Anda di halaman 1dari 16

SHARING STUDENT EXCHANGE

TOKYO-JAPAN

BY: ISNA RISKI SAFIRA

Pertama kali saya berterimakasih kepada FTMD dan TUAT karena memberi kesempatan saya untuk
melakukan pertukaran pelajar yang memberikan saya pengalaman yang sangat berharga. Banyak sekali
yang saya dapatkan mulai dari bertukar budaya, mempelajari teknologi, networking, melatih berbahasa,
menjadi disiplin, hingga dapat explore negara Jepang mulai dari banyak tempat wisatanya, tempat
ibadahnya, hingga alamnya yang indah.

Saya melakukan pertukaran pelajar di Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) yang
berlokasi di Tokyo, Jepang. Ketika student exchange saya mengambil 18 SKS dengan kelas yang beragam
mulai kelas kecil untuk exchange, kelas bersama dengan mahasiswa Jepang, hingga kelas master program.
Kelas yang saya ambil:

 Control Engineering, ini merupakan mata kuliah S2 yang saya ambil untuk memperdalam
pengetahuan mengenai control dalam Mechanical System Engineering.
 Mechanical Component Design, seperti kelas Elemen Mesin namun dibawakan dengan metode
yang berbeda, lebih kepada penerapannya dibandingkan teorinya.
 Advances in Mechanical System Engineering, juga merupakan mata kuliah S2 dimana dijelaskan
aplikasi-aplikasi dari Teknik Mesin secara lebih mendalam, teknologi-teknologi mutahir, dibawa
langsung ke lab-lab dan dijelaskan disana teknologi yang sedang dikembangkan.
 Research Internship, untuk saya yang berada di lab Tribologi, bekerja di lab menyelesaikan proyek
dengan judul “Load Dependency on Lubrication Performance of Palm Oil Added with Single Fatty
Acid” dibawah bimbingan Prof. Ikeda. Disana saya belajar seperti mengerjakan Tugas Akhir dan
mempresentasikannya dengan baik dan benar.
 Artificial Intelligence, disana saya belajar perkembangan teknologi dengan menggunakan AI,
machine learning, mengaplikasikannya di Mechanical Engineering.
 Research and Academic Writing Skills in Engineering, mempelajari cara menulis laporan yang
baik dan benar.
 Hightech Japan (Study Tour), saya melakukan kunjungan ke beberapa perusahaan Jepang dan
melihat langsung teknologi di dalamnya.
 Engineering for a Sustainable World (Virtual Manufacturing), saya melakukan research
mengenai teknologi yang berkembang saat ini dan mendiskusikannya di dalam group.

Bagi mahasiswa yang sangat menyenangi kebudayaan Jepang mulai dari sangat hobi menonton anime
atau membaca komiknya, mungkin dengan pertukaran pelajar ini dapat menjadi pilihan untuk melihat
Jepang di jarak yang dekat. Namun tak lepas juga bagi mereka yang ingin belajar lebih dari Jepang (seperti
saya) dimana Jepang notabenenya memiliki teknologi yang lebih mutahir, disiplin tinggi, hingga rasa saling
menghormati. Saya mengambil banyak pelajaran dan tekonologi dari Jepang terutama yang berhubungan
dengan Tugas Akhir saya yaitu biomekanik dan lebih khususnya gait analysis dimana di kampus Jepang
saya sangat marak sekali namun tidak banyak di ITB.

Disana saya mendapatkan beasiswa JASSO yaitu beasiswa dari pemerintah Jepang senilai 円80.000, atai
senilai dengan Rp 10.334.896 setiap bulannya. Sebenarnya sejumlah biaya itu sudah cukup mencover
kebutuhan hidup sehari-hari. Dan setiap bulannya hanya cukup mengeluarkan 円50.000 dimana 円30.000
untuk biaya rumah, 円10.000 untuk belanja bulanan dan memasak di rumah (untuk menghemat dan
menjaga pola makan yang halal karena di luar sana banyak sekali tempat makan yang haram yang tidak
berlabel), dan円10.000 untuk transportasi (sewa sepeda atau kereta). Sisanya bisa untuk ditabung untuk
jalan-jalan atau beberapa teman saya bisa ditabung dan dikonversikan ke rupiah untuk dijadikan tabungan
di tanah air dan ada teman saya yang dijadikan tabungan untuk biaya kuliah semester 9. Namun sayang
apabila kita tidak jalan-jalan dan berbelanja ke tempat yang sudah jauh-jauh kita kunjungi. Sebesar
apapun uang yang kita dapatkan tergantung bagaimana kita mengaturnya, bisa jadi kurang apabila kita
terlalu banyak berbelanja sehingga harus di cover oleh orang tua.

Saya tinggal di sebuah rumah bersama 7 orang dari Indonesia dan Malaysia. Disana saya belajar lebih
mandiri karena disana saya memasak sendiri, bersosialisasi dengan Bahasa Inggris namun untungnya kami
tinggal dengan teman Malaysia yang kami bisa berbahasa melayu sehingga bisa lebih mudah. Untuk ke
kampus saya mengendarai sepeda. Untuk makan sehari-hari saya memasak sendiri karena cukup sulit
menemukan makanan halal di luar sana. Namun jika sedang berjalan-jalan dan agar tidak jenuh, tidak
jarang saya mengunjungi restaurant halal, tebehodai halal, hingga sushi dan memilih menu yang halal.

Sharing berikut ini saya bagi menjadi beberapa katagori mulai dari Season, Religion, Education, Japan
Culture, hingga Friendship dan saya jelaskan apa saja nilai positif yang didapatkan. Semoga sharing ini
dapat memberi inspirasi bagi angkatan M15 untuk melakukan student exchange apabila dilihat banyak
memberi manfaat. Tidak ada yang salah dari pilihan yang anda pilih, baik ingin lulus cepat atau cuti satu
semester dan melakukan hal lain seperti menambah jaringan di Jepang. Semua memberi manfaat sesuai
dengan tujuan yang anda inginkan. Yang saya harapkan adalah, lihatlah sisi lain dunia sehingga anda dapat
menjadi pribadi yang terbuka pikirannya dan dapat memberi manfaat bagi sesamanya.

Salam,

IR Safira

13114032
1. SEASON
Dengan student exchange selama satu semester ini saya bisa merasakan bagaimana pergantian
musim, bisa jadi tafakur alam, hal yang tidak ditemukan di indonesia. berikut adalah gambar yang
saya ambil di kampus pada 3 musim yang berbeda. Merasakan penurunan suhu hingga -1 oC
merupakan pengalaman tersendiri.
2. RELIGION
Lahir dan tinggal di Indonesia yang sejatinya adalah negara dengan setiap orang memiliki
kepercayaan tertentu, dan sekarang harus menetap di negara yang tidak seperti itu membuat
saya open minded mengenai agama yang ada di negara lain. Seperti di Jepang, mungkin orang
mengenal mereka memiliki agama Shinto. Tapi sebenarnya tidak, agama Shinto mereka
merupakan budaya yang mereka turunkan dari dulu. Kebanyakan orang (seperti professor di lab
saya) akan berpindah ke budha ketika dewasa lalu memilih untuk atheis karena bagi mereka yang
penting berbuat baik dalam menjalani hidup. Dari sini saya bisa melihat perspektif agama yang
berbeda dari biasanya.
Lalu dengan mengikuti program pertukaran pelajar ini, saya somehow merasakan keimanan saya
bertambah. Untuk tetap memegang teguh iman dimanapun saya berada. Seperti tetap melakukan
sholat walau tidak ada masjid mushola, sholat di taman, di pantai, di lapangan membuat saya
berpikir bahwa iman itu tidak bergantung pada kondisi dan lingkungan atau teman, tapi
bergantung pada diri sendiri.
Dan melihat bagaimana para orang tua muslim disana tetap mendidik iman kepada anak-anaknya
sejak kecil, usaha itu yang membuat saya mempelajari bagaimana semangat perjuangan muslim
sebagai rakyat minoritas disana. Serta dengan hidup disini, saya lebih mengenal agama seperti
makanan mana yang halal dan haram. Learning by practice.
3. EDUCATION
Melihat secara langsung bagaimana tertinggalnya teknologi yang ada di Indonesia. Terutama yang
saya rasakan perbedaannya di kampus saya TUAT. Disana terdapat pusat teknologi dengan banyak
sekali teknologi-teknologi canggih. Dan disana juga saya pertama kali mengenal Artificial
Intelligence (AI) lebih dalam (karena saya mengambil kelasnya) dimana AI sudah marak disana
namun jarang sekali ditemukan di Indonesia.

Disana saya menemukan pengalaman tersendiri bagaimana cara memahami perbedaan budaya
mengenai tukar pikiran hingga perspektif yang berbeda. Tidak terlepas dari melatih berbahasa
saya, Inggris maupun Jepang karena memang teraplikasikan. Karena tidak jarang saya berada di
suatu kelas yang saya satu-satunya orang Indonesia disana. Belajar lebih banyak mengenai global
issues dan multi-faceted approach to learning.

Saking pesatnya perkembangan teknologi di Jepang, bahkan banyak sekali toko hingga restaurant
yang menggunakan robot sebagai pelayanannya.
4. JAPAN CULTURE
Dengan hidup bersama mereka melalui student exchange, saya bisa mengenal watak hingga
budaya orang Jepang. Mungkin dengan mempelajarinya dan mungkin bisa meniru apa yang baik
dari kepribadian orang jepang. Culture exchange membuat saya berpikir terbuka untuk menjadi
manusia unggul yang bisa bersaing dengan dunia internasional.

Bahwa orang jepang itu pemalu tapi ternyata mereka bertujuan untuk menjaga privasi. Dengan
mengetahui hal ini saya lebih tahu bagaimana saya berperilaku lebih baik dengan orang jepang
hingga tidak asal mengambil foto (terutama foto bayi). Dan memang betul mereka adalah orang
yang pekerja keras, mahasiswa disana mayoritas melakukan part time job dimalam hari ketika
kelas berakhir di sore hari. Hal ini diizinkan oleh orang tua karena mereka ingin mendidik anak
mereka untuk mandiri.

Bahwa orang Jepang lebih suka berwisata ke museum dibandingkan ke bioskop, berkebalikan
dengan Indonesia. Hal ini dikarenakan orang Jepang senang mempelajari masa lalu, dan dijadikan
pembelajaran bagi masa depan, sehingga negara Jepang menjadi negara yang maju.

Bahwa orang Jepang sangat menyukai makan-makan. Segala bentuk celebration mereka
merupakan sebuah apresiasi atas semua kerja keras. Dan bahwa ketika weekend kedua orang tua
terutama seorang ayah pasti mengajak anaknya untuk bepergian menghabiskan hari minggu.
Karena bagi mereka quality time dengan keluarga itu adalah hal yang wajib.

Bahwa orang Jepang senang berjalan kaki, bersepeda, dan sangat senang menggunakan
transportasi umum. Karena memang diketahui orang yang memiliki mobil disana adalah orang
kaya karena mobil hingga pajak yang tidak murah, hingga lahan parkir yang harus dibeli. Tapi
dibalik itu semua berjalan kaki hingga naik kereta membuat negara Jepang memiliki sedikit polusi
dan orang-orang yang mayoritas sehat. Ditambah ketika kita sudah terbiasa memakai kereta, kita
akan menjadi pribadi yang disiplin karena kereta disana terjadwal dan tepat waktu
keberangkatannya. Tidak hanya kereta, tapi juga bus.
5. FRIENDSHIP
Tentu saja dengan pertukaran pelajar ini membuat saya memiliki banyak teman. Memperluas
jaringan pertemanan membuat saya mendapatkan banyak sekali informasi baik mengenai
beasiswa berkuliah di Jepang, internship, hingga lowongan bekerja. Gambar berikut adalah foto
bersama kakak-kakak tingkat Teknik Mesin ITB yang berkuliah disana dan sekarang saya masuk di
group InJapan-MechEngITB, lalu teman-teman baru di PPI Jepang hingga PMIJ. Tak lupa juga
teman-teman baru dari Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia yang sampai saat ini masih erat
hubungannya. Dan menjaga hubungan dengan teman Jepang yang dahulu juga merupakan
mahasiswa student exchange di ITB dan disana saya bertemu lagi dan menjadi teman dekat.

Anda mungkin juga menyukai