Modul PLH 2022
Modul PLH 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT., Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta.
Atas berkat rahmat serta hidayah-Nya, Modul Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH) untuk SMK kelas XII Semester Ganjil telah selesai dibuat. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah dan terlimpah kepada junjungan mulia kita, Nabiyullah Muhammad
SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya serta semua umatnya yang selalu setia pada
Lingkungan Hidup (PLH) yang didalamnya sudah berisi pedoman praktek pada setiap
materi pembelajaran.
Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang dibuatnya. Penulis
pun menyadari, dalam penyusunan Modul Pembelajaran ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat
penulis berharap semoga Modul Pembelajaran ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
Penyusun
i
| Kata Pengantar
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
PEMBELAJARAN I
PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN....... 1
A. Adipura ................................................................................ 1
B. Adiwiyata............................................................................... 3
C. Kalpataru............................................................................... 3
PEMBELAJARAN II
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.................................................... 5
A. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan Hidup.................................................................. 5
B. Landasan Hukum Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia...... 7
C. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan............................. 8
D. Tugas.................................................................................... 9
PEMBELAJARAN III
AMDAL............................................................................................... 10
A. Pengertian AMDAL.................................................................. 10
B. Prosedur AMDAL.................................................................... 12
C. Manfaat AMDAL...................................................................... 13
D. Tugas.................................................................................... 14
PEMBELAJARAN IV
KOMPOS............................................................................................ 15
A. Definisi Kompos..................................................................... 10
B. Jenis-Jenis Kompos................................................................. 16
C. Alat dan Bahan pembuatan kompos......................................... 17
D. Cara Kerja Pembuatan Kompos................................................ 18
E. Indikator keberhasilan dalam Pembuatan Kompos..................... 18
F. Faktor Pendukung Pembuatan Kompos.................................... 18
G. Manfaat Kompos.................................................................... 21
H. Tugas.................................................................................... 22
PEMBELAJARAN V
PESTISIDA ORGANIK............................................................... 23
A. Definisi Pestisida Organik........................................................ 23
B. Manfaat Pestisida Organik....................................................... 24
C. Jenis Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan
Pestisida Organik.................................................................... 24
D. Alat dan Bahan Pembuatan Pestisida Organik........................... 26
E. Cara Kerja Pembuatan Pestisida Organik.................................. 27
F. Tugas.................................................................................... 27
PEMBELAJARAN VI iii
PENJERNIHAN AIR................................................................... 29
A. Definisi Penjernihan Air........................................................... 29
| Daftar Isi
B. Manfaat Penjernihan Air.......................................................... 30
C. Teknik-Teknik dalam Penjernihan Air....................................... 30
D. Alat dan Bahan Penjernihan Air............................................... 33
E. Proses Pembuatan Alat Penjernihan Air.................................... 34
F. Tugas.................................................................................... 34
PEMBELAJARAN V
BIOPORI................................................................................... 35
A. Definisi Biopori....................................................................... 35
B. Manfaat Biopori...................................................................... 36
C. Lokasi Pembuatan Biopori....................................................... 37
D. Alat dan Bahan Pembuatan Biopori.......................................... 38
E. Cara Kerja Pembuatan Biopori................................................. 39
F. Ketentuan Jumlah Biopori....................................................... 39
G. Tugas.................................................................................... 40
iii
| Daftar Isi
PEMBELAJARAN I
PROGRAM PEMERINTAH DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Standar Kompetensi :
Memahami upaya manusia hidup selaras dengan alam.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan beberapa program pemerintah dalam pengelolaan lingkungan.
Indikator :
Mampu menjelaskan program pemerintah: Adipura, Adiwiyata, dan
Kalpataru.
Mampu menjelaskan tujuan masing-masing program pemerintah:
Adipura, Adiwiyata, dan Kalpataru.
Pengantar
Pengelolaaan sumberdaya alam merupakan tanggung jawab bersama semua
komponen masyarakat, sedangkan pemerintah memberikan kepastian dasar
hukum yang mengikat berupa kebijakan atau peraturan pemerintah. Pembentukan
karakter kesadaran dalam pengelolaan sumber daya alam secara formal
dimasukkan dalam kurikulum sekolah, sedangkan untuk merangsang kepedulian
komponen masyarakat dipandang penting adanya penghargaan. Dalam bab 6 ini
dipaparkan beberapa program pemerintah yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan, seperti Adipura, Adiwiyata, dan Kalpataru.
A. Adipura
Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil
dalam pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan
oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Sebagai dasar hukum pelaksanaan
program Adipura disusun Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/ 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Adipura.
1. Kriteria
Dalam Peraturan Menteri tersebut terdapat kriteria penilaian dalam program
Adipura antara lain:
a. Pengelolaan Sampah dan Ruang Terbuka Hijau,
b. Pemanfaatan Ekonomi dari Pengelolaan Sampah dan RTH,
4
c. Pengendalian Pencemaran Air,
2. Kategori Adipura
Pada tahun 2017, kategori Adipura dibagi menjadi 5 (Paripurna, Kencana,
Karya, Bhakti, dan Buana). Ini berbeda dari tahun sebelumnya yang hanya
tiga kategori (Paripurna, Kencana, dan Buana). Berikut penjelasan tiap
kategori:
a. Adipura Buana
Diberikan kepada pemerintah daerah yang menggabungkan unsur
sosial dengan lingkungan untuk membentuk kota yang layak huni
yang tercermin dari masyarakat kota yang peduli lingkungan.
b. Adipura Kirana
Penilaiannya dititik beratkan pada kota yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui trade, tourism and investmen yang
berbasis pengelolaan lingkungan hidup.
c. Adipura Karya
Menggabungkan aspek sosial dan ekonomi untuk membentuk produktif
city ct. Penciptaan lapangan kerja, pendidikan kesehatan, transportasi
masal ramah lingkungan dan jaringan kerjasama antar daerah.
d. Adipura Bhakti
Menganugerahkan Walikota/Bupati terbaik yang Progresif, Kolaboratif
dan Kreatif.
e. Adipura Paripurna
Merupakan penghargaan bagi kota/kabupaten dengan capaian minimal
dua kategori dari beberapa kategori.
4
B. Adiwiyata
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata : Sekolah
Adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program
Adiwiyata dilaksanakan berdasarkan prinsip edukatif, partisipatif, dan
berkelanjutan. Diikuti oleh Sekolah Negeri atau Terakreditas dari SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK se-Indonesia.
Komponen Penilaian Adiwiyata, antara lain:
1. Aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan,
2. Aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan,
3. Aspek kegiatan sekolah berbasis partisipatif, dan
4. Aspek pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah yang ramah
lingkungan.
Kategori Adiwiyata, antara lain:
1. Adiwiyata nasional, dan
2. Adiwiyata mandiri
C. Kalpataru
Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau
kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Kalpataru sendiri adalah bahasa Sanskerta yang berarti pohon kehidupan
(Kalpavriksha).
Kalpataru memiliki 4 kategori penghargaan, yaitu: 4
Pengantar
Proses panjang pembangunan disegala bidang pada dasarnya adalah keinginan
manusia untuk memenuhi kebutuhan atau kesejahteraan hidup. Segala upaya
eksploitasi sumber daya alam dilakukan dan dengan berjalannya waktu baru
disadari bahwa kerusakan alam yang telah dilakukan akan mengancam kehidupan
dan generasi masa depan.
Kesadaran terhadap lingkungan ini selanjutnya dituangkan dalam berbagai
kesepakatan diantaranya adalah pembangunan berkelanjutan. Konsep pokok
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Pembahasan tentang pembangunan berkelanjutan
banyak dibahas dari berbagai sisi keilmuan, pada Pembelajaran ini disampaikan
beberapa arti dan konsep pembangunan berkelanjutan.
Pengantar
Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.
Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat
pembuangan dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA
jika tumpukan sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat
mengakibatkan pencemaran,yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau
yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk
mengatasi limbah padat, yaitudengan menggunakan teknologi daur ulang limbah
padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi.
Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan
untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi.
Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi
penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan.
Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia
dengan mencegah pembuangan limbah organik.
A. Pengertian AMDAL
Mengingat bahwa bangsa Indonesia dewasa ini sedang giat melaksanakan
pembangunan di segala bidang, maka yang harus menjadi perhatian adalah
bahwa pembangunan itu tidak boleh mengorbankan lingkungan. Untuk itu
lingkungan hidup perlu dilindungi, dan keperluan tersebut pada tahun 1982 telah
terbentuk Undang-undang yang melindungi lingkungan hidup. Undang-undang 14
B. Prosedur AMDAL
Prosedur AMDAL terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Penapisan (screening) wajib AMDAL
Menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan wajib menyusun
AMDAL atau tidak. Berdasarkan Kepmen LH no 17 tahun 2001, terdapat
beberapa rencana usaha dan bidang kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL, yaitu: pertahanan dan keamanan, pertanian, perikanan, kehutanan,
kesehatan, perhubungan, teknologi satelit,
perindustrian, prasarana wilayah, energi dan sumber daya mineral,
pariwisata, pengembangan nuklir, pengelolaan limbah B3, dan rekayasa
genetika. Kegiatan yang tidak tercantum dalam daf-tar wajib AMDAL, tetapi
lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam
kategori menimbulkan dampak penting, dan wajib menyusun AMDAL.
Kawasan lindung yang dimaksud adalah hutan lindung, kawasan bergambut,
kawasan resapan air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan sekitar mata
air, kawasan suaka alam, dan lain sebagainya.
14
C. Manfaat AMDAL
Manfaat AMDAL dibagi tiga dilihat dari objeknya, yaitu:
1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah
a. Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.
b. Menghindarkan konflik dengan masyarakat.
c. Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan
berkelanjutan.
14
D. Tugas
Dibawah ini terdapat beberapa kasus mengenai materi yang telah dijelaskan.
Jawablah pertanyaan tersebut dengan tepat !
1. Bila ditemukan sebuah industri dibangun di tengah wilayah pemukiman,
bagaimana pendapatmu terkait dengan AMDAL?
2. Banyak dijumpai indutri membuang limbah cair ke sungai Citarum sehingga
terjadi pencemaran airapakh sudah melanggar dengan dokumen AMDAL?
3. Bila kamu ingin mendirikan studio musik di rumah, analisis dampak
lingkungan apasaja yang pokok diperhatikan?
14
Pengantar
Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.
Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat
pembuangan dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA
jika tumpukan sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat
mengakibatkan pencemaran,yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau
yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk
mengatasi limbah padat, yaitudengan menggunakan teknologi daur ulang limbah
padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi. Pengomposan dianggap
sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan,
keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan kompos
membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia
yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung
juga membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah
organik.
A. Definisi Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik. 22
BAB IV | Kompos
Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran
bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.
BAB IV | Kompos
cacing tanah dari jenis Lumbricus atau jenis lainnya. Vermikompos dibuat
dengan cara memberikan bahan organik sebagai pakan kepada cacing tanah.
Kotoran yang dihasilkan cacing tanah inilah yang dinamakan vermikompos.
Jenis organisme lain yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah
belatung (maggot black soldier fly).
4. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara
pengomposan basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun anaerob.
Pupuk organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari
beberapa praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan pada daun
dibanding pada akar (kecuali pada sistem hidroponik). Penyemprotan pupuk
organik cair pada daun harus menggunakan takaran atau dosis yang tepat.
Pemberian dosis yang berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan
cepat. Untuk mengetahui cara membuatnya silahkan baca cara membuat
pupuk organik cair.
Dalam hal ini kompos yang akan dibuat adalah jenis pupuk kompos bokhasi
yang coba akan dipraktekkan dalam pembelajaran.
BAB IV | Kompos
D. Cara Kerja Pembuatan Kompos
1. Masukkan 500gr sampah organik dan 500gr pupuk kompos yang sudah jadi
ke dalam ember.
2. Kemudian tambahkan 500 mL larutan EM4 dengan 1000 mL air bersih lalu
ditutup kemudian aduk hingga merata.
3. Ambil segenggam dari campuran, jika diperas airnya menetes, maka larutan
EM4 sudah cukup.
4. Peras bahan kompos hingga memungkinkan tidak ada kangdungan airnya.
5. Tutup kembali ember atau wadah dan beri lubang dibagian penutupnya, agar
udara dapat masuk.
6. Setiap seminggu sekali, aduk bahan kompos tersebut, lalu tutup kembali
ember atau wadah tersebut.
7. Setelah 3 minggu, lakukan pengamatan dengan indikator keberhasilan
kompos guna melihat apakah kompos berhasil atau tidak.
BAB IV | Kompos
Faktor-faktor yang mendukung proses pengomposan antara lain :
1. Rasio C/N (Carbon/Nitrogen)
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40
mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein.
Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis
protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba
dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran
partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan ( porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel bahan tersebut.
3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi
peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang
lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh
porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat,
maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.
Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume
total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai
Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka
pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan
terganggu. 22
BAB IV | Kompos
5. Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses
metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai
oksigen. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme
mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%.
Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
6. Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara
peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur
akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses
dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 -60o C menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 o C akan membunuh
sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-benih gulma.
7. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang tinggi. pH
yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5.
pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses
pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik
dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara
temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung
nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH
kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
22
BAB IV | Kompos
8. Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan
biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
9. Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn,
Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam
berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
G. Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil
panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
1. Aspek Ekonomi
a. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah,
b. Mengurangi volume/ukuran limbah,
c. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
2. Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah,
b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
22
BAB IV | Kompos
3. Aspek bagi tanah/tanaman
a. Meningkatkan kesuburan tanah,
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
c. Meningkatkan kapasitas serap air tanah,
d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen),
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman,
g. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman,
h. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.
H. Tugas
Setelah melakukan praktek pembuatan kompos. Jawablah pertanyaan
berikut dengan tepat!
1. Isilah tabel mengenai indikator keberhasilan pembuatan kompos !
keberhasilan
No Indikator Dokumentasi Keterangan
Ya Tidak
1 Baunya sama dengan tanah
2 Tidak berbau busuk
3 Warna coklat kehitaman
berbentuk butiran gembur
4
seperti tanah
Jika dimasukkan ke dalam
5
air seluruhnya tenggelam
Air tetap jernih tidak
6
berubah warna
22
BAB IV | Kompos
PEMBELAJARAN V
PESTISIDA ORGANIK
Standar Kompetensi :
Memahami tentang pestisida organik serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan pengertian, macam-macam dan caa pembuatan pestisida
organik
Indikator :
Menjelaskan pengertian pestisida organik
Mengidentifikasi macam-macam pestisida organik dan manfaatnya
Memahami alat dan bahan dalam pembuatan pestisida organik
Kelebihan dan kekurangan Alat dan bahan pestisida organik
Melakukan pembuatan pestisida organik
Melaporan hasil praktek pembuatan pestisida organik
Pengantar
Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan pestisida sintetik melalui
berbagai siklus secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi
manusia. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, dirasa sebagai
kebutuhan pokok masyarakat dalam usaha budidaya pertanian. Masyarakat juga
belum mengerti pengetahuan akan pemakaian pestisida kimia secara tepat sesuai
dengan peraturan ambang ekonomi. Oleh karena itu diperlukan solusi agar
masyarakat mengurangi ketergantungannya terhadap pestisida kima. Salah satu
solusi yang dapat digunakan adalah mengalihkan penggunaan pestisida kimia
menjadi pestisida nabati.
Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami dapat dijadikan
pilihan paling tepat. Pestisida organik bersifat mudah terurai menjadi bahan tidak
berbahaya dan juga dapat pula dipergunakan sebagai bahan pengusir atau
repelen terhadap serangga hama tertentu, menjadikannya alternatif dalam
pengenalian hama lestari yang ramah lingkungan
F. Tugas
Setelah melakukan praktek pembuatan pestisida organic. Jawablah
pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Isilah tabel pengamatan dibawah ini.
Tabel 1. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Warna Pestisida
No. Jenis Pestisida Warna
Organik Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
1. Ekstrak Daun
Sirsak
2. Ekstrak Daun
Sirtem
28
Pengantar
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan
adsorbs. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan
kemungkinan juga mengandung zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah
detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air
adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, korin atau kaporit, kapur tahar, dan
karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal, sehingga
lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloidal Al(OH)3 yang dapat
mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida.
Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka selain tawas
digunakan karbon akiif. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporlt
berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan). Sistem pengolahan air bersih
dengan sumber air baku sungai, tanah dan air pegunungan, dengan skala atau
standar air minum, memerlukan beberapa prosses. Mengenai prosses yang perlu
diterapkan tergantung dari kualitas air baku tersebut.
2. Teknik Pengendapan
a. Biji kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-
benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-
partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi,
dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Serbuk biji buah kelor
ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur
logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi
standar baku air minum dan air bersih.
b. Tawas
Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air.
Lama pengendapan berkisar selama 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk
pengendapan, tidak berfungsi untuk membunuh kuman dan menaikkan pH
dalam air. Jadi tidak di anjurkan untuk diminum secara langsung harus
dimasak terlebih dahulu. 34
Alat Bahan
a. Pisau a. Air
b. Gunting b. Rumput
c. Paku c. Kerikil
d. Botol air mineral d. Serabut Kelapa
e. Arang
f. Ijuk
g. Spons/Tissue
Adapun kegunaan dari bahan-bahan tersebut ialah:
1) Serabut dan di sini kita menggunakan kapas karena kapas tersebut dapat
menyerap endapan-endapan air yang membuat warna air keruh dan kita
bisa melihat endapan-endapan tersebut yang menempel pada kapas berupa
warna endapan atau air kotor tersebut.
2) Batu-batu atau kerikil berfungsi untuk menyaring material-material yang
berukuran besar, contoh: daun-daun yang berada di sungai, lumut,
ganggang dll.
34
F. Tugas
Setelah melakukan praktek proses penjernihan air. Jawablah pertanyaan
berikut dengan tepat!
1. Isilah tabel pengamatan dibawah ini
Tipe Air
No. Indikator
Air Alami Air Penj. 1 Air Penj. 2 Air Penj. 3
1 Warna
2 Bau
3 Endapan
2. Jelaskan fungsi serabut, kerikil dan arang dalam proses penjernihan air !
34
Pengantar
Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan
menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu perilaku masyarakat yang
belum mendukung pelestarian tanah dan lingkungan menyebabkan terjadinya
bencana alam banjir pada musim penghujan. Dalam rangka pemanfaatan sumber
daya alam baik berupa tanah dan air perlu direncanakan dan dikelola secara tepat
melalui suatu sistem pengelolaan Lubang Resapan Biopori (LRB). Salah satu upaya
pokok dalam pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan keseimbangan pada
lingkungan yang kurang daerah peresapan.
Dari aspek perencanaan ditempuh melalui penyempurnaan pembuatan
biopori di lingkungan sekitar sekolah. Di akspek inilah diharapkan akan dapat
menjadi acuan pelaksanaan pembuatan biopori oleh semua kalangan siswa.
Biopori secara umum, dapat mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang
kurang lahan peresapan air. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan
biopori yang secara rutuin akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat
bermanfaat.
A. Definisi Biopori
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam
kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan
kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman 40
C. Lokasi Pembuatan
Lubang resapan biopori (LRB) dibuat ditempat yang bebas dari lalu-lalang
orang terutama anak-anak. Oleh karena itu penempatannya harus diatur
sedemikian rupa dan disesuaikan dengan landscape yang ada. Karena fungsinya
sebagai peresap air maka penempatan LRB dilakukan di lokasi dimana air secara
alami akan cenderung berkumpul atau air tersebut diarahkan ke tempat dimana 40
G. Tugas
Lakukan praktek pembuatan Biopori dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Buat 3 ukuran lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan
diamter 10 cm.
2. Kedalaman masing-masing kurang lebih:
a. Lubang 1= 30 cm
b. Lubang 2= 90 cm
c. Lubang 3= 100 cm
3. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 – 3 cm dengan
tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
4. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput
5. Coba dengan memasukan air kedalam biopori dan catat kecepatan
resapan.
6. Isilah tabel pengamatan dibawah ini.
No. Kedalaman Biopori Kecepatan Resapan
1. Biopori 30 cm
2. Biopori 90 cm
3. Biopori 100 cm
40
40
| Daftar Pustaka