MOJOK.CO – Ada sebuah anggapan bahwa mahasiswa Indonesia adalah cash cows atau “sapi
perah” bagi kampus-kampus di Inggris dan Australia.
Sebagai tutor privat English conversation dewasa, saya beberapa kali mendapatkan mahasiswa
Indonesia yang sedang bersiap untuk studi keluar negeri, baik S2 atau S3. Mereka pasti nanya soal
cara memilih kampus, berapa universitas yang dulu saya lamar, negaranya mana saja, program
studinya apa, dan sebagainya.
Saya dulu menempuh master di University of Liverpool (UoL) di Inggris. UoL itu, dulu, adalah satu
dari beberapa kampus yang sudi menerima saya sebagai mahasiswa S2 dengan peringkat kampus
beragam. Menariknya, semua kampus yang menerima saya itu berada di Inggris dan Australia.
Sebaliknya, satu kampus di Jerman menolak aplikasi saya.
Pengalaman menempuh perkuliahan di beberapa kampus di luar negeri ini tidak unik, ya. Saya yakin
ada banyak juga teman-teman saya yang mengalami hal serupa. Waktu itu rasanya senang dan bangga
betul. Tapi ketika mulai riil menjalaninya, rasa senang dan bangga itu bergeser.
Berarti, kalau diterima di banyak kampus di negara seperti Inggris atau Australia,
gimana, tuh?
Kalau program studinya sesuai dengan yang diminati, ya nggak ada salahnya memantapkan diri
menempuh salah satunya. Tapi, manfaatkan waktumu di sana yang terbatas itu seoptimal mungkin,
baik di dalam maupun luar kampus. Kamu, sebagai mahasiswa Indonesia, wajib memiliki pola pikir
ini sebelum berangkat.
Pergi kuliah ke LN itu tidak hanya tentang akademis, tapi jauh lebih luas. Selain itu, bagi saya, S2
saya di LN dulu itu ibarat solo traveling di negeri antah berantah dan dalam periode lama.
Pengalaman dan keahlian yang saya peroleh dari solo traveling sebelumnya ternyata sangat berguna
sekali di sana.
Dari awal, adalah kamu yang menyusun pilihan dan rencana sendiri. Seandainya realitanya jauh dari
harapan dan kamu kecewa, ya kamu juga yang harus menyusun plan B, plan C-nya sendiri, on the
spot. Pokoknya, gimana caranya rasa kecewa itu terobati. Studi ke LN itu keputusan besar dengan
biaya investasi (dan mungkin juga pengorbanan) yang besar pula. Sekalinya kecewa, bisa kecewa
berat itu.