dan lampu hias. Tugas utama Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru adalah mengelola
persampahan yang ada di Kota Pekanbaru dimulai dari penyapuan,
pengangkutan, pemusnahan hingga pengelolaan sampah.
Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pekanbaru terdiri dari :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris, membawahi :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Program.
3. Bidang Tata Lingkungan, membawahi :
a. Seksi Inventaris dan Perencanaan Lingkungan;
b. Seksi Kajian dan Evaluasi Dampak Lingkungan;
c. Seksi Konservas, Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan.
4. Bidang Pengelolaan Sampah, membawahi :
a. Seksi Pengurangan dan Pemanfaatan Sampah;
b. Seksi Penanganan dan Pemrosesan Akhir Sampah;
c. Seksi Sarana dan Prasaranan.
5. Bidang Pengendalian Perencanaan Lingkungan dan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, membawahi:
a. Seksi Pemantauan Lingkungan;
b. Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan;
c. Seksi Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
6.Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup,
membawahi:
a. Seksi Penegakan Hukum Lingkungan;
38
Perwako kota pekanbaru nomor 103 tahun 2016 tentanng fungsi serta tata keja dinaslingkungan
hidup dan kebersihan kota pekanbaru
29

b. Seksi Peningkatan Kapasitas, Informasi dan Komunikasi


Lingkungan;
c. Seksi Retribusi dan Penagihan.
7.Unit Pelaksana Teknis (UPT).
8.Kelompok Jabatan Fungsional.
1. Visi Dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota
Pekanbaru
a. Visi
Terwujudnya Kota Pekanbaru sebagai Kota Terbersih, Hijau dan
Gemerlap Menuju Kota Metropolitan Yang madani.
b.Misi
1. Menjadikan Kota Pekanbaru sebagai kota terbersih,
2. Menjadikan Kota Pekanbaru sebagai kota hijau,
3. Kota Pekanbaru sebagai Kota yang indah,
4. Kota Pekanbaru sebagai kota gemerlap,
5. Kota Pekanbaru sebagai kota madani,
6. Kota Pekanbaru sebagai kota metropolitan.
2. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Dan
Kebersihankota Pekanbaru (DLHK) Kota Pekanbaru
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru (DLHK)
Kota Pekanbaru mempunyai tugas pokok melaksanakan sebahagian
urusan pemerintahan daerah di bidang kebersihan dan lingkungan. Untuk
melaksanakan tugas pokok di atas Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kota Pekanbaru (DLHK) Kota Pekanbaru berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2008 berikut :
a. Tugas
1.) Perumusan kebijakan dan penyusunan rencana pembinaan
masyarakat.
2.) Perumusan rencana kerja dan kegiatan pembinaan kebersihan dan
lingkungan, pengawasan dan pengendalian pembinaan masyarakat
dibidang kebersihan dan lingkungan.
30

3.) Perumusan penyajian data informasi pembinaan masyarakat


dibidang kebersihan dan lingkungan.
4.) Perumusan koordinasi dengan unit kerja lain dan instansi terkait
tentang program pengawasan dan pengendalian pembinaan
masyarakat dibidang kebersihan dan lingkungan.
5.) Merumuskan penyusunan laporan hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan program pembinaan, pengembangan, pengawasan dan
pengendalian dibidang kebersihan dan lingkungan.
6.) Merumuskan pemberian petunjuk teknis pelaksaan tugas kepada
bawahan. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. Fungsi
1.) Perumusan kebijakan dan penyusunan rencana pembinaan
masyarakat.
2.) Perumusan rencana kerja dan kegiatan pembinaan kebersihan dan
lingkungan.
3.) Perumusan penyajian data informasi pembinaan masyarakat
dibidang kebersihan dan lingkungan.
4.) Perumusan program pengawasan dan pengendalian pembinaan
masyarakat.
5.) Pelaksanan tugas-tugas lain.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistelmatis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Adapun tujuan dalam pengelolaan sampah di Telmpat Pemrosesan Akhir
Sampah (TPA): untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Yang meliputi
penanganan sampah, penanganan lindi, penanganan gas metana dan
pengendalian faktor penyakit.
Pengelolaan sampah sering diartikan sebagai sesuatu bidang yang
berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pemprosesan dan
31

pembangunan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-


prinsip yang terbaik dari kesehatan dan pertimbangan-pertimbangan
lainnya yang juga memperhatikan sikap masyarakat. Upaya pengelolaan
sampah perlu didasarkan atas berbagai pertimbangan antara lain: Untuk
mencegah terjadinya penyakit, Konsevasi sumber daya alam, Mencegah
gangguan estetika, Memberi insensif atau daur ulang dan kuantitas dan
kualitas sampah akan meningkat.
Upaya pengelolaan sampah dimaksud disini merupakan upaya yang
dilakukan secara dasar untuk melakukan penanganan terhadap sampah
agar tidak mencemari lingkungan sehin gga lingkungan masih tetap
terpelihara agar kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi sebaik-baiknya.
Sampah merupakan bahan sisa baik bahan-bahan yang tidak
digunakan maupun barang yang sudah diambil bagian utamanya dari
aspek sosial ekonomi, sampah merupakan barang yang sudah tidak ada
harganya, dari aspek lingkungan sampah merupakan barang buangan yang
sudah tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan
gangguan kelestarian lingkungan.Sampah (Wastels) diartikan sebagai
benda yang tidak dipakai.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Materi sampah terdiri atas bahan organik dan
anorganik. Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, ekonomi dan
pembangunan kota, maka timbulan sampah juga akan meningkat. Hal ini
dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan karena
pengelolaan persampahan yang kurang memadai. Oleh karena itu, perlu
dilaksanakan suatu cara untuk menangani masalah sampah tersebut secara
efektif dan efisieln, sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi di
kota, tidak menjadi masalah serius bagi warga masyaraka. Menurut
definisi World Health Organizatioln (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah merupakan suatu bagian dari yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang yang berasa dari kegiatan manusia
32

(termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biololgis (karena human waste


tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat.39
Cara cara pengelolaan sampah dapat dibedakan menjadi beberapa
sebagai berikut:
a. Hog Feeding
Yaitu cara pengelolaan dengan sengaja mengorganisir sampah jenis
garbage untuk makanan ternak.
b. Incineratioln (Pembakaran)
Yaitu dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian di bakar.
Pembakaran sampah dilakukan di tempat tertutup dengan mesin dan
peralatan khusus yang dirancang untuk pembakaran sampah. Sistelm
ini memerlukan biaya besar untuk pembangunan, operasional dan
pemeliharaan mesin dan peralatan lain.
c. Sanitary Landfill
Yaitu pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah dengan
tanah yang dilakukan lapis demi lapis, sedelmikian rupa sehingga tidak
menjadi tempat binatang bersarang. Cara ini tentunya amat bermanfaat
jika sekaligus bertujuan untuk melninggikan tanah yang rendah seperti
rawa-rawa.

d. Composting (pengomposan)
Merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi bahan komps.
Untuk tujuan pengomposan maka sampah harus dipilah-pilah sehingga
sampah organik dan anorganik terpisah.
e. Disharge To Seweres
Disini sampah harus dihaluskan dahulu kemudian dibuang kedalam
saluran pembuangan air bekas. Cara ini dapat dilakukan pada rumah
tangga atau dikelola secara terpusat dikota-kota. Cara ini membutuhkan
biaya yang besar serta tidak mungkin dilakukan jika sistem
pembuangan air kotor baik.

39
Arif Sumantri, 2017, Kesehatan lingkungan. Depok: kencana.hlm.60
33

f. Dumping (Penumpukan)
Yaitu pembuangan sampah dengan penumpukan diatas tanah
terbuka. Dengan cara ini TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah
ditumpuk begitu saja tanpa adanya perlakukan. Sistem dumping
memang dapat menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena
masyarakat sekitar sangat terganggu. Cara ini berpengaruh buruk
terhadap lingkungan, berupa udara serta dapat menimbulkan bahaya
kebakaran.
g. Reduction
Yaitu menghancurkan sampah menjadi jumah yang lebih kecil dan
hasilnya dimanfaatkan misalnya garbage reduction yang dapat
menghasilkan lemak. Hanya saja biayanya sangat mahal, tidak
sebanding dengan hasilnya.
h. Recycling
Yaitu menghancurkan sampah menjadi sampah yang lebih kecil dan
hasilnya dimanfaatkan misalnya kaleng, kaca, sebagainya. Cara ini
berbahaya untuk kesehatan, terutama jika tidak mengindahkan segi
kebersihan.
i. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya, kertas
bekas. Bahannya adalah bahwa metodel ini dapat menularkan penyakit.

j. Individual inceneration
Sampah di buang ke dalam air sungai atau laut. Namun akibatnya
terjadi pencemaran air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya
banjir.40
Sampah padat dibagi menjadi belrbagai jenis yaitu.41
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dapat
dibagi menjadi berbagai jenis, yakni :

40
Ibid hlm. 69-72
41
Arif Sumantri,2017. Kesehatan lingkungan. Depok: kencana.hlm.60
34

a. Sampah an-organik, adalah sampah yang tidak membusuk,


misalnya: pecahan gelas, pastik, dan sebagainya.
b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-
buahan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidak dapatnya dibakar
3. Sampah mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas, dan sebagainya.
4. Sampah tidak dapat dibakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,
besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.
5. Berdasarkan karakteriskit
a. Garbage, yaitu jelnis sampah hasil pengolahan atau pembuatan
makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah
tangga, restoran, holtel, dan sebagainya.
b. Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkotaan, perdagangan
baik yang mudah terbakar, seperti kertas, pecahan kaca, gelas dan
sebagainya.
c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah
terbakar, termasuk abu rokok.
d. Street sweeping (Sampah jalanan), yaitu sampah yang berasal dari
pembersih jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam
sampah, misalnya: daun-daunan, kertas, pastik, pecahan kaca, besi,
debu, dan sebagainya.
e. Sampah industry, yaitu sampah yang berasal dari industry atau
pabrik- pabrik.
f. Dead anima (bangkai binatang), yaitu bangkai binatang yang mati
karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
g. Abandoned vehicle (Bangkai kendaraan), adalah bangkai mobil,
sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
h. Construction wastes (sampah pembangunan), adalah sampah dari
proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa
35

puing-puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bamboo, dan


sebagainya.
4. Fungsional Dari Pengelolan Sampah
Konsep pengelolaan sampah di Indonelsia yang masih banyak
dilakukan sampai dengan saat ini adalah baru pada tahap pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir (3P), sedangkan penanganan
sampah melalui pengelolaan masih belum popular. Bila konsep
pengelolaan dengan 3P masih dipertahankan pada tahun-tahun mendatang,
maka akan memperkuat tugas pemerintah daerah karena penambahan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah tidak secepat pertambanan
jumlah timbulan sampah yang harus ditangani. Teknik pengelolaan
sampah dapat dimuai dari sumber sampah sampai pada tempat
pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber
sampah baik dari segi kuantitas maupun kualitas dengan cara:
a. Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat
menjadi sampah.
b. Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah,
misalnya: pembungkus plastikdiganti dengan pembungkus kertas,
semua usaha ini memerlukan kesadaran dan peran serta masyarakat.
Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai
dari produsen sampah pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan
membuat tempat pembuangan sederhana (TPS), transportasi yang
sesuai dengan lingkungan dan pengelolaan pada TPA. Sebelum
dimusnahkan sampah juga dapat diolah dahulu untuk melmperkecil
volume, untuk daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Pengelolaan
dapat dilakukan dengan sederhana seperti pemilahan, sampai pada
pembakaran atau Insenerasi.42
Fungsi pengelolaan sampah dilihat dari manajemen di antaralain
sebagai berikut:
a. Planning (perencanaan), yang merupakan kegiatan pertama yang
harus dilakukan dalam sebuah administrasi, perencanaaan
42
Juli Soemirat Slamet, 2002. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Gadjah mada
university press.hlm,157
36

merupakan serangkaian keputusan sebagai pedolman pelaksanaan


kegiatan dimasa akan datang.
b. Organizing (pengorganisasian), adalah suatu proses penentuan,
pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
c. Accounting (penggerakan), adalah mengarahkan semua bawahan,
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan
belrsama.
d. Controling (pengendalian) adalah proses pengaturan sebagai faktor
dalam suatu organisasi, agar sesuai dengan ketetapan –ketetapan
dalam rencana yang telah dirancang.
e. Evaluanting (penilaian) adalah proses pengukuran dan
pembandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan
hasil-hasil yang harusnya dicapai.
f. Supervisi, merupakan proses pengamatan terhadap aplikasi semua
kegiatan untuk mengklaim agar semua kegiatan berjalan dengan
baik sinkron menggunakan planning yang sudah ditetapkan, serta
dievaluasi menjadi suatu proses evaluasi terhadap pelaksanaan
aktivitas.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum penyediaan wadah Penampungan Sampah sesuai


Jenis Sampah Pada Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota
Pekanbaru (DLHK) Menurut Perda Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Sampah Di Kota Pekanbaru.

Penegakan hukum adalah proses melakukan upaya untuk menegakkan


atau benar-benar berfungsi norma hukum sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Dilihat dari subjeknya, penegakan hukum dapat dilakukan oleh
subjek yang luas dan juga dapat diartikan sebagai upaya penegakan hukum
yang melibatkan semua subjek. Dalam era modernisasi dan globalisasi ini,
penegakan hukum dapat menjamin kepastia hukum, ketertiban dan
perlindungan hukum jika pelbagai aspek kehidupan hukum selalu menjaga
keserasian, keseimbangan, dankeselarasan antara moralitas sipil
berdasarkan norma-norma aktual dalam kehidupan masyarakat beradab.
Penegakan hukum perlu diperhatikan karena merupakan proses tindakan
yang melibatkan banyak pihak, termasuk masyarakat untuk mencapai
tujuannya.43
Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa penegakan hukum bisa
diartikan sebagai suatu upaya untuk menjalankan hukum sebagaimana
seharusnya, dan apabila terjadi pelanggaran maka hukum tersebut perlu
ditegakkan kembali agar dapat dilaksanakan kembali.44
Tiga bentuk penegakan hukum yang dapat diterapkan dalam
pengelolaan sampah telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008, yakni penegakkan hukum administrasi, perdata, serta pidana. Pasal 32
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 mengatur mengenai sanksi
administratif yang dapat dikenakan terhadap pelaku pelanggaran tentang

43
Yudi Krismen,Tomi Dasri, 2019, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Rajawali Pers,
Depok,hlm.13
44
Abdulkadir Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Citra aditya Bakti,Bandung, hlm.
115.

37
38

penyediaan wadah penampungan sampah berdasarkan jenis sampah, yaitu


paksaan pemerintah, uang paksa, dan/atau pencabutan izin.
Pasal 29 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 mengatur pula
mengenai larangan dalam pengelolaan sampah, yaitu:
1. Memasukkan sampah ke dalam Wilayah Kesatuan Republik Indonesia;
2. Mengimpor sampah;
3. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun (limbah B3);
4. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
5. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
6. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka ditempat
pemrosesan akhir;
7. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratah teknis
pengelolaan sampah.
Sementara itu, sebagai pelaksana amanat dari Undang-undang Nomor
8 Tahun 2008, Kota Pekanbaru menetapkan Perda Nomor 8 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Sampah sebagai dasar kebijakan pengelolaan sampah
didaerahnya. Perda tersebut telah telah mengatur mengenai larangan dalam
pengelolaan sampah yang tercantum dalam Dalam pasal 66 ayat (1), yakni:
1. Membuang sampah ke sungai, kolam, drainase, daerah sempadan,
sungai/drainase dan situ.
2. Membuang sampah ke TPA tanpa izin.
3. Membakar sampah yang dihsilkan oleh rumah tangga yang tidak sesuai
dengan persyaratan teknis pengolahan persampahan.
4. Membakar sampah selain dihasilkan oleh rumah tangga yang tidak
sesuai dengan persyaratan teknis pengolahan sampah.
5. Membuang, menumpuk, menyimpan sampah di jalan, jalur hijau,
taman, kali, hutan, sungai, hutan lindung, fasilitas umum dan tempat
sejenisnya.
6. Membuang sampah dari kendaraan ke tempat-tempat yang dilarang.
39

7. Membuang sampah di luar tempat/lokasi yang pembuangan yang telah


ditetapkan.
8. Mengelola sampah yang mngakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan.
9. Mengangkut sampah dengan alat pengangkut terbuka; dan
10. Menggunakan ruang milik jalan atau ruang manfaat jalan sebagai
tempat TPS yang bersifat Permanen.
11. Membuang sampah kedalam atau ke daerah sempadan waduk yang
merupakan sumber air bersih/air minum atau merupakan cadangan
untuk sumber air bersih/air minum daerah.
12. Membuang sampah ke hutan lindung.
Pelaksanaan peraturan daerah kota pekanbaru nomor 8 tahun 20014
adalah tugas dan wewenang dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota
pekanbaru, berdasarkan peraturan walikota pekanbaru nomor 103 tahun
20016 tentang keududukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, tata kerja
dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru, pasal 2 ayat 1 yang
berbunyi: “dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan
kebersihan.
Penegakan hukum secara perdata dalam pengelolaan sampah
dijelaskan dalam undang undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, dalam pasal 33 penjelasan tentang penyelesaiaan sengketa.
Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri dari dua bagian
yakni sengekta antara pemerintahan daerah dan pengelolaan sampah dan
sengketa antar pengelolaan sampah dan masyarakat. Penyelesaian sengketa
tentang pengelolaan sampah dibagi menjadi dua bagian yaitu penyelesaian
sengketa diluar pengadilan dan penyelesaian sengketa di didalam
pengadilan. Seperti kasus kasus yang beredar di kota pekanbaru yang mana
masyarakat mengugat pemerintah dan dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru tentang pengelolaan sampah.
Penegakan hukum secara administrasi yakni penegakan yang
sifatmya ke arah hukum lingkungan seperti melakukan sosialisasi, perda
40

kota pekanbaru nomor 8 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah mengatur


tentang sanksi administrasi bagi badan usha yang melanggar tentang
penyediann wadah penampungan samoah berdasarkan dengan jenis
sampahnya dalam pasal 69 menjelaskan tentang sanksi administrasi seperti
terugaran tertulis, penghentian sementara, penutupan lokasi, pencabutan
surat izin, paksaan pemerintah, dan uang paksa. Menurut bapak fery
susanto:
”Kami dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota Pekanbaru
khususnya bidang pengelolaan sampah belum menegakkan tentang
penyediaan wadah penampungan sampah berdasarkan jenis
sampah, sanksi administasi yang berlaku untuk pelanggar
penyediaan wadah penampungan sampah tersebut juga belum kami
terapkan, seperti teguran kepadan badan usaha yang sifatnya tetap
dan sementara”45
Menurut bapak Fery Susanto selaku kepala bidang pengelolaan
sampah DLHK belum menegakkan hukum tentang penyediaan wadah
penampungan sampah berdasarkan jenis sampah masih belum ditegakkan,
sanksi administarsi terhadap pelanggaran juga masih belum ditegakkan
kepada badan usaha yang sifatnya tetap dan sementara. Menurut bapak fery
susanto selaku kepala bidang pengelolaan sampah dinas lingkungan hidup
dan kebersihan kota pekanbaru :
“penegakan hukum terhadap penyediaan wadah penampungan
sampah berdasarkan jenis sampah masih belum kami lakukan, akan
tetapi penyediaan wadah penampungan sampah yang dipisahkan
sudah kami terapkan di beberapa tempat umu yang mana tempat
tersebuta termasuk tempat berkumpulnya masyarakat pekanbaru
seperti taman dan tempat umum lainnya”.46
Menurut bapak hendra afriadi penegakan hukum penyedian wadah
penampungan sampah belum dilakukan oleh dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru akan tetapi DLHK sudah menyediakan wadah
45
Wawancara kepada Bapak fery susanto selaku, Kepala bidang pengelolaan sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
46
Wawancara kepada Bapak Fery Susanto selaku, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
41

penampungan sampah yang dipisah di tempat umum seperti taman dan


tempat umum lainnya.
Penegakan hukum secara pidana di jelaskan dalam perda kota
pekanbaru nomor 8 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah, dalam pasal
71 menjelaskan tentang sanksi terhadap masyarakat yang melanggar
ketentuan pasal 66: “setiap orang yang melanggar ketentuan dalam pasal
69 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf f, huruf g, huruf
h, huruf I dikenakan sanksi pidana sebesar Rp 2.500.000.00 (dua juta lima
ratus ribu rupiah)”. Yang mana didalam pasal 66 menjelaskan tentan
memebuang sampah sembarangan juga membuang sampah diluar tempat
atau pun lokasi yang telah di tetapkan. Menurut bapak fey santoso selaku
kepala bidang pengelolaan sampah dinas lingkungan hidup dan kebersihan
kota pekanbaru:
“untuk pelaksanaan sanksi terkait pelanggaran pembuangan sampah,
yanga mana sampah itu harus dibuang sesuai dengan jenisnya
peraturan yang digunakan adalah Peratuuran Daerah Kota
Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah,
kemudian Perwako Nomor 134 Tahun 2018 itu mengatur lebih rinci
tentang besar denda bagi para pencemar lingkungan yang mana
diatur dala Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 yang
manyatakan denda itu sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus
ribu rupiah) per orang bagi yang terjaring OTT, akan tetapi
penerapan sanksi ini masih belum berhasil karena pengawasan kami
sangat kurang terhadap warga yang membuang sanpah tidak dipisah
sesuai dengan jenis sampah.”47
Menurut bapak fery santoso penerepan sanksi terhadap pelanggaran
pembunagn sampah yang tidak dipisahkan sesuai jenisnya ditempat tempat
yang sudaj disediakan wadah penampungan sampah yang dipisahkan masih
belum berhasil karena masih kurangnya pengawasan DLHK terhadap
masyarakat yang melakukan pelanggaran tersebut.

47
Wawancara kepada Bapak Fery Susanto selaku, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
42

Pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran pembuangan sampah di


Kota Pekanbaru sendiri merupakan wewenang Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru yang juga dibantu oleh Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pekanbaru sebagai Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang berfungsi menegakkan peraturan daerah,
termasuk didalamnya Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor Tahun
2014 tentang Pengelolaan Sampah.
Pemerintah Kota Pekanbaru dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan (DLHK) membentuk satuan tugas yang bernama Gakkum
(Penegakan Hukum) dan bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP). Satuan Tugas Penegakan Hukum ini dibentuk oleh DLHK
Kota Pekanbaru tahun 2018, di bawah koordinasi Kepala Seksi (Kasi)
Penegakan Hukum Lingkungan dan berakhir pada 2021. Lalu dibentuk lagi
pada tahun 2022 yang diberi nama satuan petugas (Gakkum)Adapun tugas
utama dari (Satgas Gakkum) adalah mengawasi atau memonitor titik yang
rawan pembuangan sampah sembarangan dan pembuangan sampah tidak
sesuai dengan tempat yang telah ditentukan.
Menurut bapak redho al kahfi warga kecamatan marpoyan damai
selaku pemilik badan usaha:
“Saya tidak mengetahui bahwa setiap pemilik usaha di kota pekanbaru
harus menyediakan wadah penampungan sampah yang dipisahkan
sesuai dengan jenis sampahnya karena selama ini tidak adanya
teguran dari dinas lingkungan hidup kota pekanbaru”.48
Menurut bapak redo dia tidak mengetahui setiap pemilik udaha harus
menyediakan wadah penampungan smapah sesuai dengan jenisnya karena
selama ini tidak adanya teguran dari DLHK. Hal serupa juga di jelaskan
oleh bapak Indra selaku badan usaha dan warga kecamatan marpoyan damai
:
“Menurut saya dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota
pekanbaru belum menerapkan tentang penyediaan wadah
penampungan sampah yang harus dipisahkan karna selama saya
48
Wawancra kepada bapak redo alkahfi selaku warga kecamatan marpoyan damai
kelurahan tangkerang barat pada tanggal, 6 september 2023
43

buka usaha dini tidak ada himbauan dan sosialisasi terhadap


peraturan tersebut”.49
Menurut bapak Indra DLHK belum menegakkan tentang peraturan
penyediaan wadah penampungan sampah yang harus di pisahkan karena
belum adanya himbauan dan sosialilasi terhadap peraturan tersebut. Penulis
juga mewawancarai ibuk rahmi selaku resepsionis parma paus hotel
kecamatan marpoyan damai:
“Kami belum pernah kedatangan dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru untuk memberi himbauan dan teguran
tertulis prihal wadah penampungan sampah kami yang tidak di pisah
sesuai dengan jenis sampahnya”.50
Menurut ibuk rahmi selaku resepsionis parma paus hote mereka
belum pernah mendapatkan himbauan dan teguran dari dinas lingkungan
hidup dan kebersihan kota pekanbaru terkait penampungan sampah.
Menurut bapak heru adriasnyah selaku warga kecamatan marpoyan damai:
“saya tidak tau bahwa tempat penampungan sampah ini dipisahkan,
Seharusnya pemerintah dinas lingkungan hidup dan kebersihan
memberikan papan bimbauan di taman ini supaya kami tau kalau
sampah ynga kami buang harus sesuai dengan jenis sampahnya”.51
Menurut bapak heru adriansyah dia tidak tau bahwa tongsampah yang
di sediakan oleh DLHK adalah tong sampah yang berbeda dengan jenis
sampahnya, meunurit bapak heru seharusnya terdapat papan himbauan
untuk mengetahui hal tersebut.
Hasil obserfasi dan wawancara yang penulis lakukan diketahui bahwa
penegakan hukum tentang penyediaan wadah penampungan sampah sesuai
dengan jenis sampah belum terlaksana oleh dinas lingkungan hidup kota
pekanbaru, yang mana sanksi administrasi belum pernah terlaksana pada
badan usaha kota pekanbaru yang melanggar atau yang tidak menyediakan
wadah penampungan sampah berdasarkan dengan jenis sampahnya.
49
Wawanvara kepada Bapak Indra, Warga Kecamatan Marpoyan Damai Kelurahan
Tangkerang Barat, pada tanggal 30 agustus 2023
50
Wawancara kepada ibuk rahmi selaku resepsionis parma paus hotel kecamatan
marpoyan damai pada tanggal, 6 september 2023.
51
Wawnacara kepada bapak heru ardiansyah, warga kecamatan marpoyan damai
kelurahan tangkerang barat pada tanggal 30 agustus 2023
44

Kemudian sanksi pidana denda sebesar dua ratus limah pulu ribu rupiah
terhadap orang yang melanggar pembuangan sampah tidak sesusai denga
tong atau tempat yang di sediakan masih belum juga di laksanakan oleh
dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru. Ini sangat bertolak
belakang dengan teori penegakan hukum yang di gunakan oleh penulis
menurut Abdulkadir muhamad penegkan hukum bisa di artikan sebagai
suatu upaya untuk menjalankan hukum sebagaimana hasurusnya. 52 dan
apabila terjadi pelanggaran maka hukum tersebut perlu ditegakan kembali
agar dapat terlaksana kembali.

B. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Penyediaan Wadah


Penampungan Sampah Sesuai Jenis Sampahi Pada Dinas Lingkungan
Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru (DLHK) Berdasarkan Perda
Kota Pekanbaru No 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah Di
Kota Pekanbaru
Beberapa permasalahan dalam penegakan hukum, permasalahan itu
antara lain adalah yang pertama adalah kesenjangan antara hukum normatif
dan hukum sosiologis antara fakta hukum dan aturan hukum yang ada.
Yang kedua adalah kesenjangan antara perilaku hukum yang ada di dalam
masyarakat yang seharusnya tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat
pada kenyataannya dan yang ketiga adalah perbedaan antara hukum yang
ada di masyarakat atau implementasi hukum yang dilaksanakan di dalam
masyarakat. Keempat adalah masalah utama penegakan hukum di negara-
negara berkembang khususnya Indonesia bukanlah pada sistem hukum itu
sendiri, melainkan pada kualitas manusia yang menjalankan hukum
(penegak hukum). Tidak hanya penegak hukum ataupun pemerintah yang
bertindak, masyarakat senantiasa diharapkan berperan secara aktif dalan
penegakn hukum pidana lingkungan misalnya melaporkan kepada aparat.53
Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
yang negatif, yang pertama adalah faktor yang ada di dalam sistem hukum

52
John Kenedi, 2017 Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy): Dalam Sistem Penegakan
Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 205
53
Muhamad Erwin, 2008, hukum lingkungan dan kebijakan pembangunan lingkungan
hidup, (bandung: Refika Aditama), hlm 12
45

itu sendiri mulai dari hukumnya, penegak hukumnya serta sarana prasarana
untuk penegakan hukum. Kedua adalah faktor yang ada di luar sistem
hukum yang meliputi kesadaran hukum masyarakat itu sendiri.
Perkembangan hukum di masyarakat sosial politik dan budaya yang
mempengaruhi hal tersebut.
Ada beberapa faktor permasalahan penegakan hukum, yang pertama
adalah faktor kualitas penegak hukum secara professional, kedua lemahnya
wawasan pemikiran bagi penegak hukum dalam memahami hukum itu
sendiri yang ketiga adalah minimnya keterampilan untuk bekerja memenuhi
kebutuhan hukum yang keempat rendahnya motivasi kerja, yang kelima
adalah rusaknya moralitas personil aparat penegak hukum yang membuat
hukum itu menjadi tidak dapat ditegakkan, yang kenam adalah tingkat
pendidikannya hukum yang rendah perlunya perbaikan pendidikan hukum
sejak dini, yang ketujuh adalah sangat sedikitnya program-program
pengembangan sumber daya manusia di kalangan organisasi-organisasi
penegak hukum untuk meningkatkan kemampuan dalam ilmu hukum.
Menurut Soerjono Soekanto, masalah pokok dalam penegakan hukum
terletak pada Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampaknya terletak pada inti
faktor-faktor tersebut. Menurut Soerjono Soekanto, faktor-faktor tersebut
terdiri dari faktor hukum, penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor
masyarakat, dan faktor kebudayaan.54
Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan indikator dalam hambatan
penegakan hukum penyediaan wadah penampungan sampah berdasarkan
jenis sampah pada tempat usaha di kota pekanbaru:
1. Faktor Hukum
Undang-undang adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan
dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Mengenai
berlakunya undang-undang tersebut terdapat beberapa asas yang
tujuannya adalah agar Undang-undang tersebut tersebut memiliki
dampak positif sesuai dengan tujuan dibentuknya hukum atau undang-
54
Soerjono Soekanto,1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum,Jakarta: Grafindo Persada,hlm.5.
46

undang itu sendiri. Jadi, suatu peraturan yang dibentuk tersebut


haruslah sesuai dengan asas-asas berlakunya undang-undang, dan
tentunya harus memiliki peraturan pelaksana yang sangat diperlukan.
Juga untuk bahan pertimbangan dalam pembentukan suatu undang-
undang adalah lebih memperhatikan kejelasan arti kata didalam
undang-undang karena sering terjadi salah penafsiran serta
penerapannya. Menutut bapak fery susanto :
“Sanksi pidana yang diberikan kepada orang yang tertangkap
tangan membuang sampah tidak pada tempat yang telah
ditentutkan sebesar 2.500.000.00 (dua juta limaratus ribu rupiah)
sangat besar bagi pelanggar, seharusnya perda mengatur tahap
tahap sanksi pidana ini”.55
Menurut bapak fery susantosendiri sanksi pidana 2.500.000.00
(dua juta limaratus ribu rupiah) sangat besar bagi otang yang tertanggap
tangaan melanggar membuang sampah pada tempat yang sudah di
tentukan.
Berdasarkan observasi lapangan penulis mengetahui faktor
penghambat penegakan hukum penyediaan wadah penampungan
sampah berdasarkan jenis sampah pada dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru dilihat dari faktor yang pertama yakni faktor
hukumnya sendiri, peneliti mengetahui bahwa terlalu besarnya sanksi
2.500.000.00 bagi para pelanggar yang mana menurut dinas lingkungan
hidup dan kebersihan seharusnya di dalam perda kota pekanbaru nomor
8 tahun 20014 mengatur tahap tahap tentang sanksi pidana terhadap
pelanggar.
2. Faktor Penegak Hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
Fungsi hukum mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum
memainkan peran penting. Penegak hukum atau orang yang bertugas
menerapkan hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, penegak
hukum atau orang bertugas menerapkan hukum mencakup ruang
55
Wawancara kepada Bapak fery susanto selaku, Kepala bidang pengelolaan sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
47

lingkup yang sangat luas, sebab menyangkut petugas pada strata atas,
menengah, dan bawah. Artinya, di dalam melaksanakan tugas-tugas
penerapan hukum, petugas harus memiliki suatu pedoman, diantaranya
peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-
tugasnya. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum
rendah maka akan ada masalah. Demikian pula sebaliknya, apabila
peraturan buruk, sedangkan kualitas penegak hukumnya baik, mungkin
pula timbul masalah-masalah. Dalam melakukan penegakan hukum,
faktor manusia (aparat) menjadi posisi penting. Berhasil tidaknya
proses penyelesaian perkara sangat bergantung pada manusianya.
Aparat penegak hukum yang melaksanakan tugas dengan dedikasi yang
tinggi, rasa pengabdian yang tinggi, dan adanya kemampuan
profesional yang memadai akan lebih mendukung keberhasilan
pelaksanaan tugas.
Prof. Dr. Baharudin Lopa (alm.) berpendapat bahwa jelas akan
menjadi penghambat apabila aparatur penegak hukum kurang
menguasai ketentuan-ketentuan yang mengatur batas tugas dan
wewenang dan kurang mampu menafsirkan dan menerapkan peraturan
hukum menjadi tugas pokok, Dengan demikian, penegakan hukum
akan mengalami kegagalan.56 Menurut bapak Fery Susanto selaku
kepala bidang pengelolaan sampah
“Banyaknya badan usha di kota pekanbaru dan luasnya area kota
pekanbaru untuk beberapa kecamatan menjadi hambatan buat
kami, karena kurangnya personil untuk mengawasi setiap
kecamatan kota pekanbaru khususnya di bagian pegelolaan
sampah”.57
Menurutnya bapak fery susanso banyaknya badan udsaha dan
luasnya kota pekanbaru menjadi hambatan untuk penegakan hukum
tersebut karena masih kurangnya personil dari dinas lingkungan hidup

56
Baharuddin Lopa, 2001 “Kejahatan korupsi dan penegakan hukum” (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas,),Hlm 16-17.
57
Wawancara Kepada Bapak Fery Susanto selaku, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
48

dan kebersihan kota pekanbaru terutama di bagian pengelolaan sampah


untuk mengawasi badan usaha milik masyarakat kota pekanbaru.
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan penulis,
penulis mengetahui faktor penghambat dari penegakan hukum
penyediaan wadah penampungan sampah berdasarkan jenis sampah
pada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru dilihat dari
faktor yang kedua yakni penegakan hukum, yaitu kurangnya personil
dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru terutama di
bagian pengelolaan sampah untuk mengawasi badan udaha karena
banyaknya badan usaha yang berada di kota pekanbaru serta luasnya
area kota pekanbaru seperti hasil lapangan yang penulis dapatkan
hampir rata rata jalan yang ada di kota pekanbaru merupakan badan
usaha milik masyarakat.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
Kepastian penanganan suatu perkara senantiasa tergantung pada
masukan sumber daya yang diberikan di dalam program- program
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana. Tidak mungkin
penegakan hukum akan berjalan dengan lancer tanpa adanya sarana
atau fasilitas tertentu yang ikut mendukung dalam pelaksanaanya.
Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga
elemen penting yang mempengaruhi, yaitu: pertama, institusi penegak
hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan
mekanisme kerja kelembagaannya; kedua, budaya kerja yang terkait
dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan
ketiga, perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja
kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan
standar kerja, baik hukum materielnya aupun hukum acaranya. Upaya
penegakan hukum secara sistemik haruslah memperhatikan ketiga
aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan
keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.
Melalui sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan
tugas penegakan hukum, tentunya semakin lebih berhasil. Sebaliknya,
49

kurangnya prasarana dan sarana yang mendukung pelaksanaan tugas,


hasilnya tentu tidak seperti yang diharapkan. Kurangnya prasarana dan
sarana yang dapat mendukung pelaksanaan tugas, seprti alat-alat tulis
kantor yang sangat kurang, alat-alat transportasi, komunikasi,
kesejahteraan petugas yang minim, dan sebagainya akan memberikan
pengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Menurut bapak fery susanto:
“Kurangnya fasilitas yang kami miliki, seperti mobil
pengangkutan sampah itu sendiri yang mana mobil pengangkutan
sampah hanya memili satu bak dan dicampur di dalam satu bak
menurut saya rasanya seperti sia sia saja apabila masyarakat
sudah mengumpulkan sampah dan dipisahkan berdasarkan
jenisnya kemudian akan di tumpuk kembali dan dicampur kembali
di mobil bak sampah dari TPS sekita ke TPA”.58
Menurut bapak hendra afriadi fasilitas juga termasuk hambatan
untuk penegakan hukum tersebut seperti mobil pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA yang mana mobil hanya memiliki satu bak
menurutnya kegiana masyarakat akan sia sia saja apabila masyarakat
sudah memilah sampah berdasarkan jenisnya akan tetapi diangkut dari
TPS ke TPA akan dicampur kembali. Menurut bapak Fery Susanto
selaku kepala bidang pengelolaan sampah :
“Kurangnya dana yang kami miliki untuk menyediakan wadah
penampungan sampah di setiap kawasan atau tempat umum seperi
di pinggir jalan jalan dan taman yang banyak masyarakat kota
pekanbaru berkumpul”.59
Menurut bapak fery susanto kurangnya dana yang dimiliki DLHK
menjadi hambatan untuk penegakan hukum tersebut karena dengan
kurangnya dana mereka tidak bisa menyediakan wadah penampungan
sampah sesuai jenisnya di tempat masyarakat pekanbaru banyak
berkumpul atau di tempat umum lainnya.

58
Wawancara kepada Bapak fery susanto selaku, Kepala bidang pengelolaan sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
59
Wawancara Kepada Bapak Fery Susanto selaku, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
50

Sarana dan prasarana ini mencakup diantaranya tenaga manusia


yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup, dan lain sebagainya. Kalau hal-hal ini
tidak terpenuhi maka dapat dipastikan upaya penegakan hukum yang
aka dilakukan menjadi sia-sia. Namun jika sebaliknya hal-hal yang
diuraikan diatas tadi dapat dipenuhi maka upaya penegakan hukum
yang digaungkan oleh pemerintah akan tercapai dengan efektif dan
seefisien mungkin.\
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana
mempunyai peran yang sangat penting didalam penegakan hukum.
Tanpa adanya sarana dan prasarana tersebut tidak mungkin penegak
hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang
aktual. Khusus untuk sarana dan prasarana ini hendaknya menganut
jalan pikiran sebagai berikut :
a) Yang tidak ada menjadi diadakan yang baru betul,
b) Yang rusak atau salah menjadi diperbaiki atau dibetulkan,
c) Yang kurang menjadi ditambah,
d) Yang macet menjadi dilancarkan,
e) Yang mundur atau merosot menjadi dimajukan atau ditingkatkan.
Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan penulis, faktor
penghambat penegakan hukum penyediaan wadah penampungan
sampah berdasarkan jenis sampah pada dinas lingkungan hidup dan
kebersihan dilihat dari faktor yang ke tiga yakni faktor sarana dan
fasilitas yaitu kurangnya anggaran dana yang dimiliki dinas lingkungan
hidup untu menyediakan wadah penampumgan sampah yang di
pisahkan sesuai jenis sampah di tempat tempat yang bisanya
masyarakat kota pekanbaru berkumpul, kemudian penulis juga
mengetahui bahwa mobil yang mengangkut sampah dari TPS ke TPA
baknya tidak dibagi sesuai jenis sampahnya yang mana menurut DLHK
itu akan sia sia saja jika masyarakat sudah mengumpulkan sampah
berdasarkan jenisnya akan tetapi akan di campur kembali di dalam bak
mobil yang mengangkut ke TPA.
51

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku


atau diterapkan.
Salah satu faktor yang menegakan suatu peraturan adalah warga
masyarakat. Peengakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan
untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat itu sendiri. Secara
langsung masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Pada
setiap tindak pidana atau usaha dalam rangka penegakan hukum, tidak
semuanya diterima masyarakat sebagai sikap tindak yang baik, ada
kalanya ketaatan terhadap hukum yang dilakukan dengan hanya
mengetengahkan sanksi-sanksi negative yang berwujud hukuman atau
penjatuhan pidana apabila dilanggar. Hal itu hanya menimbulkan
ketakutan masyarakat terhadap para penegak hukum semata atau
petugasnya saja.
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian didalam masyarakat. Oleh karena itu dipandang
dari berbagai macam sudut masyarakat dapat mempengaruhi penegakan
hukum tersebut. Hal ini dibuktikan dengan definisi-definisi hukum
yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan,
b) Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang
kenyataan,
c) Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan
perilaku pantas yang diharapkan,
d) Hukum diartikan sebagai tata hukum (hukum positif),
e) Hukum diartikan sebagai pejabat ataupun petugas,
f) Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa,
g) Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan,
h) Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan unik,
i) Hukum diartikan sebagai jalinan nilai,
j) Hukum diartikan sebagai seni.
52

Menurut bapak fery susanto selaku kepala bidang pengelolaan


sampah:
“Kepekaan masyarakat terhadap peraturan tersebut khususnya
kota pekanbaru masih kurang masalah pemisahan sampah ada,
kami sudah menyediakan wadah penampungan sampah yang
sudah dibagi menjadi dua ataupun tiga akan tetapi hasil lapangan
yang kami dapatkan masyarakat kota pekanbaru masih
mencampurnya dan membuangnya di satu tempat”.60
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Fery Susanto
kurangnya kepekaan masyarakat terhadap hukum yang berlaku karena
dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru sudah
menyediakan wadah penampungan sampah yang dipisah sesuai dengan
jenisnya akan tetapi survei lapangan dari DLHK masyarakat masih
mencapurnya di dalam satu tempat sampah.
Dari sekian banyaknya definisi yang diberikan masyarakat
terhadap hukum terjadi kecenderungan yang sangat luar biasa besarnya
dimana masyarakat mengartikan hukum dan mendefinisikannya dengan
petugas. Sehingga dengan demikian dapat menimbulkan akibat yang
positif maupun negatif. Akibat positif yang ditimbulkan dengan adanya
anggapan masyarakat ini adalah masyarakat dapat menegtahui hak-hak
maupun kewajibannya sehingga akan berkelanjutan dengan adanya
pemahaman-pemahaman tertentu mengenai hukum. Sedangkan akibat
negatifnya adalah masyarakat seakan-akan selalu bergantung pada
aparat penegak hukum itu sendiri sehingga memungkinkan
menumpuknya tugas yang di emban oleh aparat penegak hukum.
Penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat yang
berada di taman RTH kota Pekanbaru bapak Muhamad Dimas selaku
warga kecamatan Binawidya:
“Saya tidak tau kalau tong sampah yang di sediakan dipilah dan
dibedakan karena ditempat sampahnya sendiri tidak tertulis kalau
tong sampah ini untuk apa, kemudian tidak adanya papan atau
60
Wawancara Kepada Bapak Fery Susanto selaku, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
53

tulisan himbauan di tempat untuk membuang sampah sesuai


dengan jenis sampahnya”.61
Menurut bapak dimas dia tidak mengetahui kalau tempat
penampungan sampah sendiri dibedakan berdasarkan jenis sampahnya
karena tidak ada tulisan di tempat sampahnya dan himbauan yang
tertulis di tempat tersebut.
Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan penulis, faktor
penghambat penegakan hukum penyediaan wadah penampungan
sampah berdasarkan jenis sampah dilihat dari faktor yang ke empat
yakni faktor masyarakat, yaitu kurangnya kepekaan masyarakat
terhadap hukum tersebut yang mana dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru (DLHK) sudah menyediakan wadah
penampungan sampah berdasarkan jenisnya di tempat tempat umum
yang mana tempat tersebut adalah tempat yang banyak masyarakat kota
pekanbaru berkumpul, akan tetapi hasil lapangan yang didapatkan oleh
(DLHK) masyarakat masih mencapur sampah tersebut di dalam tempat
sampah yang sama. Penulis juga mendapatkan informasi dari
masyarakat, mereka masih mencapur sampah di dalam tempat sampah
yang sama padahal sudah di bedakan karena tidak ada himbauan
tersendiri dari (DLHK) bawah tempat sampah tersebut dibedakan dan
membuang sampah harus berdasarkan jenis sampahnya.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa.
Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang
sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara
peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka
akan semakin mudahlah dalam menegakannya. Penegakan hukum
dapat menjamin kepastian hukum, sebagai proses kegiatan yang
61
Wawancara bapak muhamad dimas, warga kecamatan binawidya kelurahan
tobekgodang, pada tanggal 2 september 2023
54

meliputi berbagai pihak ermasuk masyarakat dalam rangka pencapaian


tujuan adalah keharusan untuk melihat penegakan hukum pidana
sebagai suatu sistem peradilan pidana.
Kebudayaan yang baik diharapkan dapat dipenuhi oleh setiap
pihak yang berkaitan dalam hukum tersebut. Yang mana hal ini dapat
ditinjau dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yakni,
noema sosial, norma agama, norma kesopanan, dan norma hukum.
Tidak terlepas hal ini juga kembali kepada hukum adat yang tumbuh
dan berkembang ditengah masyarakat tersebut, yang juga berfungsi
sebagai sarana untuk mengadakan perubahan dan menciptakan hal-hal
yang baru. Menurut bapak fery susanto selaku kepala bidang
pengelolaan sampah :
“Yang masih kami lakukan sekarang ini yakni membenahi
kebudayaan buruk yang masih melekat pada masyarakat kota
pekanbaru untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun
membuang sampah di dalam tong sampah, soal penyediaan wadah
penampungan sampah yang harus dibedakan dan membuang
sampah sesuai jenisnya saya rasa masih awam untuk masyarakat
kota pekanbaru”.62
Menurut bapak Fery Susanto mereka masih membenahi
kebudayaan buruk masyarakat kota pekan baru untung membuang
sampah di dalam tong sampah, soal penyediaan wadah penampungan
sampah yang di bedakan masyarakat kota Pekanbaru masih awam
untuk hal tersebut.
Bedasarkan observasi lapangan yang dilakukan penulis, faktor
penghambat penegakan hukum penyediaan wadah penampungan
sampah berdasarkan jenis sampah dilihat dari indikator yang kelima
yakni faktor kebudayaan yaitu masih buruknya kebudayaan yang
melekat kepada masyarakat kota pekanbaru tentang sampah itu sendir,
jadi dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru (DLHK)

62
Wawancara Kepada Bapak Fery Susanto selaku, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, pada tanggal 1 september 2023
55

masih proses memperbaiki kebudayaan masyarakat yang masih


membuang sampah sembarangan, bagi masyarakat hal ini merupakan
suatu hal yang tabu atau masih banyak yang tidak mengetahui bahwa
penyediaan wadah sampah sendiri harus dibagi sesuai dengan jenis
sampahnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penegakan Hukum Penyediaan Wadah Penampungan Sampah Sesuai


Jenis Sampah.
Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan tentang
bagaimana penegakan hukum tentang penyediaan wadah penampungan
sampah berdasarkan denga jenis sampahnyan belum terlaksanya
penegakan hukum secara administrasi karena belum adanya teguran dari
dinas lingkungan hidup kota pekanbaru kepada badan usaha yang belum
menyediakan wadah penampungan sampah sesuai dengan jenis
sampahnya. Kemudian sanksi pidana denda sebesar dua ratus limapuluh
ribu kepada orang yang membuang sampah tidak pada wadah
penampungan sampah yang di sediakan oleh dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru.
2. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Penyediaan Wadah
Penampungan Sampah Sesuai Jenis sampah.
Sementara itu, faktor penghambat penegakan hukum tentang
penyediaan wadah penampungan sampah sesuai jenis sampah pada dinas
lingkungan hidup dan kebersihan yaitu
a. Faktor hukumnya, terlalu besarnya sanksi 2.500.000.00 bagi para
pelanggar yang mana menurut dinas lingkungan hidup dan kebersihan
seharusnya di dalam perda kota pekanbaru nomor 8 tahun 20014
mengatur tahap tahap tentang sanksi pidana terhadap pelanggar.
b. Faktor penegak hukum, kurangnya personil dinas lingkungan hidup dan
kebersihan kota pekanbaru terutama di bagian pengelolaan sampah
untuk mengawasi badan udaha karena banyaknya badan usaha yang
berada di kota pekanbaru serta luasnya area kota pekanbaru, kemudian
hampir rata rata jalan yang ada di kota pekanbaru merupakan badan
usaha milik masyarakat.

56
57

c. Faktor sarana atau fasilitas kurangnya anggaran dana yang dimiliki


dinas lingkungan hidup untu menyediakan wadah penampumgan
sampah yang di pisahkan sesuai jenis sampah di tempat tempat yang
bisanya masyarakat kota pekanbaru berkumpul, kemudian mobil yang
mengangkut sampah dari TPS ke TPA baknya tidak dibagi sesuai jenis
sampahnya yang mana menurut DLHK itu akan sia sia saja jika
masyarakat sudah mengumpulkan sampah berdasarkan jenisnya akan
tetapi akan di campur kembali di dalam bak mobil yang mengangkut ke
TPA.
d. Faktor masyarakat, kurangnya kepekaan masyarakat terhadap hukum
tersebut yang mana dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota
pekanbaru (DLHK) sudah menyediakan wadah penampungan sampah
berdasarkan jenisnya di tempat tempat umum yang mana tempat
tersebut adalah tempat yang banyak masyarakat kota pekanbaru
berkumpul, akan tetapi hasil lapangan yang didapatkan oleh (DLHK)
masyarakat masih mencapur sampah tersebut di dalam tempat sampah
yang sama. Yang mana mereka masih mencapur sampah di dalam
tempat sampah yang sama padahal sudah di bedakan karena tidak ada
himbauan tersendiri dari (DLHK) bawah tempat sampah tersebut
dibedakan dan membuang sampah harus berdasarkan jenis sampahnya.
e. Faktor kebudayaan, masih buruknya kebudayaan yang melekat kepada
masyarakat kota pekanbaru tentang sampah itu sendir, jadi dinas
lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru (DLHK) masih
proses memperbaiki kebudayaan masyarakat yang masih membuang
sampah sembarangan, bagi masyarakat hal ini merupakan suatu hal
yang tabu atau masih banyak yang tidak mengetahui bahwa penyediaan
wadah sampah sendiri harus dibagi sesuai dengan jenis sampahnya.

B. Saran

Adapun saran penulis berikan sebagai masukan dalam penegakan


hukum tentang penyedian wadah penampungan sampah sesuai jenis sampah
pada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru yaitu :
58

1. Kepada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru


disarankan untuk menegakan hukum kepada masyarakat kota
pekanbaru tentang penyediaan wadah penampungan sampah
berdasarkan jenis sampah juga menerapkan sanksi administratif kepada
masyarakat yang melanggar peraturan tersebut.
2. Kepada pemerintah dan walikota pekanbaru untuk mengkaji ulang
perda kota pekanbaru no 8 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah
terkusus dibagian sanksi pidana untuk masyarakat yang melanggar.
3. Kepada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru untuk
memperbanyak personil pengawasan di bidang pengelolaan sampah
guna untuk mengawasi para pelanggar di bagian pengelolaan sampah.
4. Kepada walikota untuk emanmbah anggaran dinas lingkumgan hidup
dan kebersihan kota pekanbaru untuk melengkapi fasilitas terutama di
bagian pengelolaan sampah.
5. Kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran bersama menjaga
kebersihan lingkungan dimana mereka tinggal.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Citra aditya Bakti,


Bandung,
Abdulkadir Muhammad,2006 Etika Profesi Hukum, Citra aditya
Bakti,Bandung,
Achmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia
Baringbing, RE., 2001, Catur Wangsa Simpul Mewujudkan Supremasi
Hukum. Jakarta: Pusat Kajian Informasi
Chaerudin dkk, 2008 Strategi Pencegahan Dan Penegakan Hukum Tindak
Pidana Korupsi, Refika Editama,Bandung
Chaerudin dkk, 2008, Strategi Pencegahan Dan Penegakan Hukum Tindak
Darwis, Amri., 2021, Metode Penelitian Pendidikan Agama islam
Pengembangan Ilmu Berparadigma Islami. Suska Press : Pekanbaru
Departemen Pendidikan Nasional, 2007 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Dirdjosisworo, Soedjono., 2010,Pengantar Ilmu Hukum. Rajawali Press
Hukum di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta,
Husen, Harun M., 1990, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia.
Rineka Cipta: Jakarta
Ilhami Bisri,2011 Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-prinsip & Implementasi
Jakarta:Balai Pustaka,
John Kenedi, 2017 Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy): Dalam Sistem
Penegakan Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
John Kenedi, 2017 Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy): Dalam Sistem
Juli Soemirat Slamet, 2002. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
mada
Otje Salman, Anton F.Susanto,2009 Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan
Dan Membuka Kembali,PT Refika Aditama, Bandung
Satjipto Raharjo,2009 Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis,
Yogyakarta: Genta Publishing, hlm
Shant Dellyana,1988 Konsep Penegakan Hukum,Liberty,Yogyakarta,
Sirajudin, Zulkaranain dan Sugianto, 2009, Komisi Pengawas Penegak
Hukum Mampukah Membawa Perubahan, Malang Coruption Watch dan
YAPPIKA, Malang,
Slamet, Titon., 2009, Pengantar Sistem Hukum Indonesia. PT Alumni
Soekanto, Soerjono., 2005, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Jakarta:PT. Raja Grafindo

59
60

Soekanto, Soerjono., 2012, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:


Universitas Indonesia Press
Soerjono Soekanto,1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, Jakarta: Grafindo Persada
Soerjono Soekanto,2008 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum,Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Sudarsono., 2004, Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta
Sudikno Mertokusumo,1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar),
Yogyakarta: Genta Publishing,
Sugiyono., 2009, Metode Penelitian Pendidikan Bandung : CV. Alfabeta
Supriadi., 2005, Hukum lingkungan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Purwadi
university press.
Yudi Krismen,Tomi Dasri, 2019 Pengantar Sistem Hukum Indonesia,
Rajawali Pers, Depok
Yudi Krismen dan Tomi Dasri, 2019, Pengantar Sistem Hukum Indonesia,
Rajawali Pers, Depok,
B. Peraturan Perundang-undangan
UU No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Perwako No 134 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pengnaan Sanksi
Administratif Pelanggaran Peratutan Daerah Kota Pekanbaru No 8 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Sampah
Perwako No 103 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kota
Pekanbaru
Perda Kota Pekanbaru No.8 Tahun 2014 tentang pengelolaan sampah
didalam
C. Jurnal Skripsi atau Artikel
Fitri, et all., 2019, Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam Inovasi
Pengelolaan Sampah Terpadu (Studi Kasus di Taman Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Randegan Kota Mojokerto). Respon Publik
H, Margareta., 2019, Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru
Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Peran
Bank Sampah Bukit Hijau Berlian Di Kecamatan Tampan). (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum, Ilmu Hukum, Uin Suska Riau
Kahfi, Ashabul., 2017, Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sampah.
Jurisprudentie Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar,
Volume 4 Nomor 1 Juni
61

Mahyudin, Rizqi Puteri., 2017, Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah


Dan Dampak Lingkungan di Tpa (Tempat Pemrosesan Akhir). Jukung
Jurnal Teknik Lingkungan, Volume 3 No.1
Mulyanto. Oktober 2013. “Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (Pangestu)
Kelurahan Serengan dalam Kajian Sosiologi Hukum”. Jurnal Parental.
Volume I Nomor 2 Tahun 2013
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru 2019, Edisi III
Yudi Anugerah., 2017, Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru
Nomor 08 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Tentang
Forum Masyarakat Peduli Sampah. Jurnal Penelitian Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
D. Internet
Nofitra, Riyan., Pengelolaan Sampah Di Pekanbaru Disebut Belum
Baik,https://www.riauonline.co.id/riau/kotapekanbaru/read/2019/02/21/
pengelolaan-sampah-di-pekanbaru-belum-baik. diakses 31 juli, Pukul
16:34
LAMPIRAN

Dokumentasi Penelitian

62
63
64
65
66
67
68

Anda mungkin juga menyukai