Anda di halaman 1dari 46

i

KATA PENGANTAR

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Segala puji hanya milik Allah SWT., Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta.

Atas berkat rahmat serta hidayah-Nya, Modul Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup

(PLH) untuk SMK kelas XII Semester Ganjil telah selesai dibuat. Shalawat dan salam

senantiasa tercurah dan terlimpah kepada junjungan mulia kita, Nabiyullah Muhammad

SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya serta semua umatnya yang selalu setia pada

syafaatnya hingga akhir zaman.

Modul Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) untuk kelas XII

bertujuan membantu siswa-siswi SMK untuk memahami pembelajaran Pendidikan

Lingkungan Hidup (PLH) yang didalamnya sudah berisi pedoman praktek pada setiap

materi pembelajaran.

Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang dibuatnya. Penulis

pun menyadari, dalam penyusunan Modul Pembelajaran ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.Akhirnya,

penulis berharap semoga Modul Pembelajaran ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Karawang, 20 Juli 2022

Penyusun
i

| Kata Pengantar
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

PEMBELAJARAN I
PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN....... 1
A. Adipura ................................................................................ 1
B. Adiwiyata............................................................................... 3
C. Kalpataru............................................................................... 3

PEMBELAJARAN II
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.................................................... 5
A. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan Hidup.................................................................. 5
B. Landasan Hukum Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia...... 7
C. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan............................. 8
D. Tugas.................................................................................... 9

PEMBELAJARAN III
AMDAL............................................................................................... 10
A. Pengertian AMDAL.................................................................. 10
B. Prosedur AMDAL.................................................................... 12
C. Manfaat AMDAL...................................................................... 13
D. Tugas.................................................................................... 14

PEMBELAJARAN IV
KOMPOS............................................................................................ 15
A. Definisi Kompos..................................................................... 10
B. Jenis-Jenis Kompos................................................................. 16
C. Alat dan Bahan pembuatan kompos......................................... 17
D. Cara Kerja Pembuatan Kompos................................................ 18
E. Indikator keberhasilan dalam Pembuatan Kompos..................... 18
F. Faktor Pendukung Pembuatan Kompos.................................... 18
G. Manfaat Kompos.................................................................... 21
H. Tugas.................................................................................... 22

PEMBELAJARAN V
PESTISIDA ORGANIK............................................................... 23
A. Definisi Pestisida Organik........................................................ 23
B. Manfaat Pestisida Organik....................................................... 24
C. Jenis Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan
Pestisida Organik.................................................................... 24
D. Alat dan Bahan Pembuatan Pestisida Organik........................... 26
E. Cara Kerja Pembuatan Pestisida Organik.................................. 27
F. Tugas.................................................................................... 27

PEMBELAJARAN VI iii
PENJERNIHAN AIR................................................................... 29
A. Definisi Penjernihan Air........................................................... 29

| Daftar Isi
B. Manfaat Penjernihan Air.......................................................... 30
C. Teknik-Teknik dalam Penjernihan Air....................................... 30
D. Alat dan Bahan Penjernihan Air............................................... 33
E. Proses Pembuatan Alat Penjernihan Air.................................... 34
F. Tugas.................................................................................... 34

PEMBELAJARAN V
BIOPORI................................................................................... 35
A. Definisi Biopori....................................................................... 35
B. Manfaat Biopori...................................................................... 36
C. Lokasi Pembuatan Biopori....................................................... 37
D. Alat dan Bahan Pembuatan Biopori.......................................... 38
E. Cara Kerja Pembuatan Biopori................................................. 39
F. Ketentuan Jumlah Biopori....................................................... 39
G. Tugas.................................................................................... 40

iii

| Daftar Isi
PEMBELAJARAN I
PROGRAM PEMERINTAH DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Standar Kompetensi :
Memahami upaya manusia hidup selaras dengan alam.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan beberapa program pemerintah dalam pengelolaan lingkungan.
Indikator :
 Mampu menjelaskan program pemerintah: Adipura, Adiwiyata, dan
Kalpataru.
 Mampu menjelaskan tujuan masing-masing program pemerintah:
Adipura, Adiwiyata, dan Kalpataru.

Pengantar
Pengelolaaan sumberdaya alam merupakan tanggung jawab bersama semua
komponen masyarakat, sedangkan pemerintah memberikan kepastian dasar
hukum yang mengikat berupa kebijakan atau peraturan pemerintah. Pembentukan
karakter kesadaran dalam pengelolaan sumber daya alam secara formal
dimasukkan dalam kurikulum sekolah, sedangkan untuk merangsang kepedulian
komponen masyarakat dipandang penting adanya penghargaan. Dalam bab 6 ini
dipaparkan beberapa program pemerintah yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan, seperti Adipura, Adiwiyata, dan Kalpataru.

A. Adipura
Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil
dalam pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan
oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Sebagai dasar hukum pelaksanaan
program Adipura disusun Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/ 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Adipura.
1. Kriteria
Dalam Peraturan Menteri tersebut terdapat kriteria penilaian dalam program
Adipura antara lain:
a. Pengelolaan Sampah dan Ruang Terbuka Hijau,
b. Pemanfaatan Ekonomi dari Pengelolaan Sampah dan RTH,
4
c. Pengendalian Pencemaran Air,

BAB I | Program Pemerintah dalam Pengelolaan Lingkungan


d. Pengendalian Pencemaran Udara,
e. Pengendalian Dampak Perubahan Iklim,
f. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Akibat
Pertambangan,
g. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan,
h. Penerapan Tata Kelola Pemerintahan yang baik.

2. Kategori Adipura
Pada tahun 2017, kategori Adipura dibagi menjadi 5 (Paripurna, Kencana,
Karya, Bhakti, dan Buana). Ini berbeda dari tahun sebelumnya yang hanya
tiga kategori (Paripurna, Kencana, dan Buana). Berikut penjelasan tiap
kategori:
a. Adipura Buana
Diberikan kepada pemerintah daerah yang menggabungkan unsur
sosial dengan lingkungan untuk membentuk kota yang layak huni
yang tercermin dari masyarakat kota yang peduli lingkungan.
b. Adipura Kirana
Penilaiannya dititik beratkan pada kota yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui trade, tourism and investmen yang
berbasis pengelolaan lingkungan hidup.
c. Adipura Karya
Menggabungkan aspek sosial dan ekonomi untuk membentuk produktif
city ct. Penciptaan lapangan kerja, pendidikan kesehatan, transportasi
masal ramah lingkungan dan jaringan kerjasama antar daerah.
d. Adipura Bhakti
Menganugerahkan Walikota/Bupati terbaik yang Progresif, Kolaboratif
dan Kreatif.
e. Adipura Paripurna
Merupakan penghargaan bagi kota/kabupaten dengan capaian minimal
dua kategori dari beberapa kategori.
4

BAB I | Program Pemerintah dalam Pengelolaan Lingkungan


3. Tujuan
Program Adipura harus mampu mendorong terwujudnya daerah atau
kawasan yang tidak hanya bersih, hijau, dan sehat, namun juga berkelanjutan
dalam mewujudkan daerah yang layak huni ( livable geograpic). Wilayah yang
berkelanjutan harus mampu mengintegrasikan aspek pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial, dan juga pembangunan lingkungan dengan turut
mendorong partisipasi aktif masyarakatnya.

B. Adiwiyata
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata : Sekolah
Adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program
Adiwiyata dilaksanakan berdasarkan prinsip edukatif, partisipatif, dan
berkelanjutan. Diikuti oleh Sekolah Negeri atau Terakreditas dari SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK se-Indonesia.
Komponen Penilaian Adiwiyata, antara lain:
1. Aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan,
2. Aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan,
3. Aspek kegiatan sekolah berbasis partisipatif, dan
4. Aspek pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah yang ramah
lingkungan.
Kategori Adiwiyata, antara lain:
1. Adiwiyata nasional, dan
2. Adiwiyata mandiri

C. Kalpataru
Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau
kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Kalpataru sendiri adalah bahasa Sanskerta yang berarti pohon kehidupan
(Kalpavriksha).
Kalpataru memiliki 4 kategori penghargaan, yaitu: 4

BAB I | Program Pemerintah dalam Pengelolaan Lingkungan


1. Perintis Lingkungan, diberikan kepada warga masyarakat, bukan pegawai
negeri dan bukan pula tokoh dari organisasi formal, yang berhasil merintis
pengembangan dan melestarikan fungsi lingkungan hidup secara menonjol
luar biasa dan merupakan kegiatan baru sama sekali bagi daerah atau
kawasan yang bersangkutan.
2. Pengabdi Lingkungan, diberikan kepada petugas lapangan (Penyuluh
Lapangan Penghijauan, Petugas Penyuluh Lapangan, Petugas Lapangan
Kesehatan, Jagawana, Penjaga Pintu Air, dll) dan atau pegawai negeri
(termasuk PNS, TNI, Polri, PPLH, PPNS, guru) yang mengabdikan diri
dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup yang jauh melampaui
kewajiban dan tugas pokoknya serta berlangsung cukup lama.
3. Penyelamat Lingkungan, diberikan kepada kelompok masyarakat, baik
informal (kelompok masyarakat adat, kelompok tani, kelompok masyarakat
desa, komunitas adat, rukun warga, paguyuban, karangtaruna, dll)
maupun formal (lembaga swadaya masyarakat, badan usaha, lembaga
penelitian, lembaga pendidikan, koperasi, asosiasi profesi, organisasi
kepemudaan, dan lain-lain) yang berhasil melakukan upaya-upaya
pelestarian fungsi lingkungan hidup atau pencegahan kerusakan dan
pencemaran (penyelamatan) lingkungan hidup.
4. Pembina Lingkungan, diberikan kepada pejabat, pengusaha, peneliti, atau
tokoh masyarakat yang berhasil dan punya prakarsa untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan memebri pengaruh untuk membangkitkan
kesadaran lingkungan serta peran masyarakat guna melestarikan fungsi
lingkungan hidup, dan atau berhasil menemukan teknologi baru yang
ramah lingkungan, seperti pejabat, pendidik, budayawan, seniman,
wartawan, peneliti, pengusaha, manager, tokoh lembaga swadaya
masyakat, tokoh agama, dan lain-lain.

BAB I | Program Pemerintah dalam Pengelolaan Lingkungan


PEMBELAJARAN II
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Standar Kompetensi :
Memahami upaya mengurangi kegiatan manusia mengakibatkan dampak.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan dasar hukum dan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Indikator :
 Mampu menjelaskan yang dimaksud pembangunan berkelanjutan.
 Mampu menjelaskan kembali landasan hukum pembangunan
berkelanjutan.
 Mampu menyebutkan minimal 3 prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pengantar
Proses panjang pembangunan disegala bidang pada dasarnya adalah keinginan
manusia untuk memenuhi kebutuhan atau kesejahteraan hidup. Segala upaya
eksploitasi sumber daya alam dilakukan dan dengan berjalannya waktu baru
disadari bahwa kerusakan alam yang telah dilakukan akan mengancam kehidupan
dan generasi masa depan.
Kesadaran terhadap lingkungan ini selanjutnya dituangkan dalam berbagai
kesepakatan diantaranya adalah pembangunan berkelanjutan. Konsep pokok
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Pembahasan tentang pembangunan berkelanjutan
banyak dibahas dari berbagai sisi keilmuan, pada Pembelajaran ini disampaikan
beberapa arti dan konsep pembangunan berkelanjutan.

A. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Hidup


Istilah ”Pembangunan Berkelanjutan” secara resmi digunakan dalam Tap MPR
No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, sedangkan istilah ”Pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan Lingkungan Hidup” digunakan dalam UU No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu juga dikenal ada lingkungan
dan pembangunan, sedang sebelumnya lebih popular digunakan sebagai istilah
”Pembangunan yang berwawasan lingkungan” sebagai terjemah dari “ Eco-
development”.
Konsep keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi, yaitu dimensi
waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa 9

BAB II | Pembangunan Berkelanjutan


mendatang, dan dimensi interaksi antara system ekonomi dan sistem sumberdaya
alam dan lingkungan. Aspek operasional dari konsep keberlanjutan ini dapat
dipahami lebih jauh dengan adanya lima alternatif pengertian sebagaimana yang
diuraikan sebagai berikut:
1. Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan ( sustainable) jika utilitas yang
diperoleh masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak
menurun sepanjang waktu (non-declining consumption).
2. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian
rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa mendatang.
3. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam ( natural capital
stock) tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining).
4. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumberdaya alam.
5. Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan dan
daya tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.
Selain definisi operasional diatas, melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat
diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:
1. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara.
keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya
ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan
industri.
2. Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan
harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi
sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga
menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara,
dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber
ekonomi.
3. Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem
yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk
kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik. 9

BAB II | Pembangunan Berkelanjutan


B. Landasan Hukum Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Sebagai tindak lanjut dari seminar pengelolaan lingkungan hidup dan
pembangunan nasional (1972) untuk tingkat nasional dan UN conference on the
human and environment (1972) untuk tingkat global pemerintah tidak hanya
memasukkan aspek lingkungan hidup dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan
Negara) tetapi juga membentuk institusi atau lembaga yang membidangi ling-
kungan hidup, sejak tahun 1973), aspek lingkungan hidup masuk dalam GBHN.
Kemudian pengelolaan lingkungan hidup dimasukkan ke Repelita II dan
berlangsung terus dalam GBHN 1978 dengan penjabarannya dalam Repelita III.
Pada tahun 1998 dibentuk Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup (PPLH) yang kemudian pada tahun 2002 di ubah menjadi
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) yang kemudian pada
2003 dirubah menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup (LH). Kelembagaan ini
mempunyai peranan penting dalam memberi landasan lingkungan bagi
pelaksanaan pembangunan di negara kita.
Konsideran UU No. 23 Tahun 1997 antara lain menjelaskan tentang mengapa
kita harus melaksanakan ‘Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan Hidup” seperti pada pertimbangan, bahwa dalam rangka
mendayagunakan sumberdaya alam untuk memajukan kesejahteraan umum
seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup
berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu
dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan
generasi masa depan. Penegasan tersebut diatas menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
berkaitan erat dengan pendayagunaan SDA sebagai suatu asset mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
Dalam UU ini diperkenalkan suatu rumusan tentang pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup (pasal 1 butir 3). Disebutkan
dalam ketentuan tersebut bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan 9

BAB II | Pembangunan Berkelanjutan


lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan
masa depan. Selanjutnya dalam UU ini dibedakan antara “asas keberlanjutan”
sebagai asas pengelolaan lingkungan hidup dan “pembangunan berwawasan
lingkungan hidup” sebagai suatu sistem pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam
pasal 3 yang menyatakan: “pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan
dengan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seluruhnya
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai “asas
berkelanjutan” penjelasan UU menyatakan “asas berkelanjutan mengandung
makna setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung jawab terhadap
generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi, untuk
terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut kemampuan lingkungan
hidup harus dilestarikan.

C. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan


Secara umum prinsip-prinsip kehidupan yang berkelanjutan dapat dibagi
menjadi beberapa point penting, antara lain:
1. Menghormati dan memelihara komunitas kehidupan.
2. Memperbaiki kualitas hidup manusia.
3. Melestarikan daya hidup dan keragaman bumi.
4. Menghindari sumber daya yang tidak terbarukan.
5. Berusaha tidak melampaui kapasitas yang tidak terbarukan.
6. Mengubah sikap dan gaya hidup orang per orang.
7. Mendukung kreativitas masyarakat untuk memelihara lingkungan sendiri.
8. Menyediakan kerangka kerja nasional untuk melakukan upaya
pembangunan pelestarian.
9. Menciptakan kerja sama global.

BAB II | Pembangunan Berkelanjutan


D. Tugas
1. Di kota/kabupaten banyak berdiri Mall seperti Hypermat, Carefour dan
Matahari sedang di puncak pegunungan dibangun villa-villa. Anda amati hal
serupa di daerah anda, apakah pembangunan tersebut sesuai dengan
konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
2. Setujukah anda bila di kecamatan Tirtajaya dibangun sebuah kawasan
industri ? Berikan penjelasannya berdasarkan keberlajutan secara Ekonomi
dan Lingkungan !

BAB II | Pembangunan Berkelanjutan


PEMBELAJARAN III
AMDAL
Standar Kompetensi :
Memahami Pembuatan Kompos Sebagai cara Pengelolaan Limbah
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan pengertian, dan prosedur penerapan AMDAL
Indikator :
 Mampu menerangkan pengertian AMDAL.
 Mampu menjelaskan perangkat AMDAL.
 Mampu menjelaskan tentang prosedur penerapan AMDAL.

Pengantar
Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.
Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat
pembuangan dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA
jika tumpukan sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat
mengakibatkan pencemaran,yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau
yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk
mengatasi limbah padat, yaitudengan menggunakan teknologi daur ulang limbah
padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi.
Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan
untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi.
Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi
penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan.
Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia
dengan mencegah pembuangan limbah organik.

A. Pengertian AMDAL
Mengingat bahwa bangsa Indonesia dewasa ini sedang giat melaksanakan
pembangunan di segala bidang, maka yang harus menjadi perhatian adalah
bahwa pembangunan itu tidak boleh mengorbankan lingkungan. Untuk itu
lingkungan hidup perlu dilindungi, dan keperluan tersebut pada tahun 1982 telah
terbentuk Undang-undang yang melindungi lingkungan hidup. Undang-undang 14

BAB III | AMDAL


No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan: “ Analisis mengenai dampak lingkungan
adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pngambilan keputusan”.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986, dalam perkembangannya diperbaiki
dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan AMDAL. Permasalahan lingkungan makin luas, sejalan
diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997, maka terkait AMDAL
diterbitkan PP No. 27 Tahun 1999 yang ditetapkan 7 Mei 1999, diharapkan
pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Secara teoritik AMDAL merupakan bagian dari prosedur perizinan lingkungan.
Materi peraturan pelaksanaan PP tentang AMDAL adalah dalam bentuk paket
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup antara lain mencakup:
1. Tata kerja dan keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Pusat dan Daerah.
2. Tata kerja dan keanggotaan Tim Teknis Komisi Penilai Pusat.
3. Pedoman umum penyusunan AMDAL.
4. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib menyusul AMDAL.
5. Pedoman dampak besar dan penting.
6. Pedoman penyusunan UKL dan UPL.
7. Tata cara keterlibatan masyarakat dalam AMDAL.
8. Tata cara pengumuman dan penyampaian saran dan pendapat dari
masyarakat.
9. Pedoman penyusunan AMDAL terpadu.
10. Pedoman penyusunan AMDAL kawasan.

Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian:


1. Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL).
2. Dokumen analisis dampak lingkungan.
3. Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL).
4. Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL).
14

BAB III | AMDAL


Pihak-pihak terkait dalam penyusunan AMDAL
1. Pemrakarsa, Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu
rencana usaha/ kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan studi
AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan
dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat
Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya.
2. Komisi penilai, Komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
3. Masyarakat yang berkepentingan, Masyarakat yang terpengaruh atas
segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan
seperti kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,
faktor pengaruh ekonomi, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau
faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat
berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat
terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

B. Prosedur AMDAL
Prosedur AMDAL terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Penapisan (screening) wajib AMDAL
Menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan wajib menyusun
AMDAL atau tidak. Berdasarkan Kepmen LH no 17 tahun 2001, terdapat
beberapa rencana usaha dan bidang kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL, yaitu: pertahanan dan keamanan, pertanian, perikanan, kehutanan,
kesehatan, perhubungan, teknologi satelit,
perindustrian, prasarana wilayah, energi dan sumber daya mineral,
pariwisata, pengembangan nuklir, pengelolaan limbah B3, dan rekayasa
genetika. Kegiatan yang tidak tercantum dalam daf-tar wajib AMDAL, tetapi
lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam
kategori menimbulkan dampak penting, dan wajib menyusun AMDAL.
Kawasan lindung yang dimaksud adalah hutan lindung, kawasan bergambut,
kawasan resapan air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan sekitar mata
air, kawasan suaka alam, dan lain sebagainya.
14

BAB III | AMDAL


2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa
wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan
dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan
kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum
menyusun KA-ANDAL.
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup
permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).
Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KAANDAL kepada
Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah hari di luar waktu yang
dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya. Apabila dalam 75 hari komisi penilai tidak menerbitkan hasil
penilaian, maka komisi penilai dianggap telah menerima kerangka acuan.
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan
RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil
penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL
dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.Pengenalan

C. Manfaat AMDAL
Manfaat AMDAL dibagi tiga dilihat dari objeknya, yaitu:
1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah
a. Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.
b. Menghindarkan konflik dengan masyarakat.
c. Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan
berkelanjutan.
14

BAB III | AMDAL


d. Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.
a. Menjamin adanya keberlangsungan usaha.
b. Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.
c. Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk bukti
ketaatan hukum.
3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat
a. Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.
b. Melaksanakan dan menjalankan kontrol.
c. Terlibat pada proses pengambilan keputusan.

D. Tugas
Dibawah ini terdapat beberapa kasus mengenai materi yang telah dijelaskan.
Jawablah pertanyaan tersebut dengan tepat !
1. Bila ditemukan sebuah industri dibangun di tengah wilayah pemukiman,
bagaimana pendapatmu terkait dengan AMDAL?
2. Banyak dijumpai indutri membuang limbah cair ke sungai Citarum sehingga
terjadi pencemaran airapakh sudah melanggar dengan dokumen AMDAL?
3. Bila kamu ingin mendirikan studio musik di rumah, analisis dampak
lingkungan apasaja yang pokok diperhatikan?

14

BAB III | AMDAL


PEMBELAJARAN IV
KOMPOS
Standar Kompetensi :
Memahami Pembuatan Kompos Sebagai cara Pengelolaan Limbah
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan pengertian, jenis-jenis dan cara pembuatan Kompos
Indikator :
 Mendefinisikan kompos
 Menjelaskan manfaat kompos
 Menjelaskan faktor pendukung proses pengomposan
 Memahami alat,bahan pembuatan kompos
 Mampu mempraktekkan mengenai cara pembuatan kompos
 Mempresentasikan laporan hasil praktek pembuatan kompos

Pengantar
Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.
Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat
pembuangan dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA
jika tumpukan sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat
mengakibatkan pencemaran,yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau
yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk
mengatasi limbah padat, yaitudengan menggunakan teknologi daur ulang limbah
padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi. Pengomposan dianggap
sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan,
keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan kompos
membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia
yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung
juga membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah
organik.

A. Definisi Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik. 22

BAB IV | Kompos
Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran
bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.

B. Jenis-Jenis Pupuk kompos


Pengelompokan jenis-jenis pupuk kompos bisa dilihat dari tiga aspek.
Pertama, dilihat dari proses pembuatannya, yaitu ada kompos aerob dan anaerob.
Kedua, dilihat dari dekomposernya, ada kompos yang menggunakan
mikroorganisme ada juga yang memanfaatkan aktivitas makroorganisme. Ketiga,
dilihat dari bentuknya ada yang berbentuk padat dan ada juga yang cair. Berikut
ini beberapa contoh dari jenis-jenis pupuk kompos yang umum dipakai:
1. Pupuk Kompos Aerob
Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan
oksigen. Bahan baku utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa
tanaman, kotoran hewan atau campuran keduanya. Proses pembuatannya
memakan waktu 40-50 hari, untuk lebih jelasnya silahkan baca cara membuat
kompos. Lamanya waktu dekomposisi tergantung dari jenis dekomposer dan
bahan baku pupuk.
2. Pupuk Bokashi
Pupuk bokashi merupakan salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang
paling terkenal. Ciri khas pupuk bokashi terletak pada jenis inokulan yang
digunakan sebagai starter-nya, yaitu efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan
ini terdiri dari campuran berbagai macam mikroorganisme pilihan yang bisa
mendekomposisi bahan organik dengan cepat dan efektif. Untuk mengetahui
cara membuatnya, silahkan baca artikel cara membuat pupuk bokashi.
3. Vermikompos
Vermikompos merupakan salah satu produk kompos yang memanfaatkan
22
makroorganisme sebagai pengurai. Makroorganisme yang digunakan adalah

BAB IV | Kompos
cacing tanah dari jenis Lumbricus atau jenis lainnya. Vermikompos dibuat
dengan cara memberikan bahan organik sebagai pakan kepada cacing tanah.
Kotoran yang dihasilkan cacing tanah inilah yang dinamakan vermikompos.
Jenis organisme lain yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah
belatung (maggot black soldier fly).
4. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara
pengomposan basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun anaerob.
Pupuk organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari
beberapa praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan pada daun
dibanding pada akar (kecuali pada sistem hidroponik). Penyemprotan pupuk
organik cair pada daun harus menggunakan takaran atau dosis yang tepat.
Pemberian dosis yang berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan
cepat. Untuk mengetahui cara membuatnya silahkan baca cara membuat
pupuk organik cair.
Dalam hal ini kompos yang akan dibuat adalah jenis pupuk kompos bokhasi
yang coba akan dipraktekkan dalam pembelajaran.

C. Alat dan bahan pembuatan kompos


Alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos secara sederhana
antara lain:
1. Alat
a. Ember atau wadah berpenutup
b. Cangkul
c. Kantong Plastik
d. Pipa (untuk memberikan udara)
2. Bahan
a. Cacahan sampah organik (±500gr)
b. Pupuk Kompos yang sudah jadi (±500gr)
c. Larutan EM4 (±500 mL)
d. Air bersih (±1000 mL)
22

BAB IV | Kompos
D. Cara Kerja Pembuatan Kompos
1. Masukkan 500gr sampah organik dan 500gr pupuk kompos yang sudah jadi
ke dalam ember.
2. Kemudian tambahkan 500 mL larutan EM4 dengan 1000 mL air bersih lalu
ditutup kemudian aduk hingga merata.
3. Ambil segenggam dari campuran, jika diperas airnya menetes, maka larutan
EM4 sudah cukup.
4. Peras bahan kompos hingga memungkinkan tidak ada kangdungan airnya.
5. Tutup kembali ember atau wadah dan beri lubang dibagian penutupnya, agar
udara dapat masuk.
6. Setiap seminggu sekali, aduk bahan kompos tersebut, lalu tutup kembali
ember atau wadah tersebut.
7. Setelah 3 minggu, lakukan pengamatan dengan indikator keberhasilan
kompos guna melihat apakah kompos berhasil atau tidak.

E. Indikator Keberhasilan dalam Proses Pengomposan


Keberhasilan menjadi pupuk kompos yang baik dan siap dipakai memiliki ciri-
ciri umum sebagai berikut:
1. Baunya sama dengan tanah,
2. Warna coklat kehitaman,
3. berbentuk butiran gembur seperti tanah,
4. Jika dimasukkan ke dalam air, seluruhnya tenggelam,
5. Jika dimasukkan ke dalam air, Air tetap jernih tidak berubah warna,
6. Jika dipupukkan pada tanah, tidak memicu tumbuhnya gulma.

F. Faktor Pendukung dalam Proses Pengomposan


Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi
lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka
dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat
organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme
tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan
kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan
22
keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.

BAB IV | Kompos
Faktor-faktor yang mendukung proses pengomposan antara lain :
1. Rasio C/N (Carbon/Nitrogen)
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40
mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein.
Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis
protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba
dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran
partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan ( porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel bahan tersebut.
3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi
peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang
lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh
porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat,
maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.
Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume
total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai
Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka
pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan
terganggu. 22

BAB IV | Kompos
5. Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses
metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai
oksigen. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme
mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%.
Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
6. Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara
peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur
akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses
dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 -60o C menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 o C akan membunuh
sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-benih gulma.
7. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang tinggi. pH
yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5.
pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses
pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik
dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara
temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung
nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH
kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

22

BAB IV | Kompos
8. Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan
biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
9. Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn,
Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam
berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

G. Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil
panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
1. Aspek Ekonomi
a. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah,
b. Mengurangi volume/ukuran limbah,
c. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
2. Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah,
b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
22

BAB IV | Kompos
3. Aspek bagi tanah/tanaman
a. Meningkatkan kesuburan tanah,
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
c. Meningkatkan kapasitas serap air tanah,
d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen),
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman,
g. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman,
h. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.

H. Tugas
Setelah melakukan praktek pembuatan kompos. Jawablah pertanyaan
berikut dengan tepat!
1. Isilah tabel mengenai indikator keberhasilan pembuatan kompos !
keberhasilan
No Indikator Dokumentasi Keterangan
Ya Tidak
1 Baunya sama dengan tanah
2 Tidak berbau busuk
3 Warna coklat kehitaman
berbentuk butiran gembur
4
seperti tanah
Jika dimasukkan ke dalam
5
air seluruhnya tenggelam
Air tetap jernih tidak
6
berubah warna

2. Sebutkan faktor pendukung keberhasilannya proses pengomposan yang


kalian dilakukan ?

22

BAB IV | Kompos
PEMBELAJARAN V
PESTISIDA ORGANIK
Standar Kompetensi :
Memahami tentang pestisida organik serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan pengertian, macam-macam dan caa pembuatan pestisida
organik
Indikator :
 Menjelaskan pengertian pestisida organik
 Mengidentifikasi macam-macam pestisida organik dan manfaatnya
 Memahami alat dan bahan dalam pembuatan pestisida organik
 Kelebihan dan kekurangan Alat dan bahan pestisida organik
 Melakukan pembuatan pestisida organik
 Melaporan hasil praktek pembuatan pestisida organik

Pengantar
Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan pestisida sintetik melalui
berbagai siklus secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi
manusia. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, dirasa sebagai
kebutuhan pokok masyarakat dalam usaha budidaya pertanian. Masyarakat juga
belum mengerti pengetahuan akan pemakaian pestisida kimia secara tepat sesuai
dengan peraturan ambang ekonomi. Oleh karena itu diperlukan solusi agar
masyarakat mengurangi ketergantungannya terhadap pestisida kima. Salah satu
solusi yang dapat digunakan adalah mengalihkan penggunaan pestisida kimia
menjadi pestisida nabati.
Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami dapat dijadikan
pilihan paling tepat. Pestisida organik bersifat mudah terurai menjadi bahan tidak
berbahaya dan juga dapat pula dipergunakan sebagai bahan pengusir atau
repelen terhadap serangga hama tertentu, menjadikannya alternatif dalam
pengenalian hama lestari yang ramah lingkungan

A. Definisi Pestisida Organik


Pestisida merupakan campuran dari berbaga senyawa-senyawa kimia yang
mampu membasmi berbagai organisme pengganggu tanaman. Sedangkan organic
adalah bahan yang terbuat dari sesuatu yang bersifat mahluk hidup atau berasal
dari mahluk hidup
Pestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida 28

BAB V | Pestisida Organik


nabati tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman maupun lingkungan
serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan
yang seerhana. Pestisida organik biasanya terbuat dari kstrak biji mimba dapat
berperan sebagai larvisida dan ovisida, menghambat perkembangan larva,
memperpendek umur imago, dan mengurangi fekunditas.

B. Manfaat Pestisida Organik


Pestisida organik memiliki berbagai manfaat yang bermacam-macam, antara
lain sebagai :
1. Repelen, yaitu menolak kehadiran serangga (bau yang menyengat)
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot
(ada rasa pahit).
3. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap
serangga.
4. Mencegah serangga meletakkan telur.
5. Sebagai racun syaraf.
6. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
7. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.

C. Jenis Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Pestisida Organik


Pada praktikum ini bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku
pestisida nabati adalah nimba, lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau.
Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran
hama yang ditujupun juga berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku
tersebut.
1. Mimba (Azadirachta indica)
Daun dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan
ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan
hortikultura. Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat
pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat
azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Tanaman ini dapat mengendalikan
OPT seperti: Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis 28

BAB V | Pestisida Organik


phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna
varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis
armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens.
2. Tembakau (Niocotiana tabacum L.)
Selain mimba, tembakau juga berpotensi digunakan sebagai insektisida
nabati untuk mengendalikan ham. Bagian tanaman tembakau yang dapat
dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Bagian
tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati
adalah batang dan daunnya. Tembakau mengandung zat beracun berupa
nikotin.
3. Sirsak (Annona muricata L.)
Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati
daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun
tembakau dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat.
Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif
mengendalikan hama wereng coklat. OPT sasaran: wereng batang coklat.
4. Lengkuas (Alpinia galanga SW.)
Daun lengkuas memiliki bahan aktif berupa tanin, saponin, alkaloid,
terpenoid dan flavanoid yang dapat digunakan untuk mengendalikan
serangga.
5. Sirih (Piper betle)
Kandungan kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas
chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol),
allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole,
caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane,
tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula,
pati dan asam amino. Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan
memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada
fenol biasa). Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih
juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama
penghisap. 28

BAB V | Pestisida Organik


6. Serai (Andropogon nardus L.)
Daun serai wangi (Andropogon nardus L.). Serai wangi memiliki
kandungan kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid dan
minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral, sitronelal, geraniol,
mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol metil eter,
kadinen, kadinol dan limonene. Senyawa geraniol dan sitronellal dilaporkan
dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol yang terkandung dalam
serai wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan dan
perkembangan jamur patogen. Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium
sp,; Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.
7. Rimpang Jeringau
Rimpang jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen,
kalameone, metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun
sirsak akan efektif mengendalikan hama wereng.
Pada pembelajaran, bahan yang akan digunakan adalah ekstrak sirsak dan sirih.

D. Alat dan Bahan Pembuatan Pestisida Organik


1. Alat
a. Penumbuk/ penghalus
b. Jirigen 5 liter
c. Cutter
d. Botol Penyemprot (sprayer)
2. Bahan
a. Ekstrak Sirsak
1) 50 lembar daun sirsak
2) Satu genggam (100 gram) rimpang jeringau
3) Satu siung bawang putih
4) Sabun colek 20 gram
5) Air 2 liter
b. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
1) 50 lembar daun sirih
28
2) 50 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau

BAB V | Pestisida Organik


3) Air 2 liter
4) Sabun colek 20 gram

E. Cara Kerja Pembuatan Pestisida Organik


1. Ekstrak Sirsak
a. Menghaluskan daun sirsak, jeringo, dan bawang putih ,
b. Mencampur seluruh bahan dan merendam dengan air selama 2 hari,
c. Menyaring larutan,
d. Untuk aplikasi 1 liter larutan mencampur dengan 10-15 liter air,
e. Menyemprotkan larutan pada tanaman.
2. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
a. Menumbuk halus daun sirih dan daun tembakau,
b. Mencampur bahan dengan air dan mengaduk hingga rata,
c. Mendiamkan bahan selama satu malam,
d. Menyaring larutan kemudian mengencerkan (menambah 50-60% air),
e. Menggunakan larutan yang sudah siap pada tanaman.

F. Tugas
Setelah melakukan praktek pembuatan pestisida organic. Jawablah
pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Isilah tabel pengamatan dibawah ini.
Tabel 1. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Warna Pestisida
No. Jenis Pestisida Warna
Organik Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
1. Ekstrak Daun
Sirsak
2. Ekstrak Daun
Sirtem

Tabel 2. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Aroma Pestisida


No. Jenis Pestisida Aroma
Organik Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
28
1. Ekstrak Daun

BAB V | Pestisida Organik


Sirsak
2. Ekstrak Daun
Sirtem

Tabel 3. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Endapan Pestisida


No. Jenis Pestisida Endapan
Organik Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
1. Ekstrak Daun
Sirsak
2. Ekstrak Daun
Sirtem

2. Sebutkan tanaman apa saja yang bisa dijadikan bahan pembuatan


pestisida organik ?

28

BAB V | Pestisida Organik


PEMBELAJARAN VI
PENJERNIHAN AIR
Standar Kompetensi :
Memahami dan menerapkan Teknologi tepat guna dalam kehidupan sehari-
hari
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan manfaat dan cara penyaringan air
Indikator :
 Menjelaskan tentang manfaat penyaringan air dalam kehidupan manusia
 Menjelaskan berbegai cara penyaringan air
 Menjelaskan langkah-langkah proses penyaringan air
 Mendeskripsikan alat dan bahan dalam penyaringan air
 Mempraktekkan cara menjernihkan air
 Menanggapi pembelajaran tentang teknologi tepat

Pengantar
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan
adsorbs. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan
kemungkinan juga mengandung zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah
detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air
adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, korin atau kaporit, kapur tahar, dan
karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal, sehingga
lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloidal Al(OH)3 yang dapat
mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida.
Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka selain tawas
digunakan karbon akiif. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporlt
berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan). Sistem pengolahan air bersih
dengan sumber air baku sungai, tanah dan air pegunungan, dengan skala atau
standar air minum, memerlukan beberapa prosses. Mengenai prosses yang perlu
diterapkan tergantung dari kualitas air baku tersebut.

A. Definisi Penjernihan Air


Penjernihan air merujuk ke sejumlah proses yang dijalankan demi membuat
air dapat diterima untuk penggunaan akhir tertentu. Ini mencakup penggunaan
seperti air minum, proses industri, medis dan banyak penggunaan lain. Tujuan
semua proses penjernihan air adalah menghilangkan pencemar yang ada dalam
air atau mengurangi kadarnya agar air menjadi becomes layak untuk penggunaan
34
akhirnya. Salah satu penggunaan tersebut adalah mengembalikan ke lingkungan

BAB VI | Penjernihan Air


alami air yang sudah digunakan tanpa berakibatkan dampak yang buruk atas
lingkungan.

B. Manfaat Penjernihan Air


Proses Penjernihan air bermanfaat untuk menghilangkan zat pengotor atau
untuk memperoleh air yang kualitasnya memenuhi standar persyaratan kualitas air
seperti :
1. Menghilangkan gas-gas terlarut
2. Menghilangkan rasa yang tidak enak
3. Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya
4. Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan industry
5. Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan korosif
pada pipa atau saluran air lainnya

C. Teknik-Teknik dalam penjernihan air


Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk
mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah adalah dengan penyaringan
dan pengendapan.
1. Teknik Penyaringan
Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih
dengan cara penyaringan air:
a. Saringan Kain Katun
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan
teknik penyaringan yang paling sederhana/mudah. Air keruh disaring
dengan menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat
membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air
keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain
yang digunakan.
b. Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari
teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun,
penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan 34

BAB VI | Penjernihan Air


organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung
pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.
c. Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen
ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti
karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi
rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel
mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi
dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat
dihilangkan melalui proses sedimentasi tau filtrasi.
d. Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan
menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian
bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati
lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil.
e. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah
penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat,
yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan
menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian
melewati lapisan pasir.
f. Saringan arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan
tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam
menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang
digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil
yang lebih baik dapat digunakan arang aktif.
g. Saringan air sederhana
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan
pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain 34

BAB VI | Penjernihan Air


menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah
lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Untuk bahasan lebih
jauh dapat dilihat pada artikel saringan air sederhana.

Gambar 3. Salah satu alat penjernihan air sederhana menggunakan botol


mineral.

2. Teknik Pengendapan
a. Biji kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-
benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-
partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi,
dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Serbuk biji buah kelor
ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur
logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi
standar baku air minum dan air bersih.
b. Tawas
Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air.
Lama pengendapan berkisar selama 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk
pengendapan, tidak berfungsi untuk membunuh kuman dan menaikkan pH
dalam air. Jadi tidak di anjurkan untuk diminum secara langsung harus
dimasak terlebih dahulu. 34

BAB VI | Penjernihan Air


c. Kaporit
Berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air. Dan juga
menaikkan pH dalam air. Membutuhkan proses yang lama untuk
mengendap.
d. Kapur Gamping
Berfungsi untuk pengendapan namun membutuhkan waktu hingga 24
jam. Juga berfungsi untuk menaikkan pH air tetepi tidak berfungsi untuk
membunuh kuman, virus dan bakteri.
e. Arang batok kelapa
Berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga
menjernihkan.

D. Alat dan Bahan dalam Penjernihan Air


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penjernihan air, antara lain:

Alat Bahan
a. Pisau a. Air
b. Gunting b. Rumput
c. Paku c. Kerikil
d. Botol air mineral d. Serabut Kelapa
e. Arang
f. Ijuk
g. Spons/Tissue
Adapun kegunaan dari bahan-bahan tersebut ialah:
1) Serabut dan di sini kita menggunakan kapas karena kapas tersebut dapat
menyerap endapan-endapan air yang membuat warna air keruh dan kita
bisa melihat endapan-endapan tersebut yang menempel pada kapas berupa
warna endapan atau air kotor tersebut.
2) Batu-batu atau kerikil berfungsi untuk menyaring material-material yang
berukuran besar, contoh: daun-daun yang berada di sungai, lumut,
ganggang dll.

34

BAB VI | Penjernihan Air


3) Arang aktif ataupun batu bata berfungsi untuk menyaring/menghilangkan
bau, warna, zat pencemar dalam air, sebagai pelindung dan penukaran
resin dalam alat/penyulingan air.

E. Proses Pembuatan Alat Penjernih Air


Cara-cara manusia untuk mendapatkan air bersih melalui proses pembuatan
alat penyaringan atau penjernihan air.Ada beberapa cara menjernihkan/menyaring
untuk mendapatkan air yang layak digunakan manusia. Cara tersebut bersifat
mekanik maupun kimiawi tergantung kondisi air.
Cara umum yang digunakan dalam penjernihan air yaitu dengan
menggunakan botol mineral.
a. Potong atau gunting bagian bawah botol mineral hingga lepas
b. Lubangi tutup botol dengan paku dan masukkan selang atau sedotan
c. Botol dibalik posisinya, tutup botol berada di bawah
d. Masukkan bahan-bahan tersebut sesuai susunan:
1) Rumput, 2) Kerikil, 3) Serabut Kelapa, 4) Arang, 5) Ijuk, 6) Spons
e. Setelah selesai menyusun dan membuat alat tersebut cobalah masukkan air
kotor yang keruh ke dalam botol yang telah siap pakai, lihat dan amatilah
hasilnya.

F. Tugas
Setelah melakukan praktek proses penjernihan air. Jawablah pertanyaan
berikut dengan tepat!
1. Isilah tabel pengamatan dibawah ini
Tipe Air
No. Indikator
Air Alami Air Penj. 1 Air Penj. 2 Air Penj. 3
1 Warna
2 Bau
3 Endapan
2. Jelaskan fungsi serabut, kerikil dan arang dalam proses penjernihan air !

34

BAB VI | Penjernihan Air


PEMBELAJARAN VII
BIOPORI
Standar Kompetensi :
Memahami konsep biopori sebagai wujud mencintai lingkungan
Kompetensi Dasar :
Menjelaskkan manfaat dan cara pembuatan biopori
Indikator :
 Menjelaskan pengertian biopori
 Menjelaskan manfaat biopori
 Mendeskripsikan alat dan bahan membuat biopori
 Menjelaskan cara pembuatan biopori
 Mampu Membuat biopori

Pengantar
Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan
menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu perilaku masyarakat yang
belum mendukung pelestarian tanah dan lingkungan menyebabkan terjadinya
bencana alam banjir pada musim penghujan. Dalam rangka pemanfaatan sumber
daya alam baik berupa tanah dan air perlu direncanakan dan dikelola secara tepat
melalui suatu sistem pengelolaan Lubang Resapan Biopori (LRB). Salah satu upaya
pokok dalam pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan keseimbangan pada
lingkungan yang kurang daerah peresapan.
Dari aspek perencanaan ditempuh melalui penyempurnaan pembuatan
biopori di lingkungan sekitar sekolah. Di akspek inilah diharapkan akan dapat
menjadi acuan pelaksanaan pembuatan biopori oleh semua kalangan siswa.
Biopori secara umum, dapat mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang
kurang lahan peresapan air. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan
biopori yang secara rutuin akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat
bermanfaat.

A. Definisi Biopori
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam
kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan
kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman 40

BAB VII | Biopori


B. Manfaat Biopori
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2)
mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah
kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan
akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan malaria. (Gambar 1)

Gambar. 1 Keunggulan Lubang Resapan


Biopori
1. Meningkatkan Daya Resapan Air
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah
bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Sebagai
contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka
luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2
atau hampir 1/3
m2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan
diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm 2
setelah
dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang
resapannya menjadi 3218 cm 2. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada
lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara
keberadaannya. Oleh karena itu bidang resapan ini akan selalu terjaga
kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara
luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan 40
meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
BAB VII | Biopori
2. Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos
Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah
organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi
organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi.
Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan
melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi
sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik"
pembuat kompos. Bagi mereka yang senang dengan budidaya
tanaman/sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang
dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
3. Memanfaatkan Fauna Tanah dan atau Akar Tanaman
Seperti disebutkan di atas. Lubang Resapan Biopori diaktikan oleh
organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas
merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-
liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke
dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-
rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga
keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga
tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya.
4. Mencegah Timbulnya Penyakit
Dengan hadirnya lubang-lubang resapan biopori dapat dicegah adanya
genangan air, sehingga berbagai masalah yang diakibatkannya seperti
mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah (filariasis)
akan dapat dihindari.

C. Lokasi Pembuatan
Lubang resapan biopori (LRB) dibuat ditempat yang bebas dari lalu-lalang
orang terutama anak-anak. Oleh karena itu penempatannya harus diatur
sedemikian rupa dan disesuaikan dengan landscape yang ada. Karena fungsinya
sebagai peresap air maka penempatan LRB dilakukan di lokasi dimana air secara
alami akan cenderung berkumpul atau air tersebut diarahkan ke tempat dimana 40

BAB VII | Biopori


lubang resapan biopori berada. Air dapat diarahkan dengan membuat alur, dan
lubang resapan dibuat pada dasar alur tersebut. Adanya alur tidak akan
menyebabkan orang tertarik untuk mendatangi dan atau menginjaknya.
Lubang resapan biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat
untuk membuang air hujan (Gambar 1 dan Gambar 2), di dasar alur yang dibuat
di sekeliling batang pohon (Gambar 3.) atau pada batas taman (Gambar 4.)

Merubah Saluran Pembuang Air Hujan


. LRB pada Dasar Saluran Menjadi Saluran Peresap Air Hujan

LRB di Sekeliling Pohon LRB pada Batas Taman

Gambar 2. Lokasi Pembuatan Lubang Biopori

D. Alat dan Bahan Pembuatan Biopori


Dengan menggunakan alat yang sederhana kita bisa membuat lubang
biopori di sekitar rumah kita, idealnya jarak antar lubang adalah sekitar 3 meter
namun hal tersebut tergantung kebutuhan dan juga lokasinya, alat dan bahan
40
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

BAB VII | Biopori


1. Alat
a) Alat pembuat lubang, ada yang berbentuk screw dan juga ada yang
berbentuk garpu (seperti supit kepiting)
b) Pipa paralon, panjang 30 cm beserta tutupnya yang sudah dilubangi.
2. Bahan
a. Sampah organik
b. Pasir
c. Air

E. Cara Kerja Pembuatan Biopori


1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10 cm.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air
tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm dengan tebal
2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya
sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir
musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
Jaga lubang resapan selalu penuh teriisi sampah organik. Jika sampah
organik belum/tidak cukup maka disumbatkan dibagian mulutnya. Dengan cara
seperti ini maka lubang tidak akan berpotensi terisi oleh material lain seperti tanah
atau pasir. Selain itu, jika ada jenis sampah yang berpotensi bau dapat diredam
dengan sampah kering yang menyumbat mulut lubang resapan biopori.

F. Ketentuan Jumlah Biopori


Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan: Jumlah LRB = intensitas hujan(mm/jam) x luas bidang kedap (m2) /
Laju Peresapan Air per Lubang (liter/jam). Sebagai contoh, untuk daerah dengan
intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 40

BAB VII | Biopori


liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x
100) / 180 = 28 lubang.
BIla lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm,
maka setiap lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa
setiap lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan
demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi dengan sampah organik yang dihasilkan
selama 56 – 84 hari. Dalam selang waktu tersebut lubang yang pertama diisi
sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut.
Dengan demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah
organik baru dan begitu seterusnya.

G. Tugas
Lakukan praktek pembuatan Biopori dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Buat 3 ukuran lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan
diamter 10 cm.
2. Kedalaman masing-masing kurang lebih:
a. Lubang 1= 30 cm
b. Lubang 2= 90 cm
c. Lubang 3= 100 cm
3. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 – 3 cm dengan
tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
4. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput
5. Coba dengan memasukan air kedalam biopori dan catat kecepatan
resapan.
6. Isilah tabel pengamatan dibawah ini.
No. Kedalaman Biopori Kecepatan Resapan
1. Biopori 30 cm
2. Biopori 90 cm
3. Biopori 100 cm

40

BAB VII | Biopori


7. Jawab pertanyaan berikut. Jelaskan ketentuan ukuran biopori untuk
wilayah dataran rendah seperti karawang !

40

BAB VII | Biopori


DAFTAR PUSTAKA

Ansory , Y. F. 2008. Pencemaran. IPA Biologi - Sekolah Tinggi Agama


Islam Negeri (STAIN) Cirebon. http://biologi-staincrb.web.id/
Asep Sumaryana. 2009. Kearifan Lokal dan Kerusakan Alam. Harian
Pikiran Rakyat, Jumat 16 Januari
Coburn, A.W., Spence, R.J.S. and Pomonis, A. 1994. Mitigasi Bencana.
Edisi kedua, Program pelatihan Manajemen Bencana, UNDP.
Darmono.2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya
dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Dwi Narwoko, J Dan Suyanto, B. 2004. Sosiologi, Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Predana Media.
Feninda N, Franky A, Dan Galih Aw. Pengendalian Pencemaran Laut
http://www.slideshare.net/galih_aw/pengendalian-pencemaran-
laut.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Sartini . 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati.
Jurnal filsafat, Agustus, Jilid 37, Nomor 2
Soekanto, S. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugandhy, Aca dan Hakim, Rustam. 2009. Prinsip Dasar Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sulaeman, Dede. 2007. Agro-industri Ramah Lingkungan. Jakarta: Subdit
Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen
PPHP-Deptan.
Supriyono, Harry. 2000. Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Majalah Ilmiah Energi, edisi No.6,
Nopember 1999-Januari 2000, Yogyakarta: PSE-UGM
40

| Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai